Suku Komering
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Jolma Kumoring Jelma Komering | |
---|---|
Jumlah populasi | |
370.119[1] (2010) | |
Daerah dengan populasi signifikan | |
Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan Kabupaten Ogan Komering Ilir Kabupaten Ogan Komering Ulu | |
Bahasa | |
Bahasa Komering | |
Agama | |
Islam Sunni | |
Kelompok etnik terkait | |
Melayu • Lampung |
Suku Komering (Surat Ulu: ꤼꥈꤰꥈ ꤰꥋꤸꥉꤽꥇꥏ, Jawi: سوكو كومريڠ) adalah salah satu suku bangsa pribumi Sumatera Selatan yang mendiami sepanjang aliran sungai Komering[2]. Suku Komering banyak dijumpai di Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur, Ogan Komering Ilir, dan Ogan Komering Ulu Selatan.
Suku Komering merupakan salah satu suku terbesar di Sumatera Selatan, dimana suku ini merupakan salah satu rumpun suku Lampung yang sangat berbeda dengan suku-suku di Sumatera Selatan pada umumnya yang kebanyakan rumpun suku Melayu.
Beberapa pendapat mengatakan[menurut siapa?] bahwa Suku Komering berasal dari Kepaksian Sekala Brak kuno yang telah lama bermigrasi ke dataran Sumatera Selatan pada sekitar sebelum abad ke-7 dan telah menjadi beberapa kebuayan atau marga.[butuh rujukan]
Budaya
Tradisi
- Pemberian Adok atau Jajuluk
Adok atau Jajuluk adalah salah satu ciri khas dari Suku Komering, Adok atau Jajuluk merupakan tanda penghormatan kepada sepasang pengantin yang baru saja melaksanakan akad nikah. Nama ini biasanya menggunakan bahasa asli Komering dan tidak boleh membuatnya secara sembarangan layaknya menamai bayi yang baru saja lahir, nama ini biasanya diumumkan saat acara resepsi pernikahan berlangsung. Di beberapa daerah, orang-orang yang sudah menikah dan memiliki Jajuluk harus dipanggil sesuai dengan nama jajuluknya.
Makanan
- Sambal Jok-jok
Sambal Jok-jok merupakan sambal tradisional khas suku Komering, sambal ini biasanya dijadikan sebagai lauk makan atau cocolan untuk menikmati ikan bakar, bahan-bahan untuk membuat sambal Jok-jok adalah Terasi, Cabe, Garam, Gula,Perasan Jeruk, dan Air yang kemudian dijadikan satu.
- Kasuran
Kasuran adalah makanan seperti lontong yang digulung-gulung layaknya kasur, makanan ini biasanya banyak dibuat saat Hari Raya Idul Fitri atau Hari Raya Idul Adha tiba.
- Bungkul
Bungkul adalah makanan yang berbahan dasar beras ketan dan kelapa parut yang dibalut dengan gulungan daun enau atau daun pandan lalu dikukus.
- Kapicut dan Bugis
Kapicut dan Bugis adalah jenis makanan yang hampir sama yang membedakannya hanya isi dan bentuknya saja, Kapicut bentuknya seperti Kerucut, sedangkan Bugis menyerupai Piramida atau Limas. Keduanya sama-sama berasal dari beras dan kelapa yang dikukus.
Etimologi
Nama Komering diambil dari nama Way atau Sungai di dataran Sumatera Selatan yang menandai daerah kekuasaan Komering.Sebagaimana juga ditulis Zawawi Kamil (Menggali Babad & Sedjarah Lampung) disebutkan dalam sajak dialek Komering/Minanga:[catatan 1]
"Adat lembaga sai ti pakaisa buasal jak Belasa Kapampang, Sajaman rik tanoh Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung, Cakak di Gunung Pesagi rogoh di Sekala Berak, Sangon kok turun temurun jak ninik puyang paija, Cambai urai ti usung dilom adat pusako".
Persebaran
Suku Komering mayoritas terdapat sebagian besar berada di Kabupaten Ogan Komering Ilir (57 %), di Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan (59%) dan Kabupaten Ogan Komering Ulu Timur (55 %), sisanya berada di Kota Palembang (10 %).
Catatan
- ^ Terjemahan kutipan kedalam bahasa Indonesia:
"Adat Lembaga yang digunakan ini berasal dari Belasa Kepampang (Nangka Bercabang, Sezaman dengan ranah Pagaruyung pemerintah Bundo Kandung (abad 12) di Minangkabau, Naik di Gunung Pesagi turun di Sekala Berak, Memang sudah turun temurun dari nenek moyang dahulu, Sirih pinang dibawa di dalam adat pusaka, Kalau tidak pandai tata tertib tanda tidak berbangsa.
Referensi
- ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia Hasil Sensus Penduduk 2010. Badan Pusat Statistik. 2011. ISBN 9789790644175.
- ^ "Asal-usul Suku Komering". egindo.com.