Lompat ke isi

Korea Utara

Ini adalah artikel bagus. Klik untuk informasi lebih lanjut.
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Republik Rakyat Demokratik Korea

조선민주주의인민공화국
Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk (Korea)
Semboyan강성대국 (强盛大國)
Kangsŏngtaeguk
(Korea: "Bangsa yang Kuat dan Sejahtera")
Lagu kebangsaan
애국가
Aegukka
(Indonesia: "Lagu Patriotik")
Wilayah yang dikuasai Korea Utara berwarna hijau tua; wilayah yang diklaim tetapi tidak dikuasai berwarna hijau muda.
Lokasi Korea Utara
StatusNegara berdaulat
Ibu kota
Pyongyang
39°2′N 125°45′E / 39.033°N 125.750°E / 39.033; 125.750
Bahasa resmiKorea[1]
Aksara resmiChosŏn'gŭl[2]
Agama
(2020)
PemerintahanKesatuan Juche Songun satu partai kediktatoran totaliter republik konstitusional[3]
Kim Jong-un[n 1]
Choe Ryong-hae
Kim Tok-hun
Legislatif최고인민회의
Ch’oego Inmin Hoeŭi
Pembentukan
c. abad ke-7 SM
18 SM
698
918
1392
12 Oktober 1897
29 Agustus 1910
1 Maret 1919
11 April 1919
• Kemerdekaan dari Jepang
15 Agustus 1945
8 Februari 1946
• Pembentukan RRDK
9 September 1948
• Penerapan ideologi Juche
27 Desember 1972
• Bergabung dengan PBB
17 September 1991
• Konstitusi saat ini
29 Juni 2016
Luas
 - Total
120.540 km2[4] (ke-97)
 - Perairan (%)
0,11
Penduduk
 - Perkiraan 2022
25.955.138[5] (55)
 - Sensus Penduduk 2008
24.052.231[6]
212/km2 (65)
PDB (KKB)2015
 - Total
$40 miliar[7]
$1.800[8]
PDB (nominal)2019
 - Total
$16 miliar[9]
$640
IPM (1995)0,766[10][11]
tinggi
Mata uangWon Rakyat Korea (₩)
(KPW)
Zona waktuWaktu Pyongyang[12]
(UTC+9)
Format tanggal
  • yy, yyyy년 mm월 dd일
  • yy, yyyy/mm/dd (AD–1911 / AD)
Lajur kemudikanan
Kode telepon+850[13]
Kode ISO 3166KP
Ranah Internet.kp[14]
Situs web resmi
www.korea-dpr.com
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Republik Rakyat Demokratik Korea
"Republik Rakyat Demokratik Korea" dalam aksara chosŏn'gŭl (atas) dan hancha (bawah).
Nama Korea
Josŏn-gŭl
Hanja
Alih AksaraJoseon Minjujuui Inmin Gonghwaguk
McCune–ReischauerChosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk


Korea Utara, secara resmi disebut Republik Rakyat Demokratik Korea (Hangul: 조선민주주의인민공화국, Hanja: 朝鮮民主主義人民共和國, Chosŏn Minjujuŭi Inmin Konghwaguk) adalah sebuah negara di Asia Timur, yang meliputi sebagian utara Semenanjung Korea. Ibu kota dan kota terbesarnya adalah Pyongyang. Zona Demiliterisasi Korea menjadi batas antara Korea Utara dan Korea Selatan. Sungai Amnok dan Sungai Tumen membentuk perbatasan antara Korea Utara dan Republik Rakyat Tiongkok. Sebagian dari Sungai Tumen di timur laut merupakan perbatasan dengan Rusia. Penduduk setempat menyebut negara ini Pukchosŏn (북조선, "Chosŏn Utara").

Semenanjung Korea diperintah oleh Kekaisaran Korea hingga dianeksasi oleh Jepang setelah Perang Rusia-Jepang tahun 1905. Setelah kekalahan Jepang pada Perang Dunia II, Korea dibagi menjadi wilayah pendudukan Soviet dan Amerika Serikat. Korea Utara menolak ikut serta dalam pemilihan umum yang diawasi PBB yang diselenggarakan di selatan pada 1948, yang mengarah kepada pembentukan dua pemerintahan Korea yang terpisah oleh zona demiliterisasi. Baik Korea Utara maupun Selatan mengklaim kedaulatan di atas seluruh semenanjung, yang berujung kepada Perang Korea tahun 1950. Sebuah gencatan senjata pada 1953 mengakhiri pertempuran; namun kedua negara secara resmi masih berada dalam status perang, karena perjanjian perdamaian tidak pernah ditandatangani.[15] Kedua negara diterima menjadi anggota Perserikatan Bangsa-Bangsa pada 1991.[16] Pada 26 Mei 2009, Korea Utara secara sepihak menarik diri dari gencatan senjata.[17]

Korea Utara termasuk dalam negara satu-partai di bawah front penyatuan yang dipimpin oleh Partai Buruh Korea.[18][19][20][21] Pemerintahan negara mengikuti ideologi Juche, yang digagas oleh Kim Il-sung, mantan pemimpin negara ini. Juche menjadi ideologi resmi negara ketika negara ini mengadopsi konstitusi baru pada 1972,[22] kendati Kim Il-sung telah menggunakannya untuk membentuk kebijakan sejak sekurang-kurangnya awal tahun 1955.[23] Sementara resminya sebagai republik sosialis, Korea Utara dipandang oleh sebagian besar negara sebagai negara kediktatoran totaliter berpaham Stalinis.[19][20][24][25][26] Setelah kematian Kim Jong-il pada tanggal 19 Desember 2011, pemimpin Korea Utara berikutnya adalah Kim Jong-un, anak termuda Kim Jong-il.

Sejarah

Dampak dari penjajahan Jepang yang berakhir dengan kekalahan Jepang pada Perang Dunia II tahun 1945 adalah Korea dibagi pada paralel utara ke-38 mengikuti persetujuan dengan PBB. Wilayah utara diatur oleh Uni Soviet, dan bagian selatan oleh Amerika Serikat. Sejarah Korea Utara secara resmi dimulai dengan pembentukan Republik Rakyat demokratik pada 1948.

Pembagian Korea

Pada Agustus 1945, Tentara Soviet membentuk Otoritas Sipil Soviet untuk memerintah negara ini hingga sebuah rezim domestik, yang bersahabat dengan Uni Soviet, dapat dibentuk. Setelah mundurnya tentara Soviet pada 1948, agenda utama pada tahun berikutnya adalah penyatuan Korea dari kedua belah pihak, namun konsolidasi rezim Syngman Rhee di Selatan dengan dukungan militer Amerika dan penekanan pemberontakan pada Oktober 1948 mengakhiri harapan bahwa negara ini dapat disatukan kembali menurut cara revolusi Komunis. Pada 1949, rezim Utara mempertimbangkan untuk melakukan intervensi militer ke Korea Selatan, tetapi gagal mendapat dukungan dari Uni Soviet.[27]

Penarikan kekuatan militer Amerika Serikat dari Selatan pada Juni memperlemah Rezim Selatan dan membuat Kim Il-sung mempertimbangkan kembali rencana invasi ke Selatan.[27] Gagasan itu sendiri awalnya ditolak oleh Joseph Stalin, tetapi dengan perkembangan persenjataan nuklir Soviet, kemenangan Mao Zedong di Tiongkok, dan pertanda dari bangsa Tiongkok bahwa mereka dapat mengirimkan serdadu dan sokongan lainnya ke Korea Utara, Stalin menyetujui penyerangan yang menjadi cikal bakal Perang Korea.[28]

Perang Korea

Monumen Korea Utara di Pyongyang.

Perang Korea adalah perang antara Korea Utara dan Korea Selatan yang dimulai pada 25 Juni 1950. Perang ini sempat berhenti sementara dengan gencatan senjata yang ditandatangani pada 27 Juli 1953. Konflik diakibatkan oleh pembagian Korea dan upaya kedua Korea untuk menyatukan kembali Korea di bawah pemerintahan mereka masing-masing. Perang ini menewaskan lebih dari 2 juta penduduk dan prajurit dari kedua belah pihak. Periode sebelum perang ditandai dengan konflik perbatasan pada paralel utara ke-38 dan upaya negosiasi pemilihan umum bagi keutuhan Korea.[29] Negosiasi berakhir ketika Tentara Rakyat Korea menyerbu Korea Selatan pada 25 Juni 1950. Di bawah restu PBB, Amerika Serikat dan sekutunya mendukung Korea Selatan. Setelah serangan balasan Korea Selatan, tentara Tiongkok mendukung Korea Utara, dan pada akhirnya mengarah kepada gencatan senjata yang hampir memulihkan kembali perbatasan awal antara Korea Utara dan Korea Selatan.

Sejak gencatan senjata tahun 1953, hubungan antara pemerintah Korea Utara dengan Korea Selatan, Uni Eropa, Kanada, Amerika Serikat, dan Jepang tetap tegang. Pertempuran dihentikan dengan gencatan senjata, tetapi kedua Korea secara teknis masih berada dalam keadaan perang. Baik Korea Utara maupun Selatan menandatangani Deklarasi Gabungan Utara-Selatan 15 Juni pada tahun 2000, ketika kedua pihak berjanji untuk mengupayakan penyatuan kembali dengan cara damai.[30] Selain itu pada 4 Oktober 2007, para pemimpin dari Utara dan Selatan bergandengan tangan untuk mengadakan rapat puncak yang membicarakan pernyataan penghentian perang secara resmi dan mengukuhkan kembali prinsip non-agresi.[31]

Abad ke-20

Korea Utara dan Selatan tidak pernah menandatangani perjanjian perdamaian dan dengan demikian secara resmi masih dalam status perang; hanya sebuah gencatan senjata yang diumumkan.[32] Upaya perdamaian disela oleh beberapa pertempuran kecil dan upaya pembunuhan. Korea Utara gagal di dalam beberapa upaya pembunuhan terhadap pemimpin Korea Selatan, dengan yang paling dikenal pada 1968, 1974, dan Pengeboman Rangoon pada 1983. Terowongan seringkali ditemukan di bawah Zona Demiliterisasi, dan perang hampir meletus akibat Insiden Pembunuhan Kapak di Panmunjeom pada 1976.[33] Pada 1973, hubungan tingkat tinggi yang sangat rahasia mulai dilakukan melalui kantor-kantor Palang Merah, tetapi berakhir setelah insiden Panmunjeom dengan sedikit kemajuan.[34]

Pada akhir tahun 1990-an, ketika Korsel mengalami transisi menjadi demokratis, keberhasilan Nordpolitik dan dengan diambil alihnya kekuasaan di utara oleh putra Kim Il-sung, Kim Jong-il, maka kedua negara untuk pertama kalinya mulai berhubungan secara terbuka, dengan Korsel yang menyatakan Kebijakan Sinar Matahari.[35][36]

Abad ke-21

Pada 2002, Presiden Amerika Serikat George W. Bush menjuluki Korea Utara sebagai bagian dari "poros setan" dan "pos terdepan tirani". Hubungan tingkat tinggi yang pernah dilakukan pemerintah Korea Utara dengan Amerika Serikat adalah kunjungan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Madeleine Albright ke Pyongyang pada tahun 2000,[37] meskipun kedua negara tidak menjalin hubungan diplomatik yang resmi.[38] Pada tahun 2006, hampir 37.000 serdadu Amerika masih berada di Korea Selatan, meski sejak Juni 2009 jumlah ini berkurang menjadi sekitar 30.000 saja.[39][40] Kim Jong-il secara pribadi menerima kehadiran tentara Amerika Serikat di Semenanjung Korea.[41] Bagaimanapun, secara umum, Korea Utara sangat menuntut penarikan serdadu Amerika dari Korea.[41]

Pada 13 Juni 2009, kantor berita Amerika Serikat, Associated Press, melaporkan bahwa sebagai tanggapan bagi sanksi-sanksi baru dari PBB, Korea Utara menyatakan bahwa pihaknya akan melanjutkan program pengayaan uranium. Hal ini menandai bahwa untuk pertama kalinya, pemerintah Korea Utara mengakui di depan dunia bahwa pihaknya memang melakukan program pengayaan uranium.[42] Pada 5 Agustus 2009, mantan presiden Amerika Serikat, Bill Clinton bertemu dengan Kim Jong-il untuk menjamin pembebasan dua orang wartawan Amerika Serikat, Laura Ling dan Euna Lee, yang ditangkap karena memasuki Korea Utara secara ilegal.[43] Pada 28 Agustus 2010 mantan Presiden Amerika Serikat, Jimmy Carter, berhasil membawa pulang seorang guru dan aktivis Amerika Serikat, Aijalon Mahli Gomes, yang ditangkap karena memasuki Korea Utara secara ilegal.[44]

Geografi

Gunung Baekdu

Korea Utara menguasai sebagian utara Semenanjung Korea, meliputi wilayah seluas 120.540 kilometer persegi (46.541 sq mi). Korea Utara berbatasan dengan Republik Rakyat Tiongkok dan Rusia di utara, dan dengan Korea Selatan di sepanjang Zona Demiliterisasi Korea. Batas barat Korea Utara adalah Sungai Kuning dan Teluk Korea, sementara di timur terdapat Jepang di seberang Laut Timur (Laut Jepang). Titik tertinggi di Korea Utara adalah Gunung Paektu-san dengan ketinggian 2.744 meter (9.003 ft). Sungai terpanjang di Korea Utara adalah Sungai Amnok yang mengalir sepanjang 790 kilometer (491 mi).[45]

Iklim Korea Utara relatif sedang. Menurut klasifikasi iklim Köppen, negara ini beriklim Dwa, dengan musim panas yang hangat dan musim dingin yang kering. Pada musim panas, terdapat musim hujan singkat yang disebut changma.[46]

Pada 7 Agustus 2007, bencana banjir terburuk dalam 40 tahun terakhir melanda Korea Utara, sehingga pemerintah meminta bantuan kepada dunia internasional. Beberapa Lembaga Swadaya Masyarakat atau Organisasi Non-Pemerintah, semisal Palang Merah, meminta orang-orang untuk menyumbang karena kekhawatiran akan terjadinya bencana kemanusiaan.[47]

Pegunungan Kumgang

Pusat pemerintahan dan kota terbesar Korea Utara adalah Pyongyang; kota-kota besar lainnya di antaranya adalah Kaesong, Sinuiju, Wonsan, Hamhung, dan Chongjin.

Topografi

Topografi Korea Utara

Para wisatawan dari Eropa yang mengunjungi Korea menyatakan bahwa negara itu menyerupai "laut di tengah-tengah angin ribut" karena banyaknya rentang perbukitan yang silih berganti menyelang-nyelingi semenanjung itu.[48] Kira-kira 80% daratan Korea Utara terdiri dari beberapa gunung dan dataran tinggi, dipisahkan oleh lembah-lembah yang dalam dan sempit. Dataran pesisir luas di barat dan tersekat-sekat di timur. Sebagian besar penduduk menetap di daratan rendah.

Titik tertinggi di Korea Utara adalah Gunung Baekdu, dengan ketinggian antara 1.400 sampai 2.000 meter di atas permukaan laut. Gunung ini terletak di dekat perbatasan dengan Tiongkok.[48] Pegunungan Hamgyong, berada di bagian timur laut semenanjung, memiliki banyak puncak tinggi, seperti Gwanmosan pada ketinggian sekitar 1.756 m (5.761 ft). Pegunungan besar lainnya adalah Pegunungan Rangrim, yang terletak di bagian utara-tengah Korea Utara dan membentang pada arah utara-selatan, membuat komunikasi antara bagian barat dan timur negara ini cukup sulit; dan Pegunungan Kangnam, yang membentang di sepanjang perbatasan RRT-Korea Utara. Geumgangsan, sering juga ditulis sebagai Gunung Kumgang, atau Gunung Berlian, (setinggi hampir 1.638 meter di atas permukaan laut) di Pegunungan Taebaek, yang memanjang hingga ke Korea Selatan, terkenal akan pemandangannya yang indah.[48]

Dataran di Korea sebagian besar berukuran kecil, dengan yang paling luas adalah dataran Pyongyang dan Chaeryong, masing-masing memiliki luas sekitar 500 kilometer persegi. Karena gunung-gunung di pesisir timur menghunjam tajam ke laut, dataran yang ada di timur lebih kecil daripada di pesisir barat. Tidak seperti tetangganya, Jepang atau Tiongkok bagian utara, Korea Utara mengalami gempa bumi yang lebih jarang.

Iklim

Korea Utara memiliki iklim kontinental dengan empat musim yang berbeda-beda.[49] Musim dingin yang panjang membawa cuaca dingin dan cerah, berpadu dengan badai salju, sebagai akibat dari angin utara dan barat laut yang berhembus dari Siberia. Sepanjang musim dingin, rata-rata hujan salju turun selama 37 hari. Cuaca di wilayah pegunungan utara cenderung buruk. Sementara itu, pusim panas cenderung singkat, panas, lembap, dan berhujan karena adanya angin muson dari selatan dan tenggara yang membawa uap air dari Samudra Pasifik. Angin taifun memengaruhi semenanjung itu paling tidak sekali setiap musim panas.[49] Musim semi dan musim gugur merupakan musim peralihan yang ditandai oleh suhu yang sedang dan angin yang bervariasi, dan memberikan cuaca yang paling nyaman. Bencana alam di antaranya kekeringan panjang di penghujung musim semi yang seringkali diikuti oleh banjir. Terkadang terjadi badai tropis di sepanjang permulaan musim gugur.

Pembagian administratif

Korea Utara dibagi menurut provinsi
Namaa Hangul Hanja
Kota yang dikelola langsung oleh pusat (Chikhalsi)a
1 Pyongyang 평양직할시 平壤直轄市
Daerah Administratif Khusus (T'ŭkpyŏl Haengjŏnggu)a
2 Daerah Industri Kaesong 개성공업지구 開城工業地區
3 Daerah Pariwisata Kumgangsan 금강산관광지구 金剛山觀光地區
4 Daerah Administratif Khusus Sinuiju 신의주특별행정구 新義州特別行政區
Provinsi (do)a
5 Pyongan Selatan 평안남도 平安南道
6 Pyongan Utara 평안북도 平安北道
7 Chagang 자강도 慈江道
8 Hwanghae Selatan 황해남도 黃海南道
9 Hwanghae Utara 황해북도 黃海北道
10 Kangwon 강원도 江原道
11 Hamgyong Selatan 함경남도 咸鏡南道
12 Hamgyong Utara 함경북도 咸鏡北道
13 Ryanggang * 량강도 兩江道
* – Seringkali dialihaksarakan sebagai "Yanggang".

Kota-kota besar



Budaya dan seni

Permainan Massal
Perpustakaan elektronik Universitas Kimchaek di Pyongyang
Sebuah lukisan di salah satu ruang Pekuburan Goguryeo.

Seni dan sastra di Korea Utara dikendalikan sepenuhnya oleh negara dan Partai Buruh Korea.[50]

Kebudayaan Korea mengalami penindasan pada masa penjajahan Jepang dari 1910 hingga 1945. Jepang menerapkan kebijakan asimilasi budaya. Selama masa penjajahan itu, bangsa Korea dipaksa belajar dan berbahasa Jepang, mengadopsi sistem nama keluarga Jepang dan agama Shinto, dan dilarang menulis atau berbicara menggunakan bahasa Korea di dalam sekolah, perdagangan, atau tempat-tempat umum lainnya.[51] Selain itu, bangsa Jepang menukar atau mengganti berbagai monumen Korea, seperti Istana Gyeongbok, dan dokumen-dokumen yang menggambarkan bangsa Jepang secara buruk diubah.

Pada Juli 2004, Kompleks Pemakaman Goguryeo menjadi situs pertama di negara ini yang dimasukkan ke dalam daftar Situs Warisan Dunia oleh UNESCO.

Pada Februari 2008, New York Philharmonic Orchestra menjadi kelompok musik Amerika Serikat pertama yang melakukan pertunjukan di Korea Utara,[52] meskipun hanya untuk "penonton undangan" yang dipilih.[53] Konser ini disiarkan oleh televisi nasional.[54]

Sebuah acara populer di Korea Utara adalah Permainan Massal. Permainan Massal terkini dan terbesar disebut "Festival Arirang". Acara ini diselenggarakan selama enam malam berturut-turut setiap dua bulan, dan melibatkan lebih dari 100.000 peserta. Penonton acara ini dalam tahun-tahun terakhir melaporkan bahwa perasaan anti-Barat semakin menurun. Permainan Massal melibatkan pertunjukan tarian, senam, dan sederetan koreografi yang merayakan sejarah Revolusi Korea Utara dan Partai Buruh. Permainan diadakan di beberapa tempat di Pyongyang, seperti Stadion Hari Buruh Rungrado, yang merupakan stadion terbesar di dunia dengan daya tampung 150.000 orang.

Olahraga

Korea Utara (berseragam merah) melawan Brasil dalam Piala Dunia 2010 di Afrika Selatan.

Mungkin peristiwa olahraga yang paling dikenal baik di Korea Utara adalah Festival Arirang yang diselenggarakan setiap tahun. Atraksi utama Arirang adalah unjuk senam massal. Dalam sepak bola, ada 15 klub yang berkompetisi dalam Liga Korea Utara level satu dan pertandingan untuk Kontes Inovasi Teknis maupun Kejuaraan Republik. Tim nasional sepak bola, Chollima, berafiliasi ke dalam AFC berperingkat 105 FIFA pada tanggal 26 Mei 2010. Tim ini berkompetisi dalam final Piala Dunia tahun 1966 dan 2010. Dalam hoki, Korea Utara memiliki sebuah tim nasional hoki putera yang menduduki peringkat ke-43 dari total 49[55] dan berkompetisi di Divisi II. Tim puteri menduduki peringkat ke-21 dari total 34[56] dan berkompetisi di Divisi II.

Korea Utara berkompetisi dalam Olimpiade sejak tahun 1964 (olimpiade musim dingin) dan mulai ikut serta dalam olimpiade musim panas pada tahun 1972 dengan membawa pulang lima medali, termasuk satu emas. Kode IOC Korea Utara adalah PRK.

Korea Utara memboikot Olimpiade 1988 di Seoul, Korea Selatan.

Pada Olimpiade 2004, Athena, Korea Utara dan Korea Selatan berparade bersama-sama dalam upacara pembukaan dan penutupan di bawah bendera unifikasi, tetapi berkompetisi secara terpisah. Sejak itu, Korea Utara selalu meraih medali pada setiap olimpiade musim panas yang diikuti.

Seni bela diri taekwondo berasal dari Korea. Pada dasawarsa 1950-an dan 1960-an, aturan-aturan modern dibakukan dan taekwondo menjadi cabang olahraga resmi olimpiade pada tahun 2000. Seni bela diri Korea lainnya adalah taekkyeon, hapkido, tang soo do, kuk sool won, kumdo, dan subak.

Pemerintah dan politik

Korea Utara adalah negara yang menyatakan secara sepihak sebagai negara Juche (percaya dan bergantung kepada kekuatan sendiri).[57] Pemujaan kepribadian terhadap Kim Il-sung dan Kim Jong-il dilakukan secara terorganisir. Setelah mangkatnya Kim Il-sung pada 1994, ia tidak digantikan melainkan memperoleh gelar "Presiden Abadi", dan dikuburkan di Istana Memorial Kumsusan di Pyongyang pusat.

Meskipun kedudukan presiden dipegang oleh Kim Il-sung yang telah meninggal,[58] kepala negara de facto adalah Kim Jong-un, yang kini menjabat sebagai Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara. Badan legislatif Korea Utara adalah Majelis Tertinggi Rakyat, kini diketuai oleh Kim Yong-nam. Tokoh pemerintahan senior lainnya adalah Kepala Pemerintahan Kim Yong-il.

Menara Gagasan Juche

Korea Utara adalah negara yang menganut sistem satu partai. Partai yang memerintah adalah Front Demokratik untuk Reunifikasi Tanah Air, sebuah koalisi Partai Buruh Korea dan dua partai kecil lainnya, Partai Demokratik Sosial Korea dan Partai Chongu Chondois. Partai-partai ini mengajukan semua calon untuk menempati posisi pemerintahan dan memegang semua kursi di Majelis Tertinggi Rakyat.

Pada Juni 2009, dilaporkan oleh sebuah media Korea Selatan bahwa terdapat isyarat yang menunjukkan bahwa pemimpin Korea Utara berikutnya adalah Kim Jong-un, putera termuda Kim Jong-il (Kim Jong-il memiliki tiga putera).[59]

Hubungan luar negeri

Kim Jong-il dan Vladimir Putin pada tahun 2002.

Korea Utara telah memelihara hubungan yang akrab dengan Tiongkok dan Rusia sejak lama. Jatuhnya komunisme di Eropa Timur tahun 1989, dan pecahnya Uni Soviet pada 1991, berdampak pada semakin berkurangnya bantuan kepada Korea Utara dari Rusia, meskipun Tiongkok tetap saja memberikan bantuan penting. Korea Utara memelihara ikatan yang kuat dengan sekutu sosialisnya di Asia Tenggara, yaitu Vietnam, Laos, dan Kamboja.[60]

Korea Utara telah memulai pembangunan Pagar Perbatasan Tiongkok-Korea di perbatasan utara, sebagai tanggapan bagi harapan Tiongkok yang ingin mengekang para pengungsi yang melarikan diri dari Korea Utara. Sebelumnya, perbatasan antara Tiongkok dan Korea Utara hanya diawasi oleh sedikit petugas patroli.

Sebagai akibat dari program senjata nuklir Korea Utara, pembicaraan enam-pihak diselenggarakan untuk mencari penyelesaian damai terkait ketegangan di antara dua pemerintah Korea, Federasi Rusia, Republik Rakyat Tiongkok, Jepang, dan Amerika Serikat.

Pada 17 Juli 2007, para inspektur PBB memverifikasi penutupan lima fasilitas nuklir Korea Utara, sesuai persetujuan Februari 2007.[61]

Pada 4 Oktober 2007, Presiden Korea Selatan (Roh Moo-Hyun) dan pemimpin Korea Utara sebelumnya (Kim Jong-il) menandatangani sebuah perjanjian damai berisi delapan pasal, yang mengajukan perdamaian abadi, pembicaraan tingkat tinggi, kerja sama ekonomi, perbaharuan kereta api, perjalanan udara, jalan bebas hambatan, dan barisan penyorak olimpiade gabungan.[31]

Amerika Serikat dan Korea Selatan sebelumnya menuduh Korea Utara sebagai negara yang mendukung terorisme.[62] Pengeboman 1983 yang membunuh anggota pemerintahan Korea Selatan dan penghancuran pesawat terbang Korea Selatan telah dituduhkan kepada Korea Utara.[63] Korea Utara juga dianggap bertanggung jawab atas penculikan 13 warga negara Jepang pada 1970-an dan 1980-an, lima dari mereka dikembalikan ke Jepang pada 2002.[64] Pada 11 Oktober 2008, Amerika Serikat menghapus Korea Utara dari daftar negara pendukung terorisme ini.[65]

Sebagian besar kedutaan asing yang memiliki hubungan diplomatik dengan Korea Utara berada di Beijing, bukan di Pyongyang.[66]

Militer

Seorang anggota Tentara Rakyat Korea mengamati sisi Korea Selatan di Zona Demiliterisasi Korea

Kim Jong-un adalah Komandan Tertinggi Tentara Rakyat Korea dan Ketua Komisi Pertahanan Nasional Korea Utara. Tentara Rakyat Korea adalah nama untuk angkatan bersenjata Korea Utara. Tentara ini memiliki empat cabang: Angkatan Darat, Angkatan Laut, Angkatan Udara, dan Departemen Keamanan Negara. Menurut Departemen Luar Negeri Amerika Serikat, Korea Utara memiliki angkatan darat terbesar kelima di dunia, diperkirakan sebesar 1,21 juta personel, dengan kira-kira 20% pria berusia 17–54 tahun di dalam angkatan darat.[67] Korea Utara memiliki persentase personel militer per kapita tertinggi di dunia, dengan sekitar 1 serdadu terdaftar untuk setiap 25 warga negara.[68] Strategi militer Korea Utara dirancang untuk menyusupkan agen dan menyabotase di belakang barisan musuh pada saat perang.[67] Tentara Rakyat Korea memiliki berbagai perlengkapan, meliputi 4.060 tank, 2.500 APC, 17.900 artileri (termasuk mortir), 11.000 senjata pertahanan udara, 915 kapal perang, dan 1.748 pesawat tempur.[69] Perlengkapan yang ada merupakan sisa-sisa Perang Dunia II, umumnya teknologi Perang Dingin yang terproliferasi, atau senjata Soviet. Menurut media resmi Korea Utara, anggaran belanja militer Korut pada tahun 2009 adalah 15,8% dari PDB.[70]

Korea Utara juga menjual misil balistik dan peralatan militernya ke berbagai negara. Pada April 2009, PBB menyebut Perusahaan Perdagangan Pembangunan dan Pertambangan Korea (alias KOMID) sebagai agen penjual utama Korea Utara dan pengekspor terbesar misil balistik dan senjata konvensional. PBB juga menyebut Korea Ryonbong sebagai penyokong penjualan segala hal yang berhubungan dengan militer Korea Utara.[71]

Korea Utara memiliki program nuklir aktif dan telah menjadi subjek bagi beberapa resolusi PBB, seperti Nomor 1695 pada Juli 2006, Nomor 1718 pada Oktober 2006, dan Nomor 1874 pada Juni 2009.

Ekonomi

Citra Semenanjung Korea pada malam hari. Kesenjangan tingkat penerangan disebut sebagai indikasi perbedaan pembangunan ekonomi dan energi antara Korea Utara dan Selatan.[72][73]
Pemandangan Pyongyang (ibu kota negara)

Korea Utara memiliki ekonomi komando yang terindustrialisasi, autarkik, dan sangat terpusat. Dari lima negara sosialis yang tersisa di dunia, Korea Utara adalah satu dari dua negara (bersama-sama dengan Kuba) dengan ekonomi yang dimiliki negara dan direncanakan oleh pemerintah sepenuhnya.

Kebijakan isolasi Korea Utara berarti bahwa perdagangan internasional sangatlah dibatasi. Korut mengeluarkan undang-undang pada tahun 1984 yang memperbolehkan investasi asing melalui joint venture,[74] akan tetapi gagal mengundang investasi yang berarti. Pada tahun 1991, Zona Ekonomi Khusus Rason didirikan,[75] dengan tujuan menarik investasi asing dari Tiongkok dan Rusia. Perusahaan-perusahaan Tiongkok dan Rusia telah memperoleh hak untuk menggunakan pelabuhan di Rason. Investor Tiongkok telah merenovasi jalan dari Rason ke Tiongkok,[76] dan pekerja kereta api Rusia merenovasi jalur kereta api dari Rason ke Rusia.[77]

Gaji rata-rata Korut adalah sekitar $47 per bulan.[78] Meskipun terdapat masalah ekonomi yang substansial, kualitas hidup rakyat terus membaik dan upah pekerja terus meningkat.[79] Pasar swasta berskala kecil, disebut janmadang, hadir di seluruh penjuru negara ini dan melayani penduduk dengan makanan dan komoditas tertentu dari impor yang ditukar dengan uang, dengan demikian membantu mencegah kelaparan.[80]

Makanan, rumah, kesehatan, dan pendidikan diberikan secara gratis oleh negara,[81] dan pembayaran pajak telah dihapuskan sejak 1 April 1974.[82] Untuk meningkatkan produktivitas pertanian dan industri, sejak tahun 1960-an, pemerintah Korea Utara telah memperkenalkan sistem-sistem manajemen seperti sistem kerja Taean.[83] Pada abad ke-21, pertumbuhan PDB Korea Utara cukup lambat tetapi pasti, meskipun pada beberapa tahun terakhir, angka pertumbuhan meningkat hingga 3,7% pada 2008 karena pertumbuhan sektor pertanian sebesar 8,2%.[84]

Pertumbuhan PDB per tahun[84][85]
2000 2001 2002 2003 2004 2005 2006 2007 2008
1,3 % 3,7 % 1,2 % 1,8 % 2,2 % 1,0 % 1,6 % 1,8 % 3,7 %

Menurut perkiraan tahun 2002, sektor utama dalam ekonomi Korea Utara adalah industri (43,1%), diikuti oleh jasa (33,6%) dan pertanian (23,3%). Pada 2004, diperkirakan bahwa sektor pertanian menyerap 37% dari tenaga kerja, sementara industri dan jasa menyerap sisanya, 63%.[38] Industri utama meliputi produk militer, pembuatan mesin, energi listrik, bahan kimia, pertambangan, perlogaman, sandang, pengolahan makanan dan pariwisata.

Pada 2005, menurut FAO, Korea Utara adalah produsen buah segar terbesar ke-10,[86] dan produsen apel terbesar ke-19.[87] Korea Utara memiliki sumber daya alam yang substansial, dengan sumber daya utama meliputi besi, seng, batu bara, fluor, tembaga, garam, timbal, tungsten, grafit, magnesium, emas, pirit, fluorspar, dan listrik tenaga air.[38]

Perdagangan luar negeri

Kawasan Industri Kaesong adalah pusat industri ringan Korea Utara.

Tiongkok dan Korea Selatan masih menjadi penyumbang terbesar bantuan makanan kepada Korea Utara. Amerika Serikat menentang penyumbangan makanan ini karena kurangnya pengawasan.[88] Pada 2005, jumlah bantuan makanan dari Tiongkok dan Korea Selatan tercatat sebesar 1 juta ton.[89] Selain itu, sekitar 80 hingga 90 persen minyak impor Korut berasal dari Tiongkok, yang dijual dengan "harga teman" yang jauh lebih murah dibanding harga pasar dunia.[90]

Sebuah toko di Daerah Industri Kaesong, pusat industri ringan Korea Utara.

Pada 19 September 2005, Korea Utara dijanjikan bantuan bahan bakar dan berbagai-bagai insentif non-pangan lainnya dari Korea Selatan, Amerika Serikat, Jepang, Rusia, dan Tiongkok sebagai pengganti penghentian program senjata nuklir dan ikut serta kembali ke dalam Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir. Penyediaan makanan sebagai ganti untuk penghentian program senjata nuklir berdasarkan sejarahnya telah dihindarkan oleh Amerika Serikat sehingga tidaklah dirasakan sebagai "menggunakan makanan sebagai senjata".[91] Bantuan kemanusiaan dari tetangga-tetangga Korea Utara telah dihentikan sebagai upaya agar Korea Utara mau melanjutkan kembali pembicaraan yang sempat terhenti. Misalnya, Korea Selatan pernah "menunda pertimbangan" 500.000 ton beras untuk Korea Utara pada 2006, tetapi gagasan menyediakan makanan sebagai insentif telah dihindari.[92] Selain itu, terdapat gangguan terhadap bantuan karena merebaknya perampokan lokomotif yang dipakai oleh Tiongkok untuk mengirimkan bahan makanan.[93]

Wonsan adalah kota pelabuhan yang penting dan pangkalan angkatan laut di tenggara Korea Utara.

Pada Juli 2002, Korea Utara mulai bereksperimen dengan kapitalisme di Kawasan Ekonomi Khusus Rajin-Sonbong dan Kawasan Industri Kaesong.[94] Sejumlah kawasan lainnya telah dirancang sebagai Daerah Administratif Khusus, seperti Sinŭiju di sepanjang perbatasan Tiongkok dan Korea Utara. Tiongkok dan Korea Selatan adalah mitra perdagangan terpenting Korea Utara. Perdagangan dengan Tiongkok meningkat 15% menjadi $ 1,6 miliar, dan perdagangan dengan Korea Selatan meningkat 50% menjadi lebih dari $1 miliar pada tahun 2005.[91] Dilaporkan bahwa jumlah telepon seluler di Pyongyang bertambah dari hanya 3.000 pada 2002 menjadi hampir 20.000 pada 2004.[95] Namun, pada Juni 2004, telepon seluler menjadi terlarang lagi,[96] hingga jaringan 3G baru, Koryolink, didirikan pada tahun 2008 melalui joint venture dengan Orascom Telecom Holding dari Mesir. Pada Mei 2010, lebih dari 120.000 orang Korea Utara memiliki telepon genggam.[97]

Sejumlah kecil unsur-unsur kapitalistik secara bertahap meluas dari kawasan percobaan, termasuk sejumlah papan iklan di sepanjang jalan raya tertentu. Beberapa pengunjung melaporkan bahwa jumlah pasar petani terbuka telah meningkat di Kaesong dan Pyongyang, dan juga di sepanjang perbatasan Tiongkok-Korea Utara, melampaui sistem penjatahan makanan.

Peternakan ayam bersama di Hungju, provinsi Chagang.

Pada sebuah peristiwa pada tahun 2003 yang dikenal sebagai "Insiden Pong Su", sebuah kapal kargo Korea Utara yang dituduh berupaya menyelundupkan heroin ke Australia telah diamankan oleh pihak yang berwajib di Australia, memperkuat prasangka Australia dan Amerika Serikat bahwa Pyongyang terlibat dalam penyelundupan narkotika internasional. Pemerintah Korea Utara menampik semua tuduhan keterlibatan.[98]

Pariwisata

Daerah Pariwisata Kŭmgangsan tersohor di antara wisatawan Korea Selatan.

Pariwisata di Korea Utara dikelola oleh Organisasi Pariwisata milik negara ("Ryohaengsa"). Tiap-tiap wisatawan berkelompok atau juga perseorangan didampingi secara tetap oleh satu atau dua orang "pemandu wisata" yang biasanya berbicara dengan bahasa ibu wisatawan. Sementara pariwisata telah meningkat selama beberapa tahun terakhir, jumlah wisatawan yang berasal dari Barat masih sedikit. Sebagian besar wisatawan yang berkunjung berasal dari Tiongkok, Rusia, dan Jepang. Warga negara Rusia lebih memilih Korea Utara sebagai tujuan wisata karena murah, minim pencemaran, dan cuacanya lebih hangat. Warga negara Korsel mustahil untuk memperoleh visa ke Korea Utara, tetapi mereka masih bisa mendapat "izin masuk" ke wilayah khusus wisata, seperti Kaesong. Warga negara AS juga tidak dapat memperoleh visa dan hanya bisa berkunjung pada saat dirayakannya Festival Arirang; namun, larangan ini telah dicabut pada Januari 2010.[99]

Di dalam wilayah Kŭmgangsan-pegunungan, perusahaan Hyundai mendirikan dan mengoperasikan kawasan wisata khusus. Kunjungan ke kawasan ini juga dimungkinkan bagi warga negara Amerika Serikat dan Korea Selatan, tetapi hanya dalam rombongan (bukan perseorangan) dari Korea Selatan. Perjalanan ke daerah ini untuk sementara dihentikan sejak seorang perempuan Korea Selatan yang mendekati zona militer telah ditembak mati oleh penjaga perbatasan pada akhir tahun 2008.[100] Korea Utara secara sepihak telah mengumumkan akan mengambil alih aset Hyundai di wilayah tersebut.[101]

Media

Media Korea Utara sangat dikendalikan oleh pemerintah. Informasi dijaga ketat, apakah itu ke luar atau ke dalam Korea Utara. Konstitusi Korea Utara menjamin kebebasan berpendapat dan pers; tetapi, kenyataannya, pemerintah melarang pelaksanaan hak-hak ini. Reporters Without Borders pada tahun 2008 menggolongkan media di Korea Utara pada urutan 172 dari 173, setingkat dari Eritrea.[102]

Hanya berita yang sehaluan dengan rezim yang diizinkan, sementara berita yang meliputi masalah ekonomi dan politik negara ini, atau kritik terhadap rezim, dilarang.[103] Media bertanggung jawab memelihara pemujaan kepribadian terhadap Kim Jong-il. Pemasok berita utama bagi media di Korea Utara adalah Korean Central News Agency.

Korea Utara memiliki 12 surat kabar terkemuka dan 20 media cetak non-harian. Semua media cetak itu berbeda-beda periode terbitnya dan semuanya dicetak di Pyongyang.[104] Surat kabar harian yang dimaksud misalnya Rodong Sinmun, Joson Inmingun, Minju Choson, dan Rodongja Sinmum. Di Korut tidak ada pers milik swasta.[105]

Transportasi

Tram Pyongyang.

Di pusat-pusat kota di Korea Utara terdapat bus dan tram, baik lokal maupun impor. Kereta-kereta api lama dibeli dari Eropa dan Tiongkok, tetapi embargo perdagangan telah memaksa Korea Utara untuk membuat kendaraan mereka sendiri. Jawatan Kereta Api Republik Demokratik Rakyat Korea, "Choson Cul Minzuzui Inmingonghoagug", adalah satu-satunya operator kereta api di Korea Utara. Perusahaan ini memiliki jaringan rel kereta api sepanjang 5.200 km dengan 4.500 km, beberapa di antaranya memenuhi standard gauge.[106] Ada rel sempit kecil yang beroperasi di Semenanjung Haeju.[106] Kereta api tersebut terdiri dari campuran lokomotif uap dan listrik. Mobil paling banyak dibuat di Korea Utara menggunakan rancangan Soviet. Ada beberapa lokomotif dari Kekaisaran Jepang, Amerika Serikat, dan Eropa yang masih dipakai. Lokomotif bekas dari Tiongkok (DF4B, BJ Hidraulika, dll) juga masih dioperasikan.

Il-76, Tu-204, Il-62 dan Tu-154 milik Air Koryo di Bandar Udara Internasional Sunan

Transportasi air pada sungai-sungai utama dan di sepanjang pesisir memainkan peranan penting bagi lalu lintas barang dan manusia. Selain Sungai Yalu dan Taedong, sebagian besar jalur air di daratan, seluruhnya 2.253 kilometer, dilayani hanya oleh perahu-perahu kecil. Lalu lintas pesisir yang paling ramai berada di pantai timur, yang mampu mengakomodasi muatan yang lebih besar karena relatif lebih dalam. Pelabuhan-pelabuhan utama adalah Nampho di pesisir barat dan Rajin, Chongjin, Wonsan, dan Hamhung di pesisir timur. Pelabuhan yang dimiliki negara ini pada 1990-an memuat kapasitas kira-kira hampir 35 juta ton tiap tahunnya. Pada permulaan 1990-an, Korea Utara memiliki kapal dagang seberang lautan, sebagian besarnya adalah buatan dalam negeri, dengan 68 bahtera (berbobot kotor sekurang-kurangnya 1.000 ton), dengan bobot totalnya yang diizinkan 465.801 ton, yang termasuk di dalamnya 58 kapal kargo dan dua tanker. Terdapat investasi yang berkelanjutan di dalam hal perbaruan dan perluasan fasilitas pelabuhan, pembangunan transportasi terkhusus di Sungai Taedong—dan semakin seimbangnya perbandingan kargo internasional dengan muatan dalam negeri.

Perhubungan internasional udara dari dan ke Korea Utara dibatasi. Terdapat jadwal penerbangan berkala dari Bandar Udara Internasional Sunan – 24 kilometer di utara Pyongyang – ke Moskow, Khabarovsk, Beijing, Makau, Vladivostok, Bangkok, Shenyang, Shenzhen, penerbangan carteran dari Sunan ke Tokyo juga ke negara-negara Eropa Timur, Timur Tengah, dan Afrika. Sebuah perjanjian untuk merintis pelayanan antara Pyongyang dan Tokyo telah ditandatangani pada 1990. Penerbangan dalam negeri tersedia antara Pyongyang, Hamhung, Wonsan, dan Chongjin. Semua pesawat penerbangan sipil dilayani oleh Air Koryo sebanyak 34 pesawat pada 2008, semua ini dipesan dari Uni Soviet dan kemudian Rusia. Sejak 1976 hingga 1978, empat jet Tu-154 telah ditambahkan menyertai pesawat kecil An-24s kemudian menambahkan empat Ilyushin Il-62M berbadan panjang, tiga Ilyushin Il-76MD pesawat kargo besar dan 2 Tupolev Tu-204-300 berbadan panjang pada 2008.

Satu dari sedikit cara untuk memasuki Korea Utara adalah melalui Jembatan Persahabatan Sino-Korea atau melalui Panmunjeom, bekas penyeberangan Sungai Amnok, dan kemudian penyeberangan Zona Demiliterisasi Korea.

Kendaraan pribadi di Korea Utara merupakan pemandangan langka, tetapi sejak 2008, sekira 70% rumah tangga menggunakan sepeda, yang juga memainkan peran yang semakin penting di dalam perdagangan perseorangan berskala kecil.[107]

Demografi

Piramida penduduk Korea Utara

Angka kasar penduduk Korea Utara adalah sekira 23 juta jiwa, salah satu negara dengan kelompok etnik dan bahasa paling seragam di dunia, dengan sangat sedikit orang Tiongkok, Jepang, Vietnam, Korea Selatan, dan minoritas ekspatriat Eropa.

Grafik dinamika penduduk Korea Utara

Menurut CIA World Factbook, angka harapan hidup Korea Utara adalah 63,8 tahun pada 2009, sebuah gambaran kasar yang setara terhadap angka yang dicapai Pakistan dan Myanmar dan sedikit di bawah Rusia.[108] Angka kematian bayi berada pada tingkatan yang tinggi 51,34; suatu angka yang 2,5 kali lebih tinggi daripada angka kematian bayi Republik Rakyat Tiongkok, 5 kalinya Rusia, 12 kalinya Korea Selatan.[109] Menurut The State of the world's Children 2003 UNICEF, Korea Utara berada pada peringkat ke-73 (tempat teratas laju kematian tertinggi), di antara Guatemala (ke-72) dan Tuvalu (ke-74).[109][110] Angka kesuburan total Korea Utara relatif rendah dengan angka 1,96 pada 2009; hampir sebanding dengan yang dimiliki Amerika Serikat dan Perancis.[111]

Bahasa

Korea Utara berbagi Bahasa Korea dengan Korea Selatan. Terdapat perbedaan dialek di kedua-dua Korea, tetapi perbatasan Utara dan Selatan tidaklah mewakili perbatasan bahasa secara jelas. Sementara di Korea Selatan lebih liberal, adopsi istilah-istilah modern dari bahasa asing lebih dibatasi di Korea Utara. Hanja (Hanzi) tidak lagi dipakai di Korea Utara, meski kadang-kadang masih dipakai di Korea Selatan. Kedua-dua Korea berbagi sistem penulisan fonetik yang disebut Chosongul di utara dan Hangul di selatan Zone Demarkasi. Romanisasi berbeda di kedua-dua negara, Korea Utara menggunakan sistem McCune-Reischauer dengan sedikit modifikasi, dan Korea Selatan menggunakan Romanisasi Korea yang Direvisi.

Agama

Kedua-dua Korea berbagi warisan yang sama dari agama Buddha dan Konghucu Korea dan sejarah yang masih sangat baru dari agama Kristen dan pergerakan Cheondoisme ("agama Jalan Surgawi"). Konstitusi Korea Utara menyatakan bahwa kebebasan beragama diizinkan.[112] Menurut standar-standar agama Barat, sebagian besar penduduk Korea Utara dapat dikelompokkan sebagai "tidak beragama". Tetapi sebagian besar di antaranya didefinisikan "beragama" dari sudut pandang sosiologi[113] dan pengaruh budaya agama-agama tradisional itu semisal Buddha dan Konghucu masih memiliki dampag pada kehidupan kerohanian Korea Utara.[114][115][116]

Sebuah gambar relief kuno Sang Buddha, gunung Kumgang

Bagaimanapun, penganut agama Buddha di Korea Utara dilaporkan bernasib lebih baik daripada kelompok agama lain; khususnya Kristen, yang dikatakan menghadapi hukuman dari pihak penguasa. Penganut agama Buddha diberi dana terbatas oleh pemerintah untuk mempromosikan agama itu, karena agama Buddha memainkan peran integral di dalam budaya tradisional Korea.[117]

Menurut Human Rights Watch, kegiatan keagamaan bebas tidak lagi ada di Korea Utara karena pemerintah mensponsori kelompok-kelompok keagamaan hanya untuk menciptakan ilusi kebebasan beragama.[118]

Menurut Religious Intelligence, situasi keagamaan di Korea Utara adalah sebagai berikut:[119]

  • Tidak beragama: 15.460.000 pengikut (64,31% penduduk, majoritas yang dominan, mereka adalah penghayat filsafat Juche)
  • Shamanisme Korea: 3.846.000 pengikut (16% penduduk)
  • Cheondoisme: 3.245.000 pengikut (13,50% penduduk)
  • Agama Buddha: 1.082.000 pengikut (4,50% penduduk)
  • Agama Kristen: 206.000 pengikut (5,69% penduduk)

Pyongyang adalah pusat kegiatan Kristen di Korea sebelum Perang Korea. Kini, empatbelas gereja yang diawasi negara ada di sini, di mana kebebasan beragama merupakan kasus khusus bagi orang asing.[120][121] Statistik pemerintah resmi melaporkan bahwa ada 10.000 Protestan dan 4.000 penganut Katolik Roma di Korea Utara.[122]

Menurut peringkat yang diterbitkan oleh Open Doors, sebuah organisasi yang membantu orang Kristen yang dizalimi, Korea Utara kini menjadi sebuah negara dengan penzaliman terbanyak dan terbesar terhadap orang Kristen di antara negara-negara lain sedunia.[123] Kelompok pembela Hak Asasi Manusia seperti Amnesty International juga mengungkapkan perhatian terhadap penzaliman keagamaan di Korea Utara.[124]

Pendidikan

Seorang bocah perempuan pelajar di dalam sebuah sekolah di Mangyongdae

Pendidikan di Korea Utara dikendalikan oleh pemerintah dan wajib sampai jenjang menengah pertama. Pendidikan di Korea Utara gratis, dan negara menyediakan bagi para siswa tidak hanya fasilitas pengajaran dan pendidikan gratis, tetapi juga seragam dan buku panduan.[125] Heuristika secara aktif diterapkan untuk membangun kemandirian dan kekreatifan para siswa.[126] Pendidikan wajib berlangsung sebelas tahun, dan melewati satu tahun jenjang pra-sekolah, empat tahun pendidikan dasar dan enam tahun pendidikan menengah. Kurikulum sekolah di Korea Utara terdiri dari pokok-pokok bahasan akademik dan politik.[127]

Sekolah dasar dikenal sebagai sekolah rakyat dan anak-anak belajar di sekolah ini pada umur 6-9 tahun. Mereka kemudian melanjutkan ke sekolah lanjutan umum atau sekolah lanjutan kejuruan, bergantung pada kemampuan masing-masing. Mereka memasuki sekolah lanjutan pada usia sepuluh tahun dan menyudahinya pada umur 16 tahun.

Pendidikan tinggi tidaklah wajib di Korea Utara. Tahapan ini terdiri dari dua sistem: pendidikan tinggi akademik dan pendidikan tinggi untuk pendidikan berlanjut. Sistem pendidikan tinggi akademik meliputi tiga jenis lembaga: universitas, sekolah profesional, dan sekolah teknik. Tahap pascasarjana untuk magister dan doktoral diserahkan kepada universitas bagi mahasiswa yang ingin melanjutkan pendidikannya. Dua universitas ternama di Korea Utara adalah Universitas Kim Il-sung dan Universitas Sains dan Teknologi Pyongyang, kedua-duanya di Pyongyang.

Korea Utara adalah salah satu negara yang paling melek huruf di dunia, dengan proporsi 99%.[38]

Kesehatan

Pelayanan kesehatan dan perawatan medis di Korea Utara tidak menuntut pembebanan biaya kepada rakyat.[128] Korea Utara menganggarkan 3% PDB-nya untuk sektor kesehatan. Sejak tahun 1950-an, Korea Utara telah meletakkan fondasi yang kuat di sektor kesehatan, dan antara tahun 1955 dan 1986, banyaknya rumah sakit bertambah dari 285 menjadi 2.401, dan banyaknya puskesmas – dari 1.020 menjadi 5.644.[129] Ada beberapa rumah sakit yang khusus melayani orang-orang pabrik dan pertambangan. Sejak tahun 1979 penekanan yang lebih baik diletakkan pada obat-obatan Korea tradisional, didasarkan pada perawatan yang memanfaatkan produk herbal dan akupunktur.

Sistem kesehatan Korea Utara menurun drastis sejak tahun 1990-an karena bencana alam, masalah ekonomi, dan makanan dan menipisnya cadangan bahan bakar. Banyak rumah sakit dan puskesmas di Korea Utara kini sangat kekurangan peralatan medis, obat-obatan, air, dan listrik.[130]

Hampir 100% penduduk memperoleh akses air dan sanitasi, tetapi tidak sepenuhnya ideal. Penyakit infeksi semisal tuberkulosis, malaria, dan hepatitis B dianggap menjadi endemik bagi negara ini.[131]

Menurut perkiraan 2009, angka harapan hidup orang Korea Utara adalah 63,8 tahun, sebuah gambaran yang mirip dengan Pakistan dan Myanmar dan sedikit lebih rendah daripada Rusia.[108]

Di antara masalah kesehatan lainnya, banyak warga Korea Utara menderita akibat kekurangan gizi, yang disebabkan oleh musim paceklik yang berkaitan dengan gagalnya panen, program distribusi makanan, dan kebijakan prioritas bagi militer. Sebuah laporan PBB tahun 1998, World Food Program melaporkan bahwa 60% anak-anak menderita kekurangan gizi, dan 16% kurang gizi akut. Hasilnya, mereka yang menderita selama bencana selalu saja menghadapi masalah kesehatan.

Masyarakat

Hak asasi manusia

Beberapa organisasi hak asasi manusia internasional, termasuk Amnesty International dan Human Rights Watch, menilai Korea Utara sebagai salah satu negara yang memiliki catatan hak asasi manusia terburuk.[132] Orang Korea Utara sering disebut sebagai "orang yang paling diperlakukan brutal di dunia", karena beberapa batasan yang ketat diletakkan di atas kebebasan politik dan ekonomi mereka.[133] Pengungsi Korea Utara telah menyaksikan keberadaan perkampungan penjara dan tahanan dengan kira-kira 150.000 sampai 200.000 penghuni (setara 0,85% seluruh penduduk), dan telah melaporkan adanya penyiksaan, kelaparan, pemerkosaan, pembunuhan, percobaan medis, buruh paksa, dan pengguguran janin paksa.[134].

Seorang pria sipil berseragam mengendarai sepeda di Pyongyang. Seragam seperti ini adalah bagian dari peraturan busana yang diamanatkan negara secara nasional.

Sistem ini sedikit berubah pada akhir 1990-an, ketika jumlah penduduk menjadi sangat sedikit. Di banyak kasus, ketika pemberangusan modal menjadi de facto, ia digantikan oleh beberapa pemberangusan yang ringan. Praktik suap-menyuap menjadi lumrah di negara ini. Banyak orang Korea Utara kini secara ilegal mengenakan pakaian yang berasal dari Korea Selatan, mendengarkan musik Korea Selatan, menonton kaset atau CD video Korea Selatan, dan bahkan menangkap siaran radio atau televisi Korea Selatan.[135][136]

Kultus individu

Pemerintah Korea Utara menjalankan kendali yang ketat ke atas seluruh sendi kebudayaan nasional, dan pengendalian ini digunakan untuk mengabadikan pemujaan kepribadian yang tidak jauh dari Kim Il-sung, dan, untuk sebuah perpanjangan yang tidak begitu besar, bagi Kim Jong-il. Ketika mengunjungi Korea Utara pada 1979, seorang wartawan Bradley Martin melaporkan bahwa hampir semua musik, seni, dan pahatan yang telah dia amati disajikan demi mengagung-agungkan "Pemimpin Agung" Kim Il-sung, yang mana pemujaan kepribadian ini kemudian diperpanjang kepada puteranya, "Pemimpin Terkasih" Kim Jong-il.[137] Lagu Tiada Ibu Pertiwi Tanpamu, dinyanyikan oleh Koor Tentara Korea Utara, digubah terkhusus untuk Kim Jong-Il dan merupakan salah satu dari komposisi nada yang paling merakyat di negara ini. Kim Il-sung resminya masih saja dipandang sebagai "Presiden Abadi" bangsa. Beberapa bangunan ciri khas kota di Korea Utara dinamai menurut nama Kim Il-sung, misalnya Universitas Kim Il-sung, Stadion Kim Il-sung, dan Alun-Alun Kim Il-sung. Para pencela telah dikutip dengan mengatakan bahwa sekolah-sekolah Korea Utara mempertuhankan kedua-dua ayah dan anak itu.[138] Kim Il-sung menolak tuduhan bahwa ia menciptakan upaya pemujaan ke arah dirinya sendiri dan menuduh siapa saja yang mengemukakan pendapat ini sebagai "faksionalisme".[137]

Kritik menyatakan bahwa kultus Kim Jong-il diwariskan dari ayahnya, Kim Il-sung. Ia seringkali menjadi pusat perhatian seluruh kehidupan awam di Korea Utara. Hari kelahirannya adalah hari libur terpenting di negara ini. Pada peringatan kelahiran yang ke-60 (menurut tanggal kelahiran resminya), perayaan massal diselenggarakan di seluruh pelosok negara ini.[139] Pemujaan kepribadian Kim Jong-il, kendati signifikan, tidaklah segencar terhadap ayahnya. Pada 2004, beberapa potret resminya diambil dari gedung-gedung umum.[140] Salah satu sudut pandang mengungkapkan bahwa pemujaan kepribadian Kim Jong Il dilakukan semata-mata demi menghargai Kim Il-sung atau menghindari proses peradilan karena kegagalan membayar sewa rumah.[141] Sumber-sumber media dan pemerintah dari luar Korea Utara pada umumnya mendukung pandangan ini,[142][143][144][145][146] sementara sumber-sumber pemerintah Korea Utara mengatakan bahwa hal ini adalah murni pemujaan terhadap pahlawan sejati.[147]

Penyatuan Korea

Bendera penyatuan Korea

Kebijakan Korea Utara adalah mencari penyatuan kembali (reunifikasi) tanpa adanya campur tangan pihak asing (luar Korea), melalui suatu struktur federal mempertahankan kepemimpinan dan sistem masing-masing. Korea Utara dan Korea Selatan menandatangani Pernyataan Bersama Utara-Selatan 15 Juni di mana kedua-dua pihak berjanji untuk mencari cara supaya dapat menyatu kembali secara damai.[148] Republik Federal Demokratik Korea adalah negara yang diajukan yang pertama disebutkan oleh Presiden Kim Il Sung pada 10 Oktober 1980 di dalam proposal federasi antara Korea Utara dan Korea Selatan di mana sistem politik masing-masing pada mulanya akan dipertahankan.[149]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Minahan, James B. (2014). Ethnic Groups of North, East, and Central Asia: An Encyclopedia. Santa Barbara: ABC-CLIO. hlm. 147. ISBN 978-1-61069-018-8. 
  2. ^ Alton, David; Chidley, Rob (2013). Building Bridges: Is There Hope for North Korea?. Oxford: Lion Books. hlm. 89. ISBN 978-0-7459-5598-8. 
  3. ^ "Korea, North". Britannica Book of the Year 2014. London: Encyclopedia Britannica, Inc. 2014. hlm. 642. ISBN 978-1-62513-171-3. 
  4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama unstats08
  5. ^ "Explore all countries–North Korea". World Fact Book. Diakses tanggal 24 Oktober 2022. 
  6. ^ "DPR Korea 2008 Population Census National Report" (PDF). Pyongyang: DPRK Central Bureau of Statistics. 2009. hlm. 14. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 March 2010. Diakses tanggal 19 February 2011. 
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CIAGDP(PPP)
  8. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CIAGDP(PPP)Capita
  9. ^ "UNData app". 
  10. ^ "Table 1.3 : HDI ranking for developing countries, 1995" (PDF). Human Development Report 1998. United Nations Development Program. 1998. hlm. 33. Diakses tanggal 23 April 2016. 
  11. ^ "Table 1.3 : HDI ranking for developing countries, 1994" (PDF). Human Development Report 1997. United Nations Development Program. 1997. hlm. 45. Diakses tanggal 12 October 2016. 
  12. ^ "Decree on Redesignating Pyongyang Time". Naenara. 30 April 2018. Diakses tanggal 4 May 2018. 
  13. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama CIATelephone
  14. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Hersher2016
  15. ^ "U.S.: N. Korea Boosting Guerrilla War Capabilities". FOX News Network, LLC. 2009-06-23. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  16. ^ Sanger, David E. (1991-05-29). "North Korea Reluctantly Seeks U.N. Seat". The New York Times Company. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  17. ^ Jeong, Jae Sung (2009-05-27). "KCNA: Korean Peninsula in State of War". The Daily NK. The Daily NK. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  18. ^ Spencer, Richard (2007-08-28). "North Korea power struggle looms". The Telegraph (online version of UK national newspaper). London. Diakses tanggal 2007-10-31. A power struggle to succeed Kim Jong-il as leader of North Korea's Stalinist dictatorship may be looming after his eldest son was reported to have returned from semi-voluntary exile. 
    Parry, Richard Lloyd (2007-09-05). "North Korea's nuclear 'deal' leaves Japan feeling nervous". The Times (online version of UK's national newspaper of record). London. Diakses tanggal 2007-10-31. The US Government contradicted earlier North Korean claims that it had agreed to remove the Stalinist dictatorship’s designation as a terrorist state and to lift economic sanctions, as part of talks aimed at disarming Pyongyang of its nuclear weapons. 
    Walsh, Lynn (2003-02-08). "The Korean crisis". CWI online: Socialism Today, February 2003 edition, journal of the Socialist Party, CWI England and Wales. socialistworld.net, website of the committee for a worker’s international. Diakses tanggal 2007-10-31. Kim Jong-il's regime needs economic concessions to avoid collapse, and just as crucially needs an end to the strategic siege imposed by the US since the end of the Korean war (1950–53). Pyongyang's nuclear brinkmanship, though potentially dangerous, is driven by fear rather than by militaristic ambition. The rotten Stalinist dictatorship faces the prospect of an implosion. Since the collapse of the Soviet Union, which deprived North Korea of vital economic support, the regime has consistently attempted to secure from the US a non-aggression pact, recognition of its sovereignty, and economic assistance. The US's equally consistent refusal to enter into direct negotiations with North Korea, effectively ruling out a peace treaty to formally close the 1950–53 Korean war, has encouraged the regime to resort to nuclear blackmail. 
    Oakley, Corey (2006). "US is threat to peace not North Korea". Edition 109 - October–November 2006. Socialist Alternative website in Australia. Diakses tanggal 2007-10-31. In this context, the constant attempts by the Western press to paint Kim Jong-il as simply a raving lunatic look, well, mad. There is no denying that the regime he presides over is a nasty Stalinist dictatorship that brutally oppresses its own population. But in the face of constant threats from the US, Pyongyang's actions have a definite rationality from the regime's point of view. 
  19. ^ a b Brooke, James (2003-10-02). "North Korea Says It Is Using Plutonium to Make A-Bombs". The New York Times. Diakses tanggal 2007-10-31. North Korea, run by a Stalinist dictatorship for almost six decades, is largely closed to foreign reporters and it is impossible to independently check today's claims.  [pranala nonaktif]
  20. ^ a b Baruma, Ian. "Leader Article: Let The Music Play On". The Times of India. Diakses tanggal 2008-03-27. North Korea, officially known as the Democratic People's Republic of Korea, is one of the world's most oppressive, closed, and vicious dictatorships. It is perhaps the last living example of pure totalitarianism - control of the state over every aspect of human life. 
  21. ^ Finn, Peter (2009-06-08). "U.S. to Weigh Returning North Korea to Terror List". Washington Post. Diakses tanggal 2009-06-19. The Bush administration removed North Korea from the list of terrorist states last year as part of an unfulfilled commitment by the dictatorship to dismantle its nuclear weapons program. 
  22. ^ "Constitution of North Korea (1972)". 1972. Diakses tanggal 2009-05-07. 
  23. ^ Martin, Bradley K. (2004). Under the Loving Care of the Fatherly Leader: North Korea and the Kim Dynasty. New York, NY: Thomas Dunne Books. hlm. 111. ISBN 0-312-32322-0. Although it was in that 1955 speech that Kim gave full voice to his arguments for juche, he had been talking along similar lines as early as 1948. 
  24. ^ "Freedom in the World, 2006". Freedom House. Diakses tanggal 2007-02-13. Citizens of North Korea cannot change their government democratically. North Korea is a totalitarian dictatorship and one of the most restrictive countries in the world. 
  25. ^ "Economist Intelligence Unit democracy index 2006" (PDF). Economist Intelligence Unit. 2007. Diakses tanggal 2007-10-09.  North Korea ranked in last place (167, lower is better)
  26. ^ "A portrait of North Korea's new rich". The Economist. 2008-05-29. Diakses tanggal 2009-06-18. EVERY developing country worth its salt has a bustling middle class that is transforming the country and thrilling the markets. So does Stalinist North Korea. 
  27. ^ a b Bruce Cummings, The Origins of the Korean War, Vol. 1: Liberation and the Emergence of Separate Regimes, 1945–1947, Princeton University Press
  28. ^ Martin, Bradley K. (2004). Under the Loving Care of the Fatherly Leader: North Korea and the Kim Dynasty. New York, NY: Thomas Dunne Books +. hlm. 66–67. ISBN 0-312-32322-0. 
  29. ^ Hermes, Jr., Walter (1966). Truce Tent and Fighting Front. Center of Military History. hlm. 2,6,9. 
  30. ^ "North-South Joint Declaration". Naenara. 2000-06-15. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  31. ^ a b Reuters. "Factbox - North, South Korea pledge peace, prosperity". Diakses tanggal 2007-10-04. 
  32. ^ Casey, Steven (2008). Selling the Korean War: propaganda, politics, and public opinion in the United States, 1950-1953. Oxford University Press US. ISBN 978-0-19-530692-7.
  33. ^ Kirkbride, Wayne (1984). DMZ, a story of the Panmunjom axe murder. Hollym International Corp.
  34. ^ Bandow, Doug; Carpenter, Ted Galen (1992). The U.S.-South Korean alliance: time for a change. Transaction Publishers. p.98–99. ISBN 978-1-56000-583-4.
  35. ^ Kwak, Tae-Hwan; Joo, Seung-Ho (2003). The Korean peace process and the four powers. Ashgate Publishing, Ltd. ISBN 978-0-7546-3653-3.
  36. ^ DeRouen, Karl; Heo, Uk (2005). Defense and Security: A Compendium of National Armed Forces and Security Policies. ABC-CLIO.
  37. ^ Bury, Chris (2000). "Interview - Madeleine Albright". Nightline Frontline, on PBS.org. Diakses tanggal 2007-08-11. 
  38. ^ a b c d Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama cia-kn
  39. ^ Malcom Moore (2009-05-28). "South Korean and US Troops raise alert level over North Korean Threat". Telegraph Online. Diakses tanggal 2009-07-06. 
  40. ^ Xinhua (2005-01-13). "S. Korea to cut 40,000 troops by 2008". People's Daily Online. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  41. ^ a b Oberdorfer, Don (2005-07-28). "North Korea: Six-Party Talks Continue". The Washington Post Online. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  42. ^ Kim, Kwang-Tae (2009-06-13). "North Korea Vows Nuclear Step-Up". Associated Press. Diakses tanggal 2009-06-14. 
  43. ^ "U.S. journalists head home from North Korea". CNN.com. 2009-08-05. Diakses tanggal 2010-01-02. 
  44. ^ "Eks Presiden Jimmy Carter Berhasil Bawa WN AS yang Ditahan Korut". DetikNews. 2010-08-28. Diakses tanggal 2010-09-03. 
  45. ^ Caraway, Bill (2007). "Korea Geography". The Korean History Project. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  46. ^ Federal Research Division of the US Library of Congress (2007). "North Korea - Climate". Country Studies. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  47. ^ "Emergency appeal for DPRK flood survivors", website of the Red Cross
  48. ^ a b c "Topography and Drainage". Library of Congress. 1993-06-01. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-20. Diakses tanggal 2009-08-17. 
  49. ^ a b North Korea Country Studies. Climate
  50. ^ North Korea - Contemporary Cultural Expression, Country Studies.
  51. ^ Cumings, Bruce G. "The Rise of Korean Nationalism and Communism". A Country Study: North Korea. Library of Congress. Call number DS932 .N662 1994. 
  52. ^ CNN. "Americans in Pyongyang Perform". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-02-27. Diakses tanggal 2008-02-26. 
  53. ^ Ben Rosen. "Letter From North Korea -- Update". Diakses tanggal 2008-12-01. 
  54. ^ .Musical diplomacy as New York Phil plays Pyongyang, Reuters, 26 february 2008
  55. ^ "2010 Men's World Ranking". International Ice Hockey Federation. Diakses tanggal 24 October 2010. 
  56. ^ "2010 Women's World Ranking". International Ice Hockey Federation. Diakses tanggal 24 October 2010. 
  57. ^ "18. Is North Korea a 'Stalinist' state?". DPRK FAQ; Document approved by Zo Sun Il. Official Webpages of the Democratic People's Republic of Korea. 2005-05-05. Diakses tanggal 2007-10-31. 
  58. ^ 10th Supreme People's Assembly. (1998-09-15). "DPRK's Socialist Constitution (Full Text)". The People's Korea. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  59. ^ "N Korea 'names Kim's successor'". BBC. 2009-06-02. Diakses tanggal 2009-06-02. 
  60. ^ "Kim Yong Nam Visits 3 ASEAN Nations To Strengthen Traditional Ties". The People's Korea. 2001. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  61. ^ CNN. "U.N. verifies closure of North Korean nuclear facilities". Diakses tanggal 2007-07-18. 
  62. ^ Office of the Coordinator for Counterterrorism. "Country Reports on Terrorism: Chapter 3 -- State Sponsors of Terrorism Overview". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-05-05. Diakses tanggal 2008-06-26. 
  63. ^ Washington Post. "Country Guide". Diakses tanggal 2008-06-26. 
  64. ^ BBC. ""N Korea to face Japan sanctions"". Diakses tanggal 2008-06-26. 
  65. ^ "U.S. takes North Korea off terror list". CNN. 2008-10-11. Diakses tanggal 2008-10-11. 
  66. ^ "北 수교국 상주공관, 평양보다 베이징에 많아". Yonhap News. 2009-03-02. Diakses tanggal 2009-07-06. 
  67. ^ a b Bureau of East Asian and Pacific Affairs (2007). "Background Note: North Korea". United States Department of State. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  68. ^ "Army personnel (per capita) by country". NationMaster. 2007. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  69. ^ Library of Congress country study, see p. 19 - Major Military Equipment
  70. ^ KCNA Past news, April 9, 2009
  71. ^ UN Listing of KOMID and Ryonbong[pranala nonaktif]
  72. ^ Zeller Jr., Tom (October 23 2006). "The Internet Black Hole That Is North Korea". The New York Times. Diakses tanggal December 26 2008. 
  73. ^ Powell, Bill (August 14 2007). "North Korea". Time. Diakses tanggal December 26 2008. 
  74. ^ http://www.jstor.org/pss/2644057
  75. ^ "North Korean Economy Watch » Blog Archive » Scott Snyder on Rason". Nkeconwatch.com. 2010-04-05. Diakses tanggal 2010-06-23. 
  76. ^ "North Korean Economy Watch » Blog Archive » Bridge on China-North Korea border being renovated". Nkeconwatch.com. 2010-04-13. Diakses tanggal 2010-06-23. 
  77. ^ "North Korean Economy Watch » Blog Archive » Russia inks deal connecting Rajin to Trans-Siberian Railroad". Nkeconwatch.com. 2008-08-12. Diakses tanggal 2010-06-23. 
  78. ^ Selamat Datang di Korea Utara. Aturan Pertama: Patuhi semua aturan, Steve Knipp, Kontributor The Christian Science Monitor. 2 Desember 2004.
  79. ^ Ryu, Yi-geun (2007-05-30). "[Feature] In reclusive North, signs of economic liberalization". The Hankyoreh. The Hankyoreh Media Company. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  80. ^ Jangmadang Will Prevent “Second Food Crisis” from Developing, DailyNK, 2007-10-26
  81. ^ "COUNTRY PROFILE: NORTH KOREA" (PDF). Library of Congress – Federal Research Division. July 2007. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2005-02-26. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  82. ^ "DPRK--Only Tax-free Country". Diakses tanggal 2009-06-19. 
  83. ^ "The Taean Work System". Lcweb2.loc.gov. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-12-13. Diakses tanggal 2010-06-23. 
  84. ^ a b http://koreatimes.co.kr/www/news/nation/2009/06/123_47603.html
  85. ^ Informasi dasar tentang Republik Demokratik Rakyat Korea, Kementerian Luar Negeri Bulgaria.
  86. ^ "MAJOR FOOD AND AGRICULTURAL COMMODITIES AND PRODUCERS - Countries by commodity". UN FAO Statistics Division. 2005. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  87. ^ "MAJOR FOOD AND AGRICULTURAL COMMODITIES AND PRODUCERS - Countries by commodity". UN FAO Statistics Division. 2005. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  88. ^ "Report on U.S. Humanitarian assistance to North Koreans" (PDF). United States House Committee on Foreign Affairs. 2006-04-15. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  89. ^ "North Korea: Ending Food Aid Would Deepen Hunger". Human Rights Watch. 2006-10-11. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  90. ^ Nam, Sung-wook (2006-10-26). "China's N.K. policy unlikely to change". The Korea Herald. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  91. ^ a b "Fourth round of Six-Party Talks". CanKor, on Korean Peace and Security. 2005-09-27. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  92. ^ Faiola, Anthony (2006-07-14). "S. Korea Suspends Food Aid to North". Washington Post. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  93. ^ <A class=htc href="LiveCall:47-0000779">47-0000779</A>fd2ac.html?nclick_check=1 "China halts rail freight to North Korea" Periksa nilai |url= (bantuan). Financial Times. 2007-10-18. Diakses tanggal 2007-10-18. 
  94. ^ French, Howard W. (2002-09-25). "North Korea to Let Capitalism Loose in Investment Zone". The New York Times. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  95. ^ MacKinnon, Rebecca (2005-01-17). "Chinese Cell Phone Breaches North Korean Hermit Kingdom". Yale Global Online. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  96. ^ "North Korea recalls mobile phones". The Sydney Morning Herald. 2004-06-04. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  97. ^ "Cell phone demand stays strong in North Korea". BusinessWeek. 2010-05-13. Diakses tanggal 2010-06-23. 
  98. ^ "N Korean heroin ship sunk by jet". BBC News. 2006-03-23. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  99. ^ Anderson, Chris (2010-01-15). "Visit anytime! North Korea lifts restrictions on U.S. tourists". CNNGo.com. Diakses tanggal 2010-06-23. 
  100. ^ "S Korea hopes DPRK to begin dialogue over S Korean tourist shot dead". chinaview.cn. Diakses tanggal 2009-07-12. 
  101. ^ "The Chosun Ilbo (English Edition): Daily News from Korea - N.Korea Seizes S.Korean Property in Mt. Kumgang". English.chosun.com. 2010-04-09. Diakses tanggal 2010-06-23. 
  102. ^ Annual Press Freedom Index, accessed November 30, 2008.
  103. ^ "Meagre media for North Korea", BBC, October 10, 2006.
  104. ^ Pervis, Larinda B. (2007). North Korea Issues: Nuclear Posturing, Saber Rattling, and International Mischief. Nova Science Publishers. p. 22. ISBN 978-1-60021-655-8.
  105. ^ Liston-Smith, Ian. Meagre media for North Koreans. BBC News Online. October 10, 2006
  106. ^ a b Dickinson, Rob. "A Glimpse of North Korea's Railways". The International Steam Pages. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  107. ^ 70% of Households Use Bikes, The Daily NK, 2008-10-30
  108. ^ a b "CIA - The World Factbook -- Country Comparison :: Life expectancy at birth". The World Factbook. Central Intelligence Agency. 2009. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  109. ^ a b "Infant mortality rate". The World Factbook -- Country Comparisons. CIA. 2009. Diakses tanggal 2009-05-01. 
  110. ^ "The State of the World's Children 2003". UNICEF. 2003. Diakses tanggal 2009-05-01. 
  111. ^ "Total fertility rate". The World Factbook -- Country Comparisons. CIA. 2009. Diakses tanggal 2009-05-01. 
  112. ^ "DPRK's Socialist Constitution (Full Text)". The People's Korea. 1998. Diakses tanggal 2009-07-04. ; see Chapter 5, Article 68
  113. ^ Nash, Amy (2008). "Korean Americans - Overview, Early history, Modern era, The first koreans in america, Significant immigration waves". Multicultural America. Advameg Inc. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  114. ^ "Culture of North Korea - Alternative name, History and ethnic relations". Countries and Their Cultures. Advameg Inc. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  115. ^ CIA The World Factbook -- North Korea
  116. ^ "Background Note: North Korea". U.S. State Department. 2009-2. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  117. ^ "Buddhist Temple Being Restored in N. Korea". Los Angeles Times. October 2, 2005. 
  118. ^ "Human Rights in North Korea". Human Rights Watch. 2004. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2004-07-14. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  119. ^ "Religious Intelligence UK report". Religious Intelligence. Religious Intelligence. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  120. ^ United States Commission on International Religious Freedom (2004-09-21). "Annual Report of the United States Commission on International Religious Freedom". Nautilus Institute. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  121. ^ "N Korea stages Mass for Pope". BBC News. 2005-04-10. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  122. ^ "North Korean Religion". Windows on Asia. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  123. ^ "Open Doors: World Watch List". Open Doors International. Diakses tanggal 2010-08-11. 
  124. ^ "Korea Report 2002". Amnesty International. 2001. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2002-11-22. Diakses tanggal 2007-08-02. 
  125. ^ North Korea - Education Overview, Library of Congress.
  126. ^ Educational themes and methods
  127. ^ Primary and Secondary education
  128. ^ Library of Congress country study, see p. 8 - Health
  129. ^ North Korea Public Health, Country Studies
  130. ^ "N Korea healthcare 'near collapse'". BBC News. 2008-11-18. 
  131. ^ "Life Inside North Korea". U.S. Department of State. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-08-14. Diakses tanggal 2008-11-18. 
  132. ^ Amnesty International (2007). "Our Issues, North Korea". Human Rights Concerns. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  133. ^ Seok, Kay (2007-05-15). "Grotesque indifference". Human Rights Watch. Diakses tanggal 2007-08-01. 
  134. ^ Hawk, David (2003). "The Hidden [[Gulag]]: Exposing North Korea’s Prison Camps - Prisoners' Testimonies and Satellite Photographs". U.S. Committee for Human Rights in North Korea. Diakses tanggal 2007-08-01.  Konflik URL–wikilink (bantuan)
  135. ^ "South Korean Dramas Are All the Rage among North Korean People". The Daily NK. 2007-11-02. 
  136. ^ "North Korean People Copy South Korean TV Drama for Trade". The Daily NK. 2008-02-22. 
  137. ^ a b Bradley K. Martin. Under the Loving Care of the Fatherly Leader: North Korea and the Kim Dynasty. ISBN 0-312-32322-0
  138. ^ Chol-hwan Kang and Pierre Rigoulot (2005). The Aquariums of Pyongyang: Ten Years in the North Korean Gulag, Basic Books. ISBN 0-465-01104-7
  139. ^ ""North Korea marks leader's birthday"". BBC. 16 February 2002. Diakses tanggal 2007-12-18. 
  140. ^ Removal of Kim Jong-il Portraits in North Korea Causes Speculation, VOA, 18 November 2004
  141. ^ Mansourov, Alexandre. ""Korean Monarch Kim Jong Il: Technocrat Ruler of the Hermit Kingdom Facing the Challenge of Modernity" The Nautilus Institute. Diakses 18 Desember 2007". 
  142. ^ Scanlon, Charles (16 February 2007). ""Nuclear deal fuels Kim's celebrations"". BBC. Diakses tanggal 2007-12-18. 
  143. ^ Coonan, Clifford (21 October 2006). ""Kim Jong Il, the tyrant with a passion for wine, women and the bomb"". The Independent. Diakses tanggal 2007-12-18. 
  144. ^ Richard Lloyd Parry. "'Dear Leader' clings to power while his people pay the price", The Times. 10 October 2006. Accessed 18 December 2007
  145. ^ ""'North Korea's 'Dear Leader' flaunts nuclear prowess"". New Zealand Herald. 10 October 2006. Diakses tanggal 2007-12-18. 
  146. ^ Compiled by the Bureau of Democracy, Human Rights, and Labor. "Country Reports on Human Rights Practices" US Department of State. 25 February 2004. Accessed 18 December 2007
  147. ^ Jason LaBouyer "When friends become enemies — Understanding left-wing hostility to the DPRK" Lodestar. May/June 2005: pp. 7–9. Korea-DPR.com. Diakses pada 18 Desember 2007.
  148. ^ ""Naenara"-Korea is One-Leader and Nation-June 15 North-South Joint Declaration". Naenara. Korea Computer Center in DPR Korea. 2000-06-15. Diakses tanggal 2009-07-04. 
  149. ^ Kim, Il Sung (1980-10-10). "REPORT TO THE SIXTH CONGRESS OF THE WORKERS' PARTY OF KOREA ON THE WORK OF THE CENTRAL COMMITTEE". Songun Politics Study Group (USA). Diakses tanggal 2009-07-04. 

Pranala luar


Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/> yang berkaitan
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref> untuk kelompok bernama "n", tapi tidak ditemukan tag <references group="n"/> yang berkaitan