Lompat ke isi

Che Guevara

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Che Guevara
Guerrillero Heroico
Gambar diabadikan oleh Alberto Korda pada tanggal 5 Maret 1960 selama upacara pemakaman untuk korban-korban ledakan La Coubre
LahirErnesto Guevara
(1928-06-14)14 Juni 1928[1]
Rosario, Provinsi Santa Fe, Argentina
Meninggal9 Oktober 1967(1967-10-09) (umur 39)
La Higuera, Vallegrande, Bolivia
Sebab meninggalDihukum mati dengan ditembak
MakamMausoleum Che Guevara
Santa Clara, Kuba
AlmamaterUniversitas Buenos Aires
PekerjaanDokter, penulis, gerilyawan, pejabat pemerintahan
OrganisasiGerakan 26 Juli, Partai Bersatu Revolusi Sosialis Kuba, Tentara Pembebasan Nasional (Bolivia)
Dikenal atasGuevarisme
Suami/istriHilda Gadea (1955–1959)
Aleida March (1959–1967, kematian Guevara)
AnakHilda (1956–1995)
Aleida (lahir 1960)
Camilo (lahir 1962)
Celia (lahir 1963)
Ernesto (lahir 1965)
Orang tuaErnesto Guevara Lynch
Celia de la Serna y Llosa
Tanda tangan
IMDB: nm0346466 Allocine: 37068 Allmovie: p291329
Musicbrainz: b5316590-b39e-4991-8602-dbf276361eed Discogs: 480054 Find a Grave: 4312 Modifica els identificadors a Wikidata

Ernesto "Che" Guevara (14 Juni 1928 – 9 Oktober 1967) adalah seorang revolusioner, dokter, penulis, pemimpin gerilyawan, diplomat, dan pakar teori militer asal Argentina yang berhaluan Marxis. Sebagai salah satu tokoh utama dalam Revolusi Kuba, wajahnya telah menjadi simbol perlawanan dalam gerakan kontra-kebudayaan dan dalam budaya populer.[2]

Saat masih menjadi seorang mahasiswa kedokteran, Guevara menjelajahi wilayah Amerika Selatan dan mengalami radikalisasi akibat kemiskinan, kelaparan, dan penyakit yang ia saksikan dengan mata kepalanya sendiri.[3] Ia sangat ingin menghentikan eksploitasi yang menurutnya dilakukan oleh "kapitalis Amerika Serikat", sehingga ia mencoba membantu reformasi sosial yang dicanangkan di Guatemala oleh Presiden Jacobo Árbenz. Namun, Árbenz kemudian dilengserkan dengan bantuan dari CIA atas desakan dari United Fruit Company, sehingga Guevara menjadi semakin mantap dengan ideologi yang dianutnya.[3] Setelah itu, ia pindah ke Kota Meksiko, dan di situ ia bertemu dengan Raúl dan Fidel Castro dan bergabung dengan Gerakan 26 Juli. Mereka berlayar ke Kuba dengan menumpangi sebuah kapal yacht yang bernama Granma, dengan tujuan menjatuhkan diktator Kuba yang didukung oleh Amerika Serikat, Fulgencio Batista.[4] Guevara kemudian menjadi tokoh yang terkenal di kalangan pemberontak dan diangkat sebagai komandan kedua, dan ia sendiri juga memainkan peranan yang penting dalam kampanye gerilya selama dua tahun yang pada akhirnya berhasil melengserkan rezim Batista.[5]

Seusai Revolusi Kuba, Guevara mengemban berbagai peranan penting dalam pemerintahan Castro. Peran-peran tersebut meliputi peninjauan banding dan hukuman tembak mati untuk orang-orang yang divonis melakukan kejahatan perang oleh pengadilan revolusioner,[6] pelaksanaan reformasi agraria dalam kapasitasnya sebagai menteri perindustrian, serta penggalakkan kampanye melek huruf di seluruh Kuba. Selain itu, ia menjabat sebagai direktur pengarahan angkatan bersenjata Kuba dan presiden bank nasional, dan ia berkeliling dunia sebagai perwakilan resmi Kuba. Guevara juga turut andil dalam melatih militer yang akhirnya berhasil menghalau Invasi Teluk Babi,[7] dan ia mendukung pengiriman misil-misil balistik bersenjata nuklir milik Uni Soviet ke Kuba yang berujung pada Krisis Misil Kuba tahun 1962.[8]

Guevara juga merupakan seorang penulis. Ia menyusun sebuah buku panduan tentang perang gerilya dan juga sebuah memoir tentang perjalanan masa mudanya dengan menggunakan sepeda motor. Pengalamannya serta ideologi Marxisme–Leninisme yang ia anut membuatnya meyakini bahwa keterbelakangan dan kebergantungan negara-negara Dunia Ketiga merupakan dampak dari imperialisme, neokolonialisme, dan kapitalisme monopoli, dan ia berkeyakinan bahwa hal ini hanya dapat dirombak oleh internasionalisme proletarian dan revolusi dunia.[9][10] Guevara meninggalkan Kuba pada tahun 1965 untuk mengobarkan revolusi di luar negeri. Pertama-tama ia mencoba membantu pemberontak di Kongo-Kinshasa, tetapi upaya ini mengalami kegagalan. Ia lalu menjadi gerilyawan di Bolivia, namun ia ditangkap oleh militer Bolivia yang dibantu CIA dan kemudian dihukum mati dengan ditembak.[11]

Che Guevara merupakan tokoh sejarah yang dipuja dan dikecam, dengan imajinasi kolektif tentang dirinya yang saling bertolak belakang di dalam berbagai buku biografi, memoir, esai, film dokumenter, lagu, dan film. Akibat anggapan bahwa ia adalah seorang martir, serta ajakannya untuk mengobarkan perjuangan kelas dan menciptakan kesadaran seorang "manusia baru" yang didorong oleh moral ketimbang materi,[12] ia menjadi lambang berbagai gerakan kiri. Majalah Time menobatkannya sebagai salah satu dari 100 tokoh paling berpengaruh pada abad ke-20,[13] sementara foto Che Guevara yang diabadikan oleh Alberto Korda (yang berjudul Guerrillero Heroico) dianggap sebagai "foto paling terkenal di dunia" oleh Maryland Institute College of Art .[14]

Kehidupan awal

Ernesto remaja (kiri) dengan orangtua dan saudara-saudaranya, sekitar tahun 1944. Yang duduk di sebelahnya, dari kiri ke kanan: Celia (ibu), Celia (saudari), Roberto, Juan Martín, Ernesto (ayah), dan Ana María.

Ernesto Guevara lahir dari pasangan Ernesto Guevara Lynch dan istrinya, Celia de la Serna y Llosa, pada tanggal 14 Juni 1928[1] di Rosario, Argentina, sebagai anak sulung dari lima bersaudara dalam sebuah keluarga Argentina kelas menengah keturunan Spanyol (termasuk Basque dan Cantabria), ditambah dengan darah Irlandia dari leluhur patrilinealnya, Patrick Lynch.[15][16][17] Menurut keluwesan tata penamaan dalam bahasa Spanyol, nama resminya (Ernesto Guevara) terkadang juga ditambahkan dengan nama belakang "de la Serna" dan/atau "Lynch".[18] Saat sedang membicarakan sifat Che yang "tidak tenang", ayahnya menyatakan bahwa "Hal pertama yang perlu disadari dari putraku adalah darah para pemberontak Irlandia yang mengalir di dalam tubuhnya".[19]

Pada masa awal hidupnya, Ernestito (sebutannya pada masa itu) berkembang menjadi orang yang "peduli terhadap kaum miskin".[20] Dibesarkan dalam keluarga berpemahaman sayap kiri, Guevara diperkenalkan pada spektrum besar sudut pandang politik bahkan pada masa kecilnya.[21] Ayahnya, seorang pendukung garis keras Republikan dari Perang Saudara Spanyol, seringkali mengelu-elukan beberapa veteran dari konflik tersebut di rumah Guevara.[22]

Disamping mengidap asma akut sepanjang hidupnya, ia cekatan sebagai seorang atlet, menikmati olahraga renang, sepak bola, golf, dan menembak, disamping juga menjadi seorang pesepeda yang "kurang handal".[23][24] Ia merupakan seorang pemain rugbi,[25] dan bermain pada posisi fly-half untuk Club Universitario de Buenos Aires.[26] Permainan rugbinya membuatnya dijuluki "Fuser"—sebuah persamaan kata dari El Furibundo (hebat) dan marga ibunya, de la Serna—untuk gaya bermainnya yang agresif.[27]

Peminatan intelektual dan kesusastraan

Berkas:CheG1951.jpg
Guevara di usia 22 tahun pada 1951

Guevara belajar catur dari ayahnya dan mulai ikut turnamen lokal pada usia 12 tahun. Pada masa remaja dan sepanjang hodupnya, ia memiliki semangat terhadap puisi, khususnya dari Pablo Neruda, John Keats, Antonio Machado, Federico García Lorca, Gabriela Mistral, César Vallejo, dan Walt Whitman.[28] Ia juga mengutip lagi "If—" karya Rudyard Kipling dan Martín Fierro karya José Hernández di dalam hati.[28] Rumah Guevara berisi lebih dari 3,000 buku, yang membuat Guevara menjadi antusias dan rajin membaca, dengan pemahaman-pemahaman dari Karl Marx, William Faulkner, André Gide, Emilio Salgari dan Jules Verne.[29] Selain itu, ia menikmati karya-karya Jawaharlal Nehru, Franz Kafka, Albert Camus, Vladimir Lenin, dan Jean-Paul Sartre; serta Anatole France, Friedrich Engels, H. G. Wells, dan Robert Frost.[30]

Saat ia bertumbuh besar, ia mengembangkan minat terhadap penulis-penulis Amerika Latin Horacio Quiroga, Ciro Alegría, Jorge Icaza, Rubén Darío, dan Miguel Asturias.[30] Beberapa gagasan pengarang tersebut ia katalogkan dalam buku-buku catatan tulis tangannya sendiri tentang konsep, definisi, dan filsafat dari kaum intelektual berpengaruh. Itu meliputi sketsa-sketsa analitikal dari Buddha dan Aristoteles, bersama dengan pandangan Bertrand Russell terhadap cinta dan patriotisme, Jack London terhadap masyarakat, dan Nietzsche terhadap gagasan kematian. Gagasan Sigmund Freud merasukinya saat ia mengutipnya pada berbagai topik dari mimpi dan libido terhadap narsisisme dan kompleks Oedipus.[30] Pelajaran-pelajaran kesukaannya di sekolah meliputi filsafat, matematika, teknik, ilmu politik, sosiologi, sejarah dan arkeologi.[31][32]

Bertahun-tahun berikutnya, pada 13 Februari 1958, 'laporan biografi dan kepribadian' CIA yang tak terklasifikasikan menyatakan soal sebagian besar pemahaman akademik dan intelektual Cuevara, dengan menyebutnya "cepat terbaca" disamping menambahkan bahwa "Che terlalu cerdas untuk orang Latino."[33]

Perjalanan sepeda motor

Pada 1948, Guevara masuk Universitas Buenos Aires untuk belajar kedokteran. "Rasa laparnya untuk mengeksplor dunia"[34] membuatnya memutuskan untuk meninggalkan pendidikan dengan dua perjalanan yang akan sangat mengubah caranya memandang dirinya sendiri dan keadaan ekonomi di Amerika Latin pada masa itu. Perjalanan pertamanya pada 1950 merupakan sebuah perjalanan solo berjarak 4,500 kilometer (2,800 mil) melalui provinsi-provinsi pedesaan utara Argentina menggunakan sepeda yang ia pasang dengan mesin kecil.[35] Perjalanan tersebut disusul pada 1951 dengan perjalanan sepeda motor berjarak 8,000 kilometer (5,000 mil) sepanjang sembilan bulan melewati sebagian besar Amerika Selatan. Perjalanan keduanya ia lakukan bersama dengan temannya Alberto Granado, dengan tujuan akhir melewati koloni lepra San Pablo di Peru selama beberapa minggu, di tepi Sungai Amazon.[36]

Peta perjalanan Guevara dengan Alberto Granado pada 1952. Garis merah menandakan perjalanan udara.
Guevara (kanan) dengan Alberto Granado (kiri) sedang menaiki rakit kayu "Mambo-Tango" mereka di Sungai Amazon pada Juni 1952. Rakit tersebut adalah sebuah hadiah dari para pengidap kusta yang mereka rawat.[37]

Di Chili, Guevara mengamati keadaan para penambang di pertambangan tembaga Chuquicamata milik Anaconda dan berlanjut ke Gurun Atacama dengan menyaksikan sepasang komunis teraniaya yang bahkan tak memiliki sebuah selimut, dengan menyebut mereka sebagai "korban penggigilan darah dan daging dari eksploitasi kapitalis".[38] Selain itu, saat berjalan ke dataran tinggi Machu Picchu di Andes, ia menyaksikan kemiskinan yang melanda kawasan-kawasan pedesaan, dimana para petani mengerjakan lahan-lahan kecil yang dimiliki oleh tuan-tuan tanah kaya.[39] Pada perjalanan selanjutnya, Guevara terpaku dengan orang-orang yang tinggal di sebuah koloni lepra, dengan menyatakan "bentuk solidaritas dan loyalitas manusia tertinggi yang bertumbuh pada kalangan penyendiri dan terpinggirkan."[39] Guevara menggunakan catatan yang diambil saat perjalanan tersebut dengan menuliskan sebuah catatan, yang berjudul The Motorcycle Diaries/Buku Harian Sepeda Motor, yang kemudian menjadi karya dengan penjualan terbaik menurut New York Times,[40] dan diadaptasi ke dalam film 2004 dengan nama yang sama pemenang penghargaan.

Perjalanan Guevara tersebut melewati Argentina, Chili, Peru, Ekuador, Kolombia, Venezuela, Panama, dan Miami, Florida, selama 20 hari,[41] sebelum kembali ke Buenos Aires. Pada akhir perjalanan, ia memandang Amerika Latin bukanlah kumpulan negara-negara terpisah, namun sebuah entitas tunggal yang membutuhkan strategi pembebasan seluruh belahan benua. Konsepsi tanpa batasnya dengan menyatukan Amerika Hispanik yang berbagi warisan Latino umum adalah sebuah tema yang mempengaruhi aktivitas revolusionernya pada masa berikutnya. Setelah kembali ke Argentina, ia menyelesaikan studinya dan meraih gelar kedokteran pada Juni 1953, membuatnya secara resmi disebut "Dr. Ernesto Guevara".[42][43]

Sebuah perjalanan sepeda motor yang mengarungi Amerika Selatan menyadarkanku akan ketidakadilan dominasi AS di hemisfer tersebut, dan kolonialisme yang terjadi pada para penduduk aslinya.

George Galloway, politikus Inggris[44]

Guevara kemudian menyatakan bahwa melalui perjalanannya di Amerika Latin, ia menjadi memiliki "kontak dekat dengan kemiskinan, kelaparan dan penyakit" bersama dengan "ketidakmampuan untuk merawat seorang anak karena kekurangan uang" dan "pihak bodoh yang diprovokasi oleh kelaparan dan penyiksaan berkelanjutan" yang membuat seorang ayah "harus kehilangan seorang putra karena sebuah peristiwa tak berpengaruh". Hal ini merupakan pengalaman yang Guevara kutip sebagai alasan dirinya untuk "membantu masyarakat", ia perlu meninggalkan alam kedokteran, dan masuk ranah perjuangan politik bersenjata.[3]

Guatemala, Árbenz, dan United Fruit

Peta perjalanan Che Guevara dari tahun 1953 hingga 1956, termasuk perjalanannya menumpangi Granma.

Pada tanggal 7 Juli 1953, Guevara kembali melakukan perjalanan, kali ini ke Bolivia, Peru, Ekuador, Panama, Kosta Rika, Nicaragua, Honduras, dan El Salvador. Pada tanggal 10 Desember 1953, sebelum berangkat ke Guatemala, Guevara mengirimkan kabar dari San José, Kosta Rika, kepada bibinya, Beatriz. Dalam surat tersebut, Guevara menjelaskan soal perjalanannya ke daerah-daerah operasi United Fruit Company, sebuah perjalanan yang kelak akan membuatnya sangat berkeyakinan bahwa sistem kapitalisme perusahaan tersebut adalah sistem yang buruk.[45] Kebencian ini bersifat agresif seperti yang sebelumnya pernah ia luapkan untuk menakut-nakuti kerabat-kerabatnya yang lebih konservatif, dan pada akhirnya Guevara pun bersumpah di atas gambar almarhum Josef Stalin bahwa ia tidak akan berhenti sampai "gurita-gurita tersebut telah dimusnahkan".[46] Pada akhir bulan tersebut, Guevara tiba di Guatemala yang dipimpin oleh Jacobo Árbenz Guzmán, seorang presiden yang terpilih secara demokratis dan mencoba mengakhiri sistem latifundia. Untuk mewujudkan hal tersebut, Presiden Árbenz mencanangkan program reformasi lahan besar-besaran, sehingga semua bagian lahan yang belum digarap disita oleh pemerintah dan diberikan kepada para petani tak berlahan. Pemilik lahan terbesar dan salah satu yang paling terkenal dampak reformasi tersebut adalah United Fruit Company, dan pemerintahan Árbenz sendiri telah menyita lebih dari 225.000 ekar (91.054 ha) lahan yang belum digarap dari perusahaan tersebut.[47] Guevara merasa puas dengan kebijakan ini, dan ia memutuskan untuk menetap di Guatemala untuk "menyempurnakan diri dan menyelesaikan apa yang diperlukan untuk menjadi seorang revolusioner yang sesungguhnya."[48]

Di Kota Guatemala, Guevara bertemu dengan Hilda Gadea Acosta, seorang ekonom Peru yang memiliki hubungan politik yang kuat karena ia adalah anggota Alianza Popular Revolucionaria Americana (APRA, Aliansi Revolusioner Populer Amerika) yang berhaluan kiri. Acosta memperkenalkan Guevara dengan sejumlah pejabat tingkat tinggi di pemerintahan Arbenz. Guevara kemudian menjalin hubungan dengan kelompok pengasingan Kuba yang memiliki keterkaitan dengan Fidel Castro melalui serangan terhadap barak-barak Moncada di Santiago de Cuba pada tanggal 26 Juli 1953. Pada masanya di Guatemala, Guevara memperoleh julukan yang melekat dengan namanya, karena ia sering menggunakan silabel pengisi khas Argentina, che (sebuah penanda diskursus serba guna, seperti pengucapan "eh" dalam bahasa Inggris Kanada).[49] Pada masa ini, Guevara juga dibantu oleh tokoh-tokoh Amerika Tengah lainnya yang berada di pengasingan, seperti Helena Leiva de Holst yang menyediakan makanan dan tempat bernaung.[50] Kepada Guevara, Helena juga membahas perjalanannya untuk mempelajari Marxisme di Rusia dan Tiongkok,[51] dan Guevara sendiri mempersembahkan sebuah puisi untuk Helena yang berjudul "Invitación al camino".[52]

Pada Mei 1954, pemerintahan Komunis Cekoslowakia mengirimkan persenjataan infantri dan artileri ringan buatan kepada pemerintahan Arbenz, dan persenjataan-persenjataan tersebut kemudian tiba di Puerto Barrios.[53] Pemerintah Amerika Serikat (yang sudah menugaskan CIA untuk melancarkan Operasi PBSUCCESS untuk melengserkan Arbenz) menanggapi hal tersebut dengan membanjiri Guatemala dengan propaganda anti-Arbenz melalui radio serta selebaran-selebaran yang dijatuhkan dari udara, dan mereka juga melakukan mengeboman dengan menggunakan pesawat.[54] Selain itu, Amerika Serikat mendukung pasukan dari luar negeri (terdiri dari ratusan orang-orang Guatemala di pengasingan dan tentara bayaran) yang dipimpin oleh Castillo Armas untuk menjatuhkan pemerintahan Arbenz. Akhirnya, pada tanggal 27 Juni, Arbenz memutuskan untuk mengundurkan diri.[55] Maka dari itu, Armas dan pasukannya yang didukung oleh CIA dapat memasuki Kota Guatemala dan mendirikan sebuah junta militer; junta tersebut lalu memilih Armas sebagai presiden pada tanggal 7 Juli.[56] Rezim Armas kemudian mengukuhkan kekuasaan dengan memenjarakan dan menghukum mati orang-orang yang terduga komunis,[57] dan pada saat yang sama juga menghancurkan serikat-serikat buruh[58] dan membatalkan reformasi lahan yang telah dicanangkan oleh Arbenz.[59]

Guevara sendiri mendukung Arbenz dan bergabung dengan milisi bersenjata yang dibentuk oleh kelompok Pemuda Komunis, tetapi ia merasa frustrasi karena kelompok tersebut tidak mengambil tindakan, sehingga ia kembali melakukan tugas-tugas medis. Seusai kudeta, ia kembali menjadi sukarelawan tempur, tetapi tidak lama sesudahnya Arbenz mengungsi ke Kedutaan Besar Meksiko dan meminta kepada para pendukung asingnya untuk meninggalkan Guatemala. Ujaran Guevara untuk tetap melawan diendus oleh para pendukung kudeta, dan nyawa Guevara pun diincar.[60] Setelah Hilda Gadea ditangkap, Guevara berlindung di konsulat Argentina, dan ia bertahan di situ sampai ia diperbolehkan lewat beberapa minggu kemudian dan lalu pergi ke Meksiko.[61]

Pelengseran rezim Arbenz dan pendirian kediktatoran sayap kanan di Guatemala semakin mengukuhkan pandangan Guevara bahwa Amerika Serikat adalah kekuatan imperialis yang harus dilawan, dan bahwa Amerika Serikat menentang dan berupaya menghancurkan pemerintahan manapun yang mencoba mengurangi jurang antara yang kaya dan miskin, yang merupakan masalah yang mendalam di Amerika Latin dan negara-negara berkembang lainnya.[48] Saat sedang membahas peristiwa kudeta ini, Guevara menyatakan bahwa "Demokrasi revolusioner Amerika Latin yang terakhir – yaitu demokrasi Jacobo Arbenz – gagal akibat agresi terencana yang berdarah dingin yang dilakukan oleh Amerika Serikat."[60]

Kudeta ini juga memperkuat keyakinan Guevara bahwa Marxisme hanya dapat diwujudkan melalui perjuangan bersenjata dan dipertahankan oleh rakyat yang bersenjata.[62] Gadea kemudian menulis bahwa "Guatemala-lah yang akhirnya membuatnya yakin akan perlunya perjuangan bersenjata dan pengambilan inisiatif dalam melawan imperialisme. Pada saat ia pergi, ia merasa yakin akan hal ini."[63]

Kota Meksiko dan persiapan

Guevara dengan Hilda Gadea sedang berbulan madu di Chichén Itzá.

Guevara tiba di Kota Meksiko pada tanggal 21 September 1954, dan bekerja di Rumah Sakit Umum dan di Rumah Sakit Infantil de Mexico.[64][65] Selain itu, ia menyampaikan kuliah tentang kedokteran di Fakultas Kedokteran Universitas Otonom Nasional Meksiko dan bekerja sebagai fotografer berita untuk Prensa Latina.[66][67] Hilda menulis dalam memoirnya, Kehidupanku dengan Che, bahwa Guevara sempat ingin bekerja sebagai seorang dokter di Afrika dan bahwa ia masih sangat tertekan dengan kemiskinan yang berada di sekitarnya.[68] Contohnya, Hilda menggambarkan bagaimana Guevara sangat terobsesi dengan seorang wanita pencuci tua yang ia obati, yang ia anggap sebagai "perwakilan golongan yang paling terlupakan dan tereksploitasi". Hilda kemudian menemukan sebuah puisi yang dipersembahkan oleh Che kepada wanita tua tersebut, yang berisi "sebuah janji untuk berjuang demi dunia yang lebih baik, untuk kehidupan yang lebih baik bagi seluruh kaum miskin dan tereksploitasi."[68]

Pada masa ini, ia menjalin kembali hubungan pertemanannya dengan Ñico López dan orang-orang Kuba lainnya di pengasingan yang pernah ia temui di Guatemala. Pada Juni 1955, López memperkenalkan Guevara dengan Raúl Castro, dan Raul lalu mengenalkan Guevara kepada kakaknya, Fidel Castro, pemimpin revolusioner yang membentuk Gerakan 26 Juli dan sedang berencana melengserkan kediktatoran Fulgencio Batista. Selama perbincangan panjang dengan Fidel pada malam pertemuan pertama mereka, Guevara menyimpulkan bahwa apa yang diperjuangkan oleh Fidel dan kawan-kawannya adalah apa yang telah ia cari-cari, dan sebelum matahari terbit ia sudah bergabung menjadi anggota Gerakan 26 Juli.[69] Walaupun kepribadian mereka saling "bertolak belakang", sejak saat itu Che dan Fidel mulai menjalin "hubungan persahabatan revolusioner yang akan mengubah dunia", karena mereka sama-sama memiliki komitmen anti-imperialisme.[70]

Pada saat ini pula Guevara semakin berkeyakinan bahwa konglomerat-konglomerat yang dikendalikan AS menempatkan dan mendukung rezim-rezim penindas di berbagai belahan dunia. Maka dari itu, ia menganggap Batista sebagai "boneka AS yang harus dipotong tali senarnya".[71] Meskipun ia berencana menjadi petugas medis di kelompok tersebut, Guevara ikut dalam pelatihan militer dengan para anggota gerakan tersebut. Bagian penting dari pelatihan tersebut adalah pelajaran taktik menyerang dan mundur dalam perang gerilya. Guevara dan anggota-anggota pergerakan yang lain berjalan selama 15 jam melalui berbagai medan dan belajar dan menyempurnakan cara untuk menyergap dan lalu mundur dengan cepat. Sedari awal Guevara sudah menjadi "murid istimewa Alberto Bayo di antara orang-orang yang dilatihnya, [dan] meraih nilai tertinggi dalam setiap ujian yang diberikan.[72] Pada akhir pelatihan, ia disebut "gerilyawan terbaik dari antara mereka semua" oleh Jenderal Bayo.[73]

Guevara kemudian menikah dengan Hilda di Meksiko pada September 1955, sebelum ia berangkat ke Kuba untuk membantu mewujudkan cita-cita Gerakan 26 Juli.[74]

Revolusi Kuba

Invasi, perang, dan Santa Clara

Guevara sedang menunggangi seekor bagal di Provinsi Las Villas, Kuba, November 1958

Langkah pertama dalam rencana revolusioner Castro adalah serangan ke Kuba dari Meksiko dengan menaiki Granma, sebuah kapal penjajap kabin yang sudah tua dan bocor. Mereka tiba di Kuba pada tanggal 25 November 1956. Mereka diserang oleh pasukan Batista tidak lama setelah mendarat, sehingga banyak dari antara 82 pasukan Castro yang tewas dalam serangan tersebut atau dihukum mati setelah ditangkap; hanya 22 orang yang berhasil berkumpul kembali sesudahnya.[75] Selama konfrontasi berdarah ini, Guevara menjatuhkan persediaan-persediaan medisnya dan mengambil sebuah kotak amunisi yang dijatuhkan oleh rekannya yang telah melarikan diri, dan ini menjadi momen simbolis dalam kehidupan Che.[76]

Hanya ada sekelompok kecil revolusioner yang selamat dan dapat berkumpul kembali di pegunungan Sierra Maestra. Di situ, mereka mendapatkan dukungan dari jaringan gerilyawan perkotaan Frank País, Gerakan 26 Juli, dan petani-petani campesino setempat. Semenjak mundur ke Pegunungan Sierra, dunia menjadi penasaran apakah Castro masih hidup atau sudah mati sampai awal 1957 saat wawancaranya dengan Herbert Matthews diterbitkan di The New York Times. Artikel tersebut membentuk citra Castro dan para gerilyawannya. Guevara tidak hadir dalam wawancara tersebut, namun pada bulan-bulan berikutnya, ia mulai menyadari pentingnya media dalam perjuangan mereka. Sementara itu, persediaan dan moral semakin menipis, dan alergi akibat gigitan nyamuk menghasilkan kista seukuran kacang kenari di tubuhnya,[77] sehingga Guevara menganggap masa itu sebagai "hari-hari paling menyakitkan semasa perang".[78]

Pada saat Guevara hidup bersembunyi di antara para petani subsisten miskin di pegunungan Sierra Maestra, ia mendapati bahwa di sana tidak ada sekolah dan listrik, fasilitas kesehatannya masih minim, dan lebih dari 40% orang dewasa buta huruf.[79] Saat perang berlanjut, Guevara menjadi tokoh yang penting di kalangan pemberontak dan berhasil "meyakinkan Castro dengan kecakapan, diplomasi, dan kesabaran".[5] Guevara mendirikan pabrik-pabrik untuk menghasilkan granat, membuat oven-oven untuk memanggang roti, mengajarkan taktik-taktik kepada orang-orang yang baru direkrut, dan menyelenggarakan sekolah-sekolah agar orang-orang yang buta huruf dapat membaca dan menulis.[5] Selain itu, Guevara mendirikan klinik-klinik kesehatan, lokakarya untuk mengajarkan taktik militer, dan sebuah surat kabar untuk menyebarkan informasi.[80] Pada masa itu pula, ia juga diangkat oleh Fidel Castro menjadi Comandante (komandan) barisan angkatan bersenjata kedua.[5]

Sebagai komandan kedua, Guevara merupakan orang yang sangat disiplin dan terkadang menembaki orang-orang yang membelot. Orang-orang yang meninggalkan tugas dianggap sebagai pengkhianat, dan Guevara mengirim regu-regu untuk melacak mereka yang telah lari.[81] Akibatnya, Guevara ditakuti akan kebrutalan dan kekejamannya.[82] Selama kampanye gerilya, Guevara juga bertanggung jawab atas penghukuman mati sejumlah orang yang dituduh sebagai informan, orang yang meninggalkan tugas, atau mata-mata.[83] Di dalam buku hariannya, Guevara menceritakan penghukuman mati Eutímio Guerra, seorang pemandu tentara dari kalangan petani yang mengaku telah berkhianat setelah diketahui bahwa ia dijanjikan sepuluh ribu peso dan berulangkali memberitahukan posisi para pemberontak untuk diserang oleh angkatan udara Kuba.[84] Informasi semacam itu juga memungkinkan tentara Batista untuk membakar rumah-rumah petani yang bersimpati kepada revolusi.[84] Setelah Guerra meminta agar mereka "mengakhiri hidupnya dengan cepat",[84] Che melangkah maju dan menembak kepalanya, dan ia lalu menulis bahwa "Keadaan tersebut sangat tidak mengenakkan bagi orang-orang dan bagi Eutimio sehingga aku mengakhiri masalah tersebut dengan menembaknya dengan pistol .32 di sisi kanan otaknya, dengan lubang di sisi kanan [lobus] temporal."[85] Seorang penulis biografi merasa bahwa gaya penulisannya yang menjelaskan fakta dan menggunakan istilah-istilah ilmiah menunjukkan bagaimana ia "sungguh terlepas dari kekerasan" pada masa perang tersebut.[85] Kemudian, Guevara menerbitkan sebuah catatan mengenai insiden tersebut, yang berjudul "Kematian Seorang Pengkhianat", dan di situ ia mengubah kisah Eutimio menjadi "perumpamaan revolusioner mengenai penebusan melalui pengorbanan".[85]

Che Guevara sedang menghisap sebuah pipa di pangkalan gerilyanya di Pegunungan Escambray

Meskipun cenderung keras dan banyak meminta, ia merasa bahwa seorang komandan juga berperan sebagai guru, dan ia menghibur pasukan-pasukannya saat sedang beristirahat dengan membacakan karya-karya Robert Louis Stevenson, Cervantes, dan para penyair lirik Spanyol.[86] Selain itu, ia terinspirasi oleh prinsip "melek huruf tanpa batas" José Martí, sehingga ia berusaha memastikan agar para pemberontak meluangkan waktunya untuk mengajar para petani yang tak terdidik yang tinggal bersama mereka sebagai bagian dari "pertempuran melawan kebodohan".[79] Tomás Alba, yang berjuang di bawah komando Guevara, kelak menyatakan bahwa "Che dicintai, meskipun ia keras dan banyak meminta. Kami bersedia mengorbankan nyawa kami untuknya."[87]

Fidel Castro menganggap Guevara sebagai seorang pemimpin yang cerdas, berani, dan patut diteladani, dan Castro juga merasa bahwa Guevara "memiliki otoritas moral yang besar terhadap pasukannya".[88] Walaupun begitu, Castro menganggap Guevara terlalu banyak mengambil risiko, dan bahkan memiliki "kecenderungan nekat".[89] Letnan Guevara yang masih remaja, Joel Iglesias, mengisahkan tindakan-tindakan semacam itu dalam buku hariannya, tetapi ia menyatakan bahwa perilaku Guevara selama pertempuran bahkan membuat kagum musuhnya. Contohnya adalah ketika Iglesias terluka dalam pertempuran, ia melihat bahwa "Che berlari ke arahku, menerobos hujaman peluru, menggendongku di pundaknya, dan membawaku keluar dari sana. Para pasukan [lawan] tidak berani menembaknya ... kemudian mereka berkata kepadaku bahwa ia sungguh mengesankan mereka saat mereka melihatnya berlari dengan pistolnya yang ditenteng di sabuknya dan menghiraukan bahaya, [sehingga] mereka tidak berani menembak."[90]

Guevara berperan penting dalam mendirikan stasiun radio bawah tanah Radio Rebelde (Radio Pemberontak) pada Februari 1958, yang menyiarkan pernyataan-pernyataan Gerakan 26 Juli kepada rakyat Kuba dan memungkinkan komunikasi radiotelepon di antara sejumlah pemberontak yang tersebar di pulau tersebut. Guevara tampaknya terinspirasi dari kemujaraban radio yang disediakan oleh CIA di Guatemala pada masa pelengseran pemerintahan Jacobo Árbenz Guzmán.[91]

Untuk memadamkan pemberontakan, pasukan pemerintah Kuba mulai menghukum mati para pemberontak yang ditahan, dan secara berkala menangkapi, menyiksa, dan menembaki warga sipil sebagai bagian dari taktik intimidasi.[92] Pada Maret 1958, kekejaman yang dilakukan oleh pasukan Batista membuat Amerika Serikat menghentikan penjualan senjata kepada pemerintahan Kuba.[80] Kemudian, pada akhir Juli 1958, Guevara memainkan peranan penting dalam Pertempuran Las Mercedes dengan menugaskan barisannya untuk menghalangi 1.500 pasukan yang dikerahkan oleh Jenderal Cantillo dalam upaya untuk mengepung dan menghancurkan pasukan Castro. Beberapa tahun kemudian, Mayor Larry Bockman dari Korps Marinir Amerika Serikat menganggap taktik Che dalam pertempuran tersebut sebagai taktik yang "brilian".[93] Pada masa itu, Guevara juga telah menjadi "ahli" taktik dalam melakukan penyerangan dan kemudian mundur ke pedesaan sebelum tentara Batista dapat melakukan serangan balasan.[94]

Seusai Pertempuran Santa Clara, 1 Januari 1959

Ketika perang terus berlanjut, Guevara memimpin barisan pejuang yang baru yang dikerahkan ke barat untuk mendekati kota Havana. Pasukan tersebut berjalan kaki selama tujuh minggu dan hanya bergerak pada malam hari agar tidak disergap musuh, dan mereka seringkali tidak makan selama berhari-hari.[95] Pada hari-hari terakhir Desember 1958, tugas Guevara adalah membagi Kuba menjadi dua dengan merebut Provinsi Las Villas. Dalam waktu beberapa hari, ia berhasil memperoleh sejumlah "kemenangan taktis yang brilian", sehingga ia dapat menguasai seluruh provinsi tersebut kecuali ibu kotanya di Santa Clara.[95] Guevara kemudian mengirim "regu bunuh diri"-nya ke Santa Clara, tetapi mereka malah berhasil memperoleh kemenangan yang gemilang.[96][97] Sebagai catatan, selama enam minggu sebelum Pertempuran Santa Clara, terdapat masa ketika pasukan Che dikepung di segala arah, kalah persenjataan, dan kalah jumlah 10:1. Walaupun begitu, Che masih dapat menang, sehingga beberapa pengamat menganggapnya sebagai "pencapaian yang luar biasa dalam peperangan modern".[98]

Radio Rebelde menyiarkan laporan pertama bahwa barisan Guevara telah mengambil alih Santa Clara pada Malam Tahun Baru 1958. Hal ini bertentangan dengan laporan dari media berita nasional yang sangat dikendalikan oleh pemerintah, yang sempat melaporkan bahwa Guevara tewas dalam pertempuran. Pada pukul tiga dini hari tanggal 1 Januari 1959, setelah mendengar kabar bahwa para jenderal sedang merundingkan perdamaian dengan Guevara, Fulgencio Batista menaiki sebuah pesawat di Havana dan melarikan diri ke Republik Dominika. Ia turut membawa "kekayaan yang jumlahnya melebihi $300.000.000 dari korupsi dan suap".[99] Pada hari berikutnya, Guevara memasuki kota Havana.[100] Fidel Castro butuh waktu enam hari untuk tiba di Havana, karena ia berhenti untuk menggalang dukungan di beberapa kota besar. Secara keseluruhan, jumlah korban tewas yang ditimbulkan oleh revolusi ini tercatat sekitar 2.000 orang.[101]

Pada pertengahan Januari 1959, Guevara menetap di sebuah vila musim panas di Tarará agar ia dapat memulihkan diri dari serangan asma beratnya.[102] Saat berada di sana, ia membentuk Grup Tarara, sebuah kelompok yang membahas dan menyusun rencana-rencana pembangunan ekonomi, politik, dan sosial Kuba.[103] Selain itu, Che mulai menulis bukunya yang berjudul Perang Gerilya saat masih berada di Tarara.[103] Pada bulan Februari, pemerintah revolusioner memproklamirkan Guevara sebagai "warga negara Kuba berdasarkan kelahiran" untuk mengakui jasa-jasanya selama revolusi.[104] Saat Hilda Gadea tiba di Kuba pada akhir bulan Januari, Guevara berkata kepadanya bahwa ia memiliki hubungan dengan wanita lain, sehingga keduanya bercerai,[105] dan perceraian tersebut diresmikan pada tanggal 22 Mei.[106] Pada tanggal 2 Juni 1959, ia menikahi Aleida March, seorang anggota gerakan 26 Juli kelahiran Kuba yang telah tinggal dengannya sejak akhir tahun 1958. Guevara kembali ke desa pinggir laut Tarara pada bulan Juni untuk berbulan madu dengan Aleida.[107] Guevara sendiri dikaruniai lima orang anak dari dua pernikahannya.[108]

La Cabaña, reformasi lahan, dan pengentasan buta aksara

Para pemimpin pemberontak (kanan ke kiri): Camilo Cienfuegos, Presiden Kuba Manuel Urrutia, dan Guevara (Januari 1959)

Krisis politik besar pertama terjadi sehubungan dengan tindakan yang sebaiknya diambil terhadap para pejabat Batista yang bertanggung jawab atas tindakan penindasan.[109] Selama pemberontakan melawan kediktatoran Batista, komando umum pasukan pemberontak (yang dipimpin oleh Fidel Castro) mulai memberlakukan hukum pidana dari abad ke-19 yang disebut Ley de la Sierra (Hukum Sierra) di wilayah yang mereka kendalikan.[110] Hukum tersebut mengganjar hukuman mati untuk kejahatan berat, entah itu dilakukan oleh rezim Batista ataupun oleh para pendukung revolusi. Pada tahun 1959, pemerintah revolusioner menerapkan hukum tersebut di seluruh Kuba dan kepada orang-orang yang dianggap sebagai penjahat perang. Menurut Kementerian Kehakiman Kuba, pemberlakuan hukum ini didukung oleh mayoritas penduduk, dan mengikuti prosedur yang sama dengan yang Pengadilan Nürnberg yang digelar oleh Sekutu seusai Perang Dunia II.[111]

Untuk mewujudkan rencana tersebut, Castro menjadikan Guevara sebagai komandan penjara Benteng La Cabaña untuk masa jabatan selama lima bulan (2 Januari sampai 12 Juni 1959).[112] Guevara ditugaskan "membersihkan" angkatan darat Batista dan memberlakukan "keadilan revolusioner" terhadap orang-orang yang dianggap pengkhianat, chivatos (informan), atau penjahat perang.[113] Saat menjadi komandan di La Cabaña, Guevara meninjau banding yang diajukan oleh orang-orang yang telah divonis selama proses pengadilan revolusioner.[6] Pengadilan dilakukan oleh 2-3 perwira tentara, seorang asisten hakim, dan seorang warga setempat yang dihormati.[114] Kadang-kadang hukuman yang diganjar oleh pengadilan ini adalah hukuman tembak mati.[115] Raúl Gómez Treto, seorang penasehat hukum senior untuk Kementerian Kehakiman Kuba, berpendapat bahwa hukuman mati dapat dibenarkan agar rakyat tidak mencoba main hakim sendiri, seperti yang pernah terjadi dua puluh tahun sebelumnya dalam pemberontakan anti-Machado.[116] Para penulis biografi mengamati bahwa pada Januari 1959, masyarakat Kuba ingin melakukan penghukuman mati dengan tangan mereka sendiri,[117] dan sebuah survei pada waktu itu menunjukkan bahwa 93% warga negara setuju dengan proses pengadilan tersebut.[6] Selain itu, pada tanggal 22 Januari 1959, Universal Newsreel (yang disiarkan di Amerika Serikat dan dinarasikan oleh Ed Herlihy) menayangkan Fidel Castro yang sedang bertanya kepada sekitar satu juta orang Kuba apakah mereka setuju dengan penghukuman mati ini, dan mereka menjawab dengan teriakan "¡Si!" (ya).[118] Mengingat bahwa sebelumnya ribuan orang Kuba telah dibunuh oleh para kolaborator Batista,[119][120] banyak penjahat perang yang dijatuhi hukuman mati;[6] pemerintahan Kuba yang baru menjalankan penghukuman mati tersebut dengan diiringi oleh teriakan dari kerumunan "¡al paredón!" ([ke] tembok!),[109] dan menurut penulis biografi Jorge Castañeda hal ini "tidak menghormati proses hukum yang semestinya".[121]

Saya masih belum menemukan satu pun sumber terpercaya yang menunjukkan bahwa Che menghukum mati "orang tak bersalah". Orang-orang yang dihukum mati oleh Guevara atau [dihukum mati] atas perintahnya telah divonis atas kejahatan yang biasanya dijatuhi hukum mati pada masa perang atau setelahnya: lari meninggalkan tugas, pengkhianatan, atau kejahatan seperti pemerkosaan, penyiksaan, atau pembunuhan. Saya harus menambahkan bahwa penelitianku berlangsung selama lima tahun, dan mencakup orang-orang Kuba anti-Castro di pengasingan di Miami dan tempat-tempat lainnya.

Jon Lee Anderson, penulis Che Guevara: A Revolutionary Life, selama forum PBS[122]

Guevara sedang memakai seragam militer berwarna hijau zaitun dan baret

Meskipun terdapat berbagai versi, diperkirakan ada ratusan orang yang dihukum mati di seluruh Kuba pada masa itu, dan jumlah orang yang dihukum mati di yurisdiksi Guevara di La Cabaña berkisar antara 55 hingga 105.[123] Terdapat perbedaan pendapat terkait dengan bagaimana Guevara menyikapi penghukuman mati di La Cabaña. Beberapa penulis biografi yang berasal dari kalangan oposisi di pengasingan melaporkan bahwa Guevara menikmati ritual regu penembak, dan menggelarnya dengan penuh semangat, sementara yang lainnya menyatakan bahwa Guevara berusaha mengampuni sebanyak mungkin tahanan.[121] Walaupun begitu, para ahli mengakui bahwa Guevara telah menjadi orang yang "keras", yang tidak merasa ragu dengan penghukuman mati atau pengadilan yang bersifat singkat dan kolektif. Jika satu-satunya cara untuk "mempertahankan revolusi adalah dengan menghukum mati musuh-musuhnya, ia tidak akan digoyahkan oleh argumen-argumen kemanusiaan atau politik".[121] Hal ini semakin ditegaskan di dalam sebuah surat tertanggal 5 Februari 1959 kepada Luis Paredes López di Buenos Aires, yang menyatakan bahwa "Penghukuman mati menggunakan regu tembak tak hanya diperlukan demi rakyat Kuba, namun juga dijatuhkan oleh rakyat."[124]

Selain memastikan "keadilan revolusioner", hal penting lain yang ingin diwujudkan oleh Guevara adalah reformasi lahan pertanian. Setelah keberhasilan revolusi pada 27 Januari 1959, Guevara menyampaikan salah satu pidatonya yang paling terkenal yang membahas "gagasan-gagasan sosial pasukan pemberontak". Dalam pidato tersebut, ia mengumandangkan bahwa perhatian utama pemerintahan Kuba yang baru adalah "keadilan sosial yang dibawa oleh redistribusi lahan".[125] Beberapa bulan kemudian pada tanggal 17 Mei 1959, Hukum Reformasi Agraria yang dirumuskan oleh Guevara mulai berlaku, sehingga membatasi luas semua lahan pertanian menjadi 1.000 ekar (400 hektare). Kepemilikan lahan yang lebih luas daripada batas ini akan disita oleh pemerintah dan lalu diredistribusikan kepada para petani dalam bentuk lahan seluas 67 ekar (270.000 m2) atau dijadikan komune milik negara.[126] Hukum tersebut juga menyatakan bahwa perkebunan gula tak dapat dimiliki oleh orang asing.[127]

Guevara mengunjungi Jalur Gaza pada 1959.
Guevara sedang berbicara dengan Tito di Yugoslavia

Pada tanggal 12 Juni 1959, Castro mengirim Guevara ke 14 negara yang kebanyakan merupakan anggota Konferensi Asia-Afrika. Guevara ditugaskan selama tiga bulan, dan ini mungkin dilakukan agar Castro dapat menjaga jarak dari Guevara dan rasa simpatinya kepada ideologi Marxis, yang dipermasalahkan oleh Amerika Serikat dan beberapa anggota Gerakan 26 Juli.[128] Saat berada di Jakarta, Guevara mengunjungi Presiden Indonesia Sukarno untuk membicarakan revolusi yang baru saja terjadi di Indonesia dan untuk membina hubungan dagang di antara kedua negara tersebut. Mereka cepat akrab, karena "keduanya penuh energi dan bergaya informal"; selain itu, mereka sama-sama memiliki haluan sayap kiri revolusioner dan menentang imperialisme barat.[129] Guevara kemudian berkunjung ke Jepang selama 12 hari (15–27 Juli), ikut serta dalam perundingan yang ingin memperkuat hubungan dagang Kuba dengan Jepang. Selama kunjungan tersebut, ia menolak untuk mengunjungi dan meletakkan karangan bunga di Makam Prajurit Tak Dikenal yang mengenang para prajurit Jepang yang menjadi korban Perang Dunia II, dengan alasan bahwa "imperialis" Jepang telah "membunuh jutaan orang Asia".[130] Guevara malah diam-diam mengunjungi Hiroshima, yang pernah terkena serangan bom atom Amerika 14 tahun sebelumnya.[130] Walaupun Guevara mengutuk Kekaisaran Jepang, ia juga menganggap Presiden Truman sebagai seorang "badut mengerikan" akibat serangan bom tersebut,[131] dan setelah mengunjungi Hiroshima dan Museum Peringatan Perdamaian-nya, ia mengirimkan sebuah kartu pos ke Kuba yang menyatakan bahwa "Agar dapat berjuang dengan lebih baik demi perdamaian, kita harus melihat Hiroshima."[132]

Sekembalinya Guevara di Kuba pada September 1959, tampak jelas bahwa Castro memiliki kekuasaan politik yang lebih besar. Pemerintahannya mulai menyita lahan yang masuk ke dalam cakupan hukum reformasi agraria, namun menghindari pemberian ganti rugi kepada para tuan tanah, dan sebagai gantinya memberikan "obligasi" yang berbunga rendah, sebuah langkah yang membuat Amerika Serikat waspada. Pada saat itu, para peternak kaya asal Camagüey yang terkena dampak dari kebijakan ini melancarkan sebuah kampanye yang menentang redistribusi lahan, dan mereka berhasil mendapatkan dukungan dari seorang pemimpin pemberontak yang merasa tidak puas, Huber Matos; mereka bersama-sama dengan sayap anti-Komunis di dalam Gerakan 26 Juli mengutuk apa yang mereka sebut "gangguan Komunis".[133] Pada masa yang sama, diktator Republik Dominika Rafael Trujillo menawarkan bantuan kepada "Legiun Anti-Komunis Karibia" yang mendapatkan pelatihan di negara tersebut. Pasukan multi-nasional ini, yang kebanyakan terdiri dari orang Spanyol dan Kuba, dan beberapa juga orang Kroasia, Jerman, Yunani, dan tentara bayaran yang berhaluan sayap kanan, berencana untuk melengserkan rezim Castro.[133]

Guevara pada tahun 1960 di jalanan Havana bersama dengan istrinya, Aleida March

Ancaman semacam ini semakin menguat ketika pada tanggal 4 Maret 1960 terjadi dua ledakan besar yang menerjang kapal kargo Prancis La Coubre, yang mengangkut munisi Belgia dari pelabuhan Antwerpen dan sedang berlabuh di Havana. Ledakan tersebut menewaskan sekitar 76 orang dan melukai ratusan orang lainnya, dan Guevara secara pribadi menyediakan pertolongan pertama kepada beberapa korban. Pemimpin Kuba Fidel Castro langsung menuduh CIA sebagai dalang "tindakan terorisme" dan menggelar pemakaman kenegaraan untuk para korban ledakan tersebut satu hari kemudian.[134] Pada saat upacara pemakaman itulah Alberto Korda mengabadikan foto terkenal Guevara, yang kini dikenal dengan sebutan Guerrillero Heroico.[135]

Ancaman tersebut mendorong Castro untuk memusnahkan unsur-unsur "kontra-revolusi", dan ia menugaskan Guevara untuk mempercepat reformasi lahan. Maka dari itu, sebuah badan pemerintahan baru yang disebut Lembaga Reformasi Agraria Nasional (LRAN) didirikan untuk menjalankan hukum Reformasi Agraria yang baru. LRAN dengan segera menjadi badan pemerintahan paling penting di negara tersebut, dan Guevara menjadi kepalanya sebagai menteri perindustrian.[127] Atas perintah Guevara, LRAN mendirikan sebuah milisi yang terdiri dari 100.000 orang, yang mula-mula dikerahkan untuk membantu pemerintah mengambil alih lahan yang disita dan mengawasi proses redistribusinya, dan kemudian membentuk lahan-lahan kooperatif. Dari antara lahan-lahan yang masuk ke dalam cakupan, terdapat 480.000 ekar (190.000 ha) lahan milik perusahaan-perusahaan Amerika Serikat yang disita.[127] Beberapa bulan kemudian, Presiden Amerika Serikat Dwight D. Eisenhower menanggapi tindakan ini dengan mengurangi impor gula dari Kuba (komoditas ekspor utama Kuba), yang kemudian membuat Guevara berseru di hadapan 100.000 pekerja di depan Istana Presidensial pada tanggal 10 Juli 1960 untuk mengutuk "agresi ekonomi" yang dilakukan oleh Amerika Serikat.[136] Para wartawan majalah Time yang bertemu dengan Guevara pada waktu itu menyebutnya sebagai "pemandu Kuba dengan perhitungan yang dingin, kecakapan, kecerdasan yang tinggi, dan selera humor yang tanggap."[5]

Seiringan dengan reformasi lahan, satu ranah utama yang menjadi perhatian Guevara adalah pengentasan buta aksara. Sebelum tahun 1959, tingkat melek huruf Kuba secara resmi berkisar antara 60–76%, dan faktor yang menghambat pengentasan buta aksara adalah kesulitan akses pendidikan di kawasan pedesaan dan kurangnya tenaga pendidik.[137] Maka dari itu, pemerintah Kuba atas desakan dari Guevara memutuskan untuk menjuluki tahun 1961 sebagai "tahun pendidikan", dan mengerahkan lebih dari 100.000 sukarelawan ke dalam "pasukan-pasukan melek huruf", yang kemudian dikirim ke wilayah pedesaan untuk membangun sekolah, melatih pengajar baru, dan mendidik guajiros (para petani) yang kebanyakan buta huruf.[79][137] Tak seperti beberapa inisiatif ekonomi yang dilancarkan oleh Guevara sesudahnya, kampanye tersebut "sangat berhasil". Seusai Kampanye Melek Huruf Kuba, 707.212 orang dewasa telah diajarkan untuk membaca dan menulis, sehingga tingkat melek huruf nasional naik menjadi 96%.[137]

Guevara seperti seorang ayah bagiku ... ia mendidikku. Ia mengajarkanku berpikir. Ia mengajarkanku hal yang paling indah, yaitu menjadi seorang manusia.

— Urbano (alias Leonardo Tamayo),
yang berjuang bersama dengan Guevara di Kuba dan Bolivia[138]

Selain itu, Guevara juga berupaya menyediakan pendidikan tinggi untuk rakyat Kuba. Untuk mewujudkannya, rezim Castro memberlakukan aksi afirmatif di universitas-universitas. Saat mengumumkan komitmen baru tersebut, Guevara berkata kepada para dosen dan mahasiswa di Universitas Las Villas bahwa hari-hari ketika pendidikan menjadi "keistimewaan golongan kulit putih menengah" telah berakhir. Menurutnya, universitas tersebut "harus mencorakkan diri dengan orang kulit hitam, mulatto, buruh, dan petani." Jika hal tersebut tak dilakukan, ia memperingatkan bahwa masyarakat akan mendobrak pintu-pintunya "dan mencorakkan Universitas tersebut dengan warna-warna yang mereka inginkan."[139]

Pengaruh ideologi Marxis

Jasa Marx adalah menghasilkan perubahan kualitatif secara mendadak di dalam sejarah pemikiran sosial. Ia menafsirkan sejarah, memahami dinamikanya, memprediksi masa depan, namun selain memprediksinya (yang akan memenuhi kewajiban ilmiahnya), ia mengungkapkan sebuah konsep revolusioner: dunia tidak hanya harus ditafsirkan, tetapi juga harus diubah. Manusia tidak lagi menjadi budak dan alat lingkungannya, dan ia mengubah dirinya menjadi perancang takdirnya sendiri.

— Che Guevara, Catatan-catatan untuk Studi Ideologi Kuba, Oktober 1960 [140]

Pada September 1960, saat Guevara ditanyai tentang ideologi Kuba di Kongres Amerika Latin Pertama, ia menjawab, "Jika aku ditanyai apakah revolusi kami adalah komunis, aku akan mendefinisikannya sebagai Marxis."[141] Maka dari itu, ketika Guevara melaksanakan dan menganjurkan suatu kebijakan di Kuba, ia mengutip filsuf politik Karl Marx sebagai inspirasi ideologinya. Dalam upaya untuk mempertahankan pendirian politiknya, Guevara dengan percaya diri mengatakan "Terdapat kebenaran yang begitu jelas, sungguh jelas hingga menjadi bagian dari pengetahuan rakyat, sehingga sekarang tidak perlu lagi membicarakannya. Manusia seharusnya menjadi Marxis sebagaimana '[dinamika] Newton' sungguh alami dalam fisika atau 'Pasteur' [sungguh alami] dalam biologi."[140] Menurut Guevara, tujuan para "revolusioner praktis" dalam Revolusi Kuba hanyalah "mewujudkan hukum-hukum yang diramalkan oleh Marx, sang ilmuwan."[140] Guevara menggunakan prediksi Marx dan sistem materialisme dialektis, dan ia menyatakan bahwa "Hukum Marxisme hadir dalam peristiwa-peristiwa Revolusi Kuba, secara terpisah dari apa yang dinyatakan atau diketahui secara menyeluruh dari sudut pandang teoretis oleh para pemimpinnya."[140]

Wawasan ekonomi dan "Manusia Baru"

Manusia benar-benar mencapai keadaan manusia seutuhnya saat ia memproduksi tanpa terkekang oleh keharusan untuk menjual dirinya sendiri sebagai komoditas.

— Che Guevara, Manusia dan Sosialisme di Kuba[142]

Pada masa ini, Guevara mengemban jabatan tambahan sebagai Menteri Keuangan, serta Presiden Bank Nasional. Maka dari itu, Guevara mencapai puncak kekuasaannya, dan ia secara praktis menjadi "penguasa" ekonomi Kuba.[136] Sebagai kepala bank sentral, tugas Guevara sekarang adalah menandatangani uang kertas Kuba. Ia tidak menggunakan nama lengkapnya dan hanya menandatangani uang-uang tersebut dengan tulisan "Che".[143] Melalui tindakan simbolis ini, yang membuat takut banyak orang di sektor keuangan Kuba, Guevara menunjukkan bahwa ia tidak menyukai uang dan perbedaan golongan yang dipicu olehnya.[143] Sahabat karib Guevara, Ricardo Rojo, belakangan mengomentari bahwa "Pada hari ketika ia menandatangani Che di uang kertas, (ia) menyerang keyakinan yang sebelumnya menyebar luas bahwa uang itu keramat."[144]

Guevara bertemu dengan filsuf eksistensialis Prancis Jean-Paul Sartre dan Simone de Beauvoir di kantornya di Havana pada Maret 1960. Sartre kemudian menyatakan bahwa Che adalah "manusia paling utuh pada masa ini". Selain berbahasa Spanyol, Guevara juga dapat berbahasa Prancis.[145]

Dalam upaya untuk menghapuskan kesenjangan sosial, pemerintah Kuba berupaya mengubah landasan politik dan ekonomi negara tersebut dengan menasionalisasi pabrik-pabrik, bank-bank, dan usaha-usaha, sesambil menyediakan tempat tinggal, fasilitas kesehatan, dan pekerjaan bagi seluruh rakyat Kuba.[146] Namun, agar perubahan dapat mengakar, pemerintah merasa bahwa perubahan struktural semacam itu harus diiringi oleh perubahan hubungan dan nilai-nilai sosial. Mereka meyakini bahwa perlakuan Kuba terhadap ras, wanita, individualisme, dan tenaga kasar sebelumnya dihasilkan oleh masa lalu pulau tersebut.[146] Maka dari itu, pemerintah Kuba telah merumuskan ulang gagasan "kekubaan" (cubanidad) dan menyamakannya dengan ideologi Marxisme–Leninisme, dan mereka juga menegaskan pentingnya asas-asas seperti egalitarianisme dan pengorbanan diri, sementara perbedaan tidak dianjurkan karena "persatuan, kesetaraan, dan kebebasan" telah menjadi asas-asas yang baru.[146] Pemerintah juga menyerukan kepada semua orang untuk menganggap satu sama lain sebagai orang-orang yang setara dan mengamalkan nilai-nilai yang disebut oleh Guevara dengan julukan "el Hombre Nuevo" (Manusia Baru).[146] Guevara berharap agar "manusia baru" akan menjadi pribadi yang "tanpa pamrih dan kooperatif, patuh dan bekerja keras, buta gender, tidak korup, tidak materialistik, dan anti-imperialis".[146] Tujuan ekonomi pertama "manusia baru" yang ingin dicapai oleh Guevara, yang beriringan dengan ketidaksukaannya terhadap penumpukan kekayaan dan kesenjangan ekonomi, adalah penghapusan insentif material di seluruh negeri dan menggantikannya dengan insentif moral. Ia menganggap kapitalisme sebagai "persaingan antar serigala" dan "seseorang hanya dapat menang dengan mengorbankan yang lain", sehingga Guevara sungguh ingin menciptakan "pria dan wanita baru".[147] Guevara berulangkali menegaskan bahwa "upaya, pengorbanan, dan risiko perang dan kehancuran" demi ekonomi sosialis itu sama sekali tidak patut jika ekonomi tersebut malah mendorong "ketamakan dan ambisi individu yang mengorbankan semangat kolektif".[148] Tujuan utama Guevara adalah mereformasi "kesadaran individu" dan nilai-nilai untuk menghasilkan pekerja dan warga negara yang baik.[148] Menurut pandangannya, "manusia baru" Kuba akan mampu mengatasi egoisme yang tidak ia sukai dan yang ia anggap sebagai sifat individu-individu dalam masyarakat kapitalis.[148] Untuk menyebarkan gagasan "manusia baru" ini, pemerintah juga mendirikan sejumlah lembaga-lembaga dan mekanisme-mekanisme di seluruh tingkatan masyarakat, yang meliputi organisasi-organisasi seperti kelompok buruh, liga pemuda, kelompok wanita, pusat komunitas, dan rumah budaya untuk mendorong sastra, musik, dan seni. Selain itu, seluruh fasilitas pendidikan, media massa, dan seni dinasionalisasi dan dipakai untuk menanamkan ideologi sosialis resmi pemerintah.[146] Dalam menjelaskan metode "pembangunan" baru ini, Guevara menyatakan:

Terdapat perbedaan besar antara pembangunan wirausaha bebas dengan pembangunan revolusioner. [Dalam pembangunan wirausaha], kekayaan terkonsentrasi di tangan segelintir orang kaya, teman-teman pemerintah, orang-orang yang paling licik. [Dalam pembangunan revolusioner], kekayaan adalah warisan rakyat.[149]

Guevara meyakini bahwa unsur penting lainnya untuk mengembangkan rasa "persatuan antara individu dan massa" adalah kemauan dan kerja sukarela. Untuk menunjukkan hal ini, Guevara "memimpin melalui contoh", bekerja "tanpa henti dalam pekerjaan kementeriannya, dalam pembangunan, dan bahkan memotong tebu" pada waktu luangnya.[150] Ia dikenal karena dapat bekerja selama 36 jam, menggelar pertemuan setelah tengah malam, dan makan sambil berjalan.[148] Perilaku-perilaku tersebut bersifat simbolis untuk program insentif moral Guevara yang baru: setiap pekerja kini diminta untuk memenuhi kuota tertentu saat menghasilkan barang, dan jika mereka berhasil melebihi kuota, mereka tidak akan lagi mendapatkan uang (karena ini sudah dihapuskan oleh Guevara), tetapi mendapatkan sertifikat penghargaan, sementara buruh yang gagal mencapai kuotanya akan dipotong gajinya.[148] Guevara tanpa rasa menyesal mencoba mempertahankan falsafah pribadinya ini dengan mengatakan:

Guevara sedang memancing di pesisir Havana pada tanggal 15 Mei 1960. Bersama dengan Castro, Guevara bersaing dengan penulis Ernest Hemingway dalam "Kontes Memancing Hemingway".

Ini bukanlah soal berapa pon daging yang dapat dimakan seseorang, atau berapa kali dalam setahun seseorang dapat pergi ke pantai, atau berapa banyak ornamen dari luar negeri yang dapat dibeli seseorang dengan gajinya saat ini. Hal yang sebenarnya penting adalah bahwa orang tersebut merasa lebih utuh, dengan dengan lebih banyak kekayaan batin dan tanggung jawab yang lebih.[151]

Akibat terhentinya hubungan dagang dengan negara-negara Barat, Guevara berusaha menggantikannya dengan negara-negara Blok Timur, sehingga ia mengunjungi sejumlah negara Marxis dan menandatangani perjanjian-perjanjian dagang dengan mereka. Pada akhir tahun 1960, ia mengunjungi Cekoslowakia, Uni Soviet, Korea Utara, Hongaria, dan Jerman Timur. Salah satu contoh perjanjian yang ditandatangani oleh Guevara adalah perjanjian dagang dengan Berlin Timur pada tanggal 17 Desember 1960.[152] Perjanjian semacam itu membantu ekonomi Kuba, tetapi juga membuat negara ini bergantung kepada negara-negara Blok Timur.

Namun, program-program ekonomi Guevara mengalami kegagalan.[153] Program "insentif moral" Guevara mengakibatkan penurunan produktivitas dan bertambahnya jumlah orang yang mangkir.[154] Beberapa dasawarsa sesudahnya, direktur Radio Martí Ernesto Betancourt yang pernah membela Castro dan juga merupakan mantan wakil Che tetapi kemudian menjadi pengkritik rezim Castro, menegaskan bahwa Guevara "tidak mengetahui asas-asas ekonomi yang paling mendasar."[155]

Teluk Babi dan krisis misil

Pada tanggal 17 April 1961, 1.400 orang Kuba di pengasingan yang dilatih oleh Amerika Serikat melancarkan Invasi Teluk Babi. Guevara tidak memainkan peranan penting selama pertempuran, karena sehari sebelum dimulainya serangan, sebuah kapal perang yang mengangkut para marinir melancarkan serangan bohong-bohongan ke pesisir barat Pinar del Río, sehingga perhatian pasukan yang dipimpin oleh Guevara pun teralih ke wilayah tersebut. Namun, para sejarawan masih tetap menghargai jasanya karena ia merupakan direktur pengarahan angkatan bersenjata Kuba pada masa itu.[7] Penulis Tad Szulc dalam upayanya untuk menjelaskan kemenangan Kuba menyatakan bahwa "Para revolusioner menang karena Che Guevara, sebagai kepala Departemen Pengarahan Angkatan Bersenjata Revolusioner yang mengurus program pelatihan milisi, telah melakukan tugasnya dengan baik dalam menyiapkan 200.000 pria dan wanita untuk berperang."[7] Namun, selama proses pengerahan pasukan, pipi Guevara sempat terserempet peluru saat pistolnya jatuh dari tempat penyimpanannya dan secara tak sengaja tertembak.[156]

Guevara (kiri) dan Fidel Castro, difoto oleh Alberto Korda pada tahun 1961

Pada Agustus 1961, selama konferensi ekonomi Organisasi Bangsa-Bangsa Amerika di Punta del Este, Uruguay, Che Guevara mengirimkan surat yang mengungkapkan "rasa terima kasih" kepada Presiden Amerika Serikat John F. Kennedy melalui Richard N. Goodwin, Deputi Asisten Sekretaris Negara untuk Urusan Antar-Amerika. Di dalam surat tersebut tertulis "Terima kasih atas Playa Girón (Teluk Babi). Sebelum invasi, revolusi masih goyah. Sekarang revolusi lebih kuat daripada sebelumnya."[157] Sebagai tanggapan terhadap ajakan Menteri Keuangan Amerika Serikat Douglas Dillon kepada negara-negara Amerika Latin untuk bergabung dengan Alliance for Progress, Guevara menolak klaim Amerika Serikat sebagai sebuah negara "demokrasi", dengan menyatakan bahwa sistem semacam itu tidak selaras dengan "oligarki keuangan, diskriminasi terhadap orang kulit hitam, dan kebiadaban-kebiadaban Ku Klux Klan".[158] Guevara melanjutkan dengan menentang "penindasan" yang menurutnya telah "mengusir para ilmuwan seperti Oppenheimer dari jabatan mereka, membuat dunia tidak dapat lagi menikmati suara menakjubkan Paul Robeson selama bertahun-tahun, dan mengirim pasangan Rosenberg menuju kematian meskipun ditentang oleh dunia."[158] Guevara mengakhiri pernyataannya dengan menuduh bahwa Amerika Serikat tidak tertarik melakukan reformasi yang sebenarnya, dan ia berkomentar bahwa "Para pakar AS tak pernah berbicara tentang reformasi agraria; mereka lebih suka subjek yang aman, seperti pasokan air yang lebih baik. Singkatnya, mereka tampaknya sedang mempersiapkan revolusi toilet."[159]

Guevara pada dasarnya merupakan perancang hubungan Kuba dengan Soviet,[160] dan ia juga berperan penting dalam membawa misil balistik Soviet yang dilengkapi dengan hulu ledak nuklir ke Kuba, sehingga menimbulkan Krisis Misil Kuba pada Oktober 1962 yang hampir menghantarkan dunia menuju perang nuklir.[161] Beberapa minggu setelah krisis tersebut, dalam sebuah wawancara dengan surat kabar komunis Inggris Daily Worker, Guevara masih murka karena ia merasa Soviet telah mengkhianati Kuba, dan ia memberitahu koresponden Sam Russell bahwa apabila misil-misil tersebut dikendalikan secara langsung oleh Kuba, mereka akan menembakkannya.[162] Belakangan Guevara mengulang pernyataan serupa bahwa "jutaan korban perang atom" layak digugurkan demi perjuangan sosialis melawan "agresi imperialis".[163] Krisis misil tersebut juga semakin meyakinkan Guevara bahwa dua adidaya dunia (Amerika Serikat dan Uni Soviet) memanfaatkan Kuba sebagai pion dalam strategi global mereka. Setelah itu, ia mengutuk Soviet hampir sesering ia mengutuk Amerika.[164]

Diplomasi internasional

Negara-negara yang pernah dikunjungi Che Guevara (merah) dan negara-negara yang pernah disinggahi oleh Che untuk mengobarkan revolusi bersenjata (hijau)

Pada Desember 1964, Che Guevara telah menjadi "negarawan revolusioner taraf dunia" dan kemudian berkunjung ke New York City sebagai kepala delegasi Kuba untuk berbicara di hadapan Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).[144] Pada tanggal 11 Desember 1964, Guevara menyampaikan sebuah pidato di PBB yang mengkritik ketidakmampuan PBB dalam melawan "kebijakan apartheid yang brutal" di Afrika Selatan.[165] Guevara kemudian mengutuk kebijakan Amerika Serikat terhadap orang-orang kulit hitam, dan ia berkata:

Mereka yang membunuh anak-anak mereka sendiri dan setiap hari mendiskriminasi mereka karena warna kulit mereka; mereka yang membiarkan para pembunuh orang kulit hitam bebas, melindungi mereka, dan bahkan menghukum penduduk kulit hitam karena mereka menuntut hak-hak mereka sebagai orang merdeka—bagaimana bisa mereka yang melakukan itu menganggap diri mereka sebagai pelindung kebebasan?[165]

Guevara mengakhiri pidatonya dengan mengutip Deklarasi Havana Kedua, yang menyatakan Amerika Latin sebagai sebuah "keluarga yang terdiri dari 200 juta saudara yang mengalami penderitaan yang sama".[165] Menurut Guevara, "epos" ini akan ditulis oleh "orang-orang Indian yang kelaparan, petani-petani tanpa lahan, buruh-buruh yang dieksploitasi, dan orang-orang progresif". Bagi Guevara, konflik tersebut merupakan perjuangan massa dan gagasan, yang akan dijalankan oleh orang-orang yang "dianiaya dan dianggap rendah oleh imperialisme", yang sebelumnya juga dianggap sebagai "kerumunan yang lemah dan penurut". Guevara juga meyakini bahwa "kapitalisme monopoli Yankee" merasa ketakutan dengan "kerumunan" tersebut yang dirasa akan menjadi "penggali kuburan" mereka.[165] Pada "momen penegakan keadilan" tersebut, Guevara menyatakan bahwa "massa tak dikenal" akan mulai menulis sejarahnya "dengan darahnya sendiri" dan merebut kembali "hak-hak yang telah ditertawakan oleh semuanya selama 500 tahun". Guevara menutup pernyataannya di hadapan Majelis Umum PBB dengan berkata bahwa "gelombang kemurkaan" akan "menerjang wilayah Amerika Latin" dan massa buruh yang "memutar roda sejarah" kini untuk pertama kalinya telah "bangun dari tidur yang brutal dan panjang".[165]

Presiden Brasil Jânio Quadros menganugerahkan Ordo Salib Selatan kepada Ernesto Guevara pada tahun 1961

Guevara kemudian mendengar kabar bahwa terdapat dua percobaan pembunuhan terhadapnya selama pemberhentiannya di kompleks PBB, dan kedua pelakunya berasal dari kalangan orang Kuba di pengasingan.[166] Yang pertama dilakukan oleh Molly Gonzales, yang berusaha menerobos barikade dengan pisau berburu sepanjang tujuh inci saat Guevara tiba. Upaya kedua dilancarkan oleh Guillermo Novo yang menembakkan sebuah basoka yang dipicu oleh pengatur waktu dari sebuah perahu di Sungai East, tetapi tembakan tersebut melenceng. Guevara menanggapi kedua insiden tersebut dengan menyatakan bahwa "Lebih baik dibunuh oleh seorang wanita dengan sebuah pisau ketimbang oleh seorang pria dengan sebuah pistol".[166]

Saat berada di New York, Guevara tampil di program berita hari Minggu CBS, Face the Nation.[167] Ia juga bertemu dengan berbagai tokoh, seperti Senator Amerika Serikat Eugene McCarthy[168] dan rekan sejawatnya, Malcolm X. Malcolm X mengungkapkan rasa kagumnya dan menyatakan Guevara sebagai "salah satu orang paling revolusioner di negaranya saat ini".[169]

Pada tanggal 17 Desember, Guevara meninggalkan New York dan pergi ke Paris, Prancis, dan dari situ ia memulai perjalanan selama tiga bulan yang meliputi kunjungan ke Republik Rakyat Tiongkok, Korea Utara, Republik Arab Bersatu, Aljazair, Ghana, Guinea, Mali, Dahomey, Kongo-Brazzaville, dan Tanzania, dengan perhentian di Irlandia dan Praha. Saat berada di Irlandia, Guevara merayakan warisan budaya Irlandianya dengan memperingati Hari Santo Patrick di kota Limerick.[170] Ia menuliskan kepada ayahnya tentang kunjungan tersebut dengan jenaka: "Aku sedang berada di Irlandia hijau ini dari para leluhurmu. Saat mereka mengetahui tentang hal ini, [stasiun] televisi datang dan menanyaiku tentang silsilah keluarga Lynch, tetapi aku tidak banyak berkata-kata untuk berjaga-jaga kalau-kalau mereka adalah pencuri kuda atau semacamnya."[171]

Selama perjalanannya, ia menulis sebuah surat kepada Carlos Quijano, seorang penyunting surat kabar mingguan di Uruguay, dan surat-surat ini kemudian diberi judul Sosialisme dan Manusia di Kuba.[147] Surat-surat tersebut berisi tentang panggilan untuk membentuk kesadaran baru, status kerja yang baru, dan peranan individu yang baru. Ia juga menjabarkan alasan-alasan di balik pandangan anti-kapitalisnya:

Hukum-hukum kapitalisme, yang buta dan tak terlihat oleh mayoritas, bertindak terhadap individu tanpa melibatkan pemikiran si individu. Ia hanya melihat luasnya hamparan yang tak terbatas di hadapannya. Inilah bagaimana pembuat propaganda kapitalis menggambarkannya, yang seolah-olah memetik pelajaran dari contoh Rockefeller—entah itu benar atau tidak—tentang kemungkinan untuk meraih kesuksesan. Kemiskinan dan penderitaan yang diperlukan demi kemunculan seorang Rockefeller dan kebobrokan yang dihasilkan dari akumulasi kekayaan sebesar itu tidak masuk ke dalam gambaran, dan orang-orang pada umumnya tidak selalu dapat disadarkan tentang hal ini.[147]

Guevara sedang berjalan di Lapangan Merah, Moskwa, pada November 1964.

Guevara mengakhiri esai tersebut dengan mengumandangkan bahwa "revolusioner yang sesungguhnya dipandu oleh rasa kecintaan yang besar", dan ia mengisyaratkan kepada semua kaum revolusioner untuk "berjuang setiap hari sehingga kecintaannya terhadap kemanusiaan akan dijelmakan menjadi tindakan-tindakan yang menjadi contoh", yang lalu akan menjadikannya sebagai "kekuatan penggerak".[147] Hal ini mengakar dari keyakinan Guevara bahwa Revolusi Kuba merupakan "sesuatu yang bersifat spiritual yang akan melampaui segala batas".[30]

Aljazair, Soviet dan Tiongkok

Di kota Aljir pada tanggal 24 Februari 1965, Guevara untuk terakhir kalinya muncul di muka umum saat ia menyampaikan sebuah pidato di sebuah seminar ekonomi mengenai solidaritas Asia-Afrika.[172] Ia menjabarkan kewajiban moral negara-negara sosialis dan menuduh mereka diam-diam ikut melakukan eksploitasi bersama-sama dengan negara-negara Barat. Ia lalu menguraikan sejumlah tindakan yang harus dilakukan oleh negara-negara blok komunis untuk mengalahkan imperialisme.[173] Ia lalu kembali ke Kuba pada tanggal 14 Maret dan secara resmi disambut oleh Fidel dan Raúl Castro serta Osvaldo Dorticós dan Carlos Rafael Rodríguez di bandar udara Havana.

Seperti yang disampaikan dalam pidato publik terakhirnya di Aljazair, Guevara merasa bahwa Belahan Utara, yang dipimpin oleh Amerika Serikat di Barat dan Uni Soviet di Timur, telah mengeksploitasi Belahan Selatan. Ia sangat mendukung Vietnam Utara dalam Perang Vietnam, dan menyerukan bangsa-bangsa dari negara-negara berkembang lainnya untuk mengangkat senjata dan menciptakan "banyak Vietnam".[174] Tindakan Che yang mengutuk Uni Soviet secara terbuka mendorong popularitasnya di kalangan intelektual dan seniman kiri Eropa yang sudah tidak lagi percaya dengan Uni Soviet, sementara tindakan Guevara yang mengutuk imperialisme dan seruannya untuk mengobarkan revolusi juga telah menginspirasi para mahasiswa radikal muda di Amerika Serikat, yang tidak sabar menginginkan perubahan masyarakat.[175]

Marx mencirikan penjelmaan hubungan-hubungan sosial kapitalis secara psikologis atau filosofis sebagai alienasi dan antagonisme, yang disebabkan oleh komodifikasi buruh dan berlakunya hukum nilai. Bagi Guevara, tantangannya adalah menggantikan alienasi individu dari proses produktif dan antagonisme yang dihasilkan oleh hubungan antar golongan dengan integrasi dan solidaritas, yang mengembangkan sikap kolektif terhadap produksi dan konsep kerja sebagai kewajiban sosial.

— Helen Yaffe, pengarang Che Guevara: The Economics of Revolution[176]

Dalam tulisan-tulisan pribadi Guevara dari masa itu, ia semakin mengkritik sistem di Uni Soviet, dan ia meyakini bahwa Soviet telah "melupakan Marx".[176] Maka dari itu, Guevara mengutuk sejumlah praktik di Uni Soviet, termasuk apa yang ia anggap sebagai upaya untuk "mengabaikan kekerasan yang melekat pada perjuangan kelas yang merupakan unsur yang tak terpisahkan dalam peralihan dari kapitalisme menuju sosialisme", kebijakan eksistensi damai dengan Amerika Serikat yang "berbahaya", kegagalan mereka dalam mendorong "perubahan kesadaran" terhadap gagasan kerja, dan upaya mereka untuk "meliberalisasi" ekonomi sosialis. Guevara menginginkan penghapusan uang, suku bunga, produksi komoditas, ekonomi pasar, dan "hubungan merkantil": seluruh kondisi yang dianggap Soviet hanya akan hilang saat komunisme dunia telah terwujud.[176] Guevara tidak setuju dengan pendekatan setahap demi setahap, dan ia mengkritik Panduan Ekonomi Politik Soviet, yang secara jelas memprediksi bahwa jika Uni Soviet tidak meniadakan hukum nilai, maka negara tersebut akan kembali ke kapitalisme.[176]

Dua minggu setelah berpidato di Aljazair dan kembali ke Kuba, Guevara lenyap dari muka umum.[177] Keberadaannya menjadi misteri besar di Kuba, karena ia umumnya dipandang sebagai penguasa kedua setelah Castro sendiri. Hilangnya Guevara telah dikaitkan dengan kegagalan skema industrialisasi Kuba yang ia ajukan saat menjadi menteri perindustrian, tekanan dari para pejabat Soviet terhadap Castro karena mereka tidak menyukai pandangan Guevara yang pro-Tiongkok semenjak peristiwa perpecahan Tiongkok-Soviet, atau perselisihan pandang antara Guevara dengan Castro yang lebih bersifat pragmatis terkait ideologi dan perkembangan ekonomi Kuba.[178] Akibat derasnya spekulasi internasional tentang nasib Guevara, Castro menyatakan pada tanggal 16 Juni 1965 bahwa rakyat akan diberitahukan jika Guevara sendiri ingin agar mereka mengetahuinya. Walaupun begitu, desas-desus mengenai keberadaan Guevara menyebar di dalam dan di luar Kuba.

Pada tanggal 3 Oktober 1965, Castro menyibak sebuah surat tak tertanggal yang ditujukan kepadanya dari Guevara sekitar tujuh bulan sebelumnya yang diberi judul "surat perpisahan" Che Guevara. Di dalam surat tersebut, Guevara menegaskan kembali solidaritasnya dengan Revolusi Kuba, namun ia mengumumkan rencananya untuk meninggalkan Kuba untuk mengobarkan revolusi di luar negeri. Selain itu, ia mundur dari semua jabatannya di pemerintahan dan partai komunis, dan ia juga melepaskan kewarganegaraan kehormatan Kuba yang ia miliki.[179]

Kongo

Guevara yang berusia 37 tahun sedang menggendong seorang bayi Kongo bersama dengan seorang prajurit Afrika-Kuba selama Krisis Kongo pada tahun 1965

Pada awal tahun 1965, Guevara pergi ke Kongo pada masa Pemberontakan Simba untuk berbagi pengetahuan dan pengalamannya sebagai gerilyawan. Menurut Presiden Aljazair Ahmed Ben Bella, Guevara merasa bahwa Afrika adalah titik lemah imperialisme, sehingga memiliki potensi revolusi yang amat besar.[180] Presiden Mesir Gamal Abdel Nasser, yang memiliki hubungan yang dekat dengan Guevara sejak kunjungan Guevara ke Mesir pada tahun 1959, menganggap rencana Guevara untuk berjuang di Kongo sebagai rencana yang "tidak bijak" dan memberikan peringatan bahwa ia akan menjadi seorang figur "Tarzan" yang akan mengalami kegagalan.[181] Meskipun sudah diperingatkan, Guevara mendatangi Kongo dengan menggunakan nama samaran Ramón Benítez.[182] Ia memimpin operasi Kuba yang mendukung gerakan Marxis Simba. Guevara, komandan keduanya Víctor Dreke, dan 12 pasukan ekspedisi Kuba lainnya tiba di Kongo pada tanggal 24 April 1965, dan sekitar 100 pasukan Afrika-Kuba kemudian juga bergabung dengan mereka.[183][184] Mereka sempat bekerjasama dengan pemimpin gerilya Laurent-Désiré Kabila, yang sebelumnya pernah membantu para pendukung mantan presiden Patrice Lumumba (yang sebelumnya telah dijatuhkan dan dibunuh) dalam mengobarkan pemberontakan yang mengalami kegagalan beberapa bulan sebelumnya. Sebagai pengagum Lumumba, Guevara mengumandangkan bahwa "peristiwa pembunuhannya harus menjadi pelajaran bagi kita semua".[185] Guevara, dengan pengetahuan bahasa Swahili dan bahasa-bahasa setempat yang terbatas, dibantu seorang penerjemah remaja, Freddy Ilanga. Selama tujuh bulan, Ilanga semakin "mengagumi Guevara yang tekun", dan ia juga merasa bahwa Guevara "menghormati orang kulit hitam selayaknya ia menghormati orang kulit putih".[186] Namun, Guevara kemudian merasa kecewa dengan kedisiplinan pasukan Kabila yang buruk dan kemudian tidak lagi mendukungnya dengan alasan "tak ada yang membuatku percaya bahwa ia adalah orang yang dihormati oleh banyak orang".[187]

Rintangan lain pun muncul, yaitu tentara bayaran kulit putih yang dipimpin oleh Mike Hoare dan didukung oleh pilot-pilot Kuba yang anti-Castro dan oleh CIA. Mereka berhasil menghentikan pergerakan Guevara dari perkemahan yang menjadi markasnya di kawasan pegunungan di dekat desa Fizi di wilayah Danau Tanganyika, Kongo tenggara. Mereka dapat memantau segala komunikasinya, sehingga mereka dapat terlebih dahulu menggagalkan upaya serangannya dan memutus jalur persediaannya. Meskipun Guevara berusaha untuk menyembunyikan keberadaannya di Kongo, pemerintah Amerika Serikat mengetahui lokasi dan aktivitasnya. Badan Keamanan Nasional mencegat semua transmisi yang diterima dan dikirimkan oleh Guevara dengan menggunakan peralatan di atas USNS Private Jose F. Valdez (T-AG-169) yang dijadikan pos penyadapan terapung di lepas pantai Dar es Salaam di Samudra Hindia[188]

Beberapa orang sedang mendengarkan radio gelombang pendek Lintas Samudera Zenith (duduk dari kiri): Rogelio Oliva, José María Martínez Tamayo (dikenal sebagai "Mbili" di Kongo dan "Ricardo" di Bolivia), dan Guevara. Yang berdiri di belakang mereka adalah Roberto Sánchez ("Lawton" di Kuba dan "Changa" di Kongo). Foto diabadikan pada tahun 1965.

Tujuan Guevara adalah untuk mengekspor revolusi dengan mengajarkan ideologi Marxisme dan strategi-strategi teori foco dalam perang gerilya kepada para pejuang Simba anti-Mobutu. Di dalam Buku Harian Kongo-nya, Guevara menyatakan bahwa alasan kegagalan pemberontakan di Kongo adalah ketidakcakapan, kekeraskepalaan, dan pertikaian di antara para pemberontak.[189] Kemudian, pada tanggal 20 November 1965, ia memutuskan untuk meninggalkan Kongo bersama dengan enam orang rekannya dari Kuba yang masih bertahan hidup, dan Guevara sendiri pada saat itu sedang terserang penyakit disenteri dan asma akut, dan ia juga merasa patah semangat setelah tujuh bulan mengalami kekalahan. Guevara berencana untuk mengirim kembali para pasukannya yang terluka ke Kuba dan ia ingin berjuang sendirian di Kongo sampai ajal menjemput. Namun, setelah didesak oleh rekan-rekannya dan dua utusan yang dikirim oleh Castro, pada akhirnya ia bersedia untuk meninggalkan Afrika, walaupun sebenarnya enggan. Pada hari itu sepanjang siang dan malam, pasukan Guevara diam-diam keluar dari perkemahan mereka, membakar gubuk mereka, dan menghancurkan atau melempar persenjataan yang tidak dapat mereka bawa ke Danau Tanganyika, sebelum menyeberangi perbatasan menuju Tanzania pada malam hari dan lalu pergi ke Dar es Salaam melalui jalur darat. Beberapa bulan kemudian, saat sedang berbicara tentang pengalamannya di Kongo, Guevara menyatakan bahwa ia lebih baik pergi ketimbang berjuang sampai mati karena: "Unsur manusianya gagal. Tak ada kemauan untuk berjuang. Para pemimpin [pemberontak] korup. (...) Tak ada yang dapat dilakukan."[190] Guevara juga mengumandangkan bahwa "Kami tidak bisa sendirian melakukan pembebasan di sebuah negara yang tidak ingin berjuang."[191] Beberapa minggu kemudian, ia menulis kata pengantar di buku hariannya selama di Kongo, dan ia memulai dengan kalimat: "Ini adalah sejarah sebuah kegagalan."[192]

Guevara merasa enggan untuk kembali ke Kuba, karena Castro telah menerbitkan "surat perpisahan" yang ditulis oleh Guevara, yang seharusnya hanya akan diterbitkan jika ia meninggal; ia lalu memutus semua hubungan agar dapat mengabdikan dirinya untuk mengobarkan revolusi di seluruh dunia.[193] Akibatnya, Guevara menjalani enam bulan berikutnya dengan tinggal secara diam-diam di Dar es Salaam dan Praha.[194] Pada masanya di luar negeri, ia menyusun memoir-memoir pengalamannya di Kongo dan menulis naskah dua buku, yang satu tentang filsafat dan yang lainnya tentang ekonomi. Saat Guevara bersiap-siap untuk pindah ke Bolivia, ia diam-diam kembali ke Kuba untuk mengunjungi Castro, serta untuk menengok istrinya dan menulis surat terakhirnya kepada lima anaknya untuk dibaca setelah ia meninggal. Surat tersebut diakhiri dengan kalimat berikut:

Di atas segalanya, [kalian harus] selalu dapat merasakan ketidakadilan apapun yang dilakukan terhadap siapapun, di mana pun di dunia. Ini adalah sifat seorang revolusioner yang paling indah.[195]

Bolivia

Pada akhir tahun 1966, keberadaan Guevara masih tidak diketahui oleh umum, meskipun para perwakilan gerakan kemerdekaan Mozambik, FRELIMO, mengabarkan bahwa mereka bertemu dengan Guevara di Dar es Salaam terkait tawarannya untuk membantu proyek revolusioner mereka, sebuah tawaran yang akhirnya mereka tolak.[196] Sebelum berangkat ke Bolivia, Guevara mengubah penampilannya dengan mencukur janggut dan rambutnya dan mencatnya dengan warna abu-abu, sehingga ia tidak lagi dapat dikenali sebagai Che Guevara.[197] Pada tanggal 3 November 1966, Guevara diam-diam datang ke La Paz menumpangi sebuah penerbangan dari Montevideo dengan menggunakan nama palsu Adolfo Mena González, dan ia berpura-pura menjadi seorang pengusaha Uruguay kelas menengah yang bekerja untuk Organisasi Bangsa-Bangsa Amerika.[198]

Guevara di pedesaan Bolivia, tak lama sebelum kematiannya (1967)

Tiga hari setelah kedatangannya di Bolivia, Guevara meninggalkan La Paz menuju kawasan pedesaan tenggara untuk membentuk pasukan gerilyanya. Markas pertama Guevara terletak di hutan kering dataran tinggi di kawasan Ñancahuazú. Pelatihan di perkemahan desa Ñancahuazú terbukti merupakan kegiatan yang berbahaya. Walaupun begitu, Che dibantu oleh seorang agen rahasia Jerman Timur kelahiran Argentina, Haydée Tamara Bunke Bider, yang lebih dikenal dengan nom de guerre-nya "Tania".[199][200]

Pasukan gerilya Guevara, yang berjumlah sekitar 50 orang[201] dan beroperasi sebagai ELN (Ejército de Liberación Nacional de Bolivia, "Tentara Pembebasan Nasional Bolivia"), memiliki persenjataan yang baik dan awalnya cukup berhasil melawan pasukan Bolivia di medan yang sulit di kawasan pegunungan Camiri pada bulan-bulan awal tahun 1967. Akibat kemenangan Guevara dalam beberapa pertarungan melawan pasukan Bolivia pada musim semi dan panas tahun 1967, pemerintah Bolivia terlalu tinggi memperkirakan jumlah pasukan gerilya Guevara yang sesungguhnya.[202] Namun, pada Agustus 1967, militer Bolivia memutuskan untuk memusnahkan dua kelompok gerilya dalam sebuah pertempuran yang berdarah, dan dikabarkan salah satu pemimpinnya tewas.

Para peneliti menduga upaya Guevara untuk mengobarkan revolusi di Bolivia gagal akibat sejumlah penyebab:

  • Ia mengira bahwa ia hanya akan bertempur melawan militer Bolivia, yang tidak memiliki persenjataan yang memadai dan juga tidak dilatih dengan baik, tetapi ia tidak tahu bahwa pemerintah Amerika Serikat telah mengirim sebuah tim dari komando Divisi Aktivitas Khusus CIA dan agen-agen lainnya ke Bolivia untuk membantu upaya pemadaman pemberontakan. Angkatan Darat Bolivia juga dilatih, dinasihati, dan diberikan persediaan oleh Pasukan Khusus Angkatan Darat AS, termasuk batalion elit Rangers AS yang terlatih dalam peperangan hutan dan mendirikan perkemahan di La Esperanza, sebuah permukiman kecil yang terletak dekat dengan lokasi para gerilyawan Guevara.[203]
  • Guevara mengharapkan bantuan dan kerjasama dari para pembangkang lokal, tetapi harapan tersebut pupus, dan ia juga tidak didukung oleh Partai Komunis Bolivia yang dipimpin oleh Mario Monje, yang lebih berkiblat ke Moskwa ketimbang Havana. Dalam buku harian milik Guevara yang didapatkan setelah kematiannya, ia menulis tentang Partai Komunis Bolivia, yang ia sebut "tidak dapat dipercaya, tidak setia, dan bodoh".[204]
  • Ia ingin tetap menjalin hubungan radio dengan Havana. Dua pemancar radio gelombang pendek yang diberikan oleh Kuba tidak dapat berfungsi dengan baik, sehingga komunikasi pun terputus dan mereka tidak dapat memperoleh persediaan dari luar.

Selain itu, Guevara lebih memilih konfrontasi ketimbang kompromi, sehingga ia tidak dapat membina hubungan yang baik dengan para pemimpin pemberontakan di Bolivia.[205] Kecenderungan ini sudah terlihat semenjak ia berada di Kuba, tetapi hal ini dapat diredam oleh campur tangan Fidel Castro.[206]

Pada akhirnya, Guevara tidak dapat mengajak warga setempat untuk bergabung dengan milisinya. Banyak warga yang malah memberitahukan aparat Bolivia tentang keberadaan para gerilyawan dan pergerakan mereka. Menjelang akhir petualangannya di Bolivia, Guevara menulis di dalam buku hariannya bahwa "para petani tidak membantu kami sama sekali, dan mereka berubah menjadi informan."[207]

Penangkapan dan kematian

Tak ada orang yang lebih ditakuti oleh [CIA] ketimbang Che Guevara karena ia memiliki kapasitas dan karisma yang diperlukan untuk memimpin perjuangan melawan penindasan politik dari hierarki tradisional di negara-negara Amerika Latin.

Philip Agee, agen CIA pada tahun 1957–1968, kemudian berbalik menjadi berpihak pada Kuba [208]

Monumen Guevara di La Higuera.
Lokasi Vallegrande di Bolivia.

Félix Rodríguez, seorang pengasingan Kuba yang menjadi operatif Divisi Aktivitas Khusus CIA, menuntun pasukan Bolivia saat berburu Guevara di Bolivia.[209] Selain itu, dokumenter 2007 My Enemy's Enemy menuduh bahwa penjahat perang Nazi Klaus Barbie menuntun dan mungkin membantu CIA dalam menangkap Guevara.[210]

Pada 7 Oktober 1967, seorang informan menunjukkan lokasi kamp gerilya Guevara kepada Pasukan Khusus Bolivia di jurang Yuro.[211] Pada pagi 8 Oktober, mereka mengepung kawasan tersebut dengan dua batalion berjumlah 1,800 prajurit dan bergerak ke jurang untuk melakukan pertempuran dimana Guevara terluka dan ditangkap saat memimpin sebuah detasemen bersama dengan Simeón Cuba Sarabia. Biografer Che Jon Lee Anderson mengabarkan catatan Sersan Bolivia Bernardino Huanca: Bahwa saat Bolivian Rangers bertindak, Guevara tertembak dua kali, pistolnya tak dapat dipakai, mengangkat tangannya tanda menyerah dan berteriak kepada para prajurit: "Jangan tembak! Aku Che Guevara dan Aku lebih suka kamu hidup ketimbang mati."[212]

Guevara diikat dan dibawa ke sebuah sekolah bobrok berlumpur di dekat desa La Higuera pada sori 8 Oktober. Pada setengah hari berikutnya, Guevara menolak untuk diinterogasi oleh para perwira Bolivia dan hanya berbicara diam-diam kepada para prajurit Bolivia. Salah satu prajurit Bolivia, seorang pilot helikopter bernama Jaime Nino de Guzman, menyatakan bahwa Che tampak "ketakutan". Menurut Guzman, betis kanan Guevara tertembak, rambutnya kusut dan kotor, pakaiannya robek-robek, dan kakinya ditutupi dengan sarung kulit. Meskipun berpenampilan lesu, ia menyatakan bahwa "Che menegapkan kepalanya, memandang tajam setiap hal dengan matanya dan hanya meminta untuk merokok." De Guzman menyatakan bahwa ia "tampak mengenaskan" dan memberikannya sekotak kecil rokok untuk pipanya, dan bahwa Guevara kemudian tersenyum dan berterima kasih kepadanya.[213] Kemudian pada malam 8 Oktober, Guevara—meskipun tangannya terikat—menendang seorang perwira tentara Bolivia, bernama Kapten Espinosa, sampai ia mengenai tembok setelah perwira tersebut memasuki sekolah tersebut dan berusaha untuk melepaskan pipa Guevara dari mulutnya sebagai suvenir saat ia masih menghisapnya.[214] Pada pernyataan lainnya, Guevara mendamprat wajah Laksamana Muda Bolivia Ugarteche, yang berusaha untuk menanyai Guevara beberapa jam sebelum eksekusinya.[214]

Pada pagi berikutnya tanggal 9 Oktober, Guevara meminta untuk melihat guru sekolah desa tersebut, seorang wanita berusia 22 tahun bernama Julia Cortez. Cortez kemudian menyatakan bahwa ia menemukan bahwa Guevara menjadi seorang "pria yang tampak serasi dengan kelembutan dan sekilas ironis" dan bahwa saat pertemuan mereka ia menyadari bahwa ia sendiri "tak dapat melihatnya dengan mata" karena "tatapannya tak tertahankan, menusuk dan begitu tenang".[214] Pada pertemuan mereka yang singkat itu, Guevara menekankan kondisi buruk sekolah tersebut kepada Cortez, dengan menyatakan bahwa itu adalah "anti-pedagogikal" yang menghalangi para murid campesino untuk menjadi terdidik disana, sementara "para pejabat pemerintah mengemudikan mobil-mobil Mercedes", dan mendeklarasikan bahwa "hal itulah yang kami perjuangkan."[214]

Kemudian pada pagi 9 Oktober, Presiden Bolivia René Barrientos memerintahkan agar Guevara dibunuh. Perintah tersebut ditujukan kepada unit yang menangkap Guevara pimpinan Félix Rodríguez meskipun pemerintah Amerika Serikat meminta agar Guevara dibawa ke Panama untuk interogasi lanjutan.[215] Pengeksekusi yang rela untuk membunuh Guevara adalah Mario Terán, seorang sersan alkoholik berusia 27 tahun dalam tentara Bolivia yang secara pribadi diminta untuk menembak Guevara karena tiga temannya dari Rombongan B, yang semuanya bernama pertama sama "Mario", telah tewas dalam pertarungan sebelumnya dengan kelompok gerilyawan Guevara.[6] Untuk membuat luka-luka peluru tampak konsisten dengan cerita yang pemerintah Bolivia rencanakan untuk dirilis ke publik, Félix Rodríguez memerintahkan Terán agar tidak menembak kepala Guevara, namun secara berhati-hati untuk membuatnya tampak bahwa Guevara tewas dalam aksi saat bertikai dengan tentara Bolivia.[216] Gary Prado, kapten komando rombongan tentara Bolivia yang menangkap Guevara, berkata bahwa alasan Barrientos memerintahkan eksekusi langsung Guevara adalah agar tidak memungkinkan Guevara kabur dari tahanan, dan juga agar tidak ada drama dalam pengadilan publik dimana publisitas butuk dapat terjadi.[217]

Sebelum 30 menit sebelum Guevara tewas, Félix Rodríguez berupaya untuk menanyainya tentang dimana letak para pejuang gerilya lainnya yang saat ini ada dalam jumlah besar, namun Guevara masih diam tanpa kata. Rodríguez, yang dibantu oleh beberapa prajurit Bolivia, membantu Guevara untuk berjalan dan menempatkannya di luar gubuk untuk mengaraknya sebelum para prajurit Bolivia lainnya dimana ia berpose dengan Guevara untuk kesempatan foto saat seorang prajurit mengambil sebuah foto Rodríguez dan prajurit lainnya berdiri bersama dengan Guevara. Setelah itu, Rodríguez berkata kepada Guevara bahwa ia akan dieksekusi. Kemudian, Guevara ditanyai oleh salah satu prajurit Bolivia yang memandunya tentang apakah ia berpikir tentang keabadiannya sendiri. "Tidak," jawabnya, "Aku berpikir tentang keabadian revolusi."[218] Beberapa menit kemudian, Sersan Terán masuk ke gubuk tersebut untuk menembaknya, dimana Guevara dikabarkan berkata: "Aku tahu kau datang untuk membunuhku, Tembak, pengecut. Kau hanya membunuh satu orang." Terán menampik, kemudian mengarahkan karbin M2 miliknya sendiri[219] ke arah Guevara dan meletuskannya, mengenainya di bagian lengan dan lutut.[220] Kemudian, saat Guevara terkapar di tanah, tampak salah satu pergelangan tangannya bergerak, Terán menembak bagian dadanya yang lain, yang memberikannya luka parah di bagian dadanya. Guevara dinyatakan tewas pada pukul 13:10 waktu lokal menurut Rodríguez.[220] Secara keseluruhan, Guevara ditembak sembilan kali oleh Terán. Ini meliputi lima kali di lututnya, satu di pundak dan lengan kanannya, dan satu di dada dan lehernya.[214]

Berbulan-bulan sebelumnya, pada deklarasi publik terakhirnya di Konferensi Tiga Benua,[174] Guevara menuliskan epitafnya sendiri, dengan menyatakan "Dimanapun kematian dapat mengejutkan kita, mari sambut, yang membuat tangisan pertempuran kami terdengar ke beberapa telinga dan tangan lainnya dapat memperpanjang senjata-senjata kami."[221]

Pasca-eksekusi dan peringatan

Sehari setelah eksekusinya pada 10 Oktober 1967, jenazah Guevara diperlihatkan kepada pers dunia di tempat pencucian baju dari rumah sakit Vallegrande. (foto karya Freddy Alborta)
        Wajah     Sepatu

Setelah eksekusinya, jenazah Guevara diangkut sebuah helikopter dan diterbangkan ke sekitaran Vallegrande, dimana foto-fotonya diambil di kamar pencucian baju Nuestra Señora de Malta.[222] Beberapa saksi mata dipanggil untuk mengkonfirmasikan identitasnya, salah satunya adalah jurnalis Inggris Richard Gott, satu-satunya saksi mata yang pernah bertemu Guevara saat ia masih hidup. Disimpan, karena ratusan penduduk lokal berebut melihat jenazahnya, jenazah Guevara dianggap beberapa orang mewakili tampilan "mirip Yesus", dengan beberapa orang bahkan menganggap rambutnya adalah relik ilahi.[223] Perbandingan semacam itu juga dilakukan saat kritikus seni Inggris John Berger, dua pekan setelah melihat foto-foto post-mortem, mengamati bahwa foto-foto tersebut mengingatkannya pada dua lukisan terkenal: Pelajaran Anatomi Dr. Nicolaes Tulp karya Rembrandt dan Peratapan Jenazah Yesus karya Andrea Mantegna.[224] terdapat juga empat koresponden yang hadir saat jenazah Guevara didatangkan ke Vallegrande, termasuk Björn Kumm dari Aftonbladet Swedia, yang menjelaskan suasana tersebut pada 11 November 1967, eksklusif untuk The New Republic.[225]

Sebuah memorandum terdeklasifikasi tertanggal 11 Oktober 1967, kepada Presiden Amerika Serikat Lyndon B. Johnson dari Penasehat Keamanan Nasional-nya Walt Whitman Rostow, menyerukan bahwa keputusan untuk membunuh Guevara adalah hal "bodoh" namun "dimaklumkan dari sudut pendirian Bolivia".[226] Setelah eksekusi, Rodríguez mengambil beberapa barang pribadi Guevara—termasuk sebuah arloji Rolex GMT Master[227] yang ia masih pakai beberapa tahun kemudian—seringkali ditunjukkan kepada para wartawan pada tahun-tahun tersebut. Setelah dokter militer mengamputasi tangan-tangannya, para perwira tentara Bolivia memindahkan jasad Guevara ke sebuah lokasi tertutup dan menolak untuk membakar atau mengkremasi jenazahnya. Tangan-tangannya diformalinkan untuk dikirim ke Buenos Aires untuk identifikasi sidik jari. (Sidik-sidik jarinya diarsipkan polisi Argentina.) Tangan-tangan tersebut kemudian dikirim ke Kuba.

Plaza de la Revolución, di Havana, Kuba. Di samping gedung Kementerian Dalam Negeri dimana Guevara sempat bekerja adalah sebuah bangunan lima lantai dengan kawat-kawat yang membentuk wajahnya. Di bawah gambarnya terdapat tulisan dari motto Guevara dalam frase Spanyol: "Hasta la Victoria Siempre" (Sampai Kemenangan Selalu).

Pada 15 Oktober, Fidel Castro secara terbuka mengetahui bahwa Guevara telah wafat dan memproklamasikan tiga hari masa berkabung di seluruh Kuba.[228] Pada 18 Oktober, Castro hadir di hadapan kerumunan satu juta orang di Plaza de la Revolución, Havana dan berbicara tentang karakter Guevara sebagai seorang revolusioner.[229] Fidel Castro menutup pidatonya dengan berkata:

Jika kita berharap untuk mengekspresikan apa yang kita inginkan bagi manusia generasi mendatang, kita harus berkata: Mari kita menjadi seperti Che! Jika kita berharap untuk berkata bagaimana kita ingin anak-anak kita terdidik, kita harus berkata tanpa hambatan: Kita ingin mereka dididik dalam jiwa Che! Jika kita ingin model dari seorang manusia, yang tak untuk masa-masa kami namun untuk masa mendatang, Aku berkata dari lubuk hatiku bahwa sebuah model semacam itu, tanpa sebuah pendirian tunggal pada keputusannya, tanpa pendirian tunggal pada tindakannya, adalah Che![230]

Selain itu, barang-barang sitaan dari Guevara meliputi buku harian tulis tangan 30,000 kata buatannya, sebuah kumpulan puisi pribadinya, dan sebuah cerita pendek yang ia karang tentang seorang gerilyawan Komunis muda yang memahami ketakutannya.[231] Buku hariannya mendokumentasikan peristiwa-peristiwa kampanye gerilya di Bolivia,[232] dengan entri pertama pada 7 November 1966, tak lama setelah ia datang ke sebuah kebun di Ñancahuazú, dan yang terakhir tertanggal 7 Oktober 1967, sehari sebelum penangkapannya. Buku harian tersebut mengisahkan bagaimana para gerilyawan terpaksa untuk memulai operasi secara dini karena diketahui oleh Tentara Bolivia, menjelaskan keputusan Guevara untuk membagi pasukannya dalam dua unit yang kemudian tak dapat menjalin kontak lagi, dan mengisahkan upaya gagal mereka secara keseluruhan. Buku harian tersebut juga mencatat pergesakan antara Guevara dan Partai Komunis Bolivia yang mengakibatkan Guevara menjadi hanya memiliki prajurit yang lebih sedikit ketimbang aslinya, dan menunjukkan bahwa Guevara memiliki keputusan besar yang sulit dalam merekrut penduduk lokal, sebagian karena kelompok gerilyanya yang telah memahami bahasa Quechua, tak menyadari bahwa bahasa lokal disana sebenarnya adalah bahasa Tupí–Guaraní.[233] Karena kampanye tersebut dianggap tak memuaskan, Guevara jadi makin sakit. Ia mengidap asma yang bahkan lebih parah, dan sebagian besar serangan terakhirnya dilakukan dalam upaya meraih pengobatan.[234] Buku harian Bolivia tersebut dengan cepat diterjemahkan dan disebarkan oleh majalah Ramparts dan diedarkan ke seluruh dunia.[235] Terdapat sekitar empat buku harian tambahan yang ada—buku-buku harian dari Israel Reyes Zayas (Alias "Braulio"), Harry Villegas Tamayo ("Pombo"), Eliseo Reyes Rodriguez ("Rolando")[199] dan Dariel Alarcón Ramírez ("Benigno")[236]—yang masing-masing menyimpan aspek tambahan dari peristiwa-peristiwa tersebut.

Intelektual Perancis Régis Debray, yang ditangkap pada April 1967 bersama dengan Guevara di Bolivia, memberikan sebuah wawancara dari penjara pada Agustus 1968, dimana ia menjelaskan soal puncak penangkapan Guevara. Debray, yang telah tinggal dengan kelompok gerilyawan Guevara dalam jangka pendek, berkata bahwa dalam pandangannya mereka adalah "korban-korban hutan" dan kemudian "dimakan oleh hutan".[237] Debray menjelaskan keadaan dimana pasukan Guevara terserang malagizi, kekurangan air, ketiadaan sepatu, dan hanya membawa enam selimut untuk 22 orang. Debray menjelaskan bahwa Guevara dan yang lainnya terserang sebuah "penyakit" yang menyebabkan tangan dan kaki mereka membengka sampai menjadi "gundukan daging" sehingga mereka tak dapat melihat jari-jari di tangan mereka. Debray menyebut bahwa Guevara bersikap "optimistik terhadap masa depan Amerika Latin" meskipun keadaannya sia-sia, dan menyatakan bahwa Guevara "mundur untuk mati dalam keyakinan bahwa kematiannya akan menjadi semacam kebangkitan", menyatakan bahwa Guevara meninggal "sebagai janji kelahiran kembali" dan "ritual pembaharuan".[237]

Untuk hal tertentu, kepercayaan Guevara terhadap kebangkitan metafora menjadi kenyataan. Saat gambar-gambar jenazah Guevara beredar dan puncak kematiannya diperdebatkan, legenda Che mulai tersebar. Demonstrasi dalam protes menentang "pembunuhan"nya terjadi di seluruh dunia, dan artikel-artikel, tribut-tribut, dan puisi-puisi menuliskan tentang kehidupan dan kematiannya.[238] Pawai-pawai dukungan terhadap Guevara diadakan dari "Meksiko sampai Santiago, Aljazair sampai Angola, dan Kairo sampai Kalkuta".[239] Penduduk Budapest dan Praha menyalakan lilin-lilin untuk menghormati kepergian Guevara; dan gambar Che sedang tersenyum muncul di London dan Paris.[240] Beberapa bulan kemudian, kerusuhan terjadi di Berlin, Perancis, dan Chicago, dan ketegangan merebak di kampus-kampus kolese Amerika, pria dan wanita muda mengenakan kemeja Che Guevara dan membawa-bawa gambarnya saat pawai protes mereka. Dalam pandangan sejarawan militer Erik Durschmied: "Dalam bulan-bulan puncak 1968, Che Guevara tidak mati. Ia benar-benar sangat hidup."[241]

Pengembalian jasad

Monumen dan Mausoleum Che Guevara di Santa Clara, Kuba.

Pada akhir 1995, pensiunan Jenderal Bolivia Mario Vargas berkata kepada Jon Lee Anderson, pengarang Che Guevara: A Revolutionary Life, bahwa jenazah Guevara berada di pangkalan udara Vallegrande. Akibatnya, berbagai negara mencari jasadnya, yang berlangsung selama lebih dari setahun. Pada Juli 1997, sebuah tim geolog Kuba dan antropolog forensik Argentina menemukan tujuh jasad di dua kuburan massal, termasuk satu pria dengan tangan yang diamputasi (seperti Guevara). Para pejabat pemerintah Bolivia dengan Kementerian Dalam Negeri kemudian mengidentifikasikan jasad tersebut sebagai Guevara saat gigi yang diekskavasi "benar-benar cocok" dengan sebuah contoh gigi Che di Kuba sebelum ekspedisi Kongo-nya. "Kepastian" kemudian datang saat antropolog forensik Argentina Alejandro Inchaurregui meneliti bagian dalam saku tersembunyi dari sebuah jaket biru yang berada di sebelah jasad tersebut dan menemukan sekotak tembakau pipa kecil. Nino de Guzman, seorang pilot helikopter Bolivia yang telah memberi sekotak tembakau kecil kepada Che, kemudian menyatakan bahwa ia "memiliki keraguan serius" pada mulanya dan "meskipun orang-orang Kuba akan secara pasti menemukan tulang-tulang lama apapun dan menyebutnya Che"; namun "setelah mendengar tentang keberadaan tembakau tersebut, Aku menjadi tak ragu."[213] Pada 17 Oktober 1997, jenazah Guevara, dengan enam jenazah kombatan sejawatnya, dibawa untuk diberi penghormatan militer di sebuah mausoleum yang dibangun khusus di kota Kuba Santa Clara, dimana ia mengkomandani kemenangan militer mutlak pada Revolusi Kuba.[242]

Pada Juli 2008, pemerintah Bolivia pimpinan Evo Morales mengeluarkan buku-buku harian Guevara yang dulunya disegel dalam dua buku catatan, bersama dengan sebuah buku log dan beberapa foto hitam-putih. Pada peristiwa tersebut, wakil menteri budaya Bolivia, Pablo Groux, menyatakan bahwa terdapat rencana untuk menerbukti foto-foto dari setiap laman tulisan tangan pada tahun tersebut.[243] Selain itu, pada Agustus 2009, para antropolog yang bekerja untuk Kementerian Keadilan Bolivia menemukan dan mengangkat lima jasad gerilyawan sejawat Guevara di dekat kota Bolivia Teoponte.[244]

Warisan

Penemuan jasad Che secara metominik mengaktivasikan serangkaian asosiasi terhubung—pemberontak, martir, figur kelompok merah dari seorang petualang, penyelamat, pengkhianat, ekstrimis—dimana tidak ada ilahi mutlak diantara mereka. Dewan opini saat ini menempatkan Che pada sebuah kontinum yang menggabungkan pandangannya sebagai pemberontak yang salah pandu, seorang filsuf gerilya brilian, penyair-prajurit yang berjuang di alam liar, seorang pejuang yang membara yang melemparkan penentangannya terhadap kaum burjois, objek yang menjadikannya orang suci, atau seorang pembunuh massal yang bertindak layaknya malaikat maut yang setiap tindakannya berunsur kekerasan—sangat khas dengan Teroris Fanatik.

— Dr. Peter McLaren, pengarang Che Guevara, Paulo Freire, and the Pedagogy of Revolution[245]
Sebuah grafik wajah Guevara khas di sebuah bendera yang di atasnya bertuliskan "El Che Vive!" (Hidup Che!)
Pembakaran sebuah gambar berisi wajah Che, setelah kudeta 1973 yang menaikkan kekuasaan rezim Pinochet di Chili
Pengarang Michael Casey menyatakan tentang bagaimana gambar Che telah menjadi sebuah logo seperti halnya logo centang Nike atau lengkungan emas.[175]

Kehidupan dan warisan Guevara masih berlanjut. Kontradiksi dari etosnya pada berbagai masa hidupnya membentuk sebuah karakter dualitas kompleks, yang satu "dapat memakai pena dan pistol bermesin dengan kemampuan yang setara", sementara yang lainnya membentuk "ambisi revolusioner paling berpengaruh untuk melihat umat manusia terbebas dari alienasinya".[246][247] Pendirian paradoks Guevara juga terkomplikasi dengan caranya memandang kualitas yang berseberangan secara diametris. Seorang humanis sekuler dan praktisioner kedokteran simpatetik yang tak berniat untuk menembak musuh-musuhnya, seorang internasionalis terselebrasi yang mengadovikasikan kekerasan untuk mewujudkan filsafat utopia dari barang kolektif, seorang intelektual idealistik yang menyukai kesusastraan namun menolak untuk mengijinkan pembangkangan, seorang pemberontak Marxis anti-imperialis yang secara radikal mengkehendaki penumpasan kemiskinan pada dunia baru terhadap abu-abu apokaliptik dari dunia lama, dan akhirnya, seorang anti-kapitalis yang gambarnya telah terkomodifikasi. Sejarah Che masih ditulis ulang dan dicitrakan ulang.[248][249] Selain itu, sosiolog Michael Löwy menyatakan bahwa beberapa faset kehidupan Guevara (yakni dokter dan ekonom, revolusioner dan bankir, pakar teori militer dan duta besar, pemikir mendalam dan agitator politik) mengiluminasikan kebangkitan "mitos Che", yang membolehkannya terkristalisasi dalam beberapa peran metanaratifnya sebagai "Robin Hood Merah, Don Quixote dari komunisme, Garibaldi baru, Saint Just Marxis, Cid Campeador dari Bumi Berantakan, Sir Galahad dari para pengemis ... dan iblis Bolshevik yang menghantui mimpi-mimpi orang kaya, ranting-ranting bara api dari subversi seluruh belahan dunia".[246]

Demikian pula dengan berbagai tokoh terkenal yang menganggap Guevara sebagai seorang pahlawan;[250] contohnya, Nelson Mandela menyebutnya sebagai "sebuah inspirasi bagi setiap manusia yang mencintai kebebasan",[208] sementara Jean-Paul Sartre menyebutnya "tak hanya seorang intelektual namun juga seorang manusia paling lengkap dari zaman kami".[251] Tokoh lainnya yang mengekspresikan sanjungan mereka meliputi pengarang Graham Greene, yang menyatakan bahwa Guevara "mewakili gagasan keberanian, kekesatriaan, dan petualangan",[252] dan Susan Sontag, yang menyatakan bahwa "Tujuan [Che] tak lebih dari sebab kemanusiaan itu sendiri."[253] Dalam komunitas Pan-Afrika, filsuf Frantz Fanon menyatakan bahwa Guevara adalah "lambang dunia dari kemungkinan seorang manusia",[254] sementara pemimpin Black Power Stokely Carmichael menyatakan bahwa "Che Guevara tidak mati, gagasan-gagasannya ada bersama dengan kita."[255] Pujian telah terefleksi di seluruh spektrum politik, dengan pakar teori libertarian Murray Rothbard menyebut Guevara sebagai "figur heroik" yang "melebihi orang manapun pada zaman kami atau bahkan abad kami, yang menghidupi pertubuhan prinsip revolusi",[256] sementara jurnalis Christopher Hitchens menyatakan bahwa "kematian [Che] berarti banyak bagiku dan tak terhitung seperti aku pada masa itu, ia adalah seorang model peran, menumbuhkan ketidakmungkinan bagi romantis burjois seperti halnya yang ia ingini dan apa yang para revolusioner lakukan—bertarung dan mati karena kepercayaannya."[257]

Sebaliknya, Jacobo Machover, seorang pengarang oposisi pengasingan, menepis seluruh pujian terhadap Guevara dan menganggapnya sebagai seorang pengeksekusi tak berperasaan.[258] Mantan para tahanan Kuba di pengasingan mengekspresikan opini serupa, salah satunya adalah Armando Valladares, yang menyebut Guevara sebagai "seorang pria yang penuh kebencian" yang mengeksekusi puluhan orang tanpa pengadilan,[259] dan Carlos Alberto Montaner, yang menyatakan bahwa Guevara memegang "sebuah mentalitas Robespierre", dimana kekejamannya terhadap para musuh revolusi merupakan sebuah kebajikan.[260] Álvaro Vargas Llosa dari The Independent Institute menyimpulkan bahwa para pengikut sezaman Guevara "mendelusikan diri mereka sendiri dengan menggantungkan sebuah mitos", menyebut Guevara sebagai seorang "Puritan Marxis" yang menempatkan kekuasaan kakinya untuk menekan pembangkangan, sesambil juga beroperasi sebagai seorang "mesin pembunuh berdarah dingin".[155] Llosa juga menuduh "disposisi fanatik" Guevara seperti pasak dari "Sovietisasi" revolusi Kuba, menganggap bahwa ia mengubah dari sikap "subordinasi total dari realitas menjadi ortodoksi ideologi buta".[155] Pada tingkat makro, anggota penelitian Hoover Institution William Ratliff menyatakan bahwa Guevara lebih sebagai pembentukan lingkungan historisnya, menyebutnya sebagai orang yang "tidak takut" dan "figur seperti Mesias keras kepala", yang merupakan produk martir-menganggap budaya Latin yang "membuat masyarakat menyoroti dan mengikuti para buruh ajaib paternalistik".[261] Ratliff kemudian berspekulasi bahwa kondisi ekonomi di kawasan tersebut membuat Guevara berkomitmen untuk "mendatangkan keadilan bagi orang tertindas dengan menghancurkan tirani-tirani berusia berabad-abad"; menyebut Amerika Latin terganggu oleh apa yang Moisés Naím sebut sebagai "keganasan legendaris" dari ketidaksetaraan, kemiskinan, politik disfungsional; dan lembaga-lembaga yang malfungsi.[261]

Dalam tanggapan campuran, sejarawan Inggris Hugh Thomas berpendapat bahwa Guevara adalah seorang pria yang pemberani, tulus dan penentu yang juga penantang, sempit, dan dogmatik".[262] Menurut Thomas, pada akhir hidupnya "ia dipandang menjadi terdakwa dari kebajikan-kebijakan kekerasan untuk guncangannya sendiri", sementara "pengaruhnya terhadap Castro untuk kebaikan dan kejahatan" bertumbuh setelah kematiannya, karena Fidel memegang beberapa pandangannya.[262] Hal serupa juga diutarakan sosiolog Kuba-Amerika Samuel Farber yang menganggap Che Guevara sebagai "seorang revolusioner jujur dan berkomitmen", namun juga mengkritik kenyataan bahwa "ia tak pernah menerapkan sosialisme dalam esensi paling demokratisnya".[263] Selain itu, Guevara masih menjadi pahlawan nasional di Kuba, dimana gambarnya tertera di uang kertas 3 peso dan anak-anak sekolahan setiap pagi berkata "Kami akan menjadi seperti Che."[264][265] Di kampung halamannya, Argentina, dimana perguruan-perguruan tinggi menyematkan namanya,[266] sejumlah museum Che didirikan di negara tersebut dan sebuah patung perunggunya setinggi 12-kaki (3,7 m) didirikan di kota kelahirannya, Rosario, pada 2008.[267] Guevara telah disakralkan oleh beberapa campesino Bolivia[268] sebagai "Santo Ernesto", yang berdoa kepadanya untuk meminta bantuan.[269] Sebaliknya, Guevara masih dianggap sebagai figur yang dibenci bagi beberapa orang pengasingan Kuba dan komunitas Kuba-Amerika di Amerika Serikat, yang memandangnya sebagai "penjagal dari La Cabaña".[270] Disamping status terpolarisasi tersebut, sebuah grafis monokrom berkontras tinggi dari wajah Che, yang dibuat oleh 1968 oleh artis Irlandia Jim Fitzpatrick, menjadi pernak-pernik universal dan gambar terobyektifikasi,[271][272] yang ditemukan pada berbagai barang, yang meliputi kemeja, topi, poster, tato dan bikini,[273] yang secara ironis berkontribusi terhadap budaya konsumen yang Guevara tentang. Sehingga, ia masih menjadi seorang figur transenden khususnya dalam konteks politik[274] maupun sebagai ikon pemberontakan kaum muda populer.[275]

Penghormatan

Guevara meraih beberapa penghargaan kehormatan negara pada masa hidupnya.

Referensi

  1. ^ a b Sinclair, Andrew Annandale. "Che Guevara". Encyclopædia Britannica Online. Diakses tanggal 4 Oktober 2018. 
  2. ^ Casey 2009, hlm. 128.
  3. ^ a b c On Revolutionary Medicine Speech oleh Che Guevara kepada Milisi Kuba pada tanggal 19 Agustus 1960. "Because of the circumstances in which I traveled, first as a student and later as a doctor, I came into close contact with poverty, hunger and disease; with the inability to treat a child because of lack of money; with the stupefaction provoked by the continual hunger and punishment, to the point that a father can accept the loss of a son as an unimportant accident, as occurs often in the downtrodden classes of our American homeland. And I began to realize at that time that there were things that were almost as important to me as becoming a famous or making a significant contribution to medical science: I wanted to help those people."
  4. ^ Beaubien, NPR Audio Report, 2009, 00:09–00:13.
  5. ^ a b c d e "Castro's Brain", 1960.
  6. ^ a b c d e Taibo 1999, hlm. 267.
  7. ^ a b c Kellner 1989, hlm. 69–70.
  8. ^ Anderson 1997, hlm. 526–530.
  9. ^ "On Development", pidato Che Guevara di sesi pleno United Nations Conference on Trade and Development di Jenewa, Swiss, 25 Maret 1964. "The inflow of capital from the developed countries is the prerequisite for the establishment of economic dependence. This inflow takes various forms: loans granted on onerous terms; investments that place a given country in the power of the investors; almost total technological subordination of the dependent country to the developed country; control of a country's foreign trade by the big international monopolies; and in extreme cases, the use of force as an economic weapon in support of the other forms of exploitation."
  10. ^ At the Afro-Asian Conference in Algeria, pidato Che Guevara di Seminar Ekonomi Kedua Konferensi Asia-Afrika di Aljir, Aljazair, pada tanggal 24 Februari 1965. "The struggle against imperialism, for liberation from colonial or neocolonial shackles, which is being carried out by means of political weapons, arms, or a combination of the two, is not separate from the struggle against backwardness and poverty. Both are stages on the same road leading toward the creation of a new society of justice and plenty. ... Ever since monopoly capital took over the world, it has kept the greater part of humanity in poverty, dividing all the profits among the group of the most powerful countries. The standard of living in those countries is based on the extreme poverty of our countries. To raise the living standards of the underdeveloped nations, therefore, we must fight against imperialism. ... The practice of proletarian internationalism is not only a duty for the peoples struggling for a better future, it is also an inescapable necessity."
  11. ^ Ryan 1998, hlm. 4.
  12. ^ Footnote for Socialism and man in Cuba (1965): "Che argued that the full liberation of humankind is reached when work becomes a social duty carried out with complete satisfaction and sustained by a value system that contributes to the realization of conscious action in performing tasks. This could only be achieved by systematic education, acquired by passing through various stages in which collective action is increased. Che recognized that this would be difficult and would take time. In his desire to speed up this process, however, he developed methods of mobilizing people, bringing together their collective and individual interests. Among the most significant of these instruments were moral and material incentives, while deepening consciousness as a way of developing toward socialism. See Che's speeches: Homage to Emulation Prize Winners (1962) and A New Attitude to Work (1964)."
  13. ^ Dorfman 1999.
  14. ^ Maryland Institute of Art, referenced at BBC News 26 Mei 2001.
  15. ^ Nama akhir Che Guevara berasal dari bentuk Kastilianisasi dari Basque Gebara, sebuah nama tempat dari provinsi Álava, sementara neneknya, Ana Lynch, adalah keturunan dari Patrick Lynch, yang beemigrasi dari County Galway, Irlandia pada 1740an.
  16. ^ Guevara Lynch 2007, hlm. i. "The father of Che Guevara, Ernesto Guevara Lynch was born in Argentina in 1900 of Irish and Basque origin."
  17. ^ The Origins of Guevara's Name - ditulis dengan bahasa Spanyol
  18. ^ Dalam bahasa Spanyol, seseorang mendapatkan nama belakang ayah dan ibunya, dengan urutan nama belakang ayah dan lalu ibu. Ada juga yang hanya diberikan marga ayahnya. Untuk Guevara, banyak orang berdarah Irlandia yang menambahkan nama belakang "Lynch" untuk menegaskan bahwa ia memiliki ikatan dengan Irlandia. Yang lainnya akan menambahkan "de la Serna" untuk menghormati ibu Guevara.
  19. ^ Lavretsky 1976.
  20. ^ Kellner 1989, p. 23.
  21. ^ Argentina: Che's Red Mother Time Magazine, 14 Juli 1961.
  22. ^ Anderson 1997, hlm. 22–23.
  23. ^ Sandison 1996, hlm. 8.
  24. ^ Kellner 1989, p. 24.
  25. ^ Argentine Rugby Inspired by Che Guevara, Brendan Gallagher, The Daily Telegraph, 5 Oktober 2007
  26. ^ Cain, Nick & Growden, Greg. "Chapter 21: Ten Peculiar Facts about Rugby" in Rugby Union for Dummies (2nd Edition), John Wiley and Sons; ISBN 978-0-470-03537-5, hlm. 293.
  27. ^ Anderson 1997, hlm. 28.
  28. ^ a b Hart 2004, p. 98.
  29. ^ Haney 2005, p. 164.
  30. ^ a b c d (Anderson 1997, pp. 37–38).
  31. ^ Sandison 1996, p. 10.
  32. ^ Kellner 1989, p. 26.
  33. ^ Ratner 1997, p. 25.
  34. ^ Anderson 1997, p. 64.
  35. ^ Anderson 1997, p. 59–64.
  36. ^ Anderson 1997, pp. 83.
  37. ^ Anderson 1997, p. 89.
  38. ^ Anderson 1997, pp. 75–76.
  39. ^ a b Kellner 1989, p. 27.
  40. ^ NYT bestseller list: #38 Paperback Nonfiction on 2005-02-20, #9 Nonfiction on 2004-10-07 and on more occasions.
  41. ^ Che Guevara spent time in Miami oleh Alfonso Chardy, The Miami Herald 8 Juli 2008
  42. ^ Anderson 1997, hlm. 98.
  43. ^ A copy of Guevara's University transcripts showing conferral of his medical diploma can be found on p. 75 of Becoming Che: Guevara's Second and Final Trip through Latin America, oleh Carlos 'Calica' Ferrer (diterjemahkan dari bahasa Spanyol oleh Sarah L. Smith), Marea Editorial, 2006, ISBN 987-1307-07-1. Ferrer was a longtime childhood friend of Che, and when Guevara passed the last of his 12 exams in 1953, he gave him a copy to prove to Ferrer, who had been telling Guevara that he would never finish, that he had finally completed his studies.
  44. ^ A Very Modern Icon oleh George Galloway, New Statesman, 12 Juni 2006
  45. ^ Anderson 1997, hlm. 126.
  46. ^ Taibo 1999, hlm. 31.
  47. ^ Kellner 1989, hlm. 31.
  48. ^ a b Guevara Lynch 2000, hlm. 26.
  49. ^ Ignacio 2007, hlm. 172.
  50. ^ Anderson, Jon (2010). Che Guevara: A Revolutionary Life. New York, New York: Grove/Atlantic, Inc. hlm. 139. ISBN 978-0-802-19725-2. Diakses tanggal 25 Juli 2015. 
  51. ^ "Anderson (2010)", hlm. 126
  52. ^ "Poetry of Che is presented with great success in Guatemala" (dalam bahasa Inggris). Cuba Headlines. 26 November 2007. Diakses tanggal 26 Maret 2017. 
  53. ^ Immerman 1982, hlm. 155–160.
  54. ^ Immerman 1982, hlm. 161-163.
  55. ^ Gleijeses 1991, hlm. 345–349.
  56. ^ Gleijeses 1991, hlm. 354–357.
  57. ^ Immerman 1982, hlm. 198–201.
  58. ^ Cullather 2006, hlm. 113.
  59. ^ Gleijeses 1991, hlm. 382.
  60. ^ a b Kellner 1989, hlm. 32.
  61. ^ Taibo 1999, hlm. 39.
  62. ^ Che Guevara 1960–67 oleh Frank E. Smitha.
  63. ^ Sinclair, Andrew (1970). Che Guevara. The Viking Press. hlm. 12. 
  64. ^ Manzanos, Rosario (8 Oktober 2012). "Documental sobre el Che Guevara, doctor en México". Proceso (dalam bahasa spanish). Diakses tanggal 1 Juli 2016. 
  65. ^ "BIOGRAFIA DE ERNESTO CHE GUEVARA Fundación Che Guevara, FUNCHE" (PDF) (dalam bahasa spanish). educarchile.cl. Diakses tanggal 1 Juli 2016. 
  66. ^ "FIDEL Y HANK: PASAJES DE LA REVOLUCIÓN" (dalam bahasa spanish). lagacetametropolitana.com. Diakses tanggal 1 Juli 2016. 
  67. ^ Kellner 1989, hlm. 33.
  68. ^ a b Rebel Wife, A Review of My Life With Che: The Making of a Revolutionary by Hilda Gadea, oleh Tom Gjelten, The Washington Post, 12 Oktober 2008.
  69. ^ Taibo 1999, hlm. 55.
  70. ^ Fidel and Che: A Revolutionary Friendship oleh Simon Reid-Henry, The Guardian, 9 Januari 2009
  71. ^ Sandison 1996, hlm. 28.
  72. ^ Kellner 1989, hlm. 37.
  73. ^ Anderson 1997, hlm. 194.
  74. ^ Snow, Anita. "'My Life With Che' oleh Hilda Gadea". Associated Press di situs WJXX-TV. 16 Agustus 2008; diakses 23 Februari 2009.
  75. ^ Anderson 1997, hlm. 213.
  76. ^ Anderson 1997, hlm. 211.
  77. ^ Sandison 1996, hlm. 32.
  78. ^ DePalma 2006, hlm. 110–11.
  79. ^ a b c Latin lessons: What can we Learn from the World's most Ambitious Literacy Campaign? oleh The Independent, 7 November 2010
  80. ^ a b Kellner 1989, hlm. 45.
  81. ^ Anderson 1997, hlm. 269–270.
  82. ^ Castañeda 1998, hlm. 105, 119.
  83. ^ Anderson 1997, hlm. 237–238, 269–270, 277–278.
  84. ^ a b c Luther 2001, hlm. 97–99.
  85. ^ a b c Anderson 1997, hlm. 237.
  86. ^ Sandison 1996, hlm. 35.
  87. ^ Cuba Remembers Che Guevara 40 Years after his Fall oleh Rosa Tania Valdes, Reuters, 8 Oktober 2007
  88. ^ Ignacio 2007, hlm. 177.
  89. ^ Ignacio 2007, hlm. 193.
  90. ^ Poster Boy of The Revolution oleh Saul Landau, The Washington Post, 19 Oktober 1997, hlm. X01.
  91. ^ Moore, Don. "Revolution! Clandestine Radio and the Rise of Fidel Castro". Patepluma Radio. 
  92. ^ Kellner 1989, hlm. 42.
  93. ^ Bockman 1984.
  94. ^ Kellner 1989, hlm. 40.
  95. ^ a b Kellner 1989, hlm. 47.
  96. ^ Castro 1972, hlm. 439–442.
  97. ^ Dorschner 1980, hlm. 41–47, 81–87.
  98. ^ Sandison 1996, hlm. 39.
  99. ^ Kellner 1989, hlm. 48.
  100. ^ Kellner 1989, hlm. 13.
  101. ^ Kellner 1989, hlm. 51.
  102. ^ Castañeda, hlm. 145–146.
  103. ^ a b Castañeda, hlm. 146.
  104. ^ Anderson 1997, hlm. 397.
  105. ^ Anderson 1997, hlm. 400–401.
  106. ^ Anderson 1997, hlm. 424.
  107. ^ Castañeda, hlm. 159.
  108. ^ (Castañeda 1998, hlm. 264–265).
  109. ^ a b Skidmore 2008, hlm. 273.
  110. ^ Gómez Treto 1991, hlm. 115. "The Penal Law of the War of Independence (July 28, 1896) was reinforced by Rule 1 of the Penal Regulations of the Rebel Army, approved in the Sierra Maestra February 21, 1958, and published in the army's official bulletin (Ley penal de Cuba en armas, 1959)" (Gómez Treto 1991, hlm. 123).
  111. ^ Gómez Treto 1991, hlm. 115–116.
  112. ^ Anderson 1997, hlm. 372, 425.
  113. ^ Anderson 1997, hlm. 376.
  114. ^ Kellner 1989, hlm. 52.
  115. ^ Niess 2007, hlm. 60.
  116. ^ Gómez Treto 1991, hlm. 116.
  117. ^ Anderson 1997, hlm. 388.
  118. ^ Rally For Castro: One Million Roar "Si" To Cuba Executions – Video oleh Universal-International News, dinarasikan oleh Ed Herlihy, pada tanggal 22 Januari 1959
  119. ^ Power Kills R.J. Rummel
  120. ^ Niess 2007, hlm. 61.
  121. ^ a b c Castañeda 1998, hlm. 143–144.
  122. ^ The Legacy of Che Guevara – forum daring PBS dengan penulis Jon Lee Anderson, 20 November 1997
  123. ^ Berbagai sumber mengutip angka yang berbeda-beda sehubungan dengan jumlah orang yang dihukum mati di yurisdiksi Guevara, dan perbedaan dari angka-angka tersebut diakibatkan oleh isu mengenai kematian mana yang dapat dikaitkan secara langsung dengan Guevara dan mana yang dapat dikaitkan dengan rezim Castro secara keseluruhan. Anderson (1997) memberikan angka sebesar 55 untuk penjara La Cabaña (hlm. 387.), dan pada saat yang sama juga menyatakan bahwa "ratusan orang secara resmi diadili dan dihukum mati di seluruh Kuba" secara keseluruhan (hlm. 387). (Castañeda 1998) memberikan catatan bahwa para sejarawan memiliki perbedaan pendapat terkait dengan jumlah korban tewas, dan hasil berbagai penelitian berkisar antara 200 hingga 700 di seluruh Kuba (hlm. 143), meskipun ia menyatakan bahwa "setelah tanggal tertentu, kebanyakan hukuman mati dilakukan di luar yuridiksi Che" (hlm. 143). Jumlah tersebut didukung oleh Free Society Project / Cuba Archive, yang memberikan angka 144 penghukuman mati yang diperintahkan oleh Guevara di seluruh Kuba selama tiga tahun (1957–1959) dan 105 "korban" secara khusus di La Cabaña, yang menurut mereka semuanya "dilakukan tanpa proses hukum yang semestinya". Sebagai catatan tambahan, perbedaan perkiraan antara 55 sampai 105 orang yang dieksekusi di La Cabaña itu juga berkaitan dengan pertanyaan mengenai apakah perlu mengikutsertakan contoh-contoh ketika Guevara menolak banding atau menandatangani surat perintah kematian, dan lalu penghukuman mati tersebut dijalankan saat ia sedang ke luar negeri dari tanggal 4 Juni sampai 8 September, atau setelah ia tidak lagi menjadi komandan di benteng tersebut pada tanggal 12 Juni 1959.
  124. ^ Anderson 1997, hlm. 375.
  125. ^ Kellner 1989, hlm. 54.
  126. ^ Kellner 1989, hlm. 57.
  127. ^ a b c Kellner 1989, hlm. 58.
  128. ^ Anderson 1997, hlm. 423.
  129. ^ Ramadhian Fadillah (13 Juni 2012). "Soekarno soal cerutu Kuba, Che dan Castro" (dalam bahasa Indonesian). Merdeka.com. Diakses tanggal 15 Juni 2013. 
  130. ^ a b Anderson 1997, hlm. 431.
  131. ^ Taibo 1999, hlm. 300.
  132. ^ Che Guevara's Daughter Visits Bomb Memorial in Hiroshima oleh The Japan Times, 16 Mei 2008
  133. ^ a b Anderson 1997, hlm. 435.
  134. ^ Casey 2009, hlm. 25.
  135. ^ Casey 2009, hlm. 25–50.
  136. ^ a b Kellner 1989, hlm. 55.
  137. ^ a b c Kellner 1989, hlm. 61.
  138. ^ Latin America's New Look at Che oleh Daniel Schweimler, BBC News, 9 Oktober 2007.
  139. ^ Anderson 1997, hlm. 449
  140. ^ a b c d Notes for the Study of the Ideology of the Cuban Revolution oleh Che Guevara, diterbitkan di Verde Olivo, 8 Oktober 1960
  141. ^ Cuba: A Dissenting Report, oleh Samuel Shapiro, New Republic, 12 September 1960, hlm. 8-26, hlm. 21
  142. ^ Man and Socialism in Cuba oleh Che Guevara
  143. ^ a b Crompton 2009, hlm. 71.
  144. ^ a b Kellner 1989, hlm. 60.
  145. ^ Dumur 1964, sebuah wawancara video pada tahun 1964, ketika Che Guevara menggunakan bahasa Prancis (dengan subjudul Inggris).
  146. ^ a b c d e f Hansing 2002, hlm. 41–42
  147. ^ a b c d "Sosialisme dan Manusia di Kuba", sebuah surat kepada Carlos Quijano, penyunting Marcha, sebuah surat kabar mingguan yang diterbitkan di Montevideo, Uruguay; diterbitkan dengan judul "Dari Aljazair, untuk Marcha: Revolusi Kuba Saat Ini" oleh Che Guevara pada 12 Maret 1965.
  148. ^ a b c d e Kellner 1989, hlm. 62.
  149. ^ Kellner 1989, hlm. 59.
  150. ^ PBS: Che Guevara, Popular but Ineffective.
  151. ^ Kellner 1989, hlm. 75.
  152. ^ "Latin America Report" (JPRS–LAM–84–037). Foreign Broadcast Information Service (FBIS). 1984-03-23: 24. Diakses tanggal 2010-10-30. 
  153. ^ Kellner 1989, hlm. 63.
  154. ^ Kellner 1989, hlm. 74.
  155. ^ a b c Vargas Llosa 2005.
  156. ^ Anderson 1997, hlm. 507.
  157. ^ Anderson 1997, hlm. 509.
  158. ^ a b "Economics Cannot be Separated from Politics" pidato Guevara di Punta del Este, Uruguay, pada tanggal 8 Agustus 1961.
  159. ^ Kellner 1989, hlm. 78.
  160. ^ Anderson 1997, hlm. 492.
  161. ^ Anderson 1997, hlm. 530.
  162. ^ Anderson 1997, hlm. 545.
  163. ^ Guevara 1997, hlm. 304
  164. ^ Kellner 1989, hlm. 73.
  165. ^ a b c d e "Colonialism is Doomed", pidato Che Guevara di hadapan Majelis Umum PBB ke-19 di New York City pada tanggal 11 Desember 1964.
  166. ^ a b Bazooka Fired at UN as Cuban Speaks oleh Homer Bigart, The New York Times, 12 Desember 1964, hlm. 1.
  167. ^ CBS Video Che Guevara yang sedang diwawancara oleh Face the Nation pada tanggal 13 Desember 1964, (29:11)
  168. ^ Hart 2004, hlm. 271.
  169. ^ Anderson 1997, hlm. 618.
  170. ^ "Che Guevara: Father Of Revolution, Son Of Galway". Fantompowa.net. Diakses tanggal 31 Oktober 2010. 
  171. ^ Gerry Adams Featured in New Che Guevara Documentary oleh Kenneth Haynes, Irish Central, 8 September 2009
  172. ^ Guevara 1969, hlm. 350.
  173. ^ Guevara 1969, hlm. 352–59.
  174. ^ a b Message to the Tricontinental, surat yang dikirim oleh Che Guevara dari perkemahannya di hutan di Bolivia, kepada Organisasi Solidaritas Trikontinental di Havana, Kuba, pada musim semi tahun 1967.
  175. ^ a b Brand Che: Revolutionary as Marketer's Dream oleh Michiko Kakutani, The New York Times, 20 April 2009
  176. ^ a b c d Ernesto 'Che' Guevara: A Rebel Against Soviet Political Economy oleh Helen Yaffe (penulis Che Guevara: The Economics of Revolution), 2006
  177. ^ Abrams 2010, hlm. 100
  178. ^ Abrams 2010, hlm. 103
  179. ^ Guevara 1965.
  180. ^ Ben Bella 1997.
  181. ^ Anderson 1997, hlm. 624.
  182. ^ Anderson 1997, hlm. 629.
  183. ^ Gálvez 1999, hlm. 62.
  184. ^ Gott 2004 hlm. 219.
  185. ^ Kellner 1989, hlm. 86.
  186. ^ DR Congo's Rebel-Turned-Brain Surgeon oleh Mark Doyle, BBC World Affairs', 13 Desember 2005.
  187. ^ BBC News 17 Januari 2001.
  188. ^ "The intercept operators knew that Dar-es-Salaam was serving as a communications center for the fighters, receiving messages from Castro in Cuba and relaying them on to the guerrillas deep in the bush." (Bamford 2002, hlm. 181)
  189. ^ Ireland's Own 2000.
  190. ^ Kellner 1989, hlm. 87.
  191. ^ From Cuba to Congo, Dream to Disaster for Che Guevara oleh The Guardian, 12 Agustus 2000
  192. ^ Guevara 2000, hlm. 1.
  193. ^ Castañeda 1998, hlm. 316.
  194. ^ Che Guevara's Central Bohemian Hideaway, artikel dan rekaman oleh Ian Willoughby, Český rozhlas, 27 Juni 2010
  195. ^ Guevara 2009, hlm. 167.
  196. ^ Mittleman 1981, hlm. 38.
  197. ^ Jacobson, Sid and Ernie Colón. Che: A Graphic Biography. Hill and Wang, 2009, hlm. 96–97.
  198. ^ Jacobson, Sid and Ernie Colón. Che: A Graphic Biography. Hill and Wang, 2009, hlm. 98.
  199. ^ a b Selvage 1985.
  200. ^ Anderson 1997, hlm. 693.
  201. ^ Members of Che Guevara's Guerrilla Movement in Bolivia oleh Latin American Studies Organization
  202. ^ Kellner 1989, hlm. 97.
  203. ^ US Army 1967 dan Ryan 1998, hlm. 82–102, inter alia. "US military personnel in Bolivia never exceeded 53 advisers, including a sixteen-man Mobile Training Team (MTT) from the 8th Special Forces Group based at Fort Gulick, Panama Canal Zone" (Selvage 1985).
  204. ^ "Bidding for Che", Time Magazine, 15 Desember 1967.
  205. ^ Guevara 1972.
  206. ^ Castañeda 1998, hlm. 107–112; 131–132.
  207. ^ Wright 2000, hlm. 86.
  208. ^ a b Guevara 2009, hlm. II.
  209. ^ Shadow Warrior: The CIA Hero of 100 Unknown Battles, Felix Rodriguez and John Weisman, Simon & Schuster, Oktober 1989.
  210. ^ Barbie "Boasted of Hunting Down Che" oleh David Smith, The Observer, 23 Desember 2007.
  211. ^ Green Beret Behind the Capture of Che Guevara oleh Richard Gott, The Age, September 8, 2010
  212. ^ Anderson 1997, p. 733.
  213. ^ a b "The Man Who Buried Che" oleh Juan O. Tamayo, Miami Herald, 19 September 1997.
  214. ^ a b c d e Ray, Michèle (Maret 1968). "In Cold Blood: The Execution of Che by the CIA". Ramparts Magazine. Edward M. Keating. hlm. 21–37. Diakses tanggal 29 Oktober 2016. 
  215. ^ Grant 2007
  216. ^ Grant 2007. René Barrientos has never revealed his motives for ordering the summary execution of Guevara rather than putting him on trial or expelling him from the country or turning him over to the United States authorities.
  217. ^ Almudevar, Lola. "Bolivia marks capture, execution of 'Che' Guevara 40 years ago", San Francisco Chronicle. 9 Oktober 2007; diakses 7 November 2009.
  218. ^ Majalah Time 1970.
  219. ^ "The Death of Che Guevara: Declassified". The National Security Archive. Diakses tanggal 2016-01-24. 
  220. ^ a b Anderson 1997, p. 739.
  221. ^ Obituary: Che Guevara, Marxist Architect of Revolution oleh Richard Bourne, The Guardian, 11 Oktober 1967
  222. ^ Almudevar 2007 dan Gott 2005.
  223. ^ Casey 2009, p. 179.
  224. ^ Casey 2009, p. 183.
  225. ^ The Death of Che Guevara oleh Bjorn Kumm, The New Republic, pertama kali diterbitkan pada tanggal 11 November 1967.
  226. ^ Lacey 2007a.
  227. ^ Watch blog image of Guevara's GMT Master.
  228. ^ Anderson 1997, p. 740.
  229. ^ Anderson 1997, p. 741.
  230. ^ Kellner 1989, p. 101.
  231. ^ "Bidding for Che", Time Magazine, 15 Desember 1967.
  232. ^ Guevara 1967b.
  233. ^ Ryan 1998, p. 45.
  234. ^ Ryan 1998, p. 104.
  235. ^ Ryan 1998, p. 148.
  236. ^ Ramírez 1997.
  237. ^ a b Nadle, Marlene (24 Agustus 1968). "Régis Debray Speaks from Prison". Ramparts Magazine: 42. 
  238. ^ Durschmied 2002, pp. 307–09.
  239. ^ Durschmied 2002, p. 305.
  240. ^ Durschmied 2002, pp. 305–06.
  241. ^ Durschmied 2002, p. 306.
  242. ^ Cuba salutes 'Che' Guevara: Revolutionary Icon Finally Laid to Rest, CNN, 17 Oktober 1997
  243. ^ Bolivia unveils original Che Guevara diary oleh Eduardo Garcia, Reuters, 7 Juli 2008.
  244. ^ Slain Che Guevara Soldiers Found?, National Geographic, 21 Agustus 2009.
  245. ^ McLaren 2000, hlm. 7.
  246. ^ a b Löwy 1973, p. 7.
  247. ^ Löwy 1973, p. 33.
  248. ^ Löwy 1973, hlm. 7, 9, 15, 25, 75, 106.
  249. ^ The Spark That Does Not Die oleh Michael Löwy, International Viewpoint, Juli 1997
  250. ^ Che's Second Coming? oleh David Rieff, 20 November 2005, New York Times.
  251. ^ Moynihan 2006.
  252. ^ Sinclair 1968/2006, p. 80.
  253. ^ Sinclair 1968/2006, p. 127.
  254. ^ McLaren 2000, p. 3.
  255. ^ Sinclair 1968/2006, p. 67.
  256. ^ oleh Rothbard, Murray. "Ernesto Che Guevara R.I.P.", Left and Right: A Journal of Libertarian Thought, Volume 3, Number 3 (Spring-Autumn 1967).
  257. ^ Just a Pretty Face? buatan Sean O'Hagan, The Observer, 11 Juli 2004.
  258. ^ Behind Che Guevara's mask, the cold executioner Times Online, 16 September 2007.
  259. ^ "'Che' Spurs Debate, Del Toro Walkout", The Washington Times, 27 Januari 2009.
  260. ^ Wawancara pendek tentang Che Guevara dengan Carlos Alberto Montaner untuk Freedom Collection
  261. ^ a b Che is the "Patron Saint" of Warfare oleh William Ratliff, The Independent Institute, 9 Oktober 2007.
  262. ^ a b Kellner 1989, p. 106.
  263. ^ Farber, Samuel (23 Mei 2016). "Assessing Che". Jacobin. 
  264. ^ Che Guevara's Ideals Lose Ground in Cuba oleh Anthony Boadle, Reuters, 4 Oktober 2007: "he is the poster boy of communist Cuba, held up as a selfless leader who set an example of voluntary work with his own sweat, pushing a wheelbarrow at a building site or cutting sugar cane in the fields with a machete."
  265. ^ People's Weekly 2004.
  266. ^ Argentina pays belated homage to "Che" Guevara oleh Helen Popper, Reuters, 14 Juni 2008.
  267. ^ Statue for Che's '80th birthday' oleh Daniel Schweimler, BBC News, 15 Juni 2008.
  268. ^ On a tourist trail in Bolivia's hills, Che's fame lives on, oleh Hector Tobar, Los Angeles Times, 17 Oktober 2004.
  269. ^ Schipani 2007.
  270. ^ Casey 2009, pp. 235, 325.
  271. ^ BBC News 26 Mei 2001.
  272. ^ lihat pula Che Guevara (foto).
  273. ^ Lacey 2007b.
  274. ^ BBC News 2007.
  275. ^ O'Hagan 2004.
  276. ^ «"Che" Guevara, condecorado por Checoslovaquia». ABC. 29 de octubre de 1960. Consultado el 13 de octubre de 2014.
  277. ^ «Janio Condecora Guevara» (en portugués). Folha de S.Paulo. 20 de agosto de 1961. Consultado el 13 de octubre de 2014.

Daftar pustaka

Pranala luar