Lompat ke isi

Suku Saibatin

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 24 November 2020 13.15 oleh 114.5.217.64 (bicara)

Suku Saibatin (Aksara Lampung: ) merupakan salah satu suku asli dari Provinsi Lampung. Suku Saibatin mendiami daerah pesisir Lampung yang membentang dari timur, selatan, hingga barat. Berbeda dengan Suku Pepadun, Suku Saibatin atau Peminggir menganut sistem kekerabatan patrilineal. Dengan demikian, masyarakat adat saibatin dalam satu kelompok hanya ada satu Raja yang menjadi pemimpin. Kedudukan adat hanya bisa diwariskan melalui garis keturunan. Meski demikian, Suku Saibatin memiliki kekhasan dalam hal tatanan masyarakat dan tradisi.[1]

Ciri Khas

“Saibatin” bermakna satu batin atau memiliki satu junjungan. Hal ini sesuai dengan tatanan sosial dalam Suku Saibatin, hanya ada satu raja adat dalam setiap generasi kepemimpinan. Budaya Suku Saibatin cenderung bersifat aristokratis karena kedudukan adat hanya dapat diwariskan melalui garis keturunan. Tidak seperti Suku Pepadun, tidak ada upacara tertentu yang dapat mengubah status sosial seseorang dalam masyarakat. Seperti suku rumpun melayu lainnya, Suku Saibatin memegang prinsip Islam dalam adat istiadatnya. Ciri lain dari Suku Saibatin dapat dilihat dari perangkat yang digunakan dalam ritual adat. Salah satunya adalah bentuk siger (sigekh) atau mahkota pengantin Suku Saibatin yang memiliki tujuh lekuk/pucuk (sigokh lekuk pitu). Tujuh pucuk ini melambangkan tujuh adoq, yaitu suttan, raja jukuan/depati, batin, radin, minak, kimas, dan mas. Selain itu, ada pula yang disebut awan gemisir (awan gemisikh) yang diduga digunakan sebagai bagian dari arak-arakan adat, diantaranya dalam prosesi pernikahan.

Marga Adat

Masyarakat Adat Lampung Saibatin mendiami wilayah adat: Labuhan Maringgai, Pugung, Jabung, Kalianda, Raja Basa, Teluk Betung, Padang Cermin, Marga Punduh, Punduh Pedada, Cukuh Balak, Way Lima, Talang Padang, Kota Agung, Semaka, Suoh, Sekincau, Batu Brak, Belalau, Liwa, Pesisir Krui, Ranau, Martapura, Muara Dua, Kayu Agung, empat kota ini ada di Provinsi Sumatra Selatan, Cikoneng di Pantai Banten dan bahkan Merpas di Selatan Bengkulu. Masyarakat Adat Saibatin sering kali juga dinamakan Lampung Pesisir karena sebagian besar berdomisili di sepanjang pantai timur, selatan dan barat lampung, masing masing terdiri dari:[2]

Adat-Istiadat

Nyakak

Dinamakan perkawinan juga jujur, karena pihak lelaki mengeluarkan uang untuk membayar jujur/jojokh kepada pihak perempuan. Perkawinan ini ada dua macam :

  • Sebambangan yaitu si gadis dilarikan oleh pihak pria dari rumahnya dan dibawa ke kepala adat atau jukhagan terlebih dahulu baru kemudian dibawa pulang kerumahnya oleh keluarga si pria. Ciri bahwa si gadis nyakak atau metudau yaitu si gadis meletakkan surat yang isinya memberi tahu orangtuanya atas kepergian nyakak.
  • Cara Tekhang (sekicik betik) yaitu dilakukan secara terang-terangan, dimana keluarga pria melamar langsung si gadis.

Semanda

Menurut bahasa berarti orang yang mengikuti sedangkan menurut makna yaitu seorang suami yang ikut tinggal dirumah istri sehingga suami menjadi bagian kelompok istri.

Kebiasaan-kebiasaan atau ritual saat pernikahan Lampung saibatin

  • Ngarak Maju atau Budaya Ngarak (arak-arakan) yaitu arak-arakan dan maju adalah pengantin. Maka ngarak maju adalah arak-arakan pengantin yang dilakukan di tempat pengantin pria.
  • Adat Manjau Pedom yaitu adat bertamu untuk menginap dirumah pihak wanita oleh pihak keluarga pria yang dilakukan setelah ijab qobul dirumah pria. Dalam Manjau Pedom ini diharapkan agar menjalin hubungan silaturahmi antara keluarga besar kedua mempelai.

Butamat

Butamat atau betamat berasal dari kata tamat yang artinya selesai, sedangkan menurut makna yaitu acara membaca ayat Al-Quran (juz amma) dari surat ad-dhuha sampai surat al-lahab. Diawali oleh pengantin wanita dan dilanjutkan oleh peserta butamat yang lain, setelah acara membaca Al-Quran selesai dilanjutkan membaca Al Barzanji.

Gawi Sekura

Dalam gawi sekura, berbagai kalangan ikut terlibat aktif dan berbaur menjalin kebersamaan. Setiap peserta dapat membawa berbagai makanan yang didapat dari hasil silaturahmi berkeliling dari rumah ke rumah. Makanan ini kemudian disantap secara bersama-sama dengan para peserta lainnya dalam suasana yang hangat. Gawi sekura menjadi ajang silaturahim dan menjalin keakraban antartetangga.[3]

Pranala luar

Referensi

  1. ^ "Adat Lampung Saibatin". SatuBanten.com (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2020-09-24. 
  2. ^ "Suku Lampung". Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas. 2020-07-17. 
  3. ^ Kaya, Indonesia. "Tradisi Sekura, Kemeriahan Hari Raya di Balik Pesta Topeng : Tradisi - Situs Budaya Indonesia". IndonesiaKaya (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2020-09-24.