Lompat ke isi

Etnografi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 20 Januari 2021 15.07 oleh YogiYY (bicara | kontrib)

Etnografi (bahasa Yunani ἔθνος ethnos= rakyat dan γραφία graphia = tulisan) adalah suatu bidang penelitian ilmiah yang sering digunakan dalam ilmu sosial, terutama dalam antropologi dan beberapa cabang sosiologi[1]. Etnografi juga dikenal sebagai bagian dari ilmu sejarah yang mempelajari masyarakat, kelompok etnis dan formasi etnis lainnya, etnogenesis, komposisi, perpindahan tempat tinggal, karakteristik kesejahteraan sosial, juga budaya material dan spiritual mereka[2]. Etnografi sering diterapkan untuk mengumpulkan data empiris tentang masyarakat dan budaya manusia. Pengumpulan data biasanya dilakukan melalui pengamatan partisipan, wawancara, kuesioner, dll. Ilmu ini bertujuan untuk menjelaskan keadaan masyarakat yang dipelajari (misalnya untuk menjelaskan seseorang, sebuah ethnos) melalui tulisan.[3] Dalam biologi, jenis studi ini disebut "studi lapangan" atau "laporan kasus", keduanya digunakan sebagai sinonim umum untuk "etnografi".[4]

Kegiatan dalam etnografi yaitu menganalisis dan melakukan pengamatan terhadap kelompok sosial atau pendukung kebudayaan tertentu. Kegiatan ini dilakukan secara langsung dengan subjek yang diteliti. Hasil pengamatan dapat ditujukan pada orang dan lokasi tertentu sebagai objek. Etnografi juga berbentuk riset dengan dasar riset lapangan (fieldwork), menggunakan metode induktif dalam observasi dan wawancara mendalam untuk menginvestigasi praktik kehidupan sosial, serta menangkap makna dibalik perilaku interaksi sosial tersebut.[5]

Kegiatan etnografi difokuskan pada perilaku budaya oleh kelompok sosial dan melihat bagaimana kehidupan sehari-sehari yang dilakukan oleh kelompok tersebut sebagai subjek yang diteliti. Tugas seorang etnografer hampir sama dengan seorang investigator, tetapi yang membedakan adalah bahwa seorang etnografer mencatat, menulis, dan mengabadikan kehidupan sehari-hari kelompok orang tersebut dalam kurun waktu tertentu. Kebiasaan, cara berpikir, serta perilaku subjek diamati, dicatat dan dianalisis secara mendalam oleh seorang etnografer.[5]

Perkembangan

Etnografi dikenal semenjak ilmu antropologi mulai berkembang yaitu pada akhir abad ke-15 ketika suku-suku bangsa penduduk Afrika. Asia, Amerika dan Australia mulai didatangi oleh penjelajah dari bangsa Eropa. Awalnya bangsa penjelajah memiliki misi menaklukkan wilayah baru tersebut namun mendapat kendala seperti perlawanan dari penduduk asli. Perkembangannya penjelajah lain yang bertugas sebagai musafir, pelaut, pendeta penyiar agama Nasrani, penerjemah kitab injil, dan pegawai pemerintahan menulis kisah perjalanan ke negara tujuannya tersebut yang dihimpun dalam bentuk buku harian ataupun jurnal perjalanan berupa deskripsi tentang adat istiadat, susunan masyarakat, bahasa dan ciri-ciri fisik dari beraneka warna suku bangsa di Afrika, Asia, Oseania (yaitu kepulauan di Lawan Teduh) dan suku-suku bangsa Indian, penduduk pribumi Amerika. Etnografer oleh bangsa Eropa pada saat itu adalah berfungsi untuk mengetahui penyebaran kebudayaan manusia, membangun koloni-koloni (jajahan) dan mencari kelemahan suku ash kemudian menaklukkannya.[6]

Berakhirnya Perang Dunia II, etnografi berfungsi untuk penerapan ihnu-ilmu lain terutama untuk pelaksanaan program pembangunan. Dari segi ilmiah Etnografi dapat didefinisikan sebagai salah satu bagian kajian ilmu antropologi yang secara holistis mendeskripsikan kebudayaan suatu masyarakat, suku, dan bangsa berdasarkan hasil penelitian lapangan pada kurun masa yang lebih akhir atau terbaru. Sedangkan. Ilmu etnografi sebagai ranting ilmu sosial bersifat dinamis berkembang mengikuti temuan-temuan penelitian bidang sosial terutama antropologi dan sosial budaya.[6]

Ciri

  • Sumber data bersifat alarniah, artinya peneliti harus memahami data secara empirik dari kehidupan sehari-hari.
  • Peneliti sendiri merupakan instrumen yang paling penting dalam pengumpulan data.
  • Bersifat deskripsi, artinya mencatat secara teliti fenomena budaya yang dilihat, dibaca lewat apapun termasuk dokumen resmi kemudian dikombinasikan dan ditarik kesimpulan.
  • Digunakan untuk memahami studi kasus.
  • Analisis bersifat induktif, artinya hasil berdasarakan pada data yang ada di lapangan.
  • Di lapangan peneliti harus berperilaku seperti masyarakat yang ditelitinya.
  • Data dan informan harus berasal dari tangan pertama.
  • Kebenaran data harus diperiksa dengan data lain (data lisan didicocokksn dengan data tulis).
  • Orang yang dijaikan sebagai subjek penelitian disebut partisipan, konsultan, serta teman sejawat.
  • Titik berat perhatian harus pada pandangan empirik, artinya peneliti harus menaruh perhatian pada masalah penting yang diteliti dan orang yang diteliti (pemilik budaya).
  • Data yang digunakan sebagian besar menggunakan data kualitatif. [7]

Metode

Etnografi sebagai laporan penelitian maupun sebagai metode penelitian, dianggap sebagai dasar dan asal-usul ilmu antropologi. Ciri khas dari metode penelitian lapangan etnografi adalah bersifat holistik-integratif, thick description dan analisis kualitatif dalam rangka mendapatkan native's point of view. Teknik pengumpulan data yang utama adalah observasi-partisipasi, wawancara terbuka dan mendalam yang dilakukan dalam jangka waktu yang relatif lama[8].

Etnograf terkenal

Lihat pula

Catatan kaki

Referensi

  1. ^ "Ethnology" at dictionary.com.
  2. ^ Сергей Александрович, Токарев (1978). Истоки этнографической науки (dalam bahasa Russian). Наука. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-05-19. 
  3. ^ Maynard, M. & Purvis, J. (1994). Researching women's loves from a feminist perspective. London: Taylor & Frances. p. 76
  4. ^ Boaz. N.T. & Wolfe, L.D. (1997). Biological anthropology. Published by International Institute for Human Evolutionary Research. Page 150.
  5. ^ a b Wasitaatmadja, Fokky Fuad (2020-01-01). Etnografi Hukum Budaya Hukum Masyarakat Cina Jelata. Jakarta: Prenada Media. hlm. 2. ISBN 978-623-218-344-5. 
  6. ^ a b Mulyadi (2019-08-01). Etnografi Pembangunan Papua. Yogyakarta: Deepublish. hlm. 1–2. ISBN 978-623-209-967-8. 
  7. ^ Dirgantara, Yuana Agus (2011-01-01). Pelangi Bahasa Sastra dan Budaya Indonesia: Kumpulan Apresiasi dan Tanggapan. Yogyakarta: Garudhawaca. hlm. 36. ISBN 978-979-18632-9-2. 
  8. ^ Spradley, James P. (1997). Metode Etnografi Pengantar :Dr. Amri Marzali MA. Yogyakarta: PT Tiara Wacana Yogya. hlm. xv–xvi. ISBN 9798120698.  line feed character di |title= pada posisi 17 (bantuan)

Bacaan lanjutan

  • Agar, Michael (1996) The Professional Stranger: An Informal Introduction to Ethnography. Academic Press.
  • Douglas, Mary and Baron Isherwood (1996) The World of Goods: Toward and Anthropology of Consumption. Routledge, London.
  • Erickson, Ken C. and Donald D. Stull (1997) Doing Team Ethnography: Warnings and Advice. Sage, Beverly Hills.
  • Fine, G. A. (1993). Ten lies of ethnography. Journal of Contemporary Ethnography, 22(3), p. 267-294.
  • Hymes, Dell. (1974). Foundations in sociolinguistics: An ethnographic approach. Philadelphia: University of Pennsylvania Press.
  • Kottak, Conrad Phillip (2005) Window on Humanity: A Concise Introduction to General Anthropology, (pages 2–3, 16-17, 34-44). McGraw Hill, New York.
  • Miller, Daniel (1987) Material Culture and Mass Consumption. Blackwell, London.
  • Spradley, James P. (1979) The Ethnographic Interview. Wadsworth Group/Thomson Learning.
  • Salvador, Tony; Genevieve Bell; and Ken Anderson (1999) Design Ethnography. Design Management Journal.
  • "On Ethnography" by Shirley Brice Heath & Brian Street, with Molly Mills.
  • The Interpretation of Cultures by Clifford Geertz.

Pranala luar