Isa
'Isa عيسى | |
---|---|
Lahir | Betlehem |
Tempat tinggal | Palestina |
Gelar |
|
Orang tua | Maryam[1] (ibu) |
Kerabat |
|
Bagian dari seri |
Islam |
---|
Isa (bahasa Arab: عيسى, translit. `Īsā) atau Jesus adalah tokoh dalam Al-Qur'an dan Alkitab. Tiga Ajaran Samawi (Islam, Kristen, dan Yudais) memiliki pandangan yang saling bertolak belakang terkait Isa atau Jesus .
Agama Islam meyakini bahwa Isa adalah Nabi dan Rosul ALLAH terakhir dari kalangan Bani Israil atau Orang-Orang Israel selain itu Isa juga dipandang sebagai salah satu Nabi dan Rosul Ulul Azmi. Dia juga kerap disebut Al-Masih (bahasa Arab: المسيح, Mesias) dan ibnu Maryam (bahasa Arab: ٱبْنُ مَرْيَمَ, putra Maryam). Penyebutannya dalam Al-Qur'an utamanya menekankan pada dua aspek: kemuliaan dan kemanusiaannya. Isa disebut sebagai sosok yang Sholeh, Nabi, dan utusan ALLAH, berkebalikan dengan pandangan dalam Ajaran Yudais yang merendahkannya, seperti dianggap sebagai penghasut, penyembah berhala dan anak seorang pezina . Di sisi lain dalam Ajaran Islam, selain sebagai Nabi dan Rosul ALLAH, Isa juga dijelaskan sebagai seorang manusia biasa sebagai tanggapan dan kritik keras atas Kekristenan yang menganggap Isa atau Jesus sebagai Tuhan dan Anak Tuhan .
Ayat
"Dan Kami teruskan jejak mereka dengan mengutus Isa putra Maryam, membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat, dan Kami menurunkan Injil kepadanya, di dalamnya terdapat petunjuk dan cahaya, dan membenarkan kitab yang sebelumnya, yaitu Taurat, dan sebagai petunjuk serta pengajaran untuk orang-orang yang bertakwa."
— Al-Ma'idah (5): 46
Nama
Ada beberapa pendapat mengenai nama asli Isa. Sebagian menyatakan bahwa nama Ibrani ישע Y'syua‘ merupakan nama asli Isa. Nama ini disebut merupakan kependekan dari יהושע Yehosyua‘.[2] Klemens dari Aleksandria dan Sirilus dari Yerusalem berpendapat bahwa nama Yunani Ἰησοῦς Iēsous merupakan nama asli Isa dan nama ini bukan turunan dari bentuk Ibraninya.[2] Pendapat lain menyatakan bahwa nama asli Isa menggunakan nama Aram ܝܫܘܥ, dibaca Yesyu‘ dalam dialek Suryani Barat atau Issas‘ dalam dialek Suryani Timur,[3][4] mengingat dia tumbuh dan berdakwah utamanya dengan bahasa Aram.[5] Nama Yesus yang digunakan umat Kristen diturunkan dari nama Yunani Iēsous. Umat Kristen Arab menyebut Isa dengan يسوع Yasū‘ yang diturunkan dari Yesyua‘ dengan perubahan fonetik.[6][7] Yasū‘ digunakan sejak sebelum masa Islam dan dan tetap digunakan pada masa-masa setelahnya.[8][9]
Asal-muasal nama Isa yang digunakan dalam Al-Qur'an masih belum sepenuhnya terpecahkan dan ada beberapa pendapat terkait hal ini.
- Turunan dari dialek Suryani Timur Isyo‘.[10][11][12]
- Turunan dari nama עֵשָׂו ‘Esau.[13] Namun tidak ada bukti bahwa Bangsa Yahudi pernah menyebut Isa dengan nama ini.
- Merupakan bentuk penyerasian agar selaras dengan nama Musa, sebagai bentuk gaya puisi Al-Qur'an.[14]
Kisah
Al-Qur'an (kitab suci Islam) menyebut nama Isa sebanyak 25 kali.[a] Dia juga disebut ibnu Maryam sebanyak 23 kali[b] dan Al-Masih 11 kali.[c] Kisahnya disebutkan dalam Surah Ali 'Imran (3): 49-55, Al-Ma'idah (5): 110-118, dan Maryam (19): 24-36. Dalam Alkitab (kitab suci Kristen), kisahnya disebutkan dalam Injil Matius, Markus, Lukas, dan Yohanes.
Latar belakang
Setelah Nabi Sulaiman mangkat, Kekaisaran Israel terbagi menjadi dua: kekaisaran di utara yang juga disebut Kekaisaran Israel, tapi kerap disebut Kerajaan Utara atau Kerajaan Samaria untuk membedakan dengan Kekaisaran Israel lama; dan Kekaisaran Yehuda di selatan.[15] wilayah Samaria ditaklukkan Bangsa Asyur pada 720-an SM.[16] Satu setengah abad kemudian, Kekaisaran Yehuda ditaklukkan Bangsa Babilonia pada tahun 587 SM dan Bait Suci (Baitul Maqdis yang menjadi pusat ibadah Bani Israil turut dihancurkan. Banyak Bani Israil kemudian diasingkan ke Babilonia. Pada masa antara Sulaiman dan sebelum pengasingan Bani Israil ke Babilonia disebut periode Bait Suci pertama. Pada masa-masa selanjutnya, Bani Israil (sebutan untuk keturunan Nabi Ya'qub) juga kerap disebut dengan bangsa Yahudi, meski ada juga non-Bani Israil yang menjadi penganut ajaran Yahudi.
Setelah lima puluh tahun di pengasingan, Kemaharajaan Persia Akhemeniyah memperkenakan Bani Israil kembali ke Palestina dan Bait Suci kembali dibangun, menandakan dimulainya periode Bait Suci kedua. Antara tahun 332-160 SM, kawasan Palestina dikuasai oleh Alexander The Great dari Kekaisaran Yunani dan Imperium Seleucid. Mereka mendorong proses Helenisasi di wilayah bawahannya, menjadikan kebudayaan Yunani sangat dominan di Palestina dan kehidupan sosial-keagamaan Bani Israil. Proses Helenisasi ini memicu umat Yahudi melancarkan Pemberontakan Makabe dan umat Yahudi berhasil berkuasa secara mandiri di bawah kepemimpinan Kekaisaran bercorak Yahudi / Yudaisme Hashmonayim. Saat meluaskan wilayahnya, Hashmonayim juga memaksa penduduk taklukan untuk memeluk ajaran Yudais, meskipun penduduknya bukanlah Bani Israil. Bangsa Edom kemudian menjadi Yahudi.[17][18] Pada 37 SM, kekuasaan Hashmonayim atas Palestina berakhir, digantikan oleh Herodes yang Agung, raja bawahan Romawi. Herodes adalah keturunan bangsa Edom yang menjadi pemeluk Yahudi pada masa Hashmonayim.[19][20][21][22][23] Setelah Herodes Agung mangkat pada 4 SM, wilayah Palestina dibagi-bagi untuk tiga putranya: Herodes Arkhelaus, Herodes Antipas, dan Herodes Filipus II. Secara resmi, mereka tidak menyandang gelar raja sebagaimana ayah mereka.[24] Arkhelaus menyandang gelar etnark (semacam gubernur), sedangkan Antipas dan Filipus bergelar tetrark (semacam gubernur). Sebagaimana ayah mereka, ketiganya juga penguasa bawahan Kaisar Romawi.
Isa dan Yahya hidup pada satu zaman. Mereka berdakwah di Palestina pada masa kekuasaan Kaisar Romawi kedua, Tiberius (berkuasa 14-37 M), saat Pontius Pilatus menjabat prefek (Wali negeri) Provinsi Iudaea (Palestina).[25] Isa tumbuh di Galilea (Palestina utara) dan kebanyakan dakwahnya dilakukan di sana.[26] Bahasa yang digunakan di Galilea dan Palestina pada masa itu termasuk bahasa Aram Palestina Yahudi, Ibrani, dan Yunani Koine, dengan dominan bahasa Aram.[27][28] Ada konsensus substansial bahwa Isa memberikan sebagian besar ajarannya dalam bahasa Aram[29] dialek Galilea.[30][31]
Keagamaan
Saat berada di pengasingan Babilonia dan tidak adanya Bait Suci sebagai pusat peribadahan, rumah-rumah umat Yahudi (beit knesset atau sinagoga) menjadi tempat pertemuan utama untuk beribadah dan beth midrash sebagai tempat pembelajaran Taurat dan tafsirnya. Meski Akhemeniyah kemudian memperbolehkan Bani Israil kembali ke Palestina dan membangun Bait Suci kembali, Bani Israil tidak diizinkan mendirikan kerajaan. Tanpa keberadaan raja, kedudukan imam atau pendeta Yahudi (כֹּהֵן, kohen) menjadi sangat dominan dan kewenangan Bait Suci dalam kehidupan masyarakat semakin kuat. Di waktu inilah muncul aliran Saduki sebagai wadah para imam yang menjadi kelompok elit dalam masyarakat. Para imam Saduki memegang berbagai urusan kenegaraan, seperti mengurus urusan dalam negeri, mengumpulkan pajak, memimpin pasukan, dan mengelola hubungan dengan negara lain atau negara penguasa, seperti Romawi.[32]
Meski imam memegang kendali ritual di Bait Suci, ahli dan guru Taurat (kelak disebut rabi) yang mendominasi pengajaran Taurat. Kelompok Farisi muncul dari kalangan para guru dan ahli Taurat.[33] Mereka populer di kalangan rakyat biasa, berbeda dengan Saduki yang diasosiasikan dengan kelas elit.[34] Farisi sangat dikenal mendetail dalam hukum Taurat, menerapkan hukum Yahudi pada kegiatan-kegiatan duniawi untuk menguduskan dunia setiap hari.
Kelahiran
Al-Qur'an menjelaskan bahwa Maryam mengandung Isa secara mukjizat, yakni dalam keadaan perawan dan tanpa campur tangan laki-laki. Al-Qur'an dan keterangan para ulama menyebutkan bahwa Maryam keluar dari Baitul Maqdis ketika haid atau ada keperluan. Saat Maryam mengasingkan diri dari keluarganya ke sebelah timur, seorang laki-laki mendatanginya. Maryam yang sangat menjaga diri dari lelaki asing kemudian mengatakan, "Sungguh, aku berlindung kepada Tuhan Yang Maha Pengasih terhadapmu, jika engkau orang yang bertakwa." Laki-laki yang ternyata adalah jelmaan Malaikat Jibril tersebut mengabarkan bahwa Maryam akan memiliki seorang putra. Maryam terheran-heran lantaran dia belum bersuami, juga menyatakan bahwa dirinya bukan pezina. Malaikat Jibril menyebutkan bahwa hal itu mudah bagi Allah dan sudah menjadi ketetapan-Nya.[35][36]
Alkitab menyebutkan bahwa Malaikat Jibril menyampaikan kabar tersebut saat Maryam ada di Nazaret. Disebutkan pula bahwa Maryam sudah berstatus sebagai tunangan seorang lelaki Bani Israil keturunan Dawud bernama Yusuf, tapi mereka belum hidup sebagai suami istri. Saat itu kerabat Maryam, Elisyeba, sedang mengandung Yahya dan usia kandungannya sudah sekitar enam bulan.[37] Maryam melahirkan putranya, Isa, di Betlehem saat masa kekuasaan Kaisar Romawi Augustus.[38] dan Palestina dipimpin Raja Herodes Agung.[39] Para sarjana berpendapat bahwa Isa lahir antara tahun 6 sampai 4 SM.[40]
Al-Qur'an menjelaskan bahwa saat merasa sakit karena melahirkan, Maryam bersandar pada pohon kurma dan berujar, "Wahai, betapa (baiknya) aku mati sebelum ini, dan aku menjadi seorang yang tidak diperhatikan dan dilupakan." Kemudian ada yang menyeru Maryam dari tempat yang rendah, mengatakan agar dia tidak bersedih dan Allah telah menjadikan anak sungai mengalir di bawahnya. Maryam juga diminta menggoyang-goyangkan pangkal pohon kurma supaya buah kurma akan jatuh pada Maryam. Maryam juga diperintahkan untuk tidak berbicara pada siapapun pada hari ini.[41] Terkait sosok yang menyeru Maryam, sebagian penafsir menyebutkan bahwa dia adalah Jibril, sedangkan tafsiran lain menyebutkan bahwa dia adalah Isa.[42]
Dalam riwayat hadits disebutkan bahwa setiap bayi yang dilahirkan pasti akan menangis karena disentuh setan, kecuali Maryam dan putranya.[43][44][45][46][47]
Diterangkan dalam Al-Qur'an bahwa saat Maryam kembali dengan menggendong Isa, kaumnya mencelanya, menyatakan bahwa dia telah melakukan sesuatu yang sangat mungkar. Mereka juga menyatakan, "Hai saudari Harun! Ayahmu bukanlah seorang yang buruk perangai dan ibumu bukan seorang pezina!" Namun Maryam tidak menjawab cercaan mereka dan memberi isyarat pada bayinya. Kaumnya terheran-heran karena diminta bicara dengan seorang bayi. Namun Isa yang masih bayi berbicara pada mereka, menjelaskan bahwa dirinya adalah hamba Allah yang diangkat sebagai nabi, dianugerahi kitab, dan diberkahi oleh Allah.[48] Alkitab tidak menyebutkan mukjizat Isa yang bisa berbicara saat masih bayi.
Hijrah
Alkitab menyebutkan bahwa demi menghindari kelahiran seorang mesias, Raja Herodes Agung menitahkan agar membunuh semua bayi laki-laki di Betlehem yang berumur dua tahun ke bawah. Isa, Maryam, dan Yusuf sendiri hijrah ke Mesir dan tinggal di sana.[49] Peristiwa hijrahnya Isa dan Maryam ke Mesir tidak tercantum dalam Al-Qur'an, tetapi ayat yang menyatakan bahwa Allah melindungi Maryam dan putranya "di sebuah dataran tinggi dengan mata air yang mengalir"[50] ditafsirkan sebagai isyarat akan hal tersebut.[51][52]
Tradisi Kristen Ortodoks menyebutkan bahwa Zakariyya dibunuh saat pembantaian anak-anak di Betlehem karena menyembunyikan keberadaan putranya, Yahya, yang lahir sekitar enam bulan sebelum Isa. Namun sebagian besar penulis biografi modern dari Herodes Agung menampik kisah pembantaian itu sebagai kenyataan sejarah dan memandangnya sebagai kisah buatan.[53]
Alkitab menyebutkan bahwa Isa, Maryam, dan Yusuf kembali lagi ke Palestina setelah Herodes Agung mangkat. Namun mereka tidak kembali ke Betlehem karena kawasan tersebut sekarang masuk dalam wilayah kekuasaan Herodes Arkhelaus. Akhirnya mereka tinggal di kawasan Galilea (Palestina utara) di kota Nazaret.[54] Galilea masuk dalam wilayah kekuasaan Herodes Antipas. Herodes Agung diperkirakan mangkat pada 4 SM.[55]
Kehidupan
Berbagai riwayat ulama menerangkan kehidupan Isa yang sangat sederhana. Disebutkan bahwa Isa merupakan pemimpin orang-orang zuhud di hari kiamat. Riwayat lain menjelaskan bahwa Isa mengenakan pakaian bulu, memakan dedaunan, tidak memiliki rumah, keluarga, harta benda, dan tidak menyimpan sesuatu untuk hari besok. Ada juga yang menyatakan bahwa Isa makan dari hasil ibunya sebagai tukang tenun. Kisah lain menerangkan bahwa saat Isa merasakan kenikmatan saat tidur dengan berbantalkan batu, Iblis menghampirinya dan berkata, "Wahai Isa, bukankah engkau pernah bilang bahwa engkau tidak menginginkan kenikmatan dunia? Bukankah batu itu bagian dari kenikmatan dunia?" Isa kemudian bangun dan melemparkan batu itu pada Iblis.[56]
Diterangkan bahwa suatu hari, Isa membawa emas dan pasir di masing-masing tangannya. Dia bertanya pada orang-orang mengenai benda yang lebih menyenangkan hati dan mereka menjawab emas. Isa kemudian membalas, "Bagiku, keduanya adalah sama."[57]
Yahya
Isa dan Yahya hidup pada satu zaman. Alkitab menyebutkan bahwa saat Elisyeba mengandung Yahya dan kehamilannya memasuki usia enam bulan, Maryam mulai mengandung Isa.[59] Dalam Al-Qur'an, Yahya disebutkan membenarkan kalimat atau firman dari Allah.[60] Ayat selanjutnya menyebutkan bahwa yang dimaksud kalimat dari Allah adalah sosok Isa bin Maryam.[61]
Dalam Kristen, sosok Yahya utamanya memiliki peran khusus sebagai pendahulu kedatangan Isa yang dipandang sebagai mesias yang sudah dinubuatkan.[62][63] Alkitab menyebutkan bahwa Yahya membaptis Isa di Sungai Yordan.[64]
Dakwah
Isa diutus untuk berdakwah pada Bani Israil.[65] Selain penyembahan pada Allah, seruan Isa yang paling sering disebutkan dalam Al-Qur'an adalah bahwa dia datang untuk membenarkan kitab Taurat.[66][67][68] Al-Qur'an juga menjelaskan bahwa Isa "menghalalkan bagi kamu sebagian dari yang telah diharamkan untukmu." Terkait ayat ini, sebagian ulama menafsirkan bahwa ajaran Isa tidak memperbarui Taurat sama sekali, tetapi hanya menjelaskan perkara yang disalahpahami dan diperselisihkan Bani Israil. Ulama lain berpendapat bahwa memang ajaran Isa mengubah dan memperbarui sebagian syariat Taurat. Meski demikian, Taurat tetap menjadi dasar utama dari ajaran Isa dan Injil berperan sebagai pelengkap dan penyempurna.[69][70] Alkitab menjelaskan bahwa Isa tidak datang untuk menghapus syariat Taurat, tapi menggenapinya.[71]
Mukjizat
Dalam menjelaskan seruan Isa, Al-Qur'an biasanya juga menyebutkan mukjizat-mukjizat Isa. Ada enam mukjizat Isa yang disebutkan dalam Al-Qur'an dan sebagian besarnya disebutkan sekilas tanpa penjelasan terperinci. Berbagai literatur Muslim menuliskan dan merincikan mukjizat-mukjizat Isa dengan mengambil sumber di luar Al-Qur'an, seperti Alkitab, sumber non-kanon, dan cerita rakyat.[72][73]
Para ulama menyatakan bahwa Allah membekali nabi dengan mukjizat yang sesuai dengan keadaan zamannya. Pada masa Isa, sedang terkenal ilmu kesehatan dan biologi. Maka Isa dibekali mukjizat yang berkaitan dengan penyembuhan dan mengungguli ilmu kesehatan manusia pada masa itu, seperti menyembuhkan kebutaan dan membangkitkan orang mati.[74][69]
Bicara saat bayi
Al-Qur'an menyebutkan bahwa Isa dapat berbicara saat masih bayi.[75] Dia berbicara saat Maryam dituduh berzina, menjelaskan bahwa dirinya adalah hamba Allah yang diangkat sebagai nabi, dianugerahi kitab, dan diberkahi oleh Allah.[76]
Burung dari tanah
Al-Qur'an juga menyebutkan bahwa Isa membuat burung dari tanah liat, kemudian meniupnya, sehingga menjadi burung yang hidup.[65][75] Injil Kanak-Kanak Tomas menyebutkan bahwa Isa melakukan mukjizat itu saat masih kanak-kanak.
Penyembuhan
Mukjizat lain yang disebutkan dalam Al-Qur'an adalah menyembuhkan al-akmah dan kusta.[65][75] Terkait makna al-akmah, sebagian ulama menafsirkan bahwa maknanya adalah orang yang dapat melihat di siang hari, tapi tidak bisa saat malam hari. Pendapat lain menyatakan sebaliknya. Ulama lain berpendapat bahwa maknanya adalah orang yang rabun. Pendapat lain menyebutkan bahwa makna al-akmah adalah orang yang buta sejak lahir.[69] Alkitab mengisahkan bahwa Isa menyembuhkan dua orang buta yang mengikutinya. Namun meski Isa memperingatkan untuk jangan mengatakan kepada orang lain terkait masalah ini, dua orang itu justru menyebarkan kabar mukjizat Isa pada khalayak.[77]
Alkitab menerangkan bahwa Isa juga menyembuhkan orang yang lumpuh,[78] bisu,[79] tuli,[80] dan lainnya. Tidak hanya penyakit fisik, Isa juga disebutkan mengusir setan yang merasuki manusia.[81][82]
Menghidupkan
Isa juga dapat menghidupkan kembali orang yang mati.[65][75] Dalam sebuah riwayat sahabat Nabi disebutkan bahwa Isa pernah membangkitkan Ham bin Nuh. Isa dan Ham kemudian bertanya jawab soal bahtera Nuh.[83] Alkitab menjelaskan bahwa Isa menghidupkan seorang lelaki bernama Lazarus yang telah mati empat hari. Kejadian itu disaksikan keluarga Lazarus dan orang-orang yang datang melayat.[84]
Mengetahui hal tersembunyi
Isa juga mampu mengetahui makanan yang telah disantap orang atau yang disimpan di rumah.[65] Disebutkan dalam sebuah riwayat bahwa mukjizat ini terjadi saat Isa masih kanak-kanak. Isa memberi tahu anak-anak sebayanya bahwa orang tua mereka memiliki makanan yang disembunyikan dan anak-anak itu kemudian meminta makanan tersebut pada orang tua mereka. Orang tua mereka menjadi tidak suka dengan Isa dan menganggapnya telah merusak anak mereka. Saat hendak menemui teman-teman bermainnya, Isa tidak menemui mereka karena orang tua mereka mengunci mereka di suatu rumah. Saat Isa mendengar suara gaduh dari rumah tersebut, orang tua mereka mengatakan kalau itu suara kera dan babi. Akhirnya anak-anak tersebut benar-benar berubah menjadi kera dan babi.[85]
Hidangan
Al-Qur'an menjelaskan bahwa para pengikut Isa meminta hidangan dari langit. Isa kemudian berdoa agar Allah menurunkan hidangan dari langit dan hari turunnya akan menjadi hari raya bagi mereka.[86] Beberapa ulama menafsirkan bahwa hidangan tersebut turun dari langit secara harfiah dan ditutupi dua awan. Pengikut Isa tidak mau makan sebelum Isa makan, tetapi Isa menyatakan bahwa pengikutnyalah yang harus memakannya karena mereka yang meminta. Setelahnya, Isa mengundang orang-orang miskin, papa, dan sakit untuk makan bersama hidangan tersebut. Mereka yang menderita penyakit menjadi sembuh setelah menyantapnya.[87]
Namun ada ulama yang berpendapat bahwa hidangan tersebut tidak jadi diturunkan. Al-Qur'an menerangkan bahwa setelah murid-murid Isa meminta hidangan dari langit, Isa berdoa memohon kepada Allah. Allah berfirman bahwa hidangan tersebut akan diturunkan, tetapi mereka yang tetap kafir setelah turunnya hidangan tersebut akan ditimpakan azab yang tidak pernah ditimpakan pada umat lain. Setelahnya, tidak ada lagi keterangan mengenai hidangan tersebut. Menurut pendapat ini, setelah mendapat peringatan dari Allah, para murid Isa tidak jadi meminta hidangan tersebut karena takut mendapat azab jika mereka mengingkarinya.[88]
Alkitab tidak menerangkan mengenai hidangan yang turun dari langit, tetapi disebutkan bahwa Isa memberkahi makanan yang jumlahnya sedikit hingga dapat disantap banyak orang. Disebutkan bahwa setelah mendengar Yahya dibunuh, Isa pergi mengasingkan diri. Namun banyak orang kemudian mengikutinya. Saat sudah mulai malam, Isa mengambil lima roti dan dua ikan, kemudian memecah-mecah dan membagikannya pada orang-orang. Disebutkan bahwa lima ribu laki-laki menyantap makanan tersebut sampai kenyang.[89][90][91]
Mukjizat lain
Ada juga mukjizat Isa yang tidak disebutkan dalam Al-Qur'an, seperti berjalan di atas air.[92][93]
Tantangan
Berbeda pada masa Bait Suci pertama yang masih akrab dengan penyembahan berhala, umat Yahudi pada periode Bait Suci kedua (termasuk pada masa Isa) cenderung merupakan penganut monoteisme ketat.[94][95] Bila rasul lain berdakwah pada umat musyrik yang menyekutukan Allah, Isa berdakwah pada umat yang sudah mengesakan Allah, tapi menyalahgunakan hukum-hukum Allah atau menjalankan dengan tidak semestinya. Alkitab menjelaskan bahwa Isa beberapa kali berselisih dengan kelompok Saduki dan Farisi dan memperingatkan murid-muridnya terhadap ajaran dua kelompok tersebut.[96]
Alkitab menggambarkan Farisi sebagai kelompok yang lebih mementingkan aturan lahiriah suatu hukum di atas makna yang ada dalam hukum tersebut. Isa mencela kaum Farisi yang tersibukkan mengurus hukum yang begitu terperinci, tetapi melupakan syariat Taurat yang paling utama, yakni keadilan, belas kasih, dan kesetiaan. Kaum Farisi juga dicela atas sikap riya' mereka, mengenakan busana yang membuat mereka terlihat seperti orang saleh di hadapan orang lain, dan gila pujian. Isa juga menyatakan bahwa kaum Farisi mendapat kekuasaan untuk menafsirkan hukum Musa dan dia meminta orang-orang untuk mematuhi ajaran kaum Farisi, tapi jangan meniru perbuatan mereka, karena kaum Farisi tidak menjalankan hal yang mereka ajarkan. Isa mencela dan mengibaratkan mereka seperti kuburan yang dilabur putih, tampak bagus di luar tetapi penuh tulang dan kebusukan di dalamnya.[97][98] Isa juga berdebat dengan kelompok Saduki yang tidak mempercayai kebangkitan setelah mati dan mencela mereka sebagai orang yang tidak memahami kitab suci maupun kekuasaan Allah.[99][100]
Seruan Isa disambut banyak orang dan kabar mengenai mukjizatnya tersebar luas. Saat pergi ke Yerusalem bersama para muridnya, Isa memasuki Bait Suci (Baitul Maqdis), kemudian mengusir orang-orang yang berjual beli di sekitarnya, juga menjungkirbalikkan meja dan bangku pedagang. Hal ini menambah kebencian pihak berwenang Yahudi, yakni kaum Saduki dan Farisi.[101][102] Sangat mungkin kelompok Saduki menentang Isa bukan karena ajarannya, tetapi lebih kepada alasan-alasan politik.[103] Isa dipandang mengancam stabilitas di masyarakat, terutama setelah dia dan murid-muridnya memasuki Baitul Maqdis.[103][104][105] Seruan Isa ditakutkan akan memprovokasi pihak Romawi untuk menyerang bangsa Yahudi, sehingga para imam dan kaum Farisi sepakat untuk membunuh Isa,[106] tetapi mereka tidak bisa menangkapnya secara terang-terangan karena khawatir dengan perlawanan rakyat.[107]
Murid
Al-Qur'an menyebut murid-murid Isa dengan sebutan al-ḥawāriyyūn (bahasa Arab: الحواريون). Al-Qur'an tidak memberikan keterangan terperinci mengenai pengikut Isa mana saja yang masuk golongan hawariyyun dan para penafsir Muslim biasanya sepakat dengan nama-nama yang disebutkan dalam Alkitab.[108] Dijelaskan dalam Alkitab bahwa Isa memiliki murid-murid pilihan yang disebut Dua Belas Rasul, yakni Simon Kefas (Petrus), Andreas, Yakobus (Ya'qub) bin Zebedeus, Yohanes (Yohanan) bin Zebedeus, Filipus, Bartolomeus, Tomas, Matius, Yakobus (Ya'qub) bin Alfeus, Yudas Tadeus, Simon orang Zelot, dan Yudas (Yehuda) Iskariot.[109] Di antara para murid, sosok Maria (Miryam) Magdalena disebut sebagai murid yang paling dekat dengan Isa dan paling memahami ajarannya, dan Maria dihormati sebagai "rasulnya para rasul".[110] Sebagai catatan, istilah "rasul" (utusan) dalam konteks ini bermakna bahwa mereka adalah sosok yang diutus Isa untuk menyebarkan ajarannya dan memiliki makna yang berbeda dalam tradisi Islam (lihat rasul). Disebutkan pula bahwa Isa memiliki murid rahasia, yakni Yusuf dari Arimatea[111] dan Nikodemus.[112]
Dalam Al-Qur'an disebutkan bahwa hawariyyun menyatakan diri mereka sebagai penolong agama, orang yang beriman, dan berserah diri pada Allah, dan mereka dijadikan percontohan bagi orang beriman yang lain.[113][114] Dikisahkan pula bahwa mereka meminta Isa untuk menurunkan hidangan dari langit untuk menguatkan iman mereka.[86] Sebagian penafsir juga berpendapat bahwa tiga orang yang diutus pada suatu kaum yang dikisahkan dalam Surah Yasin adalah murid-murid Isa.[115]
Penyaliban
Alkitab menyebutkan bahwa Yudas Iskariot mengkhianati Isa dan bekerja sama dengan para imam Yahudi untuk menangkapnya. Setelah Isa makan malam bersama murid-muridnya, mereka pergi ke Taman Getsemani di kaki bukit Zaitun, Yerusalem. Yudas Iskariot kemudian datang bersama sekelompok orang bersenjata yang dikirim oleh para imam kepala dan sesepuh Yahudi dan menangkap Isa. Isa kemudian dibawa ke Sanhedrin (badan peradilan Yahudi) untuk diadili,[116] kemudian dibawa ke hadapan Pontius Pilatus. Isa sempat dibawa ke hadapan Herodes Antipas sebelum kemudian dikembalikan lagi ke Pilatus. Para imam dan tetua Yahudi menghasut orang-orang untuk mendesak Pilatus agar Isa disalib. Pilatus enggan menghukum orang yang tidak jelas kesalahannya, tapi tidak mau terjadi kerusuhan dan pemberontakan, sehingga dia menyerah dengan tuntutan orang-orang. Isa kemudian dipancang di kayu salib bersama dua orang penyamun. Setelah beberapa jam digantung di kayu salib, tubuh Isa diturunkan dan dibawa pergi oleh Yusuf dari Arimatea.[117]
Al-Qur'an tidak menyebutkan peristiwa penangkapan maupun proses penyaliban Isa, tetapi dalam Surah An-Nisa' disebutkan bahwa Isa tidak dibunuh maupun disalib, tetapi diserupakan seolah-olah Isa mati disalib.[118] Menggunakan ayat ini sebagai dasar, mayoritas tradisi Islam menolak kematian Isa di kayu salib dan terdapat perbedaan pendapat dan teori mengenai makna "diserupakan" dalam ayat tersebut. Pendapat pertama, teori orang pengganti. Menurut teori ini, ada orang yang wajah dan perawakannya diserupakan dengan Isa, sehingga dialah yang ditangkap dan disalib, bukan Isa. Jati diri orang pengganti ini juga diperdebatkan. Pendapat kedua, teori koma. Menurut teori ini, Isa memang benar-benar ditangkap dan dipancang di kayu salib. Isa mengalami koma atau mati suri dalam proses penyaliban, tidak mati dalam arti sesungguhnya, tetapi diserupakan seperti sudah benar-benar mati di mata orang-orang. Dia kemudian diturunkan dari kayu salib dalam keadaan kritis, tetapi belum mati, dan dibawa pergi muridnya. Ada juga pendapat lain.
Kepercayaan Isa yang tidak mati disalib tidak hanya dianut umat Muslim, tapi juga dianut oleh sebagian kecil kalangan Kristen. Begitu pula sebaliknya, kematian Isa di kayu salib juga dianut sebagian kalangan Muslim. Umat Kristen arus utama menyatakan bahwa Isa memang mati disalib, kemudian dibangkitkan kembali.
Teori orang pengganti
Keyakinan bahwa orang yang disalib adalah orang yang mirip dengan Isa dianut oleh penganut Gnostisisme, Mandaeisme, Muslim, dan Kristen Jepang. Departemen Agama Republik Indonesia mengacu pada teori ini dalam menerjemahkan Surah An-Nisa'.[d] Sebagian menyebutkan bahwa jati diri dari orang pengganti tersebut adalah salah seorang musuh Isa, pendapat lain menyebutkan bahwa dia adalah pengikut Isa yang sengaja mengajukan diri untuk menjadi pengganti Isa.[119]
Sebagian sumber apokrif Gnostik menyebutkan bahwa orang pengganti Isa adalah Simon dari Kirene.[120][121] Beberapa ulama seperti Al-Baidhawi,[122] Ibnu Jarir ath-Thabari,[123][124] dan Ibnu Katsir[125][126] menyatakan bahwa ada murid setia Isa yang menawarkan diri menjadi pengganti Isa, tanpa menyebutkan jati diri murid tersebut secara terperinci.
Dalam versi Injil Barnabas disebutkan bahwa orang pengganti tersebut adalah Yudas Iskariot. Disebutkan bahwa Isa dibawa pergi para malaikat melalui jendela. Saat Yudas masuk ruangan untuk mencari Isa, penampilannya diserupakan dengan Isa, sehingga pasukan yang masuk ruangan belakangan kemudian menangkapnya.[127]
Mati disalib
Sebagian kalangan berpendapat bahwa Isa memang telah mati disalib. Ja'far ibn Mansur al-Yaman (w. 347 H/958 M), Abu Hatim Ahmad ibn Hamdan ar-Razi (filsuf Syi'ah, wafat 322 H/935 M), Abu Yaqub as-Sijistani (dai Syi'ah, wafat 358 H/971 M) , Mu'ayyad fi'l-Din as-Shirazi (ulama Syi'ah, w. 470 H/1078 M), dan kelompok Ikhwan As-Shafa juga menegaskan historisitas penyaliban, menyatakan bahwa Isa disalibkan dan tidak digantikan oleh orang lain sebagaimana dinyatakan dalam tafsiran pada umumnya.[128] Terkait Surah An-Nisa' ayat 157, ulama Lebanon Mahmoud M. Ayoub menyatakan, "Al-Qur'an, seperti telah kita bahas, tidak menyangkal kematian Al-Masih. Sebaliknya, itu menantang manusia yang dalam kebodohan mereka telah menipu diri mereka sendiri untuk percaya bahwa mereka akan mengalahkan firman Ilahi, Isa Al-Masih, utusan Allah. Kematian Isa ditegaskan beberapa kali dan dalam berbagai konteks."[129]
Teori koma
Menurut teori ini, Isa memang benar-benar ditangkap dan dipancang di kayu salib, kemudian pingsan atau koma dalam prosesnya. Namun Isa tampak serupa seperti sudah mati, sehingga dia kemudian diturunkan dari salib. Diperkirakan teori ini lahir pada sekitar abad ke-17 atau 18 di Barat. Beberapa cendekiawan Muslim modern seperti Ahmed Deedat dan Zakir Naik juga menggunakan teori ini dalam karya atau ceramah mereka.
Dalam tulisan dan ceramahnya, Ahmed Deedat menganalisis kejadian penyaliban dalam Alkitab dan mengambil kesimpulan alternatif yang berbeda dengan yang diyakini umat Kristen.[130][131][132][133] Terkait makna "disalib", Deedat memberikan permisalan dengan seorang yang diberi putusan untuk dieksekusi. Orang ini didudukkan di kursi listrik untuk disetrum, tetapi daya listriknya kurang sehingga orang ini masih hidup. Orang ini tidak bisa dikatakan telah dieksekusi hanya lantaran sudah disetrum, karena dia masih hidup. Dalam kejadian Isa, dia memang telah menjalani proses penyaliban, tapi tidak bisa dikatakan bahwa Isa telah disalib karena dia masih hidup. Makna "disalib" tidak hanya sekadar diikat di kayu salib, tetapi "membunuh dengan cara mengikat pada sebuah salib".[134]
Disebutkan bahwa setelah Isa digantung di kayu salib selama beberapa jam, umat Yahudi meminta agar dia dan dua penyamun itu diturunkan. Hal ini lantaran penyaliban terjadi pada hari Jum'at dan saat senja berarti sudah masuk hari suci pekanan Yahudi, Sabat.[135] Untuk mempercepat kematian, penjagal bisa mematahkan kaki korban.[136] Kedua kaki penyamun tersebut dipatahkan, tetapi tidak dengan Isa karena mereka melihat bahwa dia sudah mati. Kemudian salah satu prajurit menikam perut Isa sehingga keluarlah darah dan air.[137] Deedat menyatakan bahwa kejadian tersebut adalah cara Allah menyelamatkan Isa. Dengan tidak dipatahkannya tulang Isa, dia selamat dari kematian. Dinyatakan pula bahwa saat mengalami rasa sakit yang sangat, seseorang akan pingsan. Dalam kasus Isa yang digantung di kayu salib, aliran darahnya berjalan sangat lambat lantaran posisi tubuhnya. Penikaman yang membuat darah dan air langsung keluar tersebut justru melancarkan kembali sirkulasi darah teratur kembali.[138]
Diangkat ke langit
Al-Qur'an menyatakan bahwa Isa diangkat ke hadirat Allah[139][140] dan ini menjadi pijakan dalam keyakinan tradisi Muslim pada umumnya bahwa Isa diangkat ke langit secara jasmaniah. Ada juga pendapat minoritas, mengacu pada penjelasan Mu'tazilah dan Syi'ah, yang menyatakan bahwa Isa hanya diangkat rohnya, tidak bersama tubuhnya.[141]
Waktu
Al-Qur'an tidak menjelaskan secara rinci mengenai waktu kejadian tersebut dan setidaknya ada dua pendapat:
- Setelah penyaliban. Alkitab menjelaskan bahwa setelah keluar dari gua tempatnya dibaringkan (hidup kembali menurut ajaran Kristen, sadar dari pingsan atau koma menurut teori koma), Isa menemui beberapa muridnya. Setelahnya, dia diangkat ke langit disaksikan mereka.[142][143][144] Ibnu Katsir juga menyatakan bahwa Isa diangkat setelah peristiwa penyaliban.[145]
- Sebelum penyaliban. Injil Barnabas menyatakan bahwa Isa diangkat ke langit tepat sebelum para prajurit menangkapnya.[127] Dalam pendapat kedua ini, biasanya disebutkan bahwa Isa kembali turun dan menemui murid-muridnya, kemudian kembali diangkat ke langit.
Kematian
Terdapat beberapa penafsiran mengenai makna dari kata mutawafik (متوفيك) dalam Surah Ali 'Imran ayat 55 dan Al-Maidah ayat 117. Tafsiran pertama, artinya adalah "untuk mengakhiri setelah jangka waktu tertentu" atau "mengambilmu". Dari penafsiran ini, kebanyakan umat Muslim percaya bahwa Isa mengalami kenaikan secara jasmani tanpa didahului atau disertai kematian.[146]
Tafsiran kedua, "mewafatkan", yakni mewafatkan Isa. Sebagian pihak, tidak semua, yang berpendapat bahwa mutawafik bermakna wafat menyatakan bahwa Isa telah wafat dan ini menjadi pijakan untuk mempertanyakan kebenaran mengenai kedatangannya kedua kali menjelang hari kiamat kelak.[147] Bila ditafsirkan bahwa Isa telah wafat, maka setidaknya ada lima pendapat di kalangan umat Muslim perihal kematiannya:
- Wafat disalib[129]
- Meninggal selama beberapa waktu, kemudian dihidupkan kembali, dan setelahnya diangkat ke langit.[148]
- Isa selamat dari penyaliban, hidup normal selama bertahun-tahun, kemudian meninggal secara wajar. Pihak yang memegang pendapat ini di antaranya adalah kelompok Ahmadiyyah. Diyakini bahwa Isa pergi ke India bersama Maryam setelah selamat dari penyaliban, kemudian berdakwah kepada suku Bani Israil yang hilang di sana. Disebutkan bahwa Isa meninggal di Kashmir.[149][150]
- Wafat setelah kenaikan. Sebagian ulama menyatakan bahwa kalimat "mewafatkanmu (mutawafik) dan mengangkatmu kepada-Ku" dalam Surah Ali 'Imran ayat 55 termasuk versi ungkapan muqaddam dan mu'akhkhar, yakni mendahulukan yang akhir dan mengakhirkan yang awal. Jadi maknanya adalah bahwa Isa diangkat terlebih dahulu, baru diwafatkan.[148] Sebagian menyebutkan bahwa kematian Isa ini terjadi setelah kedatangannya yang kedua kali menjelang hari kiamat.
- Sebagian ulama berpendapat bahwa maknanya memang wafat, tapi bukan mati dalam arti yang sebenarnya, tetapi serupa dengan keadaan tidur, sebagaimana yang disebutkan dalam Surah Al-An'am (6): 60, "Dan Dialah Yang menidurkan kalian (yatawaffākum) di malam hari."[148]
Pandangan agama
Kristen
Isa (disebut Yesus dalam Kristen) adalah tokoh utama dalam Kristen. Pandangan Isa dalam Kristen beragam. Ada beberapa keyakinan yang dipegang oleh aliran-aliran Kristen, tapi ada juga doktrin-doktrin yang diakui satu aliran tetapi tidak diakui aliran lain dan terdapat perbedaan teologis di antara umat Kristen selama berabad-abad.[151] Ajaran Kristen menyatakan bahwa kematian Isa di kayu salib dan kebangkitannya kembali menjadi penebusan atau keselamatan dosa manusia, baik dosa secara umum maupun dosa asal secara khusus.[152]
Setelah masa para rasul (murid Isa), terdapat perdebatan teologis dalam tubuh umat Kristen mengenai kedudukan Isa dan berbagai hal keagamaan lain, sehingga diadakanlah rangkaian konsili ekumenis, yakni pertemuan para pemuka agama Kristen untuk membahas dan mengambil keputusan yang menyangkut doktrin Gereja dan aturan praktisnya.
Trinitas
Trinitas adalah doktrin ketuhanan yang dianut Kristen arus utama. Doktrin ini menyatakan bahwa Tuhan itu satu, tapi memiliki tiga pribadi: Bapa, Putra, dan Roh Kudus.[153] Dalam trinitas, Isa dipandang sebagai pribadi kedua Tuhan (Putra). Isa diyakini sebagai firman Allah yang menjadi daging (manusia). Isa juga disebutkan sepenuhnya Tuhan dan sepenuhnya manusia.[154][155] Bapa, Putra, dan Roh Kudus dalam paham Trinitas sama dalam kesetaraan dan kekekalan, sama-sama tidak diciptakan dan tanpa awal mula, tetapi ketiganya bukan tiga Tuhan, tapi tiga pribadi Tuhan dalam satu entitas.[156]
Non-Trinitas
Paham Trinitas tidak diterima secara universal dalam semua kalangan Kristen.[157][158] Terdapat banyak sekali aliran Kristen non-trinitas dan mereka memiliki beragam paham mengenai Isa, ada yang memandangnya sebagai Tuhan, semi-ilahi, makhluk sempurna, dan lainnya.
- Triteisme: Meyakini bahwa Allah, Isa, dan Roh Kudus adalah tiga Tuhan[159]
- Gereja Yesus Kristus dari Orang-orang Suci Zaman Akhir atau Mormon: seperti Triteisme yang meyakini adanya tiga Tuhan. Mereka percaya bahwa Allah menciptakan Isa, sehingga Isa lebih rendah dari Allah,[160] dan Isa yang menciptakan alam semesta.[160][161]
- Arianisme: Isa bukan Tuhan, tetapi ilahi atau memiliki sifat ketuhanan.[162] Dia adalah putra Tuhan Bapa dan diciptakan Tuhan Bapa, sehingga kedudukannya lebih rendah dari Bapa.[163][164]
- Unitarianisme: Isa dipandang sebagai manusia agung dan nabi Tuhan, bahkan sangat mungkin juga makhluk supernatural, tapi bukan Tuhan itu sendiri[165][166]
- Saksi-Saksi Yehuwa: Isa dipandang sebagai satu-satunya ciptaan langsung Allah, dan ciptaan Allah yang paling pertama. Mereka memberikan "sembah sujud" (penghormatan, sebagaimana kepada seorang raja) atau "pemujaan" kepada Isa.[167] Mereka juga berdoa pada Isa karena Isa dipandang sebagai perantara antara Allah dan manusia. Sebelum terlahir sebagai manusia, Isa adalah Malaikat Mikail.[168][169]
- Iglesia ni Cristo: gerakan keagamaan Kristen yang lahir di Filipina dan mengadopsi paham Unitarianisme. Isa dipandang sebagai makhluk Tuhan tertinggi dan menolak keilahiannya.[170] Mereka berpandangan bahwa menyembah Isa adalah perintah Tuhan.[171]
- Kristadelfian: Isa dipandang sebagai putra Tuhan Bapa, dia adalah manusia dan bukan Tuhan[172]
Yahudi
Yahudi arus utama menolak gagasan bahwa Isa adalah Tuhan, atau seorang perantara Tuhan, ataupun bagian dari Trinitas.[173] Mereka berkeyakinan bahwa Isa bukanlah Mesias, dengan alasan bahwa Isa tidak memenuhi nubuat Mesianik yang tertulis di dalam Tanakh (kitab suci Yahudi) dan juga tidak memenuhi kualifikasi personal Mesias.[174] Menurut tradisi Yahudi, tidak ada nabi lagi setelah Maleakhi,[175] yang menyampaikan nubuat-nubuatnya pada abad ke-5 SM.[176]
Kritik Yahudi terhadap Isa telah ada sejak dahulu. Talmud, yang ditulis dan disusun dari abad ke-3 hingga ke-5 M,[177] memuat kisah-kisah yang sejak abad pertengahan telah dianggap sebagai laporan-laporan yang merendahkan Isa.[178] Dalam salah satu kisah disebutkan bahwa Yesyu ha-nozri ("Yesus orang Kristen") adalah seorang murtad sundal, dieksekusi oleh mahkamah agung Yahudi karena menyebarkan penyembahan berhala dan mempraktikkan sihir.[179]
Islam
Isa dipandang sebagai nabi dan rasul dalam Islam dan merupakan salah satu ulul azmi. Setidaknya ada tiga surah Al-Qur'an yang namanya memiliki kaitan dengan Isa: surah ketiga dinamai Ali 'Imran (keluarga Imran) yang merupakan nama kakek Isa, surah kelima dinamai Al-Ma'idah (hidangan) karena berisi Isa yang berdoa meminta hidangan dari langit, surah ke-19 dinamai Maryam yang merupakan nama ibu Isa.
Penyebutannya dalam Al-Qur'an utamanya menekankan pada dua aspek: kemuliaan dan kemanusiaannya. Isa disebutkan sebagai sosok yang terkemuka di dunia dan akhirat, didekatkan kepada Allah, saleh,[180] suci,[181] dan diberkahi.[182] Disebutkan pula bahwa Allah mengajarkan kitab, hikmah, Taurat, dan Injil kepada Isa.[183][184] Umat Islam juga diperintahkan untuk beriman kepada wahyu Allah, baik yang diturunkan kepada Muhammad maupun kepada nabi-nabi yang lain, di antaranya adalah Isa, juga diperintahkan untuk tidak membeda-bedakan para nabi dan berserah diri kepada Allah.[185][186]
Di sisi lain, Isa juga disebutkan sebagai seorang hamba Allah[184][187] dan tidak enggan untuk menjadi hamba Allah.[188] Bersama Maryam, Isa disebutkan biasa menyantap makanan,[189] ungkapan akan sisi kemanusiaannya. Penciptaan Isa juga disejajarkan dengan penciptaan Adam, menjelaskan bahwa penciptaan keduanya adalah karena kekuasaan Allah.[190][191] Al-Qur'an juga memberikan penentangan terhadap berbagai macam paham yang mengultuskan Isa, seperti menganggapnya sebagai Tuhan,[192][193] putra Allah,[194] atau memandang bahwa Allah adalah Isa itu sendiri.[195][196]
Riwayat hadits menyebutkan berbagai hal terkait Isa. Nabi Muhammad menyatakan bahwa Isa adalah sosok berpostur tubuh sedang, berdada bidang, dan kulitnya kemerah-merahan seperti baru keluar dari pemandian.[197][198][199][200][201] Saat peristiwa isra' mi'raj, Muhammad melihat Yahya dan Isa berada di langit kedua.[202][203][204]
Disebutkan bahwa pada hari kiamat kelak, Allah menjadikan Isa sebagai hujjah (alasan) bagi orang-orang fakir dan miskin. Maknanya adalah orang-orang di hari kiamat kelak tidak bisa beralasan bahwa mereka tidak bisa beribadah karena repot dengan kekurangan dan kefakiran, lantaran Isa yang sebegitu miskinnya saja tetap taat beribadah kepada Allah.[205]
Leluhur
Isa adalah seorang Bani Israil, sebutan untuk keturunan Ya'qub. Al-Qur'an tidak menerangkan secara jelas mengenai asal sukunya dan silsilahnya hanya disebutkan sampai kakeknya, 'Imran.[206][207]
Alkitab menyebutkan dua silsilah Isa: versi Injil Matius[208] dan versi Injil Lukas.[209] Meski Alkitab mengakui bahwa kehamilan Maryam yang perawan adalah mukjizat, silsilah Isa ditautkan dengan Yusuf, tunangan Maryam. Melalui Yusuf, kedua versi silsilah tersebut menyambungkan Isa dengan Dawud dari suku Yehuda, suku yang menurunkan raja-raja. Namun jumlah dan nama-nama orang yang disebutkan antara Yusuf dengan Dawud sangat berbeda antara satu versi dengan versi yang lain. Matius menyebutkan bahwa Yusuf adalah putra Ya'qub dan silsilahnya tersambung sampai Sulaiman bin Dawud. Ada 27 nama, terhitung dari Yusuf sampai Dawud. Lukas menyebutkan bahwa Yusuf adalah putra Eli atau Heli dan silsilahnya tersambung sampai Natan bin Dawud. Ada 42 nama, terhitung dari Yusuf sampai Dawud.
Terkait perbedaan ini, ada yang menyebutkan bahwa silsilah Isa dalam Injil Lukas merupakan silsilah dari pihak ibu, sehingga sosok yang bernama Eli sebenarnya adalah ayah kandung Maryam.[210] Ada juga pendapat minoritas bahwa silsilah Isa dalam Injil Matius yang merupakan silsilah Maryam[211] sehingga menurut pendapat ini, ayah Maryam adalah Ya'qub. Terkait pendapat ini, disebutkan bahwa nama Maryam tidak disebutkan secara tersurat lantaran dalam tradisi Ibrani kuno, nama perempuan tidak diperkenankan dimasukkan dalam rantai silsilah, sehingga nama suaminya yang disebutkan sebagai gantinya.[212] Pendapat lain, bersumber dari Injil Yakobus (bukan bagian resmi dari Alkitab) menyebutkan bahwa nama ayah Maryam adalah Yoakhim.[213] Ada juga pendapat lain terkait perbedaan ini.
Al-Qur'an dan hadits tidak memberikan keterangan mengenai silsilah Isa yang berujung pada Dawud. Sebagian ulama Muslim terdahulu, seperti Muhammad bin Ishaq[214][215] dan Abul Qasim bin Asakir[216] juga menyebutkan silsilah Isa. Kedua silsilah tersebut dimulai dari Isa bin Maryam binti 'Imran dan berujung pada Sulaiman bin Dawud, tapi ada perbedaan nama dan jumlah orang di antara kedua versi ini.[217]
Cendekiawan modern menyatakan bahwa silsilah Isa dalam Alkitab cenderung merupakan konstruksi teologis dan bukan kenyataan sejarah. Kalangan non-imam biasanya tidak mencatat silsilah keluarga mereka dan kontradiksi antara kedua versi silsilah tersebut menjadi bukti yang jelas bahwa keterangan tersebut tidak berasal dari catatan yang valid. Selain itu, penggunaan gelar seperti 'Anak Allah' dan 'Anak Dawud' dipandang sebagai bukti bahwa keterangan tersebut tidak berasal dari tradisi Injil yang paling awal.[218] Raymond E. Brown, seorang imam Katolik Amerika, mengatakan silsilah itu "tidak memberi tahu kita tentang kakek-neneknya atau buyutnya".[219] Marcus Borg dan John Dominic Crossan berpendapat bahwa kedua silsilah tersebut adalah keterangan buatan untuk mendukung klaim Isa sebagai mesias sesuai kriteria Yahudi[220] yang menyatakan bahwa mesias yang akan datang merupakan keturunan Dawud.[221][222][223]
Ada pendapat lain yang menyatakan bahwa Isa merupakan keturunan Harun dari suku Lewi, suku yang menurunkan para imam. Alkitab menyebutkan bahwa Zakariyya dan istrinya, Elisyeba, adalah keturunan Harun dari suku Lewi[224] dan disebutkan bahwa Maryam adalah kerabat Elisyeba.[225] Dari ayat ini, sebagian cendekiawan Alkitab menyatakan bahwa Maryam adalah seorang suku Lewi, atau setidaknya separuh Lewi.[226][227][228]
Al-Qur'an menyebutkan Maryam sebagai "saudari Harun".[229] Lantaran kata "saudari" bisa digunakan untuk merujuk pada hubungan kekerabatan dan keturunan yang lebih jauh dan luas, beberapa cendekiawan Muslim seperti Yusuf Ali dan Muhammad Asad berpendapat bahwa Maryam berasal dari suku Lewi.[230][231] Bila mengacu pada pendapat ini, berarti Isa juga seorang Lewi secara biologis.
Pengikut
Salah satu istilah yang digunakan untuk merujuk pada pengikut awal Isa adalah "Yudeo-Kristen" atau "Kristen Ibrani". Para pengikut awal Isa menyebut diri mereka sendiri dengan "Sang Jalan" (ἡ ὁδός - hė hodós), mungkin mengacu pada ayat dalam Tanakh, "Persiapkanlah di padang gurun jalan untuk Tuhan."[232][233][234] Istilah Kristen (secara harfiah bermakna "pengikut Kristus") pertama kali digunakan dari masyarakat non-Yahudi kepada pengikut Isa di Antiokhia.[235]
Awalnya pengikut Isa seperti sekte atau gerakan keagamaan dalam tubuh Yahudi sebagaimana Farisi, Saduki, Eseni, dan Zelot.[236][237] Komunitas ini awalnya terdiri dari bangsa Yahudi yang meyakini Isa sebagai mesias.[236][237] Mereka tetap menjalankan syariat Taurat dan tradisi Yahudi, seperti menyucikan hari Sabat, khitan, menjaga makanan kosher, dan kehadiran di sinagoga.[238]
Sepeninggal Isa, pengikutnya menyebarkan ajarannya di kalangan bangsa Yahudi diaspora yang tersebar di luar Palestina. Dakwah mereka juga menarik perhatian kalangan goy (bangsa non-Yahudi, Ibrani: גוי, jamak: גוים goyim) dan mereka akhirnya juga menjadi target dakwah.[239] Kelompok Yudeo Kristen tradisional (pengikut Isa dari kalangan Farisi) bersikukuh bahwa kelompok goy juga harus dikhitan dan menjalankan syariat Taurat lantaran dalam tradisi Yahudi, khitan menjadi tanda bukti seseorang tergabung ke dalam agama Ibrahim.[240][241][242][243][244] Namun khitan dipandang sebagai hal menjijikkan dalam tradisi Yunani dan Romawi yang sedang mendominasi kawasan timur Laut Tengah.[245]
Paulus menentang penerapan tradisi Yahudi secara ketat kepada pengikut Isa dari kalangan goy, termasuk kewajiban khitan.[244][246] Permasalahan ini dibawa dalam Konsili Yerusalem (sekitar 50 M) dan diputuskan bahwa pengikut Isa dari kalangan goy dibebaskan dari kewajiban menjalankan sebagian besar syariat Taurat. Meski disebutkan bahwa hasil konsili berasal dari kesepakatan, kalangan Yudeo Kristen tetap menentang keras.[247] Pelonggaran ini menjadi ajaran Isa tersebar lebih jauh di luar kalangan bangsa Yahudi.[248]
Saat pengikut Isa semakin berkembang di kalangan goy, tradisi mereka berkembang dan semakin terpisah dengan akar Yahudi mereka.[249][250][251][252] Sejarawan masih memperdebatkan waktu saat Kristen benar-benar menjadi agama baru dan terpisah dari Yahudi. Sejarawan Amerika Shaye J. D. Cohen menyatakan bahwa "terpisahnya Kristen dari Yahudi adalah sebuah proses, bukan peristiwa."[253] Kristen awal tidak lagi menjadi sekte Yahudi saat mereka tidak lagi menjalankan tradisi Yahudi, seperti khitan.[254] Perpisahan ini tidak hanya terjadi antara Kristen dengan Yahudi, tapi juga antara Kristen goy (juga disebut Kristen Paulus) dengan Yudeo Kristen.
Baitul Maqdis (Bait Suci) kembali dihancurkan pada 70 M akibat Perang Yahudi-Romawi Pertama, menjadi pengalaman traumatis bagi bangsa Yahudi. Sekte Saduki, Eseni, dan Zelot lenyap setelahnya, tetapi Kristen awal dan Farisi tetap bertahan. Farisi kemudian bertransformasi menjadi Yahudi Rabinik, bentuk Yahudi paling umum sejak abad ke-6.[255] Faktor yang berperan besar terhadap perpecahan di antara kedua kelompok tersebut adalah tafsiran keagamaan mereka terhadap kehancuran Baitul Maqdis kedua. Yahudi Rabinik memandang peristiwa tersebut sebagai hukuman karena mengabaikan Taurat. Kristen awal memandangnya sebagai hukuman bagi bangsa Yahudi karena menolak Isa, menjadikan mereka mengklaim diri sebagai "Israel sejati" yang baru. Klaim ini dianggap kalangan Yahudi Rabinik sebagai skandal.[256] Lantaran umat Kristen awal percaya bahwa Isa telah menggantikan kedudukan Baitul Maqdis, mereka tidak begitu mempedulikan kehancuran Baitul Maqdis.[257]
Pada abad pertama dan kedua, umat Kristen semakin berkembang pesat. Bila jamaah Yudeo Kristen terpusat di Yerusalem pada abad pertama, Kristen goy semakin terdesentralisasi pada abad kedua.[258] Kristen terbagi dalam berbagai kelompok, masing-masingnya memiliki penafsiran agama dan pandangan terkait Isa yang berbeda-beda satu sama lain. Belum ada penetapan resmi atau pihak berwenang yang memutuskan mengenai ajaran mana yang dipandang baku dan yang dipandang sebagai bid'ah dan sesat.[259][260] Pada masa ini pula kelembagaan dalam Kristen mulai berkembang.[261] Setelah diadakan pertemuan para pemuka umat Kristen di Konsili Nicea I pada 325 M untuk membahas berbagai perdebatan keagamaan, kelompok Yudeo Kristen mendapat penentangan ganda karena mereka tidak hanya ditentang pihak Yahudi Rabinik, tapi juga oleh Kristen goy yang mengakui Konsili Nicea. Kristen goy menjadi bentuk baku ajaran Kristen dan mengambil alih rumah ibadah umat Yudeo Kristen yang telah dipandang sebagai kelompok bid'ah.[262]
Paulus
Beberapa pihak menyatakan bahwa Paulus telah menyimpangkan ajaran asli Isa atau klaim bahwa Kristen sebagian besar adalah ciptaannya. Dakwaan pertama termasuk pendapat dari komentator sekuler[263] seperti filsuf Friedrich Nietzsche dan Bertrand Russell. Kritik Nietzsche didasarkan pada keberatan moralnya terhadap pemikiran Paulus. Kaum Anarkis Kristen, seperti Leo Tolstoy dan Ammon Hennacy, percaya bahwa Paulus menyimpangkan ajaran Isa. Tolstoy mengklaim bahwa Paulus berperan dalam "penyimpangan" gereja dari pengajaran dan praktik Isa,[264] sementara Hennacy percaya "Paulus merusak pesan Kristus."[265] Thomas Jefferson, Presiden Amerika Serikat ketiga dan seorang penganut Deisme, menuliskan bahwa Paulus adalah orang pertama yang merusak doktrin Isa.[266]
Sudah dipercaya sejak lama dalam tradisi Muslim bahwa Paulus dengan sengaja merusak ajaran asli Isa,[267][268][269] memasukkan elemen paganisme,[270] sehingga Kristen menjadi agama penebusan dosa[271] dengan memperkenalkan ajaran dosa asal dan kebutuhan manusia akan perlunya penebusan.[272] Saif bin Umar menyatakan bahwa para rabi tertentu membujuk Paulus untuk secara sengaja membujuk umat Kristen awal.[273][274] Ibnu Hazm Al-Andalusi (wafat 1064) mengulang pernyataan Saif.[275] Syed Muhammad Naquib Al-Attas menuliskan bahwa Paulus menyalahartikan pesan Isa[269] dan Rasyid Ridha (wafat 1935) mendakwa Paulus memperkenalkan ajaran syirik ke dalam Kekristenan.[270]
Umat Kristen sendiri tidak sepakat sejauh mana perselisihan antara Paulus dan jamaah Yerusalem. Kristen arus utama seperti Katolik Roma, Ortodoks Timur, Ortodoks Oriental, dan Protestan konservatif berpendapat bahwa tulisan-tulisan Paulus adalah penafsiran yang sah dari Injil. Gagasan bahwa Paulus yang menciptakan Kekristenan diperdebatkan oleh banyak penulis Kristen.[276][277][278][279] Menurut Christopher Rowland, Kristen Paulus adalah pengembangan pemikiran tentang Isa dalam konteks dakwah pada kalangan non-Yahudi. Rowland berpendapat bahwa pengaruh Paulus dalam Kristen terlalu dilebih-lebihkan,[280] menyimpulkan bahwa Paulus tidak mengubah secara material ajaran-ajaran Isa.
Kedatangan kedua
Tradisi Islam meyakini bahwa Isa akan turun kembali. Al-Qur'an tidak menjelaskan mengenai peristiwa ini secara tersurat,[281] tetapi sebagian penafsir menyatakan bahwa Surah Az-Zukhruf (43) ayat 61 merupakan isyarat yang membenarkan keterangan bahwa Isa akan turun menjelang hari kiamat.[282][283]
Beberapa riwayat hadits menjelaskan hal ini secara jelas. Disebutkan bahwa kiamat tidak akan terjadi sebelum munculnya sepuluh tanda, di antaranya adalah turunnya Isa.[284][285] Isa datang saat terjadi peperangan antara umat beriman dengan Dajjal dan pengikutnya. Dia turun di menara putih di sebelah timur Damaskus, kemudian menemui umat Muslim yang saat itu hendak melaksanakan shalat. Pemimpin mereka (Al-Mahdi) meminta Isa untuk memimpin shalat, tapi Isa menolaknya, mengatakan bahwa pemimpin kalian berasal dari kalangan kalian sendiri.[286] Setelahnya, Isa akan membunuh Dajjal, menjadi hakim yang adil, menghancurkan salib, membunuh babi, dan menghapus jizyah.[287][288][289][283]
Lihat pula
- Nabi-nabi, di antaranya:
- Maryam
- Bani Israil
- Yesus
- Eskatologi Islam
- Kiamat
Catatan
- ^ Dalam Al-Qur'an, nama Isa disebutkan 25 kali, yakni pada surah:
- Al-Baqarah (2): 87, 136, 253
- Ali 'Imran (3): 45, 52, 55, 59, 84
- An-Nisa' (4): 157, 163, 171
- Al-Ma'idah (5): 46, 78, 110, 112, 114, 116
- Al-An'am (6): 85
- Maryam (19): 34
- Al-Ahzab (33): 7
- Asy-Syura (42): 13
- Az-Zukhruf (43): 63
- Al-Hadid (57): 27
- Ash-Shaff (61): 6, 14
- ^ Dalam Al-Qur'an, Isa disebut ٱبْنُ مَرْيَمَ ibnu Maryam sebanyak 23 kali, yakni pada surah:
- Al-Baqarah (2): 87, 253
- Ali 'Imran (3): 45
- An-Nisa' (4): 157, 171
- Al-Ma'idah (5): 17 (2 kali), 46, 72, 75, 78, 110, 112, 114, 116
- At-Taubah (9): 31
- Maryam (19): 34
- Al-Mu'minun (23): 50
- Al-Ahzab (33): 7
- Az-Zukhruf (43): 57
- Al-Hadid (57): 27
- Ash-Shaff (61): 6, 14
- ^ Dalam Al-Qur'an, Isa disebut المسيح Al-Masih sebanyak 11 kali, yakni pada surah:
- Ali 'Imran (3): 45
- An-Nisa' (4): 157, 171, 172
- Al-Ma'idah (5): 17 (2 kali), 72 (2 kali), 75
- At-Taubah (9): 30, 31
- ^ Terjemahan Surah An-Nisa' (4): 157 sesuai Departemen Agama Republik Indonesia adalah "padahal mereka tidak membunuhnya dan tidak (pula) menyalibnya, tetapi (yang mereka bunuh adalah) orang yang diserupakan dengan Isa." Bandingkan dengan terjemahan bahasa Inggris dari Abdullah Yusuf Ali, "but they killed him not, nor crucified him, but so it was made to appear to them."
Rujukan
- ^ a b c An-Nisa' (4): 171
- ^ a b "CATHOLIC ENCYCLOPEDIA: The Name of Jesus Christ".
- ^ Jennings
- ^ The Encyclopaedia Brittanica (1911), 11th Edition. Cambridge, England: University Press
- ^ Juferi, Mohd Elfie Nieshaem. "Name of Jesus". Answering Christianity. Diakses tanggal 30 Juli 2020.
- ^ Reynolds 2007, hlm. 235.
- ^ Anawati, G. C. (May 1998), "ʿIsā", dalam Lewis, B.; Pellat, C.; Vandonzel, E., Encyclopaedia of Islam, 4, Brill Academic Pub, hlm. 81, ISBN 978-90-04-05745-6
- ^ Beaumont 2005, hlm. 175.
- ^ Jeffery, Arthur; Böwering, Gerhard; McAuliffe, Jane (2008). The Foreign Vocabulary of the Quran. Woods Press. hlm. 220. ISBN 978-1-4437-2149-3.
- ^ Robinson, N. (1991). Christ in Islam and Christianity. London: Macmillan Press LTD. hlm. 17
- ^ Griffith, S. H. (2013). The Bible in Arabic: The Scriptures of “the People of the Book” in the Language of Islam. Princeton, New Jersey: Princeton University Press. hlm. 84 catatan kaki 64
- ^ Jongeneel, J. A. B. (1989). Jesus Christ in World History: His Presence and Representation in Cyclical and Linear Settings. Frankfurt: Peter Lang Internationaler Verlag der Wissenschaften. hlm. 128
- ^ Encyclopaedia of the Qur'an vol 3, Penyunting Umum: Jane Dammen McAuliffe (Universitas Georgetown, Washington DC). Brill Academic, 2003, hlm. 8-10
- ^ Reynolds 2007, hlm. 236.
- ^ 1 Raja–raja 12: 1–24
- ^ Broshi, Maguen (2001). Bread, Wine, Walls and Scrolls. Bloomsbury Publishing. hlm. 174. ISBN 1841272019.
- ^ Flavius Josephus Antiquities 13.257–258
- ^ Josephus, Ant. xiii, 9:1., via
- ^ Herod at Encyclopædia Britannica: "...thus, Herod was, although a practicing Jew, of Arab origin on both sides."
- ^ "National Geographic Magazine - NGM.com". ngm.nationalgeographic.com.
- ^ Aryeh Kasher dan Eliezer Witztum, King Herod: A Persecuted Persecutor: A Case Study in Psychohistory, hlm. 19-23
- ^ Jan Retsö, The Arabs in Antiquity: Their History from the Assyrians to the Umayyads, Routledge (2013), hlm. 374
- ^ Richard R. Losch, All the People in the Bible, Wm. B. Eerdmans Publishing (2008), hlm. 155
- ^ Jeffers, James S. (2000). The Greco-Roman World of the New Testament Era: Exploring the Background of Early Christianity. Intervarsity-Press. hlm. 125. ISBN 978-0830815890. Diakses tanggal 29 September 2016.
- ^ Lukas 3: 1
- ^ Green, McKnight & Marshall 1992, hlm. 442.
- ^ Barr, James (1970). "Which language did Jesus speak". Bulletin of the John Rylands University Library of Manchester. 53 (1): 9–29. doi:10.7227/BJRL.53.1.2.
- ^ Porter, Stanley E. (1997). Handbook to exegesis of the New Testament. Brill. hlm. 110–12. ISBN 978-90-04-09921-0.
- ^ Dunn 2003, hlm. 313–15.
- ^ Allen C. Myers, ed. (1987). "Aramaic". The Eerdmans Bible Dictionary. Grand Rapids, Michigan: William B. Eerdmans. hlm. 72. ISBN 978-0-8028-2402-8.
- ^ "Aramaic language". Encyclopædia Britannica.
- ^ Wellhausen 2001, hlm. 45.
- ^ Cohen, Shaye J.D. (1987). From the Maccabees to the Mishnah. The Westminster Press.
- ^ Roth, Cecil A History of the Jews: From Earliest Times Through the Six Day War 1970 ISBN 0-8052-0009-6, hlm. 84
- ^ Maryam (19): 16-21
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 802-804.
- ^ Lukas 1: 26–38
- ^ Lukas 2: 1–6
- ^ Matius 2: 1
- ^ Dunn, James DG (2003). "Jesus Remembered". Eerdmans Publishing: 324.
- ^ Maryam (19): 22-26
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 806-807.
- ^ Shahih Bukhari (3248)
- ^ Shahih Muslim (2366)
- ^ HR. Ahmad (2/274)
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 788.
- ^ Hadits terkait Maryam dan putranya
- ^ Maryam (19): 27-33
- ^ Matius 2: 1–18
- ^ Al-Mu'minun (23): 50
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 830-831.
- ^ A.J. Wensinck dan Penelope C. Johnstone, “Maryam”, dalam Encyclopaedia of Islam, Second Edition, disunting oleh P. Bearman, Th. Bianquis, C.E. Bosworth, E. van Donzel, W.P. Heinrichs. Konsutasi daring pada 30 September 2018. doi:10.1163/1573-3912_islam_COM_0692, ISBN 9789004161214.
- ^ Maier 1998, hlm. 170-171.
- ^ Matius 2: 1–23
- ^ Knoblet, Jerry. Herod the Great (University Press of America, 2005), hlm. 179.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 852-853.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 852.
- ^ "Yahya b. Zakariyya", Encyclopedia of Islam.
- ^ Lukas 1: 39–45
- ^ Ali 'Imran (3): 39
- ^ Ali 'Imran (3): 45
- ^ Funk, Robert W. & the Jesus Seminar (1998). The Acts of Jesus: the search for the authentic deeds of Jesus.San Francisco: Harper; "Mark," hlm. 51–161.
- ^ Meier, John (1994). Mentor, Message, and Miracles (A Marginal Jew: Rethinking the Historical Jesus, Vol. 2). 2. Anchor Bible. ISBN 978-0-385-46992-0.
- ^ Matius 3: 13–17
- ^ a b c d e Ali 'Imran (3): 49
- ^ Ali 'Imran (3): 50
- ^ Al-Ma'idah (5): 46
- ^ Ash-Shaff (61): 6
- ^ a b c Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3: Ali 'Imran ayat 48-51
- ^ Phipps, William (May 28, 2018) [2016]. "5 Scriptures". Muhammad and Jesus: A Comparison of the Prophets and Their Teachings. Bloomsbury Publishing. hlm. 101. ISBN 978-1-4742-8934-4.
- ^ Matius 5: 17
- ^ Leirvik, Oddbjørn (2010). Images of Jesus Christ in Islam: 2nd Edition. Bloomsbury Publishing. hlm. 59–60. ISBN 978-1-4411-8662-1.
- ^ Ayoub, Mahmoud (14 May 1992). The Qur'an and Its Interpreters, Volume II: The House of 'Imran. SUNY Press. ISBN 9780791409947 – via Google Books.
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 844-845.
- ^ a b c d Al-Maidah (5): 110
- ^ Maryam (19): 29-33
- ^ Matius 9: 27–31
- ^ Matius 9: 1–8
- ^ Matius 9: 32–33
- ^ Markus 7: 31–37
- ^ Matius 12: 22–37
- ^ Markus 1: 21–28
- ^ Ath-Thabari, Tarikh al-Rusul wa al-Muluk: Volume 1, diterjemahkan ke bahasa Inggris oleh Franz Rosenthal (State University of New York Press: New York, 1989), hlm. 357-358.
- ^ Yohanes 11: 1–44
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 830.
- ^ a b Al-Maidah (5): 112-115
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 848-850.
- ^ Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 7: Al-Ma'idah ayat 112-115
- ^ Matius 14: 13–21
- ^ Lukas 9: 10–17
- ^ Yohanes 6: 1–15
- ^ Matius 14: 25–27
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 851-852.
- ^ Albertz 1994a, hlm. 61.
- ^ Betz 2000, hlm. 917.
- ^ Matius 16: 12
- ^ Matius 23: 1–28
- ^ "pharisee" The Free Dictionary
- ^ Markus 12: 18–27
- ^ Pulpit Commentary on Matthew 22, accessed 14 February 2017
- ^ Markus 11: 15–19
- ^ Cox & Easley 2007, hlm. 155–170.
- ^ a b "Jesus Christ." Cross, F. L., ed. The Oxford dictionary of the Christian church. New York: Oxford University Press. 2005
- ^ Sanders, E. P. The historical figure of Jesus. Penguin, 1993, hlm. 269-273
- ^ Theissen, Gerd, dan Annette Merz. The historical Jesus: a comprehensive guide. Fortress Press. 1998. Diterjemahkan dari bahasa Jerman (edisi 1996). hlm. 466
- ^ Yohanes 11: 45–52
- ^ Markus 12: 12
- ^ Wheeler, A-Z of Prophets in Islam and Judaism, Disciples of Jesus, hlm. 86
- ^ Matius 10: 1–4
- ^ Geneva Press 2008, hlm. 139.
- ^ Matius 27: 57
- ^ Yohanes 3: 1–2
- ^ Ali 'Imran (3): 52
- ^ Ash-Shaff (61): 14
- ^ (Tafsir Ibnu Katsir (Ringkasan), Volume 8, Surat Al-Ahzab ayat 51 sampai akhir Surat Ad-Dukhan, diringkas di bawah sekelompok ulama di bawah pengawasan Syaikh Safiur Rahman Al-Mubarakpuri [Darussalam Publishers & Distributors Riyadh, Houston, New York, London, Lahore; edisi pertama, September 2000], hlm. 179) https://www.answering-islam.org/Shamoun/christs_apostles.htm https://quranx.com/tafsirs/36.13
- ^ Matius 26: 17–68
- ^ Matius 27: 1–57
- ^ An-Nisa' (4): 157
- ^ Reynolds, Gabriel Said. "The Muslim Jesus: Dead or alive?" Bulletin of SOAS, 72(2) (2009), 242-244.
- ^ Bart D. Erhman, Lost Scriptures: Books that Did Not Make It into the New Testament, hlm. 82
- ^ Bullard, Roger; Gibbons, Joseph. "The Nag Hammadi Library: The Second Treatise of the Great Seth". The Gnostic Society Library. Coptic Gnostic Library Project.
- ^ Muhammad Saed Abdul-Rahman The Meaning and Explanation of the Glorious Qur'an (Vol 10) MSA Publication Limited 2009 ISBN 978-1-861-79670-7 hlm. 93
- ^ Tafsir Ath-Thabari (6/13)
- ^ Neal Robinson Christ in Islam and Christianity SUNY Press 1991 ISBN 978-0-791-40558-1 hlm. 127-129
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 861-866.
- ^ Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 6: An-Nisa' ayat 155-159
- ^ a b Anawati, G.C. (5 Aug 2018) [2012]. "Īsā". Dalam P. Bearman; Th. Bianquis; C.E. Bosworth; E. van Donzel; W.P. Heinrichs. Encyclopaedia of Islam (edisi ke-2nd). Brill Online. ISBN 9789004161214. Diakses tanggal 5 Aug 2018.
- ^ Lawson 2009, hlm. 12.
- ^ a b Ayoub, Mahmoud M. (April 1980). "Toward An Islamic Christology II: The Death of Jesus, Reality or Delusion (A Study of the Death of Jesus in Tafsir Literature)". The Muslim World. Hartford Seminary. 70 (2): 106. doi:10.1111/j.1478-1913.1980.tb03405.x.
- ^ "Who moved the Stone" (PDF).
- ^ "Resurrection or Resuscitation" (PDF).
- ^ "Was Jesus Crucified" (PDF).
- ^ "Crucifixion or Crucifiction" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2018-03-29. Diakses tanggal 2020-07-15. oleh Ahmed Deedat
- ^ Deedat 2004, hlm. 509-512.
- ^ Yohanes 19: 31
- ^ Deedat 2004, hlm. 447.
- ^ Yohanes 19: 32–34
- ^ Deedat 2004, hlm. 457.
- ^ Ali 'Imran (3): 55
- ^ An-Nisa' (4): 158
- ^ Ayoub 1980, hlm. 100.
- ^ Matius 28: 1–20
- ^ Markus 16: 1–20
- ^ Lukas 24: 1–53
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 866-868.
- ^ Shafaat, Dr. Ahmad, Islamic View of the Coming/Return of Jesus" Diarsipkan 2015-09-23 di Wayback Machine. article dated May 2003, at the Islamic Perspectives Web site: "In 4:159, after denying that the Jews killed or crucified Jesus and after stating that God raised him to Himself, the Qur`an says ...". Retrieved March 29, 2007.
- ^ Geoffrey Parrinder, Jesus in the Quran, hlm. 121, Oxford: Oneworld Publications, 1996. ISBN 1-85168-094-2
- ^ a b c Ibnu Katsir, Tafsir Ibnu Katsir, Juz 3: Ali 'Imran ayat 55-58
- ^ https://www.alislam.org/library/articles/death-of-hazrat-jesus/
- ^ Religions of the World: A Comprehensive Encyclopedia of Beliefs and Practices. ABC-CLIO. September 21, 2010. hlm. 55. ISBN 978-1-59884-203-6.
- ^ "Great Schism". Oxford Dictionary of the Christian Church. Oxford University Press. 2005. ISBN 978-0-19-280290-3.
- ^ Metzger, Bruce M.; Coogan, Michael D. (1993). Oxford Companion to the Bible. Oxford University Press. hlm. 649. ISBN 978-0-19-974391-9.
- ^ Grudem, Wayne A. 1994. Systematic theology an introduction to biblical doctrine. Leicester, England: Inter-Varsity Press. Hlm 226
- ^ Nicene and Post-Nicene Fathers, seri kedua, Vol XIV hlm. 207, edisi terjemahan oleh H.R. Percival. http://www.fordham.edu/halsall/basis/ephesus.html
- ^ The Seven Ecumenical Councils of the Undivided Church, terjemahan H. R. Percival, dalam Nicene and Post-Nicene Fathers seri kedua, disunting P. Schaff dan H. Wace, (repr. Grand Rapids MI: Wm. B. Eerdmans, 1955), XIV, hlm. 192-242
- ^ Thomas, and Anton Charles Pegis. 1997. Basic writings of Saint Thomas Aquinas. Indianapolis, Indiana: Hackett Pub. Hlm. 307–309.
- ^ Friedmann, Robert. "Antitrinitarianism". Global Anabaptist Mennonite Encyclopedia. Diakses tanggal October 24, 2012.
- ^ Joyce, George H. (1913). "Blessed Trinity". Dalam Herbermann, Charles. Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company.
- ^ John Philoponus - Tritheism - Stanford Encyclopedia of Philosophy. Retrieved 10 July 2019.
- ^ a b Millet, Robert L. (1992). "Jesus Christ: Overview". Dalam Ludlow, Daniel H. Encyclopedia of Mormonism. New York: Macmillan Publishing. hlm. 724–726. ISBN 978-0-02-879602-4. OCLC 24502140.
- ^ "Arianism". Christian Apologetics and Research Ministry. 2008-12-13. Diakses tanggal 29 November 2013.
- ^ "Newton's Arian beliefs". Scotland: School of Mathematics and Statistics, University of St Andrews.
- ^ Berndt, Guido M.; Steinacher, Roland (2014). Arianism: Roman Heresy and Barbarian Creed. Routledge. ISBN 978-14-09-44659-0.
- ^ Ehrman, Bart D. "The Controversies about Christ: Arius and Alexander". The Bart Ehrman Blog.
- ^ Miano, David (2003), An Explanation of Unitarian Christianity, AUC, hlm. 15
- ^ Drzymala, Daren. 2002. Biblical Christianity. Xulon press. hlm. 122
- ^ "The Watchtower". January 15, 1992: 23.
- ^ Insight on the Scriptures. 2. Watchtower Bible and Tract Society of Pennsylvania. 1988. hlm. 393–394.
- ^ Chapter 138 - Christ at God's Right Hand - JW.org. Retrieved October 18, 2019.
- ^ Robin A. Brace (February 2009). "Who are the 'Iglesia ni Cristo'?". UK Apologetics. Diakses tanggal 2011-06-07.
- ^ Manalo, Eraño G., Fundamental Beliefs of the Iglesia ni Cristo (Church of Christ) (Iglesia ni Cristo; Manila 1989)
- ^ Flint, James; Deb Flint. One God or a Trinity?. Hyderabad: Printland Publishers. ISBN 978-81-87409-61-8.
- ^ Kessler, Ed. "Jesus the Jew". BBC. Diakses tanggal June 18, 2013.
- ^ Norman, Asher (2007). Twenty-six reasons why Jews don't believe in Jesus. Feldheim Publishers. hlm. 59–70. ISBN 978-0-9771937-0-7.
- ^ Simmons, Shraga (March 6, 2004). "Why Jews Do not Believe in Jesus". Aish.com.
- ^ "MALACHI, BOOK OF". Jewish Encyclopedia. Diakses tanggal July 3, 2013.
- ^ "TALMUD". Jewish Encyclopedia. Diakses tanggal July 3, 2013.
- ^ Jesus
- ^ Kessler, Edward; Wenborn, Neil (2005). A Dictionary of Jewish-Christian Relations. Cambridge University Press. hlm. 416. ISBN 978-1-139-44750-8.
- ^ Ali 'Imran (3): 45-46
- ^ Maryam (19): 19
- ^ Maryam (19): 31
- ^ Ali 'Imran (3): 48
- ^ a b Maryam (19): 30
- ^ Al-Baqarah (2): 136
- ^ Ali 'Imran (3): 84
- ^ Az-Zukhruf (43): 59
- ^ An-Nisa' (4): 172
- ^ Al-Ma'idah (5): 75
- ^ Ali 'Imran (3): 59
- ^ Akhtar, Shabbir (31 October 2007). The Quran and the Secular Mind: A Philosophy of Islam. Routledge. ISBN 9781134072569 – via Google Books.
- ^ At-Taubah (9): 31
- ^ Al-Ma'idah (5): 116
- ^ At-Taubah (9): 30
- ^ Al-Ma'idah (5): 17
- ^ Al-Ma'idah (5): 72
- ^ HR. Al-Bukhari (3446)
- ^ HR. Muslim (154)
- ^ HR. Al-Bukhari (3437)
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 872-873.
- ^ Hakim 2006, hlm. 48.
- ^ HR. Al-Bukhari (2968)
- ^ HR. Al-Bukhari (3598)
- ^ HR. Muslim (162-168)
- ^ Wijaya, M. Tatam (11 Desember 2019). "Hamba yang Menjadi Hujjah Allah". NU Online. Diakses tanggal 9 April 2020.
- ^ Ali 'Imran (3): 35
- ^ At-Tahrim (66): 12
- ^ Matius 1: 1–17
- ^ Lukas 3: 23–37
- ^ Robertson, A.T. "Commentary on Luke 3:23". "Robertson's Word Pictures of the New Testament". Broadman Press 1932,33, Renewal 1960.
- ^ Clement of Alexandria, Stromata, hlm. 21,
And in the Gospel according to Matthew, the genealogy which begins with Abraham is continued down to Mary the mother of the Lord.
Victorinus of Pettau, In Apocalypsin (Commentary on the Apocalypse), hlm. 4.7–10,Matthew strives to declare to us the genealogy of Mary, from whom Christ took flesh.
But already the possibility is excluded by Irenaeus, Adversus haereses (Against Heresies), hlm. 3.21.9 - ^ Torrey, R. A. "Tafsiran Lukas 3". "The Treasury of Scriptural Knowledge", 1880.
- ^ "Souvay, Charles. "St. Joachim." The Catholic Encyclopedia. Vol. 8. New York: Robert Appleton Company, 1910. 3 May 2013". Newadvent.org. 1910-10-01. Diakses tanggal 2013-11-03.
- ^ Tarikh Ath-Thabari (1/585, 586)
- ^ Tafsir Ath-Thabari (3/235)
- ^ Tarikh Dimasyq tentang biografi wanita
- ^ Ibnu Katsir 2014, hlm. 786.
- ^ Marshall D. Johnson The Purpose of the Biblical Genealogies with Special Reference to the Setting of the Genealogies of Jesus (Wipf dan Stock, 2002)
- ^ Raymond E. Brown, The Birth of the Messiah (Doubleday, 1977), hlm. 94.
- ^ Marcus J. Borg, John Dominic Crossan, The First Christmas (HarperCollins, 2009) hlm. 95.
- ^ Schochet, Rabbi Prof. Dr. Jacob Immanuel. "Moshiach ben Yossef". Tutorial. moshiach.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 20 Desember 2002. Diakses tanggal 2 December 2012.
- ^ Blidstein, Prof. Dr. Gerald J. "Messiah in Rabbinic Thought". MESSIAH. Jewish Virtual Library and Encyclopaedia Judaica 2008 The Gale Group. Diakses tanggal 2 Desember 2012.
- ^ Telushkin, Joseph. "The Messiah". The Jewish Virtual Library Jewish Literacy. NY: William Morrow and Co., 1991. Dicetak ulang dengan izin penulis. Diakses tanggal 2 Desember 2012.
- ^ Lukas 1: 5
- ^ Lukas 1: 36
- ^ P. H. Davids, "Mary" dalam W. A. Elwell (Gen. Ed.), Encyclopedia Of The Bible, 1988, Volume II, Marshall Pickering: London, hlm. 1411
- ^ E. P. Blair, "Mary Mother Of Jesus " dalam G. A. Buttrick (Ed.), The Interpreter's Dictionary Of The Bible, 1962 (1996 Print), Volume 3, Abingdon Press: Nashville, hlm. 290
- ^ "Elizabeth" dalam G. W. Bromiley (Gen. Ed.), The International Standard Bible Encyclopedia, 1982 (Fully Revised, Illustrated), Volume II, William B. Eerdmans Publishing Company: Grand Rapids (MI), hlm. 73.
- ^ Maryam (19): 28
- ^ Yusuf Ali, The Holy Qur'ān: English Translation Of The Meaning And Commentary, 1410 H, King Fahd Holy Qur'ān Printing Complex: Al-Madinah al-Munawarah, hlm. 860, catatan 2481.
- ^ M. Asad, The Message Of The Qur'an, 1980, Dar al-Andalus: Gibraltar, hlm. 460, catatan 22.
- ^ Yesaya 40: 3
- ^ Cwiekowski 1988, hlm. 79-80.
- ^ Pao 2016, hlm. 65.
- ^ E. Peterson (1959), "Christianus." Dalam: Frühkirche, Judentum und Gnosis, Penerbit: Herder, Freiburg, hlm. 353–372
- ^ a b Shiffman, Lawrence H. (2018). "How Jewish Christians Became Christians". My Jewish Learning.
- ^ a b "Christianity: Severance from Judaism". Jewish Virtual Library. American–Israeli Cooperative Enterprise. 2008. Diakses tanggal 17 December 2018.
- ^ Tomson, Peter J.; Lambers-Petry, Doris, ed. (2003). The Image of the Judaeo-Christians in Ancient Jewish and Christian Literature. Wissenschaftliche Untersuchungen zum Neuen Testament. 158. Tübingen: Mohr Siebeck. hlm. 162. ISBN 3-16-148094-5.
- ^ Fredriksen, Paula (2018). When Christians Were Jews: The First Generation. London: Yale University Press. hlm. 10–11. ISBN 978-0-300-19051-9.
- ^ Kisah Para Rasul 15: 1
- ^ Bokenkotter 2004, hlm. 19–21.
- ^ Hurtado 2005, hlm. 162–65.
- ^ McGrath 2006, hlm. 174–75.
- ^ a b Cross & Livingstone 2005, hlm. 1243–1245.
- ^ Neusner, Jacob (1993). Approaches to Ancient Judaism, New Series: Religious and Theological Studies. Scholars Press. hlm. 149.
- ^ Bisschops, Ralph (January 2017). "Metaphor in Religious Transformation: 'Circumcision of the Heart' in Paul of Tarsus" (PDF). Dalam Chilton, Paul; Kopytowska, Monika. Language, Religion and the Human Mind. New York: Oxford University Press. hlm. 1–30. doi:10.1093/oso/9780190636647.003.0012. ISBN 978-0-19-063664-7. Diakses tanggal 9 July 2019.
- ^ Cross & Livingstone 2005, hlm. 1244.
- ^ Burkett 2002, hlm. 263.
- ^ Keith Akers, The lost religion of Jesus: simple living and nonviolence in early Christianity, Lantern Books, 2000 hlm. 21
- ^ Wylen, Stephen M., The Jews in the Time of Jesus: An Introduction, Paulist Press (1995), ISBN 0-8091-3610-4, hlm. 190-192.
- ^ Dunn, James D.G., Jews and Christians: The Parting of the Ways, A.D. 70 to 135, Wm. B. Eerdmans Publishing (1999), ISBN 0-8028-4498-7, hlm. 33–34.
- ^ Boatwright, Mary Taliaferro & Gargola, Daniel J & Talbert, Richard John Alexander, The Romans: From Village to Empire, Oxford University Press (2004), ISBN 0-19-511875-8, hlm. 426.
- ^ Cohen 1987, hlm. 228.
- ^ Cohen 1987, hlm. 168.
- ^ "Rabbinic Judaism". www.britannica.com. Encyclopedia Britannica.
- ^ Raymond Apple, "Jewish attitudes to Gentiles in the First Century"
- ^ Paula Fredriksen, From Jesus to Christ
- ^ Langan, The Catholic Tradition (1998), hlm.55, 115
- ^ Pagels, Elaine (1979). The Gnostic Gospels. ISBN 0-679-72453-2.
- ^ Ehrman, Bart D. (2005). Lost Christianities: The Battles for Scripture and the Faiths We Never Knew. ISBN 0195182499.
- ^ Harris, Stephen L., Understanding the Bible. Palo Alto: Mayfield. 1985.
- ^ Dauphin (1993). hlm. 235, 240–242.
- ^ "Articles - People Who Have Understood Paul is Anti-Christ's Teachings - Oneness - True Faith". www.wizanda.com. Diakses tanggal May 30, 2020.
- ^ Tolstoy, Leo (1882). Church and State.
This deviation begins from the times of the Apostles and especially from that hankerer after mastership Paul
- ^ Hennacy, Ammon (1970). The Book of Ammon. Hennacy. hlm. 475.
Paul and the Churches
- ^ The Writings of Thomas Jefferson: Being his Autobiography, Correspondence, Reports, Messages, Addresses, and Other Writings, Official and Private. Published by the Order of the Joint Committee of Congress on the Library, from the Original Manuscripts, Deposited in the Department of State, With Explanatory Notes, Tables of Contents, and a Copious Index to Each Volume, as well as a General Index to the Whole, by the Editor H. A. Washington. Vol. VII. Published by Taylor Maury, Washington, D.C., 1854.
- ^ Hindson & Caner 2008, hlm. 280.
- ^ De Young 2004, hlm. 60.
- ^ a b Riddell 2001, hlm. 235.
- ^ a b Waardenburg 1999, hlm. 276.
- ^ Waardenburg 1999, hlm. 255.
- ^ De Young 2004, hlm. 64.
- ^ Adang 1996, hlm. 105–06.
- ^ Anthony 2011, hlm. 68.
- ^ Brann 2010, hlm. 65–66.
- ^ David Wenham, "Paul: Follower of Jesus or Founder of Christianity?"
- ^ L. Michael White, "From Jesus to Christianity"
- ^ F. F. Bruce, "Paul & Jesus"
- ^ Machen, J. Gresham. "The Origin of Paul's Religion"
- ^ Rowland 1985, hlm. 194.
- ^ Roberto Tottoli Biblical Prophets in the Qur'an and Muslim Literature Routledge, 11 Jan 2013 ISBN 978-1-136-12314-6 hlm. 121
- ^ Hakim 2006, hlm. 103-104.
- ^ a b Warren Larson Jesus in Islam and Christianity: Discussing the Similarities and the Differences hlm. 335
- ^ HR. Muslim
- ^ Hakim 2006, hlm. 22.
- ^ HR. Muslim no. 156
- ^ HR. Bukhari no. 3448
- ^ HR. Muslim no. 155
- ^ Hakim 2006, hlm. 108-113.
Daftar pustaka
- Adang, Camilla (1996). Muslim Writers on Judaism and the Hebrew Bible: From Ibn Rabban to Ibn Hazm. Brill. ISBN 978-90-04-10034-3.
- Albertz, Rainer (1994a). A History of Israelite Religion, Volume I: From the Beginnings to the End of the Monarchy. Westminster John Knox.
- Anthony, Sean (2011). The Caliph and the Heretic: Ibn Sabaʾ and the Origins of Shīʿism. Brill. ISBN 978-90-04-21606-8.
- Betz, Arnold Gottfried (2000). "Monotheism". Dalam Freedman, David Noel; Myer, Allen C. Eerdmans Dictionary of the Bible. Eerdmans. ISBN 9053565035.
- Bokenkotter, Thomas (2004), A Concise History of the Catholic Church (edisi ke-Revised and expanded), Doubleday, ISBN 0-385-50584-1
- Brown, Schuyler. The Origins of Christianity: A Historical Introduction to the New Testament. Oxford University Press (1993). ISBN 0-19-826207-8
- Brann, Ross (2010). Power in the Portrayal: Representations of Jews and Muslims in Eleventh- and Twelfth-Century Islamic Spain. Princeton University Press. ISBN 978-0-691-14673-7.
- Burkett, Delbert (2002), An Introduction to the New Testament and the Origins of Christianity, Cambridge University Press, ISBN 978-0-521-00720-7
- Cox, Steven L.; Easley, Kendell H (2007). Harmony of the Gospels. B&H Publishing Group. ISBN 978-0-8054-9444-0.
- Cohen, Shaye J.D. (1987), From the Maccabees to the Mishnah, The Westminster Press, ISBN 0-664-25017-3
- Cross, F. L.; Livingstone, E. A., ed. (2005), The Oxford Dictionary of the Christian Church (edisi ke-3rd Revised), Oxford: Oxford University Press, hlm. 1243–45, ISBN 978-0-19-280290-3
- Cwiekowski, Frederick J. (1988), The Beginnings of the Church, Paulist Press
- Deedat, Ahmed (2007). The Choice: Dialog Islam-Kristen. Diterjemahkan oleh Setiawan Budi Utomo. Jakarta: Pustaka Al-Kautsar. ISBN 979-592-118-5.
- De Young, James (2004). Terrorism, Islam, and Christian Hope: Reflections on 9-11 and Resurging Islam. Wipf and Stock. ISBN 978-1-59752-005-8.
- Dunn, James D.G. (2003). Jesus Remembered. Wm. B. Eerdmans Publishing. ISBN 978-0-8028-3931-2.
- Geneva Press (2008), The Presbyterian Handbook for Pastors, Louiseville, Kentucky: Geneva Press, ISBN 978-0-664-50299-7
- Green, Joel B.; McKnight, Scot; Marshall, I. Howard (1992). Dictionary of Jesus and the Gospels. InterVarsity Press. hlm. 442. ISBN 978-0-8308-1777-1.
- Hakim, Manshur Abdul (2006). Kiamat: Tanda-Tandanya Menurut Islam, Kristen, dan Yahudi. Diterjemahkan oleh Abdul Hayyie Al-Kattani, Uqinu Attaqi. Jakarta: Gema Insani Press. ISBN 979-56-0106-7.
- Hindson, Ed; Caner, Ergun (2008). The Popular Encyclopedia of Apologetics: Surveying the Evidence for the Truth of Christianity. Harvest House. ISBN 978-0-7369-3635-4.
- Hurtado, Larry (2005), Lord Jesus Christ: Devotion to Jesus in Earliest Christianity, Wm. B. Eerdmans Publishing, ISBN 978-0-8028-3167-5
- Ibnu Katsir (2014). Kisah-Kisah Para Nabi. Diterjemahkan oleh Muhammad Zaini. Surakarta: Insan Kamil Solo. ISBN 978-602-6247-11-7.
- Pao, David W. (2016), Acts and the Isaianic New Exodus, Wipf and Stock Publishers
- Maier, Paul L. (1998). "Herod and the Infants of Bethlehem". Dalam Summers, Ray; Vardaman, Jerry. Chronos, Kairos, Christos II: Chronological, Nativity, and Religious Studies in Memory of Ray Summers. Mercer University Press. ISBN 978-0-86554-582-3.
- McGrath, Alister E. (2006), Christianity: An Introduction, Wiley-Blackwell, ISBN 1-4051-0899-1
- Reynolds, Gabriel Said (29 November 2007). The Quran in its Historical Context. Taylor & Francis. ISBN 978-0-415-42899-6. Diakses tanggal 6 November 2012.
- Riddell, Peter G. (2001). Islam and the Malay-Indonesian World: Transmission and Responses. University of Hawaii Press. ISBN 978-0-8248-2473-0.
- Rowland, Christopher (1985), Christian Origins: An Account of the Setting and Character of the Most Important Messianic Sect of Judaism, SPCK, ISBN 9780281041107
- Waardenburg, Jacques (1999). Muslim Perceptions of Other Religions: A Historical Survey. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-535576-5.
- Wellhausen, Julius (2001). The Pharisees and the Sadducees. Macon: Mercer University Press. ISBN 978-0-86554-729-2.