Jawa Barat
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Jawa Barat | |
---|---|
Motto: "Gemah Ripah Repeh Rapih" (Bahasa Sunda: "Makmur Sentosa Sederhana Rapi") | |
Negara | Indonesia |
Ibu kota | Bandung |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Gubernur | H. Ahmad Heryawan |
Luas | |
• Total | 34,816,96 km² [1] km2 (Formatting error: invalid input when rounding sq mi) |
Populasi | |
• Total | 39,140,812 (2.004) [1] |
Demografi | |
• Agama | Islam (96,51%), Protestan (1,24%), Katolik (0,70%), Buddha (0,24%), Hindu (0,10%). |
• Bahasa | Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, Bahasa Betawi |
Kode Kemendagri | 32 |
Kode BPS | 32 |
Situs web | http://www.jabarprov.go.id |
Jawa Barat adalah sebuah provinsi di Indonesia. Ibu kotanya berada di Kota Bandung. Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Bagian barat laut provinsi Jawa Barat berbatasan langsung dengan Daerah Khusus Ibukota Jakarta, ibu kota negara Indonesia. Pada tahun 2000, Provinsi Jawa Barat dimekarkan dengan berdirinya Provinsi Banten, yang berada di bagian barat. Saat ini terdapat wacana untuk mengubah nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Pasundan, dengan memperhatikan aspek historis wilayah ini.[2][3]
Sejarah
Temuan arkeologi tertua mengenai penghuni Jawa Barat ditemukan di Anyer dengan ditemukannya budaya logam perunggu dan besi dari sebelum milenium pertama. Gerabah tanah liat prasejarah zaman Buni (Bekasi kuno) dapat ditemukan merentang dari Anyer sampai Cirebon.
Jawa Barat pada abad ke 5 merupakan bagian dari Kerajaan Tarumanagara. Prasasti peninggalan Kerajaan Tarumanagara banyak tersebar di Jawa Barat. Ada tujuh prasasti yang ditulis dalam aksara Wengi (yang digunkan dalam masa Palawa India) dan bahasa Sansakerta yang sebagian besar menceritakan para raja Tarumanagara.
Setelah runtuhnya kerajaan Tarumanagara akibat serangan kerajaan Sriwijaya berdasarkan prasasti Kota Kapur (Tahun 686), kekuasaan di bagian barat Pulau Jawa dari Ujung Kulon sampai Kali Ciserayu dilanjutkan oleh Kerajaan Sunda. Salah satu prasasti dari zaman Kerajaan Sunda adalah prasasti Kebon Kopi II yang berasal dari tahun 932. Kerajaan sunda beribukota di Pakuan Pajajaran (sekarang kota Bogor).
Pada abad ke-16, Kesultanan Demak tumbuh menjadi ancaman kepada Kerajaan Sunda. Pelabuhan Cirebon lepas dari Kerajaan Sunda atas bantuan Kesultanan Demak. Pelabuhan Cirebon kemudian menjadi Kesultanan Cirebon yang memisahkan diri dari Kerajaan Sunda. Pelabuhan Banten juga lepas ke tangan Kesultanan Cirebon dan kemudian menjadi Kesultanan Banten. Untuk menghadapi ancaman Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak, Sri baduga Maharaja, raja Sunda saat itu meminta putranya, Surawisesa untuk membuat perjanjian pertahanan keamanan dengan bangsa Portugis di Malaka untuk mencegah jatuhnya pelabuhan utama, yaitu Sunda Kalapa kepada Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak. Pada saat Surawisesa menjadi raja Sunda, dengan gelar Prabu Surawisesa Jayaperkosa, perjanjian pertahanan keamanan Sunda-Portugis, yang dikenal dengan Luso-Sundanese Treaty, ditandatangani dalam tahun 1512. Sebagai imbalannya, Portugis diberi akses untuk membangun benteng dan gudang di Sunda Kalapa serta akses untuk perdagangan di sana. Untuk merealisasikan perjanjian pertahanan keamanan tersebut, pada tahun 1522 didirikan suatu monumen batu yang disebut Padrao di tepi sungai Ciliwung di sekitar daerah Tugu.
Meskipun perjanjian pertahanan keamanan dengan Portugis telah dibuat, pelaksanaannya tidak dapat terwujud karena pada tahun 1527 pasukan aliansi Cirebon - Demak, dibawah pimpinan Fatahilah atau Paletehan, menyerang dan menaklukkan pelabuhan Sunda Kalapa. Perang antara Kerajaan Sunda dan aliansi Cirebon - Demak berlangsung lima tahun sampai akhirnya pada tahun 1531 dibuat suatu perjanjian damai antara Prabu Surawisesa dengan Sunan Gunung Jati dari Kesultanan Cirebon.
Dari tahun 1567 sampai 1579, dibawah pimpinan Raja Mulya, alias Prabu Surya Kencana, Kerajaan Sunda mengalami kemunduran besar dibawah tekanan Kesultanan Banten. Setelah tahun 1576, kerajaan Sunda tidak dapat mempertahankan Pakuan Pajajaran, ibu kota Kerajaan Sunda, dan akhirnya jatuh ke tangan Kesultanan Banten. Zaman pemerintahan Kesultanan Banten, wilayah Priangan jatuh ke tangan Kesultanan Mataram.
Jawa Barat sebagai pengertian administratif mulai digunakan pada tahun 1925 ketika Pemerintah Hindia Belanda membentuk Provinsi Jawa Barat. Pembentukan provinsi itu sebagai pelaksanaan Bestuurshervormingwet tahun 1922, yang membagi Hindia Belanda atas kesatuan-kesatuan daerah provinsi. Sebelum tahun 1925, digunakan istilah Soendalanden (Tatar Soenda) atau Pasoendan, sebagai istilah geografi untuk menyebut bagian Pulau Jawa di sebelah barat Sungai Cilosari dan Citanduy yang sebagian besar dihuni oleh penduduk yang menggunakan bahasa Sunda sebagai bahasa ibu.
Pada 17 Agustus 1945, Jawa Barat bergabung menjadi bagian dari Republik Indonesia.
Pada tanggal 27 Desember 1949 Jawa Barat menjadi Negara Pasundan yang merupakan salah satu negara bagian dari Republik Indonesia Serikat sebagai hasil kesepakatan tiga pihak dalam Konferensi Meja Bundar: Republik Indonesia, Bijeenkomst voor Federaal Overleg (BFO), dan Belanda. Kesepakatan ini disaksikan juga oleh United Nations Commission for Indonesia (UNCI) sebagai perwakilan PBB.
Namun Jawa Barat kembali bergabung dengan Republik Indonesia pada tahun 1950.
Geografi
Provinsi Jawa Barat berada di bagian barat Pulau Jawa. Wilayahnya berbatasan dengan Laut Jawa di utara, Jawa Tengah di timur, Samudra Hindia di selatan, serta Banten dan DKI Jakarta di barat.
Kawasan pantai utara merupakan dataran rendah. Di bagian tengah merupakan pegunungan, yakni bagian dari rangkaian pegunungan yang membujur dari barat hingga timur Pulau Jawa. Titik tertingginya adalah Gunung Ciremay, yang berada di sebelah barat daya Kota Cirebon. Sungai-sungai yang cukup penting adalah Sungai Citarum dan Sungai Cimanuk, yang bermuara di Laut Jawa.
Penduduk
Jawa Barat merupakan provinsi dengan jumlah penduduk terbanyak di Indonesia. Daerah dengan kepadatan penduduk terbesar berada di dekat Jakarta. Bandung, ibukota provinsi Jawa Barat merupakan kota dengan jumlah penduduk terbesar ketiga di Indonesia setelah Jakarta dan Surabaya.
Sebagian besar penduduk Jawa Barat adalah Suku Sunda, yang bertutur menggunakan Bahasa Sunda. Di beberapa kota di pesisir utara, dituturkan bahasa Jawa dialek Cirebon, yang mirip dengan Bahasa Banyumasan dialek Brebes. Di daerah perbatasan dengan DKI Jakarta seperti sebagian Bekasi, sebagian Depok, dan Kabupaten Bogor bagian utara dituturkan bahasa Indonesia dialek Betawi.
Akibat urbanisasi, penduduk di daerah sekitar Jakarta terdiri dari berbagai etnis di Indonesia, termasuk Suku Jawa, Suku Batak, dan Suku Minang.
Pendidikan
Perguruan Tinggi Negeri
- Universitas Indonesia (UI), Kota Depok.
- Institut Teknologi Bandung (ITB), Bandung.
- Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati (UIN Bandung), Bandung
- Universitas Padjadjaran (Unpad), dengan lokasi kampus di,Bandung dan Sumedang.
- Universitas Pendidikan Indonesia (UPI), d/h IKIP Bandung, Bandung.
- Institut Pertanian Bogor (IPB), Bogor.
- Sekolah Tinggi Kesejahteraan Sosial (STKS Bandung), Bandung.
- Sekolah Tinggi Seni Indonesia Bandung (STSI Bandung), d/h ASTI Bandung, Bandung.
- Politeknik Negeri Bandung (POLBAN), d/h Politeknik ITB Bandung,Bandung.
- Politeknik Manufaktur Bandung (POLMAN), d/h Politeknik Mekanik Swis-ITB Bandung, Bandung.
Perguruan Tinggi Swasta
- Institut Teknologi Nasional (Itenas), di Bandung
- Institut Agama Islam Cipasung (IAIC), di Tasikmalaya
- Institut Teknologi Telkom (IT Telkom), di Bandung
- Universitas Katolik Parahyangan (Unpar),di Bandung
- Universitas Kristen Maranatha ,di Bandung
- Universitas Islam Bandung (Unisba),di Bandung
- Universitas Pasundan (Unpas), di Bandung
- Universitas Siliwangi (unsil), di Tasikmalaya
- Universitas Galuh (unigal), di Ciamis
- Universitas Ibn Khaldun Bogor (UIKA), di Bogor
- Universitas Pakuan (Unpak), di Bogor
Pemerintahan
Jawa Barat terdiri atas 17 kabupaten dan 9 kota. Kota-kota hasil pemekaran sejak tahun 1996 adalah:
- Kota Bekasi, dimekarkan dari Kabupaten Bekasi pada tahun 1996
- Kota Depok, dimekarkan dari Kabupaten Bogor pada tahun 1999
- Kota Cimahi, dimekarkan dari Kabupaten Bandung pada tahun 2001
- Kota Tasikmalaya, dimekarkan dari Kabupaten Tasikmalaya pada tahun 2001
- Kota Banjar, dimekarkan dari Kabupaten Ciamis pada tahun 2002
- Kabupaten Bandung Barat, dimekarkan dari Kabupaten Bandung tahun 2007
Gubernur Jawa Barat saat ini adalah Ahmad Heryawan.
Kabupaten dan Kota
Daftar gubernur
Meski tidak secara berturut-turut, Gubernur Jawa Barat selalu ditunjuk untuk menduduki jabatan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia pada masa Orde Lama hingga Orde Baru. Berikut merupakan daftar Gubernur Jawa Barat secara definitif sejak tahun 1945.[6]
Gubernur Jawa Barat | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Gubernur | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Sutardjo Kertohadikusumo (1892–1976) |
Parindra | 19 Agustus 1945 | Desember 1945 | I | Jusuf Adiwinata 1945–1949 |
||||
2 | Datuk Djamin (1903–1957) |
Independen | Desember 1945 | Juni 1946 | 0–1 tahun | II | ||||
3 | Murdjani (1905–1956) |
Parindra | Juni 1946 | 1 April 1947 | 0–1 tahun | III | ||||
4 | Sewaka (1895–1967) |
Parindra | 1 April 1947 | 25 April 1951 | 4 tahun, 24 hari | IV | Ipik Gandamana 1949–1952 |
[7] | ||
25 April 1951 | 9 Mei 1951 | 138 hari | V | [8][9] | ||||||
Sewaka (dibebaskan dari jabatannya) |
9 Mei 1951 | 10 September 1951 | 124 hari | |||||||
5 | Sanusi Hardjadinata (1914–1995) |
PNI | 1 Juli 1951 | 9 April 1957 | 5 tahun, 282 hari | VI | ||||
Lowong | 9 April 1957 | 1 Juli 1957 | 83 hari | Tidak ada | ||||||
6 | Ipik Gandamana (1906–1979) |
IPKI | 1 Juli 1957 | 6 Februari 1960 | 5 tahun, 282 hari | VII | Lowong | |||
7 | Mashudi (1921–2005) |
ABRI–Angkatan Darat | 6 Februari 1960 | 25 April 1967 | 7 tahun, 78 hari | VIII |
|
|||
25 April 1967 | 14 Februari 1970 | 2 tahun, 295 hari | IX | [10] | ||||||
8 | Solihin G. P. (1926–2024) |
ABRI–Angkatan Darat | 14 Februari 1970 | 14 Februari 1975 | 5 tahun, 0 hari | X (1970) |
Achmad Nashuhi 1967–1973 |
|||
9 | Aang Kunaefi (1922–1999) |
ABRI–Angkatan Darat | 14 Februari 1975 | 19 Mei 1980 | 5 tahun, 95 hari | XI (1975) |
Suhud Warnaen 1978–1980 |
|||
19 Mei 1980 | 22 Mei 1985 | 5 tahun, 3 hari | XII (1980) |
|||||||
10 | Yogie Suardi Memet (1929–2007) |
Golkar | 22 Mei 1985 | 22 Mei 1990 | 5 tahun, 0 hari | XIII (1985) |
[11][12] | |||
22 Mei 1990 | 22 Mei 1993 | 3 tahun, 0 hari | XIV (1990) |
[13] | ||||||
11 | Nana Nuriana (1938–2024) |
Golkar | 22 Mei 1993 | 13 Juni 1998 | 5 tahun, 22 hari | XV (1993) |
[14] | |||
13 Juni 1998 | 13 Juni 2003 | 5 tahun, 0 hari | XVI (1998) |
|||||||
12 | Danny Setiawan (lahir 1945) |
Golkar | 13 Juni 2003 | 13 Juni 2008 | 5 tahun, 0 hari | XVII (2003) |
Nu'man Abdul Hakim 2003–2008 |
[15] | ||
13 | Ahmad Heryawan (lahir 1966) |
PKS | 13 Juni 2008 | 13 Juni 2013 | 5 tahun, 0 hari | XVIII (2008) |
Dede Yusuf 2008–2013 |
[16][17] | ||
13 Juni 2013 | 13 Juni 2018 | 5 tahun, 0 hari | XIX (2013) |
Deddy Mizwar 2013–2018 |
[18][19] | |||||
14 | Ridwan Kamil (lahir 1971) |
Independen | 5 September 2018 | 5 September 2023 | 5 tahun, 0 hari | XX (2018) |
Uu Ruzhanul Ulum 2018–2023 |
[20][21] | ||
Golkar (sejak Feb. 2023) |
Perwakilan
Jawa Barat memiliki 91 wakil di DPR RI dari 11 daerah pemilihan dan empat wakil di DPD.
DPRD Jawa Barat hasil Pemilihan Umum Legislatif 2009 tersusun dari 10 partai, dengan perincian sebagai berikut:
Partai | Kursi | % |
---|---|---|
Partai Demokrat | 38 | 34,9 |
Partai Golkar | 16 | 14,7 |
PDI-P | 15 | 13,8 |
PKS | 13 | 11,9 |
PPP | 8 | 7,3 |
Partai Gerindra | 8 | 7,3 |
PAN | 5 | 4,6 |
Partai Hanura | 3 | 2,8 |
PKB | 2 | 1,8 |
PKPB | 1 | 0,9 |
Total | 109 | 100,0 |
Pariwisata, Seni, dan Budaya
Pariwisata
Objek-objek wisata yang menarik dan banyak dikunjungi di daerah Jawa Barat:
- Pantai Pangandaran, Ciamis
- Pantai Pelabuhan Ratu, Sukabumi
- Gunung Tangkuban Perahu
- Puncak, Bogor - Cianjur
- Ciater, Subang
- Linggajati, kuningan
- Kebun Raya Bogor
- Taman Safari Indonesia
- Taman Wisata Mekarsari
- Keraton Kasepuhan, Cirebon
- Keraton Kanoman Cirebon
- Situ Patenggang, Ciwidey
- Cipanas, Garut
- Pantai Ujung Genteng, Sukabumi
- Taman Hutan Raya Ir. H. Djuanda, Bandung
- Kebun Raya Cibodas
- Waduk Jatiluhur, Purwakarta
- Taman Bunga Nusantara, Cianjur
- Observatorium Bosscha, Bandung
Kesenian
Makanan
Lihat pula
Pranala luar
- (Indonesia) Situs resmi
- (Indonesia) Profil Demografi Jabar
- (Indonesia) Profil Ekonomi Jabar
- (Indonesia) Profil Wisata Jabar
- (Indonesia) Ekonomi Regional Jabar
- (Indonesia) Statistik Regional Jabar
Referensi
- ^ a b Sekilas Jabar
- ^ http://news.okezone.com/read/2009/10/28/340/270205/tokoh-jabar-siapkan-deklarasi-provinsi-pasundan Tokoh Jawa Barat siapkan deklarasi Provinsi Pasundan
- ^ http://www.radarcirebon.com/nasional/nasional/284-deklarasi-provinsi-pasundan-.html
- ^ "Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan (Permendagri No.137-2017) - Kementerian Dalam Negeri - Republik Indonesia". www.kemendagri.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-29. Diakses tanggal 2018-07-10.
- ^ "Data Sensus Penduduk per Semester 2 (31 Desember 2023)". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. 1 Januari 2024. Diakses tanggal 1 April 2024.
- ^ "Jabar dalam Grafis: Sejarah Pemimpin". Pemerintah Provinsi Jawa Barat. 2014. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-11-28. Diakses tanggal 12 Mei 2018.
- ^ "Keputusan Presiden Nomor 60 Tahun 1951 Tentang Pengangkatan Saudara Sewaka sebagai Gubernur Kepala Daerah Propinsi Otonom Jawa Barat" (PDF). Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 25 April 1951. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2020-06-09. Diakses tanggal 18 November 2019.
- ^ "Arsip Keputusan Presiden". Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia. Jaringan Dokumentasi dan Informasi Hukum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-09. Diakses tanggal 2020-06-09.
- ^ "Ketetapan Presiden Nomor 177 Tahun 1951 Tentang Perberhentian Kepala Daerah Jawa Barat" (PDF). Sistem Informasi Perundangan-undangan Sekretariat Kabinet. Sekretariat Kabinet Republik Indonesia. 10 September 1951. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2017-11-07. Diakses tanggal 12 Mei 2018.
- ^ Abdullah, Taufik; Rahardjo, Supratnikno; Abdurrachman, Sukri; Gunawan, Restu (2012). Malam Bencana 1965: Dalam Belitan Krisis Nasional. Yayasan Pustaka Obor Indonesia. hlm. 76. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-19. Diakses tanggal 2023-03-19.
- ^ "Dilantik". Tempo.co. 1985-05-25. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-09-10. Diakses tanggal 2022-07-15.
- ^ "Target Gubernur Yogie". Tempo.co. 1985-05-25. Diakses tanggal 2022-04-29.
- ^ "Pelantikan". Tempo.co. 1990-05-19. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-19. Diakses tanggal 2022-04-29.
- ^ "Pelantikan". Tempo.co. 1993-05-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-06-21. Diakses tanggal 2020-06-18.
- ^ ORS; Hidayat, Patria (22 Mei 2003). "Dani Setiawan-Nu`man Abdul, Gubernur dan Wagub Jabar". Liputan6.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-24. Diakses tanggal 13 Juni 2018.
- ^ A15; MHF; BAY (23 April 2008). "Heryawan Terpilih sebagai Gubernur Jawa Barat". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-09. Diakses tanggal 3 Juni 2018.
- ^ KPL; RIF, ed. (22 April 2008). "Hade Resmi Jadi Gubernur dan Wagub Jabar Terpilih". Merdeka.com. Diakses tanggal 3 Juni 2018.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Kuswandi, Rio (13 Juni 2013). Wadrianto, Glori K., ed. "Heryawan Resmi Dilantik sebagai Gubernur Jabar". Kompas.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-13. Diakses tanggal 13 Juni 2018.
- ^ TYA; AVI (13 Juni 2013). "Ahmad Heryawan-Deddy Mizwar Resmi Jadi Gubernur dan Wagub Jabar". detikcom. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-06-13. Diakses tanggal 13 Juni 2018.
- ^ Ramdhani, Dendi (24 Juli 2018). Susanti, Reni, ed. "Ridwan Kamil-Uu Ruzhanul Resmi Jadi Gubernur dan Wagub Jabar Terpilih". Kompas.com. Bandung. Diakses tanggal 13 Juni 2018.
- ^ "Pelantikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil dan Delapan Kepala Daerah Lain Diwarnai Kirab". Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Bandung. Jakarta. 5 September 2018. Diakses tanggal 29 April 2023.