Kerajaan Siau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Glorious Engine (bicara | kontrib)
Baris 7: Baris 7:


Kerajaan tersebut mula-mula mengenal agama Kristen melalui missionaris-missionaris Katolik yang datang ke [[Sulawesi Utara]] dan [[Maluku Utara]] dari tahun 1511 dan 1522. Menurut sejarawan [[Sem Narande]] dalam “Vadu La Paskah”, Raja Posuma dibaptis menjadi Katolik di sungai besar di Kota Manado bersama 1500 orang rakyat dan Raja Manado Kinalang Damopolii. Diego de Magelhaes datang bersama expedisi Panglima Portugis Heurique de Sa yang membawa 2 kapal.<ref name="kristen"/>
Kerajaan tersebut mula-mula mengenal agama Kristen melalui missionaris-missionaris Katolik yang datang ke [[Sulawesi Utara]] dan [[Maluku Utara]] dari tahun 1511 dan 1522. Menurut sejarawan [[Sem Narande]] dalam “Vadu La Paskah”, Raja Posuma dibaptis menjadi Katolik di sungai besar di Kota Manado bersama 1500 orang rakyat dan Raja Manado Kinalang Damopolii. Diego de Magelhaes datang bersama expedisi Panglima Portugis Heurique de Sa yang membawa 2 kapal.<ref name="kristen"/>

Dari masa kekuasaan Raja Siau ketiga Don Geronimo Winsulangi hingga Raja Siau keempat Don Fransiscus Xavirius Batahi, kerajaan Siau mencakup daerah-daerah di bagian selatan [[Sangihe]], pulau Kabaruan ([[Talaud]]), pulau [[Tagulandang]], pulau-pulau [[teluk Manado]] dan wilayah pesisir jazirah [[Sulawesi Utara]] (sekarang [[Minahasa Utara]]), serta ke wilayah [[kerajaan Bolangitan]] atau Kaidipang ([[Bolaang Mongondow Utara]]) bahkan sampai ke [[Leok Buol]]. Pengganti Raja Batahi adalah Raja Raramenusa yang menjadi Raja Siau pertama yang memeluk agama [[Kristen Protestan]].<ref name="kristen"/>


Kerajaan tersebut dipimpin secara beruntun oleh 21 raja dan meninggalkan sebuah peninggalan berupa Kompleks Makam Raja Lokomnabua.<ref>https://manado.tribunnews.com/2011/03/29/menelusuri-kejayaan-kerajaan-siau-1</ref>
Kerajaan tersebut dipimpin secara beruntun oleh 21 raja dan meninggalkan sebuah peninggalan berupa Kompleks Makam Raja Lokomnabua.<ref>https://manado.tribunnews.com/2011/03/29/menelusuri-kejayaan-kerajaan-siau-1</ref>

Revisi per 7 November 2019 02.05

Kerajaan Siau adalah sebuah kerajaan yang terletak di Sulawesi Utara yang didirikan oleh raja pertamanya Lokombanua II atau Lokongbanua II pada 1510 sampai akhir masa kekuasaan Raja Siau Ch David pada tahun 1956. Menurut Barta1, kerajaan tersebut adalah kerajaan Kristen kedua yang berdiri di Nusantara setelah Kerajaan Larantuka yang berdiri di Flores Timur.[1]

Sejarah

Lokongbanua II mula-mula mendirikan kerajaan Siau pada tahun 1510 melalui musyawarah mufakat para kulano. Lobongbanua II kemudian memerintah kerajaan Siau dari 1510 sampai 1545.[2] Lokongbanua II kemudian digantikan oleh anaknya, Posuma.[3]

Kerajaan tersebut mula-mula mengenal agama Kristen melalui missionaris-missionaris Katolik yang datang ke Sulawesi Utara dan Maluku Utara dari tahun 1511 dan 1522. Menurut sejarawan Sem Narande dalam “Vadu La Paskah”, Raja Posuma dibaptis menjadi Katolik di sungai besar di Kota Manado bersama 1500 orang rakyat dan Raja Manado Kinalang Damopolii. Diego de Magelhaes datang bersama expedisi Panglima Portugis Heurique de Sa yang membawa 2 kapal.[1]

Dari masa kekuasaan Raja Siau ketiga Don Geronimo Winsulangi hingga Raja Siau keempat Don Fransiscus Xavirius Batahi, kerajaan Siau mencakup daerah-daerah di bagian selatan Sangihe, pulau Kabaruan (Talaud), pulau Tagulandang, pulau-pulau teluk Manado dan wilayah pesisir jazirah Sulawesi Utara (sekarang Minahasa Utara), serta ke wilayah kerajaan Bolangitan atau Kaidipang (Bolaang Mongondow Utara) bahkan sampai ke Leok Buol. Pengganti Raja Batahi adalah Raja Raramenusa yang menjadi Raja Siau pertama yang memeluk agama Kristen Protestan.[1]

Kerajaan tersebut dipimpin secara beruntun oleh 21 raja dan meninggalkan sebuah peninggalan berupa Kompleks Makam Raja Lokomnabua.[4]

Literatur asing yang membicarakan Kerajaan Siau diantaranya karya D. Brilman “Onze Zendingsvelden De Zending op de Sangi – en Talaud- eilanden”, diterjemahkan oleh GMIST menjadi “Wilayah- wilayah Zending Kita, Zending di Kepulaun Sangi dan Talaud”. Antonio Pigaffeta, “Primer Viaje en Torno del Mondo”, “The Suma Oriental of Tom Pires and the Book of Fransidco Rodriques” Armendo Cortesao.[3]

Referensi