Sunan Gunung Jati: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Marbath (bicara | kontrib)
meluruskan sejarah Sunan Gunung Jati yang benar
Baris 23: Baris 23:
== Silsilah ==
== Silsilah ==


Syarif Hidayatullah adalah putra dari [[Syarif Abdullah Umdatuddin]] bin [[Ali Nurul Alam]] yang menikah dengan [[Nyi Mas]] [[Rara Santang]] putri dari [[Jayadewata]] yang bergelar [[Sri Baduga Maharaja]] yang setelah menikah dengan Syarif Abdullah bergelar ''Syarifah Mudaim''. Ayah Syarif Hidayatullah adalah seorang penguasa [[Mesir]], putra dari Ali Nurul Alim bin [[Jamaluddin Akbar al-Husaini]], seorang keturunan dari Rasulullah dari sayyid fam [[Husain bin Ali|Al-Husaini]]
Syarif Hidayatullah adalah putra dari [[Syarif Abdullah Umdatuddin]] bin [[Ali Nurul Alam]] yang menikah dengan [[Nyi Mas]] [[Rara Santang]] putri dari [[Jayadewata]] yang bergelar [[Sri Baduga Maharaja]] yang setelah menikah dengan Syarif Abdullah bergelar ''Syarifah Mudaim''. Ayah Syarif Hidayatullah adalah seorang penguasa [[Mesir]], putra dari Ali Nurul Alim bin [[Jamaluddin Akbar al-Husaini]], seorang keturunan dari Rasulullah dari sayyid fam [[Husain bin Ali|Al-Husaini]].


=== Silsilah Sunan Gunung Jati Dalam [[Pustaka Nagarakretabhumi]]<ref name=nasiruddin>Pangeran Raja (PR) Nasiruddin. 1680. Negara Kertabumi. [[Cirebon]]: [[kesultanan Cirebon]]</ref> ===
Pada masa lalu terdapat puluhan naskah yang menjelaskan tentang silsilah Syarif Hidayatullah yang diklaim oleh beberapa pihak dan menimbulkan [[kesimpangsiuran]] sehingga pada masa pertemuan agung para [[cendekiawan]], [[sejarawan]], [[bangsawan]] dan [[alim]] [[ulama]] se[[nusantara]] dan [[mancanegara]] ([[bahasa Cirebon]]: Gotra Sawala) pertama yang dimulai pada tahun 1677 di [[Cirebon]] maka [[Pangeran Raja]] Nasiruddin (bergelar [[Naskah Wangsakerta|Wangsakerta]]) mengadakan penelitian dan penelusuran serta pengkajian naskah-naskah tersebut bersama para ahli-ahli di bidangnya.

Hasilnya pada tahun 1680 disusunlah [[Pustaka Nagarakretabhumi]] yang di dalamnya memuat bab tentang silsilah Syarif Hidayatullah (Tritiya Sarga) yang sudah diluruskan dari kesimpangsiuran klaim oleh banyak pihak.

=== Pelurusan Sejarah Silsilah Dalam [[Pustaka Nagarakretabhumi]] versi keturunan Ubaidillah bin Ahmad<ref name=nasiruddin>Pangeran Raja (PR) Nasiruddin. 1680. Negara Kertabumi. [[Cirebon]]: [[kesultanan Cirebon]]</ref> ===


Penelusuran sejarah tentang asal-usul Syarief Hidayatullah telah dilakukan oleh Pangeran Raja (PR) Nasiruddin dengan melakukan penelitian terhadap naskah naskah yang ada dengan dibantu oleh para ahli di bidangngnya dalam pertemuan agung [[Gotra Sawala]] pertama di [[Cirebon]], penelusuran tersebut menghasilkan sebuah kitab yang diberi nama [[Pustaka Nagarakretabhumi]] yang memuat bab tentang silsilah Syarief Hidayatullah dalam Tritiya Sarga, isinya sebagai berikut:
Penelusuran sejarah tentang asal-usul Syarief Hidayatullah telah dilakukan oleh Pangeran Raja (PR) Nasiruddin dengan melakukan penelitian terhadap naskah naskah yang ada dengan dibantu oleh para ahli di bidangngnya dalam pertemuan agung [[Gotra Sawala]] pertama di [[Cirebon]], penelusuran tersebut menghasilkan sebuah kitab yang diberi nama [[Pustaka Nagarakretabhumi]] yang memuat bab tentang silsilah Syarief Hidayatullah dalam Tritiya Sarga, isinya sebagai berikut:
Baris 57: Baris 53:
* Sayyidah [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] Al-Zahra' RA
* Sayyidah [[Fatimah az-Zahra|Fatimah]] Al-Zahra' RA
* Nabi [[Muhammad]] Rasulullah SAW
* Nabi [[Muhammad]] Rasulullah SAW
* [[Abdullah bin Abdul Muthalib|Abdullah]]
* [[Abdul Muthalib]]
* [[Hasyim bin Abdu Manaf |Hasyim]]
* [[Abdu Manaf bin Qushay|Abdul Manaf]]
* [[Qushay bin Kilab |Qusay]]
* [[Kilab bin Murrah |Kilab]]
* [[Murrah bin Ka'ab|Murroh]]
* [[Ka'ab bin Lu'ay|Ka'ab]]
* [[Lu'ay bin Ghalib|Luay]]
* [[Ghalib bin Fihr|Ghalib]]
* Dst.

=== Naskah Kaprabonan. Silsilah Sunan Gunung Jati versi keturunan Kalijam bin [[Musa al-Kadzim]] ===

* Kanjeng Nabi [[Muhamad]] SAW
* Sarifah Siti [[Fatimah]]
*[[Husain bin Ali| Husen]]
* [[Ali bin Husain|Jaenal Abidin]]
* [[Muhammad al-Baqir|Muhammad Mubarakin]]
* Imam [[Ja'far ash-Shadiq|Ja’far Sidiq]]
* [[Musa al-Kadzim|Musa]]
* Kalijam
* Habi Jamali
* Amad Nakiddi
* Ali Nakiddi
* Hasan Sukri,
* Muhammad Dadi
* Raja Banissrail
* Ratu Mesir
* Raja Duta
* Kanjeng Sinuhun Carbon / Syarif Hidayatullah Sunan Gunungjati

=== Kitab Purwaka Caruban Nagari<ref>Pangeran Raja (PR) Aria Cirebon. 1720. Purwaka Caruban Nagari. [[Cirebon]]: [[Kesultanan Kacirebonan]]</ref> Silsilah Sunan Gunung Jati versi keturunan Kasim al-Malik bin [[Ja'far ash-Shadiq]] dan Ubaidillah bin Ahmad ===

* Nabi [[Muhammad]] SAW
* Siti [[Fatimah]]
* Sayid [[Husain bin Ali|Husen]]
* Sayid [[Ali bin Husain|Abidin]]
* [[Muhammad al-Baqir|Muhammad Baqir]]
* [[Ja'far ash-Shadiq|Ja’far Sidik]]
* Kasim al-Malik
* Idris
* Al-Baqir
* Ahmad
* Baidillah
* Muhammad
* Alwi al-Mishri
* Abdul Malik
* Amir
* Ali Nurul Alim
* [[Syarif Abdullah Umdatuddin|Syarif Abdullah]] (Sultan Hut / Sultan Mahmud)
* Sunan Gunung Jati

==== Sedangkan salah satu versi yang menjadi rujukan R.TB Mogi Nurfadhil adalah ====

=== Silsilah Sunan Gunung Jati versi keturunan Ali bin [[Muhammad al-Mahdi]] ([[Syiah Dua Belas Imam]])===

* 1. Nabi [[Muhammad]] Saw
* 2. Sayyidah [[Fatimah]] Az Zahra + Sayyidina Ali
* 3. Sayyidina [[Husain bin Ali|Hussein]] As Sibthi
* 4. Syarif [[Ali bin Husain |Ali Zainal Abidin]]
* 5. Syarif [[Muhammad al-Baqir]]
* 6. Syarif [[Ja'far ash-Shadiq|Ja'far As Shodiq]]
* 7. Syarif [[Musa al-Kadzim]]
* 8. Syarif [[Ali ar-Ridha]]
* 9. Syarif [[Muhammad al-Jawad|Muhammad]] At Taqi
* 10. Syarif [[Ali al-Hadi |Ali]] An Naqi
* 11. Syarif [[Hasan al-Askari]]
* 12. Syarif [[Muhammad al-Mahdi]]
* 13. Syarif Ali
* 14. Syarif isa
* 15. Syarif Yahya (Uzbekistan)
* 16. Syarif Abdullah
* 17. Syarif Ahmad
* 18. Syarif Jalaludin
* 19. Syarif Ahmad Jumadil Kubro
* 20. Syarif Ali Nurul Alam
* 21. [[Syarif Abdullah Umdatuddin]]
* 22. Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati)

==== Ada pula berdasarkan Deklarasi Kraton Kanoman Cirebon yang berdasarkan kajian Manuskrip Pesoccen Bangkalan, Manuskrip Tapal Kuda, Manuskrip Pamekasan, Manuskrip Syekh Hasan Muhyi, asal-usul kesultanan Cirebon, Tinjauan kritis Sejarah banten, Manuskrip Kuningan, Piagam Kraton Kanoman, Kitab Umdatuttholib & Isbat Nasab Naqobah Iraq, Mesir, & India. Silsilah Sunan Gunung Jati versi keturunan Ja'far bin [[Ali al-Hadi]] ====

* 1. Rasulullah S. A. W.
* 2. Sayyidah [[Fatimah]] Az Zahro + Sayyid Ali Bin Abi Thalib
* 3. Sayyid [[Husain bin Ali|Husein]]
* 4. Sayyid Ali Zainal Abidin
* 5. Sayyid [[Muhammad al-Baqir]]
* 6. Sayyid [[Ja'far ash-Shadiq]]
* 7. Sayyid [[Musa al-Kadzim]]
* 8. Sayyid [[Ali ar-Ridha]]
* 9. Sayyid [[Muhammad al-Jawad|Muhammad]] at-Taqi al-Jawad
* 10. Sayyid [[Ali al-Hadi|Ali]] an-Naqi al-Hadi
* 11. Sayyid Ja'far az Zaki
* 12. Sayyid ali Al Asyqori
* 13. Sayyid Abdullah
* 14. Sayyid ahmad
* 15. Sayyid Mahmud
* 16. Sayyid Muhammad
* 17. Sayyid Ja'far
* 18. Sayyid Ali
* 19. Sayyid Husein Jalaluddin Al Bukhori
* 20. Sayyid Ahmad Al Kabir
* 21. Sayyid Jalaluddin Husein
* 22. Sayyid Mahmud Nasiruddin
* 23. Sayyid Jamaluddin Husein Akbar (Jumadil Kubro)
* 24. Sayyid Ali nurul alam
* 25. Sayyid [[Syarif Abdullah Umdatuddin]]
* 26. Sayyid [[Syarif Hidayatullah]] (Sunan Gunung Jati II)

=== Kajian Manaqib Sayyid Yusuf Al-Anggawi Al-Hasani Songenep ===
Kajian ini berdasarkan silsilah raja-raja [[keraton Sumenep|Sumenep]] yang bersambung pada trah [[Kesultanan Banten]] yaitu [[Panembahan]] Somala bin Raden Mas Tirtanegara bin Mas Tumenggung Kartonegoro (Jayapuspita) bin Mas Adipati Djoyodirono Onggowongso (Jangrana/Pangeran Purbaya) bin [[Sultan Ageng Tirtayasa]]. Manaqib Sayyid Yusuf Al-Anggawi Al-Hasani Songenep ditulis oleh Sayyid Salim bin Ahmad bin Jindan dan Habib Alwi bin Abi Bakri bin Bil Faqqi.

* Kanjeng Nabi Muhammad SAW
* Syarifah Fatimah Az-Zahra
* Imam [[Hasan bin Ali|Hasan]] As-sibith
* Syarif [[Hasan al-Mutsanna]] (Syarif Mekah ke-1)
* Syarif [[Abdullah bin Hasan|Abdullah]] Al-kamil / Al-mahdi (Syarif Mekah ke-3)
* Syarif [[Musa al-Jun|Musa Al-jaun]] (Syarif Mekah ke-7)
* Syarif [[Abdullah as-Saleh|Abdullah]] Al-kiram (Syarif Mekah ke-9)
* Syarif Musa (Syarif Mekah ke-12)
* Syarif Muhammad Ats-Tsa-ir (Syarif Mekah ke-21)
* Syarif Abdullah (Syarif Mekah ke-22)
* Ali
* Sulaiman
* Husin
* Isa
* Abdul Karim
* Mutha’in
* Idris
* [[Syarif Mekkah]] [[Qatadah bin Idris|Qatadah]] (Syarif Mekah ke-43)
* Ali
* Hasan
* Abi Nami
* Abi Dzabih Muhammad
* Athifah
* Muhammad
* Jarullah Abdul Aziz
* Syarif Abdullah (Sultan Malaka)
* Maulana Syarif Hidayatullah (Pendiri Kesultanan Banten)


== Beberapa versi silsilah ==
== Silsilah Sunan Gunung Jati ==
{{chart top|Jalur silsilah}}
{{chart top}}
{{chart/start|align=center}}
{{chart/start|align=}}


{{familytree/start|style=font-size:88%;}}
{{familytree/start|style=font-size:88%;}}
Baris 299: Baris 156:
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| | | | | | | | | NAW | | | ASH | | BAR | | HAL | | MUT | | HSM |y| SLM | | | | | |ASH=[[Abdu Syams bin Abdu Manaf|Abdu Syams]]|HSM=[[Hasyim bin Abdu Manaf|Hasyim]]|MUT=[[Muthalib]]|HAL=[[Hallah bin Abdul Manaf|Hallah]]|BAR=[[Barrah bin Abdul Manaf|Barrah]]|SLM=[[Salma binti Amr]]<ref name="yeshivainstitute.wordpress.com">https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/19/gematria-of-ishmael-in-the-torah-quran/</ref><ref>https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/08/torahs-hidden-message-muhammad-%ef%b7%ba-and-jesus-%d8%b9-in-the-light-of-gematria/</ref>|NAW=[[Naufal bin Abdul Manaf|Naufal]]}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| | | | | | | | | NAW | | | ASH | | BAR | | HAL | | MUT | | HSM |y| SLM | | | | | |ASH=[[Abdu Syams bin Abdu Manaf|Abdu Syams]]|HSM=[[Hasyim bin Abdu Manaf|Hasyim]]|MUT=[[Muthalib]]|HAL=[[Hallah bin Abdul Manaf|Hallah]]|BAR=[[Barrah bin Abdul Manaf|Barrah]]|SLM=[[Salma binti Amr]]<ref name="yeshivainstitute.wordpress.com">https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/19/gematria-of-ishmael-in-the-torah-quran/</ref><ref>https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/08/torahs-hidden-message-muhammad-%ef%b7%ba-and-jesus-%d8%b9-in-the-light-of-gematria/</ref>|NAW=[[Naufal bin Abdul Manaf|Naufal]]}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| | | |,|-|-|-|-|-|-|-|-|-|-|'| | | | | | | | | | | | | | | | | |!| | | | | | | | |}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| | | |,|-|-|-|-|-|-|-|-|-|-|'| | | | | | | | | | | | | | | | | |!| | | | | | | | |}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| | | UMY | | | | | | | | | | AMN | | | | | | | | | | | | | | | MTL | | | | | | | |AMN=[[ʿÂmine]]|KLD=Kalde|NEF=Nevfel|HVY=Huveylid|UMY=[[Umayyah bin 'Abd asy-Syams|Umayyah]]|MTL=[[Abdul Muthalib]] |AMN= [[Wahb bin Abdu Manaf]] bin [[Zuhrah bin Kilab|Zuhrah]] bin [[Kilab bin Murrah|Kilab]] }}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| | | UMY | | | | | | | | | | AMN | | | | | | | | | | | | | | | MTL | | | | | | | |AMN=[[Wahb bin Abdu Manaf]] bin [[Zuhrah bin Kilab|Zuhrah]] bin [[Kilab bin Murrah|Kilab]]|KLD=Kalde|NEF=Nevfel|HVY=Huveylid|UMY=[[Umayyah bin 'Abd asy-Syams|Umayyah]]|MTL=[[Abdul Muthalib]] }}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| |,|-|^|-|-|-|.| | | | | | | |!| | | |,|-|-|-|v|-|-|-|v|-|-|-|v|^|-|-|v|-|-|-|.| |}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| |,|-|^|-|-|-|.| | | | | | | |!| | | |,|-|-|-|v|-|-|-|v|-|-|-|v|^|-|-|v|-|-|-|.| |}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| HRB | | | | ALA | | | | | | AMN |y| ALH | | HMZ | | TLB | | AZZ | | ABS | | ABL |ABL=[[Abu Lahab|Abū Lahab]]|HRB=[[Harb bin Umayyah|Harb]]|ALA=[[Abul Ash bin Umayyah|Abūl-Āsh]]|AMN=[[Aminah]]|ALH=[[Abdullah bin Abdul Muthalib|Abdullāh]]|TLB=[[Abu Thalib|Abū Thālib]]|HMZ=[[Hamzah bin Abdul Muthalib|Hamzah]]|ABS=[[Abbas bin Abdul Muthalib|Abbās]]|AZZ=[[Zubair bin Abdul Muthalib|Zubair]]}}
{{familytree|boxstyle=background:LightBlue;| HRB | | | | ALA | | | | | | AMN |y| ALH | | HMZ | | TLB | | AZZ | | ABS | | ABL |ABL=[[Abu Lahab|Abū Lahab]]|HRB=[[Harb bin Umayyah|Harb]]|ALA=[[Abul Ash bin Umayyah|Abūl-Āsh]]|AMN=[[Aminah]]|ALH=[[Abdullah bin Abdul Muthalib|Abdullāh]]|TLB=[[Abu Thalib|Abū Thālib]]|HMZ=[[Hamzah bin Abdul Muthalib|Hamzah]]|ABS=[[Abbas bin Abdul Muthalib|Abbās]]|AZZ=[[Zubair bin Abdul Muthalib|Zubair]]}}

Revisi per 18 April 2024 22.15

Sunan Gunung Jati (Syarif Hidayatulloh)
Sultan Cirebon ke-1
Masa jabatan
1482–1568
Sebelum
Pendahulu
Jabatan baru
Pengganti
Fatahillah
Sebelum
Tumenggung Cirebon
Masa jabatan
1479–1482
Sebelum
Pengganti
Jabatan dihapus
Sebelum
Informasi pribadi
Lahir
Syarif Hidayatullah

1448
Meninggal19 September 1568
MakamAstana Gunung Sembung
AgamaIslam
Pasangan
  • Nyai Ratu Dewi Pakungwati
  • Nyai Ratu Kawunganten
  • Nyai Babadan
  • Nyai Ageng Tepasari
  • Nyai Lara Baghdad
  • Ong Tien Nio
Anak
  • Sabakingking
  • Pasarean
  • Ratu Ayu
  • Winahon
  • Trusmi
  • Bratakelana
  • Jayalelana
Orang tua
DenominasiSunni dan Asy'ariyah
Dikenal sebagaiWali Sanga
Pemimpin Muslim
PendahuluMaulana Muhammad Ali Akbar
PenerusMaulana Hasanuddin

Sunan Gunung Jati, lahir dengan nama Hidayatullah atau lebih di kenal sebagai Sayyid Al-Kamil adalah salah seorang dari Walisongo, ia dilahirkan Tahun 1448 Masehi dari pasangan Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alam dan Nyai Rara Santang, Putri Sri Baduga Maharaja Prabu Siliwangi dari Kerajaan Padjajaran (yang setelah masuk Islam berganti nama menjadi Syarifah Mudaim).

Syarif Hidayatullah sampai di Cirebon pada tahun 1470 Masehi, yang kemudian dengan dukungan Kesultanan Demak dan Pangeran Walangsungsang atau Pangeran Cakrabuana (Tumenggung Cirebon pertama sekaligus uwak Syarif Hidayatullah dari pihak ibu), ia dinobatkan menjadi Tumenggung Cirebon ke-2 pada tahun 1479 dengan gelar Maulana Jati.

Nama Syarif Hidayatullah kemudian diabadikan menjadi nama Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta di daerah Tangerang Selatan, Banten. Sedangkan nama Sunan Gunung Jati diabadikan menjadi nama Universitas Islam negeri di Bandung, yaitu Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati[1], dan Korem 063/Sunan Gunung Jati di Cirebon.

Silsilah

Syarif Hidayatullah adalah putra dari Syarif Abdullah Umdatuddin bin Ali Nurul Alam yang menikah dengan Nyi Mas Rara Santang putri dari Jayadewata yang bergelar Sri Baduga Maharaja yang setelah menikah dengan Syarif Abdullah bergelar Syarifah Mudaim. Ayah Syarif Hidayatullah adalah seorang penguasa Mesir, putra dari Ali Nurul Alim bin Jamaluddin Akbar al-Husaini, seorang keturunan dari Rasulullah dari sayyid fam Al-Husaini.

Silsilah Sunan Gunung Jati Dalam Pustaka Nagarakretabhumi[2]

Penelusuran sejarah tentang asal-usul Syarief Hidayatullah telah dilakukan oleh Pangeran Raja (PR) Nasiruddin dengan melakukan penelitian terhadap naskah naskah yang ada dengan dibantu oleh para ahli di bidangngnya dalam pertemuan agung Gotra Sawala pertama di Cirebon, penelusuran tersebut menghasilkan sebuah kitab yang diberi nama Pustaka Nagarakretabhumi yang memuat bab tentang silsilah Syarief Hidayatullah dalam Tritiya Sarga, isinya sebagai berikut:

Silsilah Sunan Gunung Jati

Keluarga Sunan Gunung Jati


 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Adam آدم
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Syits شيث
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Anusy أنوش
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Qinan قينان
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Mahla-il مهلائيل
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Al-Yarid يارد
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Akhnuh خنوخ
(Idris)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Mattusyalekh متوشلخ
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lamik
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nuh نوح
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sam سام
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Arfakhsyad أرفخشذ
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Saleh شالح
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
'Abir عابر
(Hud)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Falikh فالج
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Raghu رعو
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sarukh ساروغ
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nahur ناحور
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Azar آزَر
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ibrahim إبراهيم
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
ISMAIL إسماعيل[3][4][5]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nabit نابت
(Nabath)
 
Qidra قيدار
(Arab)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Yashjub
 
Haml
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ya'rub يعرب
 
Banat
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Terah/Tarikh
 
salaman
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nahor/Naahur
 
Humaisa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muqawwam
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Udad
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
'Add
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Adnan عدنان
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ma'ad مَعْد
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Nizar نزار
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Mudhar مُضَرْ
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ilyas إلياس
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Mudrikah مدركة
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Khuzaimah bin Mudrikah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kinanah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
An-Nadhar (Qais)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Malik مالك
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Fihr فهر
(QURAISY)[6]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ghalib
 
 
 
 
 
Harits bin Fihr bin Malik
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Lu'ay
 
 
 
 
 
Tsa'labah bin Harits bin Fihr bin Malik
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ka'ab
 
 
 
 
 
Surair bin Tsa'labah bin Harits bin Fihr bin Malik
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Murrah
 
 
 
 
 
Hindun binti Surair bin Tsa'labah bin Harits bin Fihr bin Malik
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Kilab
 
 
 
 
 
Fatimah binti Sad
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Qushay
 
 
 
 
 
Hubba binti Hulail
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Waqidah binti Amr
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdu Manaf
 
 
 
 
 
Ātikah binti Murrah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Naufal
 
 
Abdu Syams
 
Barrah
 
Hallah
 
Muthalib
 
Hasyim
 
Salma binti Amr[3][7]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Umayyah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Wahb bin Abdu Manaf bin Zuhrah bin Kilab
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Muthalib
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Harb
 
 
 
Abūl-Āsh
 
 
 
 
 
Aminah
 
Abdullāh
 
Hamzah
 
Abū Thālib
 
Zubair
 
Abbās
 
Abū Lahab
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abū Sufyān
 
al-Ḥakam
 
ʿUtsmān I
 
ʿAffān
 
1. MUHAMMAD[8]
(Silsilah)
 
Khadijah
 
 
 
 
Syiah Ali Ali bin Abū Thālib
(Imam ke-1 dari Dua Belas Imam)
 
Khaulah binti Ja'far
 
Abdullāh bin Abbās
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muʿāwiyah I
 
Marwān I
 
Zainab binti Muhammad
 
Utsmān bin ʿAffān
 
Ruqayah
(Ummu Abdillah)
 
2. Fatimah az-Zahra[9]
 
 
 
 
 
 
Muhammad bin al-Hanafiyah
(Syiah Ali
(Imam ke-4 Syiah Kaisaniyyah)
 
 
 
Ali bin Abdullāh
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Bani Umayyah
 
Zaynab
 
Umar
 
Ummu Kultsum
 
Hasan al-Mujtaba
(Imam ke-2 dari Dua Belas Imam)[10]
 
3. Ḥusain
(Imam ke-3 dari Dua Belas Imam)[11]
 
Zainab
 
Abu Hasyim
(Imam Syiah Kaisaniyyah)
 
 
 
Imam Muhammad al-Kamil
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Hafshah
(istri Muhammad)
 
Zaid
 
 
 
Hasan al-Mutsanna
 
4. 'Ali Zainal 'Abidin as-Sajad
(Imam ke-4 dari Dua Belas Imam)[12]
 
 
 
Ibrāhim
 
Mansur
 
Saffāḥ
 
Musa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdullah al-Mahd al-Kamil
 
5. Muhammad al-Baqir
(Imam ke-5 dari Dua Belas Imam)[13]
 
Zaid bin Ali asy-Syahid
(Syiah Ali
(Imam ke-5 Syiah Zaidiyah)
(Butriyah)
(Jarudiyah)
(Hutsi)
(Houti)
 
 
 
 
 
 
 
Bani Abbāsiyah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muhammad an-Nafs az-Zakiya[14]
 
Musa al-Jun
 
6. Ja'far ash-Shadiq
(Imam ke-6 dari Dua Belas Imam)[15]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Qasim
 
Abdullah as-Saleh
 
7. Ali al-Uraidhi[16]
 
Isma'il bin Ja'far al-Aaraj
(Syiah Ali)
(Imam ke-7 Syiah Ismailiyah)
(Syiah Sib'ah)[17])
 
Muhammad al-Dibaj
 
Syiah Ali Musa al-Kadzim
(Imam Syiah ke-7)[18]
 
Ishaq al-Mu'taman
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Musa ats-Tsani
 
8. Muhammad Jamaluddin an-Naqib[19]
 
Muhammad al-Maktum
 
Hamzah
 
Ali ar-Ridha
(Imam Syiah ke-8)[20][21]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Dinasti Alawi[22]
 
Muhammad ats-Tsa'ir
 
9. Isa ar-Rumi[23]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muhammad al-Jawad
(Imam Syiah ke-9)[24]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Husain
 
'Abdullah
 
10. Ahmad al-Abah[25][26]
 
 
 
 
 
Firuz-Shah Zarrin-Kolah, nama terakhir dalam silsilah Keshahan Safawi
 
Ali al-Hadi
(Imam Syiah ke-10)[27]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ja'far
(Syarif Mekkah ke-1)
 
Abdullah
(Syarif Mekkah ke-2)
 
'Ali
 
11. Ubaidillah bin Ahmad[28]
 
 
 
 
 
Ja'far az-Zaki
(versi Kanoman
 
Hasan al-Askari
(Imam Sekte Alawi)
(Imam Syiah ke-11)[29]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Sulaiman
 
12. ♂ Alwi al-Awwal (Alawiyyin) Abi Sa'adah[30][31]
 
 
 
 
 
ali Al Asyqori
 
Muhammad al-Mahdi al-Munthazar
(al-Imam Mustatir)
(Imam Syiah ke-12)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Husain
 
13. Muhammad Maula Shama’ah[32]
 
 
 
 
 
Abdullah
 
Ali
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
'Isa
 
14. Alwi ats-Tsani[33]
 
 
 
 
 
Ahmad
 
'Isa
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdul Karim
 
15. Ali Khali' Qasam[34]
 
 
 
 
 
Mahmud
 
Yahya (Uzbekistan)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Mutha'in
 
16. Muhammad Shahib Mirbath[35]
 
 
 
 
 
Muhammad
 
Abdullah
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Idris
 
17. Ali Walidil Faqihi / Ali Faqih Nuruddin
al-A'dham al-Faqih al-Muqaddam[36]
 
Alwi 'Ammul Faqihi
(versi Nagara kretabhumi)[37]
 
Ja'far
 
Ahmad
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Qatadah Abu 'Aziz
(Syarif Mekkah 1174 Masehi
)
 
18. Muhammad al-Faqih Muqaddam
(+ 1232 M)[38]
 
Abdul-Malik Azmatkhan
 
Ali
 
Jalaludin
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
'Ali
 
19. Ali[39]
 
Abdullah al-Amir[40]
 
Husein Jalaluddin Al Bukhori
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Hasan Abu Sa'ad
(Syarif Mekkah)
 
20. Hasan al Turabi[41]
 
Ahmad Syah Jalaluddin[42][43]
 
Ahmad Al Kabir
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abi Nami
(Muhammad Abu Numay I Najmuddin)
(Syarif Mekkah)
 
21. Muhammad Asadillah[44]
 
Husain Jamaluddin Akbar[45]
 
Jalaluddin Husein
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abi Dzabih Muhammad
(Versi Songenep)
 
Rumaitsah Abu Ridha Asaduddin
(Syarif Mekkah)
 
22. Hasan Mu'allim[46]
 
 
 
 
 
 
Mahmud Nasiruddin
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Athifah
 
'Ajlan Abu Sarjah
(Syarif Mekkah)
 
23. Muhammad al-Jamalullail[47]
 
 
 
 
 
 
Jamaluddin Husein Akbar
 
Ahmad Jumadil Kubro
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muhammad
 
'Syarif Ali
(Syarif Mekkah)
 
24. Ali[48]
 
 
 
 
 
Ali Nurul Alam
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Jarullah Abdul Aziz
 
Hasan II
(Syarif Mekkah)
 
25. Abdurrahman[49]
 
 
 
 
 
Syarif Abdullah Umdatuddin
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Syarif Abdullah (Sultan Malaka)
 
Barakat I
(Syarif Mekkah)
 
26. Ahmad [50]
 
 
 
 
 
Monarch Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati II)
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Monarch Maulana asy-Syarif Hidayatullah (Pendiri Kesultanan Banten)
 
Muhammad
(Syarif Mekkah)
 
27. Salim[51]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Barakat II
(Syarif Mekkah 1517 Masehi)
 
28. Muhammad[52]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muhammad Abu Numay II
(Syarif Mekkah)
 
29. Abdullah[53]
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Hasan
(Syarif Mekkah)
 
30. Salim
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
'Abdullah
 
31. Muhammad al-Qadri
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Husain
 
32. Husain
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
'Abdullah
 
33. Ahmad
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muhsin
 
34. Habib Husain
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
'Awn
 
35. Sultan Syarif Abdurrahman Alkadrie dari Pontianak
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
'Abdul Mu'in
 
36. Sultan Syarif Osman Alkadrie dari Pontianak
 
Sultan Syarif Kasim Alkadrie dari Pontianak
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Muhammad
(Syarif Mekkah 1827-1851 & 1856-1858)
 
37. Sultan Syarif Abdul Hamid I Alkadrie dari Pontianak
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Syarif Husain
(Syarif Mekkah 1877-1880)
 
Syarif 'Aunur Rofiq
(Syarif Mekkah 1882-1905)
 
Syarif 'Abdulah Kamil Pasha
(Syarif Mekkah 1858-1877)
 
Syarif 'Ali Bey
 
38. Sultan Syarif Yusuf Alkadrie dari Pontianak
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Syarif 'Ali Pasha
(Syarif Mekkah 1905-1908)
 
Syarif Husain
(Syarif Mekkah 1908-1916)
(Raja Hijaz 1916-1924)
 
39. Sultan Syarif Muhammad Alkadrie dari Pontianak
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Faisal I dari Irak
 
Ali dari Hejaz
(Raja Hijaz)
 
Abdullah I dari Yordania
 
40. Pangeran Agung Syarif Mahmud Alkadrie
 
Sultan Syarif Hamid II dari Pontianak
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Ghazi I dari Irak
 
Abd al-Ilah dari Hejaz
(Raja Hijaz)
 
Talal dari Yordania
 
41. Sultan Syarif Abubakar Alkadrie dari Pontianak
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Faisal II dari Irak
 
 
 
 
 
Hussein dari Yordania
 
42. Sultan Syarif Melvin Alkadrie dari Pontianak
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Abdullah II dari Yordania
 
43. Syarif .....
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
Hussein, Putra Mahkota Yordania
 
44. Syarif .....
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 
 

Riwayat Hidup

Proses Belajar

Raden Syarif Hidayatullah mewarisi kecenderungan spiritual dari kakek buyutnya, Jamaluddin Akbar al-Husaini, sehingga ketika telah selesai menimba ilmu di pesantren Syekh Datuk Kahfi ia meneruskan pembelajaran agamanya ke Timur Tengah.

Babad Cirebon menyebutkan, ketika Pangeran Cakrabuwana membangun Kota Cirebon dan tidak mempunyai pewaris, maka sepulang dari Timur Tengah Syarif Hidayatullah mengambil peranan mambangun kota dan menjadi pemimpin perkampungan Muslim yang baru dibentuk itu setelah Uwaknya wafat.

Pernikahan

Memasuki usia dewasa (sekitar tahun 1470 - 1480) ia menikahi adik dari Bupati Banten saat itu, Nyai Kawunganten. Dari pernikahan ini lahirlah Ratu Wulung Ayu dan Maulana Hasanuddin. Maulana Hasanuddin inilah yang kelak menjadi Raja Banten pertama.

Kesultanan Cirebon

Pada tahun 1478 diadakan sebuah musyawarah para wali di Tuban, Jawa Timur untuk mencari pengganti Sunan Ampel sebagai pimpinan para wali, akhirnya terpilihlah Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati), sejak saat itu, pusat kegiatan para wali dipindahkan ke gunung Sembung, kecamatan Gunung Jati, kabupaten Cirebon, propinsi Jawa Barat. Pusat kegiatan keagamaan ini kemudian disebut sebagai Puser Bumi (bahasa Indonesia: pusatnya dunia).[54]

Pada tahun 1479 M, kedudukan pangeran Walangsungsang sebagai penguasa Cirebon kemudian digantikan putra adiknya yakni Syarif Hidayatullah (anak dari pernikahan Nyai Rarasantang dengan Syarif Abdullah dari Mesir) yang sebelumnya menikahi Nyimas Pakungwati (putri dari Pangeran Walangsungsang dan Nyai Indang Geulis) yang setelah wafat dikenal dengan sebutan Sunan Gunung Jati dengan gelar Syarif Hidayatullah bin Maulana Sultan Muhammad Syarif Abdullah dan bergelar pula sebagai Ingkang Sinuhun Kangjeng Susuhunan Jati Purba Panetep Panatagama Awlya Allah Kutubid Jaman Khalifatur Rasulullah.[55]

Syarif Hidayatullah melalui lembaga Wali Sanga selalu mendekati kakeknya yakni Jaya Dewata (prabu Silih Wangi) agar berkenan memeluk agama Islam seperti halnya neneknya Nyai Subang Larang yang memang sudah lama menjadi seorang muslim jauh sebelum menikah dengan prabu Silih Wangi, tetapi hal tersebut tidak membuahkan hasil, pada tahun 1482 (pada saat kekuasaan kerajaan Galuh dan Sunda sudah menjadi satu kembali di tangan prabu Silih Wangi), seperti yang tertuang dalam naskah Purwaka Caruban Nagari karya Pangeran Arya Carbon.

Pada tanggal 12 Safar 887 Hijriyah atau tepatnya pada tanggal 2 April 1482 Masehi, akhirnya Syarif Hidayatullah membuat maklumat yang ditujukan kepada prabu Silih Wangi selaku Raja Pakwan Pajajaran bahwa mulai saat itu Cirebon tidak akan lagi mengirimkan upeti.[54][55] Maklumat tersebut kemudian diikuti oleh para pembesar di wilayah Cirebon (bahasa Cirebon: gegeden).

Untuk memperkuat hubungan dengan kesultanan Demak dilakukan dengan pernikahan putra putri kedua kesultanan.[56]

  • Pangeran Maulana Hasanudin dengan Ratu Ayu Kirana.
  • Pangeran Jayakelana dengan Ratu Ayu Pembayun
  • Pangeran Bratakelana dengan Ratu Nyawa (Ratu Ayu Wulan)
  • Ratu Ayu dengan Yunus Abdul Kadir (Pangeran Sabrang Lor) menikah pada 1511 yang menjadi Sultan Demak kedua pada 1518 .

Pertumbuhan dan perkembangan yang pesat pada kesultanan Cirebon dimulailah oleh Syarif Hidayatullah atau Sunan Gunung Jati. Sunan Gunung Jati kemudian diyakini sebagai leluhur dari dinasti raja-raja kesultanan Cirebon dan kesultanan Banten serta penyebar agama Islam di Jawa Barat seperti Majalengka, Kuningan, Kawali (Galuh), Sunda Kelapa, dan Banten.[57]

Kesultanan Demak

Masa ini kurang banyak diteliti para sejarawan hingga tiba masa pendirian Kesultanan Demak tahun 1487, yang mana Walisongo memberikan peranan penting dalam sejarah pendiriannya. Pada masa ini, Syarif Hidayatullah berusia sekitar 37 tahun (kurang lebih sama dengan usia Raden Patah yang baru diangkat menjadi Sultan Demak pertama).

Dengan diangkatnya Raden Patah sebagai Sultan di Pulau Jawa (bukan hanya di Demak), maka Cirebon menjadi semacam Negara Bagian atau Vasal dari Kesultanan Demak.

Hal ini sesuai dengan strategi yang telah digariskan Sunan Ampel, Ulama yang paling dituakan di Dewan Muballigh (Walisongo), bahwa agama Islam akan disebarkan di Pulau Jawa dengan Kesultanan Demak sebagai pelopornya.

Pendirian Kesultanan Banten & Jatuhnya Sunda Kelapa

Setelah pendirian Kesultanan Demak, antara tahun 1490 hingga 1518 adalah masa-masa paling sulit baik bagi Syarif Hidayatullah maupun Raden Patah, karena proses Islamisasi secara damai mengalami gangguan internal dari Kerajaan Sunda, Galuh (sekarang bagian dari Jawa Barat) dan Majapahit (di Jawa Tengah dan Jawa Timur) serta gangguan eksternal dari Portugis yang telah mulai melakukan ekspansi di wilayah Asia Tenggara.

Raja Pakuan di awal abad 16, seiring masuknya Portugis di Pasai dan Malaka, merasa mendapat sekutu untuk mengurangi pengaruh Syarif Hidayatullah yang telah berkembang di Cirebon dan Banten. Di saat yang genting inilah Syarif Hidayatullah berperan dalam membimbing Pati Unus dalam pembentukan armada gabungan Kesultanan Banten-Demak-Cirebon di Pulau Jawa dengan misi utama mengusir Portugis dari wilayah Asia Tenggara.

Kegagalan Ekspedisi Jihad II Pati Unus yang sangat fatal pada tahun 1521 kemudian memaksa Syarif Hidayatullah merombak pimpinan armada gabungan yang masih tersisa dan mengangkat Tubagus Pasai sebagai Panglima berikutnya yang menyusun strategi baru untuk memancing Portugis bertempur di Pulau Jawa, menggantikan Pati Unus yang syahid di Malaka.

Syiar Islam ke Banten dan Pendirian Kesultanan Banten

Pada masa awal kedatangannya ke Cirebon, Syekh Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati) bersama dengan Pangeran Walangsungsang sempat melakukan syiar Islam di wilayah Banten yang pada masa itu disebut sebagai Wahanten, Syarif Hidayatullah dalam syiarnya menjelaskan bahwa arti jihad (perang) tidak hanya dimaksudkan perang melawan musuh-musuh saja namun juga perang melawan hawa nafsu, penjelasan inilah yang kemudian menarik hati masyarakat Wahanten dan Pucuk Umun [58](penguasa) Wahanten Pasisir. Pada masa itu di wilayah Wahanten terdapat dua penguasa yaitu Sang Surosowan (anak dari Prabu Jaya Dewata atau Silih Wangi) yang menjadi Pucuk Umun (penguasa) untuk wilayah Wahanten Pasisir dan Arya Suranggana yang menjadi Pucuk Umun untuk wilayah Wahanten Girang.[59]

Di wilayah Wahanten Pasisir Syarif Hidayatullah bertemu dengan Nyai Kawung Anten (putri dari Sang Surosowan), keduanya kemudian menikah dan dikaruniai dua orang anak yaitu Ratu Winaon (lahir pada 1477 M) dan Pangeran Maulana Hasanuddin (Pangeran Sabakingkin: nama pemberian dari kakeknya Sang Surosowan) yang lahir pada 1478 M.[56] Sang Surosowan walaupun tidak memeluk agama Islam namun sangat toleran kepada para pemeluk Islam yang datang ke wilayahnya.

Syarif Hidayatullah kemudian kembali ke Kesultanan Cirebon untuk menerima tanggung jawab sebagai penguasa Kesultanan Cirebon pada 1479 setelah sebelumnya menghadiri rapat para Wali di Tuban yang menghasilkan keputusan menjadikan Sunan Gunung Jati sebagai pemimpin dari para Wali.

Latar Belakang Penguasaan Banten

Perkawinan Pangeran Sabrang Lor (Yunus Abdul Kadir)dengan Ratu Ayu (putri Sunan Gunung Jati) terjadi 1511. Sebagai Senapati Sarjawala, panglima angkatan laut, Kerajaan Demak, Sabrang Lor untuk sementara berada di Cirebon, kelak Yunus Abdul Kadir akan menjadi Sultan Demak pada 1518.

Persekutuan Kesultanan Cirebon dan Kesultanan Demak ini sangat mencemaskan Jaya Dewata (Siliwangi) di Pakuan. Tahun 1512, ia mengutus putra mahkota Surawisesa menghubungi Panglima Portugis Afonso de Albuquerque di Malaka yang ketika itu baru saja gagal merebut Pelabuhan Pasai milik Kesultanan Samudera Pasai.[60]

Pada tahun 1513 M, Tome Pires pelaut Portugis menyatakan dalam catatannya bahwa sudah banyak dijumpai orang Islam di pelabuhan Banten.[61]

Syarif Hidayatullah mengajak putranya Maulana Hasanuddin untuk berangkat ke Mekah,[62] sekembalinya dari Mekah Syarif Hidayatullah dan putranya yaitu Maulana Hasanuddin kemudian melakukan dakwah Islam dengan sopan, ramah serta suka membantu masyarakat sehingga secara sukarela sebagian dari mereka memeluk dan taat menjalankan agama Islam, dari aktivitas dakwah ini di wilayah Banten.

Syarif Hidayatullah dikenal dengan nama Syekh Nurullah (Syekh yang membawa cahaya Allah SWT),[63] yang kemudian aktivitas dakwah ini dilanjutkan oleh Maulana Hasanuddin hingga ke pedalaman Wahanten seperti gunung Pulosari di kabupaten Pandeglang di mana ia pernah tinggal selama sekitar 10 tahun untuk berdakwah kepada para ajar (pendeta), gunung Karang, gunung Lor, hingga ke Ujung Kulon dan pulau Panaitan[64] dengan pola syiar yang kurang lebih sama seperti yang dilakukan ayahnya.

Pada tahun 1521, Jaya Dewata (Prabu Siliwangi) mulai membatasi pedagang muslim yang akan singah di pelabuhan-pelabuhan Kerajaan Sunda hal ini bertujuan untuk mengurangi pengaruh Islam yang akan diterima oleh para pedagang pribumi ketika melakukan kontak perdagangan dengan para pedagang muslim, namun upaya tersebut kurang mendatangkan hasil yang memuaskan karena pada kenyataannya pengaruh Islam jauh lebih kuat dibandingkan upaya pembatasan yang dilakukan tersebut, bahkan pengaruh Islam mulai memasuki daerah pedalaman kerajaan Sunda.

Pada tahun itu juga Kerajaan Sunda berusaha mencari mitra koalisi dengan negara yang dipandang memiliki kepentingan yang sama dengan kerajaan Sunda, Jaya Dewata (Siliwangi) memutuskan untuk menjalin persahabatan dengan Portugis dengan tujuan dapat mengimbangi kekuatan pasukan Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon.

Pada tahun 1521 untuk merealisasikan persahabatan tersebut Jaya Dewata (Siliwangi) mengirim beberapa utusan ke Malaka di bawah pimpinan Ratu Samiam (Surawisesa), mereka berusaha meyakinkan bangsa Portugis bagi suatu persahabatan yang saling menguntungkan antara Kerajaan Sunda dan Portugis. Surawisesa memberikan penawaran kepada Portugis untuk melakukan perdagangan secara bebas terutama lada di pelabuhan-pelabuhan milik Kerajaan Sunda sebagai imbalannya, Surawisesa mengharapkan bantuan militer dari Portugis apabila Kerajaan Sunda diserang oleh Kesultanan Demak dan Kesultanan Cirebon dengan memberi hak kepada Portugis untuk membangun benteng.[60]

Pada tahun 1522 Gubernur Alfonso d'Albuquerque yang berkedudukan di Malaka mengutus Henrique Leme untuk menghadiri undangan Raja Sunda Surawisesa (dalam naskah Portugis disebut sebagai Raja Samiam)[65] untuk membangun benteng keamanan di Sunda Kalapa guna melawan orang-orang Cirebon yang menurutnya bersifat ekspansif.

Pada tanggal 21 Agustus 1522 dibuatlah suatu perjanjian yang menyebutkan bahwa orang Portugis akan membuat loji (perkantoran dan perumahan yang dilengkapi benteng) di Sunda Kelapa[66] dan Banten, sedangkan Sunda Kelapa akan menerima barang-barang yang diperlukan. Raja Sunda Surawisesa akan memberikan kepada orang-orang Portugis 1.000 keranjang lada sebagai tanda persahabatan, sebuah batu peringatan atau padraõ (dibaca: Padraun) dibuat untuk memperingati peristiwa itu.

Padrão dimaksud disebut dalam cerita masyarakat Sunda sebagai Layang Salaka Domas dalam cerita rakyat Mundinglaya Dikusumah, dari pihak kerajaan Sunda perjanjian ditandatangani oleh Padam Tumungo (yang terhormat Tumenggung), Samgydepaty (Sang Depati), e outre Benegar (dan bendahara) e easy o xabandar (dan Syahbandar) [67]

Penguasaan Banten

Pada tahun 1522,[68] Maulana Hasanuddin membangun kompleks istana yang diberi nama keraton Surosowan, pada masa tersebut dia juga membangun alun-alun, pasar, masjid agung serta masjid di kawasan Pacitan.[69] Sementara yang menjadi pucuk umum (penguasa) di Wahanten Pasisir adalah Arya Surajaya (putra dari Sang Surosowan dan paman dari Maulana Hasanuddin) setelah meninggalnya Sang Surosowan pada 1519 M. Arya Surajaya diperkirakan masih memegang pemerintahan Wahanten Pasisir hingga tahun 1526 M.[70]

Pada tahun 1524 M, Sunan Gunung Jati bersama pasukan gabungan dari kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak mendarat di pelabuhan Banten[71] Pada masa ini tidak ada pernyataan yang menyatakan bahwa Wahanten Pasisir menghalangi kedatangan pasukan gabungan Sunan Gunung Jati sehingga pasukan difokuskan untuk merebut Wahanten Girang

Dalam Carita Sajarah Banten dikatakan ketika pasukan gabungan kesultanan Cirebon dan kesultanan Demak mencapai Wahanten Girang, Ki Jongjo (seorang kepala prajurit penting) dengan sukarela memihak kepada Maulana Hasanuddin.[72]

Dalam sumber-sumber lisan dan tradisional di ceritakan bahwa Pucuk Umun (penguasa) Banten Girang yang terusik dengan banyaknya aktivitas dakwah Maulana Hasanuddin yang berhasil menarik simpati masyarakat termasuk masyarakat pedalaman Wahanten yang merupakan wilayah kekuasaan Wahanten Girang, sehingga pucuk umum Arya Suranggana meminta Maulana Hasanuddin untuk menghentikan aktivitas dakwahnya dan menantangnya sabung ayam (adu ayam) dengan syarat jika sabung ayam dimenangkan Arya Suranggana maka Maulana Hasanuddin harus menghentikan aktivitas dakwahnya.

Sabung Ayam pun dimenangkan oleh Maulana Hasanuddin dan dia berhak melanjutkan aktivitas dakwahnya[73] Arya Suranggana dan masyarakat yang menolak untuk masuk Islam kemudian memilih masuk hutan di wilayah Selatan. Sepeninggal Arya Suranggana, kompleks Banten Girang digunakan sebagai pesanggrahan bagi para penguasa Islam, paling tidak sampai di penghujung abad ke-17.[74]

Penyatuan Banten

Atas petunjuk ayahnya yaitu Sunan Gunung Jati, Maulana Hasanuddin kemudian memindahkan pusat pemerintahan Wahanten Girang ke pesisir di kompleks Surosowan sekaligus membangun kota pesisir.[75]

Kompleks istana Surosowan tersebut akhirnya selesai pada tahun 1526.[68] Pada tahun yang sama juga Arya Surajaya Pucuk Umun (penguasa) Wahanten Pasisir dengan sukarela menyerahkan kekuasannya atas wilayah Wahanten Pasisir kepada Sunan Gunung Jati, hal ini dilakukan agar tidak terjadi pertumpahan darah banyak rakyat (karena raja amat sayang dengan rakyatnya, sehingga diberikanlah kekuasaan berikutnya ke tangan Sunan Gunung Jati) akhirnya kedua wilayah Wahanten Girang dan Wahanten Pasisir disatukan menjadi Wahanten yang kemudian disebut sebagai Banten dengan status sebagai depaten (provinsi) dari kesultanan Cirebon pada tanggal 1 Muharram 933 Hijriah (sekitar tanggal 8 Oktober 1526 M),[76] kemudian Sunan Gunung Jati kembali ke kesultanan Cirebon dan pengurusan wilayah Banten diserahkan kepada Maulana Hasanuddin.

Dari kejadian tersebut sebagian ahli berpendapat bahwa Sunan Gunung Jati adalah Sultan pertama di Banten,[77] meskipun demikian Sunan Gunung Jati tidak mentasbihkan dirinya menjadi penguasa (sultan) di Banten.[78] Alasan-alasan demikianlah yang membuat pakar sejarah seperti Hoesein Djajadiningrat berpendapat bahwa Sunan Gunung Jatilah yang menjadi pendiri Banten dan bukannya Maulana Hasanuddin. Menurut catatan dari Joao de Barros, semenjak Banten dan Sunda Kelapa dikuasai oleh kesultanan Islam, Banten lah yang lebih ramai dikunjungi oleh kapal dari berbagai negara.[75]

Pada tahun 1552, Maulana Hasanuddin diangkat menjadi sultan di wilayah Banten oleh ayahnya Syarif Hidayatullah (Sunan Gunung Jati).[79]

Perebutan pengaruh antara Kerajaan Sunda Galuh dengan Kesultanan Banten-Cirebon segera bergeser kembali ke darat. Tetapi Kerajaan Sunda Galuh yang telah kehilangan banyak wilayah menjadi sulit menjaga keteguhan moral para pembesarnya. Satu persatu dari para Pangeran dan Putri Pakuan di banyak wilayah jatuh ke dalam pelukan agama Islam. Begitu pula sebagian Panglima Perangnya.

Perundingan Yang Sangat Menentukan

Setelah Pakuan Pajajaran yang merupakan ibu kota Kerajaan Sunda mengalami serbuan besar dari Maulana Yusuf di tahun 1567 (hanya satu tahun sebelum ia wafat pada tahun 1568 dalam usia yang hampir 120 tahun), terjadi perundingan terakhir Cirebon-Sunda antara Maulana Yusuf yang mewakili Syarif Hidayatullah dengan para pembesar istana Pakuan. Maulana Yusuf kemudian memberikan 2 opsi sebagai berikut:

  1. Bagi para pembesar istana Pakuan yang bersedia masuk Islam akan dijaga kedudukan dan martabatnya, seperti gelar pangeran-putri atau panglima akan tetap disandang mereka, juga kemudian dipersilakan tetap tinggal di keraton masing-masing.
  2. Bagi para pembesar istana Pakuan yang tidak bersedia masuk Islam, maka harus keluar dari keraton masing-masing serta keluar dari ibu kota Pakuan Pajajaran untuk keselamatan mereka sendiri dari serangan tentara Banten & Cirebon di masa depan.

Dalam perundingan terakhir yang sangat menentukan dari riwayat Pakuan ini, sebagian besar para pangeran dan putri raja menerima opsi pertama. Sedangkan para pasukan pengawal istana dan panglimanya sebanyak 40 orang yang merupakan korps elite dari angkatan darat Kerajaan Sunda memilih opsi kedua karena kesetiaan mereka terhadap prabu Nilakendra. Para panglima dan pengawal istana tersebut lalu berangkat menuju desa kabuyutan di pedalaman Banten (wilayah Cibeo sekarang) untuk menetap disana. Diyakini mereka inilah cikal bakal penduduk Baduy Dalam saat ini yang terus menjaga anggota pemukiman hanya sebanyak 40 keluarga (untuk menandakan keturunan dari 40 pengawal istana Pakuan). Keluarga yang tidak terpilih untuk menetap harus pindah ke pemukiman Baduy Luar. Sementara Pakuan Pajajaran sendiri masih berdiri sebagai kota biasa sampai kosong dan ditelantarkan di tahun 1579.

Prabu Nilakendra sebagai raja Sunda saat itu mengasingkan diri ke selatan, sementara penggantinya Raga Mulya atau Prabu Pucuk Umun, berkedudukan di Pulasari (Pandeglang). Dengan segala jasa Syarif Hidayatullah inilah yang kemudian umat Islam di Jawa Barat memanggilnya dengan nama lengkap Syekh Maulana Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati Rahimahullah.[80]

Wafat

Makam Sunan Gunung Jati

Syekh Syarif Hidayatullah Sunan Gunung Jati berpulang ke rahmatullah pada tanggal 26 Rayagung tahun 891 Hijriah atau bertepatan dengan tanggal 19 September 1568 Masehi. Tanggal Jawanya adalah 11 Krisnapaksa bulan Badramasa tahun 1491 Saka.

Sunan Gunung Jati meninggal dalam usia 120 tahun, di mana putra dan cucunya tidak sempat memimpin Cirebon karena meninggal terlebih dahulu. Kepemimpinan Cirebon dipegang sementara oleh Fatahillah selama 2 tahun, antara tahun 1568 sampai ia wafat di tahun 1570 Masehi. Takhta Cirebon lalu diwarisi oleh cicitnya, Zainul Arifin yang naik takhta di usia 23 tahun dengan gelar Panembahan Ratu.

Syekh Syarif Hidayatullah kemudian dikenal dengan nama Sunan Gunung Jati oleh warga Cirebon karena ia dimakamkan di komplek pemakaman bukit Gunung Jati, yang sekarang dikenal dengan nama Astana Gunung Sembung.

Referensi

  1. ^ UIN Sunan Gunung Djati Bandung. "Sejarah UIN Sunan Gunung Djati Bandung". UIN Sunan Gunung Djati Bandung. 
  2. ^ Pangeran Raja (PR) Nasiruddin. 1680. Negara Kertabumi. Cirebon: kesultanan Cirebon
  3. ^ a b https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/19/gematria-of-ishmael-in-the-torah-quran/
  4. ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/29/hagar-the-princess/
  5. ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/12/torahs-hidden-message-muhammad-%ef%b7%ba-and-jesus-%d8%b9-in-the-light-of-gematria-part-ii/
  6. ^ https://www.familytreedna.com/public/Qurayishj1c3d?iframe=yresults
  7. ^ https://yeshivainstitute.wordpress.com/2018/12/08/torahs-hidden-message-muhammad-%ef%b7%ba-and-jesus-%d8%b9-in-the-light-of-gematria/
  8. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d1.htm#g1
  9. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d2.htm#g2
  10. ^ https://www.royalark.net/Arabia/mecca1.htm
  11. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d3.htm#g3
  12. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d4.htm#i22
  13. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d5.htm#i21
  14. ^ https://www.royalark.net/Morocco/morocco2.htm
  15. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d6.htm#i20
  16. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d7.htm#i19
  17. ^ "ISMAIL BIN JAFAR SADIK (148-158/765-775)". www.ismaili.net. Diakses tanggal 2023-08-27. 
  18. ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d7.htm#i440
  19. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d8.htm#i18
  20. ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d8.htm#i564
  21. ^ http://www.ezsoftech.com/stories/infallible10.asp
  22. ^ http://www.royalark.net/Morocco/morocco.htm
  23. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d9.htm#i17
  24. ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d9.htm#i565
  25. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d10.htm#i16
  26. ^ https://id.rodovid.org/wk/Orang:359674
  27. ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d10.htm#i566
  28. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d11.htm#i15
  29. ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d11.htm#i567
  30. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d12.htm#i14
  31. ^ https://www.familytreedna.com/public/baalawi?iframe=yresults
  32. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d13.htm#i13
  33. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d14.htm#i12
  34. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d15.htm#i11
  35. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d16.htm#c81
  36. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d17.htm#i9
  37. ^ https://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d17.htm#i81
  38. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d18.htm#i8
  39. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d19.htm#i82
  40. ^ "1. Al-Amir Abdullah Azmatkhan b. 636c d. 696 - Rodovid ID". id.rodovid.org. Diakses tanggal 2020-12-07. 
  41. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d20.htm#i85
  42. ^ "Asy Syaikh Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin b. 636c d. 711 - Rodovid ID". id.rodovid.org. Diakses tanggal 2020-12-07. 
  43. ^ Unknown (2012-11-04). "Majelis Dakwah Walisongo (MADAWIS): (20 F) Imam As-Sayyid Ahmad Syah Jalaluddin Azmatkhan". Majelis Dakwah Walisongo (MADAWIS). Diakses tanggal 2020-12-07. 
  44. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d21.htm#i86
  45. ^ "1. Asy Syaikh Sayyid Husain Jamaluddin Akbar Jumadil Kubra b. ~ 1310 d. ~ 1453 - Rodovid ID". id.rodovid.org. Diakses tanggal 2020-12-07. 
  46. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d22.htm#i89
  47. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d23.htm#i95
  48. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d24.htm#i97
  49. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d25.htm#i102
  50. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d26.htm#i103
  51. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d27.htm#i104
  52. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d28.htm#i105
  53. ^ http://freepages.rootsweb.com/~naqobatulasyrof/family/main/des/d29.htm#i106
  54. ^ a b Kurnia, Rohmat. 2009. Tempat dan Peristiwa Sejarah di Jawa Barat. Bandung: Sarana Pancakarya Nusa
  55. ^ a b "Kabupaten Cirebon - Sejarah Kabupaten Cirebon". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-07-29. Diakses tanggal 2015-10-16. 
  56. ^ a b Iskandar, Yoseph. 2005. Sejarah Jawa Barat. Bandung: Geger Sunten
  57. ^ Muljana, Slamet (2005). Runtuhnya kerajaan Hindu-Jawa dan timbulnya negara-negara Islam di Nusantara. PT LKiS Pelangi Aksara. hlm. 72. ISBN 9798451163. 
  58. ^ Nafsiah, Siti. 2000. Prof. Hembing pemenang the Star of Asia Award: pertama di Asia ketiga di dunia. Jakarta: Gema Insani Press
  59. ^ Ekajati, Edi Suhardi, Etti R. S, Abdurrahman. 1991. Carita Parahiyangan karya Pangeran Wangsakerta: ringkasan, konteks, sejarah, isi naskah, dan peta. Bandung: Yayasan Pembangunan Jawa Barat
  60. ^ a b Zahorka, Herwig. 2007. The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, Over 1000 Years of Propsperity and Glory. Jakarta. Yayasan Cipta Loka Caraka
  61. ^ Michrob, Drs Halwani, Drs A. Mudjahid Chudori. 1993. Catatan Masa Lalu Banten. Serang: Penerbit Saudara
  62. ^ Pudjiastuti, Titik. 2007. Perang, Dagang, Persahabatan: Surat-surat Sultan Banten. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia
  63. ^ Firdaus, Endang. 2009. Cerita Rakyat dari Serang. Jakarta: Grasindo
  64. ^ Tim Balitbang dan Diklat Kementrian Agama Republik Indonesia. 2007. Kepemimpinan kiai-jawara: relasi kuasa dalam kepemimpinan tradisional religio-magis di pedesaan Banten. Jakarta: Kementrian Agama Republik Indonesia
  65. ^ Pusat Studi Sunda. 2006. Mencari gerbang Pakuan dan kajian lainnya mengenai budaya Sunda. Bandung: Pusat Studi Sunda
  66. ^ De Haan, Frederik. 1932. Oud Batavia. Den Haag: Antiquariaat Minerva
  67. ^ Heuken, A. 1982. Historical Sites of Jakarta. Jakarta. Yayasan Cipta Loka Caraka
  68. ^ a b Pudjiastuti, Titik 2000, 'Sadjarah Banten: suntingan teks dan terjemahan disertai tinjauan aksara dan amanat. Depok: Universitas Indonesia
  69. ^ Untoro, Heriyanti Ongkodharma, 2007. Kapitalisme Pribumi Awal Kesultanan Banten 1522 - 1684. Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia
  70. ^ Effendy, Khasan. Sumanang Rana Dipaprana. 1994. Pertalian keluarga raja-raja Jawa Kulon dengan Keraton Pakungwati: Sunan Gunung Djati muara terakhir keluarga raja-raja Jawa Kulon. kota Bandung: Indra Prahasta
  71. ^ Hendarsyah, Amir. 2010. Cerita Kerajaan Nusantara. Yogyakarta: Great Publisher
  72. ^ "Syahdana, Darussalam Jagad. 2013. Banten Girang Jejak Peradaban Banten yang Berkembang. [[kota Tangerang]]: Banten Hits". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-09. Diakses tanggal 2017-08-24. 
  73. ^ Sariyun, Yugo. 1991. Nilai Budaya dalam Permainan Rakyat Jawa Barat. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
  74. ^ "Syahdana, Darussalam Jagad. 2015. Gunung Pulasari; Kunci Penaklukkan Banten Girang oleh Sunan Gunung Jati. [[kota Tangerang|Tangerang]]: Banten Hits". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-08-08. Diakses tanggal 2017-08-24. 
  75. ^ a b Tim Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. 1997. Kongres Nasional Sejarah, 1996: Sub tema dinamika sosial ekonomi. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia
  76. ^ Lubis, Nina Herlina, 2004. Banten dalam pergumulan sejarah: sultan, ulama, jawara. Jakarta: LP3ES
  77. ^ Ruhimat, Mamat, Nana Supriatna, Kosim. 2006. Ilmu Pengetahuan Sosial Terpadu (Sosiologi, Geografi, Ekonomi, Sejarah). Bandung: Grafindo Media Pratama
  78. ^ Adhyatman, Sumarah. 1981. Antique ceramics found in Indonesia. Jakarta: Himpunan Keramik Indonesia
  79. ^ Taher, Prof. dr. Tarmizi. 2002. Menyegarkan Akidah Tauhid Insani: Mati di Era Klenik. Jakarta: Gema Insani Press
  80. ^ "Kisah Sunan Gunung Jati dan Misteri Hilangnya Istana Pakuan". Sindonews.com. 2015-02-21. Diakses tanggal 2017-03-24. 

Pranala luar

Rujukan Kitab

Sunan Gunung Jati
Lahir: 1448 Meninggal: 1568
Gelar
Didahului oleh:
Walangsungsang
Tumenggung Cirebon
Sultan Cirebon
1482–1568
Diteruskan oleh:
Fatahillah