Pembasuhan kaki

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kristus Membasuh Kaki Para Rasul karya Meister des Hausbuches, 1475 (Gemäldegalerie, Berlin).

Pembasuhan Kaki, atau dalam bahasa Inggris sering disebut Maundy (dari kata Latin mandatum atau mendicare),[1] adalah suatu ritus keagamaan yang dirayakan oleh berbagai denominasi Kristen. Aktivitas ini didasarkan pada catatan Injil Yohanes yaitu dalam Yohanes 13:1–17 menyebutkan bahwa Yesus melakukan tindakan tersebut pada saat Perjamuan Malam Terakhir. Secara khusus, dalam ayat 14–17, Yesus berkata:

14 "Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu.15 Sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.16 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya seorang hamba tidaklah lebih tinggi dari pada tuannya, ataupun seorang utusan dari pada dia yang mengutusnya.17 Jikalau kamu tahu semua ini, maka berbahagialah kamu, jika kamu melakukannya."[2]

Oleh karenanya, banyak denominasi (termasuk Anglikan, Lutheran, Methodis, Presbiterian, dan Katolik) merayakan pencucian atau pembasuhan kaki pada hari Kamis Putih dalam Pekan Suci.[1] Selain itu, bagi beberapa denominasi, pembasuhan kaki merupakan suatu contoh atau teladan. Banyak kelompok sepanjang sejarah Gereja dan banyak denominasi modern, seperti Advent, Anabaptis, Baptis, dan Pentakostal, yang mempraktikan pembasuhan kaki sebagai suatu ordinansi gereja.[1]

Etimologi[sunting | sunting sumber]

Asal mula kata Maundy dalam bahasa Inggris setidaknya memiliki dua kemungkinan:

  1. Dari kata Inggris Pertengahan dan Prancis Lama mandé, yang berasal dari kata Latin mandatum.
  2. Dari kata Latin mendicare, kata Prancis Lama mendier, dan kata Inggris maund, yang berarti "memohon" atau "mengemis" (kata kerja) atau sebuah "keranjang kecil" (kata benda) yang dipegang oleh para pengemis ketika mereka memohon.[3]

Latar belakang[sunting | sunting sumber]

Akar dari praktik ini tampaknya ditemukan dalam kebiasaan-kebiasaan keramahtamahan berbagai peradaban kuno, khususnya ketika sandal merupakan alas kaki utama. Seorang tuan rumah akan menyediakan air untuk para tamu agar dapat membasuh kaki mereka, atau seorang pelayan (hamba) untuk membasuh kaki para tamu. Hal ini disebutkan dalam sejumlah bagian Perjanjian Lama (misalnya Kejadian 18:4; 19:2; 24:32; 43:24; I Samuel 25:41; dll.) serta dokumen sejarah dan keagamaan lainnya. Seorang tuan rumah Timur pada umumnya mungkin akan membungkuk, menyapa, dan mencium tamunya, kemudian menawarkan air agar sang tamu dapat membasuh kakinya sendiri atau meminta pelayan untuk melakukannya. Penggunaan sandal lazimnya memerlukan pembasuhan kaki, namun air juga ditawarkan sebagai suatu kesopansantunan kendati yang bertamu mengenakan sepatu.

1 Samuel 25:41 merupakan catatan pertama yang menceritakan seorang terhormat menawarkan diri untuk membasuh kaki sebagai tanda kerendahan hati. Dalam Yohanes 12, Maria dari Betania meminyaki kaki Yesus, barangkali sebagai ungkapan rasa syukur karena kebangkitan Lazarus saudaranya dari kematian, dan sebagai persiapan kematian dan penguburan Yesus. Alkitab mencatat pembasuhan kaki saudara seiman sebagai suatu praktik dalam Gereja perdana sebagaimana tertulis dalm 1 Timotius 5:10, kemungkinan mengacu pada kesalehan, penyerahan diri, dan/atau kerendahan hati. Istilah-istilah berikut juga digunakan untuk menyebut praktik pembasuhan kaki ini: maundy, pedilavium, dan mandatum.

Catatan Alkitab[sunting | sunting sumber]

Penalaran Kristus dengan Petrus, karya Giotto di Bondone (Cappella Scrovegni a Padova).

Kalangan Kristen yang merayakan pembasuhan kaki melakukan hal ini atas dasar teladan otoritatif dan perintah Yesus sebagaimana tertulis dalam Alkitab bagian Perjanjian Baru pada Injil Yohanes 13:1–15.

1 Sementara itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saat-Nya sudah tiba untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi murid-murid-Nya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada kesudahannya.2 Mereka sedang makan bersama, dan Iblis telah membisikkan rencana dalam hati Yudas Iskariot, anak Simon, untuk mengkhianati Dia.3 Yesus tahu, bahwa Bapa-Nya telah menyerahkan segala sesuatu kepada-Nya dan bahwa Ia datang dari Allah dan kembali kepada Allah.4 Lalu bangunlah Yesus dan menanggalkan jubah-Nya. Ia mengambil sehelai kain lenan dan mengikatkannya pada pinggang-Nya, 5 kemudian Ia menuangkan air ke dalam sebuah basi, dan mulai membasuh kaki murid-murid-Nya lalu menyekanya dengan kain yang terikat pada pinggang-Nya itu.6 Maka sampailah Ia kepada Simon Petrus. Kata Petrus kepada-Nya: "Tuhan, Engkau hendak membasuh kakiku?" 7 Jawab Yesus kepadanya: "Apa yang Kuperbuat, engkau tidak tahu sekarang, tetapi engkau akan mengertinya kelak." 8 Kata Petrus kepada-Nya: "Engkau tidak akan membasuh kakiku sampai selama-lamanya." Jawab Yesus: "Jikalau Aku tidak membasuh engkau, engkau tidak mendapat bagian dalam Aku." 9 Kata Simon Petrus kepada-Nya: "Tuhan, jangan hanya kakiku saja, tetapi juga tangan dan kepalaku!" 10 Kata Yesus kepadanya: "Barangsiapa telah mandi, ia tidak usah membasuh diri lagi selain membasuh kakinya, karena ia sudah bersih seluruhnya. Juga kamu sudah bersih, hanya tidak semua." 11 Sebab Ia tahu, siapa yang akan menyerahkan Dia. Karena itu Ia berkata: "Tidak semua kamu bersih." 12 Sesudah Ia membasuh kaki mereka, Ia mengenakan pakaian-Nya dan kembali ke tempat-Nya. Lalu Ia berkata kepada mereka: "Mengertikah kamu apa yang telah Kuperbuat kepadamu? 13 Kamu menyebut Aku Guru dan Tuhan, dan katamu itu tepat, sebab memang Akulah Guru dan Tuhan.14 Jadi jikalau Aku membasuh kakimu, Aku yang adalah Tuhan dan Gurumu, maka kamupun wajib saling membasuh kakimu; 15 sebab Aku telah memberikan suatu teladan kepada kamu, supaya kamu juga berbuat sama seperti yang telah Kuperbuat kepadamu.[4]

Yesus mendemonstrasikan kebiasaan pada saat itu ketika Ia berkomentar tentang kurangnya keramahtamahan dalam rumah salah seorang Farisi yang tidak menyediakan air untuk membasuh kaki sendiri dalam Injil Lukas 7:44:

44 Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: "Engkau lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku air untuk membasuh kaki-Ku, tetapi dia membasahi kaki-Ku dengan air mata dan menyekanya dengan rambutnya."[5]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Ritus pembasuhan kaki dapat ditelusuri akarnya dalam kitab suci. Praktik ini tetap berlanjut setelah kematian para rasul atau berakhirnya Zaman Apostolik.

Pembasuhan kaki tampaknya dipraktikkan dalam abad-abad awal Kekristenan pasca apostolik kendati bukti mengenai hal ini kurang. Sebagai contoh Tertulianus (145–220) menyebutkan praktik ini dalam De Corona karyanya, tetapi tidak memberikan rincian mengenai siapa yang mempraktikkannya atau bagaimana hal itu dipraktikkan. Pembasuhan kaki dipraktikkan oleh Gereja di Milan (c. 380 M), disebutkan dalam Sinode Elvira (300 M), dan bahkan direferensikan oleh Agustinus dari Hippo (c. 400 M).

Menurut Mennonite Encyclopedia, "Peraturan Santo Benediktus (529 M) untuk Ordo Benediktin menetapkan pembasuhan kaki untuk keramahtamahan di samping pembasuhan kaki komunal untuk kerendahan hati"; suatu pernyataan yang dikonfirmasi oleh Catholic Encyclopedia.[6] Praktik ini tampaknya terbentuk dalam Gereja Roma, walaupun tidak dikaitkan dengan pembaptisan, pada abad ke-8.

Kaum Albigens mempraktikkan pembasuhan kaki sehubungan dengan komuni, dan kebiasaan kaum Waldens yaitu membasuh kaki para pelayan yang sedang berkunjung.

Ada beberapa bukti bahwa pembasuhan kaki dipraktikkan oleh kaum Husit awal; dan praktik ini merupakan salah satu bagian penting dari Reformasi Radikal abad ke-16. Pembasuhan kaki sering kali "ditemukan kembali" atau "dipulihkan" oleh kalangan Protestan dalam konteks kebangkitan agama; para partisipannya berupaya untuk menciptakan kembali iman dan praktik dari zaman para rasul yang telah hilang atau ditinggalkan oleh mereka.

Praktik dalam Katolik Roma[sunting | sunting sumber]

Dalam Gereja Katolik Roma, ritual pembasuhan kaki sekarang dikaitkan dengan Misa Perjamuan Tuhan yang dirayakan dengan cara khusus sebagaimana Perjamuan Terakhir Yesus, sebelum Ia membasuh kaki kedua belas rasul.

Bukti mengenai praktik pembasuhan kaki pada masa kini dapat ditelusuri setidaknya pada paruh kedua abad ke-12, ketika "paus membasuh kaki dua belas subdiakon setelah Misa dan tiga belas orang miskin setelah makan malam."[6]

Dari tahun 1570 sampai 1955 Missale Romanum mencantumkan, setelah teks Misa Kamis Putih, suatu ritus pembasuhan kaki yang tidak berhubungan dengan Misa. Revisi tahun 1955 oleh Paus Pius XII memasukkannya ke dalam Misa. Sejak saat itu, ritus ini dirayakan setelah homili yang mengikuti pembacaan laporan Injil tentang bagaimana Yesus membasuh kaki kedua belas rasul-Nya (Yohanes 13:1–15). Beberapa orang yang dipilih—biasanya dua belas, tetapi Missale Romanum tidak menetapkan jumlahnya—akan duduk di kursi-kursi yang telah disiapkan di suatu tempat yang cocok. Imam akan menghampiri masing-masing orang itu, dengan bantuan para pelayan, menuangkan air ke atas kaki masing-masing orang dan mengeringkannya. Di Amerika Serikat, adalah lazim mengadakan suatu perayaan komunal: para anggota awam suatu kongregasi secara bergiliran membasuh kaki satu sama lain. Ada beberapa kalangan yang mendukung pembatasan ritual ini khusus untuk klerus atau setidaknya kaum laki-laki.[7] Pada suatu masa, sebagian besar monarki Eropa juga mempraktikkan Pembasuhan Kaki di dalam istana kerajaan mereka pada hari Kamis Putih; Kaisar Austria-Hungaria dan Raja Spanyol masih mempraktikkannya sampai dengan awal abad ke-20.[6]

Berlawanan dengan norma-norma tahun 1955, Paus Fransiskus membasuh kaki dua orang perempuan dan umat Muslim di suatu penjara anak-anak di Roma pada tahun 2013.[8][9] Pada tahun 2016 diumumkan bahwa Missale Romanum telah direvisi untuk mengizinkan kaum perempuan dibasuh kakinya pada hari Kamis Putih; sebelumnya hanya kaum laki-laki yang diperkenankan.[10] Pada tahun 2016 para imam Katolik di seluruh dunia membasuh kaki kaum laki-laki maupun perempuan pada peringatan Kamis Putih; menurut The Washington Post, "sikap kerendahan hati mereka menunjukkan kepada banyak kalangan perkembangan keikutsertaan di dalam Gereja Katolik."[11]

Praktik dalam Kekristenan Timur[sunting | sunting sumber]

Ikon Ortodoks tentang Kristus membasuh kaki para Rasul (abad ke-16, mazhab ikonografi Pskov).

Ortodoks Timur dan Katolik Bizantin[sunting | sunting sumber]

Gereja Ortodoks Timur dan Gereja Katolik Timur mempraktikkan ritual Pembasuhan Kaki pada hari Kamis Putih sesuai dengan ritus kuno mereka masing-masing. Layanan ini dapat dilakukan oleh seorang uskup, dengan membasuh kaki dua belas imam; atau oleh seorang Hegumen (Abbas) dengan membasuh kaki dua belas anggota persaudaraan dalam biaranya. Upacara ini berlangsung pada akhir Liturgi Ilahi.

Setelah Komuni Kudus, dan sebelum pembubaran, para saudara semuanya pergi dalam prosesi ke tempat di mana Pembasuhan Kaki diadakan (mungkin di tengah-tengah gereja, narthex, atau di luar). Setelah mazmur, beberapa troparion (himne), dan ektenia (litani) didaraskan, uskup atau abbas akan membacakan doa. Lalu diakon membaca perikop dari Injil Yohanes tersebut, sementara klerus melakukan peran Kristus dan para rasul-Nya, masing-masing tindakan dilantunkan oleh sang diakon. Diakon akan berhenti ketika dialog antara Yesus dan Petrus dimulai. Seorang klerus senior di antara mereka yang kakinya sedang dibasuh mengucapkan kata-kata Petrus, dan uskup atau abbas mengucapkan kata-kata Yesus. Kemudian sang uskup atau abbas menyimpulkan pembacaan Injil tersebut, setelah itu mengucapkan doa lain dan memerciki semua orang yang hadir dengan air yang digunakan untuk pembasuhan kaki. Prosesi tersebut kemudian kembali ke gereja dan ritual pembubaran dilangsungkan sebagaimana biasa.

Ortodoks Oriental[sunting | sunting sumber]

Uskup Agung Sebouh Chouldjian dari Gereja Apostolik Armenia sedang membasuh kaki anak-anak.

Ritus pembasuhan kaki juga dipraktikkan dalam Gereja Ortodoks Oriental pada hari Kamis Putih.

Dalam Gereja Ortodoks Koptik, layanan ini dilakukan oleh imam paroki. Ia memberkati air yang digunakan untuk membasuh kaki dengan salib, sebagaimana yang dilakukan saat memberkati air untuk air suci dan ia membasuh kaki seluruh jemaat. Dalam Gereja Ortodoks Siria, layanan ini dilakukan oleh seorang uskup atau imam. Ada sejumlah 12 laki-laki yang dipilih, baik imam maupun kaum awam, dan uskup atau imam akan membasuh dan mencium kaki kedua belas laki-laki tersebut. Hal ini dipandang bukan sekadar dramatisasi peristiwa masa lalu. Selanjutnya seluruh jemaat berdoa demi penyucian dan pembersihan mereka dari dosa-dosa mereka.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Peter C. Bower. The Companion to the Book of Common Worship. Geneva Press. Diakses tanggal 2009-04-11. Maundy Thursday (or le mandé; Thursday of the Mandatum, Latin, commandment). The name is taken from the first few words sung at the ceremony of the washing of the feet, "I give you a new commandment" (John 13:34); also from the commandment of Christ that we should imitate His loving humility in the washing of the feet (John 13:14–17). The term mandatum (maundy), therefore, was applied to the rite of foot-washing on this day. 
  2. ^ Yohanes 13:14–17
  3. ^ Notes about Lent and Holy Week, Discipling Ministry — Shepherd of the Mountains, 3-12-2012
  4. ^ Yohanes 13:1–15
  5. ^ Lukas 7:44
  6. ^ a b c  Herbermann, Charles, ed. (1913). "Washing of Feet and Hands". Catholic Encyclopedia. New York: Robert Appleton Company. 
  7. ^ Washing of the Feet on Holy Thursday. Catholic Online. March 29, 2006.
  8. ^ [1] NPR, March 28, 2013.
  9. ^ [2] Diarsipkan 2013-04-08 di Wayback Machine. Logos, March 28, 2013.
  10. ^ Daniel Burke, CNN Religion Editor (21 January 2016). "Pope Francis changes foot-washing rite to include women - CNN.com". CNN. 
  11. ^ The Catholic Church puts one foot forward on the path to including women The Washington Post, March 26, 2016

Pustaka[sunting | sunting sumber]

  • Sejarah dan informasional
    • Appalachian Mountain Religion: a History, by Deborah Vansau McCauley (ISBN 0-252-06414-3)
    • Catholic Encyclopedia, Charles G. Herbermann, Edward A. Pace, Condé B. Pallen, Thomas J. Shahan, and John J. Wynne, editors
    • Eerdman's Handbook to the History of Christianity, Tim Dowley, et al., editors
    • Encyclopedia of Religion in the South, Samuel S. Hill, editor
    • Foxfire 7, Paul F. Gillespie, editor
    • Manners and Customs of Bible Lands, by Fred H. Wight
    • Mennonite Encyclopedia (Vol. 2), Cornelius J. Dyck, Dennis D. Martin, et al., editors
  • Sejarah dan teologal (kontra)
    • Footwashing by the Master and by the Saints, by Elam J. Daniels
    • Manual of Church Order (ch. 6), by J. L. Dagg
  • Sejarah dan teologal (pro)
    • The Washing of the Saints' Feet, by J. Matthew Pinson (Randall House, 2006, ISBN 0-89265-522-4)
    • A Free Will Baptist Handbook: Heritage, Beliefs, and Ministries, by J. Matthew Pinson
    • Baptist Doctrine: the Doctrine of Foot Washing, by R. L. Vaughn
    • Footwashing in John 13 and the Johannine Community, by John Christopher Thomas
    • Washing the Saints' Feet shown to be an Ordinance of Christ, by Joseph Sorsby

Lihat pula

Pranala luar[sunting | sunting sumber]