Pandemi Covid-19 di Jerman
Penyakit | COVID-19 |
---|---|
Galur virus | SARS-CoV-2 |
Lokasi | Jerman |
Kasus pertama | Bavaria |
Tanggal kemunculan | 27 Januari 2020 (4 tahun, 8 bulan, 4 minggu dan 1 hari) |
Asal | Wuhan, Hubei, Tiongkok[1][2] |
Kasus terkonfirmasi | 62,335[3] |
Kasus sembuh | 5,024 (dikonfirmasi)[3] 11,500 (perkiraan)[a][3] |
Kematian | 533[3] |
Pandemi koronavirus 2019–2020 di Jerman pertama kali dikonfirmasi pada tanggal 27 Januari 2020 di Bavaria, bermula dari sebuah pertemuan bisnis di kantor perusahaan otomotif Webasto, karyawan Webasto di kantor tersebut mengadakan pertemuan dengan dua karyawan asal Tiongkok yang salah satunya baru saja berkunjung ke Shanghai dan menemui keluarganya dari Wuhan yang terjangkit Covid-19 pada 22 Januari,[4] kasus di pabrik mobil di Bavaria tersebut merupakan penyebab terbesar kasus COVID-19 lainnya yang ditemukan kemudian sepanjang bulan Januari dan Februari.
Nordrhein-Westfalen adalah wilayah yang paling terdampak dengan temuan kasus infeksi COVID-19 tertinggi di Jerman,[5] pemerintah mengumumkan kematian pertamanya pada 9 Maret 2020 yang dialami oleh dua pasien, satu pasien merupakan wanita berusia 89 tahun di Essen, Nordrhein-Westfalen dan pria berusia 78 tahun di Heinsberg.
Kasus-kasus lain yang kemudian ditemukan di Jerman dibawa oleh wisatawan maupun warga lokal yang bepergian dari negara-negara terdampak pandemi seperti Italia, Tiongkok, dan Iran yang kemudian dihentikan per 18 Maret. Pandemi yang muncul di Italia sejak 25 dan 26 Februari juga berpengaruh pada munculnya kasus-kasus baru di Baden-Württemberg. Kasus lain yang tidak berhubungan dengan pandemi di Italia juga muncul di berbagai state seperti Nordrhein-Westfalen, Rheinland-Pfalz, termasuk di Baden-Württemberg juga. Kasus lain di Heinsberg banyak berhubungan dengan penularan yang terjadi di acara karnaval di Gangelt.[6]
Kronologi
[sunting | sunting sumber]Bagian ini memerlukan pengembangan. Anda dapat membantu dengan mengembangkannya. |
Dampak
[sunting | sunting sumber]Sebagai salah satu negara dengan sistem jaminan kesehatan publik paling mapan di dunia,[7] Jerman telah memiliki dokumen Rencana Pandemi Nasional yang memuat aktor, tanggungjawab, hingga langkah dan aturan yang akan ditempuh dalam masa pandemi baik yang ada di level nasional maupun state. Dalam amanat Rencana Pandemi Nasional ini, Robert Koch Institute (RKI) akan menjadi penasehat dalam segala bentuk kebijakan pemerintah yang diambil terkait dengan penanggulangan pandemi. Target rencana pandemi nasional Jerman yang diumumkan di awal bulan Maret akan mencakup:
- Menekan dan mengurangi angka morbiditas dan mortalitas
- Memastikan perawatan terhadap penderita
- Pemeliharaan layanan publik yang penting
- Pembukaan informasi yang singkat dan akurat untuk para pengambil kebijakan, media, dan masyarakat.
Rencana pandemi nasional memuat tiga tahap langkah pemerintah yang terkesan tumpang tindih dan ditempuh tidak linear:
- Containmen/penekanan ekspansi kluster yang terdampak.
- Protection/perlindungan pada keadaan penyebaran infeksi lebih lanjut dan sumber infeksi yang tak diketahui
- Mitigation/mitigasi pada keadaan infeksi yang meluas.
Pada tahap containment, otoritas kesehatan memfokuskan pada identifikasi orang-orang yang tergolong perlu dimasukkan ke dalam karantina pribadi, dipantau dan diuji. Karantina pribadi diawasi oleh dinas kesehatan setempat sehingga dapat menjaga rantai infeksi tetap pendek yang mengarah ke kluster yang dibatasi, dalam tahap ini pemerintah masih menganggap belum perlu untuk membatasi ruang gerak publik. Pada tahap protection, strategi ini akan berubah menjadi menggunakan tindakan langsung untuk melindungi orang-orang yang rentan agar tidak terinfeksi, Jerman telah memasuki tahap ini sejak 13 Maret 2020 dengan kebijakan penutupan sekolah dan taman kanak-kanak, menunda semester akademik dan melarang kunjungan ke panti jompo untuk melindungi orang tua dan penutupan perbatasan yang berlaku dua hari kemudian, pada 22 Maret pemerintah juga menerapkan jam malam. Tahap mitigation pada akhirnya akan mencoba untuk menghindari lonjakan perawatan intensif untuk mempertahankan layanan medis.
Linimasa
[sunting | sunting sumber]Januari 2020
[sunting | sunting sumber]- 22 Januari, pemerintah Jerman mengumumkan bahwa risiko COVID-19 di negaranya masih sangat kecil dan tak lebih berbahaya dari SARS sehingga tak perlu mengadakan peringatan bepergian.[8]
- 27 Januari, kemunculan kasus infeksi COVID-19 pertama di Bavaria masih dipandang berisiko rendah bagi penyebaran lainnya dan pemerintah mengatakan fasilitas kesehatan Jerman akan mampu menampung kasus-kasus lainnya.[9]
- 28 Januari, pemerintah mulai membangun saluran siaga/hotline karena banyaknya konspirasi yang menyebar di masyarakat yang memivu kepanikan. Pada hari yang sama, pemerintah juga mengeluarkan penundaan terhadap semua penerbangan menuju Tiongkok setelah ditemukan kasus infeksi pada maskapai penerbangan Jerman Lufthansa.[10]
- 29 Januari, pemberitaan ramai mengabarkan habisnya persediaan masker. Pemerintah memerintahkan pilot penerbangan dari Tiongkok untuk melaporkan status kesehatan penumpang mereka dan memerintahkan penumpang untuk mengisi dokumen kontak. Meski otoritas kesehatan mengharapkan lebih banyak orang mengisolasi diri namun merek mereka tetap mengatakan bahwa fasilitas kesehatan akan mampu mencegah penyebaran lebih lanjut.
- 30 Januari, di televisi nasional seorang virolog yang merujuk pada pemerintah yang menyebut gelombang flu 2018 lebih berbahaya dari koronavirus.
Februari 2020
[sunting | sunting sumber]- 1 Februari, Menteri Kesehatan Jerman, Spahn, mengatakan bahwa mereka yang terinfeksi koronavirus dan yang pernah berkontak langsung dengan mereka akan mungkin distigmatisasi atau dikucilkan secara sosial, ia juga menjamin semua warga negara Jerman yang telah dievakuasi dari Tiongkok sebelumnya dalam keadaan sehat.
- 13 Februari, pada pertemuan para Menteri Kesehatan Uni Eropa, Menteri Kesehatan Jerman, Spahn, menyampaikan penolakannya atas pembatasan perjalanan dari atau menuju Tiongkok, ia juga menolak untuk menerapkan pengukuran suhu penumpang yang tiba di negaranya.
- 24 Februari, Pameran Perdagangan Light + Building di Frankfurt ditunda hingga September.
- 25 Februari, muncul wacana penutupan perbatasan negara dari politisi sayap kanan partai Alternatif untuk Jerman, Alice Weidel.
- 26 Februari, merebaknya kasus infeksi COVID-19 di Nordrhein-Westfalen membuat Heinsberg akhirnya menutup segala kegiatan sekolah, kolam renang, perpustakaan, dan balai kota hingga 2 Maret. Bandara militer Cologne-Wahn ditutup sementara. Beberapa acara olahraga dan seni juga terpaksa ditunda termasuk kejuaraan bulu tangkis Jerman Terbuka di Müllheim. Meski demikian, pemerintah masih belum berniat melakukan pembatasan penerbangan dari dan menuju Italia karena dapat mengakibatkan pembatalan gratis pada penerbangan yang telah dipesan.
- 28 Februari, Jerman akhirnya menduduki peringkat kesembilan sebagai negara paling terinfeksi COVID-19 di dunia sekaligus yang kedua di Eropa setelah Italia. Heinsberg juga mengumumkan perpanjangan penutupan fasilitas publik sampai 6 Maret. Pemerintah juga mengeluarkan imbauan untuk isolasi mandiri bagi mereka yang pernah berkontak langsung dengan penderita maupun bagi orang yang menunjukkan gejala flu selama 14 hari. Pemerintah belum mengumumkan kebijakan pelarangan sepenuhnya dari negara-negara terdampak, acara-acara yang mengumpulkan masa dalam jumlah besar juga tak selalu harus dibatalkan, namun bagi mereka yang melakukan perjalanan baik jalur laut maupun udara dari Tiongkok, Korea Selatan, Jepang, Italia, dan Iran diwajibkan melaporkan kondisi kesehatan mereka, pemerintah juga mengumumkan akan memproduksi masker dan APD dalam jumlah besar sebagai bentuk antisipasi keadaan selanjutnya.
- 29 Februari, beberapa daerah seperti Nordrhein-Westfalen mengalami pembelian karena panik terutama pada produk masker, obat-obatan dan disinfektan, pemerintahpun mengimbau masyarakat untuk tidak panik membeli dan diprioritaskan untuk orang-orang yang membutuhkan, rumah sakit, dan petugas medis. Beberapa supermarket seperti Aldi dan Lidl juga mengalami peningkatan permintaan terutama pada produk makanan kaleng, mie, kertas toilet (penjualannya naik hingga 700% dalam periode Februari-Maret) dan disinfektan.
Maret 2020
[sunting | sunting sumber]- 1 Maret, jumlah penderita terinfeksi COVID-19 meningkat hingga dua kali lipat dalam sehari, pemerintah melalui Menteri Dalam Negeri mengatakan bahwa vaksin akan segera ditemukan setidaknya akhir tahun ini, Menteri Keuangan juga menyatakan bahwa pemerintah telah menyiapkan stimulus guna menanggulangi dampak ekonomi akibat pandemi, sedangkan Menteri Kesehatan mengimbau untuk semua orang yang sedang mengalami gejala demam untuk tidak menghadiri acara apapun yang melibatkan orang banyak.[11]
- 2 Maret, Robert Koch Institute menyatakan status "moderate" penanggulangan pandemi di Jerman, sedangkan Pusat Pencegahan dan Kontrol Penyakit Eropa/European Centre for Disease Prevention and Control meningkatkan status menjadi "high" penanggulangan pandemi se-Uni Eropa. Meski demikian, Menteri Kesehatan tetap menentang wacana penutupan perbatasan, pabrik, dan pembatalan acara besar, maupun pembatasan penerbangan langsung ke Tiongkok karena dianggap tidak perlu, pemerintah Jerman juga mengirim bantuan peralatan laboratorium, alat pelindung diri, dan sarung tangan untuk keperluan medis penanganan pandemi koronavirus di Iran.
- 3 Maret, German National Association of Statutory Health Insurance Physicians, Bavarian State Chamber of Medicine, Bavarian Association of Paediatricians, dan Association of General Practitioners of Berlin and Brandenburg, melaporkan kurangnya peralatan medis khususnya alat pelindung diri untuk menangani pasien. Pemerintah federal melalui Menteri Keuangan menyatakan akan mendorong bantuan keuangan bagi perusahaan yang terdampak pandemi.
- 4 Maret, pemerintah mulai menghentikan dan melarang ekspor peralatan medis seperti alat pelindung diri, masker, dan sarung tangan untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri yang semakin mendesak. Menteri Kesehatan mengimbau masyarakat untuk tetap tenang karena efek kepanikan akan dapat lebih buruk dari efek virus itu sendiri.
- 6 Maret, Menteri Kesehatan Spahn mengatakan pemerintah belum akan membatasi perjalanan dari dan menuju negara-negara Uni Eropa dan menentang rencana penutupan sekolah dan universitas di Jerman, ia hanya mengimbau untuk tidak melakukan perjalanan yang tidak perlu dan isolasi diri bagi mereka yang baru bepergian dari negara-negara terdampak.
- 8 Maret, Menteri Kesehatan akhirnya mengimbau untuk membatalkan segala bentuk acara yang mengumpulkan lebih dari 1.000 orang. Negara tetangga yakni Polandia mengumukan bahwa pihaknya akan memberlakukan pengecekan temperatur secara acak bagi para penumpang bus yang melintasi perbatasan Jerman-Polandia dan mulai berlaku esok hari.
- 9 Maret, pemerintah melaporkan kematian pertamanya, kasus positif infeksi COVID-19 juga telah mencapai lebih 1.000 kasus. Kanselir Jerman yang sedari awal tidak begitu aktif terlihat dalam penanganan masalah pandemi akhirnya muncul dan mengumumkan akan mengeluarkan kebijakan stimulus untuk meredam efek ekonomi yang terjadi. Menteri Kesehatan kembali mengimbau masyarakat untuk memiliki rasa tanggungjawab sosial dengan mengurangi semua aktivitas luar ruangan yang tidak perlu, meski demikian Ia belum mengimbau untuk menutup sekolah dan tempat penitipan anak.
- 16 Maret, semua negara bagian federal menerapkan langkah-langkah ekstensif untuk menegakkan social distancing seperti melakukan penutupan sekolah dan tempat penitipan anak, menutup perbatasan dengan Austria, Denmark, Prancis, Luksemburg dan Swiss.[12]
- 23 Maret, pertemuan lebih dari 2 orang (kecuali keluarga dan anggota rumah tangga) dilarang di semua negara bagian. Restoran dan bisnis yang berhubungan dengan perawatan tubuh seperti salon ditutup.[12]
April 2020
[sunting | sunting sumber]- 10 April, semua pelancong yang tiba di Jerman, harus dikarantina selama 14 hari.[13]
- 15 April, terjadi penurunan kasus sehingga pemerintah mengumumkan pelonggaran bertahap untuk pembatasan sosial.[13]
- Infeksi baru mulai menurun pada 2 April 2020, jumlah kasus aktif mulai menurun pada 6 April 2020, dan angka kematian mulai menurun pada 17 April 2020.[14]
- 18 April, Menteri kesehatan Jerman Jens Spahn mengatakan wabah virus corona di Jerman terkendali usai dilaukannya karantina wilayah selama satu bulan. Jens Spahn mengatakan bahwa sejak 12 April, jumlah pasien yang sembuh secara konsisten lebih tinggi dari jumlah infeksi baru.[15]
Mei 2020
[sunting | sunting sumber]- 6 Mei 2020, Kanselir Jerman, Angela Merkel, mengumumkan pelonggaran pembatasan nasional secara menyeluruh seusai bertemu dengan para pemimpin 16 negara bagian di Jerman. Pelonggaran pembatasan tersebut membuat semua toko diizinkan kembali buka, murid-murid kembali ke sekolah secara bertahap dan liga-liga sepak bola lokal dapat kembali lagi beraktivitas.[16]
- 13 Mei: Kanselir meminta warga Jerman untuk tetap berhati-hati dan disiplin selama fase pembukaan kembali.[17]
- 15 Mei: demonstrasi pertama "anti-restrictions" di Jerman.[17]
- 19 Mei: Kanselir Jerman dan Presiden Prancis memperkenalkan rencana penyelamatan 500 miliar euro untuk memungkinkan pemulihan ekonomi Eropa.[17]
Juni 2020
[sunting | sunting sumber]- 1 Juni 2020, jumlah orang yang terinfeksi di Jerman hampir mencapai 184.000 dan jumlah kematian akibat Covid-19 adalah 8.722, dengan angka kematian mendekati 4,7%.[17]
- 15 Juni, Jerman berencana untuk membuka kembali sepenuhnya perbatasannya dengan area Schengen dan negara Uni Eropa lainnya.[18]
- 16 Juni, ditengah krisis Covid-19 yang terus menyebar ke negara-negara yang sebelumnya sudah menghadapi dampak kekeringan, krisis ekonomi, dan konflik, Jerman berdonasi untuk melindungi negara-negara Afrika dengan asuransi iklim. Donasi Jerman akan digunakan untuk mendanai pertanggungan asuransi untuk sekitar 108.000 orang di Mauritania; 175.000 orang di Burkina Faso; 45.000 orang di Gambia; 745.000 orang di Mali dan 266.000 orang di Zimbabwe.[19]
Januari 2021
[sunting | sunting sumber]- 8 Januari, terctata 1.188 kematian baru dilaporkan. Interpretasi data belum lengkap karena adanya penundaan test dan pencatatan selama Natal dan Tahun Baru. Jerman memiliki penanganan lebih baik daripada beberapa negara Eropa lainnya selama gelombang Covid-19 pertama di musim semi tetapi di gelombang kedua Jerman mengalami kesulitan.[20]
- 11 Januari, Jerman kembali memberlakukan putaran lain social distancing untuk membatasi kontak sosial dan membantu rumah sakit mengatasi lonjakan pasien.[20]
Februari 2021
[sunting | sunting sumber]- 11 Februari, Kanselir Jerman Angela Merkel dan 16 gubernur negara Jerman memutuskan untuk memperpanjang lockdown hingga 7 Maret di tengah kekhawatiran bahwa varian virus baru Covid-19 dapat meningkatkan kasus harian warganya.[21]
- Merkel dan gubernur sepakat bahwa negara bagian diperbolehkan membuka kembali sekolah secara bertahap asalkan menerapkan protokol kebersihan untuk mengekang penyebaran virus. Pemerintah juga berencana memberikan vaksin lebih cepat kepada staf taman kanak-kanak dan guru sekolah dasar.[21]
Maret 2021
[sunting | sunting sumber]- 12 Maret, Kepala badan kesehatan masyarakat Jerman pada hari Jumat memperingatkan bahwa gelombang ketiga infeksi virus Covid-19 telah dimulai. Hal itu terjadi pada saat Jerman mulai secara bertahap melonggarkan lockdown di sejumlah wilayah dan di tengah upaya pemerintah untuk mempercepat peluncuran vaksinasi.[22]
- 11 Maret, RKI mengatakan bahwa jumlah kasus Covid naik 14.356 yang dikonfirmasi selama 24 jam, data tersebut merupakan penghitungan harian tertinggi yang tercatat di Jerman dalam dua minggu terakhir.[22]
- Hingga saat ini, lebih dari 2,5 juta orang telah tertular Covid di Jerman, dengan 73.127 kematian, menurut data yang dikumpulkan oleh Universitas Johns Hopkins.[22]
- 15 Maret, Menteri Kesehatan Jens Spahn menyampaikan berita terbaru mengenai vaksinasi CoronaCovid-19 di Jerman. Penggunaan vaksin yang diproduksi oleh perusahaan Swedia-Inggris AstraZeneca akan dihentikan, efektif segera, karena laporan dari beberapa kasus trombosis vena serebral yang mungkin disebabkan oleh produk tersebut.[23]
- Dari 60 juta dosis vaksin yang dijadwalkan untuk kuartal kedua, hampir 17 juta berasal dari AstraZeneca.[24]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Q&A on coronaviruses (COVID-19)". www.who.int (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 24 March 2020.
the outbreak began in Wuhan, China, in December 2019.
- ^ Sheikh, Knvul; Rabin, Roni Caryn (March 10, 2020). "The Coronavirus: What Scientists Have Learned So Far". The New York Times. Diakses tanggal March 24, 2020.
- ^ a b c d "Wie sich das Coronavirus in Ihrer Region ausbreitet" [How the coronavirus affects your region] (dalam bahasa German). Zeit Online. 29 March 2020.
- ^ SPIEGEL, DER. "Coronavirus: Bayerische Behörden bestätigen ersten Fall in Deutschland - DER SPIEGEL - Wissenschaft". www.spiegel.de (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2020-03-14.
- ^ "RKI - Coronavirus SARS-CoV-2 - COVID-19: Fallzahlen in Deutschland und weltweit". www.rki.de. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-23. Diakses tanggal 2020-03-30.
- ^ "Kreis Heinsberg". Kreis Heinsberg. Diakses tanggal 2020-03-30.
- ^ Times, I. D. N.; Silawati, Dwi Ayu (2020-03-24). "9 Negara dengan Sistem Jaminan Kesehatan Terbaik di Dunia". IDN Times. Diakses tanggal 2020-03-30.
- ^ Streckmann, Carolin. "Einschätzung der Bundesregierung: Neues Virus kein Grund für Alarmismus". RP ONLINE (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2020-03-30.
- ^ "Corona-Virus: Bundesregierung hält Risiko für Deutschland sehr gering". www.rheinpfalz.de (dalam bahasa Jerman). Diakses tanggal 2020-03-30.
- ^ "Spahn zum Coronavirus: „Eilverordnung" und neue Flug-Regel kommen - Minister ruft zu Gelassenheit auf". HNA.de (dalam bahasa Jerman). 2020-01-30. Diakses tanggal 2020-03-30.
- ^ "Coronavirus cases in Germany jump to 117". Reuters (dalam bahasa Inggris). 2020-03-01. Diakses tanggal 2020-03-31.
- ^ a b "Coronavirus Disease 2019 (COVID-19) Daily Situation Report of the Robert Koch Institute" (PDF). Robert Koch Institute. 24 Maret 2020. Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ a b "Emerging COVID-19 success story: Germany's strong enabling environment". Our World in Data. 30 Juni 2020. Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ Plümper, Thomas; Neumayer, Eric (11 June 2020). "Wealthier districts were hit by Covid-19 first in Germany, but their lockdowns were more effective". Voxeu.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ "Virus corona: Jerman nyatakan wabah telah 'terkendali', apa yang sudah dilakukan?". BBC News Indonesia. 18 April 2020. Diakses tanggal 16 Maret 2021.
- ^ "Virus corona: Tingkat penyebaran Covid-19 di Jerman meningkat setelah pelonggaran 'lockdown'". BBC News. 11 Mei 2020. Diakses tanggal 16 Maret 2021.
- ^ a b c d "Europe Versus Coronavirus - Germany, a Resilient Model". Institut Montaigne (dalam bahasa Inggris). 4 Juni 2020. Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ Elseven, Aykut (9 Juni 2020). "Reopening Germany's Borders: Update June 2020 COVID-19". Schlun & Elseven (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ "Amid COVID-19 crises, Germany donates to protect African countries with climate insurance". World Food Programme (dalam bahasa Inggris). 16 Juni 2020. Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ a b "Germany logs new record of daily Covid-19 deaths amid worries of 'pandemic fatigue'". The Local. 14 Januari 2021. Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ a b "Germany extends COVID-19 lockdown until March 7". Euronews (dalam bahasa Inggris). 11 Februari 2021. Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ a b c Meredith, Sam (12 Maret 2021). "Germany declares a Covid 'third wave' has begun; Italy set for Easter lockdown". CNBC (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ Marcus, Imanuel (15 Maret 2021). "Germany Suspends Vaccinations with AstraZeneca Product". The Berlin Spectator (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 17 Maret 2021.
- ^ "German COVID-19 Cases Are Growing Exponentially Again, Expert Warns". U.S News (dalam bahasa Inggris). 16 Maret 2021. Diakses tanggal 17 Maret 2021.
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "lower-alpha", tapi tidak ditemukan tag <references group="lower-alpha"/>
yang berkaitan