Pengguna:Dedhert.Jr/Uji halaman 01/1

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Groups of two to twelve dots, showing that the composite numbers of dots (4, 6, 8, 9, 10, and 12) can be arranged into rectangles but prime numbers cannot
Bilangan komposit dapat disusun menjadi persegi panjang, sedangkan bilangan prima tidak dapat.

Bilangan prima adalah bilangan asli lebih dari 1 yang bukan hasilkali dari dua bilangan asli yang lebih kecil. Bilangan asli yang lebih dari 1 dan bukan bilangan prima disebut bilangan komposit. Misalnya, 5 adalah bilangan prima karena 5 dapat ditulis sebagai atau , sedangkan 4 bukanlah bilangan prima karena hasilkalinya (), dengan kedua bilangan lebih kecil dari 4. Bilangan prima merupakan bagian pusat dari teori bilangan karena melibatkan teorema dasar aritmetika: setiap bilangan asli lebih besar dari 1 adalah bilangan prima itu sendiri atau dapat difaktorkan sebagai hasil kali tunggal hingga urutannya.

Sifat-sifat yang menjadikan bilangan prima disebut primalitas. Metode sederhana namun lambat yang memeriksa primalitas untuk bilangan , disebut pembagian percobaan. Metode ini menguji apakah kelipatan dari suatu bilangan bulat antara dan . Algoritma lebih cepatnya adalah uji primalitas Miller–Rabin, algoritma cepat namun memiliki kesempatan galat kecil; dan uji primalitas Agrawal–Kayal–Saxena, algoritma yang selalu memberikan solusi yang benar dalam waktu polinomial, namun sangat lambat bila dipraktekkan. Metode cepat khususnya tersedia dalam bilangan bentuk khusus, seperti bilangan Mersenne. Hingga pada Desember 2018, bilangan prima terbesar yang diketahui merupakan bilangan prima Mersenne dengan 24.862.048 digit.[1]

Sekitar 300 SM, Euklides menjelaskan bahwa ada tak berhingga banyaknya bilangan prima. Tidak ada rumus sederhana yang memisahkan bilangan prima dari bilangan komposit. Akan tetapi, sebaran bilangan prima dalam jumlah bilangan asli yang sangat banyak dapat digambar secara statistik. Hasil pertama sebaran bilangan prima tersebut mengarah pada teorema bilangan prima, yang dibuktikan pada akhir abad ke-19. Teorema ini mengatakan bilangan terbesar yang dipilih secara acak menjadi bilangan prima berbanding terbalik dengan jumlah digitnya, yaitu logaritma.

Beberapa masalah-masalah bersejarah yang melibatkan bilangan prima masih belum terpecahkan. Masalah di antaranya konjektur Goldbach, yang menyatakan bahwa setiap bilangan bulat lebih besar dari 2 dapat dibentuk sebagai jumlah dua bilangan prima, dan konjektur bilangan prima kembar, menyatakan bahwa ada tak berhingga banyaknya pasangan bilangan prima yang memiliki sebuah bilangan genap di antaranya. Masalah-masalah tersebut mendorong pengembangan berbagai cabang dalam teori bilangan, yang fokus pada aspek bilangan analitik atau bilangan aljabar. Dalam kehidupan sehari-hari, bilangan prima dipakai dalam teknologi informasi, seperti kriptografi kunci publik, yang bergantung pada kesulitan memfaktorkan bilangan yang lebih besar menjadi faktor bilangan prima. Dalam aljabar abstrak, objek yang umumnya berperilaku sebagai bilangan prima di antaranya elemen bilangan prima dan ideal bilangan prima.

Definisi dan contoh[sunting | sunting sumber]

Bilangan asli (1, 2, 3, 4, 5, dst.) dapat dikatakan bilangan prima jika bilangan asli lebih besar dari 1 dan tidak dapat ditulis sebagai hasil kali bilangan asli yang lebih kecil. Bilangan asli yang lebih dari 1, namun bukan merupakan bilangan prima disebut bilangan komposit.[2] Dengan kata lain, dikatakan bilangan prima jika terdapat benda tidak dapat dibagi menjadi kelompok dengan jumlah yang sama, yang terdiri dari satu benda.[3] Bilangan prima juga diilustrasikan sebagai susunan titik menjadi persegi panjang yang lebar dan tingginya lebih dari satu titik.[4] Misalnya, bilangan di antara 1 sampai 6, bilangan primanya adalah 2, 3, dan 5;[5] karena tidak ada bilangan lain yang membagi ketiga bilangan tersebut tanpa adanya sisa. 1 bukan bilangan prima, karena merupakan pengecualian yang khusus dalam definisi di atas. 4 = 2 × 2 dan 6 = 2 × 3 merupakan bilangan komposit.

Gambaran melalui batang Cuisenaire bahwa 7 adalah bilangan prima. Karena 2, 3, 4, 5, atau 6 yang tidak dapat membagi 7 secara merata.

Pembagi bilangan asli adalah bilangan asli yang membagi sama rata. Pembagi pada setiap bilangan asli tersebut adalah 1 dan dirinya sendiri. Jika memiliki pembagi lain, maka bukanlah bilangan prima. Gagasan ini merujuk ke sebuah definisi bilangan prima yang berbeda namun ekuivalen: terdapat bilangan setidaknya dua pembagi bilangan positif, 1 dan dirinya sendiri.[6] Ada cara lain untuk menjelaskan hal tersebut, yaitu: adalah bilangan prima jika lebih besar dari 1 dan tidak ada bilangan yang membagi sama rata.[7]

Berikut adalah 25 bilangan prima pertama (semua bilangan prima yang lebih kecil dari 100):[8]

2, 3, 5, 7, 11, 13, 17, 19, 23, 29, 31, 37, 41, 43, 47, 53, 59, 61, 67, 71, 73, 79, 83, 89, 91, 97 (barisan A000040 pada OEIS).

Bilangan genap yang lebih besar dari 2 bukanlah bilangan prima karena bilangannya dapat dibentuk sebagai hasil kali . Karena itu, setiap bilangan prima selain dari 2 adalah bilangan ganjil, dan bilangan tersebut disebut bilangan prima ganjil.[9] Ketika ditulis dalam sistem desimal biasa dengan cara yang serupa, semua bilangan prima yang lebih besar dari 5 berakhir dengan digit satuan 1, 3, 7, atau 9. Bilangan yang berakhir dengan digit satuan yang berbeda adalah bilangan komposit: bilangan desimal yang digit satuannya adalah 0, 2, 4, 6, atau 8 adalah bilangan genap, dan bilangan desimal yang berakhir dengan digit satuan 0 dan 5 habis dibagi 5.[10]

Himpunan bilangan prima terkadang dilambangkan [11] atau .[12]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Papirus Matematika Rhind

Sekitar 1550 SM, Papirus Matematika Rhind memiliki perluasan pecahan Mesir dalam bentuk yang berbeda untuk bilangan prima dan bilangan komposit.[13] Namun, catatan sejarah paling awal yang mempelajari bilangan prima dengan eksplisit berasal dari matematika Yunani kuno. Sekitar 300 SM, Elemen Euklides membuktikan ketakterhinggaan bilangan prima dan teorema dasar aritmetika, serta menunjukkan bagaimana mengagaskan bilangan sempurna melalui bilangan Mersenne.[14] Penemuan asal Yunani lainnya, tapis Eratosthenes, masih dipakai untuk menulis daftar bilangan prima.[15][16]

Sekitar 1000 M, matematikawan Islam Ibn al-Haytham (Alhazen) menemukan teorema Wilson yang mencirikan bilangan prima sebagai bilangan yang membagi sama rata. Beliau juga menduga bahwa bilangan sempurna genap berasal dari gagasan Euklides melalui bilangan prima Mersenne, namun tidak dapat membuktikannya.[17] Matematikawan Islam lainnya, Ibn al-Banna' al-Marrakushi, mengamati bahwa saringan Eratosthenes dapat dipercepat hanya dengan menguji pembaginya hingga akar kuadrat dari bilangan terbesar yang akan diuji. Fibonacci mulai memberikan penemuan matematikan Islam ke Eropa. Bukunya Liber Abaci (1202) pertama kali menjelaskan pembagian percobaan mengenai uji primalitas dengan menggunakan pembagi hingga akar kuadrat.[16]

Pada tahun 1640, Pierre de Fermat menyatakan teorema kecil Fermat tanpa bukti, yang kemudian dibuktikan oleh Leibniz dan Euler.[18] Fermat juga meneliti primalitas dari bilangan Fermat .[19] Marin Mersenne mempelajari bilangan Mersenne, bilangan prima dalam bentuk dengan adalah bilangan prima itu sendiri.[20] Dalam suratnya tahun 1742 untuk Euler, Christian Goldbach merumuskan konjektur Goldbach bahwa setiap bilangan genap merupakan jumlah dari dua bilangan prima.[21] Euler membuktikan konjektur Alhazen (saat ini disebut teorema Euklides–Euler) bahwa semua bilangan genap dapat dibentuk melalui bilangan Mersenne.[14] Ia memperkenalkan metode dari analisis matematis ke cabang ini dalam bukti ketakterhinggaan bilangan prima dan kedivergenan jumlah timbal-balik bilangan prima .[22] Pada awal abad ke-19, Legendre dan Gauss menduga bahwa ketika menuju ke takhingga, jumlah bilangan prima hingga asimptotik ke , dengan melambangkan logaritma natural dari . Versi lemah postulat Bertrand yang mengatakan bahwa untuk setiap , terdapat bilangan prima di antara dan , dibuktikan oleh Pafnuty Chebyshev pada tahun 1852.[23] Gagasan Bernhard Riemann dalam makalahnya tahun 1859 tentang fungsi zeta menggambarkan sebuah garis besar dalam membuktikan konjektur Legendre dan Gauss. Walaupun gagasannya yang berkaitan dengan hipotesis Riemann masih belum terpecahkan, tetapi garis besar Riemann diselesaikan oleh Hadamard dan de la Vallée Poussin pada tahun 1896, dan hasilnya saat ini dikenal sebagai teorema bilangan prima.[24] Hasil penting lainnya pada abad ke-19 adalah teorema Dirichlet tentang barisan aritmetika, barisan aritmetika pasti memuat tak berhingga banyaknya bilangan prima.[25]

Para matematikawan telah mengerjakan uji primalitas untuk bilangan yang lebih besar dari bilangan yang pembagian trialnya dapat dipakai. Metode yang membatasi bentuk bilangan khusus di antaranya uji Pépin untuk bilangan Fermat (1877),[26] teorema Proth (sekitar 1878),[27] uji primalitas Lucas–Lehmer (berasal dari 1856), dan uji primalitas Lucas rampat.[16]

Sejak tahun 1951, semua bilangan prima terbesar yang diketahui telah ditemukan menggunakan uji komputer.[a] Pencarian bilangan prima paling terbesar menghasilkan ketertarikan di luar bidang matematika, melalui Great Internet Mersenne Prime Search dan proyek komputasi terdistribusi lainnya.[8][29] Gagasan yang katanya bahwa bilangan prima mempunyai beberapa penerapan di luar cabang matematika murni[b] was shattered in the 1970s when public-key cryptography and the RSA cryptosystem were invented, using prime numbers as their basis.[32]

The increased practical importance of computerized primality testing and factorization led to the development of improved methods capable of handling large numbers of unrestricted form.[15][33][34] The mathematical theory of prime numbers also moved forward with the Green–Tao theorem (2004) that there are arbitrarily long arithmetic progressions of prime numbers, and Yitang Zhang's 2013 proof that there exist infinitely many prime gaps of bounded size.[35]

Primalitas dari satu[sunting | sunting sumber]

Hampir seluruh matematikawan Yunani kuno bahkan tidak menganggap 1 sebagai bilangan,[36][37] sehingga mereka tidak menganggap primalitas. Beberapa matematikawan pada kala ini juga menganggap bilangan prima adalah subpembagian bilangan ganjil, sehingga mereka menganggap 2 bukanlah bilangan prima. Namun, Euklides dan sebagian besar matematikawan Yunani lainnya menganggap 2 sebagai bilangan prima. Sebagian besar matematikawan Islam pada abad pertengahan mengikuti pandangan matematikawan Yunani bahwa 1 bukanlah sebuah bilangan.[36] Pada masa abad pertengahan dan masa Reinsans, para matematikawan mulai memperlakukan 1 sebagai bilangan, dan ada pula dari mereka memperlakukan 1 sebagai bilangan prima pertama.[38] Dalam suratnya untuk Leonhard Euler pada pertengahan abad ke-18, Christian Goldbach menganggap 1 sebagai bilangan prima; namun Euler tidak.[39] Pada abad ke-19, banyak para matematikawan masih menganggap 1 sebagai bilangan prima,[40] dan yang memuat 1 sebagai daftar bilangan prima terus diterbitkan hingga tahun 1956.[41][42]

Jika definisi bilangan prima mengatakan bahwa 1 adalah bilangan prima, maka banyak pernyataan yang melibatkan bilangan prima akan ditulis ulang dalam cara yang aneh. Sebagai contoh, teorema dasar aritmetika akan perlu ditulis ulang dalam bentuk faktorisasi menjadi bilangan prima lebih besar dari 1, karena setiap bilangan mempunyai banyak kelipatan dengan jumlah salinan dari 1 yang berbeda.[40] Mirip dengan contoh sebelumnya, saringan Eratosthenes tidak akan bekerja dengan benar jika saringan tersebut memperlakukan 1 sebagai sebuah bilangan prima, karena saringan Eratosthenes akan mengeliminasi semua kelipatan 1 (yaitu semua bilangan lainnya) dan memberikan hasil hanya satu bilangan saja, yaitu 1.[42] Ada beberapa sifat bilangan prima lebih teknis yang juga tidak berlaku untuk 1, sebagai contoh rumus fungsi phi Euler atau fungsi jumlah pembagi berbeda untuk bilangan prima dengan 1 didefinisikan sebagai bilangan prima.[43] Pada awal abad ke-20, para matematikawan mulai menyetujui bahwa 1 tidak ditulis sebagai bilangan prima, melainkan dikategorikan istimewa sebagai "satuan".[40]

Sifat-sifat dasar[sunting | sunting sumber]

Faktorisasi tunggal[sunting | sunting sumber]

Suatu bilangan dapat ditulis sebagai hasil kali bilangan prima disebut faktorisasi bilangan prima. Misalnya:

Bentuk yang ditulis dalam hasil kali disebut faktor bilangan prima. Faktor bilangan prima yang sama seringkali muncul lebih dari satu. Contoh di atas memiliki dua salinan faktor bilangan prima . Ketika sebuah bilangan prima sering muncul berkali-kali, eksponen dapat dipakai untuk mengumpulkan salinan faktor bilangan prima. Misalnya, dalam menulis hasil kali di atas, yakni pada barisan kedua, dilambangkan sebagai tiga pangkat dua.

Pentingnya bilangan prima dalam teori bilangan dan matematika umumnya berasal dari teorema dasar aritmetika.[44] Teorema ini mengatakan bahwa setiap bilangan bulat yang lebih besar dari 1 dapat ditulis sebagai hasil kali dari satu bilangan prima atau lebih. Lebih lanjut, hasil kalinya adalah tunggal dalam artian bahwa dua faktorisasi bilangan prima dari bilangan yang sama akan memiliki jumlah salinan yang sama dari bilangan prima yang sama meski urutannya berbeda.[45] Walaupun ada banyak cara mencari faktorisasi melalui algoritma faktorisasi bilangan bulat, hasil yang diperoleh adalah sama. Jadi, bilangan prima dapat dianggap sebagai "satuan dasar" bilangan asli.[46]

Bukti-bukti mengenai ketunggalan faktorisasi bilangan prima dijelaskan melalui lema Euklides: Jika bilangan prima dan membagi hasil kali (dengan dan bilangan bulat), maka membagi atau membagi (atau membagi keduanya).[47] Sebaliknya, jika memiliki sifat ketika dibagi hasil kalinya ( selalu membagi setidaknya salah satu dari faktor hasil kali tersebut), maka haruslah bilangan prima.[48]

Ketakterhinggaan[sunting | sunting sumber]

Ada tak berhingga banyaknya bilangan prima. Dengan kata lain, barisan bilangan prima

2, 3, 5, 7, 11, 13, ...

tidak pernah berakhir. Karena pertama kali yang membuktikan pernyataan ini adalah Euklides, pernyataan tersebut disebut teorema Euklides untuk menghormati matematikawan Yunani Kuno Euklides. Masih ada bukti mengenai ketakterhinggaan bilangan prima, diantaranya: bukti analitik oleh Euler, bukti Goldbach berdasarkan bilangan Fermat,[49] bukti Furstenberg melalui topologi umum,[50] dan bukti elegan Kummer.[51]

Bukti Euler[52] menunjukkan bahwa setiap daftar bilangan prima terhingga belum lengkap. Kunci utamanya adalah mengalikan bilangan prima pada daftar tertentu dan ditambah . Jikalau terdiri dari bilangan prima , maka

.

Menurut teorema dasar aritmetika, memiliki faktorisasi bilangan prima yang faktornya berjumlah satu atau lebih.

dibagi habis secara merata oleh setiap faktor-faktor tersebut, tetapi mempunyai sisa yaitu satu ketika dibagi oleh suatu bilangan prima pada daftar tertentu sehingga tidak ada faktor bilangan prima yang terdapat pada daftar tersebut. Karena tidak ada daftar bilangan prima terhingga, maka pasti ada tak berhingga banyaknya bilangan prima.

Bilangan yang dibentuk dengan menambahkan 1 pada hasil kali dari bilangan prima terkecil disebut bilangan Euklides.[53] Lima bilangan pertama adalah bilangan prima, tetapi yang keenam,

,

adalah bilangan komposit.

Rumus untuk bilangan prima[sunting | sunting sumber]

Tidak ada rumus cepat yang diketahui untuk bilangan prima. Contoh, tidak ada polinomial takkonstan, bahkan dalam beberapa variabel, yang hanya memakai nilai bilangan prima.[54] Namun, ada banyak bentuk rumus yang mengode semua bilangan prima, atau hanya bilangan prima. Ada rumus yang dapat didasari pada teorema Wilson, dan rumus tersebut menghasilkan 2 berkali-kali dan sisa bilangan prima dihasilkan sekali.[55] Adapula himpunan persamaan Diophantus dalam sembilan variabel dan satu parameter dengan sifat berikut: parameter adalah bilangan prima jika dan hanya jika sistem persamaan yang dihasilkan adalah solusi bilangan asli. Ini[?] dapat dipakai untuk memperoleh rumus tunggal dengan sifat bahwa semua nilai positif adalah bilangan prima.[56]

Contoh rumus yang menghasilkan bilangan prima lainnya berasal dari teorema Mills dan teorema Wright. Rumus ini mengatakan bahwa terdapat suatu konstanta real dan sehingga

dan

adalah bilangan prima untuk suatu bilangan asli dalam rumus yang pertama, dan suatu bilangan eksponen dalam rumus yang kedua.[57] merepresentasikan fungsi bilangan bulat terbesar. Akan tetapi, rumus-rumus tersebut tidak dapat digunakan untuk menghasilkan bilangan prima, karena bilangan prima harus dihasilkan terlebih dahulu agar memperoleh nilai atau .

Pertanyaan terbuka[sunting | sunting sumber]

Banyak konjektur yang melibatkan bilangan prima telah diajukan. Seringkali memiliki perumusan dasar, banyak konjektur-konjektur tersebut memiliki bukti yang bertahan selama beberapa dekade: empat masalah Landau yang berasal dari tahun 1912 masih belum terpecahkan.[58] Salah satu masalah Landau adalah konjektur Goldbach, yang menyatakan bahwa setiap bilangan bulat genap lebih besar dari 2 dapat ditulis sebagai jumlah dari dua bilangan prima.[59] Hingga pada 2014, konjektur ini telah dibenarkan untuk semua bilangan hingga .[60] Pernyataan yang lebih lemah dari konjektur tersebut telah dibuktikan seperti: teorema Vinogradov yang mengatakan bahwa setiap bilangan bulat ganjil yang cukup besar dapat ditulis sebagai jumlah dari tiga bilangan prima,[61] teorema Chen yang mengatakan bahwa setiap bilangan genap yang cukup besar dapat dinyatakan sebagai jumlah dari bilangan prima dan semiprima (hasil kali dari dua bilangan prima),[62] serta suatu bilangan bulat genap yang lebih besar dari 10 dapat ditulis sebagai jumlah dari enam bilangan prima.[63] Cabang teori bilangan yang mempelajari masalah tersebut disebut teori bilangan aditif.[64]

Jenis masalah lainnya yang melibatkan celah bilangan prima, yaitu selisih antara bilangan prima berurutan. Keberadaan celah bilangan prima besar secara sembarang dapat dilihat dengan memperhatikan bahwa barisan terdiri dari bilangan komposit, untuk suatu bilangan asli [65] Akan tetapi, celah bilangan prima yang besar muncul lebih awal daripada argumen yang diperlihatkan sebelumnya.[66] Sebagai contoh, celah bilangan prima pertama bernilai 8 ada di antara bilangan prima 89 dan 97,[67] lebih kecil dari . Ini diduga bahwa ada tak berhingga banyaknya bilangan prima kembar, pasangan bilangan prima dengan selisih antar bilangan prima adalah 2 merupakan konjektur bilangan prima kembar. Konjektur Polignac mengatakan lebih umumnya lagi bahwa untuk setiap bilangan positif terdapat tak terhingga banyaknya pasangan bilangan prima berurutan dengan selisihnya adalah .[68] Konjektur Andrica,[68] konjektur Brocard,[69] konjektur Legendre,[70] dan konjektur Oppermann[69] mengatakan bahwa celah terbesar antara bilangan prima dari sampai dengan paling banyak sekitar, a result that is known to follow from the Riemann hypothesis, while the much stronger Cramér conjecture sets the largest gap size at [68] Celah bilangan prima dapat dirampat menjadi prime -tuples, yang membentuk pola dengan selisih antara bilangan prima yang lebih dari dua. Ketakterhinggaan dan kepekatannya merupakan bagian utama dari konjektur Hardy–Littlewood pertama, which can be motivated by the heuristic that the prime numbers behave similarly to a random sequence of numbers with density given by the prime number theorem.[71]


Sifat-sifat analitik[sunting | sunting sumber]

Teori bilangan analitik adalah studi cabang teori bilangan yang berfokus mengenai fungsi kontinu, limit, deret takhingga, dan kaitan matematika tentang takhingga dan infinitesimal.

Cabang ini dimulai dengan Leonhard Euler yang menemukan solusi dari masalah yang sangat penting, yaitu masalah Basel. Masalah ini menanyakan berapakah nilai dari deret takhingga dan nilai deret saat ini dapat dianggap sebagai nilai (dengan adalah fungsi zeta Riemann). Fungsi ini sangat terkait erat dengan bilangan prima dan fungsi ini merupakan salah satu masalah yang belum terpecahkan yang sangat penting dalam matematika, hipotesis Riemann. Euler memperlihatkan bahwa .[72] Kebalikan bilangan , , merupakan probabilitas batas yang menyatakan bahwa dua bilangan acak dipilih secara seragam dari kisaran relatif prima yang besar (relatif prima berarti tidak memiliki kesamaan faktor).[73]

Sebaran bilangan prima masih dicari, seperti pertanyaan yang menanyakan berapa banyak bilangan prima yang lebih kecil dari sebuah batas yang lebih besar dijelaskan melalui teorema bilangan prima, namun rumus efisien bilangan prima ke- belum diketahui. Teorema Dirichlet tentang barisan aritmetika, dalam bentuk dasar, mengatakan bahwa polinomial linear

dengan dan saling relatif prima mengambil tak berhingga banyaknya nilai bilangan prima. Bentuk teorema yang lebih kuat mengatakan bahwa jumlah timbal balik dari nilai bilangan prima tersebut adalah divergen, dan bahwa polinomial linear yang berbeda dengan yang sama kira-kira sama dengan perbandingan bilangan prima yang sama. Walaupun konjektur tersebut dirumuskan mengenai perbandingan bilangan prima dalam polinomial berderajat tinggi, konjektur tersebut masih belum terpecahkan, dan belum diketahui adakah polinomial kuadratik bahwa (untuk nilai-nilai bilangan bulat) merupakan sering tak berhingga bilangan prima.

Bukti analitik teorema Euklides[sunting | sunting sumber]

Bukti Euler yang mengatakan ada tak berhingga banyaknya bilangan prima meninjau jumlah dari timbal-balik bilangan prima,

.

Euler memperlihatkan bahwa untuk suatu bilangan real sembarang, terdapat bilangan prima yang jumlahnya lebih besar dari .[74] Bukti tersebut memperlihatkan bahwa ada tak berhingga banyaknya bilangan prima. Karena jika terdapat berhingga banyaknya bilangan prima, maka jumlahnya akan mencapai nilai maksimum di bilangan prima terbesar daripada naik melalui setiap . Laju pertumbuhan dari jumlah ini digambarkan melalui teorema kedua Mertens.[75] Bandingkan jumlah

,

yang tidak naik menuju takhingga ketika menuju takhingga (lihat masalah Basel). Ini berarti, bilangan prima sering kali muncul daripada bilangan asli yang dikuadratkan meskipun kedua himpunan adalah takhingga.[76] Teorema Brun menyatakan bahwa jumlah timbal-balik bilangan prima kembar,

,

adalah terhingga. Karena teorema Brun, bukti di atas tidak dapat menggunakan metode Euler untuk menyelesaikan bilangan prima kembar, yang ada tak berhingga banyaknya bilangan prima.[76]

Jumlah bilangan prima di bawah batas tertentu[sunting | sunting sumber]

Galat relatif dari dan integral logaritmik merupakan aproksimasi fungsi penghitungan bilangan prima. Ketika membesar, kedua galat relatif tersebut menurun ke nol, tetapi untuk integral logaritmik, konvergensi ke nol semakin cepat.

Fungsi penghitungan bilangan prima didefinisikan sebagai jumlah bilangan prima yang lebih kecil dari .[77] Contohnya, , karena ada lima bilangan prima yang lebih kecil atau sama dengan 11 (yakni 2, 3, 5, 7, 11). Metode seperti algoritma Meissel–Lehmer dapat menghitung nilai eksak lebih cepat daripada menulis setiap bilangan prima sampai dengan . Teorema bilangan prima menyatakan bahwa asimtotik dengan . Teorema ini ditulis sebagai

.

Ini berarti bahwa rasio terhadap pecahan di ruas kanan mendekati 1 ketika menuju takhingga.[78] Teorema ini menyiratkan bahwa kemungkinan bilangan yang lebih kecil dari yang dipilih secara acak adalah bilangan prima, kira-kira berbanding terbalik dengan jumlah digit .[79] Teorema ini juga menyiratkan bahwa bilangan prima ke- sebanding dengan ,[80] dan demikian bahwa ukuran rata-rata dari celah bilangan prima sebanding dengan .[66] Pendekatan lebih akuratnya adalah sebanding dengan integral logaritmik Euler[78]

.

Barisan aritmetika[sunting | sunting sumber]

Barisan aritmetika ialah barisan bilangan yang hingga maupun takhingga sehingga bilangan berurutan dalam barisan tersebut memiliki beda atau selisih yang sama.[81] Selisih barisan aritmetika disebut modulus barisan.[82] Misalnya,

,

adalah barisan aritmetika takhingga dengan modulus 9. Dalam barisan aritmetika, semua bilangan memiliki sisa yang sama ketika dibagi oleh modulus. Contoh di atas, sisanya adalah 3. Karena modulus adalah 9 dan sisanya merupakan kelipatan 3, dan begitu pula untuk setiap anggota pada barisan tersebut. Karena itu, barisan tersebut memiliki satu bilangan prima, yakni 3. Pada umumnya, barisan takhingga

dapat memiliki bilangan prima yang lebih dari satu ketika sisa dan modulus relatif prima. Jika dan relatif prima, teorema Dirichlet tentang barisan aritmetika mengatakan bahwa barisan memuat tak terhingga banyaknya bilangan prima.[83]

Prime numbers in arithmetic progression mod 9.
Bilangan prima dalam barisan aritmetika merupakan modulo 9. Setiap baris dari pita horizontal yang tipis memperlihatkan salah satu dari sembilan barisan yang modulo 9 yang mungkin, dengan bilangan prima ditandai berwarna merah. Barisan bilangan yaitu 0, 3, atau 6 mod 9 memuat setidaknya satu bilangan prima (yaitu 3); sisa barisan bilangan yaitu 2, 4, 5, 7, dan 8 mod 9 mempunyai tak berhingga banyaknya bilangan prima, dengan bilangan prima yang serupa pada masing-masing barisan

Teorema Green–Tao memperlihatkan bahwa ada barisan aritmetika hingga panjang sembarang yang hanya terdiri dari bilangan prima.[35][84]

Nilai bilangan prima dalam polinomial kuadratik[sunting | sunting sumber]

The Ulam spiral
The Ulam spiral. Prime numbers (red) cluster on some diagonals and not others. Prime values of are shown in blue.

Euler mengemukakan bahwa fungsi kuadrat

menghasilkan bilangan prima untuk , namun bilangan berikutnya menghasilkan bilangan komposit.[85][86] Pencarian untuk penjelasan mengenai fenomena ini mengacu pada bilangan Heegner dan masalah bilangan kelas dalam teori bilangan aljabar.[87] Konjektur Hardy-Littlewood F memperkirakan bahwa kepadatan bilangan prima berada di antara nilai-nilai polinomial kuadratik dengan koefisien bilangan bulat dalam bentuk integral logaritmik dan koefisien polinomial. Tidak ada bukti bahwa polinomial kuadratik mengambil tak berhingga banyaknya nilai bilangan prima.[88]

Spiral Ulam menyusun bilangan asli dalam kisi berdimensi dua, yang membentuk spiral dalam persegi sepusat yang mengitari the origin with the prime numbers highlighted. Visually, the primes appear to cluster on certain diagonals and not others, suggesting that some quadratic polynomials take prime values more often than others.[88]

Fungsi zeta dan hipotesis Riemann[sunting | sunting sumber]

Plot of the absolute values of the zeta function
Grafik nilai mutlak dari fungsi zeta, memperlihatkan solusi trivial.

Salah satu masalah belum terpecahkan yang paling terkenal dan dari Masalah Hadiah Milenium yang berasal dari tahun 1859 adalah hipotesis Riemann. Masalah ini menanyakan terletak dimanakah akar dari fungsi zeta Riemann . Fungsi ini merupakan analitik kontinu pada bilangan kompleks. Untuk bilangan kompleks dengan bagian real lebih besar dari 1 sama dengan jumlah takhingga seluruh bilangan bulat dan hasil kali takhingga seluruh bilangan prima,

.

Persamaan antara penjumlahan dan perkalian, yang ditemukan oleh Euler, disebut sebagai darab Euler.[89] Darab Euler dapat diturunkan melalui teorema dasar aritmetika. Darab ini memperlihatkan kaitan erat antara fungsi zeta dan bilangan prima.[90] Ini merujuk ke bukti lain bahwa ada tak berhingga banyaknya bilangan prima: jika ada banyak berhingga bilangan prima, maka persamaan antara penjumlahan dan perkalian tersebut juga benar untuk . Tetapi penjumlahan akan divergen (yakni, deret harmonik ), sedangkan darabnya terhingga, kontradiksi.[91]

Hipotesis Riemann mengatakan bahwa akar dari fungsi zeta adalah bilangan genap negatif, atau bilangan kompleks dengan bagian real yang sama dengan .[92] Bukti asli teorema bilangan prima berasal dari bentuk lemah dari hipotesis ini, yang mengatakan bahwa tidak ada akar fungsi dengan bagian real sama dengan 1,[93][94] walaupun ada beberapa bukti dasar lain telah ditemukan.[95] Fungsi penghitung bilangan prima dapat dinyatakan melalui rumus eksplisit Riemann sebagai penjumlahan yang setiap suku berasal dari salah satu dari akar fungsi zeta, dengan suku pertama merupakan integral logaritmik, dan suku-suku sisanya menyebabkan jumlah suku pertama naik berubah-ubah dari atas dan bawah.[96][?] Dalam artian, akar fungsi tersebut mengendalikan bagaimana bilangan prima tersebar secara teratur. Jika hipotesis Riemann benar, maka fluktuasinya akan menjadi kecil, dan sebaran asimtotik bilangan prima yang ditentukan oleh teorema bilangan prima juga akan terus-menerus much shorter intervals (of length about the square root of for intervals near a number ).[94]

Dalam aljabar abstrak[sunting | sunting sumber]

Aritmetika modular dan medan hingga[sunting | sunting sumber]

Arimetika modular menyesuaikan aritmetika biasa hanya dengan menggunakan bilangan , untuk suatu bilangan bulat disebut modulus. Suatu bilangan asli lainnya dapat dipetakan dengan sistem ini dengan menggantikannya[?] dengan sisanya[?] setelah pembagian oleh .[97] Penjumlahan, pengurangan, dan perkalian biasa dihitung dengan menggantikan sisa yang sama pada hasil penjumlahan, pengurangan, dan perkalian biasa dari bilangan bulat.[98] Kesamaan bilangan bulat berpadanan dengan aritmetika modular: dan adalah kongruen (ditulis mod ) ketika dan mempunyai sisa yang sama setelah dibagi oleh .[99] Namun dalam sistem bilangan, pembagian oleh semua bilangan taknol juga dapat dilakukan jika dan hanya jika modulus adalah bilangan prima. Sebagai contoh, diberikan bilangan prima sebagai modulus dapat dibagi oleh sehingga , karena menghilangkan penyebut dengan mengalikan kedua sisi oleh memberikan rumus valid, yaitu . Akan tetapi modulus tidak dapat dibagi oleh , karena tidak ada penyelesaian yang valid untuk . Menghilangkan penyebut dengan mengalikan kedua sisi oleh menyebabkan ruas kiri menjadi , sementara pada ruas kanan menjadi atau . Dalam terminologi aljabar abstrak, kemampuan dalam melakukan pembagian berarti bahwa artimetika modular modulo suatu bilangan prima membentuk sebuah medan (lebih khususnya lagi, medan terhingga), sedangkan modulus lainnya membentuk gelanggang, tetapi bukan medan.[100]

Ada beberapa teorema yang melibatkan bilangan prima dapat dirumuskan melalui aritmetika modular. Sebagai contoh, teorema kecil Fermat menyatakan bahwa jika (mod ), maka (mod ).[101] Dengan menjumlahkan seluruh kemungkinan nilai memberikan persamaan

,

benar jika bilangan prima. Konjektur Giuga mengatakan bahwa persamaan ini juga memiliki syarat untuk bilangan prima.[102] Teorema Wilson mengatakan bahwa bilangan bulat adalah bilangan prima jika dan hanya jika faktorial kongruen dengan mod . Bilangan komposit tidak dapat berlaku karena salah satu faktornya membagi n and , sehingga mustahil bahwa .[103]

Bilangan p-adik[sunting | sunting sumber]

Anggota bilangan prima dalam gelanggang[sunting | sunting sumber]

Bilangan prima Gauss dengan norma yang kurang dari 500

Gelanggang komutatif merupakan struktur aljabar dengan penambahan, pengurangan dan perkalian didefinisikan. Bilangan bulatnya merupakan sebuah gelanggang, dan bilangan prima dalam bilangan bulat telah dirampat menjadi gelanggang melalui dua cara seperti anggota bilangan prima dan anggota taktereduksi. Sebuah anggota dari sebuah gelanggang dikatakan bilangan prima jika adalah bilangan taknol, tidak mempunyai invers perkalian (yang berarti, gelanggang bukanlah sebuah unit), dan memenuhi syarat berikut: jika membagi hasil kali dari dua anggota , maka juga membagi setidaknya ataupun . Sebuah anggota adalah taktereduksi jika sebuah anggota bukan merupakan sebuah unit maupun hasil kali dari dua anggota takunit lainnya. Dalam gelanggang bilangan bulat, anggota bilangan prima dan anggota taktereduksi membentuk himpunan yang sama,

Dalam sebuah gelanggang sembarang, semua anggota bilangan prima adalah taktereduksi. Kebalikannya tidak berlaku pada umumnya, namun berlaku untuk domain faktorisasi tunggal.[104]

Teorema dasar aritmetika tetap berlaku (menurut definisi) dalam domain faktorisasi tunggal. Contoh mengenai domain faktorisasi tunggal adalah bilangan bulat Gauss , gelanggang dari bilangan kompleks berbentuk dengan menyatakan satuan imajiner, dan merupakan bilangan bulat sembarang. Anggota bilangan primanya dikenal sebagai bilangan prima Gauss. Tidak semua bilangan yang merupakan bilangan prima di antara bilangan bulat tetap merupakan bilangan prima dalam bilangan bulat Gauss. Sebagai contoh, bilangan 2 dapat ditulis sebagai hasil kali dari dua bilangan prima Gauss, yaitu dan . Bilangan prima rasional (anggota bilangan prima dalam bilangan bulat) kongruen dengan 3 mod 4 adalah bilangan prima Gauss, namun bilangan prima rasional kongruen dengan 1 mod 4 bukan bilangan prima Gauss.[105] Contoh tersebut merupakan akibat dari teorema Fermat tentang jumlah dari dua bilangan kuadrat, yang mengatakan bahwa sebuah bilangan prima ganjil dapat dinyatakan sebagai jumlah dari dua bilangan kuadrat, , dan demikian dapat difaktorkan sebagai , tepat ketika kongruen dengan 1 mod 4.[106]

Ideal bilangan prima[sunting | sunting sumber]

Tidak setiap gelanggang merupakan domain faktorisasi tunggal. Sebagai contoh, dalam gelanggang bilangan (untuk bilangan bulat dan ), mempunyai dua faktorisasi, yaitu . Keempat faktor tersebut tidak dapat difaktorkan lagi sehingga tidak mempunyai faktorisasi tunggal. Agar memperluas faktorisasi tunggal menjadi kelas gelanggang yang lebih besar, gagasan suatu bilangan dapat digantikan dengan ideal, subhimpunan anggota dari gelanggang yang memuat semua jumlah pasangan anggotanya, dan semua hasil kali anggotanya dengan anggota gelanggang. Ideal bilangan prima, yang merampat anggota bilangan prima dalam artian bahwa ideal utama dihasilkan oleh anggota bilangan prima yang merupakan ideal bilangan prima, merupakan alat yang penting dalam studi aljabar komutatif, teori bilangan aljabar, dan geometri aljabar. Ideal bilangan prima dari gelanggang bilangan bulat adalah ideal (0), (2), (3), (5), (7), (11), .... Teorema dasar aritmetika merampat ke teorema Lasker–Noether, yang menyatakan setiap ideal dalam gelanggang komutatif Noether sebagai sebuah irisan dari ideal primer, which are the appropriate generalizations of prime powers.[107]

The spectrum of a ring is a geometric space whose points are the prime ideals of the ring.[108] Arithmetic geometry also benefits from this notion, and many concepts exist in both geometry and number theory. For example, factorization or ramification of prime ideals when lifted to an extension field, a basic problem of algebraic number theory, bears some resemblance with ramification in geometry. These concepts can even assist with in number-theoretic questions solely concerned with integers. For example, prime ideals in the ring of integers of quadratic number fields can be used in proving quadratic reciprocity, a statement that concerns the existence of square roots modulo integer prime numbers.[109] Early attempts to prove Fermat's Last Theorem led to Kummer's introduction of regular primes, integer prime numbers connected with the failure of unique factorization in the cyclotomic integers.[110] The question of how many integer prime numbers factor into a product of multiple prime ideals in an algebraic number field is addressed by Chebotarev's density theorem, which (when applied to the cyclotomic integers) has Dirichlet's theorem on primes in arithmetic progressions as a special case.[111]

Teori grup[sunting | sunting sumber]

Dalam teori grup hingga, teorema Sylow menyiratkan bahwa jika perpangkatan bilangan prima membagi tingkat grup, maka grup memiliki subgrup tingkat . Menurut teorema Lagrange, suatu grup tingkat bilangan prima adalah grup siklik dan menurut teorema Burnside, suatu grup yang tingkatnya dibagi oleh dua bilangan prima merupakan grup terselesaikan.[112]

Metode perhitungan[sunting | sunting sumber]

Pembagian percobaan[sunting | sunting sumber]

Metode paling dasar yang memeriksa primalitas bilangan bulat disebut pembagian percobaan. Metode ini membagi oleh setiap bilangan bulat di antara 2 hingga akar kuadrat dari . Suatu bilangan bulat yang membagi sama rata establishes sebagai bilangan komposit; jika tidak, adalah bilangan prima.

Saringan[sunting | sunting sumber]

Tabel matematika yang menulis semua bilangan prima atau faktorisasinya hingga batas tertentu biasanya dicetak sebelum adanya komputer.[113] Metode terlama yang menghasilkan daftar bilangan prima disebut saringan Eratosthenes[114] seperti yang dapat diperlihatkan melalui animasi disamping yang lebih baik.[115] Another more asymptotically efficient sieving method for the same problem is the sieve of Atkin.[116] Dalam matematika lanjutan, teori saringan applies similar methods to other problems.[117]

Uji primalitas v.s. pembuktian primalitas[sunting | sunting sumber]

Ada beberapa uji modern tercepat mengenai apakah suatu bilangan sembarang adalah bilangan prima seperti algoritma probabilistik atau algoritma Monte Carlo, meaning that they have a small random chance of producing an incorrect answer.[118]

Algoritma bertujuan khusus dan bilangan prima terbesar yang diketahui[sunting | sunting sumber]

Faktorisasi bilangan bulat[sunting | sunting sumber]

Penerapan perhitungan lainnya[sunting | sunting sumber]

Penerapan lainnya[sunting | sunting sumber]

Bilangan prima merupakan bagian terpenting dalam teori bilangan, tetapi bilangan prima juga memiliki penerapan terhadap bidang-bidang lainnya, di antaranya aljabar abstrak dan geometri dasar. Sebagai contoh, penerapannya dapat meletakkan titik bilangan prima dalam kisi berdimensi dua sehingga tidak ada tiga titik pada sebuah garis, atau sehingga setiap segitiga yang dibentuk oleh ketiga titik memiliki luas yang besar.[119] Contoh lainnya adalah kriteria Eisenstein, kriteria yang menguji apakah polinomial adalah taktereduksi berdasarkan keterbagian koefisien polinomial oleh bilangan prima dan bilangan prima kuadrat.[120]

Jumlah terhubung dari dua buhul prima.

Konsep bilangan prima sangatlah penting jika bilangan prima digeneralisasikan dalam berbagai cara pada berbagai cabang matematika. Umumnya, "prima" berarti minimalitas atau ketakteruraikan, dalam arti yang sepadan. Sebagai contoh, medan prima merupakan submedan paling terkecil dari medan tertentu yang memuat 0 dan 1. Medan ini merupakan medan bilangan rasional atau medan hingga dengan anggota bilangan prima, sesuai dengan namanya.[121] Pengertian tambahan yang kedua seringkali dimaksudkan memakai kata "prima", yaitu setiap objek pada dasarnya dapat diuraikan secara khusus menjadi komponen primanya. Sebagai contoh, dalam teori buhul, buhul prima adalah sebuah buhul yang tidak dapat diuraikan, dalam artian bahwa sebuah buhul tidak dapat ditulis sebagai jumlah terhubung dari dua buhul nontrivial. Suatu buhul dapat dinykatakan secara khusus sebagai jumlah terhubung buhul prima.[122] Contoh lain mengenai jenis ini adalah dekomposisi prima dari manifold-3.[123]

Di luar matematika dan perhitungan, bilangan prima memiliki kaitan yang berpotensi dengan mekanika kuantum, dan juga dipakai sebagai kiasan dalam seni dan literatur. Bilangan prima juga dipakai dalam biologi evolusioner yang menjelaskan kehidupan siklus cicada.

Poligon terkonstruksi dan partisi poligon[sunting | sunting sumber]

Pentagon dapat digambar melalui penggaris dan jangka sorong, karena 5 adalah bilangan prima Fermat

Bilangan prima Fermat adalah bilangan prima dengan bentuk

,

dengan bilangan bulat taknegatif.[124] Bentuk di atas dinamai dari Pierre de Fermat, yang menduga bahwa semua bilangan adalah prima. Lima bilangan pertama tersebut – 3, 5, 17, 257, dan 65,537 – adalah bilangan prima,[125] tetapi dan bilangan Fermat seterusnya komposit. Bilangan tersebut telah diverifikasi pada tahun 2017.[126] Sebuah -gon beraturan adalah terkonstruksi menggunakan penggaris dan jangka sorong jika dan hanya jika faktor bilangan prima ganjil dari (jika suatu) adalah bilangan prima Fermat yang berbeda.[125] Demikian juga, sebuah -gon beraturan dapat digambar menggunakan penggaris, jangka sorong, dan garis bagi tiga sudut jika dan hanya jika faktor bilangan prima dari merupakan suatu jumlah salinan dari 2 atau 3 together with a (possibly empty) set of distinct Pierpont primes, primes of the form .[127]

Sebuah poligon- beraturan dapat dibagi menjadi suatu poligon cembung menjadi poligon cembung yang lebih kecil yang memiliki luas dan keliling yang sama, ketika adalah pangkat bilangan prima, namun bilangan nilai lain belum diketahui.[128]

Mekanika kuantum[sunting | sunting sumber]

Dimulai dari karya Hugh Montgomery dan Freeman Dyson pada tahun 1970an, para matematikawan dan fisikawan menduga bahwa akar fungsi zeta Riemann berhubungan dengan tingkat energi sistem kuantum.[129][130] Bilangan prima juga penting dalam sains informatika kuantum berkat struktur matematika seperti basis takbias bersama dan SIC-POVM.[131][132]

Biologi[sunting | sunting sumber]

The evolutionary strategy used by cicadas of the genus Magicicada makes use of prime numbers.[133] These insects spend most of their lives as grubs underground. They only pupate and then emerge from their burrows after 7, 13 or 17 years, at which point they fly about, breed, and then die after a few weeks at most. Biologists theorize that these prime-numbered breeding cycle lengths have evolved in order to prevent predators from synchronizing with these cycles.[134][135] In contrast, the multi-year periods between flowering in bamboo plants are hypothesized to be smooth numbers, having only small prime numbers in their factorizations.[136]

Seni dan sastra[sunting | sunting sumber]

Bilangan prima mempengaruhi banyak para artis dan para penulis. Olivier Messiaen, seorang komponis asal Perancis, menggunakan bilangan prima untuk menciptakan musik ametrikal melalui "fenomena alami". Dalam karyanya seperti La Nativité du Seigneur (1935) dan Quatre études de rythme (1949–50), he simultaneously employs motifs with lengths given by different prime numbers to create unpredictable rhythms: the primes 41, 43, 47 and 53 appear in the third étude, "Neumes rythmiques". According to Messiaen this way of composing was "inspired by the movements of nature, movements of free and unequal durations".[137]

In his science fiction novel Contact, scientist Carl Sagan suggested that prime factorization could be used as a means of establishing two-dimensional image planes in communications with aliens, an idea that he had first developed informally with American astronomer Frank Drake in 1975.[138] In the novel The Curious Incident of the Dog in the Night-Time by Mark Haddon, the narrator arranges the sections of the story by consecutive prime numbers as a way to convey the mental state of its main character, a mathematically gifted teen with Asperger syndrome.[139] Prime numbers are used as a metaphor for loneliness and isolation in the Paolo Giordano novel The Solitude of Prime Numbers, in which they are portrayed as "outsiders" among integers.[140]

Catatan dan rujukan[sunting | sunting sumber]

Catatan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Bilangan prima berjumlah 44 digit ditemukan pada tahun 1951 oleh Aimé Ferrier dengan menggunakan kalulator mekanik. Akan tetapi, bilangan prima terbesar masih belum ditemukan menggunakan komputer elektronik bantu.[28]
  2. ^ Sebagai contoh, Beiler menulis bahwa ahli teori bilangan Ernst Kummer menyukai bilangan idealnya yang sangat berkaitan dengan bilangan prima, "because they had not soiled themselves with any practical applications",[30] and Katz writes that Edmund Landau, known for his work on the distribution of primes, "loathed practical applications of mathematics", and for this reason avoided subjects such as geometry that had already shown themselves to be useful.[31]

Rujukan[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "51st Known Mersenne Prime Discovered". www.mersenne.org. Diakses tanggal 21 Desember 2018. 
  2. ^ Cahyo, Dhea Arokhman Yusufi (2020-05-10). Heuristic - For Mathematical Olympiad Approach. Math Heuristic. hlm. 18. 
  3. ^ Henderson, Anne (2014-06-20). Dyslexia, Dyscalculia and Mathematics: A practical guide (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 62. ISBN 978-1-136-63662-2. 
  4. ^ Adler, Irving (1960). The giant golden book of mathematics; exploring the world of numbers and space. Internet Archive. New York, Golden Press. 
  5. ^ Lawrence S. Leff (2000). Barron's math workbook for the SAT I. Internet Archive. Barron's. ISBN 978-0-7641-0768-9. 
  6. ^ Dudley, Underwood (1978). "Section 2: Unique factorization". Elementary number theory (2nd ed.). W.H. Freeman and Co. hlm. 10. ISBN 978-0-7167-0076-0.
  7. ^ Sierpiński, Wacław (1988). Elementary Theory of Numbers. North-Holland Mathematical Library. 31 (2nd ed.). Elsevier. hlm. 113. ISBN 978-0-08-096019-7.
  8. ^ a b Ziegler, Günter M. (2004). "The great prime number record races". Notices of the American Mathematical Society. 51 (4): 414–416. MR 2039814. 
  9. ^ Stillwell, John (1997-10-30). Numbers and Geometry (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. hlm. 9. ISBN 978-0-387-98289-2. 
  10. ^ Sierpiński, Wacław (1964). A Selection of Problems in the Theory of Numbers. New York: Macmillan. hlm. 40. MR 0170843.
  11. ^ Nathanson, Melvyn B. (2008-01-11). Elementary Methods in Number Theory (dalam bahasa Inggris). Springer Science & Business Media. ISBN 978-0-387-22738-2. 
  12. ^ Faticoni, Theodore G. (2012-04-23). The Mathematics of Infinity: A Guide to Great Ideas (dalam bahasa Inggris). John Wiley & Sons. hlm. 44. ISBN 978-1-118-24382-4. 
  13. ^ Bruins, Evert Marie, review in Mathematical Reviews of Gillings, R.J. (1974). "The recto of the Rhind Mathematical Papyrus. How did the ancient Egyptian scribe prepare it?". Archive for History of Exact Sciences. 12 (4): 291–298. doi: 10.1007/BF01307175. MR 0497458. S2CID 121046003.
  14. ^ a b Stillwell, John (2010). Mathematics and Its History. Undergraduate Texts in Mathematics (3rd ed.). Springer. hlm. 40. ISBN 978-1-4419-6052-8
  15. ^ a b Pomerance, Carl (Desember 1982). "The Search for Prime Numbers". Scientific American. 247 (6): 136–147. Bibcode:1982SciAm.247f.136P. doi:10.1038/scientificamerican1282-136. JSTOR 24966751.
  16. ^ a b c Mollin, Richard A. (2002). "A brief history of factoring and primality testing B. C. (before computers)". Mathematics Magazine. 75 (1): 18–29. doi:10.2307/3219180. JSTOR 3219180. MR 2107288. 
  17. ^ John J. O'Connor and Edmund F. Robertson. Abu Ali al-Hasan ibn al-Haytham di MacTutor archive.
  18. ^ Sandifer 2007, 8. Fermat's Little Theorem (November 2003), p. 45
  19. ^ Sandifer, C. Edward (2014). How Euler Did Even More. Mathematical Association of America. hlm. 42. ISBN 978-0-88385-584-3. 
  20. ^ Koshy, Thomas (2002). Elementary Number Theory with Applications. Academic Press. hlm. 369. ISBN 978-0-12-421171-1. 
  21. ^ Yuan, Wang (2002). Goldbach Conjecture. Series In Pure Mathematics. 4 (edisi ke-2nd). World Scientific. hlm. 21. ISBN 978-981-4487-52-8. 
  22. ^ Narkiewicz, Wladyslaw (2000). "1.2 Sum of Reciprocals of Primes". The Development of Prime Number Theory: From Euclid to Hardy and Littlewood. Springer Monographs in Mathematics. Springer. hlm. 11. ISBN 978-3-540-66289-1. 
  23. ^ Tchebychev, P. (1852). "Mémoire sur les nombres premiers" (PDF). Journal de mathématiques pures et appliquées. Série 1 (dalam bahasa Prancis): 366–390. . (Proof of the postulate: 371–382). Also see Mémoires de l'Académie Impériale des Sciences de St. Pétersbourg, vol. 7, pp. 15–33, 1854
  24. ^ Apostol, Tom M. (2000). "A centennial history of the prime number theorem". Dalam Bambah, R.P.; Dumir, V.C.; Hans-Gill, R.J. Number Theory. Trends in Mathematics. Basel: Birkhäuser. hlm. 1–14. MR 1764793. 
  25. ^ Apostol, Tom M. (1976). "7. Dirichlet's Theorem on Primes in Arithmetical Progressions". Introduction to Analytic Number Theory. New York; Heidelberg: Springer-Verlag. hlm. 146–156. MR 0434929. 
  26. ^ Chabert, Jean-Luc (2012). A History of Algorithms: From the Pebble to the Microchip. Springer. hlm. 261. ISBN 978-3-642-18192-4. 
  27. ^ Rosen, Kenneth H. (2000). "Theorem 9.20. Proth's Primality Test". Elementary Number Theory and Its Applications (edisi ke-4th). Addison-Wesley. hlm. 342. ISBN 978-0-201-87073-2. 
  28. ^ Cooper, S. Barry; Hodges, Andrew (2016). The Once and Future Turing. Cambridge University Press. hlm. 37–38. ISBN 978-1-107-01083-3. 
  29. ^ Rosen 2000, p. 245.
  30. ^ Beiler, Albert H. (1999) [1966]. Recreations in the Theory of Numbers: The Queen of Mathematics Entertains. Dover. hlm. 2. ISBN 978-0-486-21096-4. OCLC 444171535. 
  31. ^ Katz, Shaul (2004). "Berlin roots – Zionist incarnation: the ethos of pure mathematics and the beginnings of the Einstein Institute of Mathematics at the Hebrew University of Jerusalem". Science in Context. 17 (1–2): 199–234. doi:10.1017/S0269889704000092. MR 2089305. 
  32. ^ Kraft, James S.; Washington, Lawrence C. (2014). Elementary Number Theory. Textbooks in mathematics. CRC Press. hlm. 7. ISBN 978-1-4987-0269-0. 
  33. ^ Bauer, Craig P. (2013). Secret History: The Story of Cryptology. Discrete Mathematics and Its Applications. CRC Press. hlm. 468. ISBN 978-1-4665-6186-1. 
  34. ^ Klee, Victor; Wagon, Stan (1991). Old and New Unsolved Problems in Plane Geometry and Number Theory. Dolciani mathematical expositions. 11. Cambridge University Press. hlm. 224. ISBN 978-0-88385-315-3. 
  35. ^ a b Neale 2017, pp. 18, 47.
  36. ^ a b Caldwell, Chris K.; Reddick, Angela; Xiong, Yeng; Keller, Wilfrid (2012). "The history of the primality of one: a selection of sources". Journal of Integer Sequences. 15 (9): Article 12.9.8. MR 3005523.  For a selection of quotes from and about the ancient Greek positions on this issue, see in particular pp. 3–4. For the Islamic mathematicians, see p. 6.
  37. ^ Tarán, Leonardo (1981). Speusippus of Athens: A Critical Study With a Collection of the Related Texts and Commentary. Philosophia Antiqua : A Series of Monographs on Ancient Philosophy. 39. Brill. hlm. 35–38. ISBN 978-90-04-06505-5. 
  38. ^ Caldwell et al. 2012, pp. 7–13. See in particular the entries for Stevin, Brancker, Wallis, and Prestet.
  39. ^ Caldwell et al. 2012, p. 15.
  40. ^ a b c Caldwell, Chris K.; Xiong, Yeng (2012). "What is the smallest prime?" (PDF). Journal of Integer Sequences. 15 (9): Article 12.9.7. MR 3005530. 
  41. ^ Riesel, Hans (1994). Prime Numbers and Computer Methods for Factorization (edisi ke-2nd). Basel, Switzerland: Birkhäuser. hlm. 36. doi:10.1007/978-1-4612-0251-6. ISBN 978-0-8176-3743-9. MR 1292250. 
  42. ^ a b Conway, John Horton; Guy, Richard K. (1996). The Book of NumbersPerlu mendaftar (gratis). New York: Copernicus. hlm. 129–130. doi:10.1007/978-1-4612-4072-3. ISBN 978-0-387-97993-9. MR 1411676. 
  43. ^ For the totient, see Sierpiński 1988, p. 245. For the sum of divisors, see Sandifer, C. Edward (2007). How Euler Did It. MAA Spectrum. Mathematical Association of America. hlm. 59. ISBN 978-0-88385-563-8. 
  44. ^ Smith, Karl J. (2011). The Nature of Mathematics (edisi ke-12th). Cengage Learning. hlm. 188. ISBN 978-0-538-73758-6. 
  45. ^ Dudley 1978, Section 2, Theorem 2, p. 16; Neale, Vicky (2017). Closing the Gap: The Quest to Understand Prime Numbers. Oxford University Press. p. 107. ISBN 978-0-19-109243-5. 
  46. ^ du Sautoy, Marcus (2003). The Music of the Primes: Searching to Solve the Greatest Mystery in MathematicsPerlu mendaftar (gratis). Harper Collins. hlm. 23. ISBN 978-0-06-093558-0. 
  47. ^ Dudley 1978, Section 2, Lemma 5, p. 15; Higgins, Peter M. (1998). Mathematics for the Curious. Oxford University Press. hlm. 77–78. ISBN 978-0-19-150050-3. 
  48. ^ Rotman, Joseph J. (2000). A First Course in Abstract Algebra (edisi ke-2nd). Prentice Hall. Problem 1.40, p. 56. ISBN 978-0-13-011584-3. 
  49. ^ Letter in Latin from Goldbach to Euler, July 1730.
  50. ^ Furstenberg, Harry (1955). "On the infinitude of primes". American Mathematical Monthly. 62 (5): 353. doi:10.2307/2307043. JSTOR 2307043. MR 0068566. 
  51. ^ Ribenboim, Paulo (2004). The little book of bigger primes. Berlin; New York: Springer-Verlag. hlm. 4. ISBN 978-0-387-20169-6. 
  52. ^ Euclid's Elements, Book IX, Proposition 20. See David Joyce's English translation of Euclid's proof or Williamson, James (1782). The Elements of Euclid, With Dissertations. Oxford: Clarendon Press. hlm. 63. OCLC 642232959. 
  53. ^ Vardi, Ilan (1991). Computational Recreations in Mathematica. Addison-Wesley. hlm. 82–89. ISBN 978-0-201-52989-0. 
  54. ^ Matiyasevich, Yuri V. (1999). "Formulas for prime numbers". In Tabachnikov, Serge (ed.). Kvant Selecta: Algebra and Analysis. Vol. II. American Mathematical Society. hlm. 13–24. ISBN 978-0-8218-1915-9.
  55. ^ Mackinnon, Nick (June 1987). "Prime number formulae". The Mathematical Gazette. 71 (456): 113–114. doi:10.2307/3616496. JSTOR 3616496. 
  56. ^ Matiyasevich, Yuri V. (1999). "Formulas for prime numbers". Dalam Tabachnikov, Serge. Kvant Selecta: Algebra and Analysis. II. American Mathematical Society. hlm. 13–24. ISBN 978-0-8218-1915-9. 
  57. ^ Wright, E.M. (1951). "A prime-representing function". American Mathematical Monthly. 58 (9): 616–618. doi:10.2307/2306356. JSTOR 2306356
  58. ^ Guy 2013, hlm. vii.
  59. ^ Guy 2013, C1 Goldbach's conjecture, hlm. 105–107.
  60. ^ Oliveira e Silva, Tomás; Herzog, Siegfried; Pardi, Silvio (2014). "Empirical verification of the even Goldbach conjecture and computation of prime gaps up to ". Mathematics of Computation. 83 (288): 2033–2060. doi:10.1090/S0025-5718-2013-02787-1alt=Dapat diakses gratis. MR 3194140. 
  61. ^ Tao 2009, 3.1 Structure and randomness in the prime numbers, pp. 239–247. See especially p. 239.
  62. ^ Guy 2013, p. 159.
  63. ^ Ramaré, Olivier (1995). "On Šnirel'man's constant". Annali della Scuola Normale Superiore di Pisa. 22 (4): 645–706. MR 1375315. 
  64. ^ Rassias, Michael Th. (2017). Goldbach's Problem: Selected Topics. Cham: Springer. hlm. vii. doi:10.1007/978-3-319-57914-6. ISBN 978-3-319-57912-2. MR 3674356. 
  65. ^ Koshy 2002, Theorem 2.14, p. 109. Riesel 1994 gives a similar argument using the primorial in place of the factorial.
  66. ^ a b Riesel 1994, "Large gaps between consecutive primes", pp. 78–79.
  67. ^ Sloane, N.J.A. (ed.). "Sequence A100964 (Smallest prime number that begins a prime gap of at least 2n)". On-Line Encyclopedia of Integer Sequences. OEIS Foundation. 
  68. ^ a b c Ribenboim 2004, Gaps between primes, pp. 186–192.
  69. ^ a b Ribenboim 2004, p. 183.
  70. ^ Chan, Joel (February 1996). "Prime time!". Math Horizons. 3 (3): 23–25. doi:10.1080/10724117.1996.11974965. JSTOR 25678057.  Note that Chan lists Legendre's conjecture as "Sierpinski's Postulate".
  71. ^ Ribenboim 2004, Prime -tuples conjecture, pp. 201–202.
  72. ^ Sandifer 2007, Chapter 35, Estimating the Basel problem, pp. 205–208.
  73. ^ Ogilvy, C.S.; Anderson, J.T. (1988). Excursions in Number Theory. Dover Publications Inc. hlm. 29–35. ISBN 978-0-486-25778-5. 
  74. ^ Apostol 1976, Section 1.6, Theorem 1.13
  75. ^ Apostol 1976, Section 4.8, Theorem 4.12
  76. ^ a b Miller, Steven J.; Takloo-Bighash, Ramin (2006). An Invitation to Modern Number Theory. Princeton University Press. hlm. 43–44. ISBN 978-0-691-12060-7. 
  77. ^ Crandall & Pomerance 2005, hlm. 6.
  78. ^ a b Crandall & Pomerance 2005, p. 10.
  79. ^ du Sautoy, Marcus (2011). "What are the odds that your telephone number is prime?". The Number Mysteries: A Mathematical Odyssey through Everyday Life. St. Martin's Press. hlm. 50–52. ISBN 978-0-230-12028-0. 
  80. ^ Apostol 1976, Section 4.6, Theorem 4.7
  81. ^ Gelfand, I.M.; Shen, Alexander (2003). Algebra. Springer. hlm. 37. ISBN 978-0-8176-3677-7. 
  82. ^ Mollin, Richard A. (1997). Fundamental Number Theory with Applications. Discrete Mathematics and Its Applications. CRC Press. hlm. 76. ISBN 978-0-8493-3987-5. 
  83. ^ Crandall & Pomerance 2005, Theorem 1.1.5, p. 12.
  84. ^ Green, Ben; Tao, Terence (2008). "The primes contain arbitrarily long arithmetic progressions". Annals of Mathematics. 167 (2): 481–547. arXiv:math.NT/0404188alt=Dapat diakses gratis. doi:10.4007/annals.2008.167.481. 
  85. ^ Hua, L.K. (2009) [1965]. Additive Theory of Prime Numbers. Translations of Mathematical Monographs. 13. Providence, RI: American Mathematical Society. hlm. 176–177. ISBN 978-0-8218-4942-2. MR 0194404. OCLC 824812353. 
  86. ^ The sequence of these primes, starting at rather than , is listed by Lava, Paolo Pietro; Balzarotti, Giorgio (2010). "Chapter 33. Formule fortunate". 103 curiosità matematiche: Teoria dei numeri, delle cifre e delle relazioni nella matematica contemporanea (dalam bahasa Italia). Ulrico Hoepli Editore S.p.A. hlm. 133. ISBN 978-88-203-5804-4. 
  87. ^ Chamberland, Marc (2015). "The Heegner numbers". Single Digits: In Praise of Small Numbers. Princeton University Press. hlm. 213–215. ISBN 978-1-4008-6569-7. 
  88. ^ a b Guy, Richard (2013). "A1 Prime values of quadratic functions". Unsolved Problems in Number Theory. Problem Books in Mathematics (edisi ke-3rd). Springer. hlm. 7–10. ISBN 978-0-387-26677-0. 
  89. ^ Patterson, S.J. (1988). An introduction to the theory of the Riemann zeta-function. Cambridge Studies in Advanced Mathematics. 14. Cambridge University Press, Cambridge. hlm. 1. doi:10.1017/CBO9780511623707. ISBN 978-0-521-33535-5. MR 0933558. 
  90. ^ Borwein, Peter; Choi, Stephen; Rooney, Brendan; Weirathmueller, Andrea (2008). The Riemann hypothesis: A resource for the afficionado and virtuoso alike. CMS Books in Mathematics/Ouvrages de Mathématiques de la SMC. New York: Springer. hlm. 10–11. doi:10.1007/978-0-387-72126-2. ISBN 978-0-387-72125-5. MR 2463715. 
  91. ^ Sandifer 2007, pp. 191–193.
  92. ^ Borwein et al. 2008, Conjecture 2.7 (the Riemann hypothesis), p. 15.
  93. ^ Patterson 1988, p. 7.
  94. ^ a b Borwein et al. 2008, p. 18.
  95. ^ Nathanson 2000, Chapter 9, The prime number theorem, pp. 289–324.
  96. ^ Zagier, Don (1977). "The first 50 million prime numbers". The Mathematical Intelligencer. 1 (S2): 7–19. doi:10.1007/bf03351556.  See especially pp. 14–16.
  97. ^ (Kraft & Washington 2014), Proposition 5.3, p. 96.
  98. ^ Shahriari, Shahriar (2017). Algebra in Action: A Course in Groups, Rings, and Fields. Pure and Applied Undergraduate Texts. 27. American Mathematical Society. hlm. 20–21. ISBN 978-1-4704-2849-5. 
  99. ^ Dudley 1978, Theorem 3, p. 28.
  100. ^ Shahriari 2017, pp. 27–28.
  101. ^ Ribenboim 2004, Fermat's little theorem and primitive roots modulo a prime, pp. 17–21.
  102. ^ Ribenboim 2004, The property of Giuga, hlm. 21–22.
  103. ^ Ribenboim 2004, The theorem of Wilson, hlm. 21.
  104. ^ Lauritzen, Niels (2003). Concrete Abstract Algebra: From numbers to Gröbner bases. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 127. doi:10.1017/CBO9780511804229. ISBN 978-0-521-53410-9. MR 2014325. 
  105. ^ Lauritzen 2003, Corollary 3.5.14, p. 133; Lemma 3.5.18, p. 136.
  106. ^ Kraft & Washington 2014, Section 12.1, Sums of two squares, pp. 297–301.
  107. ^ Eisenbud, David (1995). Commutative Algebra. Graduate Texts in Mathematics. 150. Berlin; New York: Springer-Verlag. Section 3.3. doi:10.1007/978-1-4612-5350-1. ISBN 978-0-387-94268-1. MR 1322960. 
  108. ^ Shafarevich, Igor R. (2013). "Definition of ". Basic Algebraic Geometry 2: Schemes and Complex Manifolds (edisi ke-3rd). Springer, Heidelberg. hlm. 5. doi:10.1007/978-3-642-38010-5. ISBN 978-3-642-38009-9. MR 3100288. 
  109. ^ Neukirch, Jürgen (1999). Algebraic Number Theory. Grundlehren der Mathematischen Wissenschaften [Fundamental Principles of Mathematical Sciences]. 322. Berlin: Springer-Verlag. Section I.8, p. 50. doi:10.1007/978-3-662-03983-0. ISBN 978-3-540-65399-8. MR 1697859. 
  110. ^ Neukirch 1999, Section I.7, p. 38
  111. ^ Stevenhagen, P.; Lenstra, H.W., Jr. (1996). "Chebotarëv and his density theorem". The Mathematical Intelligencer. 18 (2): 26–37. CiteSeerX 10.1.1.116.9409alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1007/BF03027290. MR 1395088. 
  112. ^ Hall, Marshan (2018), The Theory of Groups. Dover Books on Mathematics. Courier Dover Publications. ISBN 978-0-486-81690-6. Untuk teorema Sylow. lihat hlm. 43. Untuk teorema Lagrange, lihat hlm. 12. Untuk teorema Burnside, lihat hlm. 143.
  113. ^ Bullynck, Maarten (2010). "A history of factor tables with notes on the birth of number theory 1657–1817". Revue d'Histoire des Mathématiques. 16 (2): 133–216. 
  114. ^ Wagstaff, Samuel S. Jr. (2013). The Joy of Factoring. Student mathematical library. 68. American Mathematical Society. hlm. 191. ISBN 978-1-4704-1048-3. 
  115. ^ Crandall, Richard; Pomerance, Carl (2005). Prime Numbers: A Computational Perspective (edisi ke-2nd). Springer. hlm. 121. ISBN 978-0-387-25282-7. 
  116. ^ Farach-Colton, Martín; Tsai, Meng-Tsung (2015). "On the complexity of computing prime tables". Dalam Elbassioni, Khaled; Makino, Kazuhisa. Algorithms and Computation: 26th International Symposium, ISAAC 2015, Nagoya, Japan, December 9-11, 2015, Proceedings. Lecture Notes in Computer Science. 9472. Springer. hlm. 677–688. arXiv:1504.05240alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1007/978-3-662-48971-0_57. 
  117. ^ Greaves, George (2013). Sieves in Number Theory. Ergebnisse der Mathematik und ihrer Grenzgebiete (3. Folge). 43. Springer. hlm. 1. ISBN 978-3-662-04658-6. 
  118. ^ Hromkovič, Juraj (2001). "5.5 Bibliographic Remarks". Algorithmics for Hard Problems. Texts in Theoretical Computer Science. An EATCS Series. Springer-Verlag, Berlin. hlm. 383–385. doi:10.1007/978-3-662-04616-6. ISBN 978-3-540-66860-2. MR 1843669. 
  119. ^ Roth, K.F. (1951). "On a problem of Heilbronn". Journal of the London Mathematical Society. Second Series. 26 (3): 198–204. doi:10.1112/jlms/s1-26.3.198. MR 0041889. 
  120. ^ Cox, David A. (2011). "Why Eisenstein proved the Eisenstein criterion and why Schönemann discovered it first" (PDF). American Mathematical Monthly. 118 (1): 3–31. CiteSeerX 10.1.1.398.3440alt=Dapat diakses gratis. doi:10.4169/amer.math.monthly.118.01.003. 
  121. ^ Lang, Serge (2002). Algebra. Graduate Texts in Mathematics. 211. Berlin; New York: Springer-Verlag. doi:10.1007/978-1-4613-0041-0. ISBN 978-0-387-95385-4. MR 1878556. , Section II.1, p. 90
  122. ^ Schubert, Horst (1949). "Die eindeutige Zerlegbarkeit eines Knotens in Primknoten". S.-B Heidelberger Akad. Wiss. Math.-Nat. Kl. 1949 (3): 57–104. MR 0031733. 
  123. ^ Milnor, J. (1962). "A unique decomposition theorem for 3-manifolds". American Journal of Mathematics. 84 (1): 1–7. doi:10.2307/2372800. JSTOR 2372800. MR 0142125. 
  124. ^ (Boklan & Conway 2017) juga mencantumkan bukan bentuk bilangan prima Fermat.
  125. ^ a b Křížek, Michal; Luca, Florian; Somer, Lawrence (2001). 17 Lectures on Fermat Numbers: From Number Theory to Geometry. CMS Books in Mathematics. 9. New York: Springer-Verlag. hlm. 1–2. doi:10.1007/978-0-387-21850-2. ISBN 978-0-387-95332-8. MR 1866957. 
  126. ^ Boklan, Kent D.; Conway, John H. (January 2017). "Expect at most one billionth of a new Fermat prime!". The Mathematical Intelligencer. 39 (1): 3–5. arXiv:1605.01371alt=Dapat diakses gratis. doi:10.1007/s00283-016-9644-3. 
  127. ^ Gleason, Andrew M. (1988). "Angle trisection, the heptagon, and the triskaidecagon". American Mathematical Monthly. 95 (3): 185–194. doi:10.2307/2323624. JSTOR 2323624. MR 0935432. 
  128. ^ Ziegler, Günter M. (2015). "Cannons at sparrows". European Mathematical Society Newsletter (95): 25–31. MR 3330472. 
  129. ^ Peterson, Ivars (June 28, 1999). "The Return of Zeta". MAA Online. Diarsipkan dari versi asli tanggal October 20, 2007. Diakses tanggal 2008-03-14. 
  130. ^ Hayes, Brian (2003). "Computing science: The spectrum of Riemannium". American Scientist. 91 (4): 296–300. doi:10.1511/2003.26.3349. JSTOR 27858239. 
  131. ^ Bengtsson, Ingemar; Życzkowski, Karol (2017). Geometry of quantum states : an introduction to quantum entanglement (edisi ke-Second). Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 313–354. ISBN 978-1-107-02625-4. OCLC 967938939. 
  132. ^ Zhu, Huangjun (2010). "SIC POVMs and Clifford groups in prime dimensions". Journal of Physics A: Mathematical and Theoretical. 43 (30): 305305. arXiv:1003.3591alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2010JPhA...43D5305Z. doi:10.1088/1751-8113/43/30/305305. 
  133. ^ Goles, E.; Schulz, O.; Markus, M. (2001). "Prime number selection of cycles in a predator-prey model". Complexity. 6 (4): 33–38. Bibcode:2001Cmplx...6d..33G. doi:10.1002/cplx.1040. 
  134. ^ Campos, Paulo R.A.; de Oliveira, Viviane M.; Giro, Ronaldo; Galvão, Douglas S. (2004). "Emergence of prime numbers as the result of evolutionary strategy". Physical Review Letters. 93 (9): 098107. arXiv:q-bio/0406017alt=Dapat diakses gratis. Bibcode:2004PhRvL..93i8107C. doi:10.1103/PhysRevLett.93.098107. PMID 15447148. 
  135. ^ "Invasion of the Brood". The Economist. May 6, 2004. Diakses tanggal 2006-11-26. 
  136. ^ Zimmer, Carl (May 15, 2015). "Bamboo Mathematicians". Phenomena: The Loom. National Geographic. Diakses tanggal February 22, 2018. 
  137. ^ Hill, Peter Jensen, ed. (1995). The Messiaen companion. Portland, OR: Amadeus Press. Ex. 13.2 Messe de la Pentecôte 1 'Entrée'. ISBN 978-0-931340-95-6. 
  138. ^ Pomerance, Carl (2004). "Prime Numbers and the Search for Extraterrestrial Intelligence" (PDF). Dalam Hayes, David F.; Ross, Peter. Mathematical Adventures for Students and Amateurs. MAA Spectrum. Washington, DC: Mathematical Association of America. hlm. 3–6. ISBN 978-0-88385-548-5. MR 2085842. 
  139. ^ GrrlScientist (September 16, 2010). "The Curious Incident of the Dog in the Night-Time". Science. The Guardian. Diakses tanggal February 22, 2010. 
  140. ^ Schillinger, Liesl (April 9, 2010). "Counting on Each Other". Sunday Book Review. The New York Times.