Lompat ke isi

Kerajaan Sekadau: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k top: pembersihan kosmetika dasar
Zul Hamid (bicara | kontrib)
k Tidak ada sumber primer yang jelas mengatakan hal ini
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 54: Baris 54:


== Sejarah ==
== Sejarah ==
Asal mula penduduk Sekadau adalah pecahan rombongan [[Dara Nante]] yang berada di bawah pimpinan [[Singa Patih Bardat]] dan [[Patih Bangi]] yang meneruskan perjalanan ke hulu [[Sungai Kapuas]].<ref name="dhzblog"/> Rombongan [[Singa Patih Bardat]] menurunkan suku [[Kematu]], [[Benawas]], [[Sekadau]], dan [[Melawang]].<ref name="dhzblog"/> Sedangkan rombongan [[Patih Bangi]] adalah leluhur [[suku Dayak Melawang]] yang menurunkan raja-raja Sekadau.<ref name="dhzblog">[http://www.dhzblog.com/2013/01/sejarah-kabupaten-sekadau.html sejarah kab. sekadau] diakses 31 Maret 2015</ref>
Asal mula penduduk Sekadau adalah pecahan rombongan [[Dara Nante]] yang berada di bawah pimpinan [[Singa Patih Bardat]] dan [[Patih Bangi]] yang meneruskan perjalanan ke hulu [[Sungai Kapuas]].<ref name="dhzblog">[http://www.dhzblog.com/2013/01/sejarah-kabupaten-sekadau.html sejarah kab. sekadau] diakses 31 Maret 2015</ref> Rombongan [[Singa Patih Bardat]] menurunkan suku [[Kematu]], [[Benawas]], [[Sekadau]], dan [[Melawang]].<ref name="dhzblog"/>Mula-mula kerajaan Sekadau terletak di daerah [[Kematu]], lebih kurang 3 kilometer sebelah [[hilir Rawak]].<ref name="dhzblog"/> Raja pertama Sekadau adalah [[Pangeran Engkong]] yang memiliki tiga putra, yakni [[Pangeran Agong]], [[Pangeran Kadar]] dan [[Pangeran Senarong]].<ref name="dhzblog"/> Sesudah [[Pangeran Engkong]] wafat, kerajaan diteruskan oleh putra keduanya, [[Pangeran Kadar]], karena dinilai lebih bijaksana dari putra-putra yang lain.<ref name="dhzblog"/> Karena kecewa, [[Pangeran Agong]] kemudian meninggalkan Sekadau menuju daerah [[Lawang Kuwari]].<ref name="dhzblog"/> Sedangkan [[Pangeran Senarong]] kemudian menurunkan penguasa [[kerajaan Belitang]].<ref name="dhzblog"/>
Mula-mula kerajaan Sekadau terletak di daerah [[Kematu]], lebih kurang 3 kilometer sebelah [[hilir Rawak]].<ref name="dhzblog"/> Raja pertama Sekadau adalah [[Pangeran Engkong]] yang memiliki tiga putra, yakni [[Pangeran Agong]], [[Pangeran Kadar]] dan [[Pangeran Senarong]].<ref name="dhzblog"/> Sesudah [[Pangeran Engkong]] wafat, kerajaan diteruskan oleh putra keduanya, [[Pangeran Kadar]], karena dinilai lebih bijaksana dari putra-putra yang lain.<ref name="dhzblog"/> Karena kecewa, [[Pangeran Agong]] kemudian meninggalkan Sekadau menuju daerah [[Lawang Kuwari]].<ref name="dhzblog"/> Sedangkan [[Pangeran Senarong]] kemudian menurunkan penguasa [[kerajaan Belitang]].<ref name="dhzblog"/>
Setelah [[Pangeran Kadar]] wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putra mahkota [[Pangeran Suma]].<ref name="Pontianak Online"/> [[Pangeran Suma]] pernah dikirim orangtuanya untuk memperdalam pengetahuan agama [[Islam]] ke [[kerajaan Mempawah]], karena itu pada masa pemerintahannya agama [[Islam]] berkembang pesat di kerajaan Sekadau.<ref name="Pontianak Online"/> Ibu kota kerajaan kemudian dipindahkan ke kampung [[Sungai Bara]] dan sebuah masjid kerajaan didirikan disana. Pada masa ini pula [[Belanda]] sampai ke kerajaan Sekadau.<ref name="Pontianak Online">[http://www.pontianakonline.com/sanggau/equatopedia/sejarah/sekadau.htm Sekadau] diakses 31 Maret 2015</ref>
Setelah [[Pangeran Kadar]] wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putra mahkota [[Pangeran Suma]].<ref name="Pontianak Online"/> [[Pangeran Suma]] pernah dikirim orangtuanya untuk memperdalam pengetahuan agama [[Islam]] ke [[kerajaan Mempawah]], karena itu pada masa pemerintahannya agama [[Islam]] berkembang pesat di kerajaan Sekadau.<ref name="Pontianak Online"/> Ibu kota kerajaan kemudian dipindahkan ke kampung [[Sungai Bara]] dan sebuah masjid kerajaan didirikan disana. Pada masa ini pula [[Belanda]] sampai ke kerajaan Sekadau.<ref name="Pontianak Online">[http://www.pontianakonline.com/sanggau/equatopedia/sejarah/sekadau.htm Sekadau] diakses 31 Maret 2015</ref>
[[Pangeran Suma]] kemudian digantikan oleh Putra Mahkota [[Abang Todong]] dengan ''gelar Sultan Anum''.<ref name="Pontianak Online"/> Lalu digantikan lagi oleh [[Abang Ipong]] bergelar ''Pangeran Ratu'' yang bukan keturunan raja namun naik tahta karena putra mahkota berikutnya belum cukup dewasa.<ref name="Pontianak Online"/> Setelah putra mahkota dewasa, ia pun dinobatkan memerintah dengan gelar ''Sultan Mansur''.<ref name="Pontianak Online"/> Kerajaan Sekadau kemudian dialihkan kepada [[Gusti Mekah]] dengan gelar ''Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara'' karena putra mahkota berikutnya, yakni [[Abang Usman]], belum dewasa.<ref name="Pontianak Online"/> [[Abang Usman]] kemudian dibawa ibunya ke [[Nanga Taman]].<ref name="Pontianak Online"/>
[[Pangeran Suma]] kemudian digantikan oleh Putra Mahkota [[Abang Todong]] dengan ''gelar Sultan Anum''.<ref name="Pontianak Online"/> Lalu digantikan lagi oleh [[Abang Ipong]] bergelar ''Pangeran Ratu'' yang bukan keturunan raja namun naik tahta karena putra mahkota berikutnya belum cukup dewasa.<ref name="Pontianak Online"/> Setelah putra mahkota dewasa, ia pun dinobatkan memerintah dengan gelar ''Sultan Mansur''.<ref name="Pontianak Online"/> Kerajaan Sekadau kemudian dialihkan kepada [[Gusti Mekah]] dengan gelar ''Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara'' karena putra mahkota berikutnya, yakni [[Abang Usman]], belum dewasa.<ref name="Pontianak Online"/> [[Abang Usman]] kemudian dibawa ibunya ke [[Nanga Taman]].<ref name="Pontianak Online"/>

Revisi per 16 Juli 2024 04.21

Kerajaan Kusuma Negara Sekadau
1550 (atau versi lainnya)–1952
Istana Kusuma Negara Sekadau
Istana Kusuma Negara Sekadau
Ibu kota1. Kematu
2. Kampung Sungai Bara[1]
Bahasa yang umum digunakanBahasa Melayu?, Bahasa ?
Agama
Islam
PemerintahanMonarki
Pangeran, Kesultanan sekarang Panembahan 
• 1944 - 1946 M
Gusti Kelip
• 1946 - 1952 M
Abang Kolin
• [[- 1963]] M[2]
Gusti Adenan
Gusti Muhammad Effendi[3]
Sejarah 
1550 (atau versi lainnya)
1952
2009 - Sekarang
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Kerajaan Sekadau adalah sebuah kerajaan yang terletak di Kabupaten Sekadau, Provinsi kalimantan barat , Indonesia.[5] Nama Sekadau diambil dari sejenis pohon yang banyak tumbuh di muara Sungai Sekadau.[6] Penduduk setempat menamakannya Batang Adau.[6]

Sejarah

Asal mula penduduk Sekadau adalah pecahan rombongan Dara Nante yang berada di bawah pimpinan Singa Patih Bardat dan Patih Bangi yang meneruskan perjalanan ke hulu Sungai Kapuas.[7] Rombongan Singa Patih Bardat menurunkan suku Kematu, Benawas, Sekadau, dan Melawang.[7]Mula-mula kerajaan Sekadau terletak di daerah Kematu, lebih kurang 3 kilometer sebelah hilir Rawak.[7] Raja pertama Sekadau adalah Pangeran Engkong yang memiliki tiga putra, yakni Pangeran Agong, Pangeran Kadar dan Pangeran Senarong.[7] Sesudah Pangeran Engkong wafat, kerajaan diteruskan oleh putra keduanya, Pangeran Kadar, karena dinilai lebih bijaksana dari putra-putra yang lain.[7] Karena kecewa, Pangeran Agong kemudian meninggalkan Sekadau menuju daerah Lawang Kuwari.[7] Sedangkan Pangeran Senarong kemudian menurunkan penguasa kerajaan Belitang.[7] Setelah Pangeran Kadar wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putra mahkota Pangeran Suma.[8] Pangeran Suma pernah dikirim orangtuanya untuk memperdalam pengetahuan agama Islam ke kerajaan Mempawah, karena itu pada masa pemerintahannya agama Islam berkembang pesat di kerajaan Sekadau.[8] Ibu kota kerajaan kemudian dipindahkan ke kampung Sungai Bara dan sebuah masjid kerajaan didirikan disana. Pada masa ini pula Belanda sampai ke kerajaan Sekadau.[8] Pangeran Suma kemudian digantikan oleh Putra Mahkota Abang Todong dengan gelar Sultan Anum.[8] Lalu digantikan lagi oleh Abang Ipong bergelar Pangeran Ratu yang bukan keturunan raja namun naik tahta karena putra mahkota berikutnya belum cukup dewasa.[8] Setelah putra mahkota dewasa, ia pun dinobatkan memerintah dengan gelar Sultan Mansur.[8] Kerajaan Sekadau kemudian dialihkan kepada Gusti Mekah dengan gelar Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara karena putra mahkota berikutnya, yakni Abang Usman, belum dewasa.[8] Abang Usman kemudian dibawa ibunya ke Nanga Taman.[8] Sesudah pemerintahan Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara berakhir, Panembahan Gusti Akhmad Sri Negara dinobatkan naik tahta.[8] Tetapi oleh penjajah Belanda, panembahan beserta keluarganya kemudian diasingkan ke Malang, Jawa Timur, dengan tuduhan telah menghasut para tumenggung untuk melawan Belanda.[8] Karena peristiwa tersebut, Panembahan Haji Gusti Abdullah kemudian diangkat dengan gelar Pangeran Mangku sebagai wakil panembahan.[8] Ia pun dipersilakan mendiami keraton.[8] Belum lama setelah penobatannya, Pangeran Mangku wafat.[8] Ia kemudian digantikan oleh Panembahan Gusti Akhmad, kemudian Gusti Hamid.[8] Raja Sekadau berikutnya adalah Panembahan Gusti Kelip.[8] Tahun 1944 Gusti Kelip tewas dibunuh penjajah Jepang.[8] Pihak Jepang kemudian mengangkat Gusti Adnan sebagai pembesar kerajaan Sekadau dengan gelar Pangeran Agung, ia berasal dari Belitang.[8]

Bergabung dengan NKRI

Pada Juni 1952, bersama Gusti Kolen dari kerajaan Belitang, Gusti Adnan menyerahkan administrasi kerajaan kepada pemerintah Republik Indonesia di Jakarta dengan tergabung dalam Kabupaten Sanggau.[8] Pemerintahan Kabupaten Sekadau dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat.[9] Kabupaten Sekadau merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Sanggau, maka sejak Tahun 2003 resmi menjadi kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Sekadau.[9]

Daftar Panembahan Sekadau

versi kedua melalui sumber http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states2.html

c.1600 Sekadau dibentuk / state founded.

Pangeran

* 1780 – ….: Suto

* …. – 1830: Kusuma Negara

Sultan

* 1830 – 1861: Muhammad Kamaruddin

* 1861 – 1867: Mansur Kusuma Negara

Panembahan

* 1867 – 31 Jul 1902: Muhammad Kusuma Negara

* 31 Jul 1902 – 1910: Ahmad Seri Negara (1st time)

* 1910 – 1919: Regency [four members]

* 1919: Ahmad Seri Negara (2nd time)

* 1920 – 1931: Regency

* Gusti Ahmad Pangeran Nata Negara

* Adi Abul Murad (to 1923)

* 1931 – 1944: Gusti Muhammad (d. 1944?)

* 1944 – c.1946: Gusti Kelip

* c.1946 – c.1952: Abang Kolin

* 19.. – 1963: Gusti Adenan

* 2018: Gusti Muhammad Effendi

Referensi