Danau Toba: Perbedaan antara revisi
k robot Adding: nl |
kesalahan penulisan kata "vdari" menjadi "dari" Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(495 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Kegunaan lain|Toba}} |
|||
[[Image:Lake-toba.jpg|right|thumb|250px|Pemandangan Danau Toba]] |
|||
{{pp-vandalism|expiry=15:13, 25 Juni 2018|small=yes}} |
|||
'''Danau Toba''' adalah sebuah [[danau]] vulkanik sebesar 100km x 30km di [[Sumatera Utara]], [[Sumatera]], [[Indonesia]]. Di tengahnya terdapat sebuah pulau vulkanik bernama [[Pulau Samosir]]. |
|||
{{Infobox lake |
|||
| name = Danau Toba |
|||
| native_name = {{btk|ᯖᯀᯬ ᯖᯬᯅ}}<br/>Tao Toba |
|||
| image = Indonesia - Lake Toba (26224127503).jpg |
|||
| image_size = 300 |
|||
| caption = Pemandangan Danau Toba dari [[Air Terjun Sipisopiso|Sipisopiso]] |
|||
| image_bathymetry = |
|||
| caption_bathymetry = |
|||
| location = [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]] |
|||
| coords = {{Coord|2.68|98.88|region:ID_type:waterbody_scale:500000|display=inline,title}} |
|||
| type = Vulkanik/tektonik |
|||
| inflow = |
|||
| outflow = [[Sungai Asahan]] |
|||
| catchment = |
|||
| basin_countries = [[Indonesia]] |
|||
| length = {{convert|100|km|abbr=on}} |
|||
| width = {{convert|30|km|abbr=on}} |
|||
| area = {{convert|1130|km2|abbr=on}} |
|||
| max-depth = {{convert|508|m|abbr=on}}<ref name="WorldLakes"/> |
|||
| volume = {{convert|240|km3|abbr=on}} |
|||
| residence_time = |
|||
| shore = |
|||
| elevation = {{convert|905|m|abbr=on}} |
|||
| islands = [[Pulau Samosir|Samosir]] |
|||
| cities = [[Simanindo, Samosir|Simanindo]], [[Balige, Toba|Balige]], [[Muara, Tapanuli Utara|Muara]], [[Baktiraja, Humbang Hasundutan|Bakkara]], [[Pangururan, Samosir|Pangururan]], [[Parapat, Girsang Sipangan Bolon, Simalungun|Parapat]], [[Tongging, Merek, Karo|Tongging]], [[Silahisabungan, Dairi|Silalahi]] |
|||
| reference = <ref name="WorldLakes"/> |
|||
|countries=[[Indonesia]] |
|||
|temperature_low_C=0 |
|||
|temperature_high_C=27 |
|||
|extra= |
|||
}} |
|||
'''Danau Toba''' ({{lang-bbc|a=ᯖᯀᯬ ᯖᯬᯅ|translit='''Tao Toba'''}}) adalah [[danau]] alami berukuran besar di [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]] yang terletak di [[kaldera]] [[gunung]] [[supervulkan]]. Danau ini memiliki panjang {{convert|100|km|mi|abbr=off}}, lebar {{convert|30|km}}, dan kedalaman {{convert|508|m}}. Danau ini terletak di tengah [[pulau]] [[Sumatra]] bagian utara dengan ketinggian permukaan sekitar {{convert|900|m|0}}. Danau ini membentang dari {{Coord|2.88|N|98.52|E}} sampai {{Coord|2.35|N|99.1|E}}. Danau Toba merupakan adalah danau terbesar di Indonesia sekaligus [[danau vulkanik]] terbesar di dunia.<ref name="WorldLakes">{{cite web|url=http://www.worldlakes.org/lakedetails.asp?lakeid=8367|title=LakeNet – Lakes|publisher=}}</ref> |
|||
Danau Toba sejak lama menjadi daerah tujuan wisata penting di Sumatera Utara selain Bukit Lawang dan Nias, menarik wisatawan domestik maupun mancanegara. |
|||
Danau Toba terbentuk sebagai akibat dari letusan gunung berapi super masif berkekuatan [[Volcanic Explosivity Index|VEI]] 8 sekitar 69.000 sampai 77.000 tahun yang lalu<ref>{{cite web|url=http://www.volcano.si.edu/world/volcano.cfm?vnum=0601-09=|title=Global Volcanism Program – Toba|publisher=}}</ref><ref name=chesner1991 /><ref>{{cite journal|last=Ninkovich|first=D. |author2=N.J. Shackleton |author3=A.A. Abdel-Monem |author4=J.D. Obradovich |author5=G. Izett|date=7 December 1978|title=K−Ar age of the late Pleistocene eruption of Toba, north Sumatra|url=https://archive.org/details/sim_nature-uk_1978-12-07_276_5688/page/574|journal=Nature|publisher=Nature Publishing Group|issue=5688|pages=574–577 |doi=10.1038/276574a0|volume=276|bibcode=1978Natur.276..574N |issn=0028-0836}}<!--|accessdate=5 March 2010--></ref> yang memicu perubahan iklim global. Metode penanggalan terkini yang berakurat menetapkan letusan tersebut terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu.<ref>Vogel, Gretchen, [http://www.sciencemag.org/news/2018/03/how-ancient-humans-survived-global-volcanic-winter-massive-eruption?et_rid=382659176&et_cid=1903121 How ancient humans survived global ‘volcanic winter’ from massive eruption]'', Science, 12 March 2018</ref> Letusan ini merupakan letusan eksplosif terbesar di [[Bumi]] dalam 25 juta tahun terakhir. Menurut [[teori bencana Toba]], letusan ini berdampak besar bagi populasi manusia di seluruh dunia; dampak letusan menewaskan sebagian besar manusia yang hidup waktu itu dan diyakini menyebabkan [[penyusutan populasi]] di Afrika Timur-Tengah dan India sehingga memengaruhi genetika populasi manusia di seluruh dunia sampai sekarang.<ref>{{cite news|url=http://news.bbc.co.uk/2/hi/science/nature/2975862.stm|title=When humans faced extinction|publisher=BBC|date=9 June 2003|accessdate=5 January 2007}}</ref> |
|||
== Asal-usul == |
|||
Diperkirakan Danau Toba terjadi saat [[ledakan]] sekitar 73.000-75.000 tahun yang lalu dan merupakan letusan supervolcano (gunung berapi super) yang paling baru. [[Bill Rose]] dan [[Craig Chesner]] dari [[Michigan Technological University]] memperkirakan bahwa bahan-bahan vulkanik yang dimuntahkan gunung itu sebanyak 2800km<sup>3</sup>, dengan 800km<sup>3</sup> batuan [[ignimbrit]] dan 2000km<sup>3</sup> abu vulkanik yang diperkirakan tertiup angin ke barat selama 2 minggu. |
|||
[[Berkas:Danau Toba Maret 2022.jpg|jmpl|Pemandangan Danau Toba dari kecamatan Paranginan, Humbang Hasundutan]] |
|||
Kejadian ini menyebabkan kematian massal dan pada beberapa spesies juga diikuti [[kepunahan]]. Menurut beberapa bukti [[DNA]], letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar ribuan saja. |
|||
Para ilmuwan sepakat bahwa letusan Toba memicu [[musim dingin vulkanik]] yang menyebabkan jatuhnya suhu dunia antara {{Convert|3|to|5|C-change|F-change}}, dan hingga {{Convert|15|C-change|F-change}} di daerah lintang atas. Penelitian lanjutan di [[Danau Malawi]], Afrika Timur, menemukan endapan debu letusan Toba, tetapi tidak menemukan bukti perubahan iklim besar di [[Afrika Timur]].<ref>{{cite journal|last=Lane|first=Christine S.|author2=Ben T. Chorn |author3=Thomas C. Johnson |date=29 April 2013|title=Ash from the Toba supereruption in Lake Malawi shows no volcanic winter in East Africa at 75 ka|journal=Proceedings of the National Academy of Sciences|volume=110|issue=20|pages=8025–8029|url=http://www.pnas.org/content/110/20/8025.abstract?sid=b5741029-8930-4895-aacc-1c527df5e9be|bibcode = 2013PNAS..110.8025L |doi = 10.1073/pnas.1301474110 |pmid=23630269 |pmc=3657767}}</ref> |
|||
Setelah letusan tersebut, terbentuk [[kaldera]] yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh [[magma]] yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau [[Samosir]]. |
|||
== |
== Geologi == |
||
Kompleks [[kaldera]] Toba di Sumatera Utara merupakan bagian dari [[Pegunungan Bukit Barisan]]. Kaldera Toba merupakan kaldera dengan letusan terbaru dari zaman [[kuarter]] dengan ukuran panjang 100 km dan lebar 30 km serta merupakan kaldera termuda keempat di dunia. Diperkirakan terdapat 2.800 km<sup>3</sup> material piroklastik ''[[dense-rock equivalent]]'' (DRE) yang dikenal sebagai [[tuff]] Toba Termuda (''Youngest Toba Tuff'', YTT) dan dikeluarkan lewat sebuah letusan yang menjadi salah satu letusan gunung api terbesar dalam sejarah geologi Bumi baru-baru ini. Dua buah setengah [[kubah kebangkitan]] muncul setelah letusan yang kini menjadi Pulau Samosir dan Blok Uluan, dipisahkan oleh sebuah [[graben]] membujur yang menjadi Selat Latung.<ref name=chesner1991>{{Cite journal |url=http://www.geo.mtu.edu/~raman/papers/ChesnerGeology.pdf |last1=Chesner |first1=C. A. |author-link1=Craig Chesner |last2=Westgate |first2=J. A. |author3=Rose, W. I. |author4=Drake, R. |author5=Deino, A. |journal=Geology |volume=19 |issue=3 |pages=200–203 |title=Eruptive history of Earth's largest Quaternary caldera (Toba, Indonesia) clarified |publisher=Michigan Technological University |date=1991 |accessdate=2019-03-22 |bibcode=1991Geo....19..200C |doi=10.1130/0091-7613(1991)019<0200:EHOESL>2.3.CO;2}}</ref><ref>{{cite thesis|last=Chesner |first=C. A. |year=1988 |type=Disertasi Ph.D. |title=The Toba Tuffs and Caldera Complex, Sumatra, Indonesia: Insights into Magma Bodies and Eruptions |url=https://search.proquest.com/docview/303679617 |location=Houghton |publisher=Michigan Technological University}}</ref> |
|||
*{{en}} ''Probing the Accumulation History of the Voluminous Toba Magma'', Jorge A. Vazquez dan Mary R. Reid, Science, 305, 991-994, 13 Agustus 2004 |
|||
Setidaknya terdapat empat kerucut vulkanik, empat [[Gunung berapi kerucut|gunung api strato]], dan tiga kawah yang dapat diamati di dan di sekitar Danau Toba. Salah satu kerucut yaitu Kerucut Tandukbenua terletak di sisi barat laut kaldera dan hanya ditumbuhi oleh vegetasi berkepadatan rendah yang menunjukkan bahwa peristiwa pembentukannya relatif baru. Di sebelah barat danau, terdapat Dolok Pusubukit masih aktif mengeluarkan [[solfatara]].<ref>{{cite web |url=http://volcano.si.edu/volcano.cfm?vn=261090|title=Synonyms and Subfeatures: Toba|publisher=[[Smithsonian Institution]]|work=Global Volcanism Program|accessdate=2017-06-07}}</ref> |
|||
==Pranala luar== |
|||
*{{wikitravel|Lake Toba}} |
|||
==Erupsi besar== |
|||
[[kategori:Danau-danau di Indonesia|Toba]] |
|||
{{main|Teori bencana Toba}} |
|||
[[kategori:Sumatra Utara]] |
|||
[[Berkas:Lake Toba (SRTM).jpg|jmpl|Foto atas penampakkan luas Toba]] |
|||
Erupsi Toba terjadi di atas tempat yang sekarang disebut Danau Toba sekitar 73.700±300 tahun yang lalu.<ref>{{Cite journal|last1=Mark|first1=Darren F.|last2=Renne|first2=Paul R.|last3=Dymock|first3=Ross C.|last4=Smith|first4=Victoria C.|last5=Simon|first5=Justin I.|last6=Morgan|first6=Leah E.|last7=Staff|first7=Richard A.|last8=Ellis|first8=Ben S.|last9=Pearce|first9=Nicholas J. G.|date=2017-04-01|title=High-precision 40Ar/39Ar dating of pleistocene tuffs and temporal anchoring of the Matuyama-Brunhes boundary|journal=Quaternary Geochronology|language=en|volume=39|pages=1–23|doi=10.1016/j.quageo.2017.01.002|issn=1871-1014|doi-access=free|hdl=10023/10236|hdl-access=free}}</ref> Letusan ini merupakan letusan terakhir dari serangkaian setidaknya empat letusan pembentuk kaldera di lokasi ini, dengan kaldera yang terbentuk sebelumnya diketahui terjadi sekitar 1,2 juta tahun yang lalu.<ref name="OregonState">[https://link.springer.com/article/10.1007/BF00280226 Stratigraphy of the Toba Tuffs and the evolution of the Toba Caldera Complex, Sumatra, Indonesia]</ref> Letusan terakhir ini diperkirakan memiliki VEI 8, menjadikannya letusan gunung berapi eksplosif terbesar yang diketahui pada Periode Kuarter. |
|||
Kejadian itu menyebabkan kematian massal dan [[kepunahan]] pada beberapa spesies makhluk hidup. Menurut beberapa bukti [[DNA]], letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya [[zaman es]], walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk [[kaldera]] yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh [[magma]] yang belum keluar menyebabkan munculnya [[Pulau Samosir]].{{Cn}} |
|||
<!-- interwiki --> |
|||
Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.{{Cn}} |
|||
[[de:Tobasee]] |
|||
[[en:Lake Toba]] |
|||
Selama tujuh tahun, para ahli dari universitas Oxford tersebut meneliti proyek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.{{Cn}} |
|||
[[es:Lago Toba]] |
|||
[[fr:Lac Toba]] |
|||
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.{{Cn}} |
|||
[[nl:Toba (vulkaan)]] |
|||
[[pl:Jezioro Toba]] |
|||
== Kerusakan lingkungan == |
|||
Pada bulan Mei 2012, Pemkab Samosir menerbitkan surat keputusan (SK) Bupati Samosir No. 89 tanggal 1 Mei 2012 tentang Pemberian [[Izin Lokasi Usaha Perkebunan Hortikultura dan Peternakan]] seluas 800 hektare di [[Hutan Tele]], di desa [[Partungko Naginjang, Harian, Samosir|Partungko Naginjang]] dan [[Hariara Pintu, Harian, Samosir|Hariara Pintu]], [[Harian, Samosir|Kecamatan Harian]], [[Kabupaten Samosir]], [[Sumatera Utara]] kepada PT Gorga Duma Sari (GDS) yang dimiliki seorang anggota DPRD Kabupaten Samosir, Jonni Sitohang.<ref name="satu">[http://www.beritasatu.com/nasional/113971-masyarakat-serukan-setop-pengrusakan-hutan-di-sekitar-danau-toba.html Berita Satu.com: Masyarakat Serukan Setop Pengrusakan Hutan di Sekitar Danau Toba] Publikasi: 15 Mei 2013</ref><ref name="mongabay">[http://www.mongabay.co.id/2014/03/17/hutan-samosir-rusak-parah-pemberi-dan-penerima-izin-belum-terjamah-hukum/ Mongabay: Hutan Samosir Rusak Parah, Pemberi dan Penerima Izin Belum Terjamah Hukum].17 Maret 2014</ref> Kemudian dilanjutkan dengan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) yang diberikan oleh Kepala Dinas Provinsi Sumatera Utara melalui SK Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir Nomor 005 Tahun 2013.<ref name="satu"/> Ketua Pengurus Forum Peduli Samosir Nauli (Pesona), [[Rohani Manalu]] menyatakan bahwa izin yang didapatkan ini membuat PT GDS melakukan penebangan atas kayu-kayu alam di dalam hutan tanpa memiliki AMDAL.<ref name="satu"/> Rohani juga menyatakan bahwa akibat lain adalah terjadinya longsor dan banjir yang menimbulkan korban jiwa.<ref name="satu2">[http://www.beritasatu.com/nasional/113972-bencana-longsor-makin-sering-terjadi-di-sekitar-danau-toba.html Beritasatu.com: Bencana Longsor Makin Sering Terjadi di Sekitar Danau Toba]. Publikasi 15 Mei 2013</ref><ref name="KSPPM">[http://www.ksppm.org/selamatkanhutan Situs Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat: Selamatkan Hutan Tele dari Kehancuran]{{Pranala mati|date=Maret 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> Akibat [[pengawahutanan|penebangan hutan]] Tele, lumpur hasil erosi di atas tanah bekas penebangan tersebut telah menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di sekitar Danau Toba.<ref name="Kompas1">'''Konservasi Lingkungan: Aktivis Kembalikan Piagam Penghargaan'''. KOMPAS. Sabtu, 3 Agustus 2013. Hal 12.</ref> Program penanaman sejuta pohon yang digerakkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara pun dikatakan tidak efektif karena banyak pohon yang mati karena tidak dirawat. Hal ini menyebabkan tiga aktivis lingkungan Sumatera Utara, [[Marandus Sirait]], [[Hasoloan Manik]] ([[Kalpataru]]), dan [[Wilmar Eliaser Simandjorang]] ([[Satya Lencana Karya Satya]], [[Toba Award]], [[Penghargaan Wana Lestari|Wana Lestari)]] mengembalikan semua piagam penghargaan yang pernah diberikan pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kementerian Kehutanan, dan [[Istana Negara]].<ref name="Kompas1"/><ref name="Kompas2">'''Penegakan Hukum Lingkungan: Ujian Pertama Kementrian LH'''. KOMPAS. Kamis, 20 Februari 2014</ref> |
|||
Menteri Lingkungan Hidup [[Balthasar Kambuaya]] telah melayangkan dua surat rekomendasi agar Bupati Samosir Mangindar Simbolon sebagai pemberi izin usaha dan penanggung jawab agar memberikan sanksi administratif berupa penutupan aktivitas usaha.<ref name="Kompas2"/> Setelah surat pertama tidak digubris, Bupati Samosir menjawab surat kedua dengan menyatakan bahwa perusahaan tidak melanggar sehingga tidak layak ditutup.<ref name="Kompas2"/><ref name=MetroTV>[http://www.youtube.com/watch?v=U9oIZc74UUg Metro TV: Pengakuan Mangindar Simbolon]</ref> Karena Bupati tidak melaksanakan rekomendasi, Kementerian Lingkungan Hidup pun memberlakukan [[Pengambil Alihan Wewenang (Lingkungan Hidup)|Pengambil Alihan Wewenang]] (''Second Line Enforcement'') dan menutup sementara aktivitas PT GDS.<ref name="Kompas2"/> Setelah Kementerian Lingkungan Hidup turun langsung ke lokasi berdasarkan temuan bahwa keputusan tidak digubris,<ref name=Kompas3>[http://regional.kompas.com/read/2013/06/02/18334022/Hutan.Tele.Terus.Ditebangi.Bupati.Samosir.Tak.Dianggap Kompas: Hutan Tele Terus Ditebangi, Bupati Samosir Tak Dianggap]</ref><ref name="SIB">{{Cite web |url=http://hariansib.co/mobile/?open=content&id=7378 |title=Sinar Indonesia Baru: Pemkab Samosir Surati PT GDS Agar Taati SK |access-date=2014-04-13 |archive-date=2014-04-14 |archive-url=https://web.archive.org/web/20140414053557/http://hariansib.co/mobile/?open=content&id=7378 |dead-url=yes }}</ref> lalu Pemkab menyurati PT GDS untuk menaati surat keputusan. PT GDS pun menghentikan semua kegiatan operasional dan menarik alat-alat berat di kawasan tersebut berdasarkan pengakuan Direktur GDS Jonni Sitohang.<ref name="mongabay"/> |
|||
== Penduduk == |
|||
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Batak prauwen bij Haranggaol aan het Tobameer TMnr 60043981.jpg|jmpl|Kano Batak di dekat Haranggaol di Danau Toba (sekitar tahun 1920).]] |
|||
Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar Danau Toba adalah [[suku Batak]]. Rumah tradisional Batak dapat dikenali dari bentuk atapnya (ujungnya melengkung ke atas seperti [[perahu]]) dan warna cerah.<ref>{{cite web|url=http://www.indonesianmusic.com/batak.htm|title=Batak People|publisher=IndonesianMusic.com|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20080813012857/http://www.indonesianmusic.com/batak.htm|archivedate=13 August 2008|df=}}</ref> |
|||
Penduduk sekitar juga banyak menggantungkan hidup dengan mengembangkan [[perikanan air tawar]]. Dulu, wajah Desa [[Haranggaol, Haranggaol Horison, Simalungun|Haranggaol]], [[Haranggaol Horison, Simalungun|Kecamatan Haranggaol Horison]] yang dikenal sebagai tujuan wisata di [[Kabupaten Simalungun|Simalungun]] menjadi sentra ikan air tawar. Di sana, menurut sebuah laporan, belasan truk yang mengangkut puluhan ton [[ikan mas]] dan [[ikan nila|nila]] mondar-mandir di jalan desa.<ref name=trubus>{{aut|Wiguna, Imam}}. "Danau Toba Melawan Ancaman" <u>dalam</u> ''[[Trubus]]'', '''XLI''' (Februari 2010), no.483:78{{spaced ndash}}83. ISSN 0128-0057</ref> |
|||
== Flora dan fauna == |
|||
[[Flora]] di danau ini meliputi berbagai jenis [[fitoplankton]], [[makrofita]] kecil, makrofita mengambang, dan makrofita terbenam, sedangkan daratan sekitarnya ditutupi hutan hujan, termasuk jenis [[hutan pinus tropis Sumatra]] di daerah pegunungan yang lebih tinggi.<ref name=ILEC>{{cite web|url=http://www.ilec.or.jp/database/asi/asi-10.html|title=Danau Toba (Lake Toba)|publisher=International Lake Environment Committee|deadurl=yes|archiveurl=https://web.archive.org/web/20090303224151/http://www.ilec.or.jp/database/asi/asi-10.html|archivedate=3 March 2009|df=}}</ref> |
|||
[[Fauna]] di danau ini meliputi beberapa spesies [[zooplankton]] dan hewan [[bentos]]. Karena danau ini [[oligotrof]] (tidak kaya nutrien), ikan aslinya tergolong langka. Hanya ada dua ikan [[endemisme|endemik]] di danau ini, yaitu ''[[Rasbora tobana]]'' (bisa disebut hampir endemik karena juga ditemukan di sungai-sungai yang bermuara di danau ini)<ref>{{cite journal |doi=10.1643/CI-09-155 |title=Four New Species of the Rasbora trifasciata-Group (Teleostei: Cyprinidae) from Northwestern Sumatra, Indonesia |journal=Copeia |volume=2010 |issue=4 |pages=644–70 |year=2010 |last1=Lumbantobing |first1=Daniel N }}</ref> dan ''[[Semah|Neolissochilus thienemanni]]'', biasa disebut ikan Batak.<ref name=Saragih>{{cite journal |doi=10.1046/j.1440-1770.2001.00155.x |title=Lake Toba: Need for an integrated management system |journal=Lakes and Reservoirs: Research and Management |volume=6 |issue=3 |pages=247–51 |year=2001 |last1=Saragih |first1=Bungaran |last2=Sunito |first2=Satyawan }}</ref> Spesies yang disebutkan terakhir itu terancam oleh deforestasi (penyebab [[siltasi]]), polusi, perubahan ketinggian air, dan spesies ikan baru yang [[spesies pendatang|didatangkan]] ke danau ini.<ref name=Saragih/> Spesies ikan asli lainnya adalah ''[[Kepala timah|Aplocheilus panchax]]'', ''[[Nemacheilus pfeifferae]]'', ''[[Homaloptera gymnogaster]]'', ''[[Channa gachua]]'', ''[[Ikan gabus|Channa striata]]'', ''[[Clarias batrachus]]'', ''[[Barbonymus gonionotus]]'', ''[[Barbonymus schwanenfeldii]]'', ''[[Danio albolineatus]]'', ''[[Osteochilus vittatus]]'', ''[[Puntius binotatus]]'', ''[[Rasbora jacobsoni]]'', ''[[Tor tambra]]'', ''[[Betta imbelis|Betta imbellis]]'', ''[[Betta taeniata]]'', dan ''[[Monopterus albus]]''.<ref name=fishbase>[[FishBase]] (2012). ''[http://fishbase.org/trophiceco/FishEcoList.php?ve_code=547 Species in Toba.]'' Accessed 25 January 2012</ref> Spesies ikan pendatang meliputi ''[[Anabas testudineus]]'', ''[[Oreochromis mossambicus]]'', ''[[Oreochromis niloticus]]'', ''[[Ctenopharyngodon idella]]'', ''[[Cyprinus carpio]]'', ''[[Gurami|Osphronemus goramy]]'', ''[[Trichogaster pectoralis]]'', ''[[Sepat siam|Trichopodus trichopterus]]'', ''[[Sepat rawa|Poecilia reticulata]]'', dan ''[[Xiphophorus hellerii]]''.<ref name=fishbase/><ref>{{Cite web|last=Tsania|date=2022-10-07|title=9 Ikan yang Ada di Danau Toba, dari Endemik Sampai yang Pendatang|url=http://nakamaaquatics.id/9-ikan-yang-ada-di-danau-toba-dari-endemik-sampai-yang-pendatang/|website=Nakama Aquatics|language=en-US|access-date=2024-01-21}}</ref> |
|||
{{wide image|Lake Toba banner.jpg|1000px|Pemandangan panorama Danau Toba.|kiri}} |
|||
== Insiden == |
|||
Pada tanggal 18 Juni 2018, [[Musibah KM Sinar Bangun|musibah tenggelamnya kapal feri]] terjadi di Danau Toba dan menenggelamkan lebih dari 190 orang.<ref>{{cite news|date=21 June 2018|title=Indonesia ferry disaster: Lake Toba captain detained|url=https://www.bbc.com/news/world-asia-44560262|agency=[[BBC]]|accessdate=25 June 2018}}</ref> |
|||
== Dalam budaya populer == |
|||
''Legenda Danau Toba'' adalah sebuah cerita rakyat tentang danau ini, di mana pada suatu hari ada seorang nelayan yang menangkap seekor ikan mas. Pulau Samosir dipercaya sebagai jelmaan anak ikan mas tersebut.<ref>{{Cite journal|last1=Kaltsum|first1=Honest Ummi|last2=Utami|first2=Ratnasari Diah|date=2015-11-07|title=Folklores as English Teaching Media for The Young Learners|url=http://publikasiilmiah.ums.ac.id/handle/11617/6337|language=en-US|issn=2477-3328}}</ref> |
|||
== Galeri == |
|||
<gallery> |
|||
Berkas:Batak-village 09N9400-01.jpg|Perkampungan Batak di sekeliling Danau Toba. |
|||
Berkas:Lake Toba, North Sumatra (15).jpg|Pulau Samosir yang terletak di tengah Danau Toba. |
|||
Berkas:DanauToba20110608-1.jpg|Pemandangan Danau Toba dilihat dari Tongging. |
|||
Berkas:Danau Toba dari Samosir.jpg|Pemandangan Danau Toba dilihat dari Pulau Samosir. |
|||
Berkas:Lake Toba Aerial View.JPG|Pemandangan Danau Toba dari udara. |
|||
Berkas:Indonesia 1992 1000r o.jpg|Gambar Danau Toba dalam [[Rupiah Indonesia|uang kertas 1.000 rupiah]]. |
|||
Berkas:Lake Toba, North Sumatra (71).JPG|Batu Gantung di tepi Danau Toba. |
|||
Berkas:Map of Lake Toba.jpg|Peta Danau Toba. |
|||
Berkas:Danau Toba.jpg|Danau Toba dengan Pulau Samosir di bagian tengahnya. |
|||
Berkas:Sungai di Bahal Bahal.jpg|Sungai di Bahal Bahal bermuara ke Danau Toba. |
|||
</gallery> |
|||
==Lihat juga== |
|||
{{Portal|Danau|Gunung Berapi|Indonesia}} |
|||
* [[Daftar danau di Indonesia]] |
|||
* [[Daftar gunung berapi di Indonesia]] |
|||
* [[Gunung Sinabung]] |
|||
* [[Danau Taupō]] |
|||
* [[Kaldera Yellowstone]] |
|||
* [[Kaldera La Garita]] |
|||
== Referensi == |
|||
{{Reflist}} |
|||
==Bacaan lanjutan== |
|||
* {{cite journal|author=Rampino, Michael R. and Stephen Self|title=Climate-volcanism feedback and the Toba eruption of 74,000 Years Ago|journal=Quaternary Research|year=1993|volume=40|issue=3|pages=269–280|doi=10.1006/qres.1993.1081 |bibcode = 1993QuRes..40..269R |s2cid=129546088 |url=https://zenodo.org/record/1229950}} |
|||
* {{cite journal|author=Vazquez, Jorge A. and Mary R. Reid|title=Probing the accumulation history of the voluminous Toba Magma|journal=Science|year=2004|issue=5686|volume=305|pages=991–994 | doi = 10.1126/science.1096994|pmid=15310899|bibcode = 2004Sci...305..991V |s2cid=43565268}} |
|||
* {{cite journal|author=Petraglia, M.|title=Middle Paleolithic Assemblages from the Indian Subcontinent Before and After the Toba Super-Eruption|journal=Science|year=2007|issue=5834|volume=317|pages=114–116 | doi = 10.1126/science.1141564|pmid=17615356|bibcode = 2007Sci...317..114P |s2cid=20380351|display-authors=etal|url=https://ro.uow.edu.au/era/2117}} |
|||
== Pranala luar == |
|||
{{Commons category|Lake Toba}} |
|||
{{Wikivoyage|Lake Toba}} |
|||
* [http://volcano.oregonstate.edu/toba Toba, Sumatra, Indonesia – Volcano.oregonstate.edu] |
|||
* [http://www.bradshawfoundation.com/evolution/ Stanley H. Ambrose, ''Volcanic Winter, and Differentiation of Modern Humans''] |
|||
* [https://web.archive.org/web/20061104193725/http://magma.nationalgeographic.com/ngm/0503/resources_who.html Joel Achenbach, ''Who Knew'', National Geographic] |
|||
* [https://web.archive.org/web/20151116125129/http://laketoba.org/ laketoba.org] |
|||
* [http://www.livescience.com/48545-toba-supervolcano-layered-sills-reservoir.html 'Panekuk' Magma Mungkin Menjadi Penyebab Gunung Toba Meletus] |
|||
{{Taman bumi di Indonesia}} |
|||
{{Danau di Indonesia}} |
|||
{{authority control}} |
|||
[[Kategori:Danau Toba]] |
|||
[[Kategori:Danau di Sumatera Utara|Toba]] |
|||
[[Kategori:Kaldera di Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Danau kawah vulkanik|Toba]] |
|||
[[Kategori:DAS Asahan Toba]] |
|||
[[Kategori:Tempat wisata di Sumatera Utara]] |
|||
[[Kategori:Batak]] |
|||
{{DEFAULTSORT:Toba}} |
Revisi terkini sejak 12 Oktober 2024 15.09
Danau Toba ᯖᯀᯬ ᯖᯬᯅ Tao Toba | |
---|---|
Letak | Sumatera Utara, Indonesia |
Koordinat | 2°41′N 98°53′E / 2.68°N 98.88°E |
Jenis perairan | Vulkanik/tektonik |
Aliran keluar utama | Sungai Asahan |
Terletak di negara | Indonesia |
Panjang maksimal | 100 km (62 mi) |
Lebar maksimal | 30 km (19 mi) |
Area permukaan | 1.130 km2 (440 sq mi) |
Kedalaman maksimal | 508 m (1.667 ft)[1] |
Volume air | 240 km3 (58 cu mi) |
Ketinggian permukaan | 905 m (2.969 ft) |
Suhu tertinggi | 27 °C (81 °F) |
Suhu terendah | 0 °C (32 °F) |
Kepulauan | Samosir |
Permukiman | Simanindo, Balige, Muara, Bakkara, Pangururan, Parapat, Tongging, Silalahi |
Referensi | [1] |
Danau Toba (Surat Batak: ᯖᯀᯬ ᯖᯬᯅ, translit. Tao Toba) adalah danau alami berukuran besar di Sumatera Utara, Indonesia yang terletak di kaldera gunung supervulkan. Danau ini memiliki panjang 100 kilometer (62 mil), lebar 30 kilometer (19 mi), dan kedalaman 508 meter (1.667 ft). Danau ini terletak di tengah pulau Sumatra bagian utara dengan ketinggian permukaan sekitar 900 meter (2.953 ft). Danau ini membentang dari 2°53′N 98°31′E / 2.88°N 98.52°E sampai 2°21′N 99°06′E / 2.35°N 99.1°E. Danau Toba merupakan adalah danau terbesar di Indonesia sekaligus danau vulkanik terbesar di dunia.[1]
Danau Toba terbentuk sebagai akibat dari letusan gunung berapi super masif berkekuatan VEI 8 sekitar 69.000 sampai 77.000 tahun yang lalu[2][3][4] yang memicu perubahan iklim global. Metode penanggalan terkini yang berakurat menetapkan letusan tersebut terjadi sekitar 74.000 tahun yang lalu.[5] Letusan ini merupakan letusan eksplosif terbesar di Bumi dalam 25 juta tahun terakhir. Menurut teori bencana Toba, letusan ini berdampak besar bagi populasi manusia di seluruh dunia; dampak letusan menewaskan sebagian besar manusia yang hidup waktu itu dan diyakini menyebabkan penyusutan populasi di Afrika Timur-Tengah dan India sehingga memengaruhi genetika populasi manusia di seluruh dunia sampai sekarang.[6]
Para ilmuwan sepakat bahwa letusan Toba memicu musim dingin vulkanik yang menyebabkan jatuhnya suhu dunia antara 3 hingga 5 °C (5,4 hingga 9,0 °F), dan hingga 15 °C (27 °F) di daerah lintang atas. Penelitian lanjutan di Danau Malawi, Afrika Timur, menemukan endapan debu letusan Toba, tetapi tidak menemukan bukti perubahan iklim besar di Afrika Timur.[7]
Geologi
[sunting | sunting sumber]Kompleks kaldera Toba di Sumatera Utara merupakan bagian dari Pegunungan Bukit Barisan. Kaldera Toba merupakan kaldera dengan letusan terbaru dari zaman kuarter dengan ukuran panjang 100 km dan lebar 30 km serta merupakan kaldera termuda keempat di dunia. Diperkirakan terdapat 2.800 km3 material piroklastik dense-rock equivalent (DRE) yang dikenal sebagai tuff Toba Termuda (Youngest Toba Tuff, YTT) dan dikeluarkan lewat sebuah letusan yang menjadi salah satu letusan gunung api terbesar dalam sejarah geologi Bumi baru-baru ini. Dua buah setengah kubah kebangkitan muncul setelah letusan yang kini menjadi Pulau Samosir dan Blok Uluan, dipisahkan oleh sebuah graben membujur yang menjadi Selat Latung.[3][8]
Setidaknya terdapat empat kerucut vulkanik, empat gunung api strato, dan tiga kawah yang dapat diamati di dan di sekitar Danau Toba. Salah satu kerucut yaitu Kerucut Tandukbenua terletak di sisi barat laut kaldera dan hanya ditumbuhi oleh vegetasi berkepadatan rendah yang menunjukkan bahwa peristiwa pembentukannya relatif baru. Di sebelah barat danau, terdapat Dolok Pusubukit masih aktif mengeluarkan solfatara.[9]
Erupsi besar
[sunting | sunting sumber]Erupsi Toba terjadi di atas tempat yang sekarang disebut Danau Toba sekitar 73.700±300 tahun yang lalu.[10] Letusan ini merupakan letusan terakhir dari serangkaian setidaknya empat letusan pembentuk kaldera di lokasi ini, dengan kaldera yang terbentuk sebelumnya diketahui terjadi sekitar 1,2 juta tahun yang lalu.[11] Letusan terakhir ini diperkirakan memiliki VEI 8, menjadikannya letusan gunung berapi eksplosif terbesar yang diketahui pada Periode Kuarter.
Kejadian itu menyebabkan kematian massal dan kepunahan pada beberapa spesies makhluk hidup. Menurut beberapa bukti DNA, letusan ini juga menyusutkan jumlah manusia sampai sekitar 60% dari jumlah populasi manusia bumi saat itu, yaitu sekitar 60 juta manusia. Letusan itu juga ikut menyebabkan terjadinya zaman es, walaupun para ahli masih memperdebatkannya. Setelah letusan tersebut, terbentuk kaldera yang kemudian terisi oleh air dan menjadi yang sekarang dikenal sebagai Danau Toba. Tekanan ke atas oleh magma yang belum keluar menyebabkan munculnya Pulau Samosir.[butuh rujukan]
Tim peneliti multidisiplin internasional, yang dipimpin oleh Dr. Michael Petraglia, mengungkapkan dalam suatu konferensi pers di Oxford, Amerika Serikat bahwa telah ditemukan situs arkeologi baru yang cukup spektakuler oleh para ahli geologi di selatan dan utara India. Di situs itu terungkap bagaimana orang bertahan hidup, sebelum dan sesudah letusan gunung berapi (supervolcano) Toba pada 74.000 tahun yang lalu, dan bukti tentang adanya kehidupan di bawah timbunan abu Gunung Toba. Padahal sumber letusan berjarak 3.000 mil, dari sebaran abunya.[butuh rujukan]
Selama tujuh tahun, para ahli dari universitas Oxford tersebut meneliti proyek ekosistem di India, untuk mencari bukti adanya kehidupan dan peralatan hidup yang mereka tinggalkan di padang yang gundul. Daerah dengan luas ribuan hektare ini ternyata hanya sabana (padang rumput). Sementara tulang belulang hewan berserakan. Tim menyimpulkan, daerah yang cukup luas ini ternyata ditutupi debu dari letusan gunung berapi purba.[butuh rujukan]
Penyebaran debu gunung berapi itu sangat luas, ditemukan hampir di seluruh dunia. Berasal dari sebuah erupsi supervolcano purba, yaitu Gunung Toba. Dugaan mengarah ke Gunung Toba, karena ditemukan bukti bentuk molekul debu vulkanik yang sama di 2100 titik. Sejak kaldera kawah yang kini jadi danau Toba di Indonesia, hingga 3000 mil, dari sumber letusan. Bahkan yang cukup mengejutkan, ternyata penyebaran debu itu sampai terekam hingga Kutub Utara. Hal ini mengingatkan para ahli, betapa dahsyatnya letusan super gunung berapi Toba kala itu.[butuh rujukan]
Kerusakan lingkungan
[sunting | sunting sumber]Pada bulan Mei 2012, Pemkab Samosir menerbitkan surat keputusan (SK) Bupati Samosir No. 89 tanggal 1 Mei 2012 tentang Pemberian Izin Lokasi Usaha Perkebunan Hortikultura dan Peternakan seluas 800 hektare di Hutan Tele, di desa Partungko Naginjang dan Hariara Pintu, Kecamatan Harian, Kabupaten Samosir, Sumatera Utara kepada PT Gorga Duma Sari (GDS) yang dimiliki seorang anggota DPRD Kabupaten Samosir, Jonni Sitohang.[12][13] Kemudian dilanjutkan dengan Izin Pemanfaatan Kayu (IPK) yang diberikan oleh Kepala Dinas Provinsi Sumatera Utara melalui SK Kepala Dinas Kehutanan dan Perkebunan Kabupaten Samosir Nomor 005 Tahun 2013.[12] Ketua Pengurus Forum Peduli Samosir Nauli (Pesona), Rohani Manalu menyatakan bahwa izin yang didapatkan ini membuat PT GDS melakukan penebangan atas kayu-kayu alam di dalam hutan tanpa memiliki AMDAL.[12] Rohani juga menyatakan bahwa akibat lain adalah terjadinya longsor dan banjir yang menimbulkan korban jiwa.[14][15] Akibat penebangan hutan Tele, lumpur hasil erosi di atas tanah bekas penebangan tersebut telah menyebabkan pendangkalan sungai-sungai di sekitar Danau Toba.[16] Program penanaman sejuta pohon yang digerakkan pemerintah Provinsi Sumatera Utara pun dikatakan tidak efektif karena banyak pohon yang mati karena tidak dirawat. Hal ini menyebabkan tiga aktivis lingkungan Sumatera Utara, Marandus Sirait, Hasoloan Manik (Kalpataru), dan Wilmar Eliaser Simandjorang (Satya Lencana Karya Satya, Toba Award, Wana Lestari) mengembalikan semua piagam penghargaan yang pernah diberikan pemerintah Provinsi Sumatera Utara, Kementerian Kehutanan, dan Istana Negara.[16][17]
Menteri Lingkungan Hidup Balthasar Kambuaya telah melayangkan dua surat rekomendasi agar Bupati Samosir Mangindar Simbolon sebagai pemberi izin usaha dan penanggung jawab agar memberikan sanksi administratif berupa penutupan aktivitas usaha.[17] Setelah surat pertama tidak digubris, Bupati Samosir menjawab surat kedua dengan menyatakan bahwa perusahaan tidak melanggar sehingga tidak layak ditutup.[17][18] Karena Bupati tidak melaksanakan rekomendasi, Kementerian Lingkungan Hidup pun memberlakukan Pengambil Alihan Wewenang (Second Line Enforcement) dan menutup sementara aktivitas PT GDS.[17] Setelah Kementerian Lingkungan Hidup turun langsung ke lokasi berdasarkan temuan bahwa keputusan tidak digubris,[19][20] lalu Pemkab menyurati PT GDS untuk menaati surat keputusan. PT GDS pun menghentikan semua kegiatan operasional dan menarik alat-alat berat di kawasan tersebut berdasarkan pengakuan Direktur GDS Jonni Sitohang.[13]
Penduduk
[sunting | sunting sumber]Sebagian besar penduduk yang tinggal di sekitar Danau Toba adalah suku Batak. Rumah tradisional Batak dapat dikenali dari bentuk atapnya (ujungnya melengkung ke atas seperti perahu) dan warna cerah.[21]
Penduduk sekitar juga banyak menggantungkan hidup dengan mengembangkan perikanan air tawar. Dulu, wajah Desa Haranggaol, Kecamatan Haranggaol Horison yang dikenal sebagai tujuan wisata di Simalungun menjadi sentra ikan air tawar. Di sana, menurut sebuah laporan, belasan truk yang mengangkut puluhan ton ikan mas dan nila mondar-mandir di jalan desa.[22]
Flora dan fauna
[sunting | sunting sumber]Flora di danau ini meliputi berbagai jenis fitoplankton, makrofita kecil, makrofita mengambang, dan makrofita terbenam, sedangkan daratan sekitarnya ditutupi hutan hujan, termasuk jenis hutan pinus tropis Sumatra di daerah pegunungan yang lebih tinggi.[23]
Fauna di danau ini meliputi beberapa spesies zooplankton dan hewan bentos. Karena danau ini oligotrof (tidak kaya nutrien), ikan aslinya tergolong langka. Hanya ada dua ikan endemik di danau ini, yaitu Rasbora tobana (bisa disebut hampir endemik karena juga ditemukan di sungai-sungai yang bermuara di danau ini)[24] dan Neolissochilus thienemanni, biasa disebut ikan Batak.[25] Spesies yang disebutkan terakhir itu terancam oleh deforestasi (penyebab siltasi), polusi, perubahan ketinggian air, dan spesies ikan baru yang didatangkan ke danau ini.[25] Spesies ikan asli lainnya adalah Aplocheilus panchax, Nemacheilus pfeifferae, Homaloptera gymnogaster, Channa gachua, Channa striata, Clarias batrachus, Barbonymus gonionotus, Barbonymus schwanenfeldii, Danio albolineatus, Osteochilus vittatus, Puntius binotatus, Rasbora jacobsoni, Tor tambra, Betta imbellis, Betta taeniata, dan Monopterus albus.[26] Spesies ikan pendatang meliputi Anabas testudineus, Oreochromis mossambicus, Oreochromis niloticus, Ctenopharyngodon idella, Cyprinus carpio, Osphronemus goramy, Trichogaster pectoralis, Trichopodus trichopterus, Poecilia reticulata, dan Xiphophorus hellerii.[26][27]
Insiden
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 18 Juni 2018, musibah tenggelamnya kapal feri terjadi di Danau Toba dan menenggelamkan lebih dari 190 orang.[28]
Dalam budaya populer
[sunting | sunting sumber]Legenda Danau Toba adalah sebuah cerita rakyat tentang danau ini, di mana pada suatu hari ada seorang nelayan yang menangkap seekor ikan mas. Pulau Samosir dipercaya sebagai jelmaan anak ikan mas tersebut.[29]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Perkampungan Batak di sekeliling Danau Toba.
-
Pulau Samosir yang terletak di tengah Danau Toba.
-
Pemandangan Danau Toba dilihat dari Tongging.
-
Pemandangan Danau Toba dilihat dari Pulau Samosir.
-
Pemandangan Danau Toba dari udara.
-
Gambar Danau Toba dalam uang kertas 1.000 rupiah.
-
Batu Gantung di tepi Danau Toba.
-
Peta Danau Toba.
-
Danau Toba dengan Pulau Samosir di bagian tengahnya.
-
Sungai di Bahal Bahal bermuara ke Danau Toba.
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]- Daftar danau di Indonesia
- Daftar gunung berapi di Indonesia
- Gunung Sinabung
- Danau Taupō
- Kaldera Yellowstone
- Kaldera La Garita
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c "LakeNet – Lakes".
- ^ "Global Volcanism Program – Toba".
- ^ a b Chesner, C. A.; Westgate, J. A.; Rose, W. I.; Drake, R.; Deino, A. (1991). "Eruptive history of Earth's largest Quaternary caldera (Toba, Indonesia) clarified" (PDF). Geology. Michigan Technological University. 19 (3): 200–203. Bibcode:1991Geo....19..200C. doi:10.1130/0091-7613(1991)019<0200:EHOESL>2.3.CO;2. Diakses tanggal 2019-03-22.
- ^ Ninkovich, D.; N.J. Shackleton; A.A. Abdel-Monem; J.D. Obradovich; G. Izett (7 December 1978). "K−Ar age of the late Pleistocene eruption of Toba, north Sumatra". Nature. Nature Publishing Group. 276 (5688): 574–577. Bibcode:1978Natur.276..574N. doi:10.1038/276574a0. ISSN 0028-0836.
- ^ Vogel, Gretchen, How ancient humans survived global ‘volcanic winter’ from massive eruption, Science, 12 March 2018
- ^ "When humans faced extinction". BBC. 9 June 2003. Diakses tanggal 5 January 2007.
- ^ Lane, Christine S.; Ben T. Chorn; Thomas C. Johnson (29 April 2013). "Ash from the Toba supereruption in Lake Malawi shows no volcanic winter in East Africa at 75 ka". Proceedings of the National Academy of Sciences. 110 (20): 8025–8029. Bibcode:2013PNAS..110.8025L. doi:10.1073/pnas.1301474110. PMC 3657767 . PMID 23630269.
- ^ Chesner, C. A. (1988). The Toba Tuffs and Caldera Complex, Sumatra, Indonesia: Insights into Magma Bodies and Eruptions (Tesis Disertasi Ph.D.). Houghton: Michigan Technological University. https://search.proquest.com/docview/303679617.
- ^ "Synonyms and Subfeatures: Toba". Global Volcanism Program. Smithsonian Institution. Diakses tanggal 2017-06-07.
- ^ Mark, Darren F.; Renne, Paul R.; Dymock, Ross C.; Smith, Victoria C.; Simon, Justin I.; Morgan, Leah E.; Staff, Richard A.; Ellis, Ben S.; Pearce, Nicholas J. G. (2017-04-01). "High-precision 40Ar/39Ar dating of pleistocene tuffs and temporal anchoring of the Matuyama-Brunhes boundary". Quaternary Geochronology (dalam bahasa Inggris). 39: 1–23. doi:10.1016/j.quageo.2017.01.002 . hdl:10023/10236 . ISSN 1871-1014.
- ^ Stratigraphy of the Toba Tuffs and the evolution of the Toba Caldera Complex, Sumatra, Indonesia
- ^ a b c Berita Satu.com: Masyarakat Serukan Setop Pengrusakan Hutan di Sekitar Danau Toba Publikasi: 15 Mei 2013
- ^ a b Mongabay: Hutan Samosir Rusak Parah, Pemberi dan Penerima Izin Belum Terjamah Hukum.17 Maret 2014
- ^ Beritasatu.com: Bencana Longsor Makin Sering Terjadi di Sekitar Danau Toba. Publikasi 15 Mei 2013
- ^ Situs Kelompok Studi dan Pengembangan Prakarsa Masyarakat: Selamatkan Hutan Tele dari Kehancuran[pranala nonaktif permanen]
- ^ a b Konservasi Lingkungan: Aktivis Kembalikan Piagam Penghargaan. KOMPAS. Sabtu, 3 Agustus 2013. Hal 12.
- ^ a b c d Penegakan Hukum Lingkungan: Ujian Pertama Kementrian LH. KOMPAS. Kamis, 20 Februari 2014
- ^ Metro TV: Pengakuan Mangindar Simbolon
- ^ Kompas: Hutan Tele Terus Ditebangi, Bupati Samosir Tak Dianggap
- ^ "Sinar Indonesia Baru: Pemkab Samosir Surati PT GDS Agar Taati SK". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-04-14. Diakses tanggal 2014-04-13.
- ^ "Batak People". IndonesianMusic.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 13 August 2008.
- ^ Wiguna, Imam. "Danau Toba Melawan Ancaman" dalam Trubus, XLI (Februari 2010), no.483:78 – 83. ISSN 0128-0057
- ^ "Danau Toba (Lake Toba)". International Lake Environment Committee. Diarsipkan dari versi asli tanggal 3 March 2009.
- ^ Lumbantobing, Daniel N (2010). "Four New Species of the Rasbora trifasciata-Group (Teleostei: Cyprinidae) from Northwestern Sumatra, Indonesia". Copeia. 2010 (4): 644–70. doi:10.1643/CI-09-155.
- ^ a b Saragih, Bungaran; Sunito, Satyawan (2001). "Lake Toba: Need for an integrated management system". Lakes and Reservoirs: Research and Management. 6 (3): 247–51. doi:10.1046/j.1440-1770.2001.00155.x.
- ^ a b FishBase (2012). Species in Toba. Accessed 25 January 2012
- ^ Tsania (2022-10-07). "9 Ikan yang Ada di Danau Toba, dari Endemik Sampai yang Pendatang". Nakama Aquatics (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-01-21.
- ^ "Indonesia ferry disaster: Lake Toba captain detained". BBC. 21 June 2018. Diakses tanggal 25 June 2018.
- ^ Kaltsum, Honest Ummi; Utami, Ratnasari Diah (2015-11-07). "Folklores as English Teaching Media for The Young Learners" (dalam bahasa Inggris). ISSN 2477-3328.
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- Rampino, Michael R. and Stephen Self (1993). "Climate-volcanism feedback and the Toba eruption of 74,000 Years Ago". Quaternary Research. 40 (3): 269–280. Bibcode:1993QuRes..40..269R. doi:10.1006/qres.1993.1081.
- Vazquez, Jorge A. and Mary R. Reid (2004). "Probing the accumulation history of the voluminous Toba Magma". Science. 305 (5686): 991–994. Bibcode:2004Sci...305..991V. doi:10.1126/science.1096994. PMID 15310899.
- Petraglia, M.; et al. (2007). "Middle Paleolithic Assemblages from the Indian Subcontinent Before and After the Toba Super-Eruption". Science. 317 (5834): 114–116. Bibcode:2007Sci...317..114P. doi:10.1126/science.1141564. PMID 17615356.