Lompat ke isi

Timor Timur: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Istilah aneksasi (pengambilan paksa wilayah negara lain untuk dimasukkan ke dalam wilayah negara sendiri) lebih tepat dibanding invasi (sekadar penyerbuan ke wilayah negara lain).
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
k Mengembalikan suntingan oleh 150.107.110.81 (bicara) ke revisi terakhir oleh Henri Aja
Tag: Pengembalian
 
(196 revisi perantara oleh 68 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{tentang|Provinsi Timor Timur yang pernah menjadi bagian dari [[Indonesia]] (1976-1999)|negara di [[Asia Tenggara]]|Timor Leste}}
{{Pindah ke|Timor Leste}}{{tentang|Provinsi Timor Timur yang pernah menjadi bagian dari [[Indonesia]] (1976—1999)|negara di [[Asia Tenggara]]|Timor Leste}}
{{Infobox former country
{{Infobox former subdivision
|native_name = ''Timor Lorosa'e'' {{small|([[Bahasa Tetun|Tetun]])}}
| native_name = Timtim
|conventional_long_name = Timor Timur
| conventional_long_name = Timor Timur
|common_name = Timor Timur
| common_name = Timor Timur
| status_text = [[Sejarah provinsi di Indonesia|Bekas provinsi Indonesia]]
|motto = ''Houri Otas, Houri Wain, Oan Timor Asswa'in'' ([[Bahasa Tetun|Tetun]])<br />([[Bahasa Indonesia|Indonesia]]: "Dari masa lalu, dari hari ini, kami pejuang Timor")
| government_type = Pemerintah Daerah Provinsi{{efn|Timor Timur disahkan secara ''[[de jure]]'' sebagai provinsi ke-27 Indonesia. [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] dan beberapa negara termasuk [[Portugal]] tak mengakui klaim Indonesia dan melihatnya sebagai aksi pendudukan militer.}}
|status = [[Provinsi Indonesia]]{{Ref label|1|1}}
|era = [[Orde Baru]]
| title_leader = [[Daftar Gubernur Timor Timur|Gubernur]]
|event_start = [[Operasi Seroja]]
| leader1 = [[Arnaldo dos Reis Araújo]]
|year_start = 1976
| year_leader1 = 1976–1978 (pertama)
|date_start = 17 Juli
| leader2 = [[José Abílio Osório Soares]]
|event1 = [[Pembantaian Santa Cruz]]
| year_leader2 = 1992–1999 (terakhir)
| title_deputy = [[Daftar Wakil Gubernur Timor Timur|Wakil Gubernur]]
|date_event1 = 12 November 1991
|event2 = [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|Referendum kemerdekaan]]
| deputy1 = [[Francisco Xavier Lopes da Cruz]]
|date_event2 = 30 Agustus 1999
| year_deputy1 = 1976–1982 (pertama)
|event_end = Pembentukan [[United Nations Transitional Administration in East Timor|UNTAET]]
| deputy2 = [[Musiran Darmosuwito]]
|year_end = 1999
| year_deputy2 = 1998–1999 (terakhir)
|date_end = 25 Oktober
| legislature = DPRD Provinsi Tk. II Timtim
|p1 = Timor Portugis
| capital = [[Kota Administratif Dili|Kotif Dili]] (sekarang [[Kota Dili]])<br/>{{coord|-8.55|125.56}}
| motto = ''Houri otas, houri wain, oan Timor asswa'in''<br/>{{small|{{lang icon|[[Bahasa Tetun|Tetun]]}} Dari masa lalu, dari hari ini, kami pejuang Timor}}
|flag_p1 = Flag of Portugal.svg
| political_subdiv =
|s1 = UNTAET{{!}}Administrasi Sementara Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur
|flag_s1 = Flag of the United Nations.svg
| today = {{flag|Timor Leste}}
<!-- Rise and fall, events, years and dates -->
|image_flag = Flag of Timor Timur.svg
<!-- Only fill in the start/end event entry if a specific article exists. Don't just say "abolition" or "declaration". -->| year_start = 1976
|flag_type =
|image_coat = coat of arms of Timor Timur.svg
| year_end = 1999
|image_map = LocationEastTimor.svg
| event_start = [[Operasi Seroja]]
| date_start = 17 Juli
|image_map_caption = Lokasi Provinsi Timor Timur
| event_end = Pembentukan [[UNTAET]]
|national_anthem = "[[Indonesia Raya]]"<br /><div style="padding-top:0.5em;">[[File:Indonesiaraya.ogg|center]]</div>
|capital = [[Dili]]
| date_end = 25 Oktober
|largest_city = capital
| event1 = [[Pembantaian Santa Cruz]]
| date_event1 = 12 November 1991
|official_languages = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
| event2 = [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|Referendum kemerdekaan]]
|regional_languages = [[Bahasa Tetun|Tetun]], [[Bahasa Bali|Bali]], [[Fataluku]], [[Bahasa Jawa|Jawa]], [[Bahasa Sunda|Sunda]], [[Bahasa Uab Meto|Uab Meto]], dll.
| date_event2 = 30 Agustus 1999
|government_type = [[Provinsi]] dalam sebuah [[republik]] [[Negara kesatuan|kesatuan]] [[konstitusional]] [[sistem presidensial|presidensial]] di bawah [[pendudukan militer]]{{Ref label|1|1}}
|legislature = Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur
| era = [[Orde Baru]]
|title_leader = [[Daftar Gubernur Timor Timur|Gubernur]]
| image_flag = Flag of Timor Timur.svg
|leader1 = [[Arnaldo dos Reis Araújo]]
| flag_type = [[Bendera Timor Timur|Bendera]]
|year_leader1 = 1976–1978 {{small|(pertama)}}
| image_coat = Coat of arms of Timor Timur.svg
|leader2 = [[José Abílio Osório Soares]]
| symbol_type = [[Daftar lambang provinsi di Indonesia#Historis|Lambang]]
| image_map = LocationEastTimor.svg
|year_leader2 = 1992–1999 {{small|(terakhir)}}
|title_representative = [[Daftar Wakil Gubernur Timor Timur|Wakil Gubernur]]
| image_map_caption = Lokasi Timor Timur di Indonesia
<!-- Flag navigation: Preceding and succeeding entities "p1" to "p5" and "s1" to "s8" -->| p1 = Timor Portugis
|representative1 = [[Francisco Xavier Lopes da Cruz]]
| flag_p1 = Flag of Portugal.svg
|year_representative1 = 1976–1982 {{small|(pertama)}}
| s1 = Administrasi Sementara PBB di Timor Timur
|representative2 = [[Musiran Darmosuwito]]
| flag_s1 = Flag of United Nations.svg
|year_representative2 = 1998–1999 {{small|(terakhir)}}
|currency = [[Rupiah]] (Rp)
| stat_year1 = [[Penduduk Indonesia 1980|1980]] (sensus pertama)
| stat_year2 = [[Penduduk Indonesia 1990|1990]] (sensus terakhir)
|currency_code = IDR
|religion = {{plainlist|
| stat_year3 = 1996
| stat_area3 = 14609,38
*[[Katolik Roma]]
| stat_pop1 = 555.350
*[[Kristen Protestan]]
| stat_pop2 = 747.750
*[[Islam]]
| footnotes = {{infobox settlement|embed=yes
*[[Hindu]]
|registration_plate = [[Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Indonesia|DF]]
*[[Buddha]]
|utc_offset = +08:00
*[[Animisme]]
|timezone = [[Waktu Indonesia Tengah|WITA]]
*Agama asli Timor Timur}}
| area_code = {{collapsible list
|calling_code = [[Daftar kode telepon di Indonesia menurut nama|+62 377]] ([[Viqueque]])<br/>[[Daftar kode telepon di Indonesia menurut nama|+62 378]] ([[Pante Makasar]])<br/>[[Daftar kode telepon di Indonesia menurut nama|+62 379]] ([[Suai]])<br/>[[Daftar kode telepon di Indonesia menurut nama|+62 390]] ([[Dili]])<br/>[[Daftar kode telepon di Indonesia menurut nama|+62 394]] ([[Maliana]])<br/>[[Daftar kode telepon di Indonesia menurut nama|+62 396]] ([[Lospalos]])<br/>[[Daftar kode telepon di Indonesia menurut nama|+62 398]] ([[Ermera]])<br/>[[Daftar kode telepon di Indonesia menurut nama|+62 399]] ([[Baucau]])
|0377 - Viqueque
|iso3166code = ID-TT
|0378 - Pante Makasar
|cctld = [[.tp]]
|0379 - Suai
|time_zone = [[UTC+08:00]] ([[Waktu Indonesia Tengah|WITA]])
|0390 - Dili
|date_format = dd-mm-yyyy
|0394 - Maliana
|drives_on = kiri<!--Note that this refers to the side of the road used, not the seating of the driver-->{{Ref label|2|2}}
|0396 - Lospalos
|today = {{flag|Timor Leste}}
|0398 - Ermera
|area_km2 = 15.007
|0399 - Baucau
|percent_water = dapat dihiraukan
|stat_year1 = 1998
|stat_pop1 = 866.530
|footnotes = Catatan
# {{note|1}} Timor Timur disahkan secara hukum Indonesia / ''[[de jure]]'' sebagai provinsi ke-27. [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] dan beberapa negara termasuk [[Portugal]] tak mengakui klaim Indonesia dan melihatnya sebagai aksi ''[[pendudukan militer]]''.
# {{note|2}} Sejak tahun 1928–1976 mengemudi di lajur kanan mengikuti [[Portugal]], kembali mengemudi di lajur kiri sejak 1976.
}}
}}
| iso_code = [[ISO 3166-2:TL|ID - TT]]
'''Timor Timur''' (disingkat '''Timtim''', [[bahasa Tetun]]: ''Timor Lorosa'e'') adalah sebuah [[Daftar provinsi di Indonesia|provinsi]] [[Indonesia]] yang pernah berdiri dari tanggal 17 Juli 1976 hingga 19 Oktober 1999. Ibu kotanya adalah [[Dili]]. Timor Timur [[Integrasi Timor Timur|berintegrasi]] dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah [[Kolonialisme|dijajah]] selama 450 tahun oleh [[Portugal]]. Wilayahnya meliputi wilayah bekas [[koloni]] Portugal di [[Pulau Timor]] yang [[Aneksasi|dianeksasi]] oleh [[militer Indonesia]] melalui sebuah [[operasi militer|operasi]] yang dikenal sebagai [[Operasi Seroja]].
| blank_name_sec1 = Lajur kemudi
| blank_info_sec1 = [[Arah lalu lintas|kiri]]{{efn|Sejak tahun 1928–1976 mengemudi di lajur kanan mengikuti Portugal, kembali mengemudi di lajur kiri sejak 1976.}}
| blank1_name_sec1 = Kode pos
| blank1_info_sec1 = 88''xxx''–89''xxx''
| blank2_name_sec1 = Ranah Internet
| blank2_info_sec1 = [[.tp]]
| blank3_name_sec1 = [[Lagu daerah]]
| blank3_info_sec1 = {{hlist|Bolelebo|Hau Bele Mate|Binoi Oan}}
| blank4_name_sec1 = [[Rumah tradisional|Rumah adat]]
| blank4_info_sec1 = {{hlist|Uma Lulik}}
| blank5_name_sec1 = Senjata tradisional
| blank5_info_sec1 = [[Surik]]
| blank6_name_sec1 = Flora resmi
| blank6_info_sec1 = [[Ampupu]]
| blank7_name_sec1 = Fauna resmi
| blank7_info_sec1 = [[Cucak timor|Cikukua lantang]]
|footnotes = {{notelist}}
}}
}}

'''Timor Timur''' (disingkat '''Timtim''', [[bahasa Tetun|Tetun]]: ''Timor Lorosa'e'') adalah sebuah [[Daftar provinsi di Indonesia|provinsi]] di [[Indonesia]] yang pernah berdiri dari tanggal 17 Juli 1976 hingga 19 Oktober 1999. Ibu kotanya adalah [[Kota Administratif Dili|Kotif Dili]] (sekarang [[Dili|Kota Dili]]). Timor Timur [[Integrasi Timor Timur|berintegrasi]] dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah [[Kolonialisme|dijajah]] selama 450 tahun oleh [[Portugal]]. Wilayah Timor Timur meliputi wilayah bekas [[koloni]] Portugal di [[Pulau Timor]] dan pulau-pulau kecil di sekitarnya seperti [[Atauro|Pulau Kambing]] dan [[Jaco]].


Dari tahun 1702 hingga 1975, Timor Timur adalah bagian dari [[imperium Portugal]] yang bernama ''[[Timor Portugis]]''. Pada tahun 1974, Portugal memprakarsai proses [[dekolonisasi]] bertahap dari sisa wilayah koloninya, termasuk Timor Portugis. Selama proses tersebut, [[konflik sipil]] antara berbagai pihak di wilayah ini meletus. Pada tahun 1975, atas berbagai masukan dari sejumlah tokoh di Timor Portugis, Indonesia mulai [[Aneksasi|menganeksasi]] wilayah ini, menyatakannya secara resmi sebagai [[Sejarah provinsi di Indonesia#Regio IV Nusa Tenggara|provinsi ke-27]] di tahun 1976, dan mengubah namanya menjadi ''Timor Timur''.
Dari tahun 1702 hingga 1975, Timor Timur adalah bagian dari [[imperium Portugal]] yang bernama ''[[Timor Portugis]]''. Pada tahun 1974, Portugal memprakarsai proses [[dekolonisasi]] bertahap dari sisa wilayah koloninya, termasuk Timor Portugis. Selama proses tersebut, [[konflik sipil]] antara berbagai pihak di wilayah ini meletus. Pada tahun 1975, sejumlah tokoh Timor Portugis meminta bantuan pemerintah Indonesia untuk pemulihan keamanan dan ketertiban di wilayahnya. Timor Timur mulai diintegrasikan ke dalam wilayah Republik Indonesia dan diresmikan sebagai [[Sejarah provinsi di Indonesia#Regio IV Nusa Tenggara|provinsi ke-27]] RI pada tanggal 17 Juli 1976.


Timor Timur secara resmi merdeka menjadi negara [[Timor Leste]] pada 20 Mei 2002 setelah [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|referendum]] yang diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999 menghasilkan 78,5% pemilih memilih untuk [[pemisahan diri|memisahkan diri]] dari Indonesia.<ref>{{Cite web|url=http://www.un.org/press/en/2002/ga10069.doc.htm|title=UNANIMOUS ASSEMBLY DECISION MAKES TIMOR-LESTE 191ST UNITED NATIONS MEMBER STATE {{!}} Meetings Coverage and Press Releases|website=www.un.org|language=en|access-date=2021-06-17}}</ref>
Timor Timur secara resmi merdeka menjadi negara [[Timor Leste]] pada 20 Mei 2002 setelah [[Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999|referendum]] yang diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999 menghasilkan 78,5% pemilih memilih untuk [[pemisahan diri|memisahkan diri]] dari Indonesia.<ref>{{Cite web|url=http://www.un.org/press/en/2002/ga10069.doc.htm|title=UNANIMOUS ASSEMBLY DECISION MAKES TIMOR-LESTE 191ST UNITED NATIONS MEMBER STATE {{!}} Meetings Coverage and Press Releases|website=www.un.org|language=en|access-date=2021-06-17}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
=== Latar belakang ===
=== Latar belakang===
{{main|Pendudukan Indonesia di Timor Timur}}
{{main|Pendudukan Indonesia di Timor Timur}}
[[Berkas:Timor Timur women.jpg|thumb|left|200px|Wanita Timor Timur dengan bendera Indonesia.]]
[[Berkas:Timor Timur women.jpg|thumb|left|200px|Wanita Timor Timur dengan bendera Indonesia.]]
Pulau Timor telah dikenal jauh sebelum zaman kolonial. Bukti sejarah yang menunjukkan seperti tercantum dalam pujasastra [[Kakawin Nagarakretagama]] karya [[Empu Prapañca]] tahun [[1365|1365 M]] yang menyebut Timor sebagai ''anak sungai''.<ref name="Taylor 2003 page 377">{{Cite book|title=Indonesia: Peoples and Histories|url=https://archive.org/details/indonesiapeoples00tayl|last=Taylor|first=Jean Gelman|publisher=Yale University Press|year=2003|isbn=0-300-10518-5|location=New Haven and London|pages=[https://archive.org/details/indonesiapeoples00tayl/page/n399 377]}}</ref> Pada masa itu, wilayah ini menjadi salah satu dari 98 anak sungai atau [[Wilayah taklukan Majapahit|wilayah-wilayah yang bernaung]] di bawah kekuasaan [[Majapahit]], namun mempunyai raja-raja yang otonom dan mandiri. Wilayah Timor pada masa pra-kolonial juga menjadi bagian dari jaringan perdagangan yang terbentang antara [[India]] dan [[Tiongkok]], serta [[Asia Tenggara Maritim]]. Barang-barang dari luar yang diperdagangkan antara lain [[logam]]; [[beras]]; [[Tekstil|tekstil halus]]; dan [[koin]] yang [[Barter|dibarter]] dengan [[rempah-rempah]] lokal seperti [[Cendana|kayu cendana]]; [[Tanduk rusa (tanaman)|tanduk rusa]]; [[lilin lebah]]; dan lain-lain. Kayu cendana merupakan komoditas utama wilayah ini. Pada tahun 1515, [[Bangsa Portugis|orang Portugis]] pertama kali mendarat di dekat [[Pante Makasar]]. Para pedagang Portugis mengeksplor kayu cendana dari Pulau Timor hingga pohon itu hampir punah. Di tahun 1556, sekelompok [[biarawan]] [[Dominikan]] mendirikan desa di Lifau.
Pulau Timor telah dikenal jauh sebelum zaman kolonial. Bukti sejarah yang menunjukkan seperti tercantum dalam pujasastra [[Kakawin Nagarakretagama]] karya [[Empu Prapañca]] tahun [[1365|1365 M]] yang menyebut Timor sebagai ''anak sungai''.<ref name="Taylor 2003 page 377">{{Cite book|title=Indonesia: Peoples and Histories|url=https://archive.org/details/indonesiapeoples00tayl|last=Taylor|first=Jean Gelman|publisher=Yale University Press|year=2003|isbn=0-300-10518-5|location=New Haven and London|pages=[https://archive.org/details/indonesiapeoples00tayl/page/n399 377]}}</ref> Pada masa itu, wilayah ini menjadi salah satu dari 98 anak sungai atau [[Wilayah taklukan Majapahit|wilayah-wilayah yang bernaung]] di bawah kekuasaan [[Majapahit]], namun mempunyai raja-raja yang otonom dan mandiri. Wilayah Timor pada masa pra-kolonial juga menjadi bagian dari jaringan perdagangan yang terbentang antara [[India]] dan [[Tiongkok]], serta [[Asia Tenggara Maritim]]. Barang-barang dari luar yang diperdagangkan antara lain [[logam]]; [[beras]]; [[Tekstil|tekstil halus]]; dan [[koin]] yang [[Barter|dibarter]] dengan [[rempah-rempah]] lokal seperti [[Cendana|kayu cendana]]; [[Tanduk rusa (tanaman)|tanduk rusa]]; [[lilin lebah]]; dan lain-lain. Kayu cendana merupakan komoditas utama wilayah ini. Pada tahun 1515, [[Bangsa Portugis|orang Portugis]] pertama kali mendarat di dekat [[Pante Makasar]]. Para pedagang Portugis mengeksplor kayu cendana dari Pulau Timor hingga pohon itu hampir punah. Di tahun 1556, sekelompok [[biarawan]] [[Dominikan]] mendirikan desa di [[Lifau]].


Selain itu, Timor Timur pernah berada di bawah pengaruh [[Kesultanan Ternate]]. Pada masa pemerintahan [[Sultan Baabullah]] (1570–1583), ia memperluas pengaruhnya dari [[Kepulauan Maluku]]; [[Pulau Mindanao|Mindanao]]; [[Sulawesi]]; [[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]]; [[Kepulauan Raja Ampat|Raja Ampat]]; hingga ke [[Kepulauan Marshall]] di sebelah timur. Ini ditandai dengan penempatan para [[Perwalian (pemerintahan)|wali kuasa]] Kesultanan Ternate (''Sangaji'') di wilayah-wilayah itu termasuk Timor Timur.<ref>[https://regional.kompas.com/read/2020/11/10/08082841/kisah-sultan-baabullah-pahlawan-asal-maluku-utara-yang-gigih-mengusir?page=all Kisah Sultan Baabullah, Pahlawan Asal Maluku Utara yang Gigih Mengusir Penjajah dan Ahli Berdiplomasi]</ref><ref>[https://infopublik.id/kategori/nasional-sosial-budaya/491629/pahlawan-nasional-sultan-baabullah-dari-provinsi-maluku-utara?show= Pahlawan Nasional - Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara]</ref> Saat itu Timor Timur masih merupakan "wilayah tak bertuan" (''wilde occupantie'') yang terdiri dari beberapa kerajaan ([[Demokrasi Kesukuan|kesukuan]]) kecil dan para pedagang Portugis yang berdagang di wilayah ini.<ref>Arend de Roever (2002) ''De jacht op sandelhout; De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw''. Zutphen: Walburg Pers, p. 72.</ref> Di akhir abad ke-16, Kesultanan Ternate mulai mengabaikan Timor Timur serta wilayah-wilayah kekuasaannya yang lain, ditambah dengan pengaruh [[Belanda]] yang semakin menguat di Kesultanan Ternate pada awal abad ke-17.<ref>[https://lefo.id/menulis/tulisan/98/kilas-balik-sesungguhnya-dulu-timtim-masuk-ternate Kilas Balik: Sesungguhnya, Dulu Timtim Masuk Ternate]</ref>
Selain itu, Timor Timur pernah berada di bawah pengaruh [[Kesultanan Ternate]]. Pada masa pemerintahan [[Sultan Baabullah]] (1570–1583), ia memperluas pengaruhnya dari [[Kepulauan Maluku]]; [[Pulau Mindanao|Mindanao]]; [[Sulawesi]]; [[Kepulauan Nusa Tenggara|Nusa Tenggara]]; [[Kepulauan Raja Ampat|Raja Ampat]]; hingga ke [[Kepulauan Marshall]] di sebelah timur. Ini ditandai dengan penempatan para [[Perwalian (pemerintahan)|wali kuasa]] Kesultanan Ternate (''Sangaji'') di wilayah-wilayah itu termasuk Timor Timur.<ref>[https://regional.kompas.com/read/2020/11/10/08082841/kisah-sultan-baabullah-pahlawan-asal-maluku-utara-yang-gigih-mengusir?page=all Kisah Sultan Baabullah, Pahlawan Asal Maluku Utara yang Gigih Mengusir Penjajah dan Ahli Berdiplomasi]</ref><ref>[https://infopublik.id/kategori/nasional-sosial-budaya/491629/pahlawan-nasional-sultan-baabullah-dari-provinsi-maluku-utara?show= Pahlawan Nasional - Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara]</ref> Saat itu Timor Timur masih merupakan "wilayah tak bertuan" (''wilde occupantie'') yang terdiri dari beberapa kerajaan ([[Demokrasi Kesukuan|kesukuan]]) kecil dan para pedagang Portugis yang berdagang di wilayah ini.<ref>Arend de Roever (2002) ''De jacht op sandelhout; De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw''. Zutphen: Walburg Pers, p. 72.</ref> Di akhir abad ke-16, Kesultanan Ternate mulai mengabaikan Timor Timur serta wilayah-wilayah kekuasaannya yang lain, ditambah dengan pengaruh [[Belanda]] yang semakin menguat di Kesultanan Ternate pada awal abad ke-17.<ref>[https://lefo.id/menulis/tulisan/98/kilas-balik-sesungguhnya-dulu-timtim-masuk-ternate Kilas Balik: Sesungguhnya, Dulu Timtim Masuk Ternate]</ref>
Baris 84: Baris 100:
Sejak akhir abad ke-16, Pulau Timor menjadi perebutan antara bangsa Portugis dan Belanda. Keduanya datang dengan tujuan untuk mengeksplor rempah-rempah. Tahun 1613, Belanda menguasai bagian barat pulau yang kemudian dikenal sebagai "[[Timor Belanda]]" atau [[Timor Barat]]. Selama tiga abad berikutnya, Belanda berhasil mendominasi wilayah Indonesia dengan pengecualian Pulau Timor bagian timur yang telah lebih dulu diduduki orang-orang Portugis.
Sejak akhir abad ke-16, Pulau Timor menjadi perebutan antara bangsa Portugis dan Belanda. Keduanya datang dengan tujuan untuk mengeksplor rempah-rempah. Tahun 1613, Belanda menguasai bagian barat pulau yang kemudian dikenal sebagai "[[Timor Belanda]]" atau [[Timor Barat]]. Selama tiga abad berikutnya, Belanda berhasil mendominasi wilayah Indonesia dengan pengecualian Pulau Timor bagian timur yang telah lebih dulu diduduki orang-orang Portugis.


Pada tahun 1702, sebuah wilayah koloni baru Portugal berdiri di Timor dan beribukota di Lifau, yang juga menjadi ibu kota dari semua wilayah kekuasaan Portugal di Kepulauan Nusa Tenggara.<ref>{{Cite web |url=http://pascal.iseg.utl.pt/~cesa/History_of_Timor.pdf |title=Gunn (1999), ''Timor Lorosae: 500 years'' (Macau: Livros do Oriente), p.80. . |access-date=25 April 2009 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090324213447/http://pascal.iseg.utl.pt/~cesa/History_of_Timor.pdf |archive-date=24 March 2009 |url-status=dead }}</ref> Sejak saat itu, wilayah koloni Portugal di Pulau Timor dikenali sebagai "Timor Portugis". Kontrol Portugal atas wilayah ini lemah, terutama di pedalaman pegunungan. Ini ditandai dengan persaingan antara pedagang Portugis dengan biarawan Dominikan dan orang Timor sendiri, serta serangan dari pasukan Belanda yang menguasai Timor Barat. Kontrol administrator kolonial sebagian besar terbatas pada daerah Dili, dan mereka harus bergantung pada kepala suku tradisional untuk memperkuat kontrol dan pengaruhnya. Pada tahun 1769, ibu kota dipindahkan dari Lifau ke Dili karena serangan dari beberapa penguasa lokal.
Pada tahun 1702, sebuah wilayah koloni baru Portugal berdiri di Timor dan beribukota di Lifau, yang juga menjadi ibu kota dari semua wilayah kekuasaan Portugal di [[Kepulauan Nusa Tenggara]].<ref>{{Cite web |url=http://pascal.iseg.utl.pt/~cesa/History_of_Timor.pdf |title=Gunn (1999), ''Timor Lorosae: 500 years'' (Macau: Livros do Oriente), p.80. . |access-date=25 April 2009 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090324213447/http://pascal.iseg.utl.pt/~cesa/History_of_Timor.pdf |archive-date=24 March 2009 |url-status=dead }}</ref> Sejak saat itu, wilayah koloni Portugal di Pulau Timor dikenali sebagai "Timor Portugis". Kontrol Portugal atas wilayah ini lemah, terutama di pedalaman pegunungan. Ini ditandai dengan persaingan antara pedagang Portugis dengan biarawan Dominikan dan orang Timor sendiri, serta serangan dari pasukan Belanda yang menguasai Timor Barat. Kontrol administrator kolonial sebagian besar terbatas pada daerah Dili, dan mereka harus bergantung pada kepala suku tradisional untuk memperkuat kontrol dan pengaruhnya. Pada tahun 1769, ibu kota dipindahkan dari Lifau ke Dili karena serangan dari beberapa penguasa lokal.


Perbatasan antara Timor Portugis dan [[Hindia Belanda]] secara resmi diputuskan pada tahun 1859 melalui [[Perjanjian Lisboa]] antara Portugal dan Belanda. Kemudian di tahun 1913, Portugal dan Belanda secara resmi sepakat untuk membagi pulau di antara mereka.<ref name="Schwartz199">Schwartz (1994), p. 199.</ref> Batas definitif ditentukan oleh [[Mahkamah Arbitrase Antarabangsa]] pada tahun 1916.<ref>{{Cite book|title=International Law in Historical Perspective|last=Verzijl|first=J.H.W.|publisher=Martinus Nijhoff Publishers|year=1973|pages=488}}</ref> Portugal menguasai wilayah Pulau Timor bagian timur dengan pulau kecil di sekitarnya dan sebuah wilayah ''[[eksklave]]'' di Timor Barat.
Perbatasan antara Timor Portugis dan [[Hindia Belanda]] secara resmi diputuskan pada tahun 1859 melalui [[Perjanjian Lisboa (1859)|Perjanjian Lisboa]] antara Portugal dan Belanda. Kemudian pada tahun 1913, Portugal dan Belanda secara resmi sepakat untuk membagi pulau di antara mereka.<ref name="Schwartz199">Schwartz (1994), p. 199.</ref> Batas definitif ditentukan oleh [[Mahkamah Arbitrase Antarabangsa]] pada tahun 1916.<ref>{{Cite book|title=International Law in Historical Perspective|last=Verzijl|first=J.H.W.|publisher=Martinus Nijhoff Publishers|year=1973|pages=488}}</ref> Portugal menguasai wilayah Pulau Timor bagian timur dengan pulau kecil di sekitarnya dan sebuah wilayah ''[[eksklave]]'' di Timor Barat.


Pada tahun 1942, wilayah ini diduduki oleh tentara [[Jepang]] yang pada waktu itu menguasai sebagian besar wilayah [[Asia Tenggara]]; [[Asia Timur]]; dan [[Kepulauan Pasifik]]. Pada masa pendudukan Jepang ini terjadi [[Pertempuran Timor|pertempuran sengit di Pulau Timor]] antara pasukan Jepang melawan pasukan Portugis; Belanda; [[Australia]]; [[Amerika Serikat]]; [[Britania Raya|Inggris]]; dan beberapa penduduk setempat baik dari timur maupun barat untuk mengusir tentara Jepang. Di bawah pendudukan Jepang, perbatasan antara Timor Portugis dan Hindia Belanda diabaikan dan Pulau Timor dijadikan satu zona administrasi di bawah komando [[Tentara Kekaisaran Jepang]]. Setelah [[Menyerahnya Jepang|kekalahan Jepang]] dalam [[Perang Dunia II]] dan perang berakhir, Portugal merebut kembali wilayahnya di Timor Timur, sementara Timor Barat menjadi bagian dari Indonesia setelah kemerdekaannya di tahun 1945.
Pada tahun 1942, wilayah ini diduduki oleh tentara [[Jepang]] yang pada waktu itu menguasai sebagian besar wilayah [[Asia Tenggara]]; [[Asia Timur]]; dan [[Kepulauan Pasifik]]. Pada masa pendudukan Jepang ini terjadi [[Pertempuran Timor|pertempuran sengit di Pulau Timor]] antara pasukan Jepang melawan pasukan Portugis; Belanda; [[Australia]]; [[Amerika Serikat]]; [[Britania Raya|Inggris]]; dan beberapa penduduk setempat baik dari timur maupun barat untuk mengusir tentara Jepang. Di bawah pendudukan Jepang, perbatasan antara Timor Portugis dan Hindia Belanda diabaikan dan Pulau Timor dijadikan satu zona administrasi di bawah komando [[Tentara Kekaisaran Jepang]]. Setelah [[Menyerahnya Jepang|kekalahan Jepang]] dalam [[Perang Dunia II]] dan perang berakhir, Portugal merebut kembali wilayahnya di Timor Timur, sementara Timor Barat menjadi bagian dari Indonesia setelah kemerdekaannya pada tahun 1945.


=== Proses Integrasi ===
=== Proses Integrasi ===
[[Berkas:Timor-map.png|jmpl|ka|280px|Pembagian politik antara Timor Timur dan Timor Barat.]]
[[Berkas:Timor-map.png|jmpl|ka|280px|Pembagian politik antara Timor Timur dan Timor Barat.]]
Kedatangan bangsa Portugis di Timor tidak sepenuhnya diterima oleh penduduk pribumi setempat. Perlawanan terhadap kolonialisme Portugis ini mulai muncul pada pertengahan abad ke-20. Salah satu perlawanan yang kemudian muncul adalah [[Pemberontakan Viqueque]]. Pemberontakan ini terjadi karena banyak penduduk pribumi yang merasa bahwa kebijakan pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah kolonial terlalu banyak menekan mereka. Pemberontakan bermula dari keadaan pasca Perang Dunia II, di mana saat itu Indonesia yang baru terbebas dari [[Sejarah Nusantara (1942–1945)|pendudukan Jepang]] menyatakan kemerdekaannya melalui [[Proklamasi Kemerdekaan Indonesia|Proklamasi]] tanggal 17 Agustus 1945. Berita kemerdekaan Indonesia ini kemudian tersebar ke seluruh dunia dan sampai ke Timor Timur.
Pada tahun 1974, di Portugal terjadi Revolusi Bunga (atau disebut juga [[Revolusi Anyelir]]) yang mendorong Portugal mengeluarkan kebijakan [[dekolonisasi]] dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya termasuk Timor Timur. [[Partai politik|Partai-partai politik]] mulai berdiri di Timor Timur: [[Partai Apodeti|APODETI]] (''Associação Popular Democrática Timorense''); [[FRETILIN]] (''Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente''); [[Uni Demokrasi Timor|UDT]] (''União Democrática Timorense''); ''Partido Trabalhista''; [[Asosiasi Pahlawan Timor|KOTA]] (''Klibur Oan Timor Asu’wain''); dan ADITLA (''Associação Democratica para a Integração de Timor-Leste na Austrália''). UDT menginginkan Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. APODETI menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. FRETILIN menginginkan Timor Timur merdeka sebagai sebuah negara berdaulat. Ketiganya merupakan tiga partai terbesar. Partai-partai kecil, seperti KOTA menginginkan pemerintahan [[monarki]] tradisional yang fokus pada kepemimpinan lokal, ADITLA menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Australia, dan Partai Trabalhista (Partai Buruh) yang didukung oleh komunitas Tionghoa dan Arab hanya menginginkan perubahan yang terkendali.


Di tahun 1953, beberapa tokoh di Timor Timur mendengar kabar kemerdekaan yang telah terjadi dengan saudara-saudaranya yang ada di Timor Barat. Dua tahun berikutnya, para tokoh ini mendengar bahwa pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan [[Konferensi Asia Afrika]] di [[Bandung]], yang melahirkan keputusan mendukung kemerdekaan dari penindasan kolonial bagi setiap bangsa. Pada tahun 1955 itu juga sebenarnya sudah ada rencana pemberontakan dari pemuda-pemuda di Dili. Para pemuda itu lalu menyebarluaskan rencananya ke seluruh wilayah Timor Timur. Mulai perlahan-lahan lahir perasaan nasionalisme di kalangan pemuda-pemuda Timor Timur.
Pada awalnya, di antara partai-partai tersebut terbentuk dua pandangan besar di Timor Timur, yakni [[koalisi]] antara Partai UDT dan FRETILIN yang dimaksudkan sebagai jalan untuk membentuk Timor Timur yang merdeka sebagai sebuah negara, serta Partai APODETI yang menghendaki integrasi Timor Timur dengan Indonesia. Namun, di kemudian hari koalisi Partai UDT dan FRETILIN tidak bertahan lama seiring adanya isu pengkomunisan yang akan dilakukan FRETILIN. Beberapa tokoh UDT akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan APODETI dan mengarahkan dukungannya untuk berintegrasi dengan Indonesia. Arah dukungan Partai APODETI dan UDT itu belakangan juga diikuti oleh beberapa tokoh dari partai-partai lain seperti KOTA dan Trabalhista, sementara Partai ADITLA yang awalnya menghendaki integrasi Timor Timur dengan Australia kemudian membatalkan niatnya setelah pemerintah Australia menyatakan dengan tegas menolak gagasan tersebut.


Pada tahun 1959, semangat untuk melepaskan diri dari kaum kolonial makin kuat di wilayah [[Viqueque]]. Ini terlihat dari berkembangnya rencana untuk melakukan perjuangan pada akhir tahun 1959. Dukungan terhadap rencana itu makin kuat dan tersebar ke daerah-daerah lain di Timor Timur. Untuk mematangkan rencana itu, diadakan pertemuan yang hasilnya memutuskan bahwa pelaksanaan perjuangan akan jatuh pada 31 Desember 1959, bertepatan dengan malam tahun baru. Karena menurut analisis para pemuda itu, pada malam tahun baru orang-orang dan tentara Portugis selalu berpesta pora, sehingga tidak ada penjagaan ketat dan serangan dapat dilakukan. Rencana pemberontakan ini kemudian diketahui oleh pemerintah kolonial. Mereka segera melakukan penangkapan terhadap pemuda-pemuda yang dicurigai baik yang berada di Dili maupun daerah lain di Timor Timur. Sebagian dari para pemuda itu kemudian dibuang ke [[Afrika Barat Portugis|Angola]]. Akibat dari kejadian pemberontakan itu, terjadi pembunuhan terhadap ratusan penduduk yang dituduh berkaitan dengan pemberontakan. Perlawanan rakyat yang digerakkan dari Viqueque itu merupakan pemberontakan terakhir di Timor Timur sebelum Portugal melakukan proses [[dekolonisasi]] terhadap wilayah ini.
Keluarnya UDT dari koalisi dengan FRETILIN menimbulkan konflik antara kedua partai tersebut yang berujung pada perang saudara di Timor Timur yang berlangsung dari tanggal 20 Agustus hingga 27 Agustus 1975. Pasukan FRETILIN memberikan perlawanan yang hebat baik terhadap pasukan UDT, APODETI, maupun penduduk sipil pendukung [[faksi]] integrasi dengan Indonesia. Di tengah kemelut perang saudara, Gubernur Timor Portugis Mário Lemos Pires menghubungi pemerintah pusat di Portugal agar mengirimkan bala bantuan ke Timor Timur. Karena tidak mendapatkan jawaban, Lemos Pires kemudian memerintahkan penarikan tentara Portugis yang masih bertahan ke [[Pulau Atauro]].


Pada tahun 1974, di Portugal terjadi Revolusi Bunga (atau disebut juga [[Revolusi Anyelir]]) yang mendorong Portugal mengeluarkan kebijakan dekolonisasi dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya termasuk Timor Timur. [[Partai politik|Partai-partai politik]] mulai berdiri di Timor Timur: [[Partai Apodeti|Apodeti]] (''Associação Popular Democrática Timorense''); [[Fretilin]] (''Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente''); [[Uni Demokrasi Timor|UDT]] (''União Democrática Timorense''); ''Partido Trabalhista''; [[Asosiasi Pahlawan Timor|KOTA]] (''Klibur Oan Timor Asu’wain''); dan ADITLA (''Associação Democratica para a Integração de Timor-Leste na Austrália''). Partai UDT yang kebanyakan anggotanya para pegawai negeri Portugis, tuan tanah, dan tetua adat menginginkan Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. Partai Apodeti menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. Partai Fretilin yang beraliran kiri menginginkan Timor Timur merdeka sebagai sebuah negara berdaulat. Ketiganya merupakan tiga partai terbesar. Partai-partai kecil, seperti KOTA menginginkan pemerintahan [[monarki]] tradisional yang fokus pada kepemimpinan lokal, ADITLA menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Australia, dan Partai Trabalhista (Partai Buruh) yang didukung oleh komunitas Tionghoa dan Arab hanya menginginkan perubahan yang terkendali.
Perang saudara itu akhirnya dimenangkan oleh FRETILIN, yang kemudian secara ''[[de facto]]'' memegang kendali atas wilayah Timor Timur yang sedang terjadi [[kekosongan kekuasaan]], meskipun beberapa pertempuran dan pembantaian masih berlangsung di beberapa daerah. Walaupun secara ''de facto'' memegang kendali pemerintahan, tetapi FRETILIN tetap mengakui kedaulatan Portugal atas Timor Timur dan menginginkan pemerintahan Portugis kembali dan melanjutkan proses dekolonisasi. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, FRETILIN membentuk beberapa komisi dalam menjalankan pemerintahan sementara sambil menunggu hasil komunikasi dengan pemerintah Portugal.


Selama bulan-bulan pertama kelahirannya, partai-partai politik di Timor Timur ini mulai melakukan konsolidasi. Tiga partai di antaranya, yakni UDT; Fretilin; dan Apodeti mengirimkan utusan-utusannya ke berbagai negara, khususnya ke negara-negara terdekat seperti Australia dan Indonesia. Tokoh-tokoh seperti [[José Ramos Horta]] dari Fretilin dan [[Francisco Xavier Lopes da Cruz]] dari UDT datang ke [[Jakarta]] menemui perwakilan pemerintah Indonesia untuk membicarakan perkembangan situasi yang terjadi di Timor Timur. Menanggapi perkembangan ini, Presiden Indonesia [[Soeharto]] dalam sidang Dewan Stabilisasi Politik & Keamanan Nasional pada tanggal 8 Oktober 1974 menyatakan sikap dasar bahwa Indonesia tidak mempunyai ambisi teritorial; Indonesia menghormati hak rakyat Timor Timur untuk menentukan nasibnya sendiri; dan bila rakyat Timor Timur ingin bergabung dengan Indonesia, maka Timor Timur tidak mungkin bergabung sebagai negara, melainkan sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Pada awal November 1975, menteri luar negeri dari Portugal dan Indonesia bertemu di [[Roma]], [[Italia]] untuk membahas penyelesaian konflik. Meskipun tidak ada pemimpin dari Timor Timur yang diundang ke pembicaraan, FRETILIN mengirim pesan yang menyatakan keinginan mereka untuk bekerja sama dengan Portugal. Pertemuan berakhir dengan kedua pihak sepakat bahwa Portugal akan bertemu dengan para pemimpin politik di Timor Timur, tetapi pertemuan itu tidak pernah terjadi. Frustrasi oleh kelambanan Portugal, para pemimpin dari FRETILIN percaya bahwa mereka dapat menangkis kemajuan yang dicapai Indonesia dengan lebih efektif jika mereka mendeklarasikan Timor Timur yang merdeka. Komisaris Politik Nasional [[Marí Alkatiri]] melakukan perjalanan diplomatik ke [[Afrika]], mengumpulkan dukungan dari pemerintah di sana dan di tempat lain. Menurut FRETILIN, upaya ini menghasilkan jaminan dari dua puluh lima negara, termasuk [[Tiongkok]]; [[Uni Soviet]]; [[Mozambik]]; [[Swedia]]; dan [[Kuba]] untuk mengakui negara baru yang akan didirikan.


Beberapa kali partai-partai politik tersebut juga mengadakan perundingan dengan pihak Portugal, namun tidak membawa hasil. Di kemudian hari, di antara partai-partai tersebut terbentuk [[Faksi|faksi-faksi]] di Timor Timur, di antaranya adalah [[koalisi]] antara Partai UDT dan Fretilin yang dimaksudkan sebagai jalan untuk membentuk Timor Timur yang merdeka sebagai sebuah negara, serta Partai Apodeti yang menyatakan menghendaki integrasi Timor Timur dengan Indonesia. Namun, koalisi Partai UDT dan Fretilin tidak bertahan lama seiring adanya isu komunis yang dituduhkan kepada Fretilin. Beberapa tokoh UDT akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Apodeti dan mengarahkan dukungannya untuk berintegrasi dengan Indonesia. Arah dukungan Partai Apodeti dan UDT itu belakangan juga diikuti oleh beberapa tokoh dari partai-partai lain seperti KOTA dan Trabalhista, sementara Partai ADITLA yang awalnya menghendaki integrasi Timor Timur dengan Australia kemudian membatalkan niatnya setelah pemerintah Australia menyatakan dengan tegas menolak gagasan tersebut.
FRETILIN menurunkan bendera Portugal dan memproklamirkan kemerdekaan Timor Timur secara sepihak pada tanggal 28 November 1975, menyebutnya sebagai ''República Democrática de Timor-Leste'' (bahasa Portugis untuk "Republik Demokratik Timor Leste"). Proklamasi yang belakangan didukung oleh Portugal ini tidak diakui oleh pemerintah Indonesia yang sebelumnya telah mencapai kesepakatan dengan pihak Portugal dalam pertemuan di Roma.<ref>[https://kisahtimortimur.wordpress.com/2015/04/08/setelah-proklamasi-sepihak-itu/ Setelah Proklamasi Sepihak Itu]</ref> Sejurus selepas itu, partai pro-integrasi, yakni APODETI; UDT; Trabalhista; dan KOTA segera mengadakan [[Deklarasi Balibo|proklamasi tandingan di Balibo]] pada tanggal 30 November 1975 yang menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia. Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh [[Arnaldo dos Reis Araújo]] (APODETI) dan [[Francisco Xavier Lopes da Cruz]] (UDT). Pernyataan sikap politik keempat partai diiringi dengan persiapan pembentukan pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi yang jumlahnya sekitar 40 ribu orang. Dari perbatasan Timor Barat, pasukan yang terdiri dari para pengungsi ini kembali ke Timor Timur dan menyerang kedudukan pasukan FRETILIN secara bergerilya. Beberapa pihak dari kalangan pro-kemerdekaan kemudian menuduh deklarasi yang diadakan oleh kalangan pro-integrasi di Balibo dan pasukan-pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi sengaja dirancang oleh [[intelijen militer|intelijen]] Indonesia, dengan maksud untuk memperkuat legitimasi Indonesia menyerbu wilayah Timor Timur.

Keluarnya UDT dari koalisi dengan Fretilin menimbulkan konflik antara kedua partai tersebut yang berujung pada perang saudara di Timor Timur yang berlangsung dari tanggal 20 Agustus hingga 27 Agustus 1975. Pasukan Fretilin memberikan perlawanan yang hebat baik terhadap pasukan UDT, Apodeti, maupun penduduk sipil pendukung faksi integrasi dengan Indonesia. Di tengah kemelut perang saudara, Gubernur Timor Portugis [[Mário Lemos Pires]] menghubungi pemerintah pusat di Portugal agar mengirimkan bala bantuan ke Timor Timur. Karena tidak mendapatkan jawaban, Lemos Pires kemudian memerintahkan penarikan tentara Portugis yang masih bertahan ke [[Pulau Atauro]].

Perang saudara itu akhirnya dimenangkan oleh Fretilin, yang kemudian secara ''[[de facto]]'' memegang kendali atas wilayah Timor Timur yang sedang terjadi [[kekosongan kekuasaan]], meskipun beberapa pertempuran dan pembantaian masih berlangsung di beberapa daerah. Walaupun secara ''de facto'' memegang kendali pemerintahan, tetapi Fretilin tetap mengakui kedaulatan Portugal atas Timor Timur dan menginginkan pemerintahan Portugis kembali dan melanjutkan proses dekolonisasi. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Fretilin membentuk beberapa komisi dalam menjalankan pemerintahan sementara sambil menunggu hasil komunikasi dengan pemerintah Portugal.

Pada awal November 1975, Menteri Luar Negeri Portugal [[Ernesto Melo Antunes]] dan Menteri Luar Negeri Indonesia [[Adam Malik]] bertemu di [[Roma]], [[Italia]] untuk membahas penyelesaian konflik.<ref>[https://kalipaksi.wordpress.com/2009/03/10/reviewreviewreview-adam-malik-dan-cerita-sebuah-kamera/amp/ Adam Malik dan Cerita Sebuah Kamera]</ref> Meskipun tidak ada pemimpin dari Timor Timur yang diundang ke pembicaraan, Fretilin mengirim pesan yang menyatakan keinginan mereka untuk bekerja sama dengan Portugal. Pertemuan berakhir dengan kedua pihak sepakat bahwa Portugal akan bertemu dengan para pemimpin politik di Timor Timur, tetapi pertemuan itu tidak pernah terjadi. Frustrasi oleh kelambanan Portugal, para pemimpin dari Fretilin percaya bahwa mereka dapat menangkis kemajuan yang dicapai Indonesia dengan lebih efektif jika mereka mendeklarasikan Timor Timur yang merdeka. Komisaris Politik Nasional [[Marí Alkatiri]] melakukan perjalanan diplomatik ke [[Afrika]], mengumpulkan dukungan dari pemerintah di sana dan di tempat lain. Menurut Fretilin, upaya ini menghasilkan jaminan dari dua puluh lima negara, termasuk [[Tiongkok]]; [[Uni Soviet]]; [[Mozambik]]; [[Swedia]]; dan [[Kuba]] untuk mengakui negara baru yang akan didirikan.

Fretilin menurunkan bendera Portugal dan memproklamirkan kemerdekaan Timor Timur secara sepihak pada tanggal 28 November 1975, menyebutnya sebagai ''República Democrática de Timor-Leste'' (bahasa Portugis untuk "Republik Demokratik Timor Leste") dan mengangkat [[Francisco Xavier do Amaral]] sebagai [[Daftar presiden Timor Leste|Presiden]]. Proklamasi yang belakangan didukung oleh Portugal ini tidak diakui oleh pemerintah Indonesia yang sebelumnya telah mencapai kesepakatan dengan pihak Portugal dalam pertemuan di Roma.<ref>[https://kisahtimortimur.wordpress.com/2015/04/08/setelah-proklamasi-sepihak-itu/ Setelah Proklamasi Sepihak Itu]</ref> Sejurus selepas itu, partai pro-integrasi, yakni Apodeti; UDT; Trabalhista; dan KOTA segera mengadakan [[Deklarasi Balibo|proklamasi tandingan di Balibo]] pada tanggal 30 November 1975 yang menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia. Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh [[Arnaldo dos Reis Araújo]] (Apodeti) dan Francisco Xavier Lopes da Cruz (UDT). Pernyataan sikap politik keempat partai diiringi dengan persiapan pembentukan pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi yang jumlahnya sekitar 40 ribu orang. Dari perbatasan Timor Barat, pasukan yang terdiri dari para pengungsi ini kembali ke Timor Timur dan menyerang kedudukan pasukan Fretilin secara bergerilya. Beberapa pihak dari kalangan pro-kemerdekaan kemudian menuduh deklarasi yang diadakan oleh kalangan pro-integrasi di Balibo dan pasukan-pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi sengaja dirancang oleh [[intelijen militer|intelijen]] Indonesia, dengan maksud untuk memperkuat legitimasi Indonesia menyerbu wilayah Timor Timur.


[[Berkas:Timor - Indonesian Invasion.png|jmpl|ki|280px|Peta yang menunjukkan daerah-daerah yang diinvasi Indonesia dalam [[Operasi Seroja]].]]
[[Berkas:Timor - Indonesian Invasion.png|jmpl|ki|280px|Peta yang menunjukkan daerah-daerah yang diinvasi Indonesia dalam [[Operasi Seroja]].]]
Pada 7 Desember 1975, [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] (ABRI) melakukan invasi militer ke Timor Timur. Selama masa invasi, massa penolak integrasi dibantai oleh pasukan ABRI, sedangkan anak-anaknya dibawa ke Indonesia untuk diasuh oleh keluarga militer Indonesia. Menyusul invasi tersebut, Gubernur Timor Portugis dan stafnya meninggalkan Pulau Atauro dengan dua kapal perang Portugal, menuju ke [[Darwin, Wilayah Utara|Darwin]], Australia. Sebagai pernyataan kedaulatan, Portugal tetap mempertahankan kapal perang yang berpatroli di perairan sekitar Timor Timur hingga Mei 1976.
Pada 7 Desember 1975, [[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia]] (ABRI) melakukan invasi militer ke Timor Timur. Selama masa invasi, massa penolak integrasi dibantai oleh pasukan ABRI, sedangkan anak-anaknya dibawa ke Indonesia untuk diasuh oleh keluarga militer Indonesia. Menyusul invasi tersebut, Gubernur Timor Portugis dan stafnya meninggalkan Pulau Atauro dengan dua kapal perang Portugal, menuju ke [[Darwin, Wilayah Utara|Darwin]], Australia. Sebagai pernyataan kedaulatan, Portugal tetap mempertahankan kapal perang yang berpatroli di perairan sekitar Timor Timur hingga Mei 1976.


Setelah Timor Timur jatuh ke tangan Indonesia, gabungan partai yang pro-integrasi membentuk PSTT (Pemerintahan Sementara Timor Timur) dan mengangkat Arnaldo dos Reis Araújo sebagai Gubernur serta Francisco Xavier Lopes da Cruz sebagai Wakil Gubernur. Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976 Tentang Pengesahan Penyatuan Timor Timur Ke Dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat merasa ingin bersatu dengan Indonesia karena persamaan budaya dengan saudara serumpunnya, Timor Barat. Timor Timur menjadi provinsi yang paling unik, karena merupakan satu-satunya provinsi Indonesia bekas wilayah jajahan Portugal, dimana provinsi Indonesia lainnya merupakan bekas wilayah jajahan Belanda. Pada saat Presiden [[Soeharto]] menghadiri peringatan 2 tahun Integrasi Timtim di Gedung DPRD Tingkat I Timor Timur, ia menyebut bersatunya Timor Timur sebagai "''kembalinya anak yang hilang ke pangkuan ibu pertiwi''".
Setelah Timor Timur jatuh ke tangan Indonesia, gabungan partai yang pro-integrasi membentuk [[Pemerintah Sementara Timor Timur]] (PSTT) dan mengangkat Arnaldo dos Reis Araújo sebagai Ketua serta Francisco Xavier Lopes da Cruz sebagai Wakil Ketua.<ref>{{Cite book|last=Gonggong|first=Anhar|last2=Zuhdi|first2=Susanto|date=1995|url=https://repositori.kemdikbud.go.id/24937/1/SEJARAH%20PERJUANGAN%20RAKYAT%20TIMOR%20TIMUR.PDF|title=Sejarah Perjuangan Rakyat Timor Timur Untuk Sekolah Menengah Umum|location=Dili|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum Proyek SLTP (Induk) Timor Timur|pages=81-82|url-status=live}}</ref>

Timor Timur resmi menjadi [[provinsi]] ke-27 Indonesia setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976 pada tanggal 17 Juli 1976.<ref>{{Cite book|last=Robinson|first=Geoffrey|date=Juli 2003|url=https://history.ucla.edu/sites/default/files/u184/robinson/robinson_east_timor_1999_indonesian.pdf|title=Timor Timur 1999 Kejahatan terhadap Umat Manusia: Sebuah Laporan yang Dibuat Berdasarkan Permintaan Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa|location=Dili & Jakarta|publisher=Perkumpulan HAK dan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat|isbn=979-8981-28-6|pages=12|translator-last=Astika, A., dkk.|url-status=live}}</ref> Undang-Undang ini membahas tentang pengesahan penyatuan Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat merasa ingin bersatu dengan Indonesia karena persamaan budaya dengan saudara serumpunnya, Timor Barat. Timor Timur menjadi provinsi yang paling unik, karena merupakan satu-satunya provinsi Indonesia bekas wilayah jajahan Portugal, dimana provinsi Indonesia lainnya merupakan bekas wilayah jajahan Belanda. Pada saat Presiden Soeharto menghadiri peringatan 2 tahun Integrasi Timtim di Gedung DPRD Tingkat I Timor Timur, ia menyebut bersatunya Timor Timur sebagai "''kembalinya anak yang hilang ke pangkuan ibu pertiwi''".


=== Reaksi ===
=== Reaksi ===
[[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] dan beberapa negara di dunia tidak mengakui klaim Indonesia atas Timor Timur. PBB terus menganggap bahwa Portugal sebagai kekuatan administrasi yang sah bagi Timor Timur. Negara-negara yang mengakui klaim Indonesia atas Timor Timur di antaranya adalah [[Amerika Serikat]] dan [[Australia]].<ref name="gwu.edu">{{cite web|url=http://nsarchive2.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB62/|title=East Timor Revisited. Ford, Kissinger and the Indonesian Invasion, 1975–76|work=[[National Security Archive]]|date=6 Desember 2001}}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.wsws.org/articles/2000/sep2000/timo-s18.shtml |title=Documents reveal that Australia urged Indonesia to invade East Timor in 1975 |author=Mike Head |work=World Socialist Web Site |date=[[2000-09-18]]}}</ref>
[[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (PBB) dan beberapa negara di dunia tidak mengakui klaim Indonesia atas Timor Timur. PBB terus menganggap bahwa [[Portugal]] sebagai kekuatan administrasi yang sah bagi Timor Timur. Negara-negara yang mengakui klaim Indonesia atas Timor Timur di antaranya adalah [[Amerika Serikat]] dan [[Australia]].<ref name="gwu.edu">{{cite web|url=http://nsarchive2.gwu.edu/NSAEBB/NSAEBB62/|title=East Timor Revisited. Ford, Kissinger and the Indonesian Invasion, 1975–76|work=[[National Security Archive]]|date=6 Desember 2001}}</ref><ref>{{cite web |url=http://www.wsws.org/articles/2000/sep2000/timo-s18.shtml |title=Documents reveal that Australia urged Indonesia to invade East Timor in 1975 |author=Mike Head |work=World Socialist Web Site |date=[[2000-09-18]]}}</ref>


=== Usulan otonomi khusus hingga kemerdekaan ===
=== Usulan otonomi khusus hingga kemerdekaan ===
{{main|Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999}}
{{main|Referendum kemerdekaan Timor Leste 1999}}
[[Berkas:East Timor Demo.jpg|jmpl|kiri|200px|Demonstrasi di kota [[Perth]], Australia menuntut pemisahan Timor Timur dari Indonesia.]]
[[Berkas:East Timor Demo.jpg|jmpl|kiri|200px|Demonstrasi di kota [[Perth]], Australia menuntut pemisahan Timor Timur dari Indonesia.]]
Pasca [[Kejatuhan Soeharto|pengunduran diri Soeharto]] sebagai Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikan oleh [[Bacharuddin Jusuf Habibie]], ia turut memberikan perhatian pada masalah Timor Timur. Presiden Habibie membuat berbagai pernyataan publik di mana ia menyebutkan bahwa biaya mempertahankan [[subsidi]] moneter untuk mendukung provinsi tidak diimbangi oleh manfaat terukur bagi Indonesia. Karena analisis untung-rugi yang tidak menguntungkan ini, keputusan yang paling rasional adalah untuk provinsi yang bukan bagian dari batas asli sejak kemerdekaan 1945 di Indonesia, untuk diberikan pilihan demokratis apakah mereka ingin tetap berada di Indonesia atau tidak. Pilihan ini juga sejalan dengan program [[demokratisasi]] umum Habibie setelah era Presiden Soeharto.<ref>[http://www.kapanlagi.com/h/old/0000164443.html]{{Dead link|date=May 2013}}</ref>
Pasca [[Kejatuhan Soeharto|pengunduran diri Soeharto]] sebagai Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikan oleh [[Bacharuddin Jusuf Habibie]], ia turut memberikan perhatian pada masalah Timor Timur. Presiden Habibie membuat berbagai pernyataan publik di mana ia menyebutkan bahwa biaya mempertahankan [[subsidi]] moneter untuk mendukung provinsi tidak diimbangi oleh manfaat terukur bagi Indonesia. Karena analisis untung-rugi yang tidak menguntungkan ini, keputusan yang paling rasional adalah untuk provinsi yang bukan bagian dari batas asli sejak kemerdekaan 1945 di Indonesia, untuk diberikan pilihan demokratis apakah mereka ingin tetap berada di Indonesia atau tidak. Pilihan ini juga sejalan dengan program [[demokratisasi]] umum pemerintahan Habibie setelah era Presiden Soeharto.<ref>[http://www.kapanlagi.com/h/old/0000164443.html]{{Dead link|date=May 2013}}</ref> Pernyataan-pernyataan Habibie ini disambut oleh sejumlah pihak, termasuk beberapa tokoh pro-kemerdekaan seperti [[Xanana Gusmão]]; José Ramos-Horta; dan Uskup [[Carlos Filipe Ximenes Belo]] yang meminta agar periode transisi diberlakukan lima sampai sepuluh tahun sebelum Timor Timur menerima kemerdekaan sepenuhnya.


Sebagai langkah tindak lanjut atas permintaan Habibie, PBB menyelenggarakan pertemuan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Portugal (sebagai otoritas kolonial sebelumnya atas Timor Timur).<ref>United Nations Mission in East Timor (UNAMET). [https://www.un.org/peace/etimor99/agreement/agreeFrame_Eng01.html Agreement between the Republic of Indonesia and the Portuguese Republic on the Question of East Timor] {{webarchive |url=https://web.archive.org/web/20110906111339/http://www.un.org/peace/etimor99/agreement/agreeFrame_Eng01.html |date=6 September 2011 }}</ref> Pada tanggal 5 Mei 1999, pembicaraan ini menghasilkan “Persetujuan antara Republik Indonesia dan Republik Portugis tentang Masalah Timor Timur” yang menjabarkan rincian dari referendum yang diminta. Referendum harus diadakan untuk menentukan apakah Timor Timur akan tetap menjadi bagian dari Indonesia, sebagai Daerah Otonomi Khusus, atau terpisah dari Indonesia.<ref>[http://www.usip.org/files/file/resources/collections/peace_agreements/east_timor_05051999mod.pdf Agreement regarding the modalities for the popular consultation of the East Timorese People]</ref> Referendum itu diorganisir dan dipantau oleh misi penjaga perdamaian yang dibentuk PBB bernama [[Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur|UNAMET]] dan 450.000 orang terdaftar untuk memilih termasuk 13.000 orang di luar Timor Timur.
Pada bulan Januari 1999, Presiden B.J. Habibie menerima pandangan dari Perdana Menteri Australia [[John Howard]] yang menyarankan agar Indonesia mengikuti langkah [[Prancis]] dalam menangani masalah [[Kaledonia Baru]] untuk menyelesaikan permasalahan Timor Timur dengan mempersiapkan waktu selama sepuluh tahun transisi sebelum membuka jalan kemerdekaan.<ref>[https://pepnews.com/sketsa/p-c1560821e25434a/the-legacy-of-habibie The Legacy of Habibie]</ref> Setelah menerima pandangan itu, Habibie memutuskan untuk meminta percepatan penyelesaian permasalahan Timor Timur dengan tujuan untuk menggelar jajak pendapat pada tahun yang sama. Sebagai langkah tindak lanjut atas permintaan Habibie, PBB menyelenggarakan pertemuan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Portugal (sebagai otoritas kolonial sebelumnya atas Timor Timur).<ref>United Nations Mission in East Timor (UNAMET). [https://www.un.org/peace/etimor99/agreement/agreeFrame_Eng01.html Agreement between the Republic of Indonesia and the Portuguese Republic on the Question of East Timor] {{webarchive |url=https://web.archive.org/web/20110906111339/http://www.un.org/peace/etimor99/agreement/agreeFrame_Eng01.html |date=6 September 2011 }}</ref> Pada tanggal 5 Mei 1999, pembicaraan ini menghasilkan “Persetujuan antara Republik Indonesia dan Republik Portugis tentang Masalah Timor Timur” yang menjabarkan rincian dari referendum yang diminta. Referendum harus diadakan untuk menentukan apakah Timor Timur akan tetap menjadi bagian dari Indonesia, sebagai Daerah Otonomi Khusus, atau terpisah dari Indonesia.<ref>[http://www.usip.org/files/file/resources/collections/peace_agreements/east_timor_05051999mod.pdf Agreement regarding the modalities for the popular consultation of the East Timorese People]</ref> Referendum itu diorganisir dan dipantau oleh misi penjaga perdamaian yang dibentuk PBB bernama [[Misi Perserikatan Bangsa-Bangsa di Timor Timur|UNAMET]] dan 450.000 orang terdaftar untuk memilih termasuk 13.000 orang di luar Timor Timur.


Kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Portugal termasuk "Kerangka Konstitusi untuk otonomi khusus bagi Timor Timur" sebagai sebuah [[aneksasi]]. Kerangka ini akan membentuk "Daerah Otonomi Khusus Timor Timur" (DOK Timor Timur) dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Portugal termasuk "Kerangka Konstitusi untuk otonomi khusus bagi Timor Timur" sebagai sebuah [[aneksasi]]. Kerangka ini akan membentuk "Daerah Otonomi Khusus Timor Timur" (DOK Timor Timur) dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.
Baris 128: Baris 154:


== Geografi ==
== Geografi ==
[[Berkas:Tatamailau2.jpg|jmpl|200px|kiri|[[Tatamailau]], gunung tertinggi di Pulau Timor.]]
Timor Timur adalah daerah yang kurang subur dan beriklim [[Tropika|tropis]] yang dipengaruhi oleh [[angin muson]] dari [[Benua Australia]]. Wilayah ini terletak di antara 123° 127° [[bujur timur|BT]] dan antara 8° - 10° [[lintang selatan|LS]], berbatasan di sebelah utara dengan [[Selat Wetar]], di sebelah timur dengan [[Laut Maluku]], di sebelah selatan dengan [[Laut Timor]] dan [[Australia]], dan di sebelah barat dengan [[Nusa Tenggara Timur]]. Wilayah Timor Timur meliputi areal seluas 15.007 km², yang terdiri atas sebagian [[Pulau Timor]] bagian timur, [[Pulau Atauro|Pulau Kambing]] atau ''Atauro'', [[Jaco|Pulau Jaco]], dan sebuah ''eksklave'' di [[Timor Barat]] ([[Kabupaten Ambeno]]) yang dikelilingi oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Provinsi Timor Timur terletak di antara 123° - 127° [[bujur timur|BT]] dan antara 8° - 10° [[lintang selatan|LS]]. Terletak di ujung timur dari rangkaian [[Kepulauan Nusa Tenggara]], wilayah ini berbatasan dengan [[Selat Wetar]] dan [[Selat Ombai]] di sebelah utara, [[Laut Banda]] dan [[Maluku]] di sebelah timur, [[Laut Timor]] dan [[Australia]] di sebelah selatan, serta [[Nusa Tenggara Timur]] di sebelah barat. Wilayah Timor Timur meliputi areal seluas 14.609,38&nbsp;km², yang terdiri atas sebagian [[Pulau Timor]] bagian timur, [[Pulau Atauro|Pulau Kambing]] atau ''Atauro'', [[Jaco|Pulau Jaco]], dan sebuah ''[[eksklave]]'' di [[Timor Barat]] ([[Kabupaten Ambeno]]) yang dikelilingi oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur.


== Demografi ==
=== Batas wilayah ===
{{Batas USBT
=== Budaya dan suku bangsa ===
|utara = [[Selat Wetar]], [[Selat Ombai]], dan [[Maluku|Provinsi Maluku]]
Penduduk di Timor Timur merupakan orang keturunan [[Austronesia]] ([[Melayu-Polinesia]]), [[Papua]], sejumlah minoritas [[Tionghoa]] ([[Hakka]]) dan beberapa keturunan Portugis Eropa yang biasa disebut ''[[Mestizo|Mestiço]]''.
|selatan= [[Samudra Hindia]] dan [[Australia]]
|timur = [[Laut Timor]] dan [[Maluku|Provinsi Maluku]]
|barat = [[Nusa Tenggara Timur|Provinsi Nusa Tenggara Timur]]
}}


=== Topografi dan iklim ===
Kebudayaan masyarakat di Timor Timur memiliki kekerabatan dengan berbagai suku di wilayah [[Indonesia]], salah satunya adalah [[Suku Marobo]]. Selain itu, budaya Timor Timur juga banyak dipengaruhi bangsa [[Portugis]].
Secara fisiografi, wilayah Timor Timur sebagian besar terdiri dari daerah-daerah pegunungan yang membentang dari timur ke barat. Bentangan-bentangan pegunungan ini ada kalanya terputus, sehingga membentuk lembah-lembah serta jurang-jurang yang curam dan amat dalam. Kemudian di tengah-tengahnya banyak dialiri sungai-sungai kecil. Tanah di wilayah ini banyak mengandung kapur, karang, tanah liat yang pekat, dan pasir serta sedikit tanah vulkanik.


Di Timor Timur, terdapat tujuh buah gunung yang ketinggiannya lebih dari 2.000 meter. Di [[Kabupaten Ainaro]], terdapat [[Tatamailau|Gunung Tatamailau]] (2.986 meter); [[Gunung Saboria]] (2.495 meter); dan [[Gunung Usululi]] (2.620 meter). Di [[Kabupaten Ermera]] terdapat [[Gunung Hatupai]] (2.293 meter) dan [[Gunung Laclo]] (2.050 meter). Di [[Kabupaten Manufahi]] terdapat [[Gunung Cablaque]] (2.495 meter), serta di wilayah perbatasan antara [[Kabupaten Baucau]] dan [[Kabupaten Lautém|Lautém]] terdapat [[Gunung Matebian]] (2.373 meter).
Suku Marobo adalah suku yang bertempat tinggal di beberapa desa di [[Bobonaro]], khususnya Desa Ilatlaun, Atuaben, dan Soileso. Pada 1990 diketahui bahwa jumlah populasinya sekitar 3.000 jiwa. Suku Marobo masih mempunyai tali saudara dengan [[Suku Kemak]] dan menggunakan [[Bahasa Kemak]], sehingga sering juga disebut orang Kemak Marobo. Selain bahasa Kemak, Suku Marobo juga menggunakan bahasa lain, yaitu [[Bahasa Bunak]] atau Tetun Terik sebagai [[Basantara|bahasa pengantar]] untuk berkomunikasi dengan suku lain yang ada di sekitarnya. Jenis bahasa mereka adalah jenis bahasa orang laut yang terancam punah, bersamaan dengan bahasa-bahasa milik suku bangsa [[Rumpun Punan|Punan]], [[Suku Asmat|Asmat]], [[Suku Mentawai|Mentawai]], dan [[Orang Sakai|Sakai]].{{Butuh rujukan}}


Secara garis besar aliran sungai yang terdapat di Timor Timur dapat dikelompokkan menjadi dua buah [[daerah aliran sungai]] (DAS), yaitu DAS utara dan selatan, sedangkan DAS prioritas di Timor Timur adalah DAS Comoro-Laclo dari beberapa sungai yang ada, terdapat beberapa sungai yang hampir sepanjang tahun airnya mengalir, walaupun dengan debit air yang relatif kecil, yaitu [[Sungai Laclo]] di [[Kabupaten Manatuto]]; [[Sungai Seiçal]] di Kabupaten Baucau; [[Sungai Bulobo]], [[Sungai Marobo|Marobo]], [[Sungai Malibaka|Malibaka]], dan [[Sungai Nunura|Nunura]] di [[Kabupaten Bobonaro]]; [[Sungai Gleno]] di Kabupaten Ermera; [[Sungai Karau Ulun]] di Kabupaten Manufahi; [[Sungai Dilor]], [[Sungai Uca|Uca]], [[Sungai Uwetoko|Uwetoko]], [[Sungai BeBui|BeBui]] dan [[Sungai Irabere|Irabere]] di [[Kabupaten Viqueque]]; [[Sungai Loes]] di [[Kabupaten Liquiça]]; dan [[Sungai Tono]] di Kabupaten Ambeno. Pantai Timor Timur bagian utara pada umumnya bergunung-gunung dengan lereng yang terjal dan di daerah ini banyak terdapat [[hutan bakau]]. Sebaliknya di pantai bagian selatan hampir semuanya landai.
Selain itu, suku-suku lain yang ada di Timor Timur di antaranya adalah [[Suku Atoni]]; [[suku Bunak|Bunak]]; Mambai; [[suku Samoro|Samoro]]; [[suku Tetun|Tetun]]; dan lain-lain.

Iklim di Provinsi Timor Timur pada umumnya tergolong iklim tropis dengan suhu minimum 18–21&nbsp;°C, sedangkan suhu tertinggi bervariasi antara 26–32&nbsp;°C. Di bagian utara sampai ke Baucau, [[Musim penghujan|musim hujan]] pada bulan April tahun berikutnya, dan pada umumnya diikuti angin barat ([[Angin muson|muson]]). Bulan Mei dan Oktober merupakan masa peralihan. Bulan September merupakan [[musim kemarau]] yang temperatur udaranya cukup rendah.

Berbeda keadaannya di daerah ujung timur dan selatan, musim hujan turun pada pertengahan bulan April tahun berikutnya. Bulan Mei merupakan musim kemarau dan awal Juni sampai Agustus musim hujan kembali. Apabila di [[Benua Australia|Australia]] sedang musim dingin pada bulan Agustus hingga Oktober, kadang-kadang suhu di Timor Timur turun sampai 18&nbsp;°C. Begitu pula sebaliknya, apabila di Australia sedang musim panas, di daerah pesisir, suhu menjadi tinggi walaupun sedang musim hujan. Selain itu, terdapat perbedaan suhu udara yang mencolok antara daerah pesisir dan daerah pedalaman. Rata-rata curah hujan relatif rendah (1.200–1.500&nbsp;mm per tahun) dengan rata-rata 80–90 hari hujan per tahun, dengan catatan, di bagian selatan dan ujung timur dapat terjadi dua kali musim hujan dalam satu tahun. Sepanjang tahun, keadaan laut di sekitar pantai utara pada umumnya tenang, berbeda dengan pantai selatan yang hampir selalu bergelombang besar, terlebih pada musim angin barat.

== Demografi ==
=== Suku bangsa ===
Penduduk Timor Timur merupakan rumpun bangsa [[Suku bangsa Austronesia|Austronesia]]. Di Timor Timur terdapat puluhan suku-suku lokal, di antaranya adalah [[Suku Atoni]]; [[Suku Bunak|Bunak]]; [[Suku Kemak|Kemak]]; [[Suku Mambai|Mambai]]; [[Suku Marobo|Marobo]]; [[Suku Samoro|Samoro]]; [[Suku Tetun|Tetun]]; dan lain-lain. Rumpun suku bangsa yang mendiami wilayah Timor Timur ini memiliki [[hubungan kekerabatan]] dekat dengan suku-suku lain di Indonesia, terutama yang tinggal di wilayah [[Nusa Tenggara Timur]]. Selain itu, di Timor Timur juga terdapat suku-suku bangsa lain yang datang dari berbagai wilayah Indonesia seperti [[Suku Bali|Bali]]; [[Suku Bugis|Bugis]]; [[Suku Jawa|Jawa]]; [[Suku Sunda|Sunda]]; serta orang keturunan [[Tionghoa-Timor Leste|Tionghoa]] dan beberapa keturunan Portugis-Eropa yang disebut ''[[Mestizo|Mestiço]]''.


=== Bahasa ===
=== Bahasa ===
[[Berkas:Timor Sprache id.png|jmpl|kanan|250px|Persebaran bahasa-bahasa di Pulau Timor.]]
[[Berkas:Timor Sprache id.png|jmpl|kanan|250px|Persebaran bahasa-bahasa di Pulau Timor.]]
Pada masa pemerintahan Portugis, wilayah Timor Timur menggunakan [[Bahasa Portugis]] sebagai [[bahasa resmi]]. Setelah wilayah ini diintegrasikan ke Indonesia, penggunaan Bahasa Portugis kemudian dilarang oleh pemerintahan Presiden [[Soeharto]] karena dianggap sebagai peninggalan penjajahan dan digantikan oleh [[Bahasa Indonesia]]. Dalam praktik keseharian, masyarakat di wilayah ini lebih banyak menggunakan [[Bahasa Tetun]] sebagai bahasa pengantar, sementara Bahasa Indonesia waktu itu dipakai dalam kegiatan-kegiatan resmi pemerintahan, pendidikan, dan bisnis. Di masa itu, penggunaan Bahasa Tetun dan Portugis merupakan elemen pemersatu yang penting bagi masyarakat Timor Timur dalam menentang [[Jawanisasi]]. [[Dialek]] bahasa Tetun yang digunakan di Timor Timur adalah dialek Tetun Praça (Tetun Dili) yang telah dipengaruhi dengan kuat oleh Bahasa Portugis. Selain itu terdapat pula puluhan [[bahasa daerah]], diantaranya adalah [[Bahasa Adabe|Adabe]]; Baikeno; Bekais; Bunak; Fataluku; Galoli; Habun; Idalaka; Kawaimina; Kemak; Lovaia; Makalero; Makasai; Makuva; Mambai; Naueti; [[Bahasa Tocodede|Tocodede]]; [[Bahasa Uab Meto|Uab Meto]]; Waimoa; dan [[Bahasa Wetar|Wetar]].
Pada masa pemerintahan Portugis, wilayah Timor Timur menggunakan [[Bahasa Portugis]] sebagai [[bahasa resmi]]. Setelah wilayah ini diintegrasikan ke Indonesia, penggunaan Bahasa Portugis kemudian dilarang oleh pemerintahan Presiden [[Soeharto]] karena dianggap sebagai peninggalan penjajahan dan digantikan oleh [[Bahasa Indonesia]]. Dalam praktik keseharian, masyarakat di wilayah ini lebih banyak menggunakan [[Bahasa Tetun]] sebagai [[Basantara|bahasa pengantar]] dan sarana komunikasi antarsuku, sementara Bahasa Indonesia waktu itu dipakai dalam kegiatan-kegiatan resmi pemerintahan, pendidikan, dan bisnis. Di masa itu, penggunaan Bahasa Tetun dan Portugis merupakan elemen pemersatu yang penting bagi masyarakat Timor Timur dalam menentang [[Jawanisasi]]. [[Dialek]] bahasa Tetun yang digunakan di Timor Timur adalah dialek Tetun Praça (Tetun Dili) yang banyak dipengaruhi oleh Bahasa Portugis. Selain itu terdapat pula puluhan [[bahasa daerah]], di antaranya adalah [[Bahasa Adabe|Adabe]]; [[Bahasa Bekais|Bekais]]; [[Bahasa Bunak|Bunak]]; [[Bahasa Fataluku|Fataluku]]; [[Bahasa Galolen|Galolen]]; [[Bahasa Habun|Habun]]; [[Bahasa Idate|Idate]]; [[Bahasa Kawaimina|Kawaimina]]; [[Bahasa Kemak|Kemak]]; [[Dialek Makalero|Makalero]]; [[Bahasa Makasai|Makasai]]; [[Bahasa Makuva|Makuva]]; [[Bahasa Mambai (Timor)|Mambai]]; Naueti; [[Bahasa Tocodede|Tocodede]]; [[Bahasa Uab Meto|Uab Meto]] (Baikeno); [[Bahasa Waimoa|Waimoa]]; dan [[Bahasa Wetar|Wetar]].


=== Agama ===
=== Agama ===
[[Berkas:DiliSé.jpg|jmpl|kanan|200px|[[Katedral Dili]] yang diresmikan Presiden [[Soeharto]] pada tahun 1988 dan diberkati [[Paus Yohanes Paulus II]] tahun 1989.]]
[[Berkas:DiliSé.jpg|jmpl|kanan|200px|[[Katedral Dili]] yang diresmikan Presiden [[Soeharto]] pada tahun 1988 dan diberkati [[Paus Yohanes Paulus II]] tahun 1989.]]
Mayoritas warga Timor Timur merupakan pemeluk agama [[Katolik Roma]] (lebih dari 90%). Sejarah gereja di wilayah ini telah dimulai sejak abad ke-15 ketika orang-orang Portugis mulai menjejakkan kakinya untuk berdagang di Timor Timur. Berdirinya wilayah [[keuskupan]] telah dimulai sejak zaman penyebaran Kekristenan. Tercatat pada tahun 1512 dua orang penginjil, yakni [[Frei António Taveiro]] dan [[Frei Antonio da Cruz]] mulai menyebarkan Kekristenan di tanah Timor Timur dan pada tahun 1516 telah berhasil membaptis lebih dari 5.000 orang pribumi Timor menjadi Katolik. Tetapi sebenarnya pengakuan akan wilayah keuskupan sendiri baru terjadi pada tahun 1940 melalui ''Solemnibus Conventionibus'' dari [[Paus Pius XII]], tentang pengakuan dari [[Takhta Suci]] terhadap wilayah [[Keuskupan Dili]] yang kemudian memisahkan diri atau terpisah dari [[Keuskupan Makau]]. Surat pengakuan ini diberikan melalui pemerintahan Portugis sebagai salah satu simbol kedekatan pemerintahan dan pihak gereja. Menjadi semacam satu kiat dalam penyebaran agama, para penginjil yang bergerak dalam satu wilayah kerajaan, maka para keluarga raja mendapat prioritas. Demikian juga yang terjadi di Dili dan sekitarnya, sehingga para pemuka masyarakat yang terdiri dari kepala suku kemudian menjadi tokoh-tokoh dalam percaturan dan kehidupan beragama. Kondisi asli masyarakat Timor Timur pada hakikatnya adalah masyarakat yang mempunyai kepercayaan terhadap kekuatan alam lain dalam lingkup kehidupannya. Kondisi alam serta adat istiadat yang terpecah dalam pelbagai macam suku, ras, dialek, menyuburkan kepercayaan tradisional yang hidup di tengah-tengah masyarakatnya, sampai dimulainya penyebaran Kekristenan di wilayah ini.
Mayoritas warga Timor Timur beragama [[Katolik Roma]] (lebih dari 90%), diikuti [[Protestanisme|Kristen Protestan]]; [[Islam]]; [[Hindu]]; [[Buddha]]; dan aliran kepercayaan. Hingga tahun 1999, terdapat dua [[keuskupan]] di Timor Timur yaitu: [[Keuskupan Dili]] yang didirikan pada tahun 1940 setelah memisahkan diri dari [[Keuskupan Makau]], dan [[Keuskupan Baucau]] yang berdiri pada tahun 1996. Karena status Timor Timur sebagai wilayah Indonesia tidak diakui oleh [[Takhta Suci]], maka [[Uskup]] di Timor Timur waktu itu berkedudukan sebagai [[Administrator Apostolik]] yang berada langsung di bawah naungan Takhta Suci dan bertanggung jawab secara langsung kepada [[Paus (Gereja Katolik)|Paus]], yang juga merangkap sebagai Uskup Agung Dili. Pada tahun 1989, [[Paus Yohanes Paulus II]] melakukan kunjungan ke [[Dili]] dan berbagai kota-kota lain di Indonesia.<ref>[https://www.tribunnews.com/regional/2013/12/10/mengenang-paus-paulus-yohanes-ii-di-bukit-taci-tolu Mengenang Paus Paulus Yohanes II di Bukit Taci Tolu]</ref>

Pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang Katolik. Namun, setelah wilayah ini berintegrasi dengan Indonesia, perkembangan agama Katolik semakin pesat, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Hodge|first=Joel|date=2013|title=The Catholic Church in Timor-Leste and the Indonesian occupation: A spirituality of suffering and resistance|url=https://www.jstor.org/stable/23752590|journal=South East Asia Research|volume=21|issue=1|pages=151–170|issn=0967-828X}}</ref><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381">{{cite book|last=Taylor|first=Jean Gelman|year=2003|url=https://archive.org/details/indonesia00jean|title=Indonesia: Peoples and Histories|publisher=Yale University Press|isbn=978-0-300-10518-6|page=[https://archive.org/details/indonesia00jean/page/381 381]|url-access=registration}}</ref> Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.<ref name="robinson">Robinson, G. ''If you leave us here, we will die'', Princeton University Press 2010, p.&nbsp;72.</ref> Diyakini salah satu penyebab berkembang pesatnya agama Katolik di wilayah ini adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan [[animisme]] rakyat Timor Timur dianggap tidak sesuai dengan sila pertama [[Pancasila]].<ref name=":0" /><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381" />

Hingga tahun 1999, terdapat dua keuskupan di wilayah Timor Timur yaitu: [[Keuskupan Dili]] yang didirikan pada tahun 1940, dan [[Keuskupan Baucau]] yang berdiri pada tahun 1996. Karena status Timor Timur sebagai wilayah Indonesia tidak diakui oleh Takhta Suci, maka [[Uskup]] di Timor Timur waktu itu berkedudukan sebagai [[Administrator Apostolik]] yang berada langsung di bawah naungan Takhta Suci dan bertanggung jawab secara langsung kepada [[Paus (Gereja Katolik)|Paus]], yang juga merangkap sebagai Uskup Agung Dili. Pada tahun 1989, [[Paus Yohanes Paulus II]] melakukan kunjungan ke [[Dili]] dan berbagai kota-kota lain di Indonesia.<ref>[https://www.tribunnews.com/regional/2013/12/10/mengenang-paus-paulus-yohanes-ii-di-bukit-taci-tolu Mengenang Paus Paulus Yohanes II di Bukit Taci Tolu]</ref>

Selain itu, di Timor Timur juga ada pemeluk agama lain seperti [[Protestanisme|Kristen Protestan]]; [[Islam]]; [[Hindu]]; [[Buddha]]; dan aliran kepercayaan. Umat Kristen Protestan terdiri atas warga dari berbagai gereja, antara lain [[Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah]] (GSJA); [[Gereja Kristen Timor Timur]] (GKTT); dan berbagai gereja lainnya. Di wilayah Timor Timur juga terdapat pemeluk agama Islam yang hidup berdampingan dengan umat-umat lain. Salah satu bangunan masjid yang terkenal di wilayah ini adalah [[Masjid An Nur Dili]] yang didirikan pada tahun 1955 dan direnovasi tahun 1981.

=== Budaya ===
{{lihatpula|Budaya Timor}}
Kebudayaan lokal masyarakat di Timor Timur memiliki kekerabatan dengan berbagai suku bangsa lain di Indonesia, khususnya wilayah [[Timor Barat]]. Selain itu, budaya Timor Timur juga banyak dipengaruhi oleh bangsa [[Bangsa Portugis|Portugis]].

Struktur kebudayaan di Timor Timur pada umumnya memiliki unit politik tradisional di antaranya adalah kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja (''liurai'') dibantu oleh ''macair fukun'' dan ''dato uain''. Kedua tokoh yang disebut terakhir ini berasal dari dua marga bangsawan dan menetap di desa-desa yang berbeda. Masing-masing membawahi sejumlah kepala yang memimpin berbagai kelompok seketurunan, sedangkan kekuasaan raja hanya bersifat simbolik, karena ia mengatur pemerintahan secara tidak langsung.

''Macair fukun'' dan ''dato uain'' kedua-duanya duduk dalam berbagai pertemuan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Di samping itu, mereka juga memiliki peranan sebagai “hakim” dalam wilayah kekuasaan mereka masing-masing. Segala keputusan dan tindakan yang diambil keduanya selalu melalui musyawarah yang dilakukan dengan para golongan bangsawan.

Pada masa pemerintahan Portugis, dalam setiap kerajaan-kerajaan itu yang bertanggung jawab terhadap pemerintah kolonial adalah adalah kepala desa, dan kepala desa ini mengadakan hubungan-hubungan langsung dengan ''chefe de suco''. Kedudukan ''chefe de suco'' sebenarnya sama dengan dengan kedudukan ''macair fukun'' dan ''dato uain''. Tetapi dalam kenyataannya, peranan ''macair fukun'' dan ''dato uain'' lebih efektif dalam mengatur dan mengurus masalah-masalah pemerintahan. ''Chefe de suco'' dipilih oleh dan dari warga kerajaan yang bersangkutan dan disahkan oleh pemerintah kolonial. Tugas ''chefe de suco'' adalah untuk menyampaikan surat-surat perintah dari pemerintah untuk menarik pajak, dan membantu pelaksanaan pencatatan penduduk.

Strata masyarakat terdiri dari golongan raja beserta para kerabatnya (''dossi''), para kaum bangsawan (''dato''), dan orang biasa (''ema reino'' atau ''ema''). Keanggotaan seseorang dalam golongan-golongan sosial ini secara [[patrilineal]]. Perkawinan antara golongan-golongan kelas sosial yang berbeda pada prinsipnya dilarang.


Setiap kerajaan juga memiliki ''macair lulik'', yaitu tokoh agama tradisional. Jabatan ini khusus bagi kaum laki-laki dan statusnya sama dengan ''macair fukun'' dan ''dato uain''. Upacara-upacara tradisional yang dilakukan masyarakat dipimpin ''macair lulik'', yang biasanya diadakan pada masa menanam jagung dan padi serta menjelang akan dimulainya panen. Di samping itu ''macair lulik'' juga membuat upacara untuk meminta hujan pada saat musim kemarau. Ketika perang antar kerajaan masih sering terjadi, ''macair lulik'' mempunyai tugas membuat upacara sebelum, selama, dan sesudah perang guna kesejahteraan dan keselamatan warga kerajaan yang bersangkutan. Upacara-upacara lain yang dilakukan penduduk di bawah pengawasan ''macair lulik'' adalah yang berhubungan dengan beberapa pantangan sehubungan dengan [[totem]].
Sebelumnya, pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang Katolik. Namun, setelah wilayah ini berintegrasi dengan Indonesia, perkembangan agama Katolik semakin pesat, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Hodge|first=Joel|date=2013|title=The Catholic Church in Timor-Leste and the Indonesian occupation: A spirituality of suffering and resistance|url=https://www.jstor.org/stable/23752590|journal=South East Asia Research|volume=21|issue=1|pages=151–170|issn=0967-828X}}</ref><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381">{{cite book|last=Taylor|first=Jean Gelman|year=2003|url=https://archive.org/details/indonesia00jean|title=Indonesia: Peoples and Histories|publisher=Yale University Press|isbn=978-0-300-10518-6|page=[https://archive.org/details/indonesia00jean/page/381 381]|url-access=registration}}</ref> Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.<ref name="robinson">Robinson, G. ''If you leave us here, we will die'', Princeton University Press 2010, p.&nbsp;72.</ref> Diyakini salah satu penyebab berkembang pesatnya agama Katolik di wilayah ini adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan [[animisme]] rakyat Timor Timur dianggap tidak sesuai dengan sila pertama [[Pancasila]].<ref name=":0" /><ref name="Taylor, Jean Gelman 2003, p.381" />


=== Pendidikan ===
=== Pendidikan ===
Tingkat [[Melek aksara|melek huruf]] di Timor Timur mulai mengalami kenaikan signifikan sejak masa integrasi dari 5% di akhir masa pemerintahan Portugis hingga menjadi lebih dari 30% di tahun 1999.<ref>{{cite book|author=Roslyn Appleby|title=ELT, Gender and International Development: Myths of Progress in a Neocolonial World|url=https://books.google.com/books?id=WYeGUXRBjGUC&pg=PA92|date=30 August 2010|publisher=Multilingual Matters|isbn=978-1-84769-303-7|page=92}}</ref> Pada tahun 1986, didirikan Universitas Timor Timur (kini [[Universitas Nasional Timor Lorosae]]) oleh Gubernur [[Mário Viegas Carrascalão]]. Selain itu, sebuah [[politeknik]] yakni Politeknik Dili diresmikan pada tahun 1990. Di wilayah ini juga berdiri puluhan sekolah dari tingkat [[Sekolah dasar|dasar]] hingga [[Pendidikan menengah|menengah]] yang dibangun hingga kurun tahun 1990-an. Pada dekade 1980 hingga 1990-an, ribuan pelajar/mahasiswa dari Timor Timur banyak yang mengenyam pendidikan di berbagai kota-kota lain di wilayah Indonesia seperti [[Jakarta]]; [[Surabaya]]; [[Denpasar]]; [[Yogyakarta]]; dan lain-lain melalui mekanisme [[beasiswa]] yang diberikan oleh pemerintah.
Tingkat [[Melek aksara|melek huruf]] di Timor Timur mulai mengalami kenaikan signifikan sejak masa integrasi dari 5% di akhir masa pemerintahan Portugis hingga menjadi lebih dari 30% pada tahun 1999.<ref>{{cite book|author=Roslyn Appleby|title=ELT, Gender and International Development: Myths of Progress in a Neocolonial World|url=https://books.google.com/books?id=WYeGUXRBjGUC&pg=PA92|date=30 August 2010|publisher=Multilingual Matters|isbn=978-1-84769-303-7|page=92}}</ref> Pada tahun 1986, didirikan Universitas Timor Timur (kini [[Universitas Nasional Timor Lorosae]]) oleh Gubernur [[Mário Viegas Carrascalão]]. Selain itu, sebuah [[politeknik]] yakni Politeknik Dili diresmikan pada tahun 1990. Di wilayah ini juga berdiri puluhan sekolah dari tingkat [[Sekolah dasar|dasar]] hingga [[Pendidikan menengah|menengah]] yang dibangun hingga kurun tahun 1990-an. Pada dekade 1980 hingga 1990-an, ribuan pelajar/mahasiswa dari Timor Timur banyak yang mengenyam pendidikan di berbagai kota-kota lain di wilayah Indonesia seperti [[Jakarta]]; [[Surabaya]]; [[Denpasar]]; [[Yogyakarta]]; dan lain-lain melalui mekanisme [[beasiswa]] yang diberikan oleh pemerintah.


== Pemerintahan ==
== Pemerintahan ==
Baris 160: Baris 218:
{|class="wikitable" style="text-align:center;"
{|class="wikitable" style="text-align:center;"
|-
|-
|colspan=8| [[Berkas:Flag_of_Indonesia.svg|25px]] <big> '''Gubernur Timor Timur''' </big> [[Berkas:coat of arms of Timor Timur.svg|25px]]
|colspan=10| <big> '''Ketua Pemerintah Sementara Timor Timur''' </big>
|-
|-
!No.!!Foto!!Gubernur!!Mulai jabatan!!Akhir jabatan!![[Daftar Wakil Gubernur Timor Timur|Wakil Gubernur]]!!Periode!!Keterangan
!No.!!Foto!!Ketua!!Mulai menjabat!!Akhir menjabat!!Partai!!colspan=2 |Wakil Ketua!!Periode!!Keterangan
|-
|bgcolor=#ff2400| {{white|'''—'''}}
|| [[Berkas:Arnaldo dos Reis Araújo, Buku Pelengkap V Pemilihan Umum 1982, p1157.jpg|100px]]
|| '''[[Arnaldo dos Reis Araújo]]'''
|| 17 Desember 1975
|| 3 Agustus 1976
|| [[Partai Apodeti|Apodeti]]
|bgcolor=#ffef00 |
|| [[Francisco Xavier Lopes da Cruz]]
|| —
|| {{refn|group=ket.|Ditetapkan sebagai Ketua Pemerintah Sementara Timor Timur berdasarkan hasil kesepakatan pasca [[Deklarasi Balibo|Proklamasi Rakyat Timor Timur di Balibo]] yang menyatakan penyatuan wilayah negara [[Timor Portugis]] dengan negara Indonesia}}
|-
|colspan=10 style="background:#FF8040" | [[Berkas:Flag_of_Indonesia.svg|25px]] <big> '''Gubernur Timor Timur''' </big> [[Berkas:coat of arms of Timor Timur.svg|25px]]
|-
!No.!!Foto!!Gubernur!!Mulai menjabat!!Akhir menjabat!!Partai!!colspan=2 |[[Daftar Wakil Gubernur Timor Timur|Wakil Gubernur]]!!Periode!!Keterangan
|-
|-
|bgcolor=#d3d3d3| {{black|'''1'''}}
|bgcolor=#d3d3d3| {{black|'''1'''}}
|| [[Berkas:Arnaldo dos Reis Araujo.jpg|100px]]
|| [[Berkas:Arnaldo dos Reis Araújo, Buku Pelengkap V Pemilihan Umum 1982, p1157.jpg|100px]]
|| '''[[Arnaldo dos Reis Araújo]]'''
|| '''[[Arnaldo dos Reis Araújo]]'''
|| 3 Agustus 1976
|| 3 Agustus 1976
|| 1978
|| 19 September 1978
|rowspan=2 |N/A
|rowspan=2 bgcolor=#d3d3d3 |
|rowspan=2 |[[Francisco Xavier Lopes da Cruz]]
|rowspan=2 |[[Francisco Xavier Lopes da Cruz]]
|rowspan=2 |1
|rowspan=2 |1
|| {{refn|group=ket.|Diangkat sebagai Gubernur Timor Timur berdasarkan aspirasi yang diterima Pemerintah Republik Indonesia dari sejumlah tokoh Timor Portugis}}{{refn|group=ket.|Diberhentikan setelah diangkat menjadi [[Daftar anggota Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia periode 1977–1982|anggota DPR RI]] pasca [[Pemilihan umum legislatif Indonesia 1977|Pemilu 1977]]}}
||
|-
|-
|bgcolor=#d3d3d3| {{black|'''2'''}}
|bgcolor=#d3d3d3| {{black|'''2'''}}
|| [[Berkas:Guilherme goncalves.JPG|100px]]
|| [[Berkas:No image (male).svg|100px]]
|| '''[[Guilherme Maria Gonçalves]]'''
|| '''[[Guilherme Maria Gonçalves]]'''
|| 1978
|| 19 September 1978
|| 18 September 1982
|| 18 September 1982
|| {{refn|group=ket.|Dilantik menjadi Gubernur Timor Timur menggantikan Arnaldo dos Reis Araújo yang menjadi anggota DPR RI}}
||
|-
|-
|rowspan=2 bgcolor=#d3d3d3| {{black|'''3'''}}
|rowspan=2 bgcolor="{{Golongan Karya/meta/color}}"| {{black|'''3'''}}
|rowspan=2 |[[Berkas:Mario_Viegas_Carrascalão_small.jpg|100px]]
|rowspan=2 |[[Berkas:Mario_Viegas_Carrascalão_small.jpg|100px]]
|rowspan=2 |'''[[Mário Viegas Carrascalão]]'''
|rowspan=2 |'''[[Mário Viegas Carrascalão]]'''
|| 18 September 1982
|| 18 September 1982
|| 18 September 1987
|| 18 September 1987
|rowspan=10 |[[Golongan Karya]]
||
|colspan=2 | ''Lowong''
|| 2
|| 2
||
||
Baris 191: Baris 267:
|| 18 September 1987
|| 18 September 1987
|| 18 September 1992
|| 18 September 1992
| rowspan=6 bgcolor="#7B8738" |
|| Antonius Baldinuci Saridjo <br /> {{small|(1989–1992)}}
|| [[Antonius Baldinuci Saridjo]]<br /><small>{{small|(1989–1992)}}</small>
|| 3
|| 3
||
||
|-
|-
|rowspan=2 bgcolor=#d3d3d3| {{black|'''4'''}}
|rowspan=8 bgcolor="{{Golongan Karya/meta/color}}"| {{black|'''4'''}}
|rowspan=2 |[[Berkas:Gubernur Timor Timur Abilio Jose Osorio Soares.jpg|100px]]
|rowspan=8 |[[Berkas:Gubernur Timor Timur Abilio Jose Osorio Soares.jpg|100px]]
|rowspan=2 |'''[[José Abílio Osório Soares]]'''
|rowspan=8 |'''[[José Abílio Osório Soares]]'''
|| 18 September 1992
|rowspan=2 | 18 September 1992
|| 18 September 1997
|rowspan=2 | 18 September 1997
|| Antonius Baldinuci Saridjo <br /> {{small|(1992–1993)}} <br /> [[Johanes Haribowo]] <br /> {{small|(1993–1997)}}
|| [[Antonius Baldinuci Saridjo]]<br /><small>{{small|(1992–1993)}}</small>
|rowspan=2 |4
|rowspan=2 |
|-
|| [[Johanes Haribowo]]<br /><small>{{small|(1993–1997)}}</small>
|| 4
|-
|rowspan=6 | 18 September 1997
||
|rowspan=6 | 19 Oktober 1999
|-
|| [[Johanes Haribowo]]<br /><small>{{small|(1997–1998)}}</small>
|rowspan=4 |5
|rowspan=4 |{{refn|group=ket.|Abílio Soares otomatis diberhentikan sebagai Gubernur setelah keluarnya TAP MPR RI No. V/MPR/1999 yang mengesahkan hasil referendum di Timor Timur}}
|-
|| [[Johannes Suryo Prabowo]]<br /><small>{{small|(1998)}}</small>
|-
| bgcolor="#d3d3d3" |
|| [[Radjakarina Brahmana]]<br /><small>{{small|(1998)}}</small>
|-
| bgcolor="#7B8738" |
|| [[Musiran Darmosuwito]]<br /><small>{{small|(1998–1999)}}</small>
|-
|-
|| 18 September 1997
|| 19 Oktober 1999
|| Johanes Haribowo <br /> {{small|(1997–1998)}} <br /> [[Johannes Suryo Prabowo]] <br /> {{small|(1998)}} <br /> Radjakarina Brahmana <br /> {{small|(1998)}} <br /> [[Musiran Darmosuwito]] <br /> {{small|(1998–1999)}}
|| 5
||
|}
|}
;Legenda
<div style="-moz-column-count:2; -webkit-column-count:3; column-count:3; text-align:left; padding:0.2em;">
{{legend|#D3D3D3|Non Partai / Penugasan Pemerintah|border=1px solid #AAAAAA}}
{{legend|#7B8738|[[Angkatan Bersenjata Republik Indonesia|Militer]]|border=1px solid #AAAAAA}}
{{legend|#FFFF00|[[Golongan Karya]] (Golkar)|border=1px solid #AAAAAA}}
{{legend|#FF2400|[[Partai Apodeti|Associação Popular Democrática Timorense]] (Apodeti)|border=1px solid #AAAAAA}}
{{legend|#FFEF00|[[Uni Demokrasi Timor|União Democrática Timorense]] (UDT)|border=1px solid #AAAAAA}}
</div></onlyinclude>
;Keterangan
{{reflist|group="ket."|2}}
</onlyinclude>


=== Perwakilan ===
=== Perwakilan ===
Timor Timur memiliki sebuah [[badan legislatif]] daerah yang disebut ''Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur'' atau DPRD Provinsi Timor Timur yang anggotanya terdiri atas unsur-unsur partai politik dan golongan yang dipilih rakyat dalam [[pemilihan umum]] setiap 5 tahun sekali, serta melalui penunjukkan langsung dari militer. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Timor Timur dari tahun 1980 hingga 1997.
Timor Timur memiliki sebuah [[badan legislatif]] daerah yang disebut ''Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur'' atau [[Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Provinsi Timor Timur|DPRD Provinsi Timor Timur]] yang anggotanya terdiri atas unsur-unsur [[partai politik]] dan golongan yang dipilih rakyat dalam [[pemilihan umum]] setiap 5 tahun sekali, serta melalui penunjukan langsung dari militer. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Timor Timur dari tahun 1980 hingga 1997.


{| class="wikitable float-right" width="250"
{| class="wikitable float-right" width="250"
|- bgcolor="#FF6347"
|- bgcolor="#FF8040"
| colspan="6" align="center" | {{flagicon|Indonesia}}&nbsp;'''Pembagian kursi DPRD Provinsi Timor Timur'''&nbsp;[[Berkas:coat of arms of Timor Timur.svg|25px]]
| colspan="6" align="center" | {{flagicon|Indonesia}}&nbsp;'''Pembagian kursi DPRD Provinsi Timor Timur'''&nbsp;[[Berkas:coat of arms of Timor Timur.svg|25px]]
|-
|-
Baris 296: Baris 396:
|}
|}


Selain itu, Timor Timur juga memiliki perwakilan yang duduk di [[MPR]]/[[DPR]] [[RI]] yang terdiri atas anggota dari partai politik yang dipilih setiap 5 tahun sekali, serta dari unsur utusan daerah. Pasca referendum tahun 1999, seluruh anggota MPR/DPR dari [[daerah pemilihan]] Timor Timur dialihkan ke daerah pemilihan [[Nusa Tenggara Timur]] dan anggota dari utusan daerah ditarik kembali.
Selain itu, Timor Timur juga memiliki perwakilan yang duduk di [[MPR]]/[[DPR]] [[RI]] yang terdiri atas anggota dari partai politik yang dipilih setiap 5 tahun sekali, serta dari unsur utusan daerah. Pasca referendum tahun 1999, seluruh anggota MPR/DPR dari [[daerah pemilihan]] [[Timor Timur (daerah pemilihan)|Timor Timur]] dialihkan ke daerah pemilihan [[Nusa Tenggara Timur (daerah pemilihan)|Nusa Tenggara Timur]] dan anggota dari utusan daerah ditarik kembali.


=== Pembagian administratif ===
=== Pembagian administratif ===
Hingga tahun 1999, secara administratif Timor Timur terdiri atas 13 [[kabupaten]] dan satu [[kota administratif]] ([[Kota Administratif Dili]]), 62 [[kecamatan]], serta 442 [[desa]].
Hingga tahun 1999, secara administratif Provinsi Timor Timur terdiri atas 13 [[kabupaten]], 1 [[kota administratif]], 62 [[kecamatan]], serta 442 [[desa]].


Daftar kabupaten di Timor Timur (per 31 Agustus 1999):
Berikut ini adalah daftar kabupaten di Timor Timur (hingga 19 Oktober 1999):
<onlyinclude>
{| class="wikitable sortable"
{| class="wikitable sortable mw-collapsible"
|-
! No.
! No.
! Kabupaten
! Kabupaten/kota
! Pusat pemerintahan
! Ibu kota
! <noinclude>colspan="2"</noinclude>|Bupati/wali kota (1999)
! Luas wilayah (km<sup>2</sup>)<ref name="catalogue.nla.gov.au">{{Cite web|title=20 years of development in East Timor|url=https://catalogue.nla.gov.au/Record/2952986|website=nla.gov.au|access-date=2021-11-10}}</ref>
! Jumlah penduduk (1996)<ref name="catalogue.nla.gov.au"/>
! Kecamatan<ref name="catalogue.nla.gov.au"/>
! Kelurahan/desa<ref name="catalogue.nla.gov.au"/>
! Lambang [[Berkas:Coat of arms of Timor Timur.svg|60px]]
! Peta lokasi
|-
|-
| 1
| 1
| [[Kabupaten Aileu]]
| [[Kabupaten Aileu]]
| [[Aileu]]
| [[Aileu]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Aileu|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Soeprapto Tarman]]
| align="center"| 729,49
| align="center"| 28.953
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Aileu|4]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Aileu|-/31]]
|
|[[Berkas:East Timor Aileu locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 2
| 2
| [[Kabupaten Ainaro]]
| [[Kabupaten Ainaro]]
| [[Ainaro]]
| [[Ainaro]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Ainaro|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Evaristo Doutel Sarmento]]
| align="center"| 798,87
| align="center"| 45.455
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ainaro|4]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ainaro|-/21]]
|
|[[Berkas:East Timor Ainaro locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 3
| 3
| [[Kabupaten Ambeno]]
| [[Kabupaten Ambeno]]
| [[Pante Makasar]]
| [[Pante Makasar]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Ambeno|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Filomeno Misquito da Costa]]
| align="center"| 814,66
| align="center"| 53.529
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ambeno|4]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ambeno|-/18]]
|
|[[Berkas:East Timor Oecussi-Ambeno locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 4
| 4
| [[Kabupaten Baucau]]
| [[Kabupaten Baucau]]
| [[Baucau]]
| [[Baucau]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Baucau|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Virgílio Maria Dias Marçal]]
| align="center"| 1.493,80
| align="center"| 90.587
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Baucau|6]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Baucau|-/58]]
|
|[[Berkas:East Timor Baucau locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 5
| 5
| [[Kabupaten Bobonaro]]
| [[Kabupaten Bobonaro]]
| [[Maliana]]
| [[Maliana]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Bobonaro|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Guilherme dos Santos]]
| align="center"| 1.386,12
| align="center"| 89.748
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bobonaro|6]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Bobonaro|-/51]]
|
|[[Berkas:East Timor Bobonaro locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 6
| 6
| [[Kabupaten Covalima]]
| [[Kabupaten Covalima]]
| [[Suai]]
| [[Suai]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Covalima|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Herman Sedyono]]
| align="center"| 1.225,53
| align="center"| 50.336
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Covalima|6]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Covalima|-/29]]
|
|[[Berkas:East Timor Cova Lima locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 7
| rowspan=2|7
| [[Kabupaten Dili]]
| [[Kabupaten Dili]]
| rowspan=2|[[Dili]]<noinclude>
| [[Kota Administratif Dili|Kota Dili]]
| [[Daftar Bupati Dili|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Domingos MD Soares]]
| rowspan=2 align="center"| 371,60
| rowspan=2 align="center"| 151.067
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Dili|2]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Dili|-/7]]
| rowspan=2|
| rowspan=2|[[Berkas:East Timor Dili locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| [[Kota Administratif Dili]]
| 8
| [[Daftar Wali Kota Administratif Dili|Daftar wali kota administratif]]
| [[Kabupaten Ermera]]
| [[Ermera]]
| [[Mateus Maia]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Administratif Dili|2]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Administratif Dili|-/26]]
|-
|-
| 9
| 8
| [[Kabupaten Lautem|Kabupaten Lautém]]
| [[Kabupaten Ermera]]
| [[Lospalos]]
| [[Gleno]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Ermera|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Constantino Soares]]
| align="center"| 746,00
| align="center"| 88.170
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ermera|5]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Ermera|-/52]]
|
|[[Berkas:East Timor Ermera locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 10
| 9
| [[Kabupaten Liquiça]]
| [[Kabupaten Lautém]]
| [[Liquiçá]]
| [[Lospalos]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Lautém|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Edmundo de Conceição Silva]]
| align="center"| 1.702,33
| align="center"| 52.198
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Lautém|5]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Lautém|-/34]]
|
|[[Berkas:East Timor Lautém locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 11
| 10
| [[Kabupaten Manatuto]]
| [[Kabupaten Liquiça]]
| [[Manatuto]]
| [[Liquiçá]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Liquiça|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Leoneto Martins]]
| align="center"| 548,12
| align="center"| 50.621
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Liquiça|3]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Liquiça|-/23]]
|
|[[Berkas:East Timor Liquiçá locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 12
| 11
| [[Kabupaten Manufahi]]
| [[Kabupaten Manatuto]]
| [[Same]]
| [[Manatuto]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Manatuto|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Vidal Doutel Sarmento]]
| align="center"| 1.705,45
| align="center"| 34.595
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Manatuto|6]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Manatuto|-/29]]
|
|[[Berkas:East Timor Manatuto locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
|-
| 13
| 12
| [[Kabupaten Manufahi]]
| [[Same]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Manufahi|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Nazário Andrade]]
| align="center"| 1.324,91
| align="center"| 37.072
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Manufahi|4]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Manufahi|-/29]]
|
|[[Berkas:East Timor Manufahi locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|-
| 13
| [[Kabupaten Viqueque]]
| [[Kabupaten Viqueque]]
| [[Viqueque]]
| [[Viqueque]]<noinclude>
| [[Daftar Bupati Viqueque|Daftar bupati]]</noinclude>
| [[Martinho Fernandes]]
| align="center"| 1.780,50
| align="center"| 51.888
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Viqueque|5]]
| align="center"| [[Daftar kecamatan dan kelurahan di Kabupaten Viqueque|-/34]]
|
|[[Berkas:East Timor Viqueque locator map 2003-2015.svg|pus|150x150px]]
|}
|}
</onlyinclude>

Dalam administrasi [[kendaraan bermotor]], seluruh kabupaten yang ada di Timor Timur saat itu diberi kode [[Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Indonesia#Kode nomor polisi|Tanda Nomor Kendaraan Bermotor]] (TNKB) dengan huruf '''DF''' yang berlaku hingga tahun 1999.
Dalam administrasi [[kendaraan bermotor]], seluruh kabupaten yang ada di Timor Timur saat itu diberi kode [[Tanda Nomor Kendaraan Bermotor Indonesia#Kode nomor polisi|Tanda Nomor Kendaraan Bermotor]] (TNKB) dengan huruf '''DF''' yang berlaku hingga tahun 1999.


Baris 378: Baris 595:
# '''Perisai''', melambangkan keamanan terhadap keutuhan wilayah dan kekuatan rakyat Timor Timur sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia;
# '''Perisai''', melambangkan keamanan terhadap keutuhan wilayah dan kekuatan rakyat Timor Timur sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia;
# '''Bintang bersudut lima''', melambangkan keagungan, kebesaran, dan keabadian Tuhan Yang Maha Esa;
# '''Bintang bersudut lima''', melambangkan keagungan, kebesaran, dan keabadian Tuhan Yang Maha Esa;
# '''Pita HOURI OTAS, HOURI WAIN, OAN TIMOR ASSWA'IN''', melambangkan jiwa patriot dan semangat juang rakyat Timor Timur dalam mempertahankan Wawasan Nusantara yang dilandasi nilai-nilai 1945 untuk membangun Propinsi Timor Timur guna mencapai kehidupan yang lebih baik;
# '''Pita HOURI OTAS, HOURI WAIN, OAN TIMOR ASSWA'IN''', melambangkan jiwa patriot dan semangat juang rakyat Timor Timur dalam mempertahankan Wawasan Nusantara yang dilandasi nilai-nilai 1945 untuk membangun Provinsi Timor Timur guna mencapai kehidupan yang lebih baik;
# '''Rumah adat Timor Timur''', melambangkan persatuan, persaudaraan, kekerabatan, dan kekeluargaan serta keramahtamahan sebagai pola hidup dan dasar ikatan kemasyarakatan yang merupakan nilai luhur kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Timor Timur;
# '''Rumah adat Timor Timur''', melambangkan persatuan, persaudaraan, kekerabatan, dan kekeluargaan serta keramahtamahan sebagai pola hidup dan dasar ikatan kemasyarakatan yang merupakan nilai luhur kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Timor Timur;
# '''Kotak perhiasan dari emas''', melambangkan kesuburan, kejayaan, dan keindahan Timor Timur yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Kepulauan Indonesia lainnya, yang letaknya bagaikan zamrud melingkari khatulistiwa dan menghiasi ibu pertiwi;
# '''Kotak perhiasan dari emas''', melambangkan kesuburan, kejayaan, dan keindahan Timor Timur yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Kepulauan Indonesia lainnya, yang letaknya bagaikan zamrud melingkari khatulistiwa dan menghiasi ibu pertiwi;
# '''Kaebauk, pedang dan tombak''', melambangkan keperwiraan dan kepahlawanan;
# '''Kaebauk, pedang dan tombak''', melambangkan keperwiraan dan kepahlawanan;
# '''Aksara TIMOR TIMUR''' di atas kaebauk, melambangkan ikatan batin masyarakat Timor Timur dengan adat istiadat dan kebudayaan;
# '''Aksara TIMOR TIMUR''' di atas kaebauk, melambangkan ikatan batin masyarakat Timor Timur dengan adat istiadat dan kebudayaan;
# '''Setangkai padi''' berjumlah 17 butir, melambangkan tanggal terbentuknya Propinsi Timor Timur;
# '''Setangkai padi''' berjumlah 17 butir, melambangkan tanggal terbentuknya Provinsi Timor Timur;
# '''Setangkai bunga kapas''' berkuncup putih 7 buah, melambangkan bulan terbentuknya Propinsi Timor Timur;
# '''Setangkai bunga kapas''' berkuncup putih 7 buah, melambangkan bulan terbentuknya Provinsi Timor Timur;
# '''Kotak perhiasan''' terukir 7 ekor ikan dan 6 buah perahu yang dirangkaikan menjadi angka 76, melambangkan tahun 1976 sebagai tahun terbentuknya Propinsi Timor Timur.
# '''Kotak perhiasan''' terukir 7 ekor ikan dan 6 buah perahu yang dirangkaikan menjadi angka 76, melambangkan tahun 1976 sebagai tahun terbentuknya Provinsi Timor Timur.


== Pertahanan dan keamanan ==
== Pertahanan dan keamanan ==
Sejak tahun 1979 hingga 1999, Timor Timur merupakan wilayah dari [[Kodam IX/Udayana]] yang bermarkas di [[Denpasar]], [[Bali]] yang merupakan [[Komando Daerah Militer|komando kewilayahan pertahanan]] dari [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat|Angkatan Darat Republik Indonesia]] yang meliputi [[Kepulauan Nusa Tenggara]]. Wilayah satuan teritorial Kodam IX/Udayana di wilayah Timor Timur adalah [[Komando Resor Militer 164|Korem 164/Wira Dharma]] yang terbagi atas beberapa [[Kodim]], yaitu Dili; Baucau; Lospalos; Viqueque; Manatuto; Aileu; Ainaro; Manufahi; Covalima; Maliana; Ermera; Liquiça; dan Ambeno. Seluruh Kodim tersebut kemudian dibagi lagi menjadi beberapa [[Koramil]] yang berada di tingkat [[kecamatan]].
Sejak tahun 1979 hingga 1999, Timor Timur merupakan wilayah dari [[Kodam IX/Udayana]] yang bermarkas di [[Denpasar]], [[Bali]] yang merupakan [[Komando Daerah Militer|komando kewilayahan pertahanan]] dari [[TNI Angkatan Darat]] yang meliputi [[Kepulauan Nusa Tenggara]]. Wilayah satuan teritorial Kodam IX/Udayana di wilayah Timor Timur adalah [[Komando Resor Militer 164|Korem 164/Wira Dharma]] yang terbagi atas beberapa [[Kodim]] dan dua [[batalyon infanteri]], yaitu [[Komando Distrik Militer 1627 (Dili)|Dili]]; [[Komando Distrik Militer 1628 (Baucau)|Baucau]]; [[Komando Distrik Militer 1629 (Lospalos)|Lospalos]]; [[Komando Distrik Militer 1630 (Viqueque)|Viqueque]]; [[Komando Distrik Militer 1631 (Manatuto)|Manatuto]]; [[Komando Distrik Militer 1632 (Aileu)|Aileu]]; [[Komando Distrik Militer 1633 (Ainaro)|Ainaro]]; [[Komando Distrik Militer 1634 (Manufahi)|Manufahi]]; [[Komando Distrik Militer 1635 (Covalima)|Covalima]]; [[Komando Distrik Militer 1636 (Maliana)|Maliana]]; [[Komando Distrik Militer 1637|Ermera]]; [[Komando Distrik Militer 1638 (Liquiça)|Liquiça]]; [[Komando Distrik Militer 1639 (Ambeno)|Ambeno]]; [[Batalyon Infanteri 744|Yonif 744/Satya Yudha Bakti]]; dan [[Batalyon Infanteri 745|Yonif 745/Sampada Yudha Bakti]]. Seluruh Kodim kemudian dibagi lagi menjadi beberapa [[Koramil]] yang berada di tingkat [[kecamatan]].


Selain itu, hingga tahun 1996 wilayah hukum [[Kepolisian Negara Republik Indonesia]] yang berdiri di Timor Timur adalah Kepolisian Wilayah Timor Timur (Polwil Timtim) yang berada di bawah Kepolisian Daerah Nusa Tenggara (Polda Nusra). Pada tahun 1996, pasca likuidasi empat Polda di wilayah Polda Nusra, Polwil Timor Timur diubah statusnya menjadi Kepolisian Daerah Timor Timur (Polda Timtim) hingga 1999.
Selain itu, hingga tahun 1996 wilayah hukum [[Polri]] yang berdiri di Timor Timur adalah Kepolisian Wilayah Timor Timur (Polwil Timtim) yang berada di bawah Kepolisian Daerah Nusa Tenggara (Polda Nusra). Pada tahun 1996, pasca likuidasi empat Polda di wilayah Polda Nusra, Polwil Timor Timur diubah statusnya menjadi [[Kepolisian Daerah Timor Timur]] (Polda Timtim) hingga 1999.


Sejak tanggal 24 September 1999, militer Indonesia mulai ditarik mundur dan per tanggal 31 Oktober 1999 seluruh pasukan Indonesia meninggalkan Timor Timur setelah 24 tahun masa integrasi dan digantikan pasukan keamanan dari [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] yang mengontrol keamanan di wilayah ini.
Sejak tanggal 24 September 1999, militer Indonesia mulai ditarik mundur dan per tanggal 31 Oktober 1999 seluruh pasukan Indonesia meninggalkan Timor Timur setelah 24 tahun masa integrasi dan digantikan pasukan keamanan dari [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] yang mengontrol keamanan di wilayah ini.


== Perekonomian ==
== Perekonomian ==
Sebelum dan semasa kolonisasi, Pulau Timor dikenal sebagai produsen cendana. Salah satu proyek jangka panjang menjanjikan yang pernah ada adalah pengembangan dan [[eksploitasi]] [[minyak bumi]] dan [[gas alam]] bersama dengan Australia di sebelah tenggara perairan Timor. Setelah Revolusi Anyelir, pemerintahan kolonial Portugal memberi [[konsesi]] minyak kepada Oceanic Exploration Corporation untuk pengembangan dan eksploitasi tersebut. Akan tetapi, eksploitasi minyak tersebut gagal terlaksana dikarenakan Operasi Seroja pada tahun 1976. Kemudian setelahnya, [[ladang minyak]] di wilayah Timor Timur dibagi antara Indonesia dan Australia lewat [[Perjanjian Celah Timor]] tahun 1989.<ref>{{cite web |url=http://www.atns.net.au/biogs/A002026b.htm |archiveurl=https://web.archive.org/web/20050616125127/http://atns.net.au/biogs/A002026b.htm |archivedate=16 June 2005 |title=TIMOR GAP TREATY between Australia and the Republic of Indonesia on the Zone of cooperation in an area between the Indonesian Province of East Timor and Northern Australia}}</ref> Perjanjian ini menetapkan panduan eksploitasi sumber daya bawah laut gabungan di wilayah Timor Timur di batas maritim yang disepakati pada tahun 1972.<ref>{{cite web |url=http://www.radioaustralia.net.au/news/timelines/s1408008_to.htm |title= Radio Australia |archiveurl=https://web.archive.org/web/20070102054153/http://www.radioaustralia.net.au/news/timelines/s1408008_to.htm |archivedate=2 January 2007}}</ref> Pendapatan dari wilayah gabungan ini dibagi 50%-50%. Woodside Petroleum dan [[ConocoPhillips]] mulai mengeksploitasi sebagian sumber daya minyak di [[Celah Timor]] atas nama Indonesia dan Australia pada tahun 1992. Para pengkritik berpendapat bahwa negosiasi dan penandatanganan perjanjian ini berarti Australia mengakui secara hukum invasi dan aneksasi Timor Timur oleh Indonesia. Perjanjian ini tidak lagi berlaku setelah Timor Timur memisahkan diri dari Indonesia tahun 1999 dan digantikan oleh [[Perjanjian Laut Timor]] antara Australia dan Timor Leste pada tahun 2002.
Sebelum dan semasa kolonisasi, Pulau Timor dikenal sebagai produsen cendana. Salah satu proyek jangka panjang menjanjikan yang pernah ada adalah pengembangan dan [[eksploitasi]] [[minyak bumi]] dan [[gas alam]] bersama dengan Australia di sebelah tenggara perairan Timor. Setelah [[Revolusi Anyelir]], pemerintahan kolonial Portugal memberi [[konsesi]] minyak kepada [[:en:Oceanic Exploration Corporation|Oceanic Exploration Corporation]] untuk pengembangan dan eksploitasi tersebut. Akan tetapi, eksploitasi minyak tersebut gagal terlaksana dikarenakan [[Operasi Seroja]] pada tahun 1976. Kemudian setelahnya, [[ladang minyak]] di wilayah Timor Timur dibagi antara Indonesia dan Australia lewat [[Perjanjian Celah Timor]] tahun 1989.<ref>{{cite web |url=http://www.atns.net.au/biogs/A002026b.htm |archiveurl=https://web.archive.org/web/20050616125127/http://atns.net.au/biogs/A002026b.htm |archivedate=16 June 2005 |title=TIMOR GAP TREATY between Australia and the Republic of Indonesia on the Zone of cooperation in an area between the Indonesian Province of East Timor and Northern Australia}}</ref> Perjanjian ini menetapkan panduan eksploitasi sumber daya bawah laut gabungan di wilayah Timor Timur di batas maritim yang disepakati pada tahun 1972.<ref>{{cite web |url=http://www.radioaustralia.net.au/news/timelines/s1408008_to.htm |title= Radio Australia |archiveurl=https://web.archive.org/web/20070102054153/http://www.radioaustralia.net.au/news/timelines/s1408008_to.htm |archivedate=2 January 2007}}</ref> Pendapatan dari wilayah gabungan ini dibagi 50%-50%. [[Woodside Petroleum]] dan [[ConocoPhillips]] mulai mengeksploitasi sebagian sumber daya minyak di [[Celah Timor]] atas nama Indonesia dan Australia pada tahun 1992. Para pengkritik berpendapat bahwa negosiasi dan penandatanganan perjanjian ini berarti Australia mengakui secara hukum invasi dan aneksasi Timor Timur oleh Indonesia. Perjanjian ini tidak lagi berlaku setelah Timor Timur lepas dari Indonesia tahun 1999 dan digantikan oleh [[Perjanjian Laut Timor]] antara Australia dan Timor Leste pada tahun 2002.
== Media Massa ==
=== Televisi ===
* TVRI Dili (kini menjadi RTTL)
* RCTI-SCTV Timor Timur (pemekaran tv swasta nasional indonesia menjadi tv swasta berbeda-beda di Dili timor leste)
=== Radio (tidak memiliki radio swasta di Timor Timur) ===
* RRI Dili (kini menjadi RTTL)
* RKPDK Ambeno (kini menjadi "Radio Comunidade Atoni Lifau")
* Radio Komunitas Advent Suara Pengharapan AWR Indonesia (kini menjadi Radio Metro FM)
* Nacional FM (pemekaran radio swasta indonesia menjadi radio swasta timor leste)


== Galeri ==
== Galeri ==
{| class="wikitable" style="margin:0 auto;" align="center" colspan="2" cellpadding="3" style="font-size: 80%; width: 100%;"
<gallery>
|-
File:Museum of East Timor.jpg|<center>Memori tentang bekas provinsi ini masih ada dalam bentuk [[Museum Timor Timur|Museum]] yang terletak di [[Taman Mini Indonesia Indah]] yang diresmikan tahun 1980.</center>
|align=center colspan=2|
File:Dili12.jpg|<center>Patung Pembebasan Timor Timur yang dibuat pada masa Timor Timur berintegrasi ke Indonesia.</center>
<gallery mode="packed" heights="200px">
File:Christ Dili.jpg|<center>Patung [[Kristus Raja Dili]] yang diresmikan Presiden [[Soeharto]] tanggal 15 Oktober 1996.</center>
Museum of East Timor.jpg|<center>Bangunan [[Museum Timor Timur]] di [[Taman Mini Indonesia Indah]] (TMII) yang diresmikan tanggal 20 April 1980 dengan nama ''Anjungan Daerah Timor Timur''.</center>
File:Viqueque monument.jpg|Monumen dengan [[lambang nasional Indonesia]] di [[Viqueque]] (2016).</center>
Christ Dili.jpg|<center>[[Kristus Raja Dili|Patung Kristus Raja Dili]] yang diresmikan Presiden [[Soeharto]] tanggal 15 Oktober 1996 sebagai peringatan 20 tahun integrasi Timor Timur ke Indonesia.</center>
File:World Factbook (1982) Indonesia.jpg|jmpl|Peta Indonesia tahun 1980-an, yang memasukkan Timor Timur sebagai salah satu provinsi.</center>
Tatamailau morning light.jpg|<center>Patung [[Maria|Santa Perawan Maria]] di puncak [[Tatamailau|Gunung Tatamailau]] yang didirikan pada tahun 1997.</center>
File:Propinsi Timor Timur. LOC 97682212.jpg|<center>Peta yang menggambarkan Provinsi Timor Timur saat masih menjadi bagian dari Indonesia.</center>
02 Hindutempel 2016-07-05.jpg|<center>[[Pura Girinatha]], [[pura]] [[agama Hindu|Hindu]] terbesar di Timor Timur yang diresmikan pada tanggal 27 Juni 1987 oleh Gubernur [[Mário Viegas Carrascalão]].</center>
Viqueque monument.jpg|<center>Monumen dengan [[Lambang negara Indonesia|lambang Garuda Pancasila]] di [[Viqueque]] (2016).</center>
Dili Integration Monument.jpg|<center>Monumen Integrasi Dili yang didirikan untuk memperingati perjuangan rakyat Timor Timur dalam membebaskan diri dari penjajahan [[bangsa Portugis|Portugis]] hingga bersatu dengan Indonesia.</center>
World Factbook (1982) Indonesia.jpg|jmpl|<center>Peta dalam buku [[CIA World Factbook]] tahun 1982, yang menyertakan Timor Timur sebagai bagian dari wilayah negara Indonesia.</center>
Propinsi Timor Timur. LOC 97682212.jpg|<center>Peta yang menggambarkan Provinsi Timor Timur saat masih menjadi bagian dari Indonesia.</center>
</gallery>
</gallery>
|}


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==
Baris 411: Baris 643:
* [[Sejarah Timor Leste]]
* [[Sejarah Timor Leste]]
* [[Hubungan Indonesia dengan Timor Leste]]
* [[Hubungan Indonesia dengan Timor Leste]]
* [[Kolonialisme Portugis di Indonesia]]
* [[Xanana Gusmão]]
* [[José Ramos Horta]]
* [[Daftar tokoh Timor Timur]]
* [[Soeharto]]
* [[Carlos Filipe Ximenes Belo]]
* [[Eurico Guterres]]


== Referensi ==
== Referensi ==
Baris 421: Baris 650:


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{portal|Indonesia}}
{{wikisource|Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1976}}
{{wikisource|Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1976}}
* [http://www.tribunnews.com//nasional/2015/05/17/bj-habibie-bicara-lepasnya-timor-timur-dari-indonesia BJ Habibie Bicara Lepasnya Timor Timur dari Indonesia], [[Tribunnews.com]], 2015-05-17. Diakses pada 2016-05-03
* [http://www.tribunnews.com//nasional/2015/05/17/bj-habibie-bicara-lepasnya-timor-timur-dari-indonesia BJ Habibie Bicara Lepasnya Timor Timur dari Indonesia], [[Tribunnews.com]], 2015-05-17. Diakses pada 2016-05-03
Baris 426: Baris 656:
* [http://www.lensaindonesia.com//2014/10/08/pakar-timor-leste-harus-libatkan-pbb-jika-ingin-balik-ke-indonesia.html Timor Leste harus libatkan PBB jika ingin balik ke Indonesia], Lensa Indonesia, 2014-01-08. Diakses pada 2016-05-03
* [http://www.lensaindonesia.com//2014/10/08/pakar-timor-leste-harus-libatkan-pbb-jika-ingin-balik-ke-indonesia.html Timor Leste harus libatkan PBB jika ingin balik ke Indonesia], Lensa Indonesia, 2014-01-08. Diakses pada 2016-05-03
* [http://print.kompas.com//baca/2015/06/26/Penentuan-Pendapat-Timor-Timur%2c-Fakta-yang-Menguba Penentuan Pendapat Timor Timur, Fakta yang Mengubah Sejarah], [[kompas.com]], 2015-06-26. Diakses pada 2016-05-03
* [http://print.kompas.com//baca/2015/06/26/Penentuan-Pendapat-Timor-Timur%2c-Fakta-yang-Menguba Penentuan Pendapat Timor Timur, Fakta yang Mengubah Sejarah], [[kompas.com]], 2015-06-26. Diakses pada 2016-05-03

{{Geographic location
| Centre = Timor Timur
| North = [[Selat Wetar]], [[Maluku]]
| Northeast = [[Laut Banda]], [[Maluku]]
| East = [[Laut Timor]], [[Maluku]]
| Southeast = [[Laut Timor]], [[Australia]]
| South = [[Laut Timor]], [[Australia]]
| Southwest = [[Laut Timor]]
| West = [[Nusa Tenggara Timur]]
| Northwest = [[Selat Ombai]], [[Nusa Tenggara Timur]]
}}

{{Timor Timur}}
{{Provinsi Indonesia}}


[[Kategori:Timor Timur| ]]
[[Kategori:Timor Timur| ]]

Revisi terkini sejak 8 Agustus 2024 09.31

Timor Timur
Timtim
Bekas provinsi Indonesia
1976–1999

Lokasi Timor Timur di Indonesia
Ibu kotaKotif Dili (sekarang Kota Dili)
8°33′S 125°34′E / 8.55°S 125.56°E / -8.55; 125.56
Luas 
• 1996
14.609,38 km2 (5.640,71 sq mi)
Populasi 
• 1980 (sensus pertama)
555.350
• 1990 (sensus terakhir)
747.750
Sejarah
Pemerintahan
 • JenisPemerintah Daerah Provinsi[a]
 • MottoHouri otas, houri wain, oan Timor asswa'in
(Tetun) Dari masa lalu, dari hari ini, kami pejuang Timor
Gubernur 
• 1976–1978 (pertama)
Arnaldo dos Reis Araújo
• 1992–1999 (terakhir)
José Abílio Osório Soares
Wakil Gubernur 
• 1976–1982 (pertama)
Francisco Xavier Lopes da Cruz
• 1998–1999 (terakhir)
Musiran Darmosuwito
LegislaturDPRD Provinsi Tk. II Timtim
Era sejarahOrde Baru
17 Juli 1976
12 November 1991
30 Agustus 1999
• Pembentukan UNTAET
25 Oktober 1999
Didahului oleh
Digantikan oleh
Timor Portugis
Administrasi Sementara PBB di Timor Timur
Sekarang bagian dari Timor Leste
Zona waktuUTC+08:00 (WITA)
Kode area telepon
Daftar
  • 0377 - Viqueque
  • 0378 - Pante Makasar
  • 0379 - Suai
  • 0390 - Dili
  • 0394 - Maliana
  • 0396 - Lospalos
  • 0398 - Ermera
  • 0399 - Baucau
Kode ISO 3166ID - TT
Pelat kendaraanDF
Lajur kemudikiri[b]
Kode pos88xxx–89xxx
Ranah Internet.tp
Lagu daerah
  • Bolelebo
  • Hau Bele Mate
  • Binoi Oan
Rumah adat
  • Uma Lulik
Senjata tradisionalSurik
Flora resmiAmpupu
Fauna resmiCikukua lantang
  1. ^ Timor Timur disahkan secara de jure sebagai provinsi ke-27 Indonesia. Perserikatan Bangsa-Bangsa dan beberapa negara termasuk Portugal tak mengakui klaim Indonesia dan melihatnya sebagai aksi pendudukan militer.
  2. ^ Sejak tahun 1928–1976 mengemudi di lajur kanan mengikuti Portugal, kembali mengemudi di lajur kiri sejak 1976.

Timor Timur (disingkat Timtim, Tetun: Timor Lorosa'e) adalah sebuah provinsi di Indonesia yang pernah berdiri dari tanggal 17 Juli 1976 hingga 19 Oktober 1999. Ibu kotanya adalah Kotif Dili (sekarang Kota Dili). Timor Timur berintegrasi dengan wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia setelah dijajah selama 450 tahun oleh Portugal. Wilayah Timor Timur meliputi wilayah bekas koloni Portugal di Pulau Timor dan pulau-pulau kecil di sekitarnya seperti Pulau Kambing dan Jaco.

Dari tahun 1702 hingga 1975, Timor Timur adalah bagian dari imperium Portugal yang bernama Timor Portugis. Pada tahun 1974, Portugal memprakarsai proses dekolonisasi bertahap dari sisa wilayah koloninya, termasuk Timor Portugis. Selama proses tersebut, konflik sipil antara berbagai pihak di wilayah ini meletus. Pada tahun 1975, sejumlah tokoh Timor Portugis meminta bantuan pemerintah Indonesia untuk pemulihan keamanan dan ketertiban di wilayahnya. Timor Timur mulai diintegrasikan ke dalam wilayah Republik Indonesia dan diresmikan sebagai provinsi ke-27 RI pada tanggal 17 Juli 1976.

Timor Timur secara resmi merdeka menjadi negara Timor Leste pada 20 Mei 2002 setelah referendum yang diselenggarakan pada tanggal 30 Agustus 1999 menghasilkan 78,5% pemilih memilih untuk memisahkan diri dari Indonesia.[1]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]
Wanita Timor Timur dengan bendera Indonesia.

Pulau Timor telah dikenal jauh sebelum zaman kolonial. Bukti sejarah yang menunjukkan seperti tercantum dalam pujasastra Kakawin Nagarakretagama karya Empu Prapañca tahun 1365 M yang menyebut Timor sebagai anak sungai.[2] Pada masa itu, wilayah ini menjadi salah satu dari 98 anak sungai atau wilayah-wilayah yang bernaung di bawah kekuasaan Majapahit, namun mempunyai raja-raja yang otonom dan mandiri. Wilayah Timor pada masa pra-kolonial juga menjadi bagian dari jaringan perdagangan yang terbentang antara India dan Tiongkok, serta Asia Tenggara Maritim. Barang-barang dari luar yang diperdagangkan antara lain logam; beras; tekstil halus; dan koin yang dibarter dengan rempah-rempah lokal seperti kayu cendana; tanduk rusa; lilin lebah; dan lain-lain. Kayu cendana merupakan komoditas utama wilayah ini. Pada tahun 1515, orang Portugis pertama kali mendarat di dekat Pante Makasar. Para pedagang Portugis mengeksplor kayu cendana dari Pulau Timor hingga pohon itu hampir punah. Di tahun 1556, sekelompok biarawan Dominikan mendirikan desa di Lifau.

Selain itu, Timor Timur pernah berada di bawah pengaruh Kesultanan Ternate. Pada masa pemerintahan Sultan Baabullah (1570–1583), ia memperluas pengaruhnya dari Kepulauan Maluku; Mindanao; Sulawesi; Nusa Tenggara; Raja Ampat; hingga ke Kepulauan Marshall di sebelah timur. Ini ditandai dengan penempatan para wali kuasa Kesultanan Ternate (Sangaji) di wilayah-wilayah itu termasuk Timor Timur.[3][4] Saat itu Timor Timur masih merupakan "wilayah tak bertuan" (wilde occupantie) yang terdiri dari beberapa kerajaan (kesukuan) kecil dan para pedagang Portugis yang berdagang di wilayah ini.[5] Di akhir abad ke-16, Kesultanan Ternate mulai mengabaikan Timor Timur serta wilayah-wilayah kekuasaannya yang lain, ditambah dengan pengaruh Belanda yang semakin menguat di Kesultanan Ternate pada awal abad ke-17.[6]

Sejak akhir abad ke-16, Pulau Timor menjadi perebutan antara bangsa Portugis dan Belanda. Keduanya datang dengan tujuan untuk mengeksplor rempah-rempah. Tahun 1613, Belanda menguasai bagian barat pulau yang kemudian dikenal sebagai "Timor Belanda" atau Timor Barat. Selama tiga abad berikutnya, Belanda berhasil mendominasi wilayah Indonesia dengan pengecualian Pulau Timor bagian timur yang telah lebih dulu diduduki orang-orang Portugis.

Pada tahun 1702, sebuah wilayah koloni baru Portugal berdiri di Timor dan beribukota di Lifau, yang juga menjadi ibu kota dari semua wilayah kekuasaan Portugal di Kepulauan Nusa Tenggara.[7] Sejak saat itu, wilayah koloni Portugal di Pulau Timor dikenali sebagai "Timor Portugis". Kontrol Portugal atas wilayah ini lemah, terutama di pedalaman pegunungan. Ini ditandai dengan persaingan antara pedagang Portugis dengan biarawan Dominikan dan orang Timor sendiri, serta serangan dari pasukan Belanda yang menguasai Timor Barat. Kontrol administrator kolonial sebagian besar terbatas pada daerah Dili, dan mereka harus bergantung pada kepala suku tradisional untuk memperkuat kontrol dan pengaruhnya. Pada tahun 1769, ibu kota dipindahkan dari Lifau ke Dili karena serangan dari beberapa penguasa lokal.

Perbatasan antara Timor Portugis dan Hindia Belanda secara resmi diputuskan pada tahun 1859 melalui Perjanjian Lisboa antara Portugal dan Belanda. Kemudian pada tahun 1913, Portugal dan Belanda secara resmi sepakat untuk membagi pulau di antara mereka.[8] Batas definitif ditentukan oleh Mahkamah Arbitrase Antarabangsa pada tahun 1916.[9] Portugal menguasai wilayah Pulau Timor bagian timur dengan pulau kecil di sekitarnya dan sebuah wilayah eksklave di Timor Barat.

Pada tahun 1942, wilayah ini diduduki oleh tentara Jepang yang pada waktu itu menguasai sebagian besar wilayah Asia Tenggara; Asia Timur; dan Kepulauan Pasifik. Pada masa pendudukan Jepang ini terjadi pertempuran sengit di Pulau Timor antara pasukan Jepang melawan pasukan Portugis; Belanda; Australia; Amerika Serikat; Inggris; dan beberapa penduduk setempat baik dari timur maupun barat untuk mengusir tentara Jepang. Di bawah pendudukan Jepang, perbatasan antara Timor Portugis dan Hindia Belanda diabaikan dan Pulau Timor dijadikan satu zona administrasi di bawah komando Tentara Kekaisaran Jepang. Setelah kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II dan perang berakhir, Portugal merebut kembali wilayahnya di Timor Timur, sementara Timor Barat menjadi bagian dari Indonesia setelah kemerdekaannya pada tahun 1945.

Proses Integrasi

[sunting | sunting sumber]
Pembagian politik antara Timor Timur dan Timor Barat.

Kedatangan bangsa Portugis di Timor tidak sepenuhnya diterima oleh penduduk pribumi setempat. Perlawanan terhadap kolonialisme Portugis ini mulai muncul pada pertengahan abad ke-20. Salah satu perlawanan yang kemudian muncul adalah Pemberontakan Viqueque. Pemberontakan ini terjadi karena banyak penduduk pribumi yang merasa bahwa kebijakan pemungutan pajak yang dilakukan oleh pemerintah kolonial terlalu banyak menekan mereka. Pemberontakan bermula dari keadaan pasca Perang Dunia II, di mana saat itu Indonesia yang baru terbebas dari pendudukan Jepang menyatakan kemerdekaannya melalui Proklamasi tanggal 17 Agustus 1945. Berita kemerdekaan Indonesia ini kemudian tersebar ke seluruh dunia dan sampai ke Timor Timur.

Di tahun 1953, beberapa tokoh di Timor Timur mendengar kabar kemerdekaan yang telah terjadi dengan saudara-saudaranya yang ada di Timor Barat. Dua tahun berikutnya, para tokoh ini mendengar bahwa pemerintah Indonesia telah menyelenggarakan Konferensi Asia Afrika di Bandung, yang melahirkan keputusan mendukung kemerdekaan dari penindasan kolonial bagi setiap bangsa. Pada tahun 1955 itu juga sebenarnya sudah ada rencana pemberontakan dari pemuda-pemuda di Dili. Para pemuda itu lalu menyebarluaskan rencananya ke seluruh wilayah Timor Timur. Mulai perlahan-lahan lahir perasaan nasionalisme di kalangan pemuda-pemuda Timor Timur.

Pada tahun 1959, semangat untuk melepaskan diri dari kaum kolonial makin kuat di wilayah Viqueque. Ini terlihat dari berkembangnya rencana untuk melakukan perjuangan pada akhir tahun 1959. Dukungan terhadap rencana itu makin kuat dan tersebar ke daerah-daerah lain di Timor Timur. Untuk mematangkan rencana itu, diadakan pertemuan yang hasilnya memutuskan bahwa pelaksanaan perjuangan akan jatuh pada 31 Desember 1959, bertepatan dengan malam tahun baru. Karena menurut analisis para pemuda itu, pada malam tahun baru orang-orang dan tentara Portugis selalu berpesta pora, sehingga tidak ada penjagaan ketat dan serangan dapat dilakukan. Rencana pemberontakan ini kemudian diketahui oleh pemerintah kolonial. Mereka segera melakukan penangkapan terhadap pemuda-pemuda yang dicurigai baik yang berada di Dili maupun daerah lain di Timor Timur. Sebagian dari para pemuda itu kemudian dibuang ke Angola. Akibat dari kejadian pemberontakan itu, terjadi pembunuhan terhadap ratusan penduduk yang dituduh berkaitan dengan pemberontakan. Perlawanan rakyat yang digerakkan dari Viqueque itu merupakan pemberontakan terakhir di Timor Timur sebelum Portugal melakukan proses dekolonisasi terhadap wilayah ini.

Pada tahun 1974, di Portugal terjadi Revolusi Bunga (atau disebut juga Revolusi Anyelir) yang mendorong Portugal mengeluarkan kebijakan dekolonisasi dan mulai meninggalkan wilayah jajahannya termasuk Timor Timur. Partai-partai politik mulai berdiri di Timor Timur: Apodeti (Associação Popular Democrática Timorense); Fretilin (Frente Revolucionária de Timor-Leste Independente); UDT (União Democrática Timorense); Partido Trabalhista; KOTA (Klibur Oan Timor Asu’wain); dan ADITLA (Associação Democratica para a Integração de Timor-Leste na Austrália). Partai UDT yang kebanyakan anggotanya para pegawai negeri Portugis, tuan tanah, dan tetua adat menginginkan Timor Timur tetap berada di bawah kekuasaan Portugal. Partai Apodeti menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Indonesia. Partai Fretilin yang beraliran kiri menginginkan Timor Timur merdeka sebagai sebuah negara berdaulat. Ketiganya merupakan tiga partai terbesar. Partai-partai kecil, seperti KOTA menginginkan pemerintahan monarki tradisional yang fokus pada kepemimpinan lokal, ADITLA menginginkan Timor Timur berintegrasi dengan Australia, dan Partai Trabalhista (Partai Buruh) yang didukung oleh komunitas Tionghoa dan Arab hanya menginginkan perubahan yang terkendali.

Selama bulan-bulan pertama kelahirannya, partai-partai politik di Timor Timur ini mulai melakukan konsolidasi. Tiga partai di antaranya, yakni UDT; Fretilin; dan Apodeti mengirimkan utusan-utusannya ke berbagai negara, khususnya ke negara-negara terdekat seperti Australia dan Indonesia. Tokoh-tokoh seperti José Ramos Horta dari Fretilin dan Francisco Xavier Lopes da Cruz dari UDT datang ke Jakarta menemui perwakilan pemerintah Indonesia untuk membicarakan perkembangan situasi yang terjadi di Timor Timur. Menanggapi perkembangan ini, Presiden Indonesia Soeharto dalam sidang Dewan Stabilisasi Politik & Keamanan Nasional pada tanggal 8 Oktober 1974 menyatakan sikap dasar bahwa Indonesia tidak mempunyai ambisi teritorial; Indonesia menghormati hak rakyat Timor Timur untuk menentukan nasibnya sendiri; dan bila rakyat Timor Timur ingin bergabung dengan Indonesia, maka Timor Timur tidak mungkin bergabung sebagai negara, melainkan sebagai bagian dari wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Beberapa kali partai-partai politik tersebut juga mengadakan perundingan dengan pihak Portugal, namun tidak membawa hasil. Di kemudian hari, di antara partai-partai tersebut terbentuk faksi-faksi di Timor Timur, di antaranya adalah koalisi antara Partai UDT dan Fretilin yang dimaksudkan sebagai jalan untuk membentuk Timor Timur yang merdeka sebagai sebuah negara, serta Partai Apodeti yang menyatakan menghendaki integrasi Timor Timur dengan Indonesia. Namun, koalisi Partai UDT dan Fretilin tidak bertahan lama seiring adanya isu komunis yang dituduhkan kepada Fretilin. Beberapa tokoh UDT akhirnya memutuskan untuk bergabung dengan Apodeti dan mengarahkan dukungannya untuk berintegrasi dengan Indonesia. Arah dukungan Partai Apodeti dan UDT itu belakangan juga diikuti oleh beberapa tokoh dari partai-partai lain seperti KOTA dan Trabalhista, sementara Partai ADITLA yang awalnya menghendaki integrasi Timor Timur dengan Australia kemudian membatalkan niatnya setelah pemerintah Australia menyatakan dengan tegas menolak gagasan tersebut.

Keluarnya UDT dari koalisi dengan Fretilin menimbulkan konflik antara kedua partai tersebut yang berujung pada perang saudara di Timor Timur yang berlangsung dari tanggal 20 Agustus hingga 27 Agustus 1975. Pasukan Fretilin memberikan perlawanan yang hebat baik terhadap pasukan UDT, Apodeti, maupun penduduk sipil pendukung faksi integrasi dengan Indonesia. Di tengah kemelut perang saudara, Gubernur Timor Portugis Mário Lemos Pires menghubungi pemerintah pusat di Portugal agar mengirimkan bala bantuan ke Timor Timur. Karena tidak mendapatkan jawaban, Lemos Pires kemudian memerintahkan penarikan tentara Portugis yang masih bertahan ke Pulau Atauro.

Perang saudara itu akhirnya dimenangkan oleh Fretilin, yang kemudian secara de facto memegang kendali atas wilayah Timor Timur yang sedang terjadi kekosongan kekuasaan, meskipun beberapa pertempuran dan pembantaian masih berlangsung di beberapa daerah. Walaupun secara de facto memegang kendali pemerintahan, tetapi Fretilin tetap mengakui kedaulatan Portugal atas Timor Timur dan menginginkan pemerintahan Portugis kembali dan melanjutkan proses dekolonisasi. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Fretilin membentuk beberapa komisi dalam menjalankan pemerintahan sementara sambil menunggu hasil komunikasi dengan pemerintah Portugal.

Pada awal November 1975, Menteri Luar Negeri Portugal Ernesto Melo Antunes dan Menteri Luar Negeri Indonesia Adam Malik bertemu di Roma, Italia untuk membahas penyelesaian konflik.[10] Meskipun tidak ada pemimpin dari Timor Timur yang diundang ke pembicaraan, Fretilin mengirim pesan yang menyatakan keinginan mereka untuk bekerja sama dengan Portugal. Pertemuan berakhir dengan kedua pihak sepakat bahwa Portugal akan bertemu dengan para pemimpin politik di Timor Timur, tetapi pertemuan itu tidak pernah terjadi. Frustrasi oleh kelambanan Portugal, para pemimpin dari Fretilin percaya bahwa mereka dapat menangkis kemajuan yang dicapai Indonesia dengan lebih efektif jika mereka mendeklarasikan Timor Timur yang merdeka. Komisaris Politik Nasional Marí Alkatiri melakukan perjalanan diplomatik ke Afrika, mengumpulkan dukungan dari pemerintah di sana dan di tempat lain. Menurut Fretilin, upaya ini menghasilkan jaminan dari dua puluh lima negara, termasuk Tiongkok; Uni Soviet; Mozambik; Swedia; dan Kuba untuk mengakui negara baru yang akan didirikan.

Fretilin menurunkan bendera Portugal dan memproklamirkan kemerdekaan Timor Timur secara sepihak pada tanggal 28 November 1975, menyebutnya sebagai República Democrática de Timor-Leste (bahasa Portugis untuk "Republik Demokratik Timor Leste") dan mengangkat Francisco Xavier do Amaral sebagai Presiden. Proklamasi yang belakangan didukung oleh Portugal ini tidak diakui oleh pemerintah Indonesia yang sebelumnya telah mencapai kesepakatan dengan pihak Portugal dalam pertemuan di Roma.[11] Sejurus selepas itu, partai pro-integrasi, yakni Apodeti; UDT; Trabalhista; dan KOTA segera mengadakan proklamasi tandingan di Balibo pada tanggal 30 November 1975 yang menyatakan bahwa Timor Timur menjadi bagian dari Indonesia. Naskah proklamasi tersebut ditandatangani oleh Arnaldo dos Reis Araújo (Apodeti) dan Francisco Xavier Lopes da Cruz (UDT). Pernyataan sikap politik keempat partai diiringi dengan persiapan pembentukan pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi yang jumlahnya sekitar 40 ribu orang. Dari perbatasan Timor Barat, pasukan yang terdiri dari para pengungsi ini kembali ke Timor Timur dan menyerang kedudukan pasukan Fretilin secara bergerilya. Beberapa pihak dari kalangan pro-kemerdekaan kemudian menuduh deklarasi yang diadakan oleh kalangan pro-integrasi di Balibo dan pasukan-pasukan gabungan yang direkrut dari para pengungsi sengaja dirancang oleh intelijen Indonesia, dengan maksud untuk memperkuat legitimasi Indonesia menyerbu wilayah Timor Timur.

Peta yang menunjukkan daerah-daerah yang diinvasi Indonesia dalam Operasi Seroja.

Pada 7 Desember 1975, Angkatan Bersenjata Republik Indonesia (ABRI) melakukan invasi militer ke Timor Timur. Selama masa invasi, massa penolak integrasi dibantai oleh pasukan ABRI, sedangkan anak-anaknya dibawa ke Indonesia untuk diasuh oleh keluarga militer Indonesia. Menyusul invasi tersebut, Gubernur Timor Portugis dan stafnya meninggalkan Pulau Atauro dengan dua kapal perang Portugal, menuju ke Darwin, Australia. Sebagai pernyataan kedaulatan, Portugal tetap mempertahankan kapal perang yang berpatroli di perairan sekitar Timor Timur hingga Mei 1976.

Setelah Timor Timur jatuh ke tangan Indonesia, gabungan partai yang pro-integrasi membentuk Pemerintah Sementara Timor Timur (PSTT) dan mengangkat Arnaldo dos Reis Araújo sebagai Ketua serta Francisco Xavier Lopes da Cruz sebagai Wakil Ketua.[12]

Timor Timur resmi menjadi provinsi ke-27 Indonesia setelah disahkannya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1976 pada tanggal 17 Juli 1976.[13] Undang-Undang ini membahas tentang pengesahan penyatuan Timor Timur ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia. Masyarakat merasa ingin bersatu dengan Indonesia karena persamaan budaya dengan saudara serumpunnya, Timor Barat. Timor Timur menjadi provinsi yang paling unik, karena merupakan satu-satunya provinsi Indonesia bekas wilayah jajahan Portugal, dimana provinsi Indonesia lainnya merupakan bekas wilayah jajahan Belanda. Pada saat Presiden Soeharto menghadiri peringatan 2 tahun Integrasi Timtim di Gedung DPRD Tingkat I Timor Timur, ia menyebut bersatunya Timor Timur sebagai "kembalinya anak yang hilang ke pangkuan ibu pertiwi".

Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan beberapa negara di dunia tidak mengakui klaim Indonesia atas Timor Timur. PBB terus menganggap bahwa Portugal sebagai kekuatan administrasi yang sah bagi Timor Timur. Negara-negara yang mengakui klaim Indonesia atas Timor Timur di antaranya adalah Amerika Serikat dan Australia.[14][15]

Usulan otonomi khusus hingga kemerdekaan

[sunting | sunting sumber]
Demonstrasi di kota Perth, Australia menuntut pemisahan Timor Timur dari Indonesia.

Pasca pengunduran diri Soeharto sebagai Presiden Indonesia pada tanggal 21 Mei 1998 dan digantikan oleh Bacharuddin Jusuf Habibie, ia turut memberikan perhatian pada masalah Timor Timur. Presiden Habibie membuat berbagai pernyataan publik di mana ia menyebutkan bahwa biaya mempertahankan subsidi moneter untuk mendukung provinsi tidak diimbangi oleh manfaat terukur bagi Indonesia. Karena analisis untung-rugi yang tidak menguntungkan ini, keputusan yang paling rasional adalah untuk provinsi yang bukan bagian dari batas asli sejak kemerdekaan 1945 di Indonesia, untuk diberikan pilihan demokratis apakah mereka ingin tetap berada di Indonesia atau tidak. Pilihan ini juga sejalan dengan program demokratisasi umum pemerintahan Habibie setelah era Presiden Soeharto.[16] Pernyataan-pernyataan Habibie ini disambut oleh sejumlah pihak, termasuk beberapa tokoh pro-kemerdekaan seperti Xanana Gusmão; José Ramos-Horta; dan Uskup Carlos Filipe Ximenes Belo yang meminta agar periode transisi diberlakukan lima sampai sepuluh tahun sebelum Timor Timur menerima kemerdekaan sepenuhnya.

Pada bulan Januari 1999, Presiden B.J. Habibie menerima pandangan dari Perdana Menteri Australia John Howard yang menyarankan agar Indonesia mengikuti langkah Prancis dalam menangani masalah Kaledonia Baru untuk menyelesaikan permasalahan Timor Timur dengan mempersiapkan waktu selama sepuluh tahun transisi sebelum membuka jalan kemerdekaan.[17] Setelah menerima pandangan itu, Habibie memutuskan untuk meminta percepatan penyelesaian permasalahan Timor Timur dengan tujuan untuk menggelar jajak pendapat pada tahun yang sama. Sebagai langkah tindak lanjut atas permintaan Habibie, PBB menyelenggarakan pertemuan antara pemerintah Indonesia dan pemerintah Portugal (sebagai otoritas kolonial sebelumnya atas Timor Timur).[18] Pada tanggal 5 Mei 1999, pembicaraan ini menghasilkan “Persetujuan antara Republik Indonesia dan Republik Portugis tentang Masalah Timor Timur” yang menjabarkan rincian dari referendum yang diminta. Referendum harus diadakan untuk menentukan apakah Timor Timur akan tetap menjadi bagian dari Indonesia, sebagai Daerah Otonomi Khusus, atau terpisah dari Indonesia.[19] Referendum itu diorganisir dan dipantau oleh misi penjaga perdamaian yang dibentuk PBB bernama UNAMET dan 450.000 orang terdaftar untuk memilih termasuk 13.000 orang di luar Timor Timur.

Kesepakatan antara pemerintah Indonesia dan Portugal termasuk "Kerangka Konstitusi untuk otonomi khusus bagi Timor Timur" sebagai sebuah aneksasi. Kerangka ini akan membentuk "Daerah Otonomi Khusus Timor Timur" (DOK Timor Timur) dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia.

Lembaga-lembaga Daerah Otonomi Khusus Timor Timur akan mencakup cabang eksekutif yang terdiri dari seorang Gubernur (dipilih oleh dewan legislatif) dan dewan penasehat, cabang legislatif yakni Dewan Perwakilan Rakyat Daerah, peradilan independen termasuk Pengadilan negeri, Pengadilan banding, Pengadilan banding akhir dan Kantor jaksa penuntut umum, serta Kepolisian Daerah.

Pemerintah Indonesia tetap memegang kendali atas pertahanan, hukum ketenagakerjaan, kebijakan ekonomi dan fiskal serta hubungan luar negeri, sementara hukum Indonesia akan memiliki kesinambungan di wilayah itu. Pemerintah otonom akan memiliki kompetensi atas semua hal yang tidak disediakan untuk Pemerintah Indonesia, termasuk hak untuk mengadopsi lambang sebagai simbol identitas. Pemerintah otonom dapat menunjuk orang-orang sebagai "identitas Timor" dan dapat membatasi hak kepemilikan tanah bagi orang-orang tanpa identitas ini. Kode sipil tradisional juga bisa diadopsi. DOK Timor Timur dapat mengadakan perjanjian dengan pemerintah kota dan pemerintah daerah untuk tujuan ekonomi, budaya, dan pendidikan. DOK Timor Timur akan berhak berpartisipasi dalam organisasi budaya dan olahraga di mana entitas non-negara lain berpartisipasi.

Hasil referendum Timor Timur pada tanggal 30 Agustus 1999 menyatakan bahwa sebanyak 344.580 (78,5%) suara dari rakyat Timor Timur menolak usulan otonomi khusus dan 94.388 (21,5%) suara menerima usulan otonomi khusus. Pada tahun 1999, wilayah Timor Timur diserahkan pemerintah Indonesia kepada UNTAET sebagai badan pemerintahan sipil yang dibentuk oleh PBB dalam rangka memelihara misi perdamaian di Timor Timur hingga kemerdekaannya secara resmi pada tanggal 20 Mei 2002.

Tatamailau, gunung tertinggi di Pulau Timor.

Provinsi Timor Timur terletak di antara 123° - 127° BT dan antara 8° - 10° LS. Terletak di ujung timur dari rangkaian Kepulauan Nusa Tenggara, wilayah ini berbatasan dengan Selat Wetar dan Selat Ombai di sebelah utara, Laut Banda dan Maluku di sebelah timur, Laut Timor dan Australia di sebelah selatan, serta Nusa Tenggara Timur di sebelah barat. Wilayah Timor Timur meliputi areal seluas 14.609,38 km², yang terdiri atas sebagian Pulau Timor bagian timur, Pulau Kambing atau Atauro, Pulau Jaco, dan sebuah eksklave di Timor Barat (Kabupaten Ambeno) yang dikelilingi oleh Provinsi Nusa Tenggara Timur.

Batas wilayah

[sunting | sunting sumber]
Utara Selat Wetar, Selat Ombai, dan Provinsi Maluku
Timur Laut Timor dan Provinsi Maluku
Selatan Samudra Hindia dan Australia
Barat Provinsi Nusa Tenggara Timur

Topografi dan iklim

[sunting | sunting sumber]

Secara fisiografi, wilayah Timor Timur sebagian besar terdiri dari daerah-daerah pegunungan yang membentang dari timur ke barat. Bentangan-bentangan pegunungan ini ada kalanya terputus, sehingga membentuk lembah-lembah serta jurang-jurang yang curam dan amat dalam. Kemudian di tengah-tengahnya banyak dialiri sungai-sungai kecil. Tanah di wilayah ini banyak mengandung kapur, karang, tanah liat yang pekat, dan pasir serta sedikit tanah vulkanik.

Di Timor Timur, terdapat tujuh buah gunung yang ketinggiannya lebih dari 2.000 meter. Di Kabupaten Ainaro, terdapat Gunung Tatamailau (2.986 meter); Gunung Saboria (2.495 meter); dan Gunung Usululi (2.620 meter). Di Kabupaten Ermera terdapat Gunung Hatupai (2.293 meter) dan Gunung Laclo (2.050 meter). Di Kabupaten Manufahi terdapat Gunung Cablaque (2.495 meter), serta di wilayah perbatasan antara Kabupaten Baucau dan Lautém terdapat Gunung Matebian (2.373 meter).

Secara garis besar aliran sungai yang terdapat di Timor Timur dapat dikelompokkan menjadi dua buah daerah aliran sungai (DAS), yaitu DAS utara dan selatan, sedangkan DAS prioritas di Timor Timur adalah DAS Comoro-Laclo dari beberapa sungai yang ada, terdapat beberapa sungai yang hampir sepanjang tahun airnya mengalir, walaupun dengan debit air yang relatif kecil, yaitu Sungai Laclo di Kabupaten Manatuto; Sungai Seiçal di Kabupaten Baucau; Sungai Bulobo, Marobo, Malibaka, dan Nunura di Kabupaten Bobonaro; Sungai Gleno di Kabupaten Ermera; Sungai Karau Ulun di Kabupaten Manufahi; Sungai Dilor, Uca, Uwetoko, BeBui dan Irabere di Kabupaten Viqueque; Sungai Loes di Kabupaten Liquiça; dan Sungai Tono di Kabupaten Ambeno. Pantai Timor Timur bagian utara pada umumnya bergunung-gunung dengan lereng yang terjal dan di daerah ini banyak terdapat hutan bakau. Sebaliknya di pantai bagian selatan hampir semuanya landai.

Iklim di Provinsi Timor Timur pada umumnya tergolong iklim tropis dengan suhu minimum 18–21 °C, sedangkan suhu tertinggi bervariasi antara 26–32 °C. Di bagian utara sampai ke Baucau, musim hujan pada bulan April tahun berikutnya, dan pada umumnya diikuti angin barat (muson). Bulan Mei dan Oktober merupakan masa peralihan. Bulan September merupakan musim kemarau yang temperatur udaranya cukup rendah.

Berbeda keadaannya di daerah ujung timur dan selatan, musim hujan turun pada pertengahan bulan April tahun berikutnya. Bulan Mei merupakan musim kemarau dan awal Juni sampai Agustus musim hujan kembali. Apabila di Australia sedang musim dingin pada bulan Agustus hingga Oktober, kadang-kadang suhu di Timor Timur turun sampai 18 °C. Begitu pula sebaliknya, apabila di Australia sedang musim panas, di daerah pesisir, suhu menjadi tinggi walaupun sedang musim hujan. Selain itu, terdapat perbedaan suhu udara yang mencolok antara daerah pesisir dan daerah pedalaman. Rata-rata curah hujan relatif rendah (1.200–1.500 mm per tahun) dengan rata-rata 80–90 hari hujan per tahun, dengan catatan, di bagian selatan dan ujung timur dapat terjadi dua kali musim hujan dalam satu tahun. Sepanjang tahun, keadaan laut di sekitar pantai utara pada umumnya tenang, berbeda dengan pantai selatan yang hampir selalu bergelombang besar, terlebih pada musim angin barat.

Demografi

[sunting | sunting sumber]

Suku bangsa

[sunting | sunting sumber]

Penduduk Timor Timur merupakan rumpun bangsa Austronesia. Di Timor Timur terdapat puluhan suku-suku lokal, di antaranya adalah Suku Atoni; Bunak; Kemak; Mambai; Marobo; Samoro; Tetun; dan lain-lain. Rumpun suku bangsa yang mendiami wilayah Timor Timur ini memiliki hubungan kekerabatan dekat dengan suku-suku lain di Indonesia, terutama yang tinggal di wilayah Nusa Tenggara Timur. Selain itu, di Timor Timur juga terdapat suku-suku bangsa lain yang datang dari berbagai wilayah Indonesia seperti Bali; Bugis; Jawa; Sunda; serta orang keturunan Tionghoa dan beberapa keturunan Portugis-Eropa yang disebut Mestiço.

Persebaran bahasa-bahasa di Pulau Timor.

Pada masa pemerintahan Portugis, wilayah Timor Timur menggunakan Bahasa Portugis sebagai bahasa resmi. Setelah wilayah ini diintegrasikan ke Indonesia, penggunaan Bahasa Portugis kemudian dilarang oleh pemerintahan Presiden Soeharto karena dianggap sebagai peninggalan penjajahan dan digantikan oleh Bahasa Indonesia. Dalam praktik keseharian, masyarakat di wilayah ini lebih banyak menggunakan Bahasa Tetun sebagai bahasa pengantar dan sarana komunikasi antarsuku, sementara Bahasa Indonesia waktu itu dipakai dalam kegiatan-kegiatan resmi pemerintahan, pendidikan, dan bisnis. Di masa itu, penggunaan Bahasa Tetun dan Portugis merupakan elemen pemersatu yang penting bagi masyarakat Timor Timur dalam menentang Jawanisasi. Dialek bahasa Tetun yang digunakan di Timor Timur adalah dialek Tetun Praça (Tetun Dili) yang banyak dipengaruhi oleh Bahasa Portugis. Selain itu terdapat pula puluhan bahasa daerah, di antaranya adalah Adabe; Bekais; Bunak; Fataluku; Galolen; Habun; Idate; Kawaimina; Kemak; Makalero; Makasai; Makuva; Mambai; Naueti; Tocodede; Uab Meto (Baikeno); Waimoa; dan Wetar.

Katedral Dili yang diresmikan Presiden Soeharto pada tahun 1988 dan diberkati Paus Yohanes Paulus II tahun 1989.

Mayoritas warga Timor Timur merupakan pemeluk agama Katolik Roma (lebih dari 90%). Sejarah gereja di wilayah ini telah dimulai sejak abad ke-15 ketika orang-orang Portugis mulai menjejakkan kakinya untuk berdagang di Timor Timur. Berdirinya wilayah keuskupan telah dimulai sejak zaman penyebaran Kekristenan. Tercatat pada tahun 1512 dua orang penginjil, yakni Frei António Taveiro dan Frei Antonio da Cruz mulai menyebarkan Kekristenan di tanah Timor Timur dan pada tahun 1516 telah berhasil membaptis lebih dari 5.000 orang pribumi Timor menjadi Katolik. Tetapi sebenarnya pengakuan akan wilayah keuskupan sendiri baru terjadi pada tahun 1940 melalui Solemnibus Conventionibus dari Paus Pius XII, tentang pengakuan dari Takhta Suci terhadap wilayah Keuskupan Dili yang kemudian memisahkan diri atau terpisah dari Keuskupan Makau. Surat pengakuan ini diberikan melalui pemerintahan Portugis sebagai salah satu simbol kedekatan pemerintahan dan pihak gereja. Menjadi semacam satu kiat dalam penyebaran agama, para penginjil yang bergerak dalam satu wilayah kerajaan, maka para keluarga raja mendapat prioritas. Demikian juga yang terjadi di Dili dan sekitarnya, sehingga para pemuka masyarakat yang terdiri dari kepala suku kemudian menjadi tokoh-tokoh dalam percaturan dan kehidupan beragama. Kondisi asli masyarakat Timor Timur pada hakikatnya adalah masyarakat yang mempunyai kepercayaan terhadap kekuatan alam lain dalam lingkup kehidupannya. Kondisi alam serta adat istiadat yang terpecah dalam pelbagai macam suku, ras, dialek, menyuburkan kepercayaan tradisional yang hidup di tengah-tengah masyarakatnya, sampai dimulainya penyebaran Kekristenan di wilayah ini.

Pada tahun 1975, diperkirakan hanya 25–30% penduduk Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang Katolik. Namun, setelah wilayah ini berintegrasi dengan Indonesia, perkembangan agama Katolik semakin pesat, dan pada dasawarsa 1990-an, persentase rakyat Timor Timur yang dibaptis sebagai seorang Katolik telah mencapai lebih dari 90%.[20][21] Jumlah gereja sendiri bertambah dari 100 bangunan gereja pada tahun 1974 menjadi lebih dari 800 pada tahun 1994.[22] Diyakini salah satu penyebab berkembang pesatnya agama Katolik di wilayah ini adalah karena hukum Indonesia mewajibkan semua warganya untuk menganut salah satu agama yang diakui secara resmi, dan kepercayaan animisme rakyat Timor Timur dianggap tidak sesuai dengan sila pertama Pancasila.[20][21]

Hingga tahun 1999, terdapat dua keuskupan di wilayah Timor Timur yaitu: Keuskupan Dili yang didirikan pada tahun 1940, dan Keuskupan Baucau yang berdiri pada tahun 1996. Karena status Timor Timur sebagai wilayah Indonesia tidak diakui oleh Takhta Suci, maka Uskup di Timor Timur waktu itu berkedudukan sebagai Administrator Apostolik yang berada langsung di bawah naungan Takhta Suci dan bertanggung jawab secara langsung kepada Paus, yang juga merangkap sebagai Uskup Agung Dili. Pada tahun 1989, Paus Yohanes Paulus II melakukan kunjungan ke Dili dan berbagai kota-kota lain di Indonesia.[23]

Selain itu, di Timor Timur juga ada pemeluk agama lain seperti Kristen Protestan; Islam; Hindu; Buddha; dan aliran kepercayaan. Umat Kristen Protestan terdiri atas warga dari berbagai gereja, antara lain Gereja Sidang-Sidang Jemaat Allah (GSJA); Gereja Kristen Timor Timur (GKTT); dan berbagai gereja lainnya. Di wilayah Timor Timur juga terdapat pemeluk agama Islam yang hidup berdampingan dengan umat-umat lain. Salah satu bangunan masjid yang terkenal di wilayah ini adalah Masjid An Nur Dili yang didirikan pada tahun 1955 dan direnovasi tahun 1981.

Kebudayaan lokal masyarakat di Timor Timur memiliki kekerabatan dengan berbagai suku bangsa lain di Indonesia, khususnya wilayah Timor Barat. Selain itu, budaya Timor Timur juga banyak dipengaruhi oleh bangsa Portugis.

Struktur kebudayaan di Timor Timur pada umumnya memiliki unit politik tradisional di antaranya adalah kerajaan-kerajaan yang dipimpin oleh seorang raja (liurai) dibantu oleh macair fukun dan dato uain. Kedua tokoh yang disebut terakhir ini berasal dari dua marga bangsawan dan menetap di desa-desa yang berbeda. Masing-masing membawahi sejumlah kepala yang memimpin berbagai kelompok seketurunan, sedangkan kekuasaan raja hanya bersifat simbolik, karena ia mengatur pemerintahan secara tidak langsung.

Macair fukun dan dato uain kedua-duanya duduk dalam berbagai pertemuan dan bertanggung jawab atas pelaksanaan keputusan-keputusan yang telah diambil dalam pertemuan-pertemuan tersebut. Di samping itu, mereka juga memiliki peranan sebagai “hakim” dalam wilayah kekuasaan mereka masing-masing. Segala keputusan dan tindakan yang diambil keduanya selalu melalui musyawarah yang dilakukan dengan para golongan bangsawan.

Pada masa pemerintahan Portugis, dalam setiap kerajaan-kerajaan itu yang bertanggung jawab terhadap pemerintah kolonial adalah adalah kepala desa, dan kepala desa ini mengadakan hubungan-hubungan langsung dengan chefe de suco. Kedudukan chefe de suco sebenarnya sama dengan dengan kedudukan macair fukun dan dato uain. Tetapi dalam kenyataannya, peranan macair fukun dan dato uain lebih efektif dalam mengatur dan mengurus masalah-masalah pemerintahan. Chefe de suco dipilih oleh dan dari warga kerajaan yang bersangkutan dan disahkan oleh pemerintah kolonial. Tugas chefe de suco adalah untuk menyampaikan surat-surat perintah dari pemerintah untuk menarik pajak, dan membantu pelaksanaan pencatatan penduduk.

Strata masyarakat terdiri dari golongan raja beserta para kerabatnya (dossi), para kaum bangsawan (dato), dan orang biasa (ema reino atau ema). Keanggotaan seseorang dalam golongan-golongan sosial ini secara patrilineal. Perkawinan antara golongan-golongan kelas sosial yang berbeda pada prinsipnya dilarang.

Setiap kerajaan juga memiliki macair lulik, yaitu tokoh agama tradisional. Jabatan ini khusus bagi kaum laki-laki dan statusnya sama dengan macair fukun dan dato uain. Upacara-upacara tradisional yang dilakukan masyarakat dipimpin macair lulik, yang biasanya diadakan pada masa menanam jagung dan padi serta menjelang akan dimulainya panen. Di samping itu macair lulik juga membuat upacara untuk meminta hujan pada saat musim kemarau. Ketika perang antar kerajaan masih sering terjadi, macair lulik mempunyai tugas membuat upacara sebelum, selama, dan sesudah perang guna kesejahteraan dan keselamatan warga kerajaan yang bersangkutan. Upacara-upacara lain yang dilakukan penduduk di bawah pengawasan macair lulik adalah yang berhubungan dengan beberapa pantangan sehubungan dengan totem.

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Tingkat melek huruf di Timor Timur mulai mengalami kenaikan signifikan sejak masa integrasi dari 5% di akhir masa pemerintahan Portugis hingga menjadi lebih dari 30% pada tahun 1999.[24] Pada tahun 1986, didirikan Universitas Timor Timur (kini Universitas Nasional Timor Lorosae) oleh Gubernur Mário Viegas Carrascalão. Selain itu, sebuah politeknik yakni Politeknik Dili diresmikan pada tahun 1990. Di wilayah ini juga berdiri puluhan sekolah dari tingkat dasar hingga menengah yang dibangun hingga kurun tahun 1990-an. Pada dekade 1980 hingga 1990-an, ribuan pelajar/mahasiswa dari Timor Timur banyak yang mengenyam pendidikan di berbagai kota-kota lain di wilayah Indonesia seperti Jakarta; Surabaya; Denpasar; Yogyakarta; dan lain-lain melalui mekanisme beasiswa yang diberikan oleh pemerintah.

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Kepala Daerah

[sunting | sunting sumber]

Kepala daerah Provinsi Timor Timur saat itu adalah seorang Gubernur yang dibantu oleh seorang Wakil Gubernur yang dipilih melalui mekanisme pemilihan di DPRD Provinsi. Jabatan Gubernur Timor Timur pertama diemban oleh Arnaldo dos Reis Araújo (1976-1978) dan terakhir diemban oleh José Abílio Osório Soares (1992-1999).

Ketua Pemerintah Sementara Timor Timur
No. Foto Ketua Mulai menjabat Akhir menjabat Partai Wakil Ketua Periode Keterangan
Arnaldo dos Reis Araújo 17 Desember 1975 3 Agustus 1976 Apodeti Francisco Xavier Lopes da Cruz [ket. 1]
Gubernur Timor Timur
No. Foto Gubernur Mulai menjabat Akhir menjabat Partai Wakil Gubernur Periode Keterangan
1 Arnaldo dos Reis Araújo 3 Agustus 1976 19 September 1978 N/A Francisco Xavier Lopes da Cruz 1 [ket. 2][ket. 3]
2 Guilherme Maria Gonçalves 19 September 1978 18 September 1982 [ket. 4]
3 Mário Viegas Carrascalão 18 September 1982 18 September 1987 Golongan Karya Lowong 2
18 September 1987 18 September 1992 Antonius Baldinuci Saridjo
(1989–1992)
3
4 José Abílio Osório Soares 18 September 1992 18 September 1997 Antonius Baldinuci Saridjo
(1992–1993)
4
Johanes Haribowo
(1993–1997)
18 September 1997 19 Oktober 1999
Johanes Haribowo
(1997–1998)
5 [ket. 5]
Johannes Suryo Prabowo
(1998)
Radjakarina Brahmana
(1998)
Musiran Darmosuwito
(1998–1999)
Legenda
  Non Partai / Penugasan Pemerintah
  Golongan Karya (Golkar)
Keterangan
  1. ^ Ditetapkan sebagai Ketua Pemerintah Sementara Timor Timur berdasarkan hasil kesepakatan pasca Proklamasi Rakyat Timor Timur di Balibo yang menyatakan penyatuan wilayah negara Timor Portugis dengan negara Indonesia
  2. ^ Diangkat sebagai Gubernur Timor Timur berdasarkan aspirasi yang diterima Pemerintah Republik Indonesia dari sejumlah tokoh Timor Portugis
  3. ^ Diberhentikan setelah diangkat menjadi anggota DPR RI pasca Pemilu 1977
  4. ^ Dilantik menjadi Gubernur Timor Timur menggantikan Arnaldo dos Reis Araújo yang menjadi anggota DPR RI
  5. ^ Abílio Soares otomatis diberhentikan sebagai Gubernur setelah keluarnya TAP MPR RI No. V/MPR/1999 yang mengesahkan hasil referendum di Timor Timur


Perwakilan

[sunting | sunting sumber]

Timor Timur memiliki sebuah badan legislatif daerah yang disebut Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Tingkat I Timor Timur atau DPRD Provinsi Timor Timur yang anggotanya terdiri atas unsur-unsur partai politik dan golongan yang dipilih rakyat dalam pemilihan umum setiap 5 tahun sekali, serta melalui penunjukan langsung dari militer. Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Timor Timur dari tahun 1980 hingga 1997.

Indonesia Pembagian kursi DPRD Provinsi Timor Timur 
Tahun PPP Golkar PDI ABRI Jumlah
1980 0 25 0 0 25
1981 0 24 0 0 24
1982 0 32 0 4 36
1987 0 34 2 9 45
1988 0 34 2 9 45
1989 0 33 2 9 44
1990 0 34 2 9 45
1991 0 34 2 9 45
1992 2 29 5 9 45
1997 1 30 5 9 45

Selain itu, Timor Timur juga memiliki perwakilan yang duduk di MPR/DPR RI yang terdiri atas anggota dari partai politik yang dipilih setiap 5 tahun sekali, serta dari unsur utusan daerah. Pasca referendum tahun 1999, seluruh anggota MPR/DPR dari daerah pemilihan Timor Timur dialihkan ke daerah pemilihan Nusa Tenggara Timur dan anggota dari utusan daerah ditarik kembali.

Pembagian administratif

[sunting | sunting sumber]

Hingga tahun 1999, secara administratif Provinsi Timor Timur terdiri atas 13 kabupaten, 1 kota administratif, 62 kecamatan, serta 442 desa.

Berikut ini adalah daftar kabupaten di Timor Timur (hingga 19 Oktober 1999):

No. Kabupaten/kota Pusat pemerintahan Bupati/wali kota (1999) Luas wilayah (km2)[25] Jumlah penduduk (1996)[25] Kecamatan[25] Kelurahan/desa[25] Lambang Peta lokasi
1 Kabupaten Aileu Aileu Daftar bupati Soeprapto Tarman 729,49 28.953 4 -/31
2 Kabupaten Ainaro Ainaro Daftar bupati Evaristo Doutel Sarmento 798,87 45.455 4 -/21
3 Kabupaten Ambeno Pante Makasar Daftar bupati Filomeno Misquito da Costa 814,66 53.529 4 -/18
4 Kabupaten Baucau Baucau Daftar bupati Virgílio Maria Dias Marçal 1.493,80 90.587 6 -/58
5 Kabupaten Bobonaro Maliana Daftar bupati Guilherme dos Santos 1.386,12 89.748 6 -/51
6 Kabupaten Covalima Suai Daftar bupati Herman Sedyono 1.225,53 50.336 6 -/29
7 Kabupaten Dili Dili Daftar bupati Domingos MD Soares 371,60 151.067 2 -/7
Kota Administratif Dili Daftar wali kota administratif Mateus Maia 2 -/26
8 Kabupaten Ermera Gleno Daftar bupati Constantino Soares 746,00 88.170 5 -/52
9 Kabupaten Lautém Lospalos Daftar bupati Edmundo de Conceição Silva 1.702,33 52.198 5 -/34
10 Kabupaten Liquiça Liquiçá Daftar bupati Leoneto Martins 548,12 50.621 3 -/23
11 Kabupaten Manatuto Manatuto Daftar bupati Vidal Doutel Sarmento 1.705,45 34.595 6 -/29
12 Kabupaten Manufahi Same Daftar bupati Nazário Andrade 1.324,91 37.072 4 -/29
13 Kabupaten Viqueque Viqueque Daftar bupati Martinho Fernandes 1.780,50 51.888 5 -/34

Dalam administrasi kendaraan bermotor, seluruh kabupaten yang ada di Timor Timur saat itu diberi kode Tanda Nomor Kendaraan Bermotor (TNKB) dengan huruf DF yang berlaku hingga tahun 1999.

Lambang Daerah

[sunting | sunting sumber]
Lambang Provinsi Timor Timur (1976-1999).

Warna Lambang Daerah, masing-masing melambangkan:

  1. Merah, melambangkan keberanian;
  2. Kuning, melambangkan keluhuran, keagungan, kemuliaan, dan kejayaan;
  3. Putih, melambangkan kesucian dan kejujuran;
  4. Biru, melambangkan kedamaian dan kesetiaan;
  5. Hitam, melambangkan keabadian dan keteguhan;
  6. Hijau, melambangkan kemakmuran.

Isi Lambang Daerah, masing-masing melambangkan:

  1. Bentuk perisai bersudut lima, melambangkan kelima sila dari Pancasila yaitu Dasar dan Falsafah hidup Bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia;
  2. Perisai, melambangkan keamanan terhadap keutuhan wilayah dan kekuatan rakyat Timor Timur sebagai bagian yang tak terpisahkan dari Negara Kesatuan Republik Indonesia;
  3. Bintang bersudut lima, melambangkan keagungan, kebesaran, dan keabadian Tuhan Yang Maha Esa;
  4. Pita HOURI OTAS, HOURI WAIN, OAN TIMOR ASSWA'IN, melambangkan jiwa patriot dan semangat juang rakyat Timor Timur dalam mempertahankan Wawasan Nusantara yang dilandasi nilai-nilai 1945 untuk membangun Provinsi Timor Timur guna mencapai kehidupan yang lebih baik;
  5. Rumah adat Timor Timur, melambangkan persatuan, persaudaraan, kekerabatan, dan kekeluargaan serta keramahtamahan sebagai pola hidup dan dasar ikatan kemasyarakatan yang merupakan nilai luhur kebudayaan dan adat istiadat masyarakat Timor Timur;
  6. Kotak perhiasan dari emas, melambangkan kesuburan, kejayaan, dan keindahan Timor Timur yang merupakan bagian tak terpisahkan dari Kepulauan Indonesia lainnya, yang letaknya bagaikan zamrud melingkari khatulistiwa dan menghiasi ibu pertiwi;
  7. Kaebauk, pedang dan tombak, melambangkan keperwiraan dan kepahlawanan;
  8. Aksara TIMOR TIMUR di atas kaebauk, melambangkan ikatan batin masyarakat Timor Timur dengan adat istiadat dan kebudayaan;
  9. Setangkai padi berjumlah 17 butir, melambangkan tanggal terbentuknya Provinsi Timor Timur;
  10. Setangkai bunga kapas berkuncup putih 7 buah, melambangkan bulan terbentuknya Provinsi Timor Timur;
  11. Kotak perhiasan terukir 7 ekor ikan dan 6 buah perahu yang dirangkaikan menjadi angka 76, melambangkan tahun 1976 sebagai tahun terbentuknya Provinsi Timor Timur.

Pertahanan dan keamanan

[sunting | sunting sumber]

Sejak tahun 1979 hingga 1999, Timor Timur merupakan wilayah dari Kodam IX/Udayana yang bermarkas di Denpasar, Bali yang merupakan komando kewilayahan pertahanan dari TNI Angkatan Darat yang meliputi Kepulauan Nusa Tenggara. Wilayah satuan teritorial Kodam IX/Udayana di wilayah Timor Timur adalah Korem 164/Wira Dharma yang terbagi atas beberapa Kodim dan dua batalyon infanteri, yaitu Dili; Baucau; Lospalos; Viqueque; Manatuto; Aileu; Ainaro; Manufahi; Covalima; Maliana; Ermera; Liquiça; Ambeno; Yonif 744/Satya Yudha Bakti; dan Yonif 745/Sampada Yudha Bakti. Seluruh Kodim kemudian dibagi lagi menjadi beberapa Koramil yang berada di tingkat kecamatan.

Selain itu, hingga tahun 1996 wilayah hukum Polri yang berdiri di Timor Timur adalah Kepolisian Wilayah Timor Timur (Polwil Timtim) yang berada di bawah Kepolisian Daerah Nusa Tenggara (Polda Nusra). Pada tahun 1996, pasca likuidasi empat Polda di wilayah Polda Nusra, Polwil Timor Timur diubah statusnya menjadi Kepolisian Daerah Timor Timur (Polda Timtim) hingga 1999.

Sejak tanggal 24 September 1999, militer Indonesia mulai ditarik mundur dan per tanggal 31 Oktober 1999 seluruh pasukan Indonesia meninggalkan Timor Timur setelah 24 tahun masa integrasi dan digantikan pasukan keamanan dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yang mengontrol keamanan di wilayah ini.

Perekonomian

[sunting | sunting sumber]

Sebelum dan semasa kolonisasi, Pulau Timor dikenal sebagai produsen cendana. Salah satu proyek jangka panjang menjanjikan yang pernah ada adalah pengembangan dan eksploitasi minyak bumi dan gas alam bersama dengan Australia di sebelah tenggara perairan Timor. Setelah Revolusi Anyelir, pemerintahan kolonial Portugal memberi konsesi minyak kepada Oceanic Exploration Corporation untuk pengembangan dan eksploitasi tersebut. Akan tetapi, eksploitasi minyak tersebut gagal terlaksana dikarenakan Operasi Seroja pada tahun 1976. Kemudian setelahnya, ladang minyak di wilayah Timor Timur dibagi antara Indonesia dan Australia lewat Perjanjian Celah Timor tahun 1989.[26] Perjanjian ini menetapkan panduan eksploitasi sumber daya bawah laut gabungan di wilayah Timor Timur di batas maritim yang disepakati pada tahun 1972.[27] Pendapatan dari wilayah gabungan ini dibagi 50%-50%. Woodside Petroleum dan ConocoPhillips mulai mengeksploitasi sebagian sumber daya minyak di Celah Timor atas nama Indonesia dan Australia pada tahun 1992. Para pengkritik berpendapat bahwa negosiasi dan penandatanganan perjanjian ini berarti Australia mengakui secara hukum invasi dan aneksasi Timor Timur oleh Indonesia. Perjanjian ini tidak lagi berlaku setelah Timor Timur lepas dari Indonesia tahun 1999 dan digantikan oleh Perjanjian Laut Timor antara Australia dan Timor Leste pada tahun 2002.

Media Massa

[sunting | sunting sumber]
  • TVRI Dili (kini menjadi RTTL)
  • RCTI-SCTV Timor Timur (pemekaran tv swasta nasional indonesia menjadi tv swasta berbeda-beda di Dili timor leste)

Radio (tidak memiliki radio swasta di Timor Timur)

[sunting | sunting sumber]
  • RRI Dili (kini menjadi RTTL)
  • RKPDK Ambeno (kini menjadi "Radio Comunidade Atoni Lifau")
  • Radio Komunitas Advent Suara Pengharapan AWR Indonesia (kini menjadi Radio Metro FM)
  • Nacional FM (pemekaran radio swasta indonesia menjadi radio swasta timor leste)

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "UNANIMOUS ASSEMBLY DECISION MAKES TIMOR-LESTE 191ST UNITED NATIONS MEMBER STATE | Meetings Coverage and Press Releases". www.un.org (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-06-17. 
  2. ^ Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and Histories. New Haven and London: Yale University Press. hlm. 377. ISBN 0-300-10518-5. 
  3. ^ Kisah Sultan Baabullah, Pahlawan Asal Maluku Utara yang Gigih Mengusir Penjajah dan Ahli Berdiplomasi
  4. ^ Pahlawan Nasional - Sultan Baabullah dari Provinsi Maluku Utara
  5. ^ Arend de Roever (2002) De jacht op sandelhout; De VOC en de tweedeling van Timor in de zeventiende eeuw. Zutphen: Walburg Pers, p. 72.
  6. ^ Kilas Balik: Sesungguhnya, Dulu Timtim Masuk Ternate
  7. ^ "Gunn (1999), Timor Lorosae: 500 years (Macau: Livros do Oriente), p.80." (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 24 March 2009. Diakses tanggal 25 April 2009. 
  8. ^ Schwartz (1994), p. 199.
  9. ^ Verzijl, J.H.W. (1973). International Law in Historical Perspective. Martinus Nijhoff Publishers. hlm. 488. 
  10. ^ Adam Malik dan Cerita Sebuah Kamera
  11. ^ Setelah Proklamasi Sepihak Itu
  12. ^ Gonggong, Anhar; Zuhdi, Susanto (1995). Sejarah Perjuangan Rakyat Timor Timur Untuk Sekolah Menengah Umum (PDF). Dili: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah Direktorat Pendidikan Menengah Umum Proyek SLTP (Induk) Timor Timur. hlm. 81–82. 
  13. ^ Robinson, Geoffrey (Juli 2003). Timor Timur 1999 Kejahatan terhadap Umat Manusia: Sebuah Laporan yang Dibuat Berdasarkan Permintaan Kantor Komisaris Tinggi Hak Asasi Manusia Perserikatan Bangsa-Bangsa (PDF). Diterjemahkan oleh Astika, A., dkk. Dili & Jakarta: Perkumpulan HAK dan Lembaga Studi dan Advokasi Masyarakat. hlm. 12. ISBN 979-8981-28-6. 
  14. ^ "East Timor Revisited. Ford, Kissinger and the Indonesian Invasion, 1975–76". National Security Archive. 6 Desember 2001. 
  15. ^ Mike Head (2000-09-18). "Documents reveal that Australia urged Indonesia to invade East Timor in 1975". World Socialist Web Site. 
  16. ^ [1][pranala nonaktif]
  17. ^ The Legacy of Habibie
  18. ^ United Nations Mission in East Timor (UNAMET). Agreement between the Republic of Indonesia and the Portuguese Republic on the Question of East Timor Diarsipkan 6 September 2011 di Wayback Machine.
  19. ^ Agreement regarding the modalities for the popular consultation of the East Timorese People
  20. ^ a b Hodge, Joel (2013). "The Catholic Church in Timor-Leste and the Indonesian occupation: A spirituality of suffering and resistance". South East Asia Research. 21 (1): 151–170. ISSN 0967-828X. 
  21. ^ a b Taylor, Jean Gelman (2003). Indonesia: Peoples and HistoriesPerlu mendaftar (gratis). Yale University Press. hlm. 381. ISBN 978-0-300-10518-6. 
  22. ^ Robinson, G. If you leave us here, we will die, Princeton University Press 2010, p. 72.
  23. ^ Mengenang Paus Paulus Yohanes II di Bukit Taci Tolu
  24. ^ Roslyn Appleby (30 August 2010). ELT, Gender and International Development: Myths of Progress in a Neocolonial World. Multilingual Matters. hlm. 92. ISBN 978-1-84769-303-7. 
  25. ^ a b c d "20 years of development in East Timor". nla.gov.au. Diakses tanggal 2021-11-10. 
  26. ^ "TIMOR GAP TREATY between Australia and the Republic of Indonesia on the Zone of cooperation in an area between the Indonesian Province of East Timor and Northern Australia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 16 June 2005. 
  27. ^ "Radio Australia". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2 January 2007. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]