Lompat ke isi

Pulau Samatellu Pedda: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan
 
(6 revisi perantara oleh 2 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 7: Baris 7:
| provinsi = [[Sulawesi Selatan]]
| provinsi = [[Sulawesi Selatan]]
| jenisdati2 = [[Kabupaten]]
| jenisdati2 = [[Kabupaten]]
| dati2 = [[Pangkajene dan Kepulauan]]
| dati2 = [[Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan|Pangkajene dan Kepulauan]]
| luas = 42.982,1906658 m²
| luas = 42.982,1906658 m²
| populasi =
| populasi =
}}
}}
[[File:Bathymetric map of the Spermonde Archipelago.jpg|jmpl|280px|Nomor 37 menunjukkan lokasi Pulau Samatellu Pedda]]
[[File:Bathymetric map of the Spermonde Archipelago.jpg|jmpl|280px|Nomor 37 menunjukkan lokasi Pulau Samatellu Pedda]]
'''Pulau Samatellu Pedda''' atau '''Pulau Samatellu Laut''' adalah salah satu pulau yang berada di gugusan [[Kepulauan Spermonde]] dan secara administratif masuk pada wilayah [[Mattiro Walie, Liukang Tupabbiring Utara, Pangkajene dan Kepulauan|Desa Mattiro Walie]], [[Liukang Tupabbiring Utara, Pangkajene dan Kepulauan|Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara]], [[Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Pulau Samatellu Pedda memiliki wilayah seluas 42.982,1906658 m<sup>2</sup>.<ref name="penguasaandanpemilikanatastanahpulaupulaukecildipropinsisulawesiselatan">Abdul Haris Farid, Suhardjono, dan Dwi Wulan Titik Andari. [http://repository.stpn.ac.id/850/1/7%20DAFT%20ISI-LBR%20PENGESHN.pdf Laporan Penelitian: Penguasaan dan Pemilikan atas Tanah Pulau-Pulau Kecil di Propinsi Sulawesi Selatan]. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta, 2013. Hlm. 1–53.</ref> Pulau Samatellu Pedda telah menjadi salah satu ''geosite'' atau situs geologi dari [[Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep]].
'''Samatellu Pedda''' atau '''Samatellu Laut''' adalah nama sebuah [[pulau]] kecil berpenghuni yang berada di gugusan [[Kepulauan Spermonde]], perairan [[Selat Makassar]] dan secara administratif masuk pada wilayah [[Mattiro Walie, Liukang Tupabbiring Utara, Pangkajene dan Kepulauan|Desa Mattiro Walie]], [[Liukang Tupabbiring Utara, Pangkajene dan Kepulauan|Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara]], [[Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan]], [[Sulawesi Selatan]], [[Indonesia]]. Pulau Samatellu Pedda memiliki wilayah seluas 42.982,1906658 m<sup>2</sup>.<ref name="penguasaandanpemilikanatastanahpulaupulaukecildipropinsisulawesiselatan">Abdul Haris Farid, Suhardjono, dan Dwi Wulan Titik Andari. [http://repository.stpn.ac.id/850/1/7%20DAFT%20ISI-LBR%20PENGESHN.pdf Laporan Penelitian: Penguasaan dan Pemilikan atas Tanah Pulau-Pulau Kecil di Propinsi Sulawesi Selatan]. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta, 2013. Hlm. 1–53.</ref> Pulau Samatellu Pedda telah menjadi salah satu ''geosite'' atau situs geologi dari [[Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep]]. Pulau ini merupakan bagian dari [[Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan]] dengan dasar hukum penetapannya melalui Surat Keputusan Bupati Pangkajene dan Kepulauan Nomor 290 Tahun 2015 yang diterbitkan pada tanggal 2 Maret 2015.


Pulau Samatellu Laut atau masyarakat biasa menyebutnya Samatellu Pedda masuk dalam wilayah administratif Desa Mattiro Walie. Pulau ini memiliki luas daratan sebesar 3,13 ha dan luas terumbu karang 5,10 ha. Secara umum masyarakat di pulau ini berprofesi sebagai nelayan yang mengeksploitasi sumberdaya laut yang ada di pulau tersebut.<ref name=":120">{{Cite web|url=http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/8134|title=Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia|last=Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia|first=|date=2012|website=www.ppk-kp3k.kkp.go.id|access-date=26 September 2022}}</ref>
Pulau Samatellu Laut atau masyarakat biasa menyebutnya Samatellu Pedda masuk dalam wilayah administratif Desa Mattiro Walie. Pulau ini memiliki luas daratan sebesar 3,13 ha dan luas terumbu karang 5,10 ha. Secara umum masyarakat di pulau ini berprofesi sebagai nelayan yang mengeksploitasi sumberdaya laut yang ada di pulau tersebut.<ref name=":120">{{Cite web|url=http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/8134|title=Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia|last=Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia|first=|date=2012|website=www.ppk-kp3k.kkp.go.id|access-date=26 September 2022}}</ref>


Kondisi terumbu karang tergolong rusak hingga baik, kondisi baik mudah ditemukan pada terumbu yang dangkal, sedangkan yang dalam kondisi terumbu karangnya telah banyak yang rusak. Kerusakan terumbu karang di pulau ini yang terindikasi dari tingginya penutupan karang mati diakibatkan masih berlangsungnya cara-cara menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan oleh masyarakat setempat. Banyaknya rangka koloni-koloni karang yang masih utuh mengindikasikan masih berlangsungnya penggunaan bius dalam menangkap ikan hidup) terutama di rataan terumbu. Kandungan TSS perairan 210 ppm termasuk rendah dibanding dengan yang tercatat di [[Pulau Saugi]] dan [[Pulau Satando]]. Nilai kecerahan perairan umumnya 2.5-3 m, tergolong cukup dangkal dan sebagai indikasi kekeruhan. Kondisi terumbu karang di pulau ini rusak parah hingga sedang (karang hidup 5-47 %).<ref name=":120"/>
Kondisi terumbu karang tergolong rusak hingga baik, kondisi baik mudah ditemukan pada terumbu yang dangkal, sedangkan yang dalam kondisi terumbu karangnya telah banyak yang rusak. Kerusakan terumbu karang di pulau ini yang terindikasi dari tingginya penutupan karang mati diakibatkan masih berlangsungnya cara-cara menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan oleh masyarakat setempat. Banyaknya rangka koloni-koloni karang yang masih utuh mengindikasikan masih berlangsungnya penggunaan bius dalam menangkap ikan hidup) terutama di rataan terumbu. Kandungan TSS perairan 210 ppm termasuk rendah dibanding dengan yang tercatat di [[Pulau Saugi]] dan [[Pulau Satando]]. Nilai kecerahan perairan umumnya 2.5–3 m, tergolong cukup dangkal dan sebagai indikasi kekeruhan. Kondisi terumbu karang di pulau ini rusak parah hingga sedang (karang hidup 5-47 %).<ref name=":120"/>


Bentuk karang keras yang dominan ditemukan di sisi baratnya adalah bentuk foliosa dari genus Montipora, Acropora, Porites cylindrica, Favia, Goniastrea, Lobophyllia corymbosa dan Porites (massive). Hamparan pasir dan karang (reef flat) yang amat luas dan dangkal dengan beberapa mini patch reef. Jenis biota lain cukup banyak, antara lain: Karang lunak: Xenia, spons: Aplysinella, akar bahar: Antipathes, tali arus: Cihripathes, gorgonian: Melithaea, dan kima: Tridacna. Beberapa algae yang hidup pada habitat ini diantaranya Padina, Turbinaria, Gracillaria dan Gelidium. Spesies ikan karang: Chromis ternatensis, C. Viridis , Anthias sp dan Pseudanthias sp, Zebrasoma scopas, Acanthurus lineatus.<ref name=":120"/>
Bentuk karang keras yang dominan ditemukan di sisi baratnya adalah bentuk foliosa dari genus Montipora, Acropora, Porites cylindrica, Favia, Goniastrea, Lobophyllia corymbosa dan Porites (massive). Hamparan pasir dan karang (reef flat) yang amat luas dan dangkal dengan beberapa mini patch reef. Jenis biota lain cukup banyak, antara lain: Karang lunak: Xenia, spons: Aplysinella, akar bahar: Antipathes, tali arus: Cihripathes, gorgonian: Melithaea, dan kima: Tridacna. Beberapa algae yang hidup pada habitat ini diantaranya Padina, Turbinaria, Gracillaria dan Gelidium. Spesies ikan karang: Chromis ternatensis, C. Viridis , Anthias sp dan Pseudanthias sp, Zebrasoma scopas, Acanthurus lineatus.<ref name=":120"/>
Baris 23: Baris 23:
{{reflist}}
{{reflist}}


== Pranala luar ==
[[Kategori:Pulau di Pangkajene dan Kepulauan]]
* [http://www.ppk-kp3k.kkp.go.id/direktori-pulau/index.php/public_c/pulau_info/8134 Data Pulau Samatellu Pedda dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (Indonesia)]
[[Kategori:Liukang Tupabbiring Utara, Pangkajene dan Kepulauan]]

[[Kategori:Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan]]
{{Situs geologi di Taman Bumi Maros-Pangkep}}
{{Pulau di Sulawesi Selatan}}

[[Kategori:Pulau di Pangkajene dan Kepulauan|Samatellu Pedda]]
[[Kategori:Pulau di Selat Makassar|Samatellu Pedda]]
[[Kategori:Liukang Tupabbiring Utara, Pangkajene dan Kepulauan|Samatellu Pedda]]
[[Kategori:Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan|Samatellu Pedda]]
[[Kategori:Kepulauan Spermonde|Samatellu Pedda]]
[[Kategori:Situs geologi di Taman bumi Maros-Pangkep]]

{{indo-pulau-stub}}

Revisi terkini sejak 13 Agustus 2024 17.16

Samatellu Pedda
NegaraIndonesia
Gugus kepulauanSpermonde
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenPangkajene dan Kepulauan
Luas42.982,1906658 m²
Peta
Nomor 37 menunjukkan lokasi Pulau Samatellu Pedda

Samatellu Pedda atau Samatellu Laut adalah nama sebuah pulau kecil berpenghuni yang berada di gugusan Kepulauan Spermonde, perairan Selat Makassar dan secara administratif masuk pada wilayah Desa Mattiro Walie, Kecamatan Liukang Tupabbiring Utara, Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pulau Samatellu Pedda memiliki wilayah seluas 42.982,1906658 m2.[1] Pulau Samatellu Pedda telah menjadi salah satu geosite atau situs geologi dari Taman Bumi Global UNESCO Maros-Pangkep. Pulau ini merupakan bagian dari Kawasan Konservasi Perairan Daerah Kabupaten Pangkajene dan Kepulauan dengan dasar hukum penetapannya melalui Surat Keputusan Bupati Pangkajene dan Kepulauan Nomor 290 Tahun 2015 yang diterbitkan pada tanggal 2 Maret 2015.

Pulau Samatellu Laut atau masyarakat biasa menyebutnya Samatellu Pedda masuk dalam wilayah administratif Desa Mattiro Walie. Pulau ini memiliki luas daratan sebesar 3,13 ha dan luas terumbu karang 5,10 ha. Secara umum masyarakat di pulau ini berprofesi sebagai nelayan yang mengeksploitasi sumberdaya laut yang ada di pulau tersebut.[2]

Kondisi terumbu karang tergolong rusak hingga baik, kondisi baik mudah ditemukan pada terumbu yang dangkal, sedangkan yang dalam kondisi terumbu karangnya telah banyak yang rusak. Kerusakan terumbu karang di pulau ini yang terindikasi dari tingginya penutupan karang mati diakibatkan masih berlangsungnya cara-cara menangkap ikan yang tidak ramah lingkungan oleh masyarakat setempat. Banyaknya rangka koloni-koloni karang yang masih utuh mengindikasikan masih berlangsungnya penggunaan bius dalam menangkap ikan hidup) terutama di rataan terumbu. Kandungan TSS perairan 210 ppm termasuk rendah dibanding dengan yang tercatat di Pulau Saugi dan Pulau Satando. Nilai kecerahan perairan umumnya 2.5–3 m, tergolong cukup dangkal dan sebagai indikasi kekeruhan. Kondisi terumbu karang di pulau ini rusak parah hingga sedang (karang hidup 5-47 %).[2]

Bentuk karang keras yang dominan ditemukan di sisi baratnya adalah bentuk foliosa dari genus Montipora, Acropora, Porites cylindrica, Favia, Goniastrea, Lobophyllia corymbosa dan Porites (massive). Hamparan pasir dan karang (reef flat) yang amat luas dan dangkal dengan beberapa mini patch reef. Jenis biota lain cukup banyak, antara lain: Karang lunak: Xenia, spons: Aplysinella, akar bahar: Antipathes, tali arus: Cihripathes, gorgonian: Melithaea, dan kima: Tridacna. Beberapa algae yang hidup pada habitat ini diantaranya Padina, Turbinaria, Gracillaria dan Gelidium. Spesies ikan karang: Chromis ternatensis, C. Viridis , Anthias sp dan Pseudanthias sp, Zebrasoma scopas, Acanthurus lineatus.[2]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Abdul Haris Farid, Suhardjono, dan Dwi Wulan Titik Andari. Laporan Penelitian: Penguasaan dan Pemilikan atas Tanah Pulau-Pulau Kecil di Propinsi Sulawesi Selatan. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta, 2013. Hlm. 1–53.
  2. ^ a b c Direktorat Pendayagunaan Pulau-Pulau Kecil, Ditjen Kelautan, Pesisir dan Pulau-Pulau Kecil, Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia (2012). "Direktori Pulau-Pulau Kecil Indonesia". www.ppk-kp3k.kkp.go.id. Diakses tanggal 26 September 2022. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]