Pulau Libukang (Jeneponto)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Libukang
Koordinat5°38′55.600″LS,119°35′58.440″BT
NegaraIndonesia
ProvinsiSulawesi Selatan
KabupatenJeneponto
Luas5 km2
Populasi± 200 jiwa dengan 150 kepala keluarga (2017)
Peta

Pulau Libukang (Makassar: ᨒᨗᨅᨘᨀ, translit. Libukang, har. 'pulau, daratan') atau kerap juga disebut Pulau Harapan[1] adalah sebuah pulau kecil yang berada di Teluk Mallasoro, perairan Laut Flores[2] dan secara administratif masuk pada wilayah Lingkungan Pa'lameang, Kelurahan Bontorannu[3], Kecamatan Bangkala, Kabupaten Jeneponto, Sulawesi Selatan, Indonesia. Pulau yang merupakan satu-satunya pulau yang dimiliki dan terletak di sebelah Selatan Kabupaten Jeneponto ini memiliki luas wilayah sekitar 5 km2 dengan keliling sepanjang 1,8 km[2]. Secara astronomis, pulau ini terletak di titik koordinat 5°38′55.600″LS,119°35′58.440″BT[4][2]. Pulau ini dapat diakses melalui dermaga khusus pelabuhan penyeberangan yang digunakan oleh masyarakat setempat di Tanjung Mallasoro.[5]

Demografi[sunting | sunting sumber]

Pulau Libukang berpenduduk sekitar 200 jiwa. Di tiap rumah biasanya terdapat dua atau tiga kepala keluarga. Kondisi ini karena beberapa kepala keluarga belum mampu membangun rumahnya sendiri. Bagi kepala keluarga yang belum mapu membangun rumahnya sendiri, mereka tinggal di bagian bawah rumah induk. Rumah-rumah di Pulau Libukang berbentuk rumah panggung tradisonal khas masyarakat suku Makassar. Seluruh penduduk di pulau ini memeluk agama Islam.

Penduduk Pulau Libukang dengan karakter masyarakat pesisir yang sangat bergantung pada hasil laut sehingga bermata pencaharian sebagai nelayan dan budidaya rumput laut. Alat tangkap yang dipergunakan terdiri atas keramba apung, keramba tancap, bagan tancap, serta jaring penangkap pasif Set Net. Di areal laut sekitar pulau terdapat banyak pelampung yang mengapung dengan bentangan-bentanagan tali, ini dipergunakan sebagai pengembangan rumput laut. Bagi masyarakat rumput laut menjadi mata pencaharian utama, dimana harga jual rumput laut yang kering lebih mahal di bandingkan rumput laut basah.

Pulau Libukang memiliki sarana sanitasi yang terbatas. Di pulau ini hanya terdapat 2 fasilitas toilet umum dan 3 sumur dengan air payau. Kedua failitas ini hanya digunakan untuk keperluan mandi dan mencuci. Sedangkan sumber air tawar untuk air minum diperoleh dengan menyeberang ke keluar pulau di Kecamatan Bangkala atau ke Kelurahan Biringkassi. Selain itu juga masyarakat memperoleh air tawar dengan menampung air hujan.

Di Pulau Libukang juga terdapat sebuah masjid sebagai sarana ibadah dan sekolah dasar bagi anak-anak usia sekolah di Pulau Libukang. Namun seluruh pangajar berasal dari luar pulau. Sehingga jika terjadi gelombang besar seluruh guru tidak datang untuk mengajar. Bagi yang ingin melanjutkan ke jenjang sekolah menengah pertama harus menyeberang ke wilayah Kelurahan Biringkassi dengan mengandalkan perahu nelayan.

Masyarakat yang tinggal di Pulau Libukang ini mayoritas suku Makassar. Umumnya warga yang tinggal di Pulau Libukang menggunakan pembangkit listrik tenaga surya dengan suplai listrik yang masih terbatas. Mayoritas warga Pulau Libukang menggantungkan hidup sebagai nelayan dan petani rumput laut. Pulau ini telah dijadikan tempat wisata karena menyajikan keindahan pantai yang cukup eksotis. Pasir putih dengan beberapa pepohonan rimbun di bibir pantai membuat wisatawan senang berkumpul bersama sembari menikmati sejuknya hempasan angin laut. Untuk menuju pulau tersebut, dengan menggunakan perahu warga setempat dari Lingkungan Pa'lameang, Kelurahan Bontorannu, Kecamatan Bangkala. Lingkungan Pa'lameang berjarak sekitar 25 kilometer dari Kota Jeneponto.[6][7]

Potensi wisata[sunting | sunting sumber]

Pulau Libukang atau Pulau Harapan yang mempunyai makna masyarakatnya sangat menaruh harapan kepada pulau ini untuk bisa meningkatkan taraf hidupnya. Pulau ini memiliki keindahan alam dan Laut membentang luas yang sangat menarik khusunya bagi pengunjung yang sangat mendambakan suasana yang nyaman jauh dari kebisingan kota, pohon pohonnya yang rindang, bentangan lautannya yang luas, bagi penyelam Pulau Libukang ini menawarkan keindahan lautnya dari berbagai jenis ikan dan terumbu karangnya serta keindahan pasir putihnya.

Pulau ini mempunyai bentukan yang unik, yaitu berbentuk menyerupai perahu tradisional suku Makassar, yaitu perahu Lambo-Lambo yang terbuat dari kayu yang bagian timur berada di ketinggian ibarat bagian belakang perahu yang ditempati ruangan nahkoda kapal dan bagian depan sebelah baratnya berada di kerendahan, selain itu juga pulau ini ketika dilihat dari atas berbentuk seperti seekor buaya.

Berjarak 300 meter sebelah utara pulau ini ada tempat yang unik tapi nyata yang diberi nama "Pasirika" yang seluas dua kali lapangan sepakbola keunikannya ketika air surut maka kelihatan seperti daratan lapangan sepakbola dan ketika air pasang ia akan menjadi lautan, pulau ini juga diapit oleh dua teluk/tanjung, yaitu Tanjung Mallasoro (Desa Wisata Bungung Pandang) dan Kalumpang. Dan yang tak kalah menariknya di sekitar pulau ini merupakan area bermain keith shurfing atau terbang layang di atas laut wisatawan asing asal Prancis di Bungung Pandang (BP) yang banyak dikunjungi orang. Alat transportasi penyeberangan kepulau ini sangat aman dan lancar dengan menggunakan perahu milik warga Pulau yang multi guna sebagai alat transportasi dan juga dipakai untuk menanam dan mengangkut rumput laut kering maupun basah.[8]

Pengelolaan sumberdaya[sunting | sunting sumber]

Pulau Libukang merupakan salah satu pulau dengan kegiatan utama penduduk sebagai petani rumput laut. Kegiatan budidaya rumput laut dilakukan di perairan sekeliling pulau. Perkembangan budidaya rumput laut menyebabkan ikan-ikan di sekitarnya berkembang dengan baik dan aktivitas penangkapan ikan juga berkurang. Bahkan ikan-ikan di sekitar budidaya rumput laut menjadi hama bagi rumput laut karena memakannya. Pada umumnya penangkapan ikan ditujukan pada perairan umum dengan karakteristik daerah penangkapan tertentu. Penangkapan ikan pada area budidaya rumput laut merupakan kegiatan sampingan, karena kegiatan utamanya membersihkan rumput laut harian dari kotoran yang menempel pada rumput laut.[9]

Lihat pula[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Salim, M. A. M., dkk. (2020). Badollahi, Muhammad Zainuddin, ed. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Birta Ria Kassi Kabupaten jeneponto (PDF). Makassar: Politeknik Pariwisata Makassar. hlm. 47. ISBN 978-623-94120-1-2. 
  2. ^ a b c Rijal, S., dkk. (2020). Badollahi, Muhammad Zainuddin, ed. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Pulau Libukang Kabupaten Jeneponto (PDF). Makassar: Politeknik Pariwisata Makassar. hlm. 57. ISBN 978-623-94120-0-5. 
  3. ^ Arifin, M., dkk. (2020). Badollahi, Muhammad Zainuddin, ed. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Pantai Tamarunang Kabupaten Jeneponto (PDF). Makassar: Politeknik Pariwisata Makassar. hlm. 47. ISBN 978-623-94120-5-0. 
  4. ^ Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar, Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia (2021). "Sistem Informasi Nama Rupabumi (Sinar)". sinar.big.go.id. Diakses tanggal 29 April 2023. 
  5. ^ Rijal, S., dkk. (2020). Badollahi, Muhammad Zainuddin, ed. Strategi Pengembangan Daya Tarik Wisata Tanjung Mallasoro Kabupaten Jeneponto (PDF). Makassar: Politeknik Pariwisata Makassar. hlm. 80. ISBN 978-623-94120-3-6. 
  6. ^ Emba, Muslimin (28 Maret 2017). "Libukang Satu-satunya Pulau Jeneponto, Nonton Televisi Saja Sulit". makassar.tribunnews.com. Diakses tanggal 6 Oktober 2022. 
  7. ^ Emba, Muslimin (20 Agustus 2016). "Pulau Harapan, Pesona Bahari yang Tersembunyi di Jeneponto". makassar.tribunnews.com. Diakses tanggal 6 Oktober 2022. 
  8. ^ Jaringan Desa Wisata Kemenparekraf RI (6 September 2022). "Desa Wisata Pulau Libukang (Pulau Harapan)". jadesta.kemenparekraf.go.id. Diakses tanggal 7 Oktober 2022. 
  9. ^ Komarudin, Didin, dkk. (2017). Badollahi, Muhammad Zainuddin, ed. PROSIDING Seminar Nasional Perikanan Tangkap IPB ke 7; Bogor, 22-23 Agustus 2017 (PDF). Bogor: Departemen Pemanfaatan Sumberdaya Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor. hlm. 248–256. ISBN 978-979-1225-35-9. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2022-10-08. Diakses tanggal 2022-10-08. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]