Pulau Lae-Lae

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lae-Lae
Pulau Lae-Lae
Lae-Lae di Makassar
Lae-Lae
Lae-Lae
Lae-Lae di Sulawesi Selatan
Lae-Lae
Lae-Lae
Lae-Lae di Sulawesi
Lae-Lae
Lae-Lae
Lae-Lae di Indonesia
Lae-Lae
Lae-Lae
Lae-Lae di Asia Tenggara
Lae-Lae
Lae-Lae
Geografi
LokasiSelat Makassar
Asia Tenggara
Samudra Hindia
Koordinat5°8′12.380″S 119°23′28.510″E / 5.13677222°S 119.39125278°E / -5.13677222; 119.39125278
KepulauanKepulauan Spermonde, Kepulauan Sunda Besar (Pulau Sulawesi dan Pulau-pulau Kecil di Sekitarnya), Kepulauan Indonesia
Dibatasi olehSelat Makassar
Luas6,5 hektare (0,065 km2) km2
Pemerintahan
Negara Indonesia
Provinsi Sulawesi Selatan
KotaMakassar
KecamatanUjung Pandang
KelurahanLae-Lae
Kependudukan
Penduduk400 KK / ± 2.000 jiwa
BahasaMakassar
Kelompok etnikMakassar
Info lainnya
Zona waktu
Peta

Lae-Lae atau Laelae (Makassar: ᨒᨕᨙᨒᨕᨙ, translit. Laélaé, har. 'ke mari, ke mari')[1] adalah nama sebuah pulau kecil bervegetasi dan berpenghuni yang berada di gugusan Kepulauan Spermonde, perairan Selat Makassar dan secara administratif masuk pada wilayah Kelurahan Lae-Lae, Kecamatan Ujung Pandang, Kota Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia.[2] Secara astronomis, pulau ini terletak di titik koordinat 5°8′12.380″LS,119°23′28.510″BT.[3] Dalam sejarahnya, Pulau Lae-Lae merupakan pulau peninggalan Jepang. Pulau dengan luas 6,50 ha berpasir putih ini dihuni oleh 400 keluarga atau sekitar 2.000 jiwa. Jarak pulau ini dari Makassar sekitar 1,5 km. Kita dapat berkunjung melalui Dermaga Kayu Bangkoa di jalan Pasar Ikan No. 28 atau dermaga yang terletak di depan Fort Rotterdam dengan menggunakan speedboat/jonson dengan waktu kurang dari 15 menit. Di pulau Lae-Lae terdapat pula situs sejarah peninggalan perang, yaitu sebuah terowongan bawah tanah, yang konon katanya terhubung dengan benteng kota Makassar/Fort Rotterdam. Namun sangat disayangkan karena tidak adanya perhatian oleh dinas terkait dan penduduk setempat maka jalan masuk terowongan tersebut telah tertimbun oleh sampah rumah tangga. Pada 1997, Pulau Lae-Lae pernah hendak dijual Pemerintah Kota Makassar ke investor. Rencana itu batal karena penduduk setempat menolaknya.

Sejarah penamaan[sunting | sunting sumber]

Lae-Lae atau laelae adalah sebuah ucapan untuk meminta bantuan atau pertolongan. Jadi dahulu pernah ada kapal atau perahu yang karam dan penumpangnya adalah orang-orang yang berasal dari Tiongkok. Ketika para penumpang yang tenggelam tersebut melihat ada kapal atau perahu yang melintas, maka mereka berteriak meminta pertolongan dengan ucapan lae-lae. Kemudian mereka diselamatkan dan dibawa ke sebuah pulau terdekat yang sekarang disebut dengan Pulau Lae-Lae. Asal muasal nama Lae-Lae sendiri menurut cerita ada sebuah kapal yang penuh dengan penumpang Tiongkok dan terdampar di karang berpasir dan banyak tumbuh semak-semak pohon pandan. Saat itu ributlah penumpang Tiongkok memanggil-manggil lae-lae artinya ke mari, ke mari. Maka dinamakanlah karang berpasir itu Lae-Lae, begitu pula dinamakan tanjung itu Ujung Pandang yang saat ini berganti nama kembali menjadi Makassar.[1]

Tempat wisata[sunting | sunting sumber]

Bagi yang senang menjelajah pulau-pulau di sekitar Kota Makassar, pulau Lae-Lae ini jelas terlihat dari Pantai Losari. Pulau Lae-Lae terletak di wilayah bagian barat Kota Makassar sekitar 1,5 km, atau cukup 10 menit perjalanan dengan menggunakan perahu nelayan dari daratan utama kota Makassar di Dermaga Kayu Bangkoa atau dermaga di depan Benteng Fort Rotterdam Makassar. Letaknya bersebelahan dengan pulau kecil yang bernama Pulau Samalona. Jaraknya pun tidak terlalu jauh, kedua pulau ini letaknya bersebelahan. Pulau ini terkenal memiliki pemandangan sunset yang menawan. Sangat cocok untuk dijadikan tempat berlibur dan bersantai. Suasananya yang hening sangat cocok untuk dijadikan tempat untuk sejenak pergi dari hiruk-pikuk kota. Jumlah penduduk yang tinggal di pulau ini pun tidak begitu banyak, hanya sekitar 2.000-an jiwa. Jam operasional Pulau Lae-Lae buka setiap hari selama 24 jam. Para wisatawan tidak ditarik biaya tiket masuk untuk berkunjung ke Pulau Lae-Lae, sehingga mereka hanya perlu mengeluarkan biaya untuk sewa perahu penyebrangan.[4]

Bisa dengan perjanjian dengan pemilik perahu jam berapa akan dijemput atau bisa menyimpan nomor kontaknya agar leluasa menghubunginya. Perjalanan 10 menit yang sangat singkat itu diantar ke dermaga kecil depan pulau atau bisa juga atas permintaan penumpang diturunkan di dekat pantai karang dan bukan dekat permukiman penduduk. Setelah sampai di pantai karang itu di sana banyak disewakan balai-balai bambu beratap untuk santai. Buat penumpang yang lupa bawa bekal makanan, jangan ragu, disana banyak warung-warung yang menyediakan makanan dan minuman, tetapi jika ingin bersantai sambil bakar ikan bisa juga ikutan jika repot membawa semua bahan-bahannya dari Kota Makassar

Deretan pohon-pohon kering sepanjang pantai memberi pemandangan yang indah, dan jika cermat mengambil sudut-sudut tertentu untuk membidik lewat kamera, maka akan mendapatkan suasana seperti musim gugur di luar negeri. Untuk pantainya, meski pasir putihnya tidak sehalus tepung, tapi lumayan buat menikmati suasana pantai. Bagi yang ingin snorkeling bisa membawa perlengkapan sendiri. Pantai ini juga paling tepat buat yang ingin belajar berenang di air laut, sebab di sini bulu babi yang sangat menyakitkan itu jarang terdapat di sekitar pantai ini. Setelah puas berenang berfoto dengan panorama deretan pohon kering. Pengunjung bisa mengunjungi sisi selatan pulau dengan batu batu pemecah ombak yang berbentuk piramida segitiga, di sekitar itu ada kuburan yang konon merupakan kuburan seorang keturunan Tionghoa-Arab.

Pulau ini juga memiliki gardu listrik sendiri. Penduduk setempat telah dibina dan Pulau Lae-Lae ini dijadikan tempat wisata dengan memberdayakan penduduk setempat, menjajakan kerajinan, juga menyediakan tempat penginapan yang dikelola penduduk setempat menjadi tempat wisata bernuansa nelayan.

Pemandangan laut yang menawan

Ukuran Pulau Lae-Lae memang tidak terlalu besar. Luasnya hanya sekitar 0,065 km². Namun begitu menginjakkan kaki di pulau ini, pengunjung akan disambut dengan hamparan pasir putih dengan pepohonan yang terlihat sudah mengering tanpa daun. Selain itu, jika cuaca sedang cerah, maka perpaduan antara pantai dan awan-awan putih yang ada di langit menjadi sebuah pemandangan yang sangat indah. Ada banyak sekali spot yang bagus untuk dijadikan tempat berfoto di sekeliling pulau ini. Bibir pantai diantara pohon-pohon kering adalah salah satunya. Tak hanya itu, pengunjung juga bisa bersantai di atas jaring yang diikat diantara pepohonan.[4]

Pemandangan sunset

Pemandangan sunset dari Pulau Lae-Lae sangat bagus. Pengunjung bisa menyaksikan terbenamnya matahari dan berubahnya warna langit menjadi oranye kebiruan, bahkan terkadang berwarna sedikit kemerahan. Dalam hal ini, pengunjung bisa bersantai dengan duduk-duduk di pinggir pantai sembari menyaksikannya.[4]

Berenang dan snorkeling

Pulau Lae-Lae juga terkenal memiliki keindahan bawah laut yang tak kalah cantiknya. Sehingga para pengunjung bisa berenang maupun snorkeling di sini untuk menikmati keindahan biota laut yang ada. Hanya saja, di pulau ini sudah mulai terlihat beberapa terumbu karang yang mulai rusak. Meski begitu, pengunjung tetap bisa melihat pemandangan ikan-ikan tropis berwarna-warni yang ada pada perairan dangkal di sekitar pantai. Namun, pengunjung juga harus memperhatikan kaki ketika menginjak dasar, karena di perairan pulau ini banyak terdapat bulu babi.[4]

Fasilitas

Fasilitas yang ada di Pulau Lae-Lae bisa dikatakan cukup lengkap. Jika ingin menikmati keindahan pulau ini lebih lama, pengunjung bisa menginap di penginapan yang tersedia. Harga yang ditawarkan untuk penginapan ini juga terbilang terjangkau. Pondok penginapan ini lebih akrab dikenal dengan bale-bale oleh masyarakat sekitar. Harga yang ditawarkan untuk bale-bale di sini mulai dari Rp50.000 hingga Rp150.000. Selain itu, pengunjung juga tak perlu khawatir soal perut karena di Pulau Lae-Lae juga tersedia tempat makan yang lumayan banyak. Mengingat pulau ini berpenghuni, sehingga tak perlu khawatir jika tidak menemukan fasilitas yang dibutuhkan. Toilet hingga fasilitas untuk beribadah ada di pulau yang tak jauh dari Kota Makassar ini. Jika tidak ingin menginap di pulau ini, pengunjung juga bisa menginap di Kota Makassar-nya. Beberapa hotel atau penginapan yang bisa dijadikan tempat menginap jika ingin di luar pulau ini cukup beragam. Misalnya, Quality Plaza Hotel yang letakknya hanya berjarak 1,9 km dari Pulau Lae-Lae. Selain itu, ada juga Makassar Beach In yang letaknya 1,5 km dari Pulau Lae-Lae.[4]

Bangunan kuno

Pulau Lae-Lae ini juga merupakan pulau peninggalan zaman pendudukan Jepang. Di pulau ini terdapat sebuah terowongan bawah tanah yang konon katanya dulu pernah terhubung dengan Benteng Fort Rotterdam Makassar.[1]

Aksesibilitas

Untuk bisa sampai ke wisata Pulau Lae-Lae, wisatawan harus menyeberang dari Kota Makassar dengan menyewa perahu boat atau perahu motor milik nelayan. Wisawatan bisa menyeberang dari Dermaga Kayu Bangkoa atau bisa juga dengan menyeberang dari dermaga yang berlokasi di depan Fort Rotterdam. Biaya sewa perahu untuk menyeberang ke Pulau Lae-Lae berkisar antara Rp15.000-Rp30.000 per orang untuk sekali menyeberang. Waktu penyeberangan biasanya membutuhkan waktu 5-10 menit.[4]

Festival bahari[sunting | sunting sumber]

Pada September 2011, Pulau Lae-Lae dijadikan tempat pelaksanaan Festival Bahari 2011 Kota Makassar dengan kegiatan lomba renang antar pulau, dimana Pulau Lae-Lae menjadi tempat start bagi kategori atlet, umum, dan TNI-Polri.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Fajriani, Nur (22 Maret 2020). "Sejarah Penamaan dan Profil Kelurahan Lae-Lae, Kecamatan Ujung Pandang". makassar.tribunnews.com. Diakses tanggal 7 Juni 2023. 
  2. ^ Abdul Haris Farid, Suhardjono, dan Dwi Wulan Titik Andari. Laporan Penelitian: Penguasaan dan Pemilikan atas Tanah Pulau-Pulau Kecil di Propinsi Sulawesi Selatan. Badan Pertanahan Nasional Republik Indonesia Sekolah Tinggi Pertanahan Nasional Yogyakarta, 2013. Hlm. 1–53.
  3. ^ Deputi Bidang Informasi Geospasial Dasar, Badan Informasi Geospasial Republik Indonesia (2021). "Sistem Informasi Nama Rupabumi (Sinar)". sinar.big.go.id. Diakses tanggal 29 April 2023. 
  4. ^ a b c d e f Nurullah, Bangkit (12 Juli 2021). "Pulau Lae-Lae". www.tribunnewswiki.com. Diakses tanggal 7 Juni 2023.