Lompat ke isi

Kemerajaan dan kerajaan Allah: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
 
(12 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan)
Baris 5: Baris 5:
Istilah "Kerajaan Allah" maupun "[[Kerajaan Sorga|Kerajaan Surga]]", padanannya di dalam [[Injil Matius]], merupakan salah satu unsur utama ajaran [[Yesus]] di dalam [[Perjanjian Baru]]. [[Injil Markus]] mengindikasikan bahwa injil adalah kabar baik tentang Kerajaan Allah. Istilah tersebut tidak dapat dipisahkan dari [[Kristus Raja|kemerajaan Kristus]] atas segala makhluk. Kerajaan "surga" muncul di dalam Injil Matius terutama lantaran keengganan orang Yahudi untuk melisankan "nama" (Allah). Yesus tidak mengajarkan perihal Kerajaan Allah per se sebanyak mengajarkan perihal ''kedatangan kembali'' kerajaan tersebut. Gagasan tentang kedatangan kembali kerajaan Allah (seperti pada zaman Musa) sudah menjadi gagasan bernada menghasut di "Kanaan", kawasan [[Syam|Israel-Palestina-Libanon]] sekarang ini, 60 tahun sebelum Yesus lahir, dan masih terus menggelorakan semangat sampai hampir seratus tahun lamanya sesudah Yesus wafat.<ref name=France101>''The Gospel of Matthew'' oleh R.T. France (21 Agustus 2007) {{ISBN|080282501X}} hlmn. 101–103</ref> Dengan mengacu kepada ajaran [[Perjanjian Lama]], penyifatan [[Allah (Kristen)|hubungan Allah dengan manusia]] di dalam ajaran agama Kristen pada hakikatnya melibatkan gagasan "Kemerajaan Allah".<ref name=Mercer490/><ref name=Image478/>
Istilah "Kerajaan Allah" maupun "[[Kerajaan Sorga|Kerajaan Surga]]", padanannya di dalam [[Injil Matius]], merupakan salah satu unsur utama ajaran [[Yesus]] di dalam [[Perjanjian Baru]]. [[Injil Markus]] mengindikasikan bahwa injil adalah kabar baik tentang Kerajaan Allah. Istilah tersebut tidak dapat dipisahkan dari [[Kristus Raja|kemerajaan Kristus]] atas segala makhluk. Kerajaan "surga" muncul di dalam Injil Matius terutama lantaran keengganan orang Yahudi untuk melisankan "nama" (Allah). Yesus tidak mengajarkan perihal Kerajaan Allah per se sebanyak mengajarkan perihal ''kedatangan kembali'' kerajaan tersebut. Gagasan tentang kedatangan kembali kerajaan Allah (seperti pada zaman Musa) sudah menjadi gagasan bernada menghasut di "Kanaan", kawasan [[Syam|Israel-Palestina-Libanon]] sekarang ini, 60 tahun sebelum Yesus lahir, dan masih terus menggelorakan semangat sampai hampir seratus tahun lamanya sesudah Yesus wafat.<ref name=France101>''The Gospel of Matthew'' oleh R.T. France (21 Agustus 2007) {{ISBN|080282501X}} hlmn. 101–103</ref> Dengan mengacu kepada ajaran [[Perjanjian Lama]], penyifatan [[Allah (Kristen)|hubungan Allah dengan manusia]] di dalam ajaran agama Kristen pada hakikatnya melibatkan gagasan "Kemerajaan Allah".<ref name=Mercer490/><ref name=Image478/>


[[Al-Qur'an]] tidak memuat istilah "kerajaan Allah", tetapi memuat [[ayat Kursi]] yang mengatakan bahwa singgasana [[Allah]] meliputi langit dan bumi. Al-Qur'an menyebutkan pula bahwa Nabi [[Ibrahim]] diperlihatkan "kerajaan langit" dan bumi.<ref name=Prophet27/> Pustaka-pustaka agama [[Baháʼí]] juga memakai istilah "kerajaan Allah".<ref name=BGems/>
[[Al-Qur'an]] tidak memuat istilah "kerajaan Allah", tetapi memuat [[ayat Kursi]] yang mengatakan bahwa singgasana [[Allah]] meliputi langit dan bumi. Al-Qur'an menyebutkan pula bahwa Nabi [[Ibrahim]] diperlihatkan "kerajaan langit" dan bumi.<ref name=Prophet27/> Pustaka-pustaka [[Baháʼí|agama Baha'i]] juga memakai istilah "kerajaan Allah".<ref name=BGems/>


== Alkitab Ibrani ==
== Alkitab Ibrani ==
{{Main|Kemerajaan Allah (Yahudi)}}
{{Main|Kemerajaan Allah (Yahudi)}}
Istilah "[https://www.lordmessage.co/2020/03/what-is-the-Kingdom-of-God.html kerajaan TUHAN]" muncul dua kali di dalam [[Alkitab Ibrani]], yaitu di dalam nas {{Alkitab|1 Tawarikh 28:5}} dan nas {{Alkitab|2 Tawarikh 13:8}}. Selain itu, istilah "kerajaan-Nya" dan "kerajaan-Mu" kadang-kadang pula dipakai ketika mengacu kepada Allah.<ref name=Wright>{{cite book |first1=R. T. |last1=France |author-link1=R. T. France |chapter=Kingdom of God |chapter-url=https://books.google.com/books?id=I8UWJohMGUIC&pg=PA420 |pages=420–422 |editor1-first=Kevin J. |editor1-last=Vanhoozer |editor2-first=Craig G. |editor2-last=Bartholomew |editor3-first=Daniel J. |editor3-last=Treier |editor4-first=Nicholas Thomas |editor4-last=Wright |year=2005 |title=Dictionary for Theological Interpretation of the Bible |location=Grand Rapids |publisher=Baker Book House |isbn=978-0-8010-2694-2 |access-date=19 Juli 2016 |archive-date=26 Januari 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210126092732/https://books.google.com/books?id=I8UWJohMGUIC&pg=PA420 |url-status=live }}</ref> Sebagai contoh, kalimat "ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan" digunakan di dalam nas {{Alkitab|1 Tawarikh 29:10-12}} dan kalimat "kerajaan-Nya adalah kerajaan yang kekal" digunakan di dalam nas Daniel 3:33 (nas {{Alkitab|Daniel 4:3}} menurut versi penomoran ayat Alkitab Kristen).<ref name=Mays>''Psalms: Interpretation'' oleh James Mays 2011 {{ISBN|0664234399}} hlmn. 438–439</ref> Ada pula nas-nas semisal {{Alkitab|Keluaran 19:6}} yang menunjukkan betapa Israel, selaku [[umat pilihan]] Allah, dipandang sebagai sebuah kerajaan, mengingatkan orang kepada sejumlah tafsir Kristen yang memandang kerajaan Allah sebagai [[dunia Kristen]].
Istilah "[https://www.lordmessage.co/2020/03/what-is-the-Kingdom-of-God.html kerajaan TUHAN]" muncul dua kali di dalam [[Alkitab Ibrani]], yaitu di dalam nas {{Alkitab|1 Tawarikh 28:5}} dan nas {{Alkitab|2 Tawarikh 13:8}}. Selain itu, istilah "kerajaan-Nya" dan "kerajaan-Mu" kadang-kadang pula dipakai ketika mengacu kepada Allah.<ref name=Wright>{{cite book |first1=R. T. |last1=France |author-link1=R. T. France |chapter=Kingdom of God |chapter-url=https://books.google.com/books?id=I8UWJohMGUIC&pg=PA420 |pages=420–422 |editor1-first=Kevin J. |editor1-last=Vanhoozer |editor2-first=Craig G. |editor2-last=Bartholomew |editor3-first=Daniel J. |editor3-last=Treier |editor4-first=Nicholas Thomas |editor4-last=Wright |year=2005 |title=Dictionary for Theological Interpretation of the Bible |location=Grand Rapids |publisher=Baker Book House |isbn=978-0-8010-2694-2 |access-date=19 Juli 2016 |archive-date=26 Januari 2021 |archive-url=https://web.archive.org/web/20210126092732/https://books.google.com/books?id=I8UWJohMGUIC&pg=PA420 |url-status=live }}</ref> Sebagai contoh, kalimat "ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan" digunakan di dalam nas {{Alkitab|1 Tawarikh 29:10-12}} dan kalimat "kerajaan-Nya adalah kerajaan yang kekal" digunakan di dalam nas Daniel 3:33 (nas {{Alkitab|Daniel 4:3}} menurut versi penomoran ayat Alkitab Kristen).<ref name=Mays>''Psalms: Interpretation'' oleh James Mays 2011 {{ISBN|0664234399}} hlmn. 438–439</ref> Ada pula nas-nas semisal {{Alkitab|Keluaran 19:6}} yang menunjukkan betapa Israel, selaku [[umat pilihan]] Allah, dipandang sebagai sebuah kerajaan, mengingatkan orang kepada sejumlah tafsir Kristen yang mengartikan kerajaan Allah sebagai [[dunia Kristen]].


"Kata Ibrani ''malkut'' [...] pertama-tama mengacu kepada suatu [[monarki absolut|pemerintahan, kekuasaan, atau kepemimpinan tertinggi]], dan yang kedua mengacu kepada wilayah tempat pemerintahan dijalankan. [...] Bilamana dipakai untuk menyifatkan Allah, kata ''malkut'' hampir selalu mengacu kepada kewenangan pemerintahan-Nya selaku Raja samawi."<ref>George Eldon Ladd, ''The Presence of the Future: The Eschatology of Biblical Realism'', Eerdmans (Grand Rapids: 1974), 46–47.</ref>
"Kata Ibrani ''malkut'' [...] pertama-tama mengacu kepada suatu [[monarki absolut|pemerintahan, kekuasaan, atau kepemimpinan tertinggi]], dan yang kedua mengacu kepada wilayah tempat pemerintahan dijalankan. [...] Bilamana dipakai untuk menyifatkan Allah, kata ''malkut'' hampir selalu mengacu kepada kewenangan-Nya selaku Raja samawi untuk meraja."<ref>George Eldon Ladd, ''The Presence of the Future: The Eschatology of Biblical Realism'', Eerdmans (Grand Rapids: 1974), 46–47.</ref>
"Mazmur kenaikan takhta" ({{Alkitab|Mazmur 45}}, {{Alkitab|Mazmur 93}}, {{Alkitab|Mazmur 96}}, {{Alkitab|Mazmur 97-99}}) menyediakan suatu latar bagi pandangan semacam ini dengan maklumat "TUHAN adalah Raja".<ref name=Image478>''Dictionary of Biblical Imagery'' oleh Leland Ryken, James C. Wilhoit dan Tremper Longman III (11 November 1998) {{ISBN|0830814515}} hlmn. 478–479</ref>
"Mazmur kenaikan takhta" ({{Alkitab|Mazmur 45}}, {{Alkitab|Mazmur 93}}, {{Alkitab|Mazmur 96}}, {{Alkitab|Mazmur 97-99}}) menyediakan suatu latar bagi pandangan semacam ini dengan maklumat "TUHAN adalah Raja".<ref name=Image478>''Dictionary of Biblical Imagery'' oleh Leland Ryken, James C. Wilhoit dan Tremper Longman III (11 November 1998) {{ISBN|0830814515}} hlmn. 478–479</ref>


Baik nas {{Alkitab|1 Raja-Raja 22:19}}, {{Alkitab|Yesaya 6}}, {{Alkitab|Yehezkiel 1}}, maupun {{Alkitab|Daniel 7:9}} berbicara tentang [[takhta Tuhan|Takhta Allah]], kendati beberapa filsuf semisal [[Saadia Gaon]] dan [[Maimonides]] menafsirkan penyebutan "takhta" semacam itu sebagai kiasan.<ref name= "Bowker pp. Throne of God">{{cite encyclopedia |last=Bowker |first=John |title=Throne of God |encyclopedia=The concise Oxford dictionary of world religions |edition=2005 |year=2005 |publisher=Oxford University Press |isbn=0-19-861053-X |url=http://www.encyclopedia.com/doc/1O101-ThroneofGod.html}}</ref>
Baik nas {{Alkitab|1 Raja-Raja 22:19}}, {{Alkitab|Yesaya 6}}, {{Alkitab|Yehezkiel 1}}, maupun {{Alkitab|Daniel 7:9}} berbicara tentang [[takhta Tuhan|Takhta Allah]], kendati beberapa filsuf semisal [[Saadia Gaon|Rabi Sa'id bin Yusuf Ga'on]] dan [[Maimonides|Rabi Musa bin Maimun]] menafsirkan penyebutan "takhta" semacam itu sebagai kiasan.<ref name= "Bowker pp. Throne of God">{{cite encyclopedia |last=Bowker |first=John |title=Throne of God |encyclopedia=The concise Oxford dictionary of world religions |edition=2005 |year=2005 |publisher=Oxford University Press |isbn=0-19-861053-X |url=http://www.encyclopedia.com/doc/1O101-ThroneofGod.html}}</ref>


== Kesusastraan periode antarperjanjian ==
== Kesusastraan periode antarperjanjian ==
Baris 25: Baris 25:
[[Injil Lukas]] mengabadikan penggambaran Yesus tentang Kerajaan Allah, yaitu "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah;<ref>{{Alkitab|Lukas 17:20}}</ref> juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu."<ref>{{Alkitab|Lukas 17:21}}</ref>
[[Injil Lukas]] mengabadikan penggambaran Yesus tentang Kerajaan Allah, yaitu "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah;<ref>{{Alkitab|Lukas 17:20}}</ref> juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu."<ref>{{Alkitab|Lukas 17:21}}</ref>


Di dalam Injil-[[Injil Sinoptik|Injil Sinoptis]], Yesus kerap bertutur tentang Kerajaan Allah. Meskipun demikian, di dalam [[Perjanjian Baru]], tidak ada satu nas pun yang meriwayatkan bahwa Yesus pernah mendefinisikan konsep tersebut secara jelas.<ref name="Ladd_45">George Eldon Ladd, The Presence of the Future: The Eschatology of Biblical Realism, Eerdmans (Grand Rapids: 1974), 45.</ref> Di dalam nas-nas Injil Sinoptis, tampaknya sudah diasumsikan bahwa "konsep ini adalah konsep yang sudah tidak asing lagi sehingga tidak perlu didefinisikan."<ref name="Ladd_45"/>Karen Wenell mengemukakan di dalam tulisannya bahwa "Injil Markus menyediakan bagi kita tempat yang signifikan untuk bertransformasi bagi ruang lingkup Kerajaan Allah, justru tempat tersebut dapat dipahami sebagai semacam tempat lahirnya Kerajaan Allah, yakni awal mula pendiriannya ...".<ref>{{cite journal|last1=Wenell|first1=Karen|title=A Markan 'Context' Kingdom? Examining Biblical and Social Models in Spatial Interpretation|journal=Biblical Theology Bulletin|date=August 2014|volume=44|issue=3|page=126|doi=10.1177/0146107914540487 |s2cid=144390379 |doi-access=free}}</ref><!--
Di dalam Injil-[[Injil Sinoptik|Injil Sinoptis]], Yesus kerap bertutur tentang Kerajaan Allah. Meskipun demikian, di dalam [[Perjanjian Baru]], tidak ada satu nas pun yang meriwayatkan bahwa Yesus pernah mendefinisikan konsep tersebut secara jelas.<ref name="Ladd_45">George Eldon Ladd, The Presence of the Future: The Eschatology of Biblical Realism, Eerdmans (Grand Rapids: 1974), 45.</ref> Di dalam nas-nas Injil Sinoptis, tampaknya sudah diasumsikan bahwa "konsep ini adalah konsep yang sudah tidak asing lagi sehingga tidak perlu didefinisikan."<ref name="Ladd_45"/>Karen Wenell mengemukakan di dalam tulisannya bahwa "Injil Markus menyediakan bagi kita tempat yang signifikan untuk bertransformasi bagi ruang lingkup Kerajaan Allah, justru tempat tersebut dapat dipahami sebagai semacam tempat lahirnya Kerajaan Allah, yakni awal mula pendiriannya ...".<ref>{{cite journal|last1=Wenell|first1=Karen|title=A Markan 'Context' Kingdom? Examining Biblical and Social Models in Spatial Interpretation|journal=Biblical Theology Bulletin|date=August 2014|volume=44|issue=3|page=126|doi=10.1177/0146107914540487 |s2cid=144390379 |doi-access=free}}</ref>


Pasal 3 [[Injil Yohanes]] mengetengahkan ihwal Kerajaan Allah di dalam percakapan Yesus dengan [[Nikodemus]].<ref>{{Alkitab|Yohanes 3:3-5}}</ref> [[Constantin von Tischendorf]]'s text is exceptional in referring to "the kingdom of heaven" in John 3:5, on evidence which [[Heinrich August Wilhelm Meyer|Heinrich Meyer]] describes as "ancient but yet inadequate".<ref>Meyer, H. A. W. (1880), [https://biblehub.com/commentaries/meyer/john/3.htm Meyer's NT Commentary] on John 3, translated from the German sixth edition, accessed 8 January 2024</ref>
Bab 3 [[Injil Yohanes]] mengetengahkan ihwal Kerajaan Allah di dalam percakapan Yesus dengan [[Nikodemus]].<ref>{{Alkitab|Yohanes 3:3-5}}</ref> Teks [[Constantin von Tischendorf]] tampil beda sendiri karena menggunakan frasa "kerajaan surga" di dalam nas {{Alkitab|Yohanes 3:5}}, berdasarkan bukti yang disifatkan [[Heinrich August Wilhelm Meyer|Heinrich Meyer]] sebagai bukti yang "purba tetapi tidak memadai".<ref>Meyer, H. A. W. (1880), [https://biblehub.com/commentaries/meyer/john/3.htm ''Meyer's NT Commentary''] ''on John 3'', diterjemahkan dari edisi keenam bahasa Jerman, diakses tanggal 8 Januari 2024</ref>


Within the non-canonical, yet contemporary [[Gnostic Gospel]] of [[Gospel of Thomas|Thomas]], Jesus is quoted as saying, "If those who lead you say to you: ‘Look, the kingdom is in the sky!’ then the birds of the sky will precede you. If they say to you: ‘It is in the sea,’ then the fishes will precede you. Rather, the kingdom is inside of you and outside of you. When you come to know yourselves, then you will be known, and you will realize that you are the children of the living Father."<ref name="gnostic-thomas">[https://www.biblicalarchaeology.org/daily/biblical-topics/bible-versions-and-translations/the-gospel-of-thomas-114-sayings-of-jesus/ Gospel of Thomas’s 114 Sayings of Jesus] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170905000650/https://www.biblicalarchaeology.org/daily/biblical-topics/bible-versions-and-translations/the-gospel-of-thomas-114-sayings-of-jesus/ |date=5 September 2017 }} Biblical Archaeological Society. 4 June 2017. Downloaded 4 September 2017.</ref> This same Gospel of Thomas further describes Jesus as implying that the Kingdom of God is already present, saying, "The kingdom of the Father is spread out upon the earth, and people do not see it.”<ref name="gnostic-thomas"/>
Di dalam [[Injil Gnostik]] [[Injil Tomas|Tomas]] yang non-kanonik tetapi sezaman dengan Injil-Injil kanonik, Yesus diriwayatkan berucap, "Jikalau orang-orang yang menuntun kamu berkata kepada kamu: ‘Lihat, kerajaan itu ada di angkasa!’ niscaya burung-burung di angkasa akan mendahului kamu. Jikalau mereka berkata kepada kamu: ‘kerajaan itu ada di laut,’ niscaya ikan-ikan akan mendahului kamu. Akan tetapi kerajaan itu ada di dalam kamu dan di luar kamu. Apabila kamu mengenal diri sendiri, kamu akan dikenal orang, dan kamu akan sadar bahwa kamu adalah anak-anak Bapa yang hidup."<ref name="gnostic-thomas">[https://www.biblicalarchaeology.org/daily/biblical-topics/bible-versions-and-translations/the-gospel-of-thomas-114-sayings-of-jesus/ 114 ucapan Yesus di dalam Injil Tomas] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20170905000650/https://www.biblicalarchaeology.org/daily/biblical-topics/bible-versions-and-translations/the-gospel-of-thomas-114-sayings-of-jesus/ |date=5 September 2017 }} Biblical Archaeological Society. 4 Juni 2017. Diunduh tanggal 4 September 2017.</ref> Injil Tomas selanjutnya meriwayatkan betapa Yesus mengisyaratkan bahwa Kerajaan Allah sudah hadir, dengan berkata, "Kerajaan Bapa tersebar luas di muka bumi, tetapi orang-orang tidak melihatnya.”<ref name="gnostic-thomas"/>


Di dalam suratnya kepada jemaat di Roma, [[Paulus dari Tarsus|Rasul Paulus]] menyifatkan Kerajaan Allah dengan kalimat "Karena Kerajaan Allah bukanlah tentang makanan dan minuman, melainkan tentang kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus."<ref>{{Alkitab|Roma 14:17}}</ref>
The [[Apostle Paul]] described the Kingdom of God in his letter to the church in Rome: "For the kingdom of God is not a matter of eating and drinking, but of righteousness, peace and joy in the Holy Spirit."<ref>Romans 14:17 NIV</ref>
The Kingdom of God (and its possibly equivalent form [[Kingdom of Heaven (Gospel of Matthew)|Kingdom of Heaven in the Gospel of Matthew]]) is one of the key elements of the teachings of [[Jesus]] in the [[New Testament]].<ref name="France101"/> Drawing on Old Testament teachings, the Christian characterization of the relationship between God and humanity inherently involves the notion of the "Kingship of God".<ref name=Mercer490>''Mercer Dictionary of the Bible'' by Watson E. Mills, Edgar V. McKnight and Roger A. Bullard (2001) {{ISBN|0865543739}} p. 490</ref><ref name=Image478/>


Kerajaan Allah (atau [[Kerajaan Sorga|Kerajaan Sorga]], yang mungkin sekali merupakan padanannya di dalam Injil Matius) adalah salah satu unsur utama ajaran [[Yesus]] di dalam [[Perjanjian Baru]].<ref name="France101"/> Dengan berpatokan kepada ajaran Perjanjian Lama, penyifatan hubungan Allah dengan manusia di dalam agama Kristen tidak dapat dilepaskan dari gagasan "Kemerajaan Allah".<ref name=Mercer490>''Mercer Dictionary of the Bible'' oleh Watson E. Mills, Edgar V. McKnight dan Roger A. Bullard (2001) {{ISBN|0865543739}} hlm. 490</ref><ref name=Image478/>
Most of the uses of the Greek word, ''basileia'' (kingdom), in the New Testament involve Kingdom of God (or Kingdom of Heaven).<ref>''Theology for the Community of God'' by Stanley J. Grenz (2000) {{ISBN|0802847552}} p. 473</ref> Matthew is likely to have instead used the term [[heaven]] because the background of his [[Jewish Christians|Jewish audience]] imposed restrictions on the frequent use of the [[Name of God in Christianity|name of God]].<ref>''Matthew'' by David L. Turner (2008) {{ISBN|0801026849}} p. 41</ref> However, Dr. [[Chuck Missler]] asserts that Matthew intentionally differentiated between the kingdoms of God and Heaven: "Most commentators presume that these terms are synonymous. However, Matthew uses ''Kingdom of Heaven'' 33 times, but also uses ''Kingdom of God'' five times, even in adjacent verses, which indicates that these are not synonymous: he is using a more denotative term."<ref>Missler, Chuck. ''A Kingdom Perspective'' http://www.khouse.org/articles/2013/1117/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201020054310/https://www.khouse.org/articles/2013/1117/ |date=20 October 2020 }}</ref> Kingdom of God is translated to [[Latin]] as ''Regnum Dei'' and Kingdom of Heaven as ''Regnum caelorum''.<ref>''A Primer of Ecclesiastical Latin'' by John F. Collins (1985) {{ISBN|0813206677}} p. 176</ref> -->

Sebagian besar pemakaian kata Yunani ''basileya'' (kerajaan) di dalam Perjanjian Baru terkait dengan Kerajaan Allah (atau Kerajaan Surga).<ref>''Theology for the Community of God'' oleh Stanley J. Grenz (2000) {{ISBN|0802847552}} hlm. 473</ref> Matius agaknya menggunakan istilah "[[surga]]" lantaran [[Umat Kristen Yahudi|ajaran agama Yahudi yang melatarbelakangi sidang pembacanya]] mewajibkan pembatasan terhadap penyebutan [[Nama Allah (Kekristenan)|Nama Allah]].<ref>''Matthew'' oleh David L. Turner (2008) {{ISBN|0801026849}} hlm. 41</ref> Meskipun demikian, Doktor [[Chuck Missler]] berpendapat bahwa Matius memang sengaja membedakan kerajaan surga dari kerajaan Allah. Ia mengemukakan bahwa "kebanyakan pengulas mengandaikan bahwa istilah-istilah tersebut bersinonim. Kendati demikian, Matius menggunakan frasa ''Kerajaan Surga'' sebanyak 33 kali, tetapi juga menggunakan frasa ''Kerajaan Allah'' sebanyak lima kali, malah menggunakannya di dalam ayat-ayat yang berdekatan, yang mengisyaratkan bahwa kedua istilah tersebut tidak sinonim: ia menggunakan istilah yang lebih denotatif."<ref>Missler, Chuck. ''A Kingdom Perspective'' http://www.khouse.org/articles/2013/1117/ {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20201020054310/https://www.khouse.org/articles/2013/1117/ |date=20 October 2020 }}</ref> Kerajaan Allah diterjemahkan ke dalam [[bahasa Latin]] menjadi ''Regnum Dei'', sementara Kerajaan Surga diterjemahkan menjadi ''Regnum caelorum''.<ref>''A Primer of Ecclesiastical Latin'' oleh John F. Collins (1985) {{ISBN|0813206677}} hlm. 176</ref>


== Agama Kristen ==
== Agama Kristen ==
Baris 44: Baris 44:
Pernyataan "Allah hakim sarwa sekalian alam" di dalam [[Perjanjian Lama]] dan gagasan bahwa segenap umat manusia pada akhirnya akan [[pengadilan Terakhir|dihakimi]] yang juga terkandung di dalam Perjanjian Lama, merupakan salah satu unsur asasi ajaran agama Kristen.<ref name="Millard391">''Introducing Christian Doctrine'' (Edisi ke-2) oleh Millard J. Erickson (2001) {{ISBN|0801022509}} hlmn. 391–392</ref> [[Syahadat Nikea]], yang berasaskan beberapa nas Perjanjian Lama, menunjukkan bahwa tugas untuk menghakimi dilimpahkan kepada Yesus.<ref name="Millard391" /><ref name="Pann390">''Systematic Theology'' Jil. 2 oleh Wolfhart Pannenberg (2004) {{ISBN|0567084663}} hlmn. 390–391</ref>
Pernyataan "Allah hakim sarwa sekalian alam" di dalam [[Perjanjian Lama]] dan gagasan bahwa segenap umat manusia pada akhirnya akan [[pengadilan Terakhir|dihakimi]] yang juga terkandung di dalam Perjanjian Lama, merupakan salah satu unsur asasi ajaran agama Kristen.<ref name="Millard391">''Introducing Christian Doctrine'' (Edisi ke-2) oleh Millard J. Erickson (2001) {{ISBN|0801022509}} hlmn. 391–392</ref> [[Syahadat Nikea]], yang berasaskan beberapa nas Perjanjian Lama, menunjukkan bahwa tugas untuk menghakimi dilimpahkan kepada Yesus.<ref name="Millard391" /><ref name="Pann390">''Systematic Theology'' Jil. 2 oleh Wolfhart Pannenberg (2004) {{ISBN|0567084663}} hlmn. 390–391</ref>


Belum ada mufakat yang menyeluruh mengenai tafsir teologis dari "Kerajaan Allah" di kalangan sarjana. Meskipun sejumlah tafsir teologis dari istilah Kerajaan Allah sudah diketengahkan di dalam konteks [[Eskatologi|eskatologis]]nya, misalnya eskatologi [[apokaliptisisme|apokaliptis]], [[eskatologi terealisasi]], maupun [[eskatologi terinagurasi]], belum ada konsensus di kalangan para sarjana.<ref name=familiar77>''Familiar Stranger: An Introduction to Jesus of Nazareth'' oleh Michael James McClymond (2004) {{ISBN|0802826806}} hlmn. 77–79</ref><ref name=Chil255>''Studying the Historical Jesus: Evaluations of the State of Current Research'' oleh Bruce Chilton dan Craig A. Evans (1998) {{ISBN|9004111425}} hlm. 255–257</ref><!--
Belum ada mufakat yang menyeluruh mengenai tafsir teologis dari "Kerajaan Allah" di kalangan sarjana. Meskipun sejumlah tafsir teologis dari istilah Kerajaan Allah sudah diketengahkan di dalam konteks [[Eskatologi|eskatologis]]nya, misalnya eskatologi [[apokaliptisisme|apokaliptis]], [[eskatologi terealisasi]], maupun [[eskatologi terinagurasi]], belum ada konsensus di kalangan para sarjana.<ref name=familiar77>''Familiar Stranger: An Introduction to Jesus of Nazareth'' oleh Michael James McClymond (2004) {{ISBN|0802826806}} hlmn. 77–79</ref><ref name=Chil255>''Studying the Historical Jesus: Evaluations of the State of Current Research'' oleh Bruce Chilton dan Craig A. Evans (1998) {{ISBN|9004111425}} hlm. 255–257</ref>


[[R. T. France]] points out that while the concept of "Kingdom of God" has an intuitive meaning to lay Christians, there is hardly any agreement among scholars about its meaning in the New Testament.<ref name=FranceK1>''Divine Government: God's Kingship in the Gospel of Mark'' by R.T. France (2003) {{ISBN|1573832448}} pp. 1–3</ref> Some scholars see it as a Christian lifestyle, some as a method of world evangelization, some as the rediscovery of charismatic gifts, others relate it to no present or future situation, but the [[world to come]].<ref name=FranceK1/> France states that the phrase Kingdom of God is often interpreted in many ways to fit the theological agenda of those interpreting it.<ref name=FranceK1/>
[[R. T. France]] menunjukkan bahwa meskipun konsep "Kerajaan Allah" memiliki makna yang intuitif di kalangan umat Kristen awam, nyaris tidak ada kata mufakat di kalangan sarjana mengenai maknanya di dalam Perjanjian Baru.<ref name=FranceK1>''Divine Government: God's Kingship in the Gospel of Mark'' oleh R.T. France (2003) {{ISBN|1573832448}} hlmn. 1–3</ref> Beberapa sarjana mengartikannya sebagai gaya hidup Kristen, beberapa lagi mengartikannya sebagai metode pewartaan Injil ke seluruh dunia, dan beberapa lagi mengartikannya sebagai penemuan kembali karunia-karunia karismatik, sementara sarjana-sarjana lain mengaitkannya bukan dengan keadaan kini maupun nanti, melainkan dengan [[dunia yang akan datang]].<ref name=FranceK1/> R. T. France mengemukakan bahwa frasa Kerajaan Allah acap kali ditafsirkan dengan beragam cara supaya cocok dengan agenda teologis mufasirnya.<ref name=FranceK1/>


Di dalam [[Perjanjian Baru]], [[takhta Tuhan|Takhta Allah]] is alluded to in several forms.<ref name= "Kittel p. 164-166">{{cite book |last=Kittel |first=Gerhard |title=Theological Dictionary of the New Testament, Volumes 3-4 |year=1966 |publisher=Wm. B. Eerdmans Publishing |isbn=0-8028-2245-2 |pages=164–166}}</ref> Among these are [[Heaven (Christianity)|Heaven]] as the Throne of God, The Throne of [[David]], The Throne of Glory, The Throne of [[Grace (Christianity)|Grace]] and many more.<ref name= "Kittel p. 164-166"/> The New Testament continues Jewish identification of heaven itself as the "throne of God",<ref>William Barclay ''The Gospel of Matthew: Chapters 11–28 '' p. 340 Matthew 23:22 "And whoever swears by heaven swears by the throne of God and by him who sits upon it."</ref> but also locates the throne of God as "in heaven" and having a second subordinate seat at the [[Right Hand of God]] for the [[Session of Christ]].<ref>[[Philip Edgecumbe Hughes]] ''A Commentary on the Epistle to the Hebrews'' p. 401 1988 "The theme of [[Session of Christ|Christ's heavenly session]], announced here by the statement he sat down at the [[right hand of God]], .. Hebrews 8:1 "we have such a high priest, one who is seated at the right hand of the throne of the Majesty in heaven"</ref> -->
Di dalam [[Perjanjian Baru]], [[takhta Tuhan|Takhta Allah]] dikilatkan dalam beberapa bentuk,<ref name= "Kittel p. 164-166">{{cite book |last=Kittel |first=Gerhard |title=Theological Dictionary of the New Testament, Volumes 3-4 |year=1966 |publisher=Wm. B. Eerdmans Publishing |isbn=0-8028-2245-2 |pages=164–166}}</ref> antara lain [[Surga (Kekristenan)|Surga]] sebagai Takhta Allah, Takhta [[Daud]], Takhta Kemuliaan, Takhta [[Grace (Christianity)|Kerahiman]], dan banyak lagi yang lain.<ref name= "Kittel p. 164-166"/> Perjanjian Baru melanggengkan fikrah Yahudi yang mengidentifikasi Surga itu sendiri sebagai "takhta Allah",<ref>William Barclay ''The Gospel of Matthew: Chapters 11–28 '' hlm. 340 Matius 23:22 "Dan, siapa yang bersumpah demi surga, bersumpah demi takhta Allah, dan demi Dia yang duduk di atasnya."</ref> tetapi juga menyifatkan lokasi takhta Allah itu berada "di surga", dan menambahkan suatu takhta kedua yang lebih rendah di [[sebelah kanan Allah]] sebagai tempat [[Kristus bersemayam]].<ref>[[Philip Edgecumbe Hughes]] ''A Commentary on the Epistle to the Hebrews'' hlm. 401 1988 "Tema [[Kristus bersemayam|Kristus bersemayam di surga]], dipermaklumkan di sini dengan pernyataan ia duduk di [[sebelah kanan Allah]], .. Ibrani 8:1 "kita mempunyai Imam Besar yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahatinggi di surga"</ref>


== Agama Islam ==
== Agama Islam ==
Baris 59: Baris 59:
== Agama Baha'i ==
== Agama Baha'i ==
{{seealso|Kosmologi Bahá'í|l1=Kosmologi agama Baha'i}}
{{seealso|Kosmologi Bahá'í|l1=Kosmologi agama Baha'i}}
Istilah "kerajaan Allah" muncul di dalam risalah-risalah [[Baháʼí|agama Baha'i]], termasuk di dalam risalah-risalah [[Bahá'u'lláh|Baha'ullah]], pengasas agama Baháʼí, dan risalah-risalah anaknya, [[`Abdu'l-Bahá|Abdul Baha]].<ref name=BGems>{{cite book |author = Bahá'u'lláh |author-link = Bahá'u'lláh |year = 2002 |title = Gems of Divine Mysteries |publisher = Baháʼí World Centre |location = Haifa, Israel |isbn = 0-85398-975-3 |url = http://reference.bahai.org/en/t/b/GDM/ |page = 9 |access-date = 30 Oktober 2010 |archive-date = 6 Juni 2019 |archive-url = https://web.archive.org/web/20190606124511/http://reference.bahai.org/en/t/b/GDM/ |url-status = live }}</ref><ref>{{cite book |author = Bahá'u'lláh |author-link = Bahá'u'lláh |year = 1976 |title = Gleanings from the Writings of Bahá'u'lláh |publisher = Baháʼí Publishing Trust |location = Wilmette, Illinois |isbn = 0-87743-187-6 |url = https://archive.org/details/gleaningsfromwri0000baha_w8j0/page/86 |page = [https://archive.org/details/gleaningsfromwri0000baha_w8j0/page/86 86] }}</ref><ref>{{cite book |author = Bahá'u'lláh |author-link = Bahá'u'lláh |orig-year = 1873 |year = 1992 |title = The Kitáb-i-Aqdas: The Most Holy Book |publisher = Baháʼí Publishing Trust |location = Wilmette, Illinois |isbn = 0-85398-999-0 |url = http://reference.bahai.org/en/t/b/KA/ |access-date = 30 Oktober 2010 |archive-date = 14 Mei 2019 |archive-url = https://web.archive.org/web/20190514100418/http://reference.bahai.org/en/t/b/KA/ |url-status = live }}</ref><ref>{{cite book |last = `Abdu'l-Bahá |author-link = `Abdu'l-Bahá |year = 1908 |publication-date = 1990 |title = Some Answered Questions |publisher = Baháʼí Publishing Trust |place = Wilmette, Illinois |url = http://reference.bahai.org/en/t/ab/SAQ/ |isbn = 0-87743-162-0 |page = 58 |access-date = 30 Oktober 2010 |archive-date = 22 Mei 2019 |archive-url = https://web.archive.org/web/20190522140517/http://reference.bahai.org/en/t/ab/SAQ/ |url-status = live }}</ref> Di dalam [[ajaran agama Baháʼí|ajaran agama Baha'i]], kerajaan Allah dipahami sebagai keadaan sesosok pribadi maupun sebagai keadaan dunia. Baha'ullah menyatakan bahwa kitab-kitab suci pegangan agama-agama yang ada di dunia ini menubuatkan kedatangan seorang juru selamat yang akan mendatangkan suatu [[Tatanan dunia baru (Baháʼí)|zaman kegemilangan bagi umat manusia]], yaitu kerajaan kerajaan Allah di muka bumi. Baha'ullah mendaku sebagai juru selamat tersebut, dan menyatkaan bahwa ajaran-ajarannyalah yang akan mewujudnyatakan kerajaan Allah di muka bumi. Ia juga mengajarkan bahwa nubuat-nubuat terkait akhir zaman dan kedatangan kerajaan Allah pada hakikatnya bersifat simbolis serta mengacu kepada peningkatan dan pembaharuan rohani.<ref name="momen">{{cite book | last = Momen | first = Moojan | year = 2004 | title = Holy People of the World: A Cross-cultural Encyclopedia | editor-first = Phyllis G. | editor-last = Jestice | publisher = ABC-CLIO | isbn = 1-57607-355-6 | chapter = Baha'i Faith and Holy People | place = Santa Barbara, CA}}</ref> Agama Baha'i juga mengajarkan bahwa pada saat umat beribadat dan berbakti kepada kemanusiaan, mereka menjadi lebih dekat kepada Allah dan berkembang secara rohani, sehingga dapat beroleh kehidupan kekal dan mesuk ke dalam kerajaan Allah selagi hayat masih dikandung badan.<ref>{{cite book | last = Smith | first = Peter | year = 2008 | title = An Introduction to the Baháʼí Faith | publisher = Cambridge University Press | place = Cambridge | isbn=978-0-521-86251-6 | pages = 118–119}}</ref>
Istilah "kerajaan Allah" muncul di dalam risalah-risalah [[Baháʼí|agama Baha'i]], termasuk di dalam risalah-risalah [[Bahá'u'lláh|Baha'ullah]], pengasas agama Baháʼí, dan risalah-risalah anaknya, [[`Abdu'l-Bahá|Abdul Baha]].<ref name=BGems>{{cite book |author = Bahá'u'lláh |author-link = Bahá'u'lláh |year = 2002 |title = Gems of Divine Mysteries |publisher = Baháʼí World Centre |location = Haifa, Israel |isbn = 0-85398-975-3 |url = http://reference.bahai.org/en/t/b/GDM/ |page = 9 |access-date = 30 Oktober 2010 |archive-date = 6 Juni 2019 |archive-url = https://web.archive.org/web/20190606124511/http://reference.bahai.org/en/t/b/GDM/ |url-status = live }}</ref><ref>{{cite book |author = Bahá'u'lláh |author-link = Bahá'u'lláh |year = 1976 |title = Gleanings from the Writings of Bahá'u'lláh |publisher = Baháʼí Publishing Trust |location = Wilmette, Illinois |isbn = 0-87743-187-6 |url = https://archive.org/details/gleaningsfromwri0000baha_w8j0/page/86 |page = [https://archive.org/details/gleaningsfromwri0000baha_w8j0/page/86 86] }}</ref><ref>{{cite book |author = Bahá'u'lláh |author-link = Bahá'u'lláh |orig-year = 1873 |year = 1992 |title = The Kitáb-i-Aqdas: The Most Holy Book |publisher = Baháʼí Publishing Trust |location = Wilmette, Illinois |isbn = 0-85398-999-0 |url = http://reference.bahai.org/en/t/b/KA/ |access-date = 30 Oktober 2010 |archive-date = 14 Mei 2019 |archive-url = https://web.archive.org/web/20190514100418/http://reference.bahai.org/en/t/b/KA/ |url-status = live }}</ref><ref>{{cite book |last = `Abdu'l-Bahá |author-link = `Abdu'l-Bahá |year = 1908 |publication-date = 1990 |title = Some Answered Questions |publisher = Baháʼí Publishing Trust |place = Wilmette, Illinois |url = http://reference.bahai.org/en/t/ab/SAQ/ |isbn = 0-87743-162-0 |page = 58 |access-date = 30 Oktober 2010 |archive-date = 22 Mei 2019 |archive-url = https://web.archive.org/web/20190522140517/http://reference.bahai.org/en/t/ab/SAQ/ |url-status = live }}</ref> Di dalam [[ajaran agama Baháʼí|ajaran agama Baha'i]], kerajaan Allah dipahami sebagai keadaan diri pribadi maupun keadaan dunia. Baha'ullah menyatakan bahwa kitab-kitab suci pegangan agama-agama yang ada di dunia ini menubuatkan kedatangan seorang juru selamat yang akan mendatangkan suatu [[Tatanan dunia baru (Baháʼí)|zaman kegemilangan bagi umat manusia]], yaitu kerajaan kerajaan Allah di muka bumi. Baha'ullah mendaku sebagai juru selamat tersebut, dan menyatkaan bahwa ajaran-ajarannyalah yang akan mewujudnyatakan kerajaan Allah di muka bumi. Ia juga mengajarkan bahwa nubuat-nubuat terkait akhir zaman dan kedatangan kerajaan Allah pada hakikatnya bersifat simbolis serta mengacu kepada peningkatan dan pembaharuan rohani.<ref name="momen">{{cite book | last = Momen | first = Moojan | year = 2004 | title = Holy People of the World: A Cross-cultural Encyclopedia | editor-first = Phyllis G. | editor-last = Jestice | publisher = ABC-CLIO | isbn = 1-57607-355-6 | chapter = Baha'i Faith and Holy People | place = Santa Barbara, CA}}</ref> Agama Baha'i juga mengajarkan bahwa pada saat umat beribadat dan berbakti kepada kemanusiaan, mereka menjadi lebih dekat kepada Allah dan berkembang secara rohani, sehingga dapat beroleh kehidupan kekal dan mesuk ke dalam kerajaan Allah selagi hayat masih dikandung badan.<ref>{{cite book | last = Smith | first = Peter | year = 2008 | title = An Introduction to the Baháʼí Faith | publisher = Cambridge University Press | place = Cambridge | isbn=978-0-521-86251-6 | pages = 118–119}}</ref>


== Baca juga ==
== Baca juga ==

Revisi terkini sejak 3 Juli 2024 05.38

Kaca patri karya Reginald Hallward, menampilkan nas Matius 5:3, "diberkatilah orang yang miskin dalam roh sebab mereka yang mempunyai Kerajaan Surga".

Konsep kemerajaan Allah dapat dijumpai di dalam semua agama ibrahimi, dan dalam beberapa kasus dapat pula dijumpai pemakaian istilah kerajaan Allah dan kerajaan Surga. Gagasan kemerajaan Allah bersumber dari Alkitab Ibrani yang memuat perkataan "kerajaan-Nya" meskipun tidak memuat istilah "Kerajaan Allah".[1][2]

Istilah "Kerajaan Allah" maupun "Kerajaan Surga", padanannya di dalam Injil Matius, merupakan salah satu unsur utama ajaran Yesus di dalam Perjanjian Baru. Injil Markus mengindikasikan bahwa injil adalah kabar baik tentang Kerajaan Allah. Istilah tersebut tidak dapat dipisahkan dari kemerajaan Kristus atas segala makhluk. Kerajaan "surga" muncul di dalam Injil Matius terutama lantaran keengganan orang Yahudi untuk melisankan "nama" (Allah). Yesus tidak mengajarkan perihal Kerajaan Allah per se sebanyak mengajarkan perihal kedatangan kembali kerajaan tersebut. Gagasan tentang kedatangan kembali kerajaan Allah (seperti pada zaman Musa) sudah menjadi gagasan bernada menghasut di "Kanaan", kawasan Israel-Palestina-Libanon sekarang ini, 60 tahun sebelum Yesus lahir, dan masih terus menggelorakan semangat sampai hampir seratus tahun lamanya sesudah Yesus wafat.[3] Dengan mengacu kepada ajaran Perjanjian Lama, penyifatan hubungan Allah dengan manusia di dalam ajaran agama Kristen pada hakikatnya melibatkan gagasan "Kemerajaan Allah".[4][5]

Al-Qur'an tidak memuat istilah "kerajaan Allah", tetapi memuat ayat Kursi yang mengatakan bahwa singgasana Allah meliputi langit dan bumi. Al-Qur'an menyebutkan pula bahwa Nabi Ibrahim diperlihatkan "kerajaan langit" dan bumi.[6] Pustaka-pustaka agama Baha'i juga memakai istilah "kerajaan Allah".[7]

Alkitab Ibrani

[sunting | sunting sumber]

Istilah "kerajaan TUHAN" muncul dua kali di dalam Alkitab Ibrani, yaitu di dalam nas 1 Tawarikh 28:5 dan nas 2 Tawarikh 13:8. Selain itu, istilah "kerajaan-Nya" dan "kerajaan-Mu" kadang-kadang pula dipakai ketika mengacu kepada Allah.[2] Sebagai contoh, kalimat "ya TUHAN, punya-Mulah kerajaan" digunakan di dalam nas 1 Tawarikh 29:10–12 dan kalimat "kerajaan-Nya adalah kerajaan yang kekal" digunakan di dalam nas Daniel 3:33 (nas Daniel 4:3 menurut versi penomoran ayat Alkitab Kristen).[8] Ada pula nas-nas semisal Keluaran 19:6 yang menunjukkan betapa Israel, selaku umat pilihan Allah, dipandang sebagai sebuah kerajaan, mengingatkan orang kepada sejumlah tafsir Kristen yang mengartikan kerajaan Allah sebagai dunia Kristen.

"Kata Ibrani malkut [...] pertama-tama mengacu kepada suatu pemerintahan, kekuasaan, atau kepemimpinan tertinggi, dan yang kedua mengacu kepada wilayah tempat pemerintahan dijalankan. [...] Bilamana dipakai untuk menyifatkan Allah, kata malkut hampir selalu mengacu kepada kewenangan-Nya selaku Raja samawi untuk meraja."[9] "Mazmur kenaikan takhta" (Mazmur 45, Mazmur 93, Mazmur 96, Mazmur 97–99) menyediakan suatu latar bagi pandangan semacam ini dengan maklumat "TUHAN adalah Raja".[5]

Baik nas 1 Raja–Raja 22:19, Yesaya 6, Yehezkiel 1, maupun Daniel 7:9 berbicara tentang Takhta Allah, kendati beberapa filsuf semisal Rabi Sa'id bin Yusuf Ga'on dan Rabi Musa bin Maimun menafsirkan penyebutan "takhta" semacam itu sebagai kiasan.[10]

Kesusastraan periode antarperjanjian

[sunting | sunting sumber]

Frasa Kerajaan Allah tidak lazim dijumpai di dalam kesusastraan antarperjanjian. Bilamana muncul, misalnya di dalam kumpulan Mazmur Salomo dan Kitab Kebijaksanaan Salomo, frasa tersebut biasanya mengacu kepada "pemerintahan Allah, bukan kepada wilayah yang diperintah-Nya, bukan pula kepada zaman baru, [bukan pula kepada ...] rezim Almasihi yang kelak akan dibentuk oleh Orang Yang Diurapi Tuhan".[11]

Meskipun demikian, adakalanya istilah ini berdenotasi "suatu peristiwa eskatologis", misalnya di dalam Kitab Musa Diangkat ke Surga dan Kitab Ucapan Ilahi Sibila. Di dalam kitab-kitab tersebut, "Kerajaan Allah bukanlah suatu zaman baru, melainkan manifestasi efektif pemerintahan Allah atas seluruh dunia sehingga terbentuklah rezim eskatologis."[12] Ada pula pandangan lain yang masih sejalan dengan pandanga-pandangan di atas tetapi lebih bersifat "nasional", yaitu pandangan yang meluhurkan tokoh Almasih terjanji sebagai tokoh pembebas dan tokoh pendiri negara Israel yang baru.[13]

Perjanjian Baru

[sunting | sunting sumber]

Injil Lukas mengabadikan penggambaran Yesus tentang Kerajaan Allah, yaitu "Kerajaan Allah datang tanpa tanda-tanda lahiriah;[14] juga orang tidak dapat mengatakan: Lihat, ia ada di sini atau ia ada di sana! Sebab sesungguhnya Kerajaan Allah ada di antara kamu."[15]

Di dalam Injil-Injil Sinoptis, Yesus kerap bertutur tentang Kerajaan Allah. Meskipun demikian, di dalam Perjanjian Baru, tidak ada satu nas pun yang meriwayatkan bahwa Yesus pernah mendefinisikan konsep tersebut secara jelas.[16] Di dalam nas-nas Injil Sinoptis, tampaknya sudah diasumsikan bahwa "konsep ini adalah konsep yang sudah tidak asing lagi sehingga tidak perlu didefinisikan."[16]Karen Wenell mengemukakan di dalam tulisannya bahwa "Injil Markus menyediakan bagi kita tempat yang signifikan untuk bertransformasi bagi ruang lingkup Kerajaan Allah, justru tempat tersebut dapat dipahami sebagai semacam tempat lahirnya Kerajaan Allah, yakni awal mula pendiriannya ...".[17]

Bab 3 Injil Yohanes mengetengahkan ihwal Kerajaan Allah di dalam percakapan Yesus dengan Nikodemus.[18] Teks Constantin von Tischendorf tampil beda sendiri karena menggunakan frasa "kerajaan surga" di dalam nas Yohanes 3:5, berdasarkan bukti yang disifatkan Heinrich Meyer sebagai bukti yang "purba tetapi tidak memadai".[19]

Di dalam Injil Gnostik Tomas yang non-kanonik tetapi sezaman dengan Injil-Injil kanonik, Yesus diriwayatkan berucap, "Jikalau orang-orang yang menuntun kamu berkata kepada kamu: ‘Lihat, kerajaan itu ada di angkasa!’ niscaya burung-burung di angkasa akan mendahului kamu. Jikalau mereka berkata kepada kamu: ‘kerajaan itu ada di laut,’ niscaya ikan-ikan akan mendahului kamu. Akan tetapi kerajaan itu ada di dalam kamu dan di luar kamu. Apabila kamu mengenal diri sendiri, kamu akan dikenal orang, dan kamu akan sadar bahwa kamu adalah anak-anak Bapa yang hidup."[20] Injil Tomas selanjutnya meriwayatkan betapa Yesus mengisyaratkan bahwa Kerajaan Allah sudah hadir, dengan berkata, "Kerajaan Bapa tersebar luas di muka bumi, tetapi orang-orang tidak melihatnya.”[20]

Di dalam suratnya kepada jemaat di Roma, Rasul Paulus menyifatkan Kerajaan Allah dengan kalimat "Karena Kerajaan Allah bukanlah tentang makanan dan minuman, melainkan tentang kebenaran, damai sejahtera, dan sukacita dalam Roh Kudus."[21]

Kerajaan Allah (atau Kerajaan Sorga, yang mungkin sekali merupakan padanannya di dalam Injil Matius) adalah salah satu unsur utama ajaran Yesus di dalam Perjanjian Baru.[3] Dengan berpatokan kepada ajaran Perjanjian Lama, penyifatan hubungan Allah dengan manusia di dalam agama Kristen tidak dapat dilepaskan dari gagasan "Kemerajaan Allah".[4][5]

Sebagian besar pemakaian kata Yunani basileya (kerajaan) di dalam Perjanjian Baru terkait dengan Kerajaan Allah (atau Kerajaan Surga).[22] Matius agaknya menggunakan istilah "surga" lantaran ajaran agama Yahudi yang melatarbelakangi sidang pembacanya mewajibkan pembatasan terhadap penyebutan Nama Allah.[23] Meskipun demikian, Doktor Chuck Missler berpendapat bahwa Matius memang sengaja membedakan kerajaan surga dari kerajaan Allah. Ia mengemukakan bahwa "kebanyakan pengulas mengandaikan bahwa istilah-istilah tersebut bersinonim. Kendati demikian, Matius menggunakan frasa Kerajaan Surga sebanyak 33 kali, tetapi juga menggunakan frasa Kerajaan Allah sebanyak lima kali, malah menggunakannya di dalam ayat-ayat yang berdekatan, yang mengisyaratkan bahwa kedua istilah tersebut tidak sinonim: ia menggunakan istilah yang lebih denotatif."[24] Kerajaan Allah diterjemahkan ke dalam bahasa Latin menjadi Regnum Dei, sementara Kerajaan Surga diterjemahkan menjadi Regnum caelorum.[25]

Agama Kristen

[sunting | sunting sumber]
Allah Bapa bersemayam di atas singgasana, Westfalen, Jerman, akhir abad ke-15

Pernyataan "Allah hakim sarwa sekalian alam" di dalam Perjanjian Lama dan gagasan bahwa segenap umat manusia pada akhirnya akan dihakimi yang juga terkandung di dalam Perjanjian Lama, merupakan salah satu unsur asasi ajaran agama Kristen.[26] Syahadat Nikea, yang berasaskan beberapa nas Perjanjian Lama, menunjukkan bahwa tugas untuk menghakimi dilimpahkan kepada Yesus.[26][27]

Belum ada mufakat yang menyeluruh mengenai tafsir teologis dari "Kerajaan Allah" di kalangan sarjana. Meskipun sejumlah tafsir teologis dari istilah Kerajaan Allah sudah diketengahkan di dalam konteks eskatologisnya, misalnya eskatologi apokaliptis, eskatologi terealisasi, maupun eskatologi terinagurasi, belum ada konsensus di kalangan para sarjana.[28][29]

R. T. France menunjukkan bahwa meskipun konsep "Kerajaan Allah" memiliki makna yang intuitif di kalangan umat Kristen awam, nyaris tidak ada kata mufakat di kalangan sarjana mengenai maknanya di dalam Perjanjian Baru.[30] Beberapa sarjana mengartikannya sebagai gaya hidup Kristen, beberapa lagi mengartikannya sebagai metode pewartaan Injil ke seluruh dunia, dan beberapa lagi mengartikannya sebagai penemuan kembali karunia-karunia karismatik, sementara sarjana-sarjana lain mengaitkannya bukan dengan keadaan kini maupun nanti, melainkan dengan dunia yang akan datang.[30] R. T. France mengemukakan bahwa frasa Kerajaan Allah acap kali ditafsirkan dengan beragam cara supaya cocok dengan agenda teologis mufasirnya.[30]

Di dalam Perjanjian Baru, Takhta Allah dikilatkan dalam beberapa bentuk,[31] antara lain Surga sebagai Takhta Allah, Takhta Daud, Takhta Kemuliaan, Takhta Kerahiman, dan banyak lagi yang lain.[31] Perjanjian Baru melanggengkan fikrah Yahudi yang mengidentifikasi Surga itu sendiri sebagai "takhta Allah",[32] tetapi juga menyifatkan lokasi takhta Allah itu berada "di surga", dan menambahkan suatu takhta kedua yang lebih rendah di sebelah kanan Allah sebagai tempat Kristus bersemayam.[33]

Agama Islam

[sunting | sunting sumber]

Istilah "kerajaan Allah" tidak muncul di dalam Al-Qur-an. Kata Arab modern untuk kerajaan adalah mamlaka (المملكة), tetapi kata yang dipakai di dalam Al-Qur'an adalah mul'kan (مُّلْكًا), mengacu kepada surga, misalnya di dalam Al-Qur'an 4:54, "ataukah mereka dengki kepada manusia karena karunia yang telah dianugerahkan Allah kepadanya? Sungguh, Kami telah menganugerahkan kitab dan hikmah kepada keluarga Ibrahim dan Kami telah menganugerahkan kerajaan (kekuasaan) yang sangat besar kepada mereka", dan di dalam Al-Qur'an 6:75, "Dan demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi."[6] Varian Ma'lik (empunya), yang secara etimologis mirip dengan kata Malik (raja), muncul di dalam Al-Qur'an 1:4, "Pemilik hari pembalasan".[34]

Agama Baha'i

[sunting | sunting sumber]

Istilah "kerajaan Allah" muncul di dalam risalah-risalah agama Baha'i, termasuk di dalam risalah-risalah Baha'ullah, pengasas agama Baháʼí, dan risalah-risalah anaknya, Abdul Baha.[7][35][36][37] Di dalam ajaran agama Baha'i, kerajaan Allah dipahami sebagai keadaan diri pribadi maupun keadaan dunia. Baha'ullah menyatakan bahwa kitab-kitab suci pegangan agama-agama yang ada di dunia ini menubuatkan kedatangan seorang juru selamat yang akan mendatangkan suatu zaman kegemilangan bagi umat manusia, yaitu kerajaan kerajaan Allah di muka bumi. Baha'ullah mendaku sebagai juru selamat tersebut, dan menyatkaan bahwa ajaran-ajarannyalah yang akan mewujudnyatakan kerajaan Allah di muka bumi. Ia juga mengajarkan bahwa nubuat-nubuat terkait akhir zaman dan kedatangan kerajaan Allah pada hakikatnya bersifat simbolis serta mengacu kepada peningkatan dan pembaharuan rohani.[38] Agama Baha'i juga mengajarkan bahwa pada saat umat beribadat dan berbakti kepada kemanusiaan, mereka menjadi lebih dekat kepada Allah dan berkembang secara rohani, sehingga dapat beroleh kehidupan kekal dan mesuk ke dalam kerajaan Allah selagi hayat masih dikandung badan.[39]

Baca juga

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ "Abrahamic Faiths, Ethnicity and Ethnic Conflicts" (Cultural Heritage and Contemporary Change. Seri I, Culture and Values, Jld. 7) oleh Paul Peachey, George F. McLean dan John Kromkowski (Juni 1997) ISBN 1565181042 hlm. 315
  2. ^ a b France, R. T. (2005). "Kingdom of God". Dalam Vanhoozer, Kevin J.; Bartholomew, Craig G.; Treier, Daniel J.; Wright, Nicholas Thomas. Dictionary for Theological Interpretation of the Bible. Grand Rapids: Baker Book House. hlm. 420–422. ISBN 978-0-8010-2694-2. Diarsipkan dari versi asli tanggal 26 Januari 2021. Diakses tanggal 19 Juli 2016. 
  3. ^ a b The Gospel of Matthew oleh R.T. France (21 Agustus 2007) ISBN 080282501X hlmn. 101–103
  4. ^ a b Mercer Dictionary of the Bible oleh Watson E. Mills, Edgar V. McKnight dan Roger A. Bullard (2001) ISBN 0865543739 hlm. 490
  5. ^ a b c Dictionary of Biblical Imagery oleh Leland Ryken, James C. Wilhoit dan Tremper Longman III (11 November 1998) ISBN 0830814515 hlmn. 478–479
  6. ^ a b Biblical Prophets in the Qur'an and Muslim Literature oleh Roberto Tottoli (2001) ISBN 0700713948 hlm. 27
  7. ^ a b Bahá'u'lláh (2002). Gems of Divine Mysteries. Haifa, Israel: Baháʼí World Centre. hlm. 9. ISBN 0-85398-975-3. Diarsipkan dari versi asli tanggal 6 Juni 2019. Diakses tanggal 30 Oktober 2010. 
  8. ^ Psalms: Interpretation oleh James Mays 2011 ISBN 0664234399 hlmn. 438–439
  9. ^ George Eldon Ladd, The Presence of the Future: The Eschatology of Biblical Realism, Eerdmans (Grand Rapids: 1974), 46–47.
  10. ^ Bowker, John (2005). "Throne of God". The concise Oxford dictionary of world religions (edisi ke-2005). Oxford University Press. ISBN 0-19-861053-X. 
  11. ^ George Eldon Ladd, The Presence of the Future: The Eschatology of Biblical Realism, Eerdmans (Grand Rapids: 1974), 130.
  12. ^ George Eldon Ladd, The Presence of the Future: The Eschatology of Biblical Realism, Eerdmans (Grand Rapids: 1974), 131.
  13. ^ Encyclopedia of Theology: A Concise Sacramentum Mundi oleh Karl Rahner (2004) ISBN 0860120066 hlm. 1351
  14. ^ Lukas 17:20
  15. ^ Lukas 17:21
  16. ^ a b George Eldon Ladd, The Presence of the Future: The Eschatology of Biblical Realism, Eerdmans (Grand Rapids: 1974), 45.
  17. ^ Wenell, Karen (August 2014). "A Markan 'Context' Kingdom? Examining Biblical and Social Models in Spatial Interpretation". Biblical Theology Bulletin. 44 (3): 126. doi:10.1177/0146107914540487alt=Dapat diakses gratis. 
  18. ^ Yohanes 3:3–5
  19. ^ Meyer, H. A. W. (1880), Meyer's NT Commentary on John 3, diterjemahkan dari edisi keenam bahasa Jerman, diakses tanggal 8 Januari 2024
  20. ^ a b 114 ucapan Yesus di dalam Injil Tomas Diarsipkan 5 September 2017 di Wayback Machine. Biblical Archaeological Society. 4 Juni 2017. Diunduh tanggal 4 September 2017.
  21. ^ Roma 14:17
  22. ^ Theology for the Community of God oleh Stanley J. Grenz (2000) ISBN 0802847552 hlm. 473
  23. ^ Matthew oleh David L. Turner (2008) ISBN 0801026849 hlm. 41
  24. ^ Missler, Chuck. A Kingdom Perspective http://www.khouse.org/articles/2013/1117/ Diarsipkan 20 October 2020 di Wayback Machine.
  25. ^ A Primer of Ecclesiastical Latin oleh John F. Collins (1985) ISBN 0813206677 hlm. 176
  26. ^ a b Introducing Christian Doctrine (Edisi ke-2) oleh Millard J. Erickson (2001) ISBN 0801022509 hlmn. 391–392
  27. ^ Systematic Theology Jil. 2 oleh Wolfhart Pannenberg (2004) ISBN 0567084663 hlmn. 390–391
  28. ^ Familiar Stranger: An Introduction to Jesus of Nazareth oleh Michael James McClymond (2004) ISBN 0802826806 hlmn. 77–79
  29. ^ Studying the Historical Jesus: Evaluations of the State of Current Research oleh Bruce Chilton dan Craig A. Evans (1998) ISBN 9004111425 hlm. 255–257
  30. ^ a b c Divine Government: God's Kingship in the Gospel of Mark oleh R.T. France (2003) ISBN 1573832448 hlmn. 1–3
  31. ^ a b Kittel, Gerhard (1966). Theological Dictionary of the New Testament, Volumes 3-4. Wm. B. Eerdmans Publishing. hlm. 164–166. ISBN 0-8028-2245-2. 
  32. ^ William Barclay The Gospel of Matthew: Chapters 11–28 hlm. 340 Matius 23:22 "Dan, siapa yang bersumpah demi surga, bersumpah demi takhta Allah, dan demi Dia yang duduk di atasnya."
  33. ^ Philip Edgecumbe Hughes A Commentary on the Epistle to the Hebrews hlm. 401 1988 "Tema Kristus bersemayam di surga, dipermaklumkan di sini dengan pernyataan ia duduk di sebelah kanan Allah, .. Ibrani 8:1 "kita mempunyai Imam Besar yang duduk di sebelah kanan takhta Yang Mahatinggi di surga"
  34. ^ Al-Qur'an 1:4
  35. ^ Bahá'u'lláh (1976). Gleanings from the Writings of Bahá'u'lláh. Wilmette, Illinois: Baháʼí Publishing Trust. hlm. 86. ISBN 0-87743-187-6. 
  36. ^ Bahá'u'lláh (1992) [1873]. The Kitáb-i-Aqdas: The Most Holy Book. Wilmette, Illinois: Baháʼí Publishing Trust. ISBN 0-85398-999-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 14 Mei 2019. Diakses tanggal 30 Oktober 2010. 
  37. ^ `Abdu'l-Bahá (1908). Some Answered Questions. Wilmette, Illinois: Baháʼí Publishing Trust (dipublikasikan tanggal 1990). hlm. 58. ISBN 0-87743-162-0. Diarsipkan dari versi asli tanggal 22 Mei 2019. Diakses tanggal 30 Oktober 2010. 
  38. ^ Momen, Moojan (2004). "Baha'i Faith and Holy People". Dalam Jestice, Phyllis G. Holy People of the World: A Cross-cultural Encyclopedia. Santa Barbara, CA: ABC-CLIO. ISBN 1-57607-355-6. 
  39. ^ Smith, Peter (2008). An Introduction to the Baháʼí Faith. Cambridge: Cambridge University Press. hlm. 118–119. ISBN 978-0-521-86251-6. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]