Lompat ke isi

Suku Karo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Etimo~idwiki (bicara | kontrib)
Herryz (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(669 revisi antara oleh lebih dari 100 100 pengguna tak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Short description|Indonesian ethnic group}}
{{tanpa_referensi|date=2011}}
{{Kegunaan lain|Karo}}

{{Teks Batak}}
{{ethnic group|
{{infobox ethnic group
|group = Suku Karo
|group = Batak Karo<br />''Kalak Karo''<br />{{btk|ᯂᯞᯂ᯳ᯂᯒᯭ}}
|image =
|image = <table border=0 align="center" style="font-size:90%;">
|poptime =.882.000<ref>[http://www.joshuaproject.net/peoples.php?peo3=18879 Joshua Project: Batak Karo</ref>
<tr>
|popplace = [[Kabupaten Karo|Karo]], [[Medan]], [[Deli Serdang]], [[Langkat]]
<td>[[Berkas:Djamin Ginting.jpg|60x80px]]</td>
|langs = [[Bahasa Karo|Karo]]
<td>[[Berkas:KIB Malem Sambat Kaban.jpg|60x80px]]</td>
|rels = [[Kristen]], [[Islam]], [[Pemena]].
<td>[[Berkas:Tifatul-sembiring.jpg|60x80px]]</td>
|related = [[Suku Alas|Alas]], [[Suku Kluet|Kluet]], [[Suku Pakpak|Pakpak]], [[Suku Singkil|Singkil]]
<td>[[Berkas:Anthony Sinisuka Ginting - Indonesia Masters 2018.jpg|60x80px]]</td>
</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Jamin Ginting|Djamin Ginting Suka]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Malem Sambat Kaban]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tifatul Sembiring]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Anthony Sinisuka Ginting]]</small></td>
</td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Tanta Ginting on Wheels & Eat by HSR Wheel in 2019.png|60x80px]]
<td>[[Berkas:Cory Sriwaty Sebayang 2021.png|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Lyodra pada tahun 2021.jpg|60x80px]]</td>
<td>[[Berkas:Adrianus Meliala.jpg|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Tanta Ginting]]</small>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Cory Sriwaty Sebayang]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Lyodra Ginting]]</small></td>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Adrianus Meliala]]</small></td>
</small></td>
</td>
</tr>
<tr>
<td>[[Berkas:Danpussenif Arifin Tarigan.png|60x80px]]</td>
</tr>
<tr>
<td><small><div style="line-height:1em">[[Arifin Tarigan]]</small>
</td>
</tr>
</table>
|population = ± 1.100.000 ([[2010]])
|region1 = <!-- '''[[Sumatera Utara]]''' -->
|pop1 = <!-- ? -->
|region2 = <!-- {{nbsp|7}}[[Kabupaten Karo]] -->
|pop2 = <!-- ? -->
|region3 = <!-- {{nbsp|7}}[[Kabupaten Deli Serdang]] -->
|pop3 = <!-- ? -->
|region4 = <!-- {{nbsp|7}}[[Kabupaten Langkat]] -->
|pop4 = <!-- ? -->
|region5 = <!-- {{nbsp|7}}[[Kabupaten Dairi]] -->
|pop5 = <!-- ? -->
|region6 = <!-- {{nbsp|7}}[[Kabupaten Simalungun]] -->
|pop6 = <!-- ? -->
|region7 = <!-- {{nbsp|7}}[[Kota Medan]] -->
|pop7 = <!-- ? -->
|region8 = <!-- {{nbsp|7}}[[Kota Binjai]] -->
|pop8 = <!-- ? -->
|region9 = <!-- '''[[Aceh]]''' -->
|pop9 = <!-- ? -->
|region10 = <!-- {{nbsp|7}}[[Kabupaten Aceh Tenggara]] -->
|pop10 = <!-- ? -->
|langs = [[Bahasa Karo|Bahasa Batak Karo]]<!--, [[bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Batak Simalungun|Batak Simalungun]], [[Bahasa Batak Toba|Batak Toba]], [[Bahasa Batak Pakpak|Batak Pakpak]] -->
|rels = {{hlist
|[[Protestanisme|Kristen Protestan]] (57.5%) <ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Ray Brema|date=2016|title=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|url=http://repositori.usu.ac.id/handle/123456789/17540|journal=Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906|language=id|publisher=Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU)}}</ref>
|[[Islam]] (21,3%)<ref>{{Cite journal|last=Ginting|first=Dewi|date=2012-08-08|title=SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010|url=http://digilib.unimed.ac.id/17575/|journal=Ginting, Dewi (2012) SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref>
|[[Katolik|Kristen Katolik]] (18,7%)<ref>{{Cite web|first=Ranika Br Ginting|date=Oktober 2014|title=Katolik di Tanah Karo: Kabanjahe, 1942-1970an|url=https://jurnal.ugm.ac.id/lembaran-sejarah/article/view/23810|website=jurnal.ugm.ac.id|publisher=Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 {{!}} Mahasiswa S1 Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada|access-date=}}</ref>
|[[Agama Buddha|Buddha]] (1.4%)<ref>{{Cite journal|last=Rasmamana|first=Edi Putra|date=2016-09-03|title=PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT|url=http://digilib.unimed.ac.id/20042/|journal=Rasmamana, Edi Putra (2016) PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT. Undergraduate thesis, UNIMED.|language=id|publisher=UNIMED}}</ref><ref>{{cite book|title=Voice of Nature, Volumes 85-95|year=1990|publisher=Yayasan Indonesia Hijau|page=45}}</ref>
|Lainnya (1.1%)}}
|related = {{hlist|[[Suku Alas|Alas]]|[[Suku Keluwat|Kluet]]|[[Suku Pakpak|Batak Pakpak]]|[[Suku Simalungun|Batak Simalungun]]|[[Suku Batak Toba|Batak Toba]]|[[Suku Singkil|Singkil]]|[[Suku Melayu Langkat|Melayu Langkat]]|[[Suku Melayu Deli|Melayu Deli]]}}
}}
}}


'''Batak Karo''' adalah salah satu kelompok [[Kelompok etnik|etnis]] [[Suku Batak|Batak]] yang menyebar dan menetap di [[Taneh Karo]]. Etnis ini merupakan salah satu etnis terbesar di [[Sumatera Utara]].
'''Karo''' adalah salah Suku Bangsa yang mendiami [[Dataran Tinggi Karo]], [[Sumatera Utara]], [[Indonesia]]. Suku ini merupakan salah satu suku terbesar dalam Sumatera Utara. Nama suku ini dijadikan salah satu nama Kabupaten di salah satu wilayah yang mereka diami (dataran tinggi Karo) yaitu [[Tanah Karo]]. Suku ini memiliki bahasa sendiri yang disebut [[Bahasa Karo]] atau Cakap Karo. Pakaian adat suku Karo didominasi dengan warna [[merah]] serta [[hitam]] dan penuh dengan perhiasan [[emas]].


Nama etnis ini juga dijadikan sebagai nama salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]]. Etnis ini memiliki bahasa yang disebut [[Bahasa Karo|cakap Karo]]. Pakaian adat Batak Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Konon, Kota [[Kota Medan|Medan]] didirikan oleh seorang tokoh Karo yang bernama [[Guru Patimpus|Guru Patimpus Sembiring Pelawi]].
Karo dianggap sebagai bagian dari suku kekerabatan Batak, seperti kekerabatan Batak Toba, Batak Mandailing, Batak Simalungun, Batak Pak-Pak atau Dairi, dan Batak Karo. Namun kebanyakan masyarakat suku Karo menggap bahwa mereka bukanlah bagian dari kekerabatan Batak tersebut, tetapi Karo adalah suku yang berdiri sendiri.


== Eksistensi Kerajaan Haru-Karo ==
== Sejarah dan etimologi ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende Karo-Batak schaker Si Narser met zijn vrouw Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005391.jpg|jmpl|Orang Karo]]
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende Karo-Batak schaker Si Narser met zijn vrouw Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005391.jpg|thumb|upright|Seorang wanita Karo mengenakan kain (''Gatip Ampar'') di atas bahunya dan anting-anting (''Padung Perak''), dan seorang pria Karo kemungkinan mengenakan ''Julu Berjongkit'' atau ''Ragi Santik'' sebagai penutup pinggul. Foto diambil di salah satu desa di Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]], sekitar tahun 1914—1919.]]


Karo adalah salah satu [[Kelompok etnik|etnis]] [[Suku Batak|Batak]] yang menyebar dan menetap di [[Tanah Karo]]. Etnis ini memiliki bahasa yang disebut [[Bahasa Karo|cakap Karo]] dan memiliki salam khas yaitu ''[[mejuah-juah]]''. Adapun rumah tradisional masyarakat Batak Karo yang disebut dengan nama [[Siwaluh Jabu]] yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu rumah yang terdiri dari delapan kamar yang masing-masing kamar dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola kekerabatan masing-masing.
Kerajaan [[Haru-Karo]] ([[Kerajaan Aru]]) mulai menjadi [[kerajaan]] besar di [[Sumatera]], namun tidak diketahui secara pasti kapan berdirinya. Namun demikian, Brahma Putra, dalam bukunya "Karo dari Zaman ke Zaman" mengatakan bahwa pada abad 1 Masehi sudah ada kerajaan di [[Sumatera Utara]] yang rajanya bernama "[[Pa Lagan]]". Menilik dari nama itu merupakan bahasa yang berasal dari suku Karo. Mungkinkah pada masa itu kerajaan haru sudah ada?, hal ini masih membutuhkan penelitian lebih lanjut.(Darwan Prinst, SH :2004)


== Wilayah ==
Kerajaan Haru-Karo diketahui tumbuh dan berkembang bersamaan waktunya dengan kerajaan [[Majapahit]], [[Sriwijaya]], [[Johor]], [[Malaka]] dan [[Aceh]]. Terbukti karena kerajaan Haru pernah berperang dengan kerajaan-kerajaan tersebut. Kerajaan Haru pada masa keemasannya, pengaruhnya tersebar mulai dari Aceh Besar hingga ke sungai Siak di Riau.
[[Berkas:Een dorp in de karo-Bataklanden, KITLV 1406293.tiff|jmpl|Taneh Karo (1930—1940).]]


Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari dimana wilayah masyarakat Batak Karo hanya diidentikkan dengan Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]]. Padahal, [[Taneh Karo]] jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo, yakni:
Terdapat suku Karo di [[Aceh Besar]] yang dalam [[bahasa Aceh]] disebut Karee. Keberadaan suku Haru-Karo di Aceh ini diakui oleh H. Muhammad Said dalam bukunya "Aceh Sepanjang Abad", (1981). Ia menekankan bahwa penduduk asli Aceh Besar adalah keturunan mirip Batak. Namun tidak dijelaskan keturunan dari Batak mana penduduk asli tersebut. Sementara itu, H. M. Zainuddin dalam bukunya "Tarich Atjeh dan Nusantara" (1961) mengatakan bahwa di lembah Aceh Besar disamping terdapat kerajaan Islam terdapat pula kerajaan Karo. Selanjunya disebutkan bahwa penduduk asli atau bumi putera dari ke-20 mukim bercampur dengan suku Karo. [[Brahma Putra]], dalam bukunya "Karo Sepanjang Zaman" mengatakan bahwa raja terakhir suku Karo di Aceh Besar adalah [[Manang Ginting Suka]].


=== Kabupaten Karo ===
Kelompok karo di Aceh kemudian berubah nama menjadi "Kaum Lhee Reutoih" atau Kaum Tiga Ratus. Penamaan demikian terkait dengan peristiwa perselisihan antara suku Karo dengan suku Hindu di sana yang disepakati diselesaikan dengan perang tanding. Sebanyak tiga ratus (300) orang suku Karo akan berkelahi dengan empat ratus (400) orang suku Hindu di suatu lapangan terbuka. Perang tanding ini dapat didamaikan dan sejak saat itu suku Karo disebut sebagai kaum tiga ratus dan kaum Hindu disebut kaum empat ratus.
[[Berkas:Batak Karo House at Dokan Village (01).jpg|jmpl|[[Siwaluh Jabu]] di Desa [[Dokan, Merek, Karo|Dokan]].]]

Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]] terletak di dataran tinggi Karo. Wilayah yang terkenal di kabupaten ini adalah [[Berastagi, Karo|Berastagi]] dan [[Kabanjahe, Karo|Kabanjahe]]. Berastagi merupakan salah satu kota turis di [[Sumatera Utara]] yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal, jus markisa. Mayoritas masyarakat Batak Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung [[Gunung Sinabung|Sinabung]] dan Gunung [[Gunung Sibayak|Sibayak]] yang sering disebut sebagai Taneh Karo Simalem. Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Batak Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Batak Karo, salah satu yang unik adalah trites. Trites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan kerja tahun. Trites ini bahannya diambil dari isi lambung sapi atau kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran. Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan istimewa yang di suguhkan kepada yang dihormati.
Dikemudian hari terjadi pencampuran antar suku Karo dengan [[suku Hindu]] dan mereka disebut sebagai kaum Ja Sandang. Golongan lainnya adalah Kaum Imeum Peuet dan Kaum Tok Batee yang merupakan campuran suku pendatang, seperti: Kaum Hindu, [[Bangsa Arab|Arab]], [[Persia]], dan lainnya.

== Wilayah Pengaruh Suku Karo ==
Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari di masyarakat bahwa ''Taneh'' ''Karo'' diidentikkan dengan Kabupaten Karo. Padahal, Taneh Karo jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo karena meliputi:

=== Kabupaten Tanah Karo ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM 'Karolanden. Si Garang Garang links een bamboe dakladder op den achtergrond de Sinaboeng.' TMnr 10017210.jpg|thumb|200px|Tanah Karo terletak di kaki Gunung Sinabung (foto diambil sekitar tahun 1917).]]
Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Tanah Karo. Kota yang terkenal dengan di wilayah ini adalah Brastagi dan Kabanjahe. Brastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal yaitu sebagai penghasil ''Markisa Jus'' yang terkenal hingga seluruh nusantara.
Mayoritas suku Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah [[Gunung Sinabung]] dan [[Gunung Sibayak]] yang sering disebut sebagai atau "Taneh Karo Simalem".
Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Karo, salah satu yang unik adalah disebut ''terites''. Terites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan -kerja tahun-.
Trites ini bahannya diambil dari isilambung sapi/kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran.Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan favorit yang suguhan pertama diberikan kepada yang dihormati.


=== Kota Medan ===
=== Kota Medan ===
Pendiri Kota [[Kota Medan|Medan]] adalah seorang putra Karo yang bernama [[Guru Patimpus|Guru Patimpus Sembiring Pelawi]]. Sebagian sejarawan dan pemerhati budaya juga memercayai bahwa asal mula nama Medan berasal dari bahasa [[bahasa Karo|Batak Karo]], yakni "''madan''" yang berarti "obat". Namun pendapat ini masih menjadi pro dan kontra karena terdapat beberapa versi mengenai asal mula nama Medan.
Pendiri kota Medan adalah seorang putra Karo yaitu ''Guru Patimpus Sembiring Pelawi''.


=== Kota Binjai ===
=== Kota Binjai ===
Kota Binjai merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan [[Medan|Kota Medan]] disebabkan oleh jaraknya yang relatif sangat dekat dari Kota Medan sebagai ibukota Provinsi [[Sumatera_Utara|Sumatera Utara]].
Kota [[Kota Binjai|Binjai]] merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan Kota [[Kota Medan|Medan]], hal ini disebabkan oleh jaraknya yang relatif dekat dari Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi [[Sumatera Utara]]. Nama "Binjai" juga dipercaya oleh sementara orang berasal dari gabungan kedua kosakata bahasa [[bahasa Karo|Batak Karo]], "''ben''" dan "''i-jei''" yang artinya "bermalam di sini". Hal tersebut kemudian diucapkan "''Binjei''" dan menjadi "Binjai" hingga sekarang. Namun etimologi nama "Binjai" berasal dari buah [[Binjai|Binjai]].

=== Kabupaten Langkat ===
Masyarakat Batak Karo di Kabupaten [[Kabupaten Langkat|Langkat]] mendiami daerah hulu, seperti [[Bahorok, Langkat|Bahorok]], [[Kutambaru, Langkat|Kutambaru]], [[Sei Bingai, Langkat|Sei Bingai]], [[Kuala, Langkat|Kuala]], [[Salapian, Langkat|Salapian]], [[Selesai, Langkat|Selesai]], [[Batang Serangan, Langkat|Batang Serangan]], dan [[Sirapit, Langkat|Serapit]]. Teluk Aru yang berada di Langkat Hilir juga pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan [[Kerajaan Haru|Haru]], kerajaan bercorak Batak Karo-Melayu yang dimana menjadi leluhur dari Sultan Melayu Sumatera Timur.


=== Kabupaten Dairi ===
=== Kabupaten Dairi ===
Wilayah Kabupaten Dairi pada umumnya sangat subur dengan kemakmuran masyarakatnya melalui perkebunan kopinya yang sangat berkualitas. Sebagian Kabupaten Dairi yang merupakan bagian Taneh Karo:
Wilayah Kabupaten [[Kabupaten Dairi|Dairi]] pada umumnya subur dengan kemakmuran masyarakatnya melalui perkebunan kopinya yang berkualitas. Sebagian wilayah Kabupaten Dairi yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:
* Kecamatan [[Tanah Pinem, Dairi|Tanah Pinem]]

* Kecamatan Taneh Pinem
* Kecamatan [[Tigalingga, Dairi|Tigalingga]]
* Kecamatan Tiga Lingga
* Kecamatan [[Gunung Sitember, Dairi|Gunung Sitember]]
* Kecamatan Gunung Sitember


=== Kabupaten Aceh Tenggara ===
=== Kabupaten Aceh Tenggara ===
Sebagian wilayah Kabupaten [[Kabupaten Aceh Tenggara|Aceh Tenggara]] yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:
Taneh Karo di kabupaten Aceh Tenggara meliputi:
* Kecamatan [[Babul Rahmah, Aceh Tenggara|Babul Rahmah]]
* Kecamatan [[Lawe Sigala-Gala, Aceh Tenggara|Lawe Sigala-Gala]]
* Kecamatan [[Semadam, Aceh Tenggara|Semadam]]

=== Kabupaten Deli Serdang ===
Sebagian wilayah Kabupaten [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]] yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:
* Kecamatan [[Tanjung Morawa, Deli Serdang|Tanjung Morawa]]
* Kecamatan [[Sinembah Tanjung Muda Hulu, Deli Serdang|Sinembah Tanjung Muda Hulu]]
* Kecamatan [[Sinembah Tanjung Muda Hilir, Deli Serdang|Sinembah Tanjung Muda Hilir]]
* Kecamatan [[Sibolangit, Deli Serdang|Sibolangit]]
* Kecamatan [[Pancur Batu, Deli Serdang|Pancur Batu]]
* Kecamatan [[Kutalimbaru, Deli Serdang|Kutalimbaru]]
* Kecamatan [[Sunggal, Deli Serdang|Sunggal]]
* Kecamatan [[Deli Tua, Deli Serdang|Deli Tua]]
* Kecamatan [[Sibiru-biru, Deli Serdang|Sibiru-biru]]
* Kecamatan [[Gunung Meriah, Deli Serdang|Gunung Meriah]]


=== Kabupaten Simalungun ===
* Kecamatan Lau Sigala-gala (Desa Lau Deski, Lau Perbunga, Lau Kinga)
Sebagian wilayah Kabupaten [[Kabupaten Simalungun|Simalungun]] yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:
* Kecamatan Simpang Simadam
* Kecamatan [[Dolok Silau, Simalungun|Dolok Silau]]
* Kecamatan [[Pamatang Silima Huta, Simalungun|Pamatang Silima Huta]]
* Kecamatan [[Silimakuta, Simalungun|Silimakuta]]


== Marga ==
== Marga ==
{{main|Marga Karo}}
{{main|Marga Karo}}
'''Suku Karo''' memiliki sistem kemasyarakatan atau [[adat]] yang dikenal dengan nama ''merga silima'', ''tutur siwaluh'', dan ''rakut sitelu''. Merga disebut untuk [[laki-laki]], sedangkan untuk [[perempuan]] yang disebut ''beru''. ''Merga'' atau ''beru'' ini disandang di belakang nama seseorang. ''Merga'' dalam masyarakat Karo terdiri dari lima kelompok, yang disebut dengan ''merga silima''. Kelima merga tersebut adalah:


Etnis Batak Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau [[adat]] yang dikenal dengan nama [[Merga Silima]], Tutur Siwaluh, dan [[Rakut Sitelu]]. ''Merga'' disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut ''beru''. ''Merga'' atau ''beru'' ini disandang di belakang nama seseorang. ''Merga'' dalam masyarakat Batak Karo terdiri dari lima kelompok utama (marga inti/pokok), yang disebut dengan Merga Silima. Kelima ''merga'' tersebut adalah:
# '''Karo-karo ''': Barus, Bukit, Gurusinga, Kaban, Kacaribu, Surbakti, Sinulingga, Sitepu dll (Jumlah = 18)
<center>
# '''Tarigan ''': Bondong, Ganagana, Gerneng, Purba, Sibero dll (Jumlah = 13)
{| class="wikitable" style="border: none; background: none;"
# '''Ginting''': Munthe, Saragih, Suka, Ajartambun, Jadibata, Manik, dll (Jumlah = 16)
! colspan="1" rowspan="2" style="border: none; background: none;"|[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Model van een huis van een aanzienlijke familie TMnr 137-16.jpg|none|link=|75px]]
# '''Sembiring''': '' Sembiring si banci man biang'' (sembiring yang boleh makan anjing): Keloko, Sinulaki, Kembaren, Sinupayung (Jumlah = 4); ''Sembiring simantangken biang'' (sembiring yang tidak boleh makan Anjing): Brahmana, Depari, Meliala, Pelawi dll (Jumlah = 15)
! colspan="5"| Marga utama (Merga Silima)
# '''Perangin-angin''': Bangun, Sukatendel ,Kacinambun, Perbesi,Sebayang, Pinem, Sinurat dll (Jumlah = 18)
|-
! [[Ginting]] !! [[Karokaro]]!! [[Peranginangin]]!! [[Sembiring]] !! [[Tarigan]]
|-
! rowspan="21"| Sub-marga
| Ajartambun || [[Barus (marga)|Barus]]|| [[Peranginangin Bangun|Bangun]] || [[Sembiring Brahmana|Brahmana]] || Bondong
|-
| [[Ginting Babo|Babo]]|| [[Karokaro Bukit|Bukit]]|| [[Benjerang]] || [[Bunuhaji]] || Ganagana
|-
| Beras || [[Gurusinga]]|| [[Kacinambun]] || [[Busok]] || [[Girsang|Gersang]]
|-
| Guru Patih || [[Kaban]] || [[Keliat]] || [[Colia]] || Gerneng
|-
| Garamata || [[Kacaribu]] || [[Perangin-angin Laksa|Laksa]] || [[Depari]] || Jampang
|-
| Jandibata || [[Karosekali]] || [[Limbeng]] || [[Gurukinayan]]|| Kerendam
|-
| Jawak || [[Kemit]] || [[Mano]] || [[Sembiring Keling|Keling]] || [[Purba]]
|-
| [[Manik]] || [[Ketaren]] || [[Namohaji]] || [[Keloko]] || Pekan
|-
| [[Munthe|Munte]] || [[Karokaro Manik|Manik]] || [[Pencawan]] || [[Kembaren]] || [[Siboro|Sibero]]
|-
| [[Pase]]|| [[Paroka]] || [[Penggarus]] || [[Maha]] || Silangit
|-
| [[Seragih]]|| [[Karokaro Purba|Purba]] || [[Peranginangin Perbesi|Perbesi]] || [[Sembiring Meliala|Meliala/Milala]] || Tambun
|-
| [[Ginting Suka|Suka]]|| [[Samura]] || [[Pinem]] || [[Muham]] || Tambak
|-
| [[Sugihen]]|| [[Sinubulan]] || [[Sebayang]] || [[Pandia]] || Tegur
|-
| [[Sinusinga]]|| [[Sinuhaji]] || [[Singarimbun]] || [[Pandebayang]] || Tendang
|-
| [[Tumangger]]|| [[Sinukaban]] || [[Sinurat]]|| [[Pelawi]] || Tua
|-
| {{sdash}} || [[Sinulingga]] || [[Sukatendel]] || [[Sinukapar]] || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || [[Sinuraya]] || [[Peranginangin Tanjung|Tanjung]] || [[Sinulaki]] || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || [[Sitepu]] || [[Ulunjandi]] || [[Sinupayung]] || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || [[Surbakti]] || [[Uwir]] || [[Tekang]] || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || [[Torong]] || {{sdash}} || {{sdash}} || {{sdash}}
|-
| {{sdash}} || [[Karokaro Ujung|Ujung]]|| {{sdash}} || {{sdash}} || {{sdash}}
|}
</center>
Kelima marga Batak Karo tersebut mempunyai sub-marga masing-masing, dimana setiap orang Batak Karo mempunyai salah satu dari ''marga'' tersebut. Marga diperoleh secara turun temurun dari ayah, marga ayah juga ''marga'' anak. Orang yang mempunyai ''merga'' atau ''beru'' yang sama, dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama. Jikalau laki-laki ber''merga'' sama, maka mereka disebut (b)''ersenina.'' Demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai ''beru'' yang sama, maka mereka disebut juga (b)''ersenina''. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang ber''merga'' sama, mereka disebut ''erturang'', sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada ''merga'' [[Kembaren|Sembiring Kembaren]]''.''


== Falsafah kemasyarakatan ==
Total semua submerga adalah = 84
[[Berkas:Batak Karo Wedding.jpg|thumb|upright|Pasangan pengantin pria dan wanita menikah dengan pakaian adat Batak Karo lengkap dengan [[Uis]] dan Tudung Karo untuk perempuan, serta Bekabuluh untuk laki-laki.]]
Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Batak Karo adalah [[Rakut Sitelu]], yang artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga, yang berarti ikatan yang tiga. Arti Rakut Sitelu tersebut adalah ''sangkep nggeluh'' (kelengkapan hidup) bagi masyarakat Batak Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Batak Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
* ''Kalimbubu'', yakni dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi istri.
* ''Anak beru'', yakni keluarga yang mengambil atau menerima istri.
* ''Sembuyak'', yakni keluarga satu galur keturunan marga atau keluarga inti.


Masyarakat Batak Karo mempunyai salam khas yaitu ''[[mejuah-juah]]'' atau lengkapnya adalah ''mejuah-juah kita kerina'' yang memiliki arti sehat-sehat kita semua, baik-baik kita semua, kedamaian, kesehatan, kebaikan untuk kita semua.
Kelima merga ini masih mempunyai submerga masing-masing. Setiap orang Karo mempunyai salah satu dari merga tersebut. Merga diperoleh secara turun termurun dari ayah. Merga ayah juga merga anak. Orang yang mempunyai merga atau beru yang sama, dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama. Kalau laki-laki bermarga sama, maka mereka disebut (b)''ersenina'', demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai beru sama, maka mereka disebut juga (b)''ersenina''. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bermerga sama, mereka disebut ''erturang'', sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada merga ''Sembiring'' dan ''Peranginangin'' ada yang dapat menikah di antara mereka.
{{Clear}}


== Rakut Sitelu ==
== Sistem kekerabatan ==
[[Berkas:Batak Karo Wedding Selendang.jpg|thumb|upright|Kedua mempelai dari etnis Karo berbusana adat Karo.]]
Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Karo adalah ''rakut sitelu'' atau ''daliken sitelu'' (artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga), yang berarti ikatan yang tiga. Arti ''rakut sitelu'' tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi orang Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:
''Tutur Siwaluh'' adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:
# '''kalimbubu'''
# Puang Kalimbubu
# '''anak beru'''
# Kalimbubu
# '''senina'''
# Senina
# Sembuyak
# Senina Sipemeren
# Senina Sepengalon/Sedalanen
# Anak Beru
# Anak Beru Menteri


Dalam pelaksanaan upacara adat, ''Tutur Siwaluh'' ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut :
Kalimbubu dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi [[isteri]], anak beru keluarga yang mengambil atau menerima isteri, dan senina keluarga satu galur keturunan merga atau keluarga inti.
# Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang
dll ok
# Kalimbubu adalah kelompok pemberi istri kepada keluarga tertentu. Kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagi menjadi :
#* Kalimbubu Bena-bena atau Kalimbubu Tua, yaitu kelompok pemberi istri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi istri adalah dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah Kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah Kalimbubu Bena-bena / Kalimbubu Tua dari anak A. Jadi Kalimbubu Bena-bena atau Kalimbubu Tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.
#* Kalimbubu Simada Dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu Simada Dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut Kalimbubu Simada Dareh karena mereka yang dianggap mempunyai keturunan sedarah, karena sedarah maka itu juga yang terdapat dalam diri keponakannya.
#* Kalimbubu Iperdemui, yaitu yang berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Maka seseorang itu yang menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.
# Senina, yaitu mereka yang bersaudara karena mempunyai merga dan submerga yang sama.
# Sembuyak, yaitu secara harfiah artinya adalah satu dan Mbuyak yang artinya adalah kandungan. Maka artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan sub-merga juga, dalam bahasa Karo disebut Sindauh Ipedeher (Yang jauh menjadi dekat).
# Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak Siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai istri yang bersaudara.
# Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperistri dari beru yang sama.
# Anak beru, yang berarti pihak yang mengambil istri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain, seperti Anak Beru Menteri dan Anak Beru Singikuri. Anak beru ini terdiri lagi sebagai berikut :
#* Anak Beru Tua, adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah mengambil istri dari keluarga tertentu (Kalimbubu-nya). Anak Beru Tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubu-nya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak Beru Tua juga berfungsi sebagai Anak Beru Singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.
#* Anak Beru Cekoh Baka Tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubu-nya. Anak Beru Cekoh Baka Tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah Anak Beru Cekoh Baka Tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga Bere-bere Mama.
# Anak Beru Menteri, yaitu anak berunya si anak beru. Asal kata Menteri adalah dari kata Minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubu-nya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut Anak Beru Singkuri, yaitu anak beru-nya si Anak Beru Menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.


== Tutur Siwaluh ==
== Bahasa dan aksara ==
{{Utama|Bahasa Karo|Surat Batak}}
''Tutur siwaluh'' adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Bamboe tabaks- en wichelkoker met Bataks schrift TMnr 512-4.jpg|thumb|upright|Ukiran dari sebuah tulisan ratapan Karo (''Bilang-bilang'') menggunakan Surat Batak pada media bambu.]]
Bahasa Karo adalah salah satu bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] yang digolongkan ke dalam bahasa [[Rumpun bahasa Batak#Pembagian|Batak Utara]]<ref>https://petabahasa.kemdikbud.go.id/provinsi.php?idp=Sumatra%20Utara</ref>; yang utamanya dituturkan oleh masyarakat Batak Karo di wilayah Kabupaten [[Kabupaten Karo|Karo]], Kabupaten [[Kabupaten Langkat|Langkat]], Kabupaten [[Kabupaten Deli Serdang|Deli Serdang]], Kabupaten [[Kabupaten Dairi|Dairi]], dan Kota [[Kota Medan|Medan]].


Aksara yang digunakan oleh orang Karo adalah Tulisen Karo yang merupakan varian dari [[Surat Batak]]. Aksara ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat Batak Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.{{clear}}
# '''puang kalimbubu'''
# '''kalimbubu'''
# '''senina'''
# '''sembuyak'''
# '''senina sipemeren'''
# '''senina sepengalon/sedalanen'''
# '''anak beru'''
# '''anak beru menteri'''


== Kalender Karo ==
Dalam pelaksanaan upacara adat, ''tutur siwaluh'' ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut:
=== Nama-nama bulan ===
Adapun nama-nama bulan dan binatang atau benda apa yang bersamaan dengan bulan bersangkutan adalah sebagai berikut:
* Bulan ''Sipaka sada'' merupakan bulan [[kambing]]
* Bulan ''Sipaka dua'' merupakan bulan [[lembu]]
* Bulan ''Sipaka telu'' merupakan bulan ''gaya'' ([[cacing]])
* Bulan ''Sipaka empat'' merupakan bulan ''padek'' ([[katak]])
* Bulan ''Sipaka lima'' merupakan bulan ''arimo'' ([[harimau]])
* Bulan ''Sipaka enem'' merupakan bulan ''kuliki'' ([[elang]])
* Bulan ''Sipaka pitu'' merupakan bulan [[kayu]]
* Bulan ''Sipaka waluh'' merupakan bulan ''tambok'' ([[kolam]])
* Bulan ''Sipaka siwah'' merupakan bulan ''gayo'' ([[kepiting]])
* Bulan ''Sipaka sepuluh'' merupakan bulan ''belobat'', ''baluat'' atau ''balobat'' (sejenis alat musik tiup)
* Bulan ''Sipaka sepuluh sada'' merupakan bulan [[batu]]
* Bulan ''Sipaka sepuluh dua'' merupakan bulan ''binurung'' ([[ikan]])


=== Nama-nama hari ===
# '''Puang kalimbubu''' adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang
Nama-nama hari pada suku Karo apabila diperhatikan banyak miripnya dengan kata-kata [[bahasa Sanskerta]]. Setiap hari dari [[tanggal]] itu mempunyai makna atau pengertian tertentu. Oleh karena itu apabila seseorang hendak merencanakan sesuatu, misalnya keberangkatan ke tempat jauh, [[berperang]] ke medan laga, memasuki rumah baru dan berbagai kegiatan lainnya. selalu dilihat harinya yang dianggap paling cocok. Di sinilah besarnya peranan "[[guru]] si beloh niktik wari" (dukun/orang tua yang pintar melihat hari dan bulan yang baik dan serasi), yang dengan perhitungannya secara saksama, ia menyarankan agar suatu acara yang direncanakan dilakukan pada hari X.
# '''Kalimbubu''' adalah kelompok pemberi isteri kepada keluarga tertentu, kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagi menjadi:
#* '''Kalimbubu bena-bena''' atau kalimbubu tua, yaitu kelompok pemberiisteri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi isteri adal dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah kalimbubu bena-bena/kalimbubu tua dari anak A. Jadi kalimbubu bena-bena atau kalimbubu tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.
#* '''Kalimbubu simada dareh''' adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu simada dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut kalimbubu simada dareh karena merekalah yang dianggap mempunyai darah, karena dianggap darah merekalah yang terdapat dalam diri keponakannya.
#* '''Kalimbubu iperdemui''', berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Jadi seseorang itu menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.
# '''Senina''', yaitu mereka yang bersadara karena mempunyai merga dan submerga yang sama.
# '''Sembuyak''', secara harfiah se artinya satu dan mbuyak artinya kandungan, jadi artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan submerga juga, dalam bahasa Karo disebut sindauh ipedeher (yang jauh menjadi dekat).
# '''Sipemeren''', yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai isteri yang bersaudara.
# '''Senina Sepengalon''' atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperisteri dari beru yang sama.
# '''Anak beru''', berarti pihak yang mengambil isteri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain, seperti anak beru menteri dan anak beru singikuri.Anak beru ini terdiri lagi atas:
#* '''anak beru tua''', adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah mengambil isteri dari keluarga tertentu (kalimbubunya). Anak beru tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubunya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak beru tua juga berfungsi sebagai anak beru singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.
#* '''Anak beru cekoh baka tutup''', yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubunya. Anak beru sekoh baka tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah anak beru cekoh baka tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga bere-bere mama.
# '''Anak beru menteri''', yaitu anak berunya anak beru. Asal kata menteri adalah dari kata minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubunya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut anak beru singkuri, yaitu anak berunya anak beru menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.


Adapun nama yang 30 dalam satu bulan adalah sebagai berikut:
== Aksara ==
{{Col|2}}
[[Media:Aksara_karo.png|Aksara Karo]] [[Berkas:Aksara_karo.png|frame|Aksara Karo]]
# ''Aditia''<!-- adalah hari/wari medalit, mehuli mena, ngumbung, arih-arih (runggu)-->
'''Aksara Karo''' ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas sekali bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.guna melengkapi cara penulisan perlu dilengkapi dengan anak huruf seperti o= ketolongen, x= sikurun, ketelengen dan pemantek
# ''Suma''<!-- adalah hari/wari sidua nahe, manusia ras manuk, wari kurang mehuli, ngkuruk lubang lamehuli, mehuli erburu, niding, ngkawil, njala.-->
# ''Nggara''<!-- adalah hari/wari merawa/merampek, mehuli erperang, ngulak, buang sial, erbahan tambar, erburu, ngerabi, ndapeti mehuli, sinidapeti latahan.-->
# ''Budaha''<!-- adalah hari/wari si empat nahe, wari page, simehuli nuan-nuan, nama page ku keben, mena merdang tah nuan, kerja-kerja pe mehuli.-->
# ''Beras pati''<!-- adalah hari/wari medalit, wari mehuli erbahan kerja-kerja, majek rumah, mengket rumah, mulai erbinaga, ngelamar dahin, ula pesimbak sora.-->
# ''Cukra enem''<!-- adalah malam/berngi hari/wari pembukui, wari salang sai, mehuli berkat erlajang, berkat ngepar lawit, ngelamar dahin, ngadap man simbelin, mulai erbinaga. Kerja-kerja nereh-empo, erkata gendang, ngumbung, mena ku juma, nungkuni ate ngena.-->
# ''Belah naik''<!-- adalah hari/wari pengguntur, wari Raja, adil berkat usur jumpa teman, nangkih, ngelamar dahin, mukul, ngaleng tendi, erpangir enggo seh sura-sura, kerina kerja-kerja simehuli, banci erkata gendang.-->
# ''Aditia naik''<!-- adalah hari/wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli saja, runggu, erkata gendang, erpangir kulau, erdemu bayu, mengket rumah, purpursage, mulai muka erbinaga/kede, maba nangkih, nukur barang upah tendi.-->
# ''Sumana siwah''<!-- adalah hari/wari kurang ulina, metenget erkai pe, simehuli erburu, nogeng-nogeng ku darat tah ku lau.-->
# ''Nggara sepuluh''<!-- adalah hari/wari melas, metenget ranan, ula pesimbak sora, awas api, simehuli erbahan tambar, erperang, ngulak, menaken dahin, buang sial, mengket rumah, nereh-empo, erkata gendang, wari merawa. nampeken tulan-tulan.-->
# ''Budaha ngadep''<!-- adalah hari/wari salang sai, wari mehuli, kerina kerja-kerja mehuli, runggu, ndahi kalimbubu, nereh-empo, muka usaha, ngelamar pendahin, kerja erkata gendang.-->
# ''Beras pati tangkep''<!-- adalah hari/wari simehuli, mehuli njumpai simbelin/sierpangkat, ngelamar pendahin, perumah-rumahken, erpangir rimo, kerja-kerja mindo rejeki, nereh-empo, ersembah man Dibata.-->
# ''Cukera dudu (lau)''<!-- adalah hari/wari mehuli, nereh-empo, nuan galuh lape-lape tendi, ngeluncang, ndahi orang tua/kalimbubu, mengket rumah, erpangir ku lau.-->
# ''Belah purnama raya''<!-- adalah hari/wari Raja, kerja-kerja mbelin, kerja kalak si erjabaten, erpangir ku lau/nguras, ngeluncang, guro-guro aron, nunggahken lau meciho, naruhken anak ku kalimbubu.-->
# ''Tula''<!-- adalah hari/wari sial, mekisat kalak kerja-kerja ibas wari si e, simehuli ngerabi, nuan tualah.-->
# ''Suma cepik''<!-- adalah hari/wari la mehuli, adi lit urak bilangan man bahanen bulung-bulung simalem-malem, simehuli: erburu, nogeng siding, ngkawil, njala.-->
# ''Nggara enggo tula''<!-- adalah hari/wari mehuli buang sial, erbahan tambar, muro kengalen, erpangir selamsam.-->
# ''Budaha gok''<!-- adalah hari/wari page mbuah, mulai mutik, mere page, mena nuan, nama page ku keben, mulai muat page i keben, ngerik, numbun page, wari kurang ulina.-->
# ''Beras pati''<!-- adalah hari/wari untuk menaken rabin, nabah kayu rumah, ngkawil, erbahan sapo juma.-->
# ''Cukra si 20''<!-- adalah hari/wari Mehuli erbahan tambar, mengket rumah, nampeken tulan-tulan erkata gendang, mehuli berkat gawah, perumah-rumahken.-->
# ''Belah turun''<!-- adalah hari/ wari untuk buang sial, ncibali siding, ngekawil, erburu, ngaci.-->
# ''Aditia turun''<!-- adalah hari/wari erbahan tambar, erpangir kengalen, buang sial, erburu, ngkawil, ngulakken pinakit, turun ku lawit.-->
# ''Sumana mate''<!-- adalah hari/wari mehuli erbahan togeng-togengen darat tah i lau, ncibali siding, erburu rubia-rubia.-->
# ''Nggara simbelin''<!-- adalah hari/wari mehuli erbahan tambar, erpangir buang sial/pinakit, ertoto man Dibata kerna si mehuli.-->
# ''Budaha medem''<!-- adalah hari/wari sinuan-nuan, nuan-nuan, kujuma, mere page, muti, muat page ku keben, ngerik, berkat erdalan.-->
# ''Beras pati medem''<!-- adalah hari/wari si malem-malem, mere nakan man orang tua, ndahi kalimbubu, kerja nereh empo, erbahan tambar.-->
# ''Cukrana mate''<!-- adalah hari buang sial, erbahan tambar, erburu, engkawil, ngerabi.-->
# ''Mate bulan ngulak''<!-- adalah hari untuk buang sial, nubus semangat, erburu, ngkawil turun ku lawit.-->
# ''Dalan bulan''<!-- adalah hari/wari kurang ulina, simehuli tupuk.-->
# ''Sami sara''<!-- adalah hari/wari nutup Kerja, numbuki aron, pupursage, ertoto man Dibata, man nini-nini, nendungi guru.-->
{{EndDiv}}


== Kebudayaan tradisional ==
== Budaya dan kesenian ==
[[Berkas:Museum Pusaka Karo (Berastagi).jpg|thumb|upright|[[Museum Pusaka Karo]] di [[Berastagi, Karo|Berastagi]].]]
Suku Karo mempunyai beberapa kebudayaan tradisional, di antaranya [[tari tradisional]]:

Orang Karo mempunyai beberapa kebudayaan tradisional, mulai dari kesenian (sastra), dan [[Tari rakyat|tari tradisional]]. Beberapa tari tradisional Karo adalah:
{{Col|3}}
* [[Piso Surit]]
* [[Piso Surit]]
* [[Lima Serangkai]]
* [[Tari Lima Serangkai]]
* [[Tari Terang Bulan]]
* Tari Terang Bulan
* [[Tari Roti Manis]]
* Tari Baka
* Tari Ndikkar
* Tari Ndurung
* Tari Tongkat
* Tari Sigundari
* Tari Mbuah Page
* Tari Tiga Sibolangit
* Pantun
* Petatah petitih
* Petuah
* Syair (bersyair)
* Senandung/nandung (dendang)
* Gendang
* Guro Aron-aron
* Gurindam
* Anding-andingen
* Kuan-kuanen
* Bilang-bilang (ratapan)
* Cakap Lumat
* Dengang Duka
* Gundala Gundala
* Tari sambut/tari penyambutan/tari persembahan (Tari Mejuah-juah)
{{EndDiv}}

=== Seni bela diri (Silat Karo) ===
Seni bela diri orang karo merupakan [[Silat Karo]] yang dalam bahasa [[bahasa Karo|Karo]] disebut ''ndikar''. Kata tersebut mulai jarang digunakan masyarakat Karo sehingga kini asing terdengar. Masyarakat Karo dewasa ini cenderung menyebutnya dengan nama Silat Karo saja.

Kata ''ndikar'' untuk penamaan bela diri/silat dalam bahasa Karo kadang kerap disamakan dengan kata ''pandikar''. Kata ''ndikar'' hanya untuk menyebut silat/bela diri, sedangkan ''pandikar'' merupakan seseorang yang mempunyai ilmu bela diri yang tinggi atau bisa juga orang yang mendalami ilmu bela diri dan memiliki ilmu bela diri.

=== Seni musik ===
[[File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een verzameling Karo Batak objecten waaronder muziekinstrumenten een mand een zwaard een wichelboek een palmwijnkoker en een aantal doeken TMnr 60011124.jpg|thumb|upright|Instrumen alat-alat musik tradisional Karo.]]

Alat musik tradisional Karo adalah Gendang Karo. Biasanya disebut Gendang “Lima Sedalinen” yang artinya seperangkat gendang tari yang terdiri dari lima unsur.

Unsur disini terdiri dari beberapa alat musik tradisional Karo seperti [[kulcapi]], [[balobat]], [[surdam]], [[Keteng-Keteng|keteng-keteng]], murhab, serune, gendang si ngindungi, sendang si nganaki, penganak dan gung. Alat tradisional ini sering digunakan untuk menari, menyanyi dan berbagai ritus tradisi.

Jadi gendang Karo sudah lengkap (lima sedalinen) jika sudah ada serune, gendang si ngindungi, gendang si nganaki, penganak dan gung dalam mengiringi sebuah upacara atau pesta.

=== Seni tari ===
[[Berkas:Tari-Seni-Landek.jpg|jmpl|Pasangan Karo menari.]]
Tari dalam bahasa [[Bahasa Karo|Karo]] disebut "''landek"''. Pola dasar tari Karo adalah posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun lutut ''(endek)'' disesuaikan dengan tempo gendang dan gerak kaki. Pola dasar tarian itu ditambah dengan variasi tertentu sehingga tarian tersebut menarik dan indah.

Tarian berkaitan adat misalnya memasuki rumah baru, pesta perkawinan, upacara kematian dan lain-lain. Tarian berkaitan dengan ritus dan religi biasa dipimpin oleh guru (dukun). Misalnya tari mulih-mulih, tari tungkat, erpangir ku lau, tari baka, tari begu deleng, tari muncang, dan lain-lain.

Tarian berkaitan dengan hiburan digolongkan secara umum. Misalnya tari gundala-gundala, tari ndikkar dan lain-lain. Sejak tahun 1960 tari Karo bertambah dengan adanya tari kreasi baru. Misalnya tari lima serangkai yang dipadu dari lima jenis tari yaitu tari morah-morah, tari perakut, tari cipa jok, tari patam-patam lance dan tari kabang kiung. Setelah itu muncul pula tari piso surit, tari terang bulan, tari roti manis dan tari tanam padi.

=== Seni ukir/pahat ===
Keragaman seni pahat dan ukir etnis Karo terlihat dari corak ragam bangunannya. Dulu orang yang ahli membuat bangunan Karo disebut "Pande Tukang".

Hal ini terlihat dari jenis-jenis bangunan Karo seperti rumah [[Siwaluh Jabu]], Geriten, Jambur, Batang, Lige-lige, Kalimbaban, Sapo Gunung, dan Lipo. Seni ukir yang menjadi kekayaan kesenian Karo terlihat pada setiap ukiran bangunannya seperti Ukir Cekili Kambing, Ukir Ipen-Ipen, Ukir Embun Sikawiten, Ukir Lipan Nangkih Tongkeh, Ukir Tandak Kerbo Payung, Ukir Pengeretret, dan Ciken.

Suku Karo juga memiliki [[drama]] tradisional yang disebut dengan Gundala-Gundala.

== Kegiatan kebudayaan dan adat-istiadat ==
* [[Kerja Tahun|Merdang Merdem]]: "Kerja tahun" yang disertai "''Gendang guro-guro aron''".
* Mahpah: "Kerja tahun" yang disertai ''"Gendang guro-guro aron"''.
* [[Mengket Rumah Mbaru]]: Pesta perayaan memasuki rumah (adat/ibadat) baru.
* Mbesur-mbesuri: "Mengenyangkan" memberi makan untuk wanita yang hamil 7 bulan, dengan harapan memenuhi keinginannya sebelum melahirkan.
* Cawir Metua: Upacara adat/ritual kematian.
* Ndilo Udan: Memanggil hujan.
* Rebu-rebu: Mirip dengan pesta "''kerja tahun"''.
* Ngumbung: Hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa).
* [[Erpangir Ku Lau]]: Penyucian diri (''untuk membuang sia''l).
* Raleng Tendi: "''Ngicik Tendi''", yaitu memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.
* Motong Rambai: Pesta kecil keluarga-handai taulan untuk memanggkas habis rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapih.
* Ngaloken Cincin Upah Tendi: Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari keponakan (''dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain'').
* Manok Sangkepi
* [[Mbaba Belo Selambar]] (MBS): Rangkaian ritus [[Pernikahan adat Karo]]
* Ngaloken Rawit: Upacara keluarga pemberian pisau (tumbuk lada) atau belati atau clurit kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere) - keponakan laki-laki.

== Kuliner khas ==
=== Makanan ===
[[Berkas:BPK Gintingta Tigapanah.jpg|thumb|upright|Rumah makan [[babi panggang karo]] di [[Tigapanah, Karo|Tigapanah]].]]

Kuliner Karo banyak ragamnya, salah satu yang terkenal adalah [[babi panggang karo]], sering disingkat sebagai BPK. Babi panggang karo dibuat dengan cara memanggang babi yang sebelumnya telah diberi bumbu khas, yang di dalamnya terdapat ''tuba'' atau [[andaliman]]. Umumnya orang Karo yang menjual babi panggang karo di warung makan ataupun restoran, namun tidak jarang juga ditemukan orang non-Karo yang juga menjual hidangan tersebut seperti orang [[Suku Batak Toba|Batak Toba]], [[Suku Nias|Nias]], dan lain-lain.

Kuliner Karo lainnya meliputi: ''kidu-kidu'', ''manuk getah'', [[Arsik|''arsik nurung mas'']], [[Cimpa|''cimpa'']], ''unung-unung'', ''cincang bohan'', [[Pagit-pagit|''pagit-pagit'']], ''trites'', ''gule kuta-kuta'' (gulai ayam kampung), [[Tasak Telu|''tasak telu'']], mi keling, bihun bebek, [[bika ambon]], lemang Karo, ''cipera'', anyang pakis, [[Gule bulung gadung|''gule bulung gadung'']], dan lain-lain.

=== Minuman ===
Selain makanan, minuman khas Karo pun banyak macam ragamnya. Minuman yang terkenal adalah s''usu kitik'', yaitu teh susu telur khas Karo. Minuman ini umumnya disajikan di warung kopi di daerah Karo.
{{clear}}

== Lagu daerah ==
Beberapa lagu yang berasal dari daerah Karo adalah:
* Piso Surit
* Mbiring Manggis
* Mejuah-juah
* Famili Teksi
* Sora Mido
* Tengguli Laneng
* Pincala
* Si Lampas Melumang
* O Taneh Karo
* Deleng Sinabung

== Agama ==
[[Berkas:Desa Perteguhen, Simpang Empat, Karo.jpg|thumb|upright|Gereja [[Gereja Batak Karo Protestan|GBKP]] dan masjid yang berhadapan di [[Perteguhen, Simpang Empat, Karo|Perteguhen]]. ]]

Mayoritas masyarakat Karo memeluk agama [[Protestanisme|Kristen Protestan]] (57.5%), [[Katolik|Kristen Katolik]] (18.7%), [[Islam]] (21.3%), dan [[Pemena]] (1.1%). Lalu ada sebagian kecil yang beragama [[Agama Hindu|Hindu]] dan [[Agama Buddha|Buddha]] yaitu sekitar 1.4%.

Sebagian kecil orang Karo di Dusun [[Lau Rakit, Sinembah Tanjung Muda Hilir, Deli Serdang|Pintu Besi]] menganut agama [[Agama Hindu|Hindu]] yang dimana memiliki kemiripan dengan agama [[Hinduisme Bali|Hindu Bali]] mulai dari tempat ibadah berupa [[pura]] hingga upacara keagamaan.<ref>[https://medanbisnisdaily.com/m/news/online/read/2020/03/25/103996/melihat_umat_hindu_di_tanah_karo/]</ref>

Umumnya pemeluk agama [[Pemena]] (agama awal dan agama asli Karo) berada di desa yang berada di dekat atau di kaki [[Gunung Sinabung]].


Pemeluk [[Agama asli Nusantara|agama tradisional]]/kepercayaan lama lainnya dapat ditemui di pedalaman dan mereka nyaris punah. Agama lainnya pun terutama agama Buddha dapat ditemui di perkotaan namun jumlahnya sangat sedikit.
Suku Karo juga memiliki [[drama]] tradisional yang disebut dengan kata '''Gundala'''.


=== Gereja yang didominasi masyarakat Karo ===
== Kegiatan Budaya ==
[[Berkas:GBKP Rg. Kabanjahe Kota, Klasis Kabanjahe 01.jpg|thumb|upright|Gereja [[Gereja Batak Karo Protestan|GBKP]] [[Kabanjahe, Karo|Kabanjahe]].]]
* [[Merdang Merdem|Merdang merdem]] = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".
* [[Gereja Batak Karo Protestan|Gereja Batak dan Karo Protestan]] (GBKP) ''(paling dominan)''
* [[Mahpah]] = "kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".
* [[Gereja Injili Karo Indonesia]] (GIKI)
* [[Mengket Rumah Mbaru]] - Pesta memasuki rumah (adat - ibadat) baru.
{{clear}}
* [[Mbesur-mbesuri]] - "Ngerires" - membuat lemang waktu padi mulai bunting.
* [[Ndilo Udan]] - memanggil hujan.
* [[Rebu-rebu]] - mirip pesta "kerja tahun".
* [[Ngumbung]] - hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa).
* [[Erpangir Ku Lau]] - penyucian diri (untuk membuang sial).
* [[Raleng Tendi]] - "Ngicik Tendi" = memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.
* [[Motong Rambai]] - Pesta kecil keluarga - handai taulan untuk memanggkas habis rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapi.
* [[Ngaloken Cincin Upah Tendi]] - Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain).
* [[Ngaloken Rawit]] - Upacara keluarga pemberian pisau ([[tumbuk lada]]) atau belati atau celurit kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere) - keponakan laki-laki.


== Tokoh ==
== Gereja yang dinominasi suku Karo==
{{Utama|Daftar tokoh Karo}}
* [[Gereja Batak Karo Protestan]] (GBKP)
* [[Guru Patimpus|Guru Patimpus Sembiring Pelawi]]
* [[Gereja Injili Karo Indonesia]](GIKI)
* [[Jamin Ginting|Djamin Ginting Suka]]
* [[Lyodra Ginting]]
* [[Tio Fanta Pinem]]
* [[Malem Sambat Kaban]]
* [[Tanta Ginting]]
* [[GT Soerbakti|Gusti Terkelin Surbakti]]
* [[Latief Sitepu]]
* [[Anthony Sinisuka Ginting]]
* [[Arman Depari]]
* [[Tifatul Sembiring]]


== Galeri ==
== Galeri ==
<gallery>
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ngenkal het omwerken van de grond met puntige stokken Karo-landen TMnr 10010952.jpg|Petani Karo
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ngenkal het omwerken van de grond met puntige stokken Karo-landen TMnr 10010952.jpg|Petani Karo.
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Primitieve grondbewerking (engkal) met stokken Karo-Hoogvlakte TMnr 10010947.jpg|Petani Karo
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Portret van een jonge Karo Batak vrouw TMnr 60023653.jpg|Wanita Karo zaman dahulu berpakaian tradisional Karo.
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Primitieve grondbewerking (engkal) met stokken Karo-Hoogvlakte TMnr 10010947.jpg|Petani Karo.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM De bekende mandolinespeler Si Datas van Soerbakti Karolanden Noord-Sumatra TMnr 10005387.jpg|Si Datas dari Desa Surbakti pemain [[kulcapi]], yaitu alat musik tradisional Karo.
Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Een Karo Batak vrouw in traditionele kleding TMnr 60016026.jpg|Foto gadis Karo dengan pakaian tradisional tahun 1925, koleksi [[Tropenmuseum]].
</gallery>
</gallery>
{{Commonscat|Batak Karo people|Suku Karo}}


== Referensi ==
== Referensi ==
{{Reflist}}
* Situs [http://kamus.karo.or.id/aksara.php kamus Karo online]

*[http://arikokena.blogspot.com/2012/06/normal-0-false-false-false-en-us-x-none.html Mengenal Karo dari catatan sejarah]
== Bacaan lanjutan terkait ==
* photo [http://www.facebook.com/pages/Komunitas-Sejuta-kalak-karo/157667500914584?sk=photos photo karo tempoe doeloe]
* Perangin-angin, Martin. (2004). Orang Karo Diantara Orang Batak. Pustaka Sora Mido
* Perangin-angin, Martin. (2004). Orang Karo Diantara Orang Batak. Pustaka Sora Mido


== Pranala luar ==
{{Suku Bangsa Karo}}
* [http://books.google.co.uk/books?hl=en&lr=&id=IdeKhwOIpggC books.google.co.uk]
* [http://www.hawaii.edu/indolang/downloads/Archipel65.pdf hawaii.edu] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20100604183047/http://www.hawaii.edu/indolang/downloads/Archipel65.pdf |date=2010-06-04 }}

{{Suku Karo}}
{{Suku Bangsa Batak}}
{{Suku bangsa di Indonesia}}
{{Suku bangsa di Indonesia}}


[[Kategori:Suku bangsa di Indonesia|Karo]]
[[Kategori:Batak]]
[[Kategori:Suku Karo]]
[[Kategori:Batak Karo]]
[[Kategori:Merga Karo]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sumatera Utara]]
[[Kategori:Merga Silima]]
[[Kategori:Suku bangsa di Aceh]]
[[Kategori:Suku bangsa di Sumatra]]
[[Kategori:Kelompok etnik di Indonesia]]

Revisi terkini sejak 3 Oktober 2024 13.30

Batak Karo
Kalak Karo
ᯂᯞᯂ᯳ᯂᯒᯭ
Jumlah populasi
± 1.100.000 (2010)
Bahasa
Bahasa Batak Karo
Agama
Kelompok etnik terkait

Batak Karo adalah salah satu kelompok etnis Batak yang menyebar dan menetap di Taneh Karo. Etnis ini merupakan salah satu etnis terbesar di Sumatera Utara.

Nama etnis ini juga dijadikan sebagai nama salah satu kabupaten di Provinsi Sumatera Utara, yaitu Kabupaten Karo. Etnis ini memiliki bahasa yang disebut cakap Karo. Pakaian adat Batak Karo didominasi dengan warna merah serta hitam dan penuh dengan perhiasan emas. Konon, Kota Medan didirikan oleh seorang tokoh Karo yang bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi.

Sejarah dan etimologi

Seorang wanita Karo mengenakan kain (Gatip Ampar) di atas bahunya dan anting-anting (Padung Perak), dan seorang pria Karo kemungkinan mengenakan Julu Berjongkit atau Ragi Santik sebagai penutup pinggul. Foto diambil di salah satu desa di Kabupaten Karo, sekitar tahun 1914—1919.

Karo adalah salah satu etnis Batak yang menyebar dan menetap di Tanah Karo. Etnis ini memiliki bahasa yang disebut cakap Karo dan memiliki salam khas yaitu mejuah-juah. Adapun rumah tradisional masyarakat Batak Karo yang disebut dengan nama Siwaluh Jabu yang berarti rumah untuk delapan keluarga, yaitu rumah yang terdiri dari delapan kamar yang masing-masing kamar dihuni oleh satu keluarga. Tiap keluarga yang menghuni rumah itu memiliki tugas dan fungsi yang berbeda-beda sesuai dengan pola kekerabatan masing-masing.

Wilayah

Taneh Karo (1930—1940).

Sering terjadi kekeliruan dalam percakapan sehari-hari dimana wilayah masyarakat Batak Karo hanya diidentikkan dengan Kabupaten Karo. Padahal, Taneh Karo jauh lebih luas daripada Kabupaten Karo, yakni:

Kabupaten Karo

Siwaluh Jabu di Desa Dokan.

Kabupaten Karo terletak di dataran tinggi Karo. Wilayah yang terkenal di kabupaten ini adalah Berastagi dan Kabanjahe. Berastagi merupakan salah satu kota turis di Sumatera Utara yang sangat terkenal dengan produk pertaniannya yang unggul. Salah satunya adalah buah jeruk dan produk minuman yang terkenal, jus markisa. Mayoritas masyarakat Batak Karo bermukim di daerah pegunungan ini, tepatnya di daerah Gunung Sinabung dan Gunung Sibayak yang sering disebut sebagai Taneh Karo Simalem. Banyak keunikan-keunikan terdapat pada masyarakat Batak Karo, baik dari geografis, alam, maupun bentuk masakan. Masakan Batak Karo, salah satu yang unik adalah trites. Trites ini disajikan pada saat pesta budaya, seperti pesta pernikahan, pesta memasuki rumah baru, dan pesta tahunan yang dinamakan kerja tahun. Trites ini bahannya diambil dari isi lambung sapi atau kerbau, yang belum dikeluarkan sebagai kotoran. Bahan inilah yang diolah sedemikian rupa dicampur dengan bahan rempah-rempah sehingga aroma tajam pada isi lambung berkurang dan dapat dinikmati. Masakan ini merupakan makanan istimewa yang di suguhkan kepada yang dihormati.

Kota Medan

Pendiri Kota Medan adalah seorang putra Karo yang bernama Guru Patimpus Sembiring Pelawi. Sebagian sejarawan dan pemerhati budaya juga memercayai bahwa asal mula nama Medan berasal dari bahasa Batak Karo, yakni "madan" yang berarti "obat". Namun pendapat ini masih menjadi pro dan kontra karena terdapat beberapa versi mengenai asal mula nama Medan.

Kota Binjai

Kota Binjai merupakan daerah yang memiliki interaksi paling kuat dengan Kota Medan, hal ini disebabkan oleh jaraknya yang relatif dekat dari Kota Medan sebagai ibu kota Provinsi Sumatera Utara. Nama "Binjai" juga dipercaya oleh sementara orang berasal dari gabungan kedua kosakata bahasa Batak Karo, "ben" dan "i-jei" yang artinya "bermalam di sini". Hal tersebut kemudian diucapkan "Binjei" dan menjadi "Binjai" hingga sekarang. Namun etimologi nama "Binjai" berasal dari buah Binjai.

Kabupaten Langkat

Masyarakat Batak Karo di Kabupaten Langkat mendiami daerah hulu, seperti Bahorok, Kutambaru, Sei Bingai, Kuala, Salapian, Selesai, Batang Serangan, dan Serapit. Teluk Aru yang berada di Langkat Hilir juga pernah menjadi pusat pemerintahan Kerajaan Haru, kerajaan bercorak Batak Karo-Melayu yang dimana menjadi leluhur dari Sultan Melayu Sumatera Timur.

Kabupaten Dairi

Wilayah Kabupaten Dairi pada umumnya subur dengan kemakmuran masyarakatnya melalui perkebunan kopinya yang berkualitas. Sebagian wilayah Kabupaten Dairi yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:

Kabupaten Aceh Tenggara

Sebagian wilayah Kabupaten Aceh Tenggara yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:

Kabupaten Deli Serdang

Sebagian wilayah Kabupaten Deli Serdang yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:

Kabupaten Simalungun

Sebagian wilayah Kabupaten Simalungun yang merupakan bagian dari Taneh Karo adalah:

Marga

Etnis Batak Karo memiliki sistem kemasyarakatan atau adat yang dikenal dengan nama Merga Silima, Tutur Siwaluh, dan Rakut Sitelu. Merga disebut untuk laki-laki, sedangkan untuk perempuan disebut beru. Merga atau beru ini disandang di belakang nama seseorang. Merga dalam masyarakat Batak Karo terdiri dari lima kelompok utama (marga inti/pokok), yang disebut dengan Merga Silima. Kelima merga tersebut adalah:

Marga utama (Merga Silima)
Ginting Karokaro Peranginangin Sembiring Tarigan
Sub-marga Ajartambun Barus Bangun Brahmana Bondong
Babo Bukit Benjerang Bunuhaji Ganagana
Beras Gurusinga Kacinambun Busok Gersang
Guru Patih Kaban Keliat Colia Gerneng
Garamata Kacaribu Laksa Depari Jampang
Jandibata Karosekali Limbeng Gurukinayan Kerendam
Jawak Kemit Mano Keling Purba
Manik Ketaren Namohaji Keloko Pekan
Munte Manik Pencawan Kembaren Sibero
Pase Paroka Penggarus Maha Silangit
Seragih Purba Perbesi Meliala/Milala Tambun
Suka Samura Pinem Muham Tambak
Sugihen Sinubulan Sebayang Pandia Tegur
Sinusinga Sinuhaji Singarimbun Pandebayang Tendang
Tumangger Sinukaban Sinurat Pelawi Tua
Sinulingga Sukatendel Sinukapar
Sinuraya Tanjung Sinulaki
Sitepu Ulunjandi Sinupayung
Surbakti Uwir Tekang
Torong
Ujung

Kelima marga Batak Karo tersebut mempunyai sub-marga masing-masing, dimana setiap orang Batak Karo mempunyai salah satu dari marga tersebut. Marga diperoleh secara turun temurun dari ayah, marga ayah juga marga anak. Orang yang mempunyai merga atau beru yang sama, dianggap bersaudara dalam arti mempunyai nenek moyang yang sama. Jikalau laki-laki bermerga sama, maka mereka disebut (b)ersenina. Demikian juga antara perempuan dengan perempuan yang mempunyai beru yang sama, maka mereka disebut juga (b)ersenina. Namun antara seorang laki-laki dengan perempuan yang bermerga sama, mereka disebut erturang, sehingga dilarang melakukan perkawinan, kecuali pada merga Sembiring Kembaren.

Falsafah kemasyarakatan

Pasangan pengantin pria dan wanita menikah dengan pakaian adat Batak Karo lengkap dengan Uis dan Tudung Karo untuk perempuan, serta Bekabuluh untuk laki-laki.

Hal lain yang penting dalam susunan masyarakat Batak Karo adalah Rakut Sitelu, yang artinya secara metaforik adalah tungku nan tiga, yang berarti ikatan yang tiga. Arti Rakut Sitelu tersebut adalah sangkep nggeluh (kelengkapan hidup) bagi masyarakat Batak Karo. Kelengkapan yang dimaksud adalah lembaga sosial yang terdapat dalam masyarakat Batak Karo yang terdiri dari tiga kelompok, yaitu:

  • Kalimbubu, yakni dapat didefinisikan sebagai keluarga pemberi istri.
  • Anak beru, yakni keluarga yang mengambil atau menerima istri.
  • Sembuyak, yakni keluarga satu galur keturunan marga atau keluarga inti.

Masyarakat Batak Karo mempunyai salam khas yaitu mejuah-juah atau lengkapnya adalah mejuah-juah kita kerina yang memiliki arti sehat-sehat kita semua, baik-baik kita semua, kedamaian, kesehatan, kebaikan untuk kita semua.

Sistem kekerabatan

Kedua mempelai dari etnis Karo berbusana adat Karo.

Tutur Siwaluh adalah konsep kekerabatan masyarakat Karo, yang berhubungan dengan penuturan, yaitu terdiri dari delapan golongan:

  1. Puang Kalimbubu
  2. Kalimbubu
  3. Senina
  4. Sembuyak
  5. Senina Sipemeren
  6. Senina Sepengalon/Sedalanen
  7. Anak Beru
  8. Anak Beru Menteri

Dalam pelaksanaan upacara adat, Tutur Siwaluh ini masih dapat dibagi lagi dalam kelompok-kelompok lebih khusus sesuai dengan keperluan dalam pelaksanaan upacara yang dilaksanakan, yaitu sebagai berikut :

  1. Puang Kalimbubu adalah kalimbubu dari kalimbubu seseorang
  2. Kalimbubu adalah kelompok pemberi istri kepada keluarga tertentu. Kalimbubu ini dapat dikelompokkan lagi menjadi :
    • Kalimbubu Bena-bena atau Kalimbubu Tua, yaitu kelompok pemberi istri kepada kelompok tertentu yang dianggap sebagai kelompok pemberi istri adalah dari keluarga tersebut. Misalnya A bermerga Sembiring bere-bere Tarigan, maka Tarigan adalah Kalimbubu Si A. Jika A mempunyai anak, maka merga Tarigan adalah Kalimbubu Bena-bena / Kalimbubu Tua dari anak A. Jadi Kalimbubu Bena-bena atau Kalimbubu Tua adalah kalimbubu dari ayah kandung.
    • Kalimbubu Simada Dareh adalah berasal dari ibu kandung seseorang. Kalimbubu Simada Dareh adalah saudara laki-laki dari ibu kandung seseorang. Disebut Kalimbubu Simada Dareh karena mereka yang dianggap mempunyai keturunan sedarah, karena sedarah maka itu juga yang terdapat dalam diri keponakannya.
    • Kalimbubu Iperdemui, yaitu yang berarti kalimbubu yang dijadikan kalimbubu oleh karena seseorang mengawini putri dari satu keluarga untuk pertama kalinya. Maka seseorang itu yang menjadi kalimbubu adalah berdasarkan perkawinan.
  3. Senina, yaitu mereka yang bersaudara karena mempunyai merga dan submerga yang sama.
  4. Sembuyak, yaitu secara harfiah artinya adalah satu dan Mbuyak yang artinya adalah kandungan. Maka artinya adalah orang-orang yang lahir dari kandungan atau rahim yang sama. Namun dalam masyarakat Karo istilah ini digunakan untuk senina yang berlainan sub-merga juga, dalam bahasa Karo disebut Sindauh Ipedeher (Yang jauh menjadi dekat).
  5. Sipemeren, yaitu orang-orang yang ibu-ibu mereka bersaudara kandung. Bagian ini didukung lagi oleh pihak Siparibanen, yaitu orang-orang yang mempunyai istri yang bersaudara.
  6. Senina Sepengalon atau Sendalanen, yaitu orang yang bersaudara karena mempunyai anak-anak yang memperistri dari beru yang sama.
  7. Anak beru, yang berarti pihak yang mengambil istri dari suatu keluarga tertentu untuk diperistri. Anak beru dapat terjadi secara langsung karena mengawini wanita keluarga tertentu, dan secara tidak langsung melalui perantaraan orang lain, seperti Anak Beru Menteri dan Anak Beru Singikuri. Anak beru ini terdiri lagi sebagai berikut :
    • Anak Beru Tua, adalah anak beru dalam satu keluarga turun temurun. Paling tidak tiga generasi telah mengambil istri dari keluarga tertentu (Kalimbubu-nya). Anak Beru Tua adalah anak beru yang utama, karena tanpa kehadirannya dalam suatu upacara adat yang dibuat oleh pihak kalimbubu-nya, maka upacara tersebut tidak dapat dimulai. Anak Beru Tua juga berfungsi sebagai Anak Beru Singerana (sebagai pembicara), karena fungsinya dalam upacara adat sebagai pembicara dan pemimpin keluarga dalam keluarga kalimbubu dalam konteks upacara adat.
    • Anak Beru Cekoh Baka Tutup, yaitu anak beru yang secara langsung dapat mengetahui segala sesuatu di dalam keluarga kalimbubu-nya. Anak Beru Cekoh Baka Tutup adalah anak saudara perempuan dari seorang kepala keluarga. Misalnya Si A seorang laki-laki, mempunyai saudara perempuan Si B, maka anak Si B adalah Anak Beru Cekoh Baka Tutup dari Si A. Dalam panggilan sehari-hari anak beru disebut juga Bere-bere Mama.
  8. Anak Beru Menteri, yaitu anak berunya si anak beru. Asal kata Menteri adalah dari kata Minteri yang berarti meluruskan. Jadi anak beru minteri mempunyai pengertian yang lebih luas sebagai petunjuk, mengawasi serta membantu tugas kalimbubu-nya dalam suatu kewajiban dalam upacara adat. Ada pula yang disebut Anak Beru Singkuri, yaitu anak beru-nya si Anak Beru Menteri. Anak beru ini mempersiapkan hidangan dalam konteks upacara adat.

Bahasa dan aksara

Ukiran dari sebuah tulisan ratapan Karo (Bilang-bilang) menggunakan Surat Batak pada media bambu.

Bahasa Karo adalah salah satu bahasa Austronesia yang digolongkan ke dalam bahasa Batak Utara[6]; yang utamanya dituturkan oleh masyarakat Batak Karo di wilayah Kabupaten Karo, Kabupaten Langkat, Kabupaten Deli Serdang, Kabupaten Dairi, dan Kota Medan.

Aksara yang digunakan oleh orang Karo adalah Tulisen Karo yang merupakan varian dari Surat Batak. Aksara ini adalah aksara kuno yang dipergunakan oleh masyarakat Batak Karo, akan tetapi pada saat ini penggunaannya sangat terbatas bahkan hampir tidak pernah digunakan lagi.

Kalender Karo

Nama-nama bulan

Adapun nama-nama bulan dan binatang atau benda apa yang bersamaan dengan bulan bersangkutan adalah sebagai berikut:

  • Bulan Sipaka sada merupakan bulan kambing
  • Bulan Sipaka dua merupakan bulan lembu
  • Bulan Sipaka telu merupakan bulan gaya (cacing)
  • Bulan Sipaka empat merupakan bulan padek (katak)
  • Bulan Sipaka lima merupakan bulan arimo (harimau)
  • Bulan Sipaka enem merupakan bulan kuliki (elang)
  • Bulan Sipaka pitu merupakan bulan kayu
  • Bulan Sipaka waluh merupakan bulan tambok (kolam)
  • Bulan Sipaka siwah merupakan bulan gayo (kepiting)
  • Bulan Sipaka sepuluh merupakan bulan belobat, baluat atau balobat (sejenis alat musik tiup)
  • Bulan Sipaka sepuluh sada merupakan bulan batu
  • Bulan Sipaka sepuluh dua merupakan bulan binurung (ikan)

Nama-nama hari

Nama-nama hari pada suku Karo apabila diperhatikan banyak miripnya dengan kata-kata bahasa Sanskerta. Setiap hari dari tanggal itu mempunyai makna atau pengertian tertentu. Oleh karena itu apabila seseorang hendak merencanakan sesuatu, misalnya keberangkatan ke tempat jauh, berperang ke medan laga, memasuki rumah baru dan berbagai kegiatan lainnya. selalu dilihat harinya yang dianggap paling cocok. Di sinilah besarnya peranan "guru si beloh niktik wari" (dukun/orang tua yang pintar melihat hari dan bulan yang baik dan serasi), yang dengan perhitungannya secara saksama, ia menyarankan agar suatu acara yang direncanakan dilakukan pada hari X.

Adapun nama yang 30 dalam satu bulan adalah sebagai berikut:

  1. Aditia
  2. Suma
  3. Nggara
  4. Budaha
  5. Beras pati
  6. Cukra enem
  7. Belah naik
  8. Aditia naik
  9. Sumana siwah
  10. Nggara sepuluh
  11. Budaha ngadep
  12. Beras pati tangkep
  13. Cukera dudu (lau)
  14. Belah purnama raya
  15. Tula
  16. Suma cepik
  17. Nggara enggo tula
  18. Budaha gok
  19. Beras pati
  20. Cukra si 20
  21. Belah turun
  22. Aditia turun
  23. Sumana mate
  24. Nggara simbelin
  25. Budaha medem
  26. Beras pati medem
  27. Cukrana mate
  28. Mate bulan ngulak
  29. Dalan bulan
  30. Sami sara

Budaya dan kesenian

Museum Pusaka Karo di Berastagi.

Orang Karo mempunyai beberapa kebudayaan tradisional, mulai dari kesenian (sastra), dan tari tradisional. Beberapa tari tradisional Karo adalah:

  • Piso Surit
  • Tari Lima Serangkai
  • Tari Terang Bulan
  • Tari Baka
  • Tari Ndikkar
  • Tari Ndurung
  • Tari Tongkat
  • Tari Sigundari
  • Tari Mbuah Page
  • Tari Tiga Sibolangit
  • Pantun
  • Petatah petitih
  • Petuah
  • Syair (bersyair)
  • Senandung/nandung (dendang)
  • Gendang
  • Guro Aron-aron
  • Gurindam
  • Anding-andingen
  • Kuan-kuanen
  • Bilang-bilang (ratapan)
  • Cakap Lumat
  • Dengang Duka
  • Gundala Gundala
  • Tari sambut/tari penyambutan/tari persembahan (Tari Mejuah-juah)

Seni bela diri (Silat Karo)

Seni bela diri orang karo merupakan Silat Karo yang dalam bahasa Karo disebut ndikar. Kata tersebut mulai jarang digunakan masyarakat Karo sehingga kini asing terdengar. Masyarakat Karo dewasa ini cenderung menyebutnya dengan nama Silat Karo saja.

Kata ndikar untuk penamaan bela diri/silat dalam bahasa Karo kadang kerap disamakan dengan kata pandikar. Kata ndikar hanya untuk menyebut silat/bela diri, sedangkan pandikar merupakan seseorang yang mempunyai ilmu bela diri yang tinggi atau bisa juga orang yang mendalami ilmu bela diri dan memiliki ilmu bela diri.

Seni musik

Instrumen alat-alat musik tradisional Karo.

Alat musik tradisional Karo adalah Gendang Karo. Biasanya disebut Gendang “Lima Sedalinen” yang artinya seperangkat gendang tari yang terdiri dari lima unsur.

Unsur disini terdiri dari beberapa alat musik tradisional Karo seperti kulcapi, balobat, surdam, keteng-keteng, murhab, serune, gendang si ngindungi, sendang si nganaki, penganak dan gung. Alat tradisional ini sering digunakan untuk menari, menyanyi dan berbagai ritus tradisi.

Jadi gendang Karo sudah lengkap (lima sedalinen) jika sudah ada serune, gendang si ngindungi, gendang si nganaki, penganak dan gung dalam mengiringi sebuah upacara atau pesta.

Seni tari

Pasangan Karo menari.

Tari dalam bahasa Karo disebut "landek". Pola dasar tari Karo adalah posisi tubuh, gerakan tangan, gerakan naik turun lutut (endek) disesuaikan dengan tempo gendang dan gerak kaki. Pola dasar tarian itu ditambah dengan variasi tertentu sehingga tarian tersebut menarik dan indah.

Tarian berkaitan adat misalnya memasuki rumah baru, pesta perkawinan, upacara kematian dan lain-lain. Tarian berkaitan dengan ritus dan religi biasa dipimpin oleh guru (dukun). Misalnya tari mulih-mulih, tari tungkat, erpangir ku lau, tari baka, tari begu deleng, tari muncang, dan lain-lain.

Tarian berkaitan dengan hiburan digolongkan secara umum. Misalnya tari gundala-gundala, tari ndikkar dan lain-lain. Sejak tahun 1960 tari Karo bertambah dengan adanya tari kreasi baru. Misalnya tari lima serangkai yang dipadu dari lima jenis tari yaitu tari morah-morah, tari perakut, tari cipa jok, tari patam-patam lance dan tari kabang kiung. Setelah itu muncul pula tari piso surit, tari terang bulan, tari roti manis dan tari tanam padi.

Seni ukir/pahat

Keragaman seni pahat dan ukir etnis Karo terlihat dari corak ragam bangunannya. Dulu orang yang ahli membuat bangunan Karo disebut "Pande Tukang".

Hal ini terlihat dari jenis-jenis bangunan Karo seperti rumah Siwaluh Jabu, Geriten, Jambur, Batang, Lige-lige, Kalimbaban, Sapo Gunung, dan Lipo. Seni ukir yang menjadi kekayaan kesenian Karo terlihat pada setiap ukiran bangunannya seperti Ukir Cekili Kambing, Ukir Ipen-Ipen, Ukir Embun Sikawiten, Ukir Lipan Nangkih Tongkeh, Ukir Tandak Kerbo Payung, Ukir Pengeretret, dan Ciken.

Suku Karo juga memiliki drama tradisional yang disebut dengan Gundala-Gundala.

Kegiatan kebudayaan dan adat-istiadat

  • Merdang Merdem: "Kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".
  • Mahpah: "Kerja tahun" yang disertai "Gendang guro-guro aron".
  • Mengket Rumah Mbaru: Pesta perayaan memasuki rumah (adat/ibadat) baru.
  • Mbesur-mbesuri: "Mengenyangkan" memberi makan untuk wanita yang hamil 7 bulan, dengan harapan memenuhi keinginannya sebelum melahirkan.
  • Cawir Metua: Upacara adat/ritual kematian.
  • Ndilo Udan: Memanggil hujan.
  • Rebu-rebu: Mirip dengan pesta "kerja tahun".
  • Ngumbung: Hari jeda "aron" (kumpulan pekerja di desa).
  • Erpangir Ku Lau: Penyucian diri (untuk membuang sial).
  • Raleng Tendi: "Ngicik Tendi", yaitu memanggil jiwa setelah seseorang kurang tenang karena terkejut secara suatu kejadian yang tidak disangka-sangka.
  • Motong Rambai: Pesta kecil keluarga-handai taulan untuk memanggkas habis rambut bayi (balita) yang terjalin dan tidak rapih.
  • Ngaloken Cincin Upah Tendi: Upacara keluarga pemberian cincin permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere atau dari Bibi ke Permain).
  • Manok Sangkepi
  • Mbaba Belo Selambar (MBS): Rangkaian ritus Pernikahan adat Karo
  • Ngaloken Rawit: Upacara keluarga pemberian pisau (tumbuk lada) atau belati atau clurit kecil yang berupa permintaan dari keponakan (dari Mama ke Bere-bere) - keponakan laki-laki.

Kuliner khas

Makanan

Rumah makan babi panggang karo di Tigapanah.

Kuliner Karo banyak ragamnya, salah satu yang terkenal adalah babi panggang karo, sering disingkat sebagai BPK. Babi panggang karo dibuat dengan cara memanggang babi yang sebelumnya telah diberi bumbu khas, yang di dalamnya terdapat tuba atau andaliman. Umumnya orang Karo yang menjual babi panggang karo di warung makan ataupun restoran, namun tidak jarang juga ditemukan orang non-Karo yang juga menjual hidangan tersebut seperti orang Batak Toba, Nias, dan lain-lain.

Kuliner Karo lainnya meliputi: kidu-kidu, manuk getah, arsik nurung mas, cimpa, unung-unung, cincang bohan, pagit-pagit, trites, gule kuta-kuta (gulai ayam kampung), tasak telu, mi keling, bihun bebek, bika ambon, lemang Karo, cipera, anyang pakis, gule bulung gadung, dan lain-lain.

Minuman

Selain makanan, minuman khas Karo pun banyak macam ragamnya. Minuman yang terkenal adalah susu kitik, yaitu teh susu telur khas Karo. Minuman ini umumnya disajikan di warung kopi di daerah Karo.

Lagu daerah

Beberapa lagu yang berasal dari daerah Karo adalah:

  • Piso Surit
  • Mbiring Manggis
  • Mejuah-juah
  • Famili Teksi
  • Sora Mido
  • Tengguli Laneng
  • Pincala
  • Si Lampas Melumang
  • O Taneh Karo
  • Deleng Sinabung

Agama

Gereja GBKP dan masjid yang berhadapan di Perteguhen.

Mayoritas masyarakat Karo memeluk agama Kristen Protestan (57.5%), Kristen Katolik (18.7%), Islam (21.3%), dan Pemena (1.1%). Lalu ada sebagian kecil yang beragama Hindu dan Buddha yaitu sekitar 1.4%.

Sebagian kecil orang Karo di Dusun Pintu Besi menganut agama Hindu yang dimana memiliki kemiripan dengan agama Hindu Bali mulai dari tempat ibadah berupa pura hingga upacara keagamaan.[7]

Umumnya pemeluk agama Pemena (agama awal dan agama asli Karo) berada di desa yang berada di dekat atau di kaki Gunung Sinabung.

Pemeluk agama tradisional/kepercayaan lama lainnya dapat ditemui di pedalaman dan mereka nyaris punah. Agama lainnya pun terutama agama Buddha dapat ditemui di perkotaan namun jumlahnya sangat sedikit.

Gereja yang didominasi masyarakat Karo

Gereja GBKP Kabanjahe.

Tokoh

Galeri

Referensi

  1. ^ Ginting, Ray Brema (2016). "Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906". Kristen di Dataran Tinggi Karo Tahun 1890-1906. Repositori Institusi Universitas Sumatera Utara (RI-USU). 
  2. ^ Ginting, Dewi (2012-08-08). "SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010". Ginting, Dewi (2012) SEJARAH BERKEMBANGNYA AGAMA ISLAM DI TANAH KARO SUMATERA UTARA PADA TAHUN 1980- 2010. Undergraduate thesis, UNIMED. UNIMED. 
  3. ^ "Katolik di Tanah Karo: Kabanjahe, 1942-1970an". jurnal.ugm.ac.id. Jurnal Lembaran Sejarah, Vol. 11, No. 2, Oktober 2014 | Mahasiswa S1 Jurusan Sejarah Universitas Gadjah Mada. Oktober 2014. 
  4. ^ Rasmamana, Edi Putra (2016-09-03). "PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT". Rasmamana, Edi Putra (2016) PENYEBARAN AGAMA BUDDHA PADA MASYARAKAT KARO DI KABUPATEN LANGKAT. Undergraduate thesis, UNIMED. UNIMED. 
  5. ^ Voice of Nature, Volumes 85-95. Yayasan Indonesia Hijau. 1990. hlm. 45. 
  6. ^ https://petabahasa.kemdikbud.go.id/provinsi.php?idp=Sumatra%20Utara
  7. ^ [1]

Bacaan lanjutan terkait

  • Perangin-angin, Martin. (2004). Orang Karo Diantara Orang Batak. Pustaka Sora Mido

Pranala luar