Imperium Portugal di Nusantara: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan |
Penghapusan tokoh-tokoh yang tidak terkait dengan masa imperium portugal |
||
(95 revisi perantara oleh 64 pengguna tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{Sejarah Indonesia}} |
|||
[[Bangsa Portugis]] merupakan bangsa Eropa pertama yang mencapai [[Kepulauan]] [[Nusantara]]. Pencarian mereka untuk mendominasi sumber perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan pada awal [[abad ke-16]] dan usaha penyebaran Katolik Roma mereka yang berbarengan menyaksikan pendirikan pos dan benteng perdagangan, serta unsur budaya Portugis yang kuat yang masih tetap penting di [[Indonesia]]. |
|||
{{Infobox former country |
|||
| conventional_long_name = Imperium Potugal di [[Kepulauan Melayu|Insulindia]] |
|||
| common_name = Portuguese rule in the Indonesian archipelago |
|||
| iso3166code = omit |
|||
| era = [[Periode modern awal|Modern awal]] |
|||
| status = Pemukiman dan jajahan [[Imperium Portugal|Kekaisaran Portugis]] |
|||
| empire = [[Portuguese Empire]] |
|||
| government_type = Monarki |
|||
| event_start = Didirikan |
|||
| year_start = {{circa}} 1522 |
|||
| event1 = [[Perjanjian Zaragoza]] |
|||
| date_event1 = 22 April 1529 |
|||
| event_end = Penaklukan Ambon |
|||
| date_end = 22 Februari |
|||
| year_end = 1605 |
|||
| image_flag = Flag of Portugal (1521).svg |
|||
| flag_caption = Bendera |
|||
| image_coat = Royal Arms of Portugal.svg |
|||
| symbol_type = Lambang |
|||
| image_map = AtlasMiller BNF paginas16y17 Insulindia.jpg |
|||
| image_map_caption = Peta kerajaan Portugis di Hindia Timur (termasuk [[Daftar pulau di Indonesia|Kepulauan Indonesia]]), Atlas Miller. |
|||
| capital = {{plainlist}} |
|||
*[[Benteng Kastela|São João Baptista de Ternate]] di [[Ternate]]<br>(1523–1575) |
|||
*[[Benteng Victoria|Nossa Senhora de Anunciada]] di [[Kota Ambon]]<br>(1575–1605) |
|||
| common_languages = [[Bahasa Portugis|Portugis]], [[Bahasa Melayu|Melayu]], [[Bahasa Ternate|Ternate]], dan [[Bahasa Tidore|Tidore]] |
|||
| title_leader = [[Daftar penguasa Portugal|Raja]] |
|||
| leader1 = [[João III]] |
|||
| year_leader1 = 1522–1557 |
|||
| leader2 = [[Felipe III dari Spanyol|Felipe II]] |
|||
| year_leader2 = 1598–1605 |
|||
| title_representative = Gubernur Jenderal |
|||
| representative1 = Antonio de Brito |
|||
| year_representative1 = 1522–1525 (pertama) |
|||
| representative2 = Pedro Alvares de Abreu |
|||
| year_representative2 = 1602–1605 (terakhir) |
|||
| today = [[Indonesia]] |
|||
}} |
|||
[[Bangsa Portugis]] merupakan bangsa Eropa pertama yang mencapai [[Kepulauan]] [[Nusantara]].<ref> {{Cite news|url=https://www.kompas.com/skola/read/2020/06/11/141500869/latar-belakang-penjelajahan-samudra-bangsa-eropa-sampai-ke-indonesia|title=Latar Belakang Penjelajahan Samudra Bangsa Eropa sampai ke Indonesia|editor-last=Welianto|editor-first=Ari|first=Ari|last=Welianto|work=[[Kompas.com]]}} </ref> Pencarian mereka untuk mendominasi sumber perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan pada awal [[abad ke-16]] dan usaha penyebaran Katolik Roma mereka yang berbarengan menyaksikan pendirian pos dan benteng perdagangan, serta unsur budaya Portugis yang kuat yang masih tetap penting di [[Indonesia]]. |
|||
Secara geografis seluruh wilayah Eropa mengalami musim dingin yang akan membuat cara mengelola makanan mereka berbeda. Hampir semua persediaan daging yang mereka miliki didapat dari hewan ternak yang tidak mungkin dipelihara pada musim dingin dan disembelih untuk kemudian disimpan menjadi daging beku. Agar daging tersebut dapat bertahan lama mereka menggunakan garam dan rempah-rempah selama masa penyimpanan. Indonesia merupakan wilayah yang menghasilkan lada, pala, dan cengkeh yang menjadi komoditas utama dalam perdagangan rempah-rempah dan beberapa tanaman yang hanya tumbuh di hutan Maluku. Pala memiliki khasiat tidak hanya sebagai penyedap rasa tetapi juga sebagai afrodisiak dan bahan pengawet. Cengkeh dan lada juga merupakan komoditas langka dan berharga. Bangsa Portugis selama ini membeli rempah-rempah dari pedagang Arab dengan harga yang sangat tinggi. Oleh karena itulah tujuan bangsa Portugis ke Indonesia selain untuk memanfaatkan sumber dari semua rempah-rempah tersebut juga untuk menguasai perdagangannya meskipun pada awalnya mereka tidak terlalu banyak mengetahui secara rinci letak wilayah Indonesia dan cara menuju kesana.{{Sfn|Ricklefs|1993|p=22|Ps="During the European winter there was no way to keep large livestock herds alive; many animals were therefore slaughtered and the meat must then be preserved. For this, salt and spices were used, and among the imported spices the most valuable was the clove from East Indonesia."}} |
|||
== Awal penjelajahan == |
== Awal penjelajahan == |
||
[[Berkas: |
[[Berkas:Myristica fragrans - Köhler–s Medizinal-Pflanzen-097.jpg|jmpl|lurus|kiri|[[Tanaman]] [[pala]] adalah asli [[Kepulauan Banda]] di [[Maluku]]. Pernah menjadi salah satu komoditas paling berharga di dunia, pala menarik kekuatan kolonial Eropa pertama ke [[Nusantara]].]] |
||
Bangsa Eropa memajukan teknologi di awal abad ke-16 terutama dalam bidang pelayaran. keahlian baru bangsa Portugis dalam [[navigasi]], pembuatan kapal, dan per[[senjata]]an tidak terlepas dari kekuatan besar pengetahuan Bangsa Arab yang sedang berkembang pesat di kawasan Mediterania pada abad ke-15. Mereka mempelajari berbagai ilmu mengenai geografi dan astronomi yang memungkinkan mereka berani mengadakan ekspedisi penjelajahan dan ekspansi.{{Sfn|Ricklefs|1993|p=22|Ps="the Europeans, and especially the Portuguese, were making certain technological advances which would launch the Portuguese nation on one of the most daring overseas adventures of all time. Thnugh improved geographical and astronomical knowledge - much of which derived from Arab learning."}}{{Sfn|Hannigan|2015|p=67|Ps=: "The Portuguese were the first European nation out of the colonial starting blocks. They had advanced seafaring skills—borrowed in part from the Arabs of the Mediterranean—and a meticulous approach to navigation and record-keeping."}} |
|||
Bangsa Eropa sedang memajukan teknologi di awal abad ke-16; keahlian baru bangsa Portugis dalam [[navigasi]], pembuatan kapal, dan per[[senjata]]an memungkinkan mereka berani mengadakan ekspedisi penjelajahan dan ekspansi. Bermula dengan ekspedisi penjelajahan pertama yang dikirim dari [[Malaka]] yang baru ditaklukkan pada tahun [[1512]], bangsa Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang tiba di Nusantara, dan mencoba mendominasi sumber-sumber rempah-rempah berharga<ref name="RICKLEFSp24">{{cite book |last=Ricklefs |first=M.C|title=A History of Modern Indonesia Since c.1300, second edition |publisher=MacMillan |date=1993 |location=London |pages=p.22–24 |url= |isbn= 0-333-57689-6}} </ref> dan berusaha menyebarkan [[Katolik Roma]]. Percobaan awal bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada tahun 1512 dengan [[Kerajaan Sunda]] di [[Parahyangan]],<ref>{{cite book| publisher=Cipta Loka Caraka| title = Sumber-sumber asli sejarah Jakarta, Jilid I: Dokumen-dokumen sejarah Jakarta sampai dengan akhir abad ke-16| year =1999}};{{cite book | last =Zahorka | first =Herwig | publisher= Yayasan Cipta Loka Caraka | title = The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, Over 1000 Years of Propsperity and Glory |
|||
| year =2007 | accessdate = }}</ref> gagal akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan Islam di [[Jawa]], seperti [[Kesultanan Demak|Demak]] dan [[Kesultanan Banten|Banten]]. Bangsa Portugis mengalihkan arah ke [[Kepulauan Maluku]], yang terdiri atas berbagai kumpulan [[negara]] yang awalnya berperang satu sama lain namun memelihara perdagangan antarpulau dan internasional. Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan penguasa setempat, mereka mendirikan pos, benteng, dan misi perdagangan di [[Indonesia Timur]], termasuk [[Pulau]] [[Ternate]], [[Pulau Ambon|Ambon]], dan [[Solor]]. Namun, puncak kegiatan misi Portugis dimulai pada paruh terakhir abad ke-16, setelah langkah penaklukan militernya di kepulauan tersebut gagal dan kepentingan Asia Timur mereka berpindah ke [[Jepang]], [[Makau]], dan [[Tiongkok]]; serta pada gilirannya [[gula]] di [[Brasil]] dan [[perdagangan budak Atlantik]] mengalihkan perhatian mereka dari Nusantara. Di samping itu, bangsa Eropa pertama yang tiba di [[Sulawesi Utara]] adalah Portugis. |
|||
Ketika jalur Laut Tengah terputus akibat jatuhnya Konstatinopel 1453 oleh penguasa Muslim, bangsa Barat mencari jalur alternatif lain untuk mendapatkan komuditas yang diperlukan.<ref>{{Cite book|last=Pradjoko|first=Didik|date=2008|title=Modul I Sejarah Indonesia|location=Depok|publisher=Universitas Indonesia Press|pages=5}}</ref> Rempah-rempah menjadi komuditas penting ketika itu, khususnya cengkeh dan pala. Maluku tengah dengan palanya dan Maluku utara dengan cengkehnya. Pada akhirnya bangsa Barat yang diprakarsai Portugis melakukan ekspedisi ke timur. Mereka bertujuan mencari Kepulauan Rempah-Rempah. Setelah menguasai kota Goa di India, Portugis menyadari India bukanlah tempat yang dicari-cari. Akhirnya, Portugis mendengar kota Malaka yang ramai perdagangan. |
|||
Malaka terletak di wilayah Semenanjung Malaya. Selat Malaka menjadi salah satu trayek paling menentukan dalam sistem perdagangan internasional yang membentang dari China dan Maluku sampai Afrika Timur dan Malaka di Laut Tengah.<ref>{{Cite book|last=Leirissa|first=RZ|date=1999|title=Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra|location=jakarta|publisher=Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional|pages=2|url-status=live}}</ref> Malaka menjadi pusat transit perdagangan pala, cengkeh, dan bunga pala dari Maluku ke India.<ref name=":0">{{Cite book|last=Ricklefs, M. C. (Merle Calvin)|date=1993|url=https://www.worldcat.org/oclc/30320024|title=A history of modern Indonesia since c. 1300|location=Houndmills, Basingstoke, Hampshire|publisher=Macmillan|isbn=0-333-57689-6|edition=2nd ed|oclc=30320024}}</ref> Strategisnya Malaka sebagai pusat perdagangan diincar Portugis. Ketika itu Portugis, yang dipimpin Alfonso de Albuquerque (1509-1515), setelah menaklukkan Goa, langsung mengincar Malaka.<ref>{{Cite book|last=Hall|first=DGE|date=1998|title=Sejarah Asia Tenggara|location=Surabaya|publisher=Usaha Nasional|pages=191|url-status=live}}</ref> Albuquerque memutuskan Malaka harus menjadi pijakan selanjutnya dan pada 1511 dimulailah perjalannya.<ref>{{Cite book|last=Vlekke|first=Bernard|date=2016|title=Nusantara|location=Jakarta|publisher=KPG|pages=83|url-status=live}}</ref> Dalam dua kali serang, Malaka takluk. Sejak saat ini, Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa. |
|||
Penaklukan Malaka memberi pijakan bagi Portugis untuk lebih melangkah lagi ke timur Nusantara. Tujuannya adalah wilayah Kepulauan Maluku di mana cengkeh dan pala tumbuh. Kedua komoditas tersebut dikuasai oleh dua kerajaan Islam, yaitu Ternate dan Tidore. Selain itu, Maluku juga ini menyediakan barang berharga yang menguntungkan jika dijual ke Eropa.<ref name=":0" /> |
|||
----[6] M.C. Rifcles, ''Sejarah Indonesia Modern'', (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1993). hal. 28 |
|||
[7] DGE.Hall, ''Sejarah Asia Tenggara'', (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), hal. 191 |
|||
[8] Bernard H.M Vlekke. ''Nusantara,'' (Jakarta: KPG, 2017), hal. 83. |
|||
[9] M.C.Ricklefs, ''op. cit''., hal. 63-64 |
|||
[10] George Miller, ''Indonesia Timur Tempo Doeloe'', (Jakarta: Komunitas Bambu, 2012), hal. xxv. |
|||
Bermula dengan ekspedisi penjelajahan pertama yang dikirim dari [[Malaka]] yang baru ditaklukkan pada tahun [[1512]], bangsa Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang tiba di Nusantara, dan mencoba mendominasi sumber-sumber rempah-rempah berharga serta berusaha menyebarkan [[Katolik Roma]].{{Sfn|Ricklefs|1993|p=22-24}} Meski begitu, mereka memiliki sedikit pengaruh budaya di kepulauan barat tersebut. Terlebih lagi percobaan awal bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada tahun 1512 dengan [[Kerajaan Sunda]] di [[Parahyangan]],<ref>{{cite book| publisher=Cipta Loka Caraka| title = Sumber-sumber asli sejarah Jakarta, Jilid I: Dokumen-dokumen sejarah Jakarta sampai dengan akhir abad ke-16| year =1999}};{{cite book | last =Zahorka | first =Herwig | publisher= Yayasan Cipta Loka Caraka | title = The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, Over 1000 Years of Propsperity and Glory |
|||
| year =2007 | accessdate = }}</ref> gagal akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan Islam di [[Jawa]], seperti [[Kesultanan Demak|Demak]] dan [[Kesultanan Banten|Banten]]. Sebaliknya, dampak budaya Portugis yang bertahan lama berada di wilayah Indonesia Timur. |
|||
=== Ekspedisi ke Indonesia Timur === |
|||
Salah satu lokasi rempah-rempah di Indonesia Timur yang terkenal adalah Maluku. Setelah sentral perdagangan rempah-rempah di Melaka berhasil dikuasai, bangsa Portugis segera mengalihkan arah ke [[Kepulauan Maluku]], yang terdiri atas berbagai kumpulan kerajaan (merujuk pada istilah pemberian para pedagang Arab, ''Jazirah Al-Muluk'' atau "tanah para raja") yang awalnya berperang satu sama lain namun memelihara perdagangan antarpulau dan internasional.{{Sfn|Ricklefs|1993|p=24|Ps="The most lasting cultural impact of the Portuguese was in Maluku (a name ultimately derived from the Arab traders' term for the region, Jazirat al-Muluk, the land of many kings)."}} Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan penguasa setempat, mereka mendirikan pos, benteng, dan misi perdagangan di [[Indonesia Timur]], termasuk [[Pulau]] [[Ternate]], [[Pulau Ambon|Ambon]], dan [[Solor]]. Mereka juga telah menyebarkan ajaran katolik hingga ke pulau-pulau paling timur Indonesia. Di abad ke-19 bahasa Portugis sudah menjadi salah satu Bahasa penting di nusantara, bahkan beberapa kata baku dalam bahasa Indonesia saat ini merupakan hasil serapan dari bahasa Portugis.{{Sfn|Hannigan|2015|p=81|Ps="The modern Indonesian words for butter |
|||
and cheese (mentega and keju), fl ags, tables and windows (bendera, meja and jendela), shoes and shirts (sepatu and kemeja), churches (gereja), and even Sunday (Minggu), were all Portuguese borrowings. Indeed, Portuguese itself remained an important common language in the Archipelago until the nineteenth century."}} |
|||
Namun, puncak kegiatan misi Portugis dimulai pada paruh terakhir abad ke-16, setelah langkah penaklukan militernya di kepulauan tersebut gagal dan kepentingan Asia Timur mereka berpindah ke [[Jepang]], [[Makau]], dan [[Tiongkok]]; serta pada gilirannya [[gula]] di [[Brasil]] dan [[perdagangan budak Atlantik]] mengalihkan perhatian mereka dari Nusantara. Di samping itu, bangsa Eropa pertama yang tiba di [[Sulawesi Utara]] adalah Portugis. |
|||
=== Upaya Penyebaran Agama === |
|||
[[Francisco Xavier]] terlibat dalam misi Portugis di Tolo, [[Halmahera]]. Ia merupakan seorang pionir misionaris Kristen di Maluku. Misi tersebut dimulai pada 1534, tetapi akhirnya menjadi sumber konflik antara Spanyol, Portugis, dan Ternate.<ref>{{Cite journal|editor=E.K.M. Masinambow|date=1987|url=|title=Halmahera dan Raja Empat Sebagai Kesatuan Majemuk: Studi-Studi Terhadap Suatu Daerah Transisi|journal=Bulletin LEKNAS|volume=2|issue=2|publisher=LIPI|location=Jakarta|isbn=|pages=279|doi=|id=|authorlink=|coauthors=}}</ref><ref>{{Cite book|last=|first=|date=|url=|title=Francis Xavier; His Life, His Times: Indonesia and India, 1545-1549|location=|publisher=|isbn=|pages=179|doi=|id=|authorlink=|coauthors=}}</ref> |
|||
== Kemunduran dan peninggalan == |
== Kemunduran dan peninggalan == |
||
Keberadaan Portugis berkurang hanya di Solor, [[Flores]] dan [[Timor]] (lihat [[Timor Portugis]]) di [[Nusa Tenggara Timur]] sekarang, menyusul kekalahan pada tahun [[1575]] di tangan penduduk Ternate, penaklukan Belanda di Ambon, [[Maluku Utara]], dan Banda, serta kegagalan umum untuk menopang kendali perdagangan di kawasan ini.<ref name="MILLER_XV">{{cite book | last =Miller | first =George (ed.) | authorlink = | coauthors = | title =To The Spice Islands and Beyond: Travels in Eastern Indonesia | publisher =Oxford University Press | date =1996 | location =New York| pages =p.xv | url = | doi = | id = ISBN 967-65-3099-9 }} |
Keberadaan Portugis berkurang hanya di Solor, [[Flores]] dan [[Timor]] (lihat [[Timor Portugis]]) di [[Nusa Tenggara Timur]] sekarang, menyusul kekalahan pada tahun [[1575]] di tangan penduduk Ternate, penaklukan Belanda di Ambon, [[Maluku Utara]], dan Banda, serta kegagalan umum untuk menopang kendali perdagangan di kawasan ini.<ref name="MILLER_XV">{{cite book | last =Miller | first =George (ed.) | authorlink = | coauthors = | title =To The Spice Islands and Beyond: Travels in Eastern Indonesia | publisher =Oxford University Press | date =1996 | location =New York| pages =p.xv | url = | doi = | id = ISBN 967-65-3099-9 }}</ref> Dibandingkan dengan ambisi awalnya mendominasi perdagangan Asia, pengaruh mereka pada [[budaya Indonesia]] amat kecil: [[gitar]] [[balada]] [[keroncong]]; sejumlah [[kata]] dalam [[bahasa Indonesia]] yang [[daftar kata serapan dari bahasa Portugis dalam bahasa Indonesia|diserap]] dari [[bahasa Portugis]] yang pernah menjadi ''[[lingua franca]]'' di samping [[bahasa Melayu|Melayu]]; dan banyak nama keluarga di Indonesia Timur seperti Da Silva, Da Lopez, Da Cunha, Henriquez, Carvallo, Da Costa, Diaz, de Fretes, Gonsalves, dll.{{Sfn|Vickers|2013|p=71|Ps=: "Halfway between Portuguese and Hawaiian music, kroncong’s main feature was the combination of guitar and violin in smooth, melodious singing. As the Portuguese element suggests, it grew out of the Eurasian community of Batavia that had strong Portuguese roots. In the early twentieth century kroncong was performed at open air events like the Queen’s Birthday ‘night markets’, which also featured industry stalls, circuses and other popular entertainment."}} |
||
Dampak terpenting kedatangan bangsa Portugis adalah gangguan dan kekacauan jaringan perdagangan yang sebagian besar terjadi akibat penaklukan Malaka, dan penyebaran Kristen awal di Indonesia. Hingga kini, penduduk Kristen banyak ditemui di Indonesia Timur.<ref>Ricklefs (1991), hal. 22-26</ref> Di Dusun Baluk Kec. Bola, Kab. Sikka, St. Fransiskus Xaverius, misionaris Katholik yang mengikuti perjalanan orang Portugal, menancapkan sebuah Salib setinggi 3 meter di atas sebuah Batu Karang, yang oleh orang setempat diberi nama "Watu Krus" hal ini terjadi ± pada tahun 1630. Di Manado, pelaut Portugis berhasil berlabuh disana dan mendirikan gereja putih diantara perkebunan sawit penduduk setempat.{{Sfn|Hannigan|2015|p=149|Ps="Portuguese and Spanish sailors had stopped here in the six-teenth century and planted white churches between the palms."}} |
|||
Di Kampung Tugu, [[Koja, Jakarta Utara]], terdapat permukiman keturunan Portugis. Mereka adalah keturunan dari bangsa Portugis yang dibawa ke [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) sebagai [[tawanan perang]] setelah [[VOC]] [[Belanda]] menaklukkan Malaka pada tahun [[1641]].<ref>{{cite web |
|||
Di Kampung Tugu, [[Koja, Jakarta Utara]], terdapat permukiman keturunan Portugis. Mereka adalah keturunan dari bangsa Portugis yang dibawa ke [[Batavia]] (sekarang [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]) sebagai [[tawanan perang]] setelah [[VOC]] [[Belanda]] menaklukkan Malaka pada tahun [[1641]].<ref>{{cite web |
|||
| last = Shahab |
| last = Shahab |
||
| first = Ali |
| first = Ali |
||
Baris 16: | Baris 85: | ||
| date = 28 Mei 2006 |
| date = 28 Mei 2006 |
||
| url = http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=WFYFVANfDVJQ |
| url = http://www.infoanda.com/linksfollow.php?lh=WFYFVANfDVJQ |
||
| accessdate = 2009-12-06 |
| accessdate = 2009-12-06 |
||
}}{{Pranala mati|date=Mei 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref> |
|||
Adapun keturunan Bangsa Portugis yang beragama Islam dapat ditemukan di Lamno, [[Aceh]].<ref>[http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=7324:portugal-bangun-puskesmas-dan-madrasah-di-lamno&catid=13:aceh&Itemid=26 Portugal Bangun Puskesmas Dan Madrasah Di Lamno]</ref> |
Adapun keturunan Bangsa Portugis yang beragama Islam dapat ditemukan di Lamno, [[Aceh]].<ref>[http://www.waspada.co.id/index.php?option=com_content&view=article&id=7324:portugal-bangun-puskesmas-dan-madrasah-di-lamno&catid=13:aceh&Itemid=26 Portugal Bangun Puskesmas Dan Madrasah Di Lamno]</ref> |
||
== Tokoh penting == |
|||
* [[Wilson Simon Maiseka]] Penyanyi Indonesia |
|||
* [[Abílio José Osório Soares]] Mantan Gubernur Timor-Timur |
|||
* [[Octavio A.J.O. Soares]] |
|||
* [[Andre Juan Michiels]] Tokoh Keroncong Tugu |
|||
* [[Fernando Quiko]] Tokoh dari Tugu |
|||
* [[Gaspar da Costa]] |
|||
* [[Don Martinho Diaz Vieira de Godinho]] Tokoh Larantuka |
|||
* [[Umaru Takaeda]] |
|||
* [[alfonso de albuquerque]] Panglima Angkatan Laut |
|||
== Lihat juga == |
== Lihat juga == |
||
Baris 40: | Baris 99: | ||
{{reflist}} |
{{reflist}} |
||
== Daftar Pustaka == |
|||
{{Orang Indo}} |
|||
{{refbegin|1}} |
|||
* {{cite book|title=A brief history of Indonesia : sultans, spices, and tsunamis : the incredible story of Southeast Asia's largest nation|url=https://archive.org/details/briefhistoryofin0000hann|last=Hannigan|first=Tim|publisher=TUTTLE Publishing|year=2015|isbn=9781462917167|location=Tokyo; Vermont: Singapore|ref={{sfnref|Hannigan|2015}}|url-status=live}} |
|||
* {{cite book|title=A History of Modern Indonesia Second Edition|last=Ricklefs|first=Merle Calvin|publisher=MacMillan Education|year=1993|isbn=978-1-349-22700-6|location=New York|ref={{sfnref|United Kingdom|1993}}|url-status=live}} |
|||
*{{Cite book|last=[[M.C. Ricklefs|Ricklefs]]|first=[[M.C. Ricklefs|Merle Calvin]]|date=2008|url=https://archive.org/details/m.-c.-ricklefs-a-history-of-modern-indonesia-since-c.-1200-red-globe-press-2008/page/4/mode/2up|title=A History of Modern Indonesia since c. 1200 (E-Book version)|location=New York|publisher=Palgrave Macmillan|isbn=|pages=|url-status=live|edition=4}} |
|||
* {{cite book|title=A History of Modern Indonesia, Second Edition|last=Vickers|first=Adrian|publisher=Cambridge University Press|year=2013|isbn=978-1-107-01947-8 |location=New York|ref={{sfnref|Vickers|2013}}|url-status=live}} |
|||
{{Orang Indo}} |
|||
[[Kategori:Eropa-Indonesia| ]] |
[[Kategori:Eropa-Indonesia| ]] |
||
[[Kategori:Sejarah Portugal]] |
[[Kategori:Sejarah Portugal]] |
||
[[Kategori:Sejarah Indonesia]] |
|||
[[Kategori:Portugis-Indonesia]] |
[[Kategori:Portugis-Indonesia]] |
||
[[Kategori:Orang Indo]] |
Revisi terkini sejak 22 Juli 2024 18.07
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Imperium Potugal di Insulindia | |
---|---|
ca 1522–1605 | |
Peta kerajaan Portugis di Hindia Timur (termasuk Kepulauan Indonesia), Atlas Miller. | |
Status | Pemukiman dan jajahan Kekaisaran Portugis |
Ibu kota |
|
Bahasa yang umum digunakan | Portugis, Melayu, Ternate, dan Tidore |
Pemerintahan | Monarki |
Raja | |
• 1522–1557 | João III |
• 1598–1605 | Felipe II |
Gubernur Jenderal | |
• 1522–1525 (pertama) | Antonio de Brito |
• 1602–1605 (terakhir) | Pedro Alvares de Abreu |
Era Sejarah | Modern awal |
• Didirikan | ca 1522 |
22 April 1529 | |
• Penaklukan Ambon | 22 Februari 1605 |
Sekarang bagian dari | Indonesia |
Bangsa Portugis merupakan bangsa Eropa pertama yang mencapai Kepulauan Nusantara.[1] Pencarian mereka untuk mendominasi sumber perdagangan rempah-rempah yang menguntungkan pada awal abad ke-16 dan usaha penyebaran Katolik Roma mereka yang berbarengan menyaksikan pendirian pos dan benteng perdagangan, serta unsur budaya Portugis yang kuat yang masih tetap penting di Indonesia.
Secara geografis seluruh wilayah Eropa mengalami musim dingin yang akan membuat cara mengelola makanan mereka berbeda. Hampir semua persediaan daging yang mereka miliki didapat dari hewan ternak yang tidak mungkin dipelihara pada musim dingin dan disembelih untuk kemudian disimpan menjadi daging beku. Agar daging tersebut dapat bertahan lama mereka menggunakan garam dan rempah-rempah selama masa penyimpanan. Indonesia merupakan wilayah yang menghasilkan lada, pala, dan cengkeh yang menjadi komoditas utama dalam perdagangan rempah-rempah dan beberapa tanaman yang hanya tumbuh di hutan Maluku. Pala memiliki khasiat tidak hanya sebagai penyedap rasa tetapi juga sebagai afrodisiak dan bahan pengawet. Cengkeh dan lada juga merupakan komoditas langka dan berharga. Bangsa Portugis selama ini membeli rempah-rempah dari pedagang Arab dengan harga yang sangat tinggi. Oleh karena itulah tujuan bangsa Portugis ke Indonesia selain untuk memanfaatkan sumber dari semua rempah-rempah tersebut juga untuk menguasai perdagangannya meskipun pada awalnya mereka tidak terlalu banyak mengetahui secara rinci letak wilayah Indonesia dan cara menuju kesana.[2]
Awal penjelajahan
[sunting | sunting sumber]Bangsa Eropa memajukan teknologi di awal abad ke-16 terutama dalam bidang pelayaran. keahlian baru bangsa Portugis dalam navigasi, pembuatan kapal, dan persenjataan tidak terlepas dari kekuatan besar pengetahuan Bangsa Arab yang sedang berkembang pesat di kawasan Mediterania pada abad ke-15. Mereka mempelajari berbagai ilmu mengenai geografi dan astronomi yang memungkinkan mereka berani mengadakan ekspedisi penjelajahan dan ekspansi.[2][3]
Ketika jalur Laut Tengah terputus akibat jatuhnya Konstatinopel 1453 oleh penguasa Muslim, bangsa Barat mencari jalur alternatif lain untuk mendapatkan komuditas yang diperlukan.[4] Rempah-rempah menjadi komuditas penting ketika itu, khususnya cengkeh dan pala. Maluku tengah dengan palanya dan Maluku utara dengan cengkehnya. Pada akhirnya bangsa Barat yang diprakarsai Portugis melakukan ekspedisi ke timur. Mereka bertujuan mencari Kepulauan Rempah-Rempah. Setelah menguasai kota Goa di India, Portugis menyadari India bukanlah tempat yang dicari-cari. Akhirnya, Portugis mendengar kota Malaka yang ramai perdagangan.
Malaka terletak di wilayah Semenanjung Malaya. Selat Malaka menjadi salah satu trayek paling menentukan dalam sistem perdagangan internasional yang membentang dari China dan Maluku sampai Afrika Timur dan Malaka di Laut Tengah.[5] Malaka menjadi pusat transit perdagangan pala, cengkeh, dan bunga pala dari Maluku ke India.[6] Strategisnya Malaka sebagai pusat perdagangan diincar Portugis. Ketika itu Portugis, yang dipimpin Alfonso de Albuquerque (1509-1515), setelah menaklukkan Goa, langsung mengincar Malaka.[7] Albuquerque memutuskan Malaka harus menjadi pijakan selanjutnya dan pada 1511 dimulailah perjalannya.[8] Dalam dua kali serang, Malaka takluk. Sejak saat ini, Portugis menguasai perdagangan rempah-rempah dari Asia ke Eropa.
Penaklukan Malaka memberi pijakan bagi Portugis untuk lebih melangkah lagi ke timur Nusantara. Tujuannya adalah wilayah Kepulauan Maluku di mana cengkeh dan pala tumbuh. Kedua komoditas tersebut dikuasai oleh dua kerajaan Islam, yaitu Ternate dan Tidore. Selain itu, Maluku juga ini menyediakan barang berharga yang menguntungkan jika dijual ke Eropa.[6]
[6] M.C. Rifcles, Sejarah Indonesia Modern, (Yogyakarta: Gadjah Mada Press, 1993). hal. 28
[7] DGE.Hall, Sejarah Asia Tenggara, (Surabaya: Usaha Nasional, 1998), hal. 191
[8] Bernard H.M Vlekke. Nusantara, (Jakarta: KPG, 2017), hal. 83.
[9] M.C.Ricklefs, op. cit., hal. 63-64
[10] George Miller, Indonesia Timur Tempo Doeloe, (Jakarta: Komunitas Bambu, 2012), hal. xxv.
Bermula dengan ekspedisi penjelajahan pertama yang dikirim dari Malaka yang baru ditaklukkan pada tahun 1512, bangsa Portugis adalah bangsa Eropa pertama yang tiba di Nusantara, dan mencoba mendominasi sumber-sumber rempah-rempah berharga serta berusaha menyebarkan Katolik Roma.[9] Meski begitu, mereka memiliki sedikit pengaruh budaya di kepulauan barat tersebut. Terlebih lagi percobaan awal bangsa Portugis mendirikan koalisi dan perjanjian damai pada tahun 1512 dengan Kerajaan Sunda di Parahyangan,[10] gagal akibat sikap permusuhan yang ditunjukkan oleh sejumlah pemerintahan Islam di Jawa, seperti Demak dan Banten. Sebaliknya, dampak budaya Portugis yang bertahan lama berada di wilayah Indonesia Timur.
Ekspedisi ke Indonesia Timur
[sunting | sunting sumber]Salah satu lokasi rempah-rempah di Indonesia Timur yang terkenal adalah Maluku. Setelah sentral perdagangan rempah-rempah di Melaka berhasil dikuasai, bangsa Portugis segera mengalihkan arah ke Kepulauan Maluku, yang terdiri atas berbagai kumpulan kerajaan (merujuk pada istilah pemberian para pedagang Arab, Jazirah Al-Muluk atau "tanah para raja") yang awalnya berperang satu sama lain namun memelihara perdagangan antarpulau dan internasional.[11] Melalui penaklukan militer dan persekutuan dengan penguasa setempat, mereka mendirikan pos, benteng, dan misi perdagangan di Indonesia Timur, termasuk Pulau Ternate, Ambon, dan Solor. Mereka juga telah menyebarkan ajaran katolik hingga ke pulau-pulau paling timur Indonesia. Di abad ke-19 bahasa Portugis sudah menjadi salah satu Bahasa penting di nusantara, bahkan beberapa kata baku dalam bahasa Indonesia saat ini merupakan hasil serapan dari bahasa Portugis.[12]
Namun, puncak kegiatan misi Portugis dimulai pada paruh terakhir abad ke-16, setelah langkah penaklukan militernya di kepulauan tersebut gagal dan kepentingan Asia Timur mereka berpindah ke Jepang, Makau, dan Tiongkok; serta pada gilirannya gula di Brasil dan perdagangan budak Atlantik mengalihkan perhatian mereka dari Nusantara. Di samping itu, bangsa Eropa pertama yang tiba di Sulawesi Utara adalah Portugis.
Upaya Penyebaran Agama
[sunting | sunting sumber]Francisco Xavier terlibat dalam misi Portugis di Tolo, Halmahera. Ia merupakan seorang pionir misionaris Kristen di Maluku. Misi tersebut dimulai pada 1534, tetapi akhirnya menjadi sumber konflik antara Spanyol, Portugis, dan Ternate.[13][14]
Kemunduran dan peninggalan
[sunting | sunting sumber]Keberadaan Portugis berkurang hanya di Solor, Flores dan Timor (lihat Timor Portugis) di Nusa Tenggara Timur sekarang, menyusul kekalahan pada tahun 1575 di tangan penduduk Ternate, penaklukan Belanda di Ambon, Maluku Utara, dan Banda, serta kegagalan umum untuk menopang kendali perdagangan di kawasan ini.[15] Dibandingkan dengan ambisi awalnya mendominasi perdagangan Asia, pengaruh mereka pada budaya Indonesia amat kecil: gitar balada keroncong; sejumlah kata dalam bahasa Indonesia yang diserap dari bahasa Portugis yang pernah menjadi lingua franca di samping Melayu; dan banyak nama keluarga di Indonesia Timur seperti Da Silva, Da Lopez, Da Cunha, Henriquez, Carvallo, Da Costa, Diaz, de Fretes, Gonsalves, dll.[16]
Dampak terpenting kedatangan bangsa Portugis adalah gangguan dan kekacauan jaringan perdagangan yang sebagian besar terjadi akibat penaklukan Malaka, dan penyebaran Kristen awal di Indonesia. Hingga kini, penduduk Kristen banyak ditemui di Indonesia Timur.[17] Di Dusun Baluk Kec. Bola, Kab. Sikka, St. Fransiskus Xaverius, misionaris Katholik yang mengikuti perjalanan orang Portugal, menancapkan sebuah Salib setinggi 3 meter di atas sebuah Batu Karang, yang oleh orang setempat diberi nama "Watu Krus" hal ini terjadi ± pada tahun 1630. Di Manado, pelaut Portugis berhasil berlabuh disana dan mendirikan gereja putih diantara perkebunan sawit penduduk setempat.[18]
Di Kampung Tugu, Koja, Jakarta Utara, terdapat permukiman keturunan Portugis. Mereka adalah keturunan dari bangsa Portugis yang dibawa ke Batavia (sekarang Jakarta) sebagai tawanan perang setelah VOC Belanda menaklukkan Malaka pada tahun 1641.[19]
Adapun keturunan Bangsa Portugis yang beragama Islam dapat ditemukan di Lamno, Aceh.[20]
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Welianto, Ari. Welianto, Ari, ed. "Latar Belakang Penjelajahan Samudra Bangsa Eropa sampai ke Indonesia". Kompas.com.
- ^ a b Ricklefs 1993, hlm. 22.
- ^ Hannigan 2015, hlm. 67.
- ^ Pradjoko, Didik (2008). Modul I Sejarah Indonesia. Depok: Universitas Indonesia Press. hlm. 5.
- ^ Leirissa, RZ (1999). Ternate Sebagai Bandar Jalur Sutra. jakarta: Direktorat Sejarah dan Nilai Tradisional. hlm. 2.
- ^ a b Ricklefs, M. C. (Merle Calvin) (1993). A history of modern Indonesia since c. 1300 (edisi ke-2nd ed). Houndmills, Basingstoke, Hampshire: Macmillan. ISBN 0-333-57689-6. OCLC 30320024.
- ^ Hall, DGE (1998). Sejarah Asia Tenggara. Surabaya: Usaha Nasional. hlm. 191.
- ^ Vlekke, Bernard (2016). Nusantara. Jakarta: KPG. hlm. 83.
- ^ Ricklefs 1993, hlm. 22-24.
- ^ Sumber-sumber asli sejarah Jakarta, Jilid I: Dokumen-dokumen sejarah Jakarta sampai dengan akhir abad ke-16. Cipta Loka Caraka. 1999.;Zahorka, Herwig (2007). The Sunda Kingdoms of West Java, From Tarumanagara to Pakuan Pajajaran with Royal Center of Bogor, Over 1000 Years of Propsperity and Glory. Yayasan Cipta Loka Caraka.
- ^ Ricklefs 1993, hlm. 24.
- ^ Hannigan 2015, hlm. 81.
- ^ E.K.M. Masinambow, ed. (1987). "Halmahera dan Raja Empat Sebagai Kesatuan Majemuk: Studi-Studi Terhadap Suatu Daerah Transisi". Bulletin LEKNAS. Jakarta: LIPI. 2 (2): 279.
- ^ Francis Xavier; His Life, His Times: Indonesia and India, 1545-1549. hlm. 179.
- ^ Miller, George (ed.) (1996). To The Spice Islands and Beyond: Travels in Eastern Indonesia. New York: Oxford University Press. hlm. p.xv. ISBN 967-65-3099-9.
- ^ Vickers 2013, hlm. 71.
- ^ Ricklefs (1991), hal. 22-26
- ^ Hannigan 2015, hlm. 149.
- ^ Shahab, Ali (28 Mei 2006). "Kampung Portugis di Tugu". Republika. Diakses tanggal 2009-12-06.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Portugal Bangun Puskesmas Dan Madrasah Di Lamno
Daftar Pustaka
[sunting | sunting sumber]- Hannigan, Tim (2015). A brief history of Indonesia : sultans, spices, and tsunamis : the incredible story of Southeast Asia's largest nation. Tokyo; Vermont: Singapore: TUTTLE Publishing. ISBN 9781462917167.
- Ricklefs, Merle Calvin (1993). A History of Modern Indonesia Second Edition. New York: MacMillan Education. ISBN 978-1-349-22700-6.
- Ricklefs, Merle Calvin (2008). A History of Modern Indonesia since c. 1200 (E-Book version) (edisi ke-4). New York: Palgrave Macmillan.
- Vickers, Adrian (2013). A History of Modern Indonesia, Second Edition. New York: Cambridge University Press. ISBN 978-1-107-01947-8.