Suku Mandailing: Perbedaan antara revisi
Simartampua (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler |
||
Baris 58: | Baris 58: | ||
--> |
--> |
||
== Kontroversi == |
== Kontroversi == |
||
Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Meski mayoritas masih mengakui dirinya bagian dari suku Batak |
Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Meski mayoritas masih mengakui dirinya bagian dari suku Batak.<ref name=tradebatak>{{cite web |
||
| author = Leonard Y. Andaya |
| author = Leonard Y. Andaya |
||
| title = The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the 'Batak' |
| title = The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the 'Batak' |
Revisi per 18 November 2017 01.14
Daerah dengan populasi signifikan | |
---|---|
Sumatera Utara | 1.035.000 |
Sumatra Barat | 214.000 |
Riau | 210.000 |
Jakarta | 80.000 |
Malaysia | 30.000[1] |
Bahasa | |
Mandailing Minangkabau Melayu | |
Agama | |
Islam | |
Kelompok etnik terkait | |
Suku Siladang Suku Minangkabau Suku Melayu[2] Suku Angkola[3] Suku Alas Suku Gayo Suku Karo[3] Suku Batak[2][3] |
Suku Mandailing (Mandailing: ᯔᯉ᯲ᯑᯤᯞᯪᯰ) adalah salah satu suku yang ada di Asia Tenggara. Suku ini lebih banyak ditemui di bagian utara pulau Sumatera, Indonesia. Mereka datang di bawah pengaruh Kaum Padri yang memerintah Minangkabau di Tanah Datar. Hasilnya, suku ini dipengaruhi oleh budaya Islam. Suku ini juga tersebar di Malaysia, tepatnya di Selangor dan Perak. Suku ini juga memiliki keterkaitan dengan Suku Angkola.
Etimologi
Mandailing merupakan gabungan dari dua kata: mande, yang berarti "ibu", dan hilang.
Sejarah
Suku Mandailing, bersamaan dengan suku Batak lainnya,[3] bermigrasi ke selatan sebelum kedatangan Portugis dan Belanda di Sumatera. Penjajahan Belanda di Sumatera menyebabkan Mandailing menjadi bagian dari Suku Batak, berdasarkan aturan irisan yang dibuat untuk mengklasifikasi dan membuat tipologi.[2] Suku Mandailing memiliki keterkaitan dengan Suku Batak Toba, akibatnya Suku Mandailing melebur menjadi satu yang dinamai Suku Batak Mandailing di Indonesia dan Suku Melayu Mandailing di Malaysia.[2]
Perang Padri
Perang Padri, yang berlokasi di Sumatera Barat dan menyebar luas di Sumatera Timur antara tahun 1803 hingga 1838, menyebabkan perpindahan besar-besaran suku Mandailing dari tempat asalnya yaitu Malaysia Barat. Kelompok tersebut dipimpin oleh Raja Asal, maharaja dari Mandailing; dan keponakannya Raja Bilah. Bersama dengan Sutan Puasa, mereka terlibat dalam Perang Klang antara tahun 1866 hingga 1873.[4]
Wilayah
Suku Mandailing lebih banyak tersebar di Kabupaten Mandailing Natal, Kabupaten Padang Lawas, Kabupaten Padang Lawas UtaraKelompok pertama yang datang di wilayah tersebut adalah Pulungan dan Nasution.
15 Marga yang Secara Sah diakui di Suku Mandailing adalah Pulungan, Nasution, Lubis, Matondang, Rangkuti, Batubara, [[Marbun], Harahap, Dalimunthe, Hutasuhut, Siregar, Hasibuan, Daulay, Pane, Pohan
Kontroversi
Generalisasi kata Batak terhadap etnik Mandailing umumnya tak dapat diterima oleh keturunan asli wilayah itu. Meski mayoritas masih mengakui dirinya bagian dari suku Batak.[5]
Suku Mandailing memiliki ikatan darah, nasab, bahasa, aksara, sistem sosial, kesenian, adat, dan kebiasaan tersendiri yang berbeda dengan Batak dan Melayu.[2] Penyematan kata Batak adalah untuk memuluskan misionaris di Mandailing.[6] Istilah Batak sebagai nama etnik dikonstruksi oleh Jerman dan Belanda.[7]
Lihat pula
Referensi
- ^ viva.co.id Didata Malaysia, Tor-tor Tetap Milik Tapanuli
- ^ a b c d e Abdur-Razzaq Lubis. Mandailing-Batak-Malay: A People Defined and Divided. In: 'From Palermo to Penang: A Journey into Political Anthropology', University of Fribourg, 2010.
- ^ a b c d Masri Singarimbun (1975). Kinship, Descent, and Alliance Among the Karo Batak. University of California Press. ISBN 0-5200-2692-6.
- ^ Abdul-Razzaq Lubis and Khoo Salma Nasution. Raja Bilah and the Mandailings in Perak: 1875–1911. Kuala Lumpur: Malaysian Branch of the Royal Asiatic Society (MBRAS), 2003.
- ^ Leonard Y. Andaya (2002). "The Trans-Sumatra Trade and the Ethnicization of the 'Batak'". KITLV. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2 Maret 2012. Diakses tanggal 26 Oktober 2015.
- ^ Mandailing Online
- ^ "Batak Sebagai Nama Etnik Dikonstruksi Jerman dan Belanda". detikcom. 15 November 2010. Diakses tanggal 26 Oktober 2015.
Bacaan terkait
- Mangaradja Ihoetan (1926), Asal-Oesoelnja Bangsa Mandailing: Berhoeboeng dengan perkara tanah Wakaf bangsa Mandailing, di Soengei Mati - Medan, Sjarikat Tapanoeli
- Syahmerdan Lubis gelar Baginda Raja Muda (1997), Adat Hangoluan Mandailing, Tapanuli Selatan, S. Lubis, OCLC 6169347
- Zulkifli Lubis; Enni Syarifah Hrp; Lizar Andrian; Naga Sakti Harahap; Septian H. Lubis (2012), Kearifan Lokal Masyarakat Mandailing Dalam Tata Kelola Sumberdaya Alam Dan Lingkungan Sosial, Balai Pelestarian Nilai Budaya Banda Aceh, ISBN 6-0294-5723-3