Bahasa Sasak: Perbedaan antara revisi
Swarabakti (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
Swarabakti (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 39: | Baris 39: | ||
[[Bahasa Kawi]], yang merupakan ragam literer dari [[bahasa Jawa Kuna]], telah mempengaruhi bahasa Sasak secara signifikan.{{sfn|Austin|2010|p=35}} Bahasa Kawi digunakan di dalam seni pewayangan Sasak, syair-syair, dan dalam beberapa [[Lontar|naskah lontar]], terkadang bercampur dengan bajasa Sasak.{{sfn|Austin|2010|p=35}}{{sfn|Austin|2010|p=36}} Bahasa Kawi juga digunakan sebagai ragam kesopanan paling tinggi (satu tingkat di atas bahasa Sasak "alus"), terutama oleh kalangan kelas atas yang disebut ''mènak''.{{sfn|Austin|2010|p=35}} |
[[Bahasa Kawi]], yang merupakan ragam literer dari [[bahasa Jawa Kuna]], telah mempengaruhi bahasa Sasak secara signifikan.{{sfn|Austin|2010|p=35}} Bahasa Kawi digunakan di dalam seni pewayangan Sasak, syair-syair, dan dalam beberapa [[Lontar|naskah lontar]], terkadang bercampur dengan bajasa Sasak.{{sfn|Austin|2010|p=35}}{{sfn|Austin|2010|p=36}} Bahasa Kawi juga digunakan sebagai ragam kesopanan paling tinggi (satu tingkat di atas bahasa Sasak "alus"), terutama oleh kalangan kelas atas yang disebut ''mènak''.{{sfn|Austin|2010|p=35}} |
||
== |
== Ragam == |
||
=== Dialek === |
|||
Bahasa Sasak biasanya dibagi menjadi lima dialek:<ref>{{en}} [http://www.ethnologue.com/show_language.asp?code=sas Bahasa Sasak di Ethnologue]</ref> |
|||
Keragaman dialek bahasa Sasak cukup signifikan, baik secara [[fonologi]], [[leksikon|kosakata]] maupun [[tata bahasa]].{{sfn|Austin|2010|p=33}} Penutur jati bahasa Sasak umumnya mengakui setidaknya lima dialek, dinamai berdasarkan kata yang digunakan untuk merujuk pada "begitu" dan "begini": Kutó-Kuté (Sasak Utara), Nggetó-Nggeté (Sasak Timur Laut), Menó-Mené (Sasak Tengah), Ngenó-Ngené (Sasak Timur-Tengah, Sasak Barat-Tengah) dan Meriaq-Meriku (Sasak Selatan-Tengah).{{sfn|Austin|2012|p=231}}<ref name=e18>{{e18|sas}}</ref> Namun, menurut ahli bahasa [[Peter K. Austin]], klasifikasi tradisional ini tidak "sepenuhnya mecerminkan keragaman geografis yang ekstensif ... di dalam bahasa Sasak".{{efn|Kutipan asli: "reflect fully the extensive geographical variation ... found within Sasak"}}{{sfn|Austin|2012|p=231}} Beberapa dialek memiliki tingkat [[kesalingpahaman]] yang rendah.<ref name=e18/> |
|||
* Kuto-Kute (Utara), |
|||
* Ngeto-Ngete (Timur laut) |
|||
* Meno-Mene (Tengah) |
|||
* Ngeno-Ngene (Timur tengah, Barat tengah) |
|||
* Meriaq-Mriku (Selatan tengah) |
|||
== Beberapa kosakata bahasa Sasak == |
|||
* aku = aku |
|||
* tiang = saya |
|||
* side = kamu |
|||
* tampi aseh = terima kasih |
|||
* kaken = makan |
|||
* kanggo = memakai |
|||
* iku, tie = itu |
|||
* balé = rumah |
|||
* baruq = baru saja |
|||
* kodeq = kecil |
|||
* beleq = besar |
|||
* tangkong/kelāmbi = baju |
|||
* mbé = mana |
|||
* sai = siapa |
|||
* pacu = rajin |
|||
* lekaq, ajaq = bohong |
|||
* tetu = benar |
|||
* ore = berantakan |
|||
* brembe = bagaimana |
|||
* ceket = pandai |
|||
* ndeq = tidak |
|||
* tokol = duduk |
|||
* nganjeng = berdiri |
|||
* merarik = nikah |
|||
* dedare = gadis |
|||
* bebalu = janda |
|||
* papuk nine = nenek |
|||
* papuk mame = kakek |
|||
* nine = perempuan |
|||
* mame = laki-laki |
|||
* kereng = sarung |
|||
* mele = mau |
|||
* pire = berapa |
|||
* mesaq = sendiri |
|||
* tindok = tidur |
|||
* bangket = sawah |
|||
* kebon = kebun |
|||
* tanduran = halaman |
|||
* kayun = mau |
|||
* midang = ngapel |
|||
* beraye = pacar |
|||
* berayean = pacaran |
|||
* bekelor = makan (di ucapkan untuk orang yang lebih tua karena lebih sopan) |
|||
* uiq/rubin = kemarin |
|||
* lemak = besok |
|||
* nani = sekarang |
|||
* laeq = dahulu/dulu |
|||
* bareh = nanti |
|||
==Rujukan== |
==Rujukan== |
||
===Catatan |
===Catatan=== |
||
{{notelist}} |
|||
===Kutipan=== |
|||
{{Reflist|30em}} |
{{Reflist|30em}} |
||
===Daftar pustaka=== |
===Daftar pustaka=== |
Revisi per 8 April 2019 09.22
Bahasa Sasak merupakan bahasa ibu yang dituturkan oleh suku Sasak yang menjadi etnis mayoritas di pulau Lombok, Indonesia. Bahasa ini berkerabat dekat dengan bahasa Bali dan bahasa Sumbawa yang dituturkan di pulau-pulau sekitar Lombok. Ketiganya merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia. Bahasa Sasak tidak memiliki status resmi; bahasa nasional, bahasa Indonesia, adalah bahasa yang digunakan oleh penutur bahasa Sasak dalam konteks formal dan literer.
Beberapa dialek bahasa Sasak memiliki tingkat kesalingpahaman yang rendah. Bahasa Sasak mempunyai sistem tingkatan bahasa. Setiap tingkatannya memiliki kosakata berbeda; penggunaannya ditentukan oleh status sosial relatif penutur terhadap lawan bicaranya, serupa dengan bahasa Jawa dan bahasa Bali.
Meski kini jarang ditemui dalam ragam tulisan, teks-teks tradisional bahasa Sasak yang ditulis dengan medium lontar terkadang dibacakan pada acara-acara adat tertentu. Sistem aksara bahasa Sasak hampir mirip dengan aksara Bali.
Penutur
Bahasa Sasak dituturkan oleh sebagian besar masyarakat Sasak di Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat, Indonesia, yang diapit oleh Pulau Bali (di sebelah barat) dan Pulau Sumbawa (di sebelah timur). Penutur bahasa Sasak mencapai 2,7 juta jiwa pada tahun 2010, atau sekitar 85% dari penduduk Pulau Lombok.[1] Bahasa Sasak digunakan dalam komunikasi intra-keluarga dan perdesaan, tetapi bahasa ini tidak memiliki status resmi. Bahasa nasional, bahasa Indonesia, digunakan sebagai bahasa pendidikan, pemerintahan, literatur, dan komunikasi antaretnis.[6] Suku Sasak bukan satu-satunya etnis yang menempati Pulau Lombok; sekitar 300.000 orang Bali tinggal di tepi barat pulau dan di dekat Mataram, ibukota provinsi Nusa Tenggara Barat.[7] Di daerah perkotaan yang komposisi etnisnya lebih beragam, ada kecenderungan peralihan bahasa menuju bahasa Indonesia, umumnya dalam bentuk alih dan campur kode alih-alih penanggalan total bahasa Sasak.[6]
Klasifikasi dan bahasa-bahasa kerabat
Ahli bahasa Austronesia, K. Alexander Adelaar, mengklasifikasikan bahasa Sasak sebagai bagian dari subkelompok Melayu-Sumbawa dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia pada sebuah makalah yang terbit tahun 2005.[8][9] Kerabat terdekat bahasa Sasak adalah bahasa Sumbawa, kemudian bahasa Bali; ketiganya membentuk rumpun bahasa Bali–Sasak-Sumbawa (BSS).[8] Kelompok bahasa BSS, Melayik (termasuk bahasa Melayu, bahasa Indonesia dan bahasa Minangkabau) serta rumpun bahasa Chamik (termasuk bahasa Aceh) membentuk satu cabang tersendiri dari subkelompok Melayu-Sumbawa.[9][8] Dua cabang utama lainnya adalah bahasa Sunda dan Madura.[9] Klasifikasi ini menempatkan bahasa Jawa di luar subkelompok Melayu-Sumbawa, membentuk cabangnya sendiri di dalam rumpun bahasa Melayu-Polinesia.[9]
Akan tetapi, hipotesis Melayu-Sumbawa ditolak oleh Blust (2010) dan Smith (2017), yang memasukkan rumpun BSS ke dalam subkelompok "Indonesia Barat", bersama bahasa Jawa, Madura, Sunda, Lampung, bahasa-bahasa Barito dan bahasa-bahasa Borneo Utara Raya.[10][11]
Bahasa Kawi, yang merupakan ragam literer dari bahasa Jawa Kuna, telah mempengaruhi bahasa Sasak secara signifikan.[12] Bahasa Kawi digunakan di dalam seni pewayangan Sasak, syair-syair, dan dalam beberapa naskah lontar, terkadang bercampur dengan bajasa Sasak.[12][2] Bahasa Kawi juga digunakan sebagai ragam kesopanan paling tinggi (satu tingkat di atas bahasa Sasak "alus"), terutama oleh kalangan kelas atas yang disebut mènak.[12]
Ragam
Dialek
Keragaman dialek bahasa Sasak cukup signifikan, baik secara fonologi, kosakata maupun tata bahasa.[6] Penutur jati bahasa Sasak umumnya mengakui setidaknya lima dialek, dinamai berdasarkan kata yang digunakan untuk merujuk pada "begitu" dan "begini": Kutó-Kuté (Sasak Utara), Nggetó-Nggeté (Sasak Timur Laut), Menó-Mené (Sasak Tengah), Ngenó-Ngené (Sasak Timur-Tengah, Sasak Barat-Tengah) dan Meriaq-Meriku (Sasak Selatan-Tengah).[1][3] Namun, menurut ahli bahasa Peter K. Austin, klasifikasi tradisional ini tidak "sepenuhnya mecerminkan keragaman geografis yang ekstensif ... di dalam bahasa Sasak".[a][1] Beberapa dialek memiliki tingkat kesalingpahaman yang rendah.[3]
Rujukan
Catatan
- ^ Kutipan asli: "reflect fully the extensive geographical variation ... found within Sasak"
Kutipan
- ^ a b c d Austin 2012, hlm. 231.
- ^ a b Austin 2010, hlm. 36.
- ^ a b c Bahasa Sasak di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Sasak". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Sasak". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ a b c Austin 2010, hlm. 33.
- ^ Austin 2010, hlm. 32.
- ^ a b c Shibatani 2008, hlm. 869.
- ^ a b c d Adelaar 2005, hlm. 357.
- ^ Blust 2010, hlm. 81-82.
- ^ Smith 2017, hlm. 443, 456.
- ^ a b c Austin 2010, hlm. 35.
Daftar pustaka
- Adelaar, K. Alexander (2005). "Malayo-Sumbawan". Oceanic Linguistics. Project MUSE. 44 (2): 356–388. doi:10.1353/ol.2005.0027.
- Austin, Peter K. (2004). Clitics in Sasak, eastern Indonesia. Linguistics Association of Great Britain Annual Conference. Sheffield, United Kingdom.
- Austin, Peter K. (2010). Imogen Gunn & Mark Turin, ed. "Reading the Lontars: Endangered literature practices of Lombok, eastern Indonesia". Language Documentation and Description. London: SOAS, University of London. 8: 27–48. ISSN 1740-6234.
- Austin, Peter K. (2012). Stuart McGill & Peter K. Austin, ed. "Tense, aspect, mood and evidentiality in Sasak, eastern Indonesia". Language Documentation and Description. London: SOAS, University of London. 11: 231–251. ISSN 1740-6234.
- Austin, Peter K. (2013). "Too many nasal verbs: dialect variation in the voice system of Sasak". NUSA: Linguistic studies of languages in and around Indonesia. 54: 29–46.
- Blust, Robert (2010). "The Greater North Borneo Hypothesis". Oceanic Linguistics. 49 (1): 44–118. doi:10.1353/ol.0.0060. JSTOR 40783586.</ref>
- Donohue, Mark (2007). "The Papuan Language of Tambora". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 46 (2): 520–537. doi:10.1353/ol.2008.0014.
- Goddard, Cliff (2005). The Languages of East and Southeast Asia: An Introduction. Oxford University Press. ISBN 978-0-19-927311-9.
- PHOIBLE (2014). "Sasak sound inventory (PH)". Dalam Steven Moran; Daniel McCloy; Richard Wright. PHOIBLE Online. Leipzig: Max Planck Institute for Evolutionary Anthropology.
- Seifart, Frank (2006). "Orthography development". Dalam Jost Gippert, Nikolaus P. Himmelmann, Ulrike Mosel. Essentials of Language Documentation. Berlin: Walter de Gruyter. hlm. 275–300. ISBN 9783110197730.
- Shibatani, Masayoshi (2008). "Relativization in Sasak and Sumbawa, Eastern Indonesia" (PDF). Language and Linguistics. 9 (4): 865–916.
- Smith, Alexander D. (2017). "The Western Malayo-Polynesian Problem". Oceanic Linguistics. 56 (2): 435–490. doi:10.1353/ol.2017.0021.</ref>
- Wouk, Fay (1999). "Sasak Is Different: A Discourse Perspective on Voice". Oceanic Linguistics. University of Hawai'i Press. 38 (1): 91–114. doi:10.2307/3623394. JSTOR 3623394.
Pranala luar
- (Indonesia) Kamus bahasa sasak online [1]
- Online Dictionary Sasak language - English
- Koleksi David Goldsworthy Music of Indonesia and Malaysia yang diarsipkan dengan Paradisec termasuk rekaman dengan akses terbuka di Sasak.