Lompat ke isi

Orang Ocu: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Pengembalian manual Dikembalikan Mengosongkan sebagian besar isi VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tag: Dikembalikan VisualEditor-alih
Baris 59: Baris 59:
*[[Firdaus (wali kota)]], wali kota pekanbaru<ref>{{Cite web|title=FIRDAUS (WALI KOTA) ~ BUKU ENSIKLOPEDI ~ p2kp.stiki.ac.id|url=http://p2kp.stiki.ac.id/id1/1-3068-2956/Firdaus-Wali-Kota_32158_p2kp-stiki.html|website=p2kp.stiki.ac.id|access-date=2021-05-25}}</ref>
*[[Firdaus (wali kota)]], wali kota pekanbaru<ref>{{Cite web|title=FIRDAUS (WALI KOTA) ~ BUKU ENSIKLOPEDI ~ p2kp.stiki.ac.id|url=http://p2kp.stiki.ac.id/id1/1-3068-2956/Firdaus-Wali-Kota_32158_p2kp-stiki.html|website=p2kp.stiki.ac.id|access-date=2021-05-25}}</ref>
*[[Maimanah Umar]], akademisi dan politisi<ref>{{Cite web|last=www.stit-alkifayahriau.ac.id|title=SELAMAT JALAN TOKOH PENDIDIKAN PEREMPUAN RIAU DR. MAIMANAH UMAR, MA|url=https://www.stit-alkifayahriau.ac.id/selamat-jalan-tokoh-pendidikan-perempuan-riau-dr-maimanah-umar-ma/|language=en-US|access-date=2021-05-25}}</ref>
*[[Maimanah Umar]], akademisi dan politisi<ref>{{Cite web|last=www.stit-alkifayahriau.ac.id|title=SELAMAT JALAN TOKOH PENDIDIKAN PEREMPUAN RIAU DR. MAIMANAH UMAR, MA|url=https://www.stit-alkifayahriau.ac.id/selamat-jalan-tokoh-pendidikan-perempuan-riau-dr-maimanah-umar-ma/|language=en-US|access-date=2021-05-25}}</ref>
* *[[Fakhrunas MA Jabbar]], sastrawan<ref>http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Fakhrunnas_M_A_Jabbar</ref>
*[[Catur Sugeng Susanto]], bupati kampar<ref>{{Cite web|date=2020-06-16|title=Pertama Di Indonesia Bupati H.Catur Sugeng Susanto Serahkan Sertifikat Tora Ke Masyarakat Kabupaten Kampar.|url=https://kominfosandi.kamparkab.go.id/2020/06/16/pertama-di-indonesia-bupati-h-catur-sugeng-susanto-serahkan-sertifikat-tora-ke-masyarakat-kabupaten-kampar/|website=Pemerintah Kabupaten Kampar|language=en-US|access-date=2021-06-19}}</ref>


== Lihat pula ==
== Lihat pula ==

Revisi per 20 Juli 2021 10.58

Orang Kampar (dalam bahasa Kampar disebut Ughang Kampar) atau Suku Melayu Kampar adalah suku yang terdapat di Kabupaten Kampar, Provinsi Riau. Mereka biasa menyebut kelompoknya dengan sebutan Orang Ocu (dalam bahasa Kampar disebut Ughang Ocu).[1] Penduduk aslinya bertutur dalam Bahasa Kampar (lebih dikenal dengan Bahasa Ocu) yang merupakan salah satu rumpun bahasa Minangkabau yang mirip dengan bahasa digunakan di Luhak Limopuluah. Secara etnis, sejarah, adat, bahasa dan budaya, mereka merupakan etnis terdekat dengan Minangkabau,[2] khususnya dengan masyarakat di Kabupaten Lima Puluh Kota.

Sebagaimana halnya Minangkabau, masyarakat Melayu Kampar menganut sistem adat yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal,[3] dengan budayanya yang sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam yakni Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur'an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.

Di Riau, orang Kampar dikenal sebagai suku pedagang dan perantau. Mereka bisa ditemukan di sebagian besar daerah Riau, seperti Siak, Bengkalis, Ujung Batu, Pelalawan, Selat Panjang dll. Selain itu orang Kampar banyak bermukim di Malaysia seperti Kuantan (Pahang), Sabak Bernam, Teluk Intan. Bahkan menjadi nama daerah dan sungai di Malaysia yang konon karena banyak warga Kampar yang dulu berdagang di sepanjang sungai tersebut.

Etimologi

Ocu, istilah yang biasa digunakan untuk menyebut orang Kampar, berasal dari kata Ongsu berarti bungsu atau anak yang terakhir. Dalam bahasa setempat, tiap urutan anak memiliki sebutannya sendiri. Anak pertama oleh saudara-saudaranya dipanggil dengan sebutan Uwo (berasal dari kata Tuo artinya Tua, yang paling tua).

Anak kedua dipanggil oleh adik-adiknya dengan kata Ongah, yang berasal dari kata Tongah, artinya anak yang paling tengah. Sedangkan anak yang ketiga dipanggil oleh adik-adiknya dengan nama Udo, yang berasal dari kata Mudo artinya yang paling muda.

Anak yang keempat baik laki-laki maupun perempuan, juga dipanggil dengan Ocu. Anak ke lima dan seterusnya juga berhak untuk disapa dengan Ocu.

Selain dalam struktur kekeluargaan, kata Ocu ini digunakan sebagai sapaan bagi anak-anak yang lebih muda kepada teman, kerabat dan sanak keluarga. Seperti anak muda kepada laki-laki yang lebih tua daripada dirinya.

Adat dan Budaya

Matrilineal

Masyarakat Kampar, sama halnya dengan masyarakat Minang, menggunakan sistem Matrilineal sebagai salah satu aspek utama dalam mendefinisikan identitasnya. Adat dan budaya mereka menempatkan pihak perempuan bertindak sebagai pewaris harta pusaka dan kekerabatan. Garis keturunan dirujuk kepada ibu, sedangkan ayah mereka disebut oleh masyarakat dengan nama Sumondo (ipar) dan diperlakukan sebagai tamu dalam keluarga.

Dalam masyarakat Kampar dikenal sistem persukuan atau suku. Suku, sama halnya dengan marga dalam sistem Patrilineal, terdiri dari orang-orang yang jika diurut dari garis keturunan ibunya memiliki nenek moyang yang sama. Persukuan yang ada dalam masyarakat Kampar beberapa di antaranya Domo, Malayu, Piliong/Piliang, Mandailiong, Putopang, Caniago, Kampai, dan Bendang.

Bahasa

Bahasa yang digunakan orang Kampar yaitu Bahasa Ocu atau Bahasa Melayu dialek Kampar. Bahasa Ocu merupakan salah satu bagian bahasa Melayu Riau serta menjadi rumpun dari Bahasa Minang, yang memiliki banyak persamaan dengan dialek Limapuluh Kota - Payakumbuh. Bahasa ini berlainan aksen dengan dialek Bahasa Minang yang dipakai oleh masyarakat Luhak Agam, Luhak Tanah Datar maupun kawasan pesisir Minangkabau lainnya. Bahasa Ocu juga memiliki kemiripan dengan dialek Kuantan dan Rokan yang bersebelahan wilayah dengan Kampar.

Bahasa Kampar merupakan akulturasi antara Bahasa Melayu & Bahasa Minangkabau.

Kesenian

Alat musik yang biasa dimainkan orang Kampar yaitu Caklempong dan Oguong.

Salah satu lagu daerah orang Kampar yang terkenal berjudul Kutang Barendo. Lagu ini berisi tentang nasihat dari seorang ibu kepada anak yang sedang ditimangnya. Lagu ini juga populer bagi orang Minangkabau dengan lirik yang telah disesuaikan dialeknya.

Rumah Adat

Rumah Lontiok di Kompleks MTQ, Pekanbaru.

Rumah Pelancangan atau rumah Lontiok adalah rumah adat suku Kampar. Lontiok atau Lontik dalam bahasa Indonesia berarti Lentik. Hal ini dikarenakan bentuk atap yang melengkung lentik. Rumah Lontiok merupakan rumah panggung dan berfungsi sebagai rumah adat dan tempat tinggal. Dibangun dalam satu prosesi panjang yang melibatkan masyarakat luas.

Bentuk rumah Lontiok dikatakan berasal dari bentuk perahu, hal ini tercermin dari sebutan pada bagian-bagian rumah tersebut seperti: bawah, tengah, ujung, pangkal, serta turun, naik. Dinding depan dan belakang dibuat miring keluar dan kaki dinding serta tutup didinding dibuat melengkung sehingga bentuknya menyerupai sebuah perahu yang diletakkan di atas tiang-tiang.

Konstruksi panggung pada rumah Lontiok dipilih untuk menghindari bahaya binatang buas dan banjir. Kolong rumah, biasanya digunakan untuk kandang ternak, wadah penyimpanan perahu, tempat bertukang atau tempat bermain anak-anak, dan gudang kayu untuk persiapan bulan puasa. Pemakaian tangga pada rumah Lontiok memiliki kententuan adat. Jumlah anak tangga ganjil dan menyediakan tempayan air didekatnya untuk mencuci kaki di pangkal tangga. Ketentuan adat juga menyatakan bahwa penghuni perempuan cukup berpakaian sedada tanpa baju (kemban) di dalam rumah atau tidur-tidur dirumah tanpa adanya penyekat/pelindung ruang. Kalau rumah dibangun rendah atau “melekat” di atas tanah, maka keadaan di dalam rumah akan kelihatan dari luar rumah.

Dinding luar rumah Lontik seluruhnya miring keluar, berbeda dengan dinding dalam yang tegak lurus. Balok tumpuan dinding luar depan melengkung keatas, dan kalau disambung dengan ukiran sudut-sudut dinding, kelihatan seperti bentuk perahu. Balok tutup atas dinding juga melengkung meskipun tidak semelengjung balok tumpuan. Lengkungannya mengikuti lengkung sisi bawah bidang atap. Kedua ujung perabung diberi hiasan yang disebut Sulo Bayung. Sedangkan Sayok Lalangan merupakan ornamen pada ke 4 sudut cucuran atap. Bentuk hiasan beragam, ada yang menyerupai bulan sabit, tanduk kerbau, taji dan sebagainya

Kontroversi

Hingga kini masih terdapat kontroversi mengenai pengelompokkan orang Kampar sebagai suku bangsa tersendiri atau termasuk dalam suku bangsa Minangkabau dan Melayu Riau.[4]

Sebagian/segelitir berpendapat pertama yang menyatakan bahwa orang Kampar merupakan orang Minangkabau umumnya berasal dari masyarakat luar Kampar, khususnya Minangkabau. Pendapat ini muncul karena kemiripan etnis, sejarah, adat, bahasa, dan budaya dengan masyarakat Minang, khususnya yang berada di Luhak Limopuluah. Alasan lain karena pada zaman Kerajaan Pagaruyung, Kampar menjadi kawasan rantau yang bernama Rantau Limo Koto atau Rantau Kampar yang terdiri dari Kuok, Bangkinang, Salo, Air Tiris, dan Rumbio.[5]

Sebagian besar masyarakat Kampar lebih menyukai pendapat kedua, yaitu orang Ocu adalah bagian dari Melayu Riau dan juga sebagian kecil setuju dengan pendapat ke-3 yaitu sebagai suku bangsa sendiri. Pendapat sebagai suku bangsa sendiri didasarkan karena peradaban Kampar yang terlebih dahulu ada sebelum peradaban Minang atau Pagaruyung. Orang Kampar menganggap istilah Minangkabau tidak mewakili mereka dan merupakan nama tempat yang berada di dataran tinggi hulu Sungai Kampar seperti istilah Kampar yang juga nama tempat.[6] Sekarang lembaga adat Kampar berada dalam naungan Lembaga Adat Melayu Riau (LAMR).

Perdebatan antara Melayu dan Minangkabau ini juga masih ada hingga sekarang. Tetapi, sejatinya Kampar merupakan suku Melayu lokal di Riau tepatnya di kabupaten Kampar (bukan bagian dari Minangkabau) memang wilayah Kampar sempat menjadi wilayah rantau Minangkabau (hanya rantau, karena wilayah asli hanyalah wilayah Luhak/Darek dan pesisir/pasisia). Orang Minang sudah lama merantau ke daerah Kampar dan berasimilasi dengan penduduk setempat sehingga beberapa orang Kampar juga berketurunan Minang. Maka dari itu ada kemiripan dari adat, budaya, bahasa dan lain-lain karena hal itu serta juga karena wilayah geografis yang juga berdekatan. Secara umum wilayah Minang dibagi menjadi 3 yaitu: Darat, Pesisir, & Rantau. 2 wilayah itulah wilayah asli Minangkabau, sedangkan ke-3 hanyalah wilayah rantau bukan wilayah suku Minangkabau. Hanya saja menjadi wilayah yang terkena pengaruh Minangkabau dari segi budaya & bahasa. Wilayah rantau tidak hanya Kampar saja, rokan hulu, kuantan singingi, negeri sembilan, aceh selatan, muko-muko, barus-sibolga (tapanuli tengah) itu juga menjadi wilayah rantau Minangkabau dengan suku lokal/aslinya sendiri yang berada di wilayah tersebut. Jadi, sejatinya Kampar ialah bagian dari Melayu Riau. Lagipula Minangkabau juga merupakan rumpun Melayu/serumpun dengan Melayu. Adat budayanya banyak memiliki kemiripan dan kesamaan, jadi apa salahnya? Minangkabau dan Melayu adalah 2 suku yang punya banyak hubungan kedekatan. Minangkabau juga menjadi suku terdekat dengan Melayu daripada suku-suku rumpun Melayu lainnya.

Tokoh

Lihat pula

Referensi

  1. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-03. Diakses tanggal 2018-07-03. 
  2. ^ Purna, I. M., Sumarsono, Astuti, R., Sunjata, I. W. P., (1997), Sistem pemerintahan tradisional di Riau, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
  3. ^ Coral Reefs Information and Training Center, (2002), Pengembangan kelembagaan masyarakat pesisir dan kepulauan: perspektif budaya lokal pesisir dan kepulauan, Coral Reefs Information and Training Center.
  4. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2018-07-03. Diakses tanggal 2018-07-03. 
  5. ^ "Sejarah Berdirinya Kabupaten Kampar ,Ocu dan Minangkabau". riauterbit.com. Diakses tanggal 2018-07-03. 
  6. ^ "Kampar, antara Melayu dan Minangkabau - WACANA". www.wacana.co (dalam bahasa Indonesia). Diakses tanggal 2018-07-03. [pranala nonaktif permanen]
  7. ^ https://kominfosandi.kamparkab.go.id/2020/01/13/pertama-kali-putra-kampar-tampil-di-liga-dandut-indonesia/
  8. ^ "OBITUARI: Sepenggal Kisah tentang Azis Zaenal, Seorang Petarung". Pemerintah Kabupaten Kampar (dalam bahasa Inggris). 2018-12-30. Diakses tanggal 2021-07-15. 
  9. ^ https://www.goriau.com/berita/baca/anggota-dpd-ri-edwin-pratama-putra-berharap-pemkab-kampar-benahi-infrastruktur-dasar-pariwisata.html
  10. ^ "Anggota DPR- RI Komisi V Kunker Masa Reses di Kabupaten Kampar". Pemerintah Kabupaten Kampar (dalam bahasa Inggris). 2021-02-18. Diakses tanggal 2021-05-24. 
  11. ^ Tanjung, Chaidir Anwar. "Mahmud Marzuki Sang Pengibar Merah Putih di Kampar". detiknews. Diakses tanggal 2021-05-24. 
  12. ^ Itbu. "Gusripen Efendi ~ P2K.ITBU.AC.ID ~ SET OF INDONESIAN CYCLOPEDIA". p2k.itbu.ac.id (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-05-24. 
  13. ^ "FIRDAUS (WALI KOTA) ~ BUKU ENSIKLOPEDI ~ p2kp.stiki.ac.id". p2kp.stiki.ac.id. Diakses tanggal 2021-05-25. 
  14. ^ www.stit-alkifayahriau.ac.id. "SELAMAT JALAN TOKOH PENDIDIKAN PEREMPUAN RIAU DR. MAIMANAH UMAR, MA" (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2021-05-25. 
  15. ^ http://ensiklopedia.kemdikbud.go.id/sastra/artikel/Fakhrunnas_M_A_Jabbar