Lompat ke isi

Bahasa Lampung: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Advthv (bicara | kontrib)
k Bahasa Lampung hanya mempunyai penutur sekitar 1,3-1,4 juta saja. Dan satu lagi, ini artikel tentang bahasa berbeda dengan rumpun bahasa. Pisahkan artikel rumpun bahasa dengan artikel bahasa karena.memang tidak sama dan tidak bisa disamakan
Tag: Pengembalian manual Dikembalikan kemungkinan spam pranala VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
k Suntingan Advthv (bicara) dibatalkan ke versi terakhir oleh Nyilvoskt
Tag: Pengembalian Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan pranala ke halaman disambiguasi
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox language
{{Infobox language
|name=Lampung
|name=Lampung
|nativename=''Basa Lappung''<br>Cawa Lappung{{sfnp|Aliana|1986|p=39}}
|nativename=''Bahasa Lappung atau Bahasa Lampung''{{sfnp|Aliana|1986|p=39}}
|states=* {{flag|Indonesia}}
|states=[[Indonesia]]
|region=[[Lampung]]<br>[[Sumatra Selatan]]
----
|ethnicity=[[Suku Lampung]]<br>[[Suku Komering]]
|region=
|speakers={{sigfig|5,19|2}} juta
* {{flag|Lampung}} (seluruh wilayah)
|date=2000
* {{flag|Sumatra Selatan}}
|ref={{efn|Ditotalkan dari jumlah penutur seluruh ragam bahasa Lampung di ''[[Ethnologue]]'', berdasarkan data sensus tahun 2000. Rinciannya: 3.219.000 penutur untuk ragam Api, 1.800.000 untuk Nyo, dan 470 ribu untuk Komering.<ref>{{e22|ljp|Lampung Api}}; {{e22|abl|Lampung Nyo}}; {{e22|kge|Komering}}</ref>}}
** [[Kabupaten Ogan Komering Ulu Selatan]] tepatnya di sekitar [[Danau Ranau]] (sebagian)
* {{flag|Banten}}
** [[Anyar, Serang|Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang]] (terutama di [[Cikoneng, Anyar, Serang|Desa Cikoneng]])
** [[Kota Cilegon|Pesisir Barat Kota Cilegon]] (sebagian)
* {{flag|Bengkulu}}
** [[Nasal, Kaur|Kecamatan Nasal, Kabupaten Kaur]]
** [[Maje, Kaur|Kecamatan Maje, Kabupaten Kaur]]
|ethnicity=
*[[Suku Lampung|Lampung]]
|speakers= 1.376.390
|date=2010
|familycolor=Austronesian
|familycolor=Austronesian
|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
|fam3=[[Rumpun Bahasa Lampung|Lampungik]]
|fam3=[[Rumpun bahasa Indonesia Barat|Indonesia Barat]]?
|stand1= [[Bahasa Lampung Api]]
|fam4=[[Rumpun bahasa Lampungik|Lampung]]
|dialects=* [[Bahasa Lampung Api|Dialek A]]
|dialects=[[Bahasa Lampung Api|Api/Pesisir]]<br />[[Bahasa Lampung Nyo|Nyo/Abung]]<br />[[Bahasa Komering|Komering]]
* [[Bahasa Lampung Nyo|Dialek O]]
|script=[[Alfabet Latin]]<br/>[[Aksara Lampung]]
|lc1=ljp|ld1=Lampung Api
|script='''Sekarang'''
|lc2=abl|ld2=Lampung Nyo
* [[Alfabet Latin]]
|lc3=kge|ld3=Komering
'''Dulu'''
* [[Aksara Lampung]]
|lc1=ljp|ld1=Lampung Api/A
|lc2=abl|ld2=Lampung Nyo/O
|
|
|glotto=lamp1241
|glotto=lamp1241
|glottorefname=Lampung
|glottorefname=Lampungic
|map=Lampungic isolects.svg
|mapcaption=Ragam bahasa Lampung di Sumatra bagian selatan:
{{legend|green|Lampung Api}}
{{legend|red|Lampung Nyo}}
{{legend|blue|Komering}}
|notice=IPA
}}
}}


'''Bahasa Lampung''' adalah sebuah Bahasa dengan jumlah [[penutur jati]] sekitar ± 1,4 juta yang dituturkan oleh kalangan masyarakat [[Suku Lampung]]. Terdapat 2 ragam dialek dalam Bahasa Lampung, yaitu: Lampung Api (juga disebut Pesisir atau dialek A) dan Lampung Nyo (juga disebut Abung atau dialek O). Bahasa Lampung dialek Cikoneng juga bisa dianggap salah satu ragam dialek Bahasa Lampung setelah Api & Nyo. Tetapi, ragam terakhir kerap dianggap sebagai bagian dari dialek Lampung Api. Hal ini dikarenakan hanya ada dua dialek utama dalam Bahasa Lampung yakni: Api & Nyo. Bahasa Lampung dialek Cikoneng pada nyatanya merupakan bagian dari dialek Lampung Api bukan dialek yang terpisah karena memang dialek Cikoneng itu masih termasuk kedalam dialek Lampung Api tetapi beberapa kosakata dan pembendaharaan katanya terdapat sedikit serapan dan unsur-unsur dari [[Bahasa Sunda]]. Bahasa Lampung dialek Api di Desa Cikoneng, Kecamatan Anyar, Kabupaten Serang, Banten dituturkan oleh masyarakat Suku Lampung yang sudah lama menghuni Banten nenek moyang mereka diduga berasal dari daerah pesisir Lampung.
'''Bahasa Lampung''' (''Bahasa Lappung atau Bahasa Lampung'') atau '''rumpun bahasa Lampungik''' adalah sebuah bahasa atau [[kesinambungan dialek|kelompok dialek]] [[Rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] dengan jumlah [[penutur jati]] sekitar 5,19 juta, terutama dari kalangan [[suku Lampung]] beserta rumpunnya di selatan [[Sumatra]], [[Indonesia]]. Terdapat dua atau tiga ragam bahasa Lampung, yaitu: Lampung Api (juga disebut Pesisir atau dialek A), Lampung Nyo (juga disebut Abung atau dialek O), dan Komering. Ragam terakhir terkadang dianggap sebagai bagian dari Lampung Api, tetapi terkadang juga dianggap sebagai bahasa yang berdiri sendiri terpisah dari bahasa Lampung.


Meski Bahasa Lampung memiliki jumlah penutur yang lumayan besar, Bahasa ini merupakan Bahasa minoritas di Provinsi [[Lampung]] sendiri. Kekhawatiran akan kebertahanan Bahasa Lampung telah membuat pemerintah daerah setempat mengimplementasikan kebijakan pengajaran Bahasa dan aksara Lampung bagi sekolah-sekolah pada tingkat dasar dan menengah di provinsi tersebut.{{sfnp|Katubi|2007|p=9}}
Meski bahasa Lampung memiliki jumlah penutur yang lumayan besar, bahasa ini merupakan bahasa minoritas di Provinsi [[Lampung]] sendiri. Kekhawatiran akan kebertahanan bahasa Lampung telah membuat pemerintah daerah setempat mengimplementasikan kebijakan pengajaran bahasa dan aksara Lampung bagi sekolah-sekolah pada tingkat dasar dan menengah di provinsi tersebut.{{sfnp|Katubi|2007|p=9}}


== Sastra-Tutur Lampung==
== Klasifikasi ==
=== Hubungan eksternal ===
{{main|Sastra Lampung}}
Bahasa Lampung merupakan bagian dari [[rumpun bahasa Austronesia]] dari [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|cabang Melayu-Polinesia]], walaupun posisi tepatnya dalam Melayu-Polinesia sulit ditentukan. Kontak bahasa selama berabad-abad telah mengaburkan batas antara bahasa Lampung dan bahasa Melayu,{{sfnp|Walker|1976|p=1}}{{sfnp|Anderbeck|2007|pp=7–8}}{{sfnp|Smith|2017|p=459}} sehingga keduanya sempat digolongkan ke dalam subkelompok yang sama dalam kajian-kajian lama, seperti misalnya dalam klasifikasi linguis [[Isidore Dyen]] pada 1965, yang menempatkan bahasa Lampung ke dalam "Malayic Hesion" bersama bahasa-bahasa [[Rumpun bahasa Melayik|Malayan]] (mencakup [[bahasa Melayu]], [[bahasa Minangkabau|Minangkabau]], dan [[bahasa Kerinci|Kerinci]]), [[bahasa Aceh|Aceh]] dan [[bahasa Madura|Madura]].{{sfnp|Dyen|1965|p=26}}


Linguis Berndt Nothofer (1985) memisahkan bahasa Lampung dari kelompok "Malayic" versi Dyen, tetapi masih memasukkannya ke dalam "Javo-Sumatra Hesion" bersama bahasa-bahasa [[Rumpun bahasa Melayik|Melayik]], [[bahasa Sunda|Sunda]], Madura, dan, dengan tingkat kekerabatan yang lebih jauh, [[bahasa Jawa]].{{sfnp|Nothofer|1985|p=298}} Malcolm Ross (1995) menempatkan Lampung ke dalam kelompoknya independen yang tidak terkait bahasa manapun dalam Melayu-Polinesia.{{sfnp|Ross|1995|pp=75, 78}} Penggolongan ini diikuti oleh Karl Adelaar (2005), yang tidak memasukkan bahasa Lampung ke dalam kelompok [[Rumpun bahasa Melayu-Sumbawa|Melayu-Sumbawa]] yang ia usulkan—kelompok ini meliputi bahasa Sunda, Madura, dan cabang Malayo-Chamik-BSS (mencakup Melayik,{{efn|Istilah "Melayik" atau ''Malayic'' dalam bahasa Inggris telah berulang kali didefinisikan secara berbeda oleh beberapa ahli bahasa. Melayik versi Adelaar kira-kira berpadanan dengan "Malayan" versi Dyen.}} [[Rumpun bahasa Chamik|Chamik]], dan [[Rumpun bahasa Bali-Sasak-Sumbawa|Bali-Sasak-Sumbawa]]).{{sfnp|Anderbeck|2007|pp=7–8}}{{sfnp|Adelaar|2005|p=358}}
[[Berkas:Surat pantun cara Lampung.png|jmpl|upright=1.2|kiri|Kumpulan syair dwi-bahasa Lampung-Melayu, ditulis menggunakan aksara [[Abjad Jawi|Jawi]] dan [[Aksara Lampung|Lampung]]]]
Di antara Bahasa-Bahasa Javo-Sumatra, Nothofer menganggap bahwa Bahasa Sunda kemungkinan merupakan kerabat terdekat Bahasa Lampung, karena keduanya sama-sama mengubah bunyi *R dari [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia]] (PMP) menjadi ''y'' dan mengalami [[metatesis]] atau pertukaran bunyi antara konsonan pertengahan dan akhir pada kata *lapaR dari [[bahasa Proto-Austronesia]]. Kata ini diturunkan menjadi ''palay'' yang berarti 'ingin' atau 'lelah' dalam bahasa Sunda dan 'rasa perih akibat kaki yang letih' dalam bahasa Lampung.{{sfnp|Nothofer|1985|p=298}} Walaupun pengelompokan Javo-Sumatra/Malayo-Javanic secara keseluruhan telah dikritik atau bahkan ditolak oleh berbagai ahli bahasa,{{sfnp|Blust|1981}}{{sfnp|Adelaar|2005|pp=357, 385}} hubungan kekerabatan antara Bahasa Lampung dan Sunda secara khusus didukung oleh linguis Karl Anderbeck (2007), sebab menurutnya kedua Bahasa ini berbagi lebih banyak inovasi fonologis satu sama lain dibandingkan dengan kelompok Malayo-Chamik-BSS usulan Adelaar.{{sfnp|Anderbeck|2007|pp=108–110}}


[[Berkas:Surat pantun cara Lampung.png|jmpl|upright=1.2|kiri|Kumpulan syair dwibahasa Lampung-Melayu, ditulis menggunakan aksara [[Abjad Jawi|Jawi]] dan [[Aksara Lampung|Lampung]]]]
Alexander Smith (2017) menunjukkan bahwa bunyi *j dan *d dari PMP mengalami merger ke ''d'' dalam Bahasa Lampung. Perubahan ini merupakan salah satu ciri yang ia usulkan sebagai bukti bagi hipotesis [[rumpun bahasa Indonesia Barat|Indonesia Barat]] yang dikembangkannya dari usulan linguis Austronesia senior Robert Blust.{{sfnp|Smith|2017|p=456}} Walaupun begitu, bukti-bukti leksikal yang diajukan bagi kelompok Indonesia Barat hampir tidak dapat ditemui dalam bahasa Lampung. Smith mampu mengidentifikasi beberapa inovasi leksikal Indonesia Barat dalam Bahasa Lampung, tetapi ia tidak dapat memastikan apakah kata-kata ini merupakan turunan langsung dari Proto-Indonesia Barat atau merupakan pinjaman dari Bahasa Melayu. Walaupun Smith mendukung penempatan Bahasa Lampung ke dalam sub-kelompok Indonesia Barat, ia menyatakan bahwa hal ini masih dapat diperdebatkan.{{sfnp|Smith|2017|p=459}}
Di antara bahasa-bahasa Javo-Sumatra, Nothofer menganggap bahwa bahasa Sunda kemungkinan merupakan kerabat terdekat bahasa Lampung, karena keduanya sama-sama mengubah bunyi *R dari [[bahasa Proto-Melayu-Polinesia]] (PMP) menjadi ''y'' dan mengalami [[metatesis]] atau pertukaran bunyi antara konsonan pertengahan dan akhir pada kata *lapaR dari [[bahasa Proto-Austronesia]]. Kata ini diturunkan menjadi ''palay'' yang berarti 'ingin' atau 'lelah' dalam bahasa Sunda dan 'rasa perih akibat kaki yang letih' dalam bahasa Lampung.{{sfnp|Nothofer|1985|p=298}} Walaupun pengelompokan Javo-Sumatra/Malayo-Javanic secara keseluruhan telah dikritik atau bahkan ditolak oleh berbagai ahli bahasa,{{sfnp|Blust|1981}}{{sfnp|Adelaar|2005|pp=357, 385}} hubungan kekerabatan antara bahasa Lampung dan Sunda secara khusus didukung oleh linguis Karl Anderbeck (2007), sebab menurutnya kedua bahasa ini berbagi lebih banyak inovasi fonologis satu sama lain dibandingkan dengan kelompok Malayo-Chamik-BSS usulan Adelaar.{{sfnp|Anderbeck|2007|pp=108–110}}

Alexander Smith (2017) menunjukkan bahwa bunyi *j dan *d dari PMP mengalami merger ke ''d'' dalam bahasa Lampung. Perubahan ini merupakan salah satu ciri yang ia usulkan sebagai bukti bagi hipotesis [[rumpun bahasa Indonesia Barat|Indonesia Barat]] yang dikembangkannya dari usulan linguis Austronesia senior Robert Blust.{{sfnp|Smith|2017|p=456}} Walaupun begitu, bukti-bukti leksikal yang diajukan bagi kelompok Indonesia Barat hampir tidak dapat ditemui dalam bahasa Lampung. Smith mampu mengidentifikasi beberapa inovasi leksikal Indonesia Barat dalam bahasa Lampung, tetapi ia tidak dapat memastikan apakah kata-kata ini merupakan turunan langsung dari Proto-Indonesia Barat atau merupakan pinjaman dari bahasa Melayu. Walaupun Smith mendukung penempatan bahasa Lampung ke dalam subkelompok Indonesia Barat, ia menyatakan bahwa hal ini masih dapat diperdebatkan.{{sfnp|Smith|2017|p=459}}


=== Dialek ===
=== Dialek ===
{{lihat pula|Daftar dialek Bahasa Lampung}}
{{lihat pula|Bahasa Komering}}

Bahasa Lampung memiliki 2 dialek utama yaitu: [[Bahasa Lampung Api]] (termasuk [[Bahasa Lampung Pubian|Pubian]] & [[Bahasa Lampung Cikoneng|Cikoneng]]) & [[Bahasa Lampung Nyo]].

Tabel dibawah ini ialah sedikit perbandingan antara Dialek Api & Dialek Nyo.


{| class="wikitable" style="float: right; margin: 1.2em"
{| class="wikitable" style="float: right; margin: 1.2em"
|+ Perbedaan kosakata antardialek Bahasa Lampung{{sfnp|Walker|1976|p=1}}
|+ Perbedaan kosakata antardialek bahasa Lampung{{sfnp|Walker|1976|p=1}}
! Indonesia
! Indonesia
! Pesisir
! Lampung Api
! Abung
! Lampung Nyo
|-
|-
| ikan
| ikan
Baris 74: Baris 64:
|}
|}


Dialek-dialek bahasa Lampung umumnya digolongkan berdasarkan realisasi pengucapan bunyi *a dari Proto-Lampungik dalam posisi akhir. Bunyi ini dipertahankan sebagai [a] dalam beberapa ragam, tetapi direalisasikan sebagai [o] dalam ragam lainnya.{{sfnp|Hanawalt|2007|p=31}}{{sfnp|Anderbeck|2007|p=22}} Perbedaan pengucapan antara dua kelompok dialek inilah yang melahirkan istilah "dialek A" dan "dialek O".{{sfnp|Matanggui|1984|p=63}} Walker (1975) menggunakan istilah "Pesisir" atau "Peminggir" untuk dialek A dan "Abung" untuk dialek O,{{sfnp|Walker|1975|p=11}} tetapi Matanggui (1984) berpendapat bahwa istilah-istilah ini merupakan [[misnomer]], karena istilah-istilah tersebut lebih sering dikaitkan dengan sub[[suku]] tertentu alih-alih untuk menandakan kelompok dialek secara linguistik.{{sfnp|Matanggui|1984|p=63}} Di sisi lain, Anderbeck dan Hanawalt menggunakan nama "Api" untuk Pesisir dan "Nyo" untuk Abung; kedua kata ini bermakna "apa" dalam masing-masing dialek.{{sfnp|Anderbeck|2007|pp=7–8}} Terdapat beberapa perbedaan leksikal antara dialek-dialek ini,{{sfnp|Walker|1976|p=1}} tetapi keduanya identik dalam hal [[morfologi (linguistik)|morfologi]] dan [[sintaksis]].{{sfnp|Aliana|1986|p=66–67}}
== Keterangan ==
{{notelist|3}}


Walker (1976) membagi Abung lebih lanjut ke dalam dua subdialek: Abung dan Menggala, serta memecah kelompok Pesisir ke dalam empat subdialek: Komering, Krui, Pubian, and Selatan.{{sfnp|Walker|1976|p=1}} Aliana (1986) memberi klasifikasi yang berbeda; menurutnya bahasa Lampung secara keseluruhan memiliki 13 dialek dari kedua kelompok.{{sfnp|Aliana|1986|p=47}} Melalui analisis [[leksikostatistik]], Aliana menemukan bahwa subdialek Talang Padang dari kelompok Pesisir memiliki kesamaan paling banyak dengan semua ragam yang disurvei; dengan kata lain, subdialek tersebut merupakan yang paling rendah tingkat divergensinya di antara ragam-ragam bahasa Lampung. Sementara, subdialek Jabung dari kelompok Abung merupakan yang paling divergen.{{sfnp|Aliana|1986|p=66}} Meski begitu, survei Aliana tidak mencakup ragam-ragam Komering, karena beberapa kalangan tidak menganggap ragam-ragam Komering sebagai bagian dari bahasa Lampung.{{sfnp|Aliana|1986|pp=4, 45}}
== Lihat Pula ==


Klasifikasi dialek yang dilakukan oleh Hanawalt (2007) sebagian besarnya bersesuaian dengan versi Walker.{{sfnp|Hanawalt|2007|pp=32, 34}} Hanya saja, Hanawalt menggolongkan Nyo, Api, dan Komering sebagai tiga bahasa terpisah alih-alih dialek dari satu bahasa yang sama, berdasarkan kriteria sosiologis dan linguistik.{{sfnp|Hanawalt|2007|p=35}} Ia mencatat bahwa perbedaan terbesar antara ragam-ragam Lampungik adalah antara kelompok timur (Nyo) dan barat (Api dan Komering). Kelompok barat membentuk [[kesinambungan dialek]] yang luas, terbentang mulai dari ujung selatan Sumatra, terus ke utara hingga ke wilayah hilir [[Sungai Komering]]. Sebagian dari kelompok penutur Lampungik (seperti orang Komering dan Kayu Agung) menolak label "Lampung", walaupun pada dasarnya mereka mengakui bahwa kelompok ini "berkaitan secara etnis dengan suku Lampung di Provinsi Lampung".{{sfnp|Hanawalt|2007|pp=32, 34}} Walaupun kebanyakan peneliti menggolongkan ragam Komering sebagai bagian dari Lampung Api, Hanawalt berpendapat bahwa keduanya memiliki perbedaan linguistik dan sosiologis yang cukup besar, sehingga ia memecahkan kelompok barat dan menetapkan Komering sebagai kelompok dialek mandiri, terpisah dari Lampung Api.{{sfnp|Hanawalt|2007|p=35}}
* [[Bahasa Komering]]
<!--
* [[Bahasa Melayu]]
== Demografi dan status ==
** [[Bahasa Melayu Tengah]]
Sebagaimana [[languages of Indonesia|regional languages of Indonesia]], Lampung is not recognized as an [[official language]] anywhere in the country, and as such it is mainly used in informal situations.{{sfnp|Amisani|1985|p=1}} Lampung is in vigorous use in rural areas where the Lampung ethnic group is the majority. A large percentage of speakers in these areas almost exclusively use Lampung at home, and use [[Indonesian language|Indonesian]] on more formal occasions.{{sfnp|Katubi|2007|p=4–5, 8–9}}{{sfnp|Amisani|1985|p=7}} In the market where people of different backgrounds meet, a mix of languages is used, including local lingua franca like [[Musi language|Palembang Malay]].{{sfnp|Katubi|2007|p=6}} In the 1970s, although Lampung was pretty much alive in rural areas, Lampung youths in urban areas already prefer to use Indonesian instead.{{sfnp|Walker|1976|p=1}} In general, there seems to be a trend of "[[diglossia]] leakage" in the bilingual Lampung communities, where Indonesian is increasingly used in domains traditionally associated with Lampung language usage.{{sfnp|Katubi|2007|p=4–5, 8–9}}
** [[Bahasa Melayu Palembang]]

* [[Bahasa Sunda]]
[[Berkas:Tari Melinting 3.jpg|jmpl|upright=1.5|kanan|A woman in Lampung traditional attire]]
** [[Bahasa Sunda Banten]]
Since the early 20th century, the province of Lampung has been a major destination for the [[transmigration program]], which moves people from the more densely populated islands of Indonesia (then [[Dutch East Indies]]) to the less densely populated ones.{{sfnp|Kusworo|2014|pp=23–24}}{{sfnp|Aliana|1986|p=18}} The program came to a halt during an interlude following the outbreak of [[World War II]], but the government resumed it several years after [[Proclamation of Indonesian Independence|Indonesian independence]].{{sfnp|Kusworo|2014|pp=23–24}} By the mid-1980s, Lampung people had become a minority in the province, accounting for no more than 15% of the population, down from 70% in 1920.{{sfnp|Kusworo|2014|p=25}} This demographic shift is also reflected in language usage; the [[Indonesia 1980 census|1980 census]] reported that 78% of the province's population were native speakers of either Javanese, Sundanese, Madurese, or Balinese.{{sfnp|Katubi|2007|pp=2–3}}
* [[Bahasa Jawa]]

** [[Bahasa Jawa Banten]]
As an effort to maintain the indigenous language and "to help define Lampung’s identity and cultural symbol", post-[[New Order (Indonesia)|New Order]] era Lampung regional government{{efn|The regional government of Lampung is still largely dominated by indigenous Lampung people, down to village level.{{sfnp|Katubi|2007|pp=2–3}}}} has made Lampung language a compulsory subject for all students attending primary and secondary educational institutions across the province.{{sfnp|Katubi|2007|pp=2–3}}{{sfnp|Inawati|2017|pp=168–169}} The [[Lampung University|state university of Lampung]] runs a [[master's degree]] program in Lampung language study.{{sfnp|''Antaranews.com'' 17 October 2018}} The university once also held an [[associate degree]] in Lampung language study, but the program was temporarily halted in 2007 due to a change in regulation.{{sfnp|Inawati|2017|pp=168–169}} Nevertheless, the university has announced a plan to launch a [[bachelor's degree]] in Lampung language study by 2019.{{sfnp|''Antaranews.com'' 17 October 2018}}
-->

== Lihat pula ==
*[[Bahasa Komering]]
*[[Bahasa Lampung Api]]
*[[Bahasa Lampung Nyo]]
*[[Bahasa Lampung Cikoneng]]

== Keterangan ==
{{notelist|3}}


== Rujukan ==
== Rujukan ==
Baris 124: Baris 124:
{{Incubator|code=ljp|language=Lampung Api}}
{{Incubator|code=ljp|language=Lampung Api}}
{{Incubator|code=abl|language=Lampung Nyo}}
{{Incubator|code=abl|language=Lampung Nyo}}
{{Incubator|code=kge|language=Komering}}
* [https://abvd.shh.mpg.de/austronesian/classification.php?node=Austronesian,%20Malayo-Polynesian,%20Lampung Daftar kosakata dasar dari berbagai ragam Bahasa Lampung di Austronesian Basic Vocabulary Database]
* [https://abvd.shh.mpg.de/austronesian/classification.php?node=Austronesian,%20Malayo-Polynesian,%20Lampung Daftar kosakata dasar dari berbagai ragam bahasa Lampung di Austronesian Basic Vocabulary Database]
* [https://www.youtube.com/watch?v=ZE_5lT1zsNM&ab_channel=ILoveLanguages%21 Ucapan dan contoh perkataan dalam bahasa Lampung] - kanal I Love Languages di Youtube


{{Bahasa daerah di Indonesia}}
{{Bahasa daerah di Indonesia}}
Baris 132: Baris 132:
[[Kategori:Rumpun bahasa Austronesia]]
[[Kategori:Rumpun bahasa Austronesia]]
[[Kategori:Bahasa di Indonesia]]
[[Kategori:Bahasa di Indonesia]]



{{bahasa-stub}}
{{bahasa-stub}}

Revisi per 30 September 2022 03.12

Bahasa Lampung
BPS: 0071 2
Bahasa Lappung atau Bahasa Lampung[1]
Dituturkan diIndonesia
WilayahLampung
Sumatra Selatan
EtnisSuku Lampung
Suku Komering
Penutur
5,2 juta (2000)[a]
Lihat sumber templat}}
DialekApi/Pesisir
Nyo/Abung
Komering
Alfabet Latin
Aksara Lampung
Kode bahasa
ISO 639-3Mencakup:
ljp – Lampung Api
abl – Lampung Nyo
kge – Komering
Glottologlamp1241[3]
BPS (2010)0071 2
Lokasi penuturan
Ragam bahasa Lampung di Sumatra bagian selatan:
  Lampung Api
  Lampung Nyo
  Komering
Peta
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat jamak Sunting ini di Wikidata
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Lampung (Bahasa Lappung atau Bahasa Lampung) atau rumpun bahasa Lampungik adalah sebuah bahasa atau kelompok dialek Austronesia dengan jumlah penutur jati sekitar 5,19 juta, terutama dari kalangan suku Lampung beserta rumpunnya di selatan Sumatra, Indonesia. Terdapat dua atau tiga ragam bahasa Lampung, yaitu: Lampung Api (juga disebut Pesisir atau dialek A), Lampung Nyo (juga disebut Abung atau dialek O), dan Komering. Ragam terakhir terkadang dianggap sebagai bagian dari Lampung Api, tetapi terkadang juga dianggap sebagai bahasa yang berdiri sendiri terpisah dari bahasa Lampung.

Meski bahasa Lampung memiliki jumlah penutur yang lumayan besar, bahasa ini merupakan bahasa minoritas di Provinsi Lampung sendiri. Kekhawatiran akan kebertahanan bahasa Lampung telah membuat pemerintah daerah setempat mengimplementasikan kebijakan pengajaran bahasa dan aksara Lampung bagi sekolah-sekolah pada tingkat dasar dan menengah di provinsi tersebut.[4]

Klasifikasi

Hubungan eksternal

Bahasa Lampung merupakan bagian dari rumpun bahasa Austronesia dari cabang Melayu-Polinesia, walaupun posisi tepatnya dalam Melayu-Polinesia sulit ditentukan. Kontak bahasa selama berabad-abad telah mengaburkan batas antara bahasa Lampung dan bahasa Melayu,[5][6][7] sehingga keduanya sempat digolongkan ke dalam subkelompok yang sama dalam kajian-kajian lama, seperti misalnya dalam klasifikasi linguis Isidore Dyen pada 1965, yang menempatkan bahasa Lampung ke dalam "Malayic Hesion" bersama bahasa-bahasa Malayan (mencakup bahasa Melayu, Minangkabau, dan Kerinci), Aceh dan Madura.[8]

Linguis Berndt Nothofer (1985) memisahkan bahasa Lampung dari kelompok "Malayic" versi Dyen, tetapi masih memasukkannya ke dalam "Javo-Sumatra Hesion" bersama bahasa-bahasa Melayik, Sunda, Madura, dan, dengan tingkat kekerabatan yang lebih jauh, bahasa Jawa.[9] Malcolm Ross (1995) menempatkan Lampung ke dalam kelompoknya independen yang tidak terkait bahasa manapun dalam Melayu-Polinesia.[10] Penggolongan ini diikuti oleh Karl Adelaar (2005), yang tidak memasukkan bahasa Lampung ke dalam kelompok Melayu-Sumbawa yang ia usulkan—kelompok ini meliputi bahasa Sunda, Madura, dan cabang Malayo-Chamik-BSS (mencakup Melayik,[b] Chamik, dan Bali-Sasak-Sumbawa).[6][11]

Kumpulan syair dwibahasa Lampung-Melayu, ditulis menggunakan aksara Jawi dan Lampung

Di antara bahasa-bahasa Javo-Sumatra, Nothofer menganggap bahwa bahasa Sunda kemungkinan merupakan kerabat terdekat bahasa Lampung, karena keduanya sama-sama mengubah bunyi *R dari bahasa Proto-Melayu-Polinesia (PMP) menjadi y dan mengalami metatesis atau pertukaran bunyi antara konsonan pertengahan dan akhir pada kata *lapaR dari bahasa Proto-Austronesia. Kata ini diturunkan menjadi palay yang berarti 'ingin' atau 'lelah' dalam bahasa Sunda dan 'rasa perih akibat kaki yang letih' dalam bahasa Lampung.[9] Walaupun pengelompokan Javo-Sumatra/Malayo-Javanic secara keseluruhan telah dikritik atau bahkan ditolak oleh berbagai ahli bahasa,[12][13] hubungan kekerabatan antara bahasa Lampung dan Sunda secara khusus didukung oleh linguis Karl Anderbeck (2007), sebab menurutnya kedua bahasa ini berbagi lebih banyak inovasi fonologis satu sama lain dibandingkan dengan kelompok Malayo-Chamik-BSS usulan Adelaar.[14]

Alexander Smith (2017) menunjukkan bahwa bunyi *j dan *d dari PMP mengalami merger ke d dalam bahasa Lampung. Perubahan ini merupakan salah satu ciri yang ia usulkan sebagai bukti bagi hipotesis Indonesia Barat yang dikembangkannya dari usulan linguis Austronesia senior Robert Blust.[15] Walaupun begitu, bukti-bukti leksikal yang diajukan bagi kelompok Indonesia Barat hampir tidak dapat ditemui dalam bahasa Lampung. Smith mampu mengidentifikasi beberapa inovasi leksikal Indonesia Barat dalam bahasa Lampung, tetapi ia tidak dapat memastikan apakah kata-kata ini merupakan turunan langsung dari Proto-Indonesia Barat atau merupakan pinjaman dari bahasa Melayu. Walaupun Smith mendukung penempatan bahasa Lampung ke dalam subkelompok Indonesia Barat, ia menyatakan bahwa hal ini masih dapat diperdebatkan.[7]

Dialek

Perbedaan kosakata antardialek bahasa Lampung[5]
Indonesia Pesisir Abung
ikan iwa punyu
gigi ipon kedis
datang khatong/ghatong/ratong megew

Dialek-dialek bahasa Lampung umumnya digolongkan berdasarkan realisasi pengucapan bunyi *a dari Proto-Lampungik dalam posisi akhir. Bunyi ini dipertahankan sebagai [a] dalam beberapa ragam, tetapi direalisasikan sebagai [o] dalam ragam lainnya.[16][17] Perbedaan pengucapan antara dua kelompok dialek inilah yang melahirkan istilah "dialek A" dan "dialek O".[18] Walker (1975) menggunakan istilah "Pesisir" atau "Peminggir" untuk dialek A dan "Abung" untuk dialek O,[19] tetapi Matanggui (1984) berpendapat bahwa istilah-istilah ini merupakan misnomer, karena istilah-istilah tersebut lebih sering dikaitkan dengan subsuku tertentu alih-alih untuk menandakan kelompok dialek secara linguistik.[18] Di sisi lain, Anderbeck dan Hanawalt menggunakan nama "Api" untuk Pesisir dan "Nyo" untuk Abung; kedua kata ini bermakna "apa" dalam masing-masing dialek.[6] Terdapat beberapa perbedaan leksikal antara dialek-dialek ini,[5] tetapi keduanya identik dalam hal morfologi dan sintaksis.[20]

Walker (1976) membagi Abung lebih lanjut ke dalam dua subdialek: Abung dan Menggala, serta memecah kelompok Pesisir ke dalam empat subdialek: Komering, Krui, Pubian, and Selatan.[5] Aliana (1986) memberi klasifikasi yang berbeda; menurutnya bahasa Lampung secara keseluruhan memiliki 13 dialek dari kedua kelompok.[21] Melalui analisis leksikostatistik, Aliana menemukan bahwa subdialek Talang Padang dari kelompok Pesisir memiliki kesamaan paling banyak dengan semua ragam yang disurvei; dengan kata lain, subdialek tersebut merupakan yang paling rendah tingkat divergensinya di antara ragam-ragam bahasa Lampung. Sementara, subdialek Jabung dari kelompok Abung merupakan yang paling divergen.[22] Meski begitu, survei Aliana tidak mencakup ragam-ragam Komering, karena beberapa kalangan tidak menganggap ragam-ragam Komering sebagai bagian dari bahasa Lampung.[23]

Klasifikasi dialek yang dilakukan oleh Hanawalt (2007) sebagian besarnya bersesuaian dengan versi Walker.[24] Hanya saja, Hanawalt menggolongkan Nyo, Api, dan Komering sebagai tiga bahasa terpisah alih-alih dialek dari satu bahasa yang sama, berdasarkan kriteria sosiologis dan linguistik.[25] Ia mencatat bahwa perbedaan terbesar antara ragam-ragam Lampungik adalah antara kelompok timur (Nyo) dan barat (Api dan Komering). Kelompok barat membentuk kesinambungan dialek yang luas, terbentang mulai dari ujung selatan Sumatra, terus ke utara hingga ke wilayah hilir Sungai Komering. Sebagian dari kelompok penutur Lampungik (seperti orang Komering dan Kayu Agung) menolak label "Lampung", walaupun pada dasarnya mereka mengakui bahwa kelompok ini "berkaitan secara etnis dengan suku Lampung di Provinsi Lampung".[24] Walaupun kebanyakan peneliti menggolongkan ragam Komering sebagai bagian dari Lampung Api, Hanawalt berpendapat bahwa keduanya memiliki perbedaan linguistik dan sosiologis yang cukup besar, sehingga ia memecahkan kelompok barat dan menetapkan Komering sebagai kelompok dialek mandiri, terpisah dari Lampung Api.[25]

Lihat pula

Keterangan

  1. ^ Ditotalkan dari jumlah penutur seluruh ragam bahasa Lampung di Ethnologue, berdasarkan data sensus tahun 2000. Rinciannya: 3.219.000 penutur untuk ragam Api, 1.800.000 untuk Nyo, dan 470 ribu untuk Komering.[2]
  2. ^ Istilah "Melayik" atau Malayic dalam bahasa Inggris telah berulang kali didefinisikan secara berbeda oleh beberapa ahli bahasa. Melayik versi Adelaar kira-kira berpadanan dengan "Malayan" versi Dyen.

Rujukan

Sitiran

  1. ^ Aliana (1986), hlm. 39.
  2. ^ Lampung Api di Ethnologue (22nd ed., 2019); Lampung Nyo di Ethnologue (22nd ed., 2019); Komering di Ethnologue (22nd ed., 2019)
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Lampungic". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ Katubi (2007), hlm. 9.
  5. ^ a b c d Walker (1976), hlm. 1.
  6. ^ a b c Anderbeck (2007), hlm. 7–8.
  7. ^ a b Smith (2017), hlm. 459.
  8. ^ Dyen (1965), hlm. 26.
  9. ^ a b Nothofer (1985), hlm. 298.
  10. ^ Ross (1995), hlm. 75, 78.
  11. ^ Adelaar (2005), hlm. 358.
  12. ^ Blust (1981).
  13. ^ Adelaar (2005), hlm. 357, 385.
  14. ^ Anderbeck (2007), hlm. 108–110.
  15. ^ Smith (2017), hlm. 456.
  16. ^ Hanawalt (2007), hlm. 31.
  17. ^ Anderbeck (2007), hlm. 22.
  18. ^ a b Matanggui (1984), hlm. 63.
  19. ^ Walker (1975), hlm. 11.
  20. ^ Aliana (1986), hlm. 66–67.
  21. ^ Aliana (1986), hlm. 47.
  22. ^ Aliana (1986), hlm. 66.
  23. ^ Aliana (1986), hlm. 4, 45.
  24. ^ a b Hanawalt (2007), hlm. 32, 34.
  25. ^ a b Hanawalt (2007), hlm. 35.

Daftar pustaka

Pranala luar