Lompat ke isi

Ananias dan Safira: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Hanamanteo (bicara | kontrib)
Menolak perubahan teks terakhir (oleh 182.23.31.206) dan mengembalikan revisi 6607207 oleh EmausBot
k Robot: Perubahan kosmetika
Baris 4: Baris 4:
Kisah tragis Ananias dan Safira adalah bahwa mereka mendustai Roh Kudus karena dikuasai [[Iblis]].<ref name="Darma"/> Harta hasil penjualan tanahnya tidak diberikan seluruhnya sebagai persembahan di dekat kaki Rasul (Petrus).<ref name="Darma"/> Suami istri ini berkomplot untuk berdusta. Lalu keduanya mati, yang pertama Ananias, lalu tiga jam kemudian Safira, yang bersaksi sama (dusta) dengan suaminya.<ref name="Darma"/>
Kisah tragis Ananias dan Safira adalah bahwa mereka mendustai Roh Kudus karena dikuasai [[Iblis]].<ref name="Darma"/> Harta hasil penjualan tanahnya tidak diberikan seluruhnya sebagai persembahan di dekat kaki Rasul (Petrus).<ref name="Darma"/> Suami istri ini berkomplot untuk berdusta. Lalu keduanya mati, yang pertama Ananias, lalu tiga jam kemudian Safira, yang bersaksi sama (dusta) dengan suaminya.<ref name="Darma"/>


Dari kisah Ananias dan Safira ini, orang [[Kristen]] mendapat sejumlah pelajaran iman, salah satunya adalah ketulusan kasih terhadap Tuhan.<ref name="Darma"/> Ananias dan Safira adalah salah satu contoh yang tidak tulus, sehingga Tuhan menghukumnya (mati) melalui pengadilan [[Simon Petrus]].<ref name="Darma"/> Simon Petrus dianggap sebagai seorang yang berwibawa dan dapat menentukan nilai moral dalam kehidupan orang Kristen waktu itu, bahkan dia dipenuhi Roh Kudus sehingga dapat mengetahui seseorang yang sedang berbohong.<ref name="Darma"/> Kisah yang diambil dari kehidupan jemaat perdana ini merupakan realitas bahwa di balik kehidupan jemaat yang begitu rukun dan selalu melakukan kebersamaan, ternyata juga memiliki sisi gelap.<ref name="Darma"/> Di samping itu, salah satu yang menarik adalah peran [[Roh Kudus]] yang nampaknya berdampak langsung dalam setiap peristiwa.<ref name="Darma"/> Ketika Ananias berbohong, Petrus dapat dengan segera mengetahui bahwa Ananias telah berbohong.<ref name="Darma"/>
Dari kisah Ananias dan Safira ini, orang [[Kristen]] mendapat sejumlah pelajaran iman, salah satunya adalah ketulusan kasih terhadap Tuhan.<ref name="Darma"/> Ananias dan Safira adalah salah satu contoh yang tidak tulus, sehingga Tuhan menghukumnya (mati) melalui pengadilan [[Simon Petrus]].<ref name="Darma"/> Simon Petrus dianggap sebagai seorang yang berwibawa dan dapat menentukan nilai moral dalam kehidupan orang Kristen waktu itu, bahkan dia dipenuhi Roh Kudus sehingga dapat mengetahui seseorang yang sedang berbohong.<ref name="Darma"/> Kisah yang diambil dari kehidupan jemaat perdana ini merupakan realitas bahwa di balik kehidupan jemaat yang begitu rukun dan selalu melakukan kebersamaan, ternyata juga memiliki sisi gelap.<ref name="Darma"/> Di samping itu, salah satu yang menarik adalah peran [[Roh Kudus]] yang nampaknya berdampak langsung dalam setiap peristiwa.<ref name="Darma"/> Ketika Ananias berbohong, Petrus dapat dengan segera mengetahui bahwa Ananias telah berbohong.<ref name="Darma"/>


== Referensi ==
== Referensi ==

Revisi per 26 Mei 2016 05.23

Kematian Ananias, oleh Masaccio

Ananias dan Safira adalah suami istri yang tinggal dan menjadi anggota gereja mula-mula di Yerusalem. Kisahnya terdapat dalam Perjanjian Baru di Alkitab , yaitu dalam Kisah Para Rasul 5 ayat 1-11.[1] Nama Ananias berarti Allah telah memberikan, atau Allah Rahmani.[2] Sedangkan nama Safira berarti cantik atau yang jelita.[2] Nama mereka indah dan bermakna, namun itu bukan jaminan bahwa perilaku mereka berkenan di hadapan Tuhan.[2] Mereka berdua dianggap sebagai jemaat yang tidak taat kepada Tuhan.[2]

Kisah tragis Ananias dan Safira adalah bahwa mereka mendustai Roh Kudus karena dikuasai Iblis.[1] Harta hasil penjualan tanahnya tidak diberikan seluruhnya sebagai persembahan di dekat kaki Rasul (Petrus).[1] Suami istri ini berkomplot untuk berdusta. Lalu keduanya mati, yang pertama Ananias, lalu tiga jam kemudian Safira, yang bersaksi sama (dusta) dengan suaminya.[1]

Dari kisah Ananias dan Safira ini, orang Kristen mendapat sejumlah pelajaran iman, salah satunya adalah ketulusan kasih terhadap Tuhan.[1] Ananias dan Safira adalah salah satu contoh yang tidak tulus, sehingga Tuhan menghukumnya (mati) melalui pengadilan Simon Petrus.[1] Simon Petrus dianggap sebagai seorang yang berwibawa dan dapat menentukan nilai moral dalam kehidupan orang Kristen waktu itu, bahkan dia dipenuhi Roh Kudus sehingga dapat mengetahui seseorang yang sedang berbohong.[1] Kisah yang diambil dari kehidupan jemaat perdana ini merupakan realitas bahwa di balik kehidupan jemaat yang begitu rukun dan selalu melakukan kebersamaan, ternyata juga memiliki sisi gelap.[1] Di samping itu, salah satu yang menarik adalah peran Roh Kudus yang nampaknya berdampak langsung dalam setiap peristiwa.[1] Ketika Ananias berbohong, Petrus dapat dengan segera mengetahui bahwa Ananias telah berbohong.[1]

Referensi

  1. ^ a b c d e f g h i j (Indonesia)Darmawijaya., "Kisah Para Rasul, Yogyakarta: Kanisius, 2006
  2. ^ a b c d (Indonesia)H.v.d. Brink., Taf. Alk. Kisah Para Rasul, Jakarta: BPK Gunung Mulia, 2008 (Cet.8)

Lihat pula