Bahasa Madura
Bahasa Madura (Madura: Bhâsa Madhurâ) adalah bahasa yang digunakan suku Madura. Bahasa Madura mempunyai penutur kurang lebih 8 juta orang (perkiraan), dan terpusat di Pulau Madura, Jawa Timur atau di kawasan yang disebut kawasan Tapal Kuda terbentang dari Pasuruan, Surabaya, Malang, sampai Banyuwangi, Kepulauan Masalembo, Bawean, hingga Pulau Kalimantan.
Penutur bahasa Madura juga dapat ditemui di pulau Kalimantan, masyarakat suku Madura banyak mendiami daerah yang terpusat di kawasan Sambas, Pontianak, Bengkayang dan Ketapang, Kalimantan Barat, sedangkan di Kalimantan Tengah mereka berkonsentrasi di daerah Kotawaringin Timur, Palangkaraya dan Kapuas.[butuh rujukan] Namun, kebanyakan generasi muda suku Madura di kawasan ini sudah tidak menguasai bahasa asli mereka.[butuh rujukan]
Fonologi
Bahasa Madura memiliki 6 vokal, 31 konsonan, dan 3 diftong.[4]
Vokal
Vokal dalam bahasa Madura disebut keccap. Bahasa Madura memiliki 6 vokal antara lain /a/, /i/, /u/, /ɛ/, /ə/, dan /ɔ/.[4]
Posisi lidah | Depan | Pusat | Belakang |
---|---|---|---|
Tinggi | /i/ | /u/ | |
Tengah | /ɛ/ | /ə/ | /ɔ/ |
Rendah | /a/ |
Sedangkan menurut Davies, vokal dalam bahasa Madura terdiri dari:
Posisi lidah | Depan | Pusat | Belakang |
---|---|---|---|
Tinggi | i | ɨ | u |
ɤ | |||
Tengah | ɛ | ə | ɔ |
Bawah | a |
Keenam vokal tersebut memiliki alofon antara lain:
- Vokal /i/ memiliki tiga alofon yaitu [i], [I], dan [ĩ].
- Vokal /i/ umumnya dilafalkan [i]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: iyâ 'ya', bighi 'biji', ghili 'alir', jâdiya 'di sana', dan mandhi 'manjur'), mau pun pada suku tertutup (seperti pada kata: birjhi' 'hitung', bhalik 'balik', jhilit 'lem, jilid', dan ghilir 'gilir').
- Vokal /i/ yang dilafalkan [I] hanya dapat dijumpai pada kata yang merupakan unsur serapa dari bahasa Indonesia, seperti: usir 'usir', kasir 'kasir', muŋkin 'mungkin', dan gabin 'kue gabin'.
- Vokal /i/ yang dilafalkan [ĩ] penggunaannya hanya terbatas pada kata ĩyãs 'rias', dan ĩyã' 'inilah'.
- Vokal /ɛ/ memiliki tiga alofon, yakni [e], [ɛ], dan [ẽ].
- Vokal /ɛ/ pada umumnya dilafalkan [ɛ]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: ɛlaŋ 'hilang', ɛŋa' 'ingat', ɛssɛ 'isi' dan bhərsɛ 'bersih'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: pɛnta 'pinta', lɛmpɔ 'payah', ñɛccɛŋ 'terlalu kecil (untuk pakaian)', bhâlliTTɛ' 'buka (untuk kulit atau mata)', dan kalattɛŋ 'gelantung').
- Vokal /ɛ/ yang dilafalkan [e] hanya dijumpai pada beberapa kata yang merupakan unsur serapan dari bahasa Indonesia, seperti pada kata lottre 'lotre', sate 'sate', dan sore 'sore'.
- Vokal /ɛ/ yang dilafalkan [ẽ] penggunaannya sangat terbatas, seperti pada kata ãẽŋ 'air'.
- Vokal /ə/ hanya memiliki satu alofon, yaktu [ə] dan hanya terdapat pada suku tertutup (seperti pada kata əmbhuk 'kakak perempuan', ghəllu' 'peluk', jhəmmɔr 'jemur', dan bərri' 'beri'. Tidak pernah terdapat pada suku terbuka.
- Vokal /a/ mempunyai tiga alofon, yakni [a], [â], dan [ã].
- Vokal /a/ dilafalkan [a] apabila bergabung dengan konsonan takbersuara (c, f, h, k, m, n, ŋ, ñ, p, q, t, T, dan s) atau bergabung dengan [y], [l], [r], dan [w] baik pada suku sebelumnya berupa konsonan takbersuara atau vokal [a], [ɛ], [ɔ]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: passra 'tunduk, menerima pada adanya', sassa 'cuci', kala 'kalah', marɛ 'selesai', dan bhuŋa 'bahagia'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: maŋmaŋ 'ragu-ragu', maŋkat 'berangkat', añar 'baru', kanca 'teman', dan landu' 'cangkul').
- Vokal /a/ dilafalkan [â] apabila bergabung dengan konsonan bersuara [b, bh, d, dh, D, Dh, g, gh, j, dan jh], bergabung dengan [y], [l], [r], [w] yang suku sebelumnya berupa konsonan bersuara atau vokal [i], [u], [â]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: bhâlâ 'famili', bârâ 'bengkak', Diyâ '(di) sini', dhuwâ 'doa, jampi-jampi', dan DhâDhâ 'teledor'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: bhâtbhât 'tarik keras dan kasar', DhâkDhâk 'ketuk dengan keras', ghâmbhâr 'gambar', dan bâDDhâ 'wadah, tempat').
- Vokal /u/ memiliki dua alofon, yakni [u] dan [U].
- Vokal /u/ pada umumnya dilafalkan [u]; baik pada suku kata terbuka (seperti pada kata: jhujhu 'turuti', bhukɔ' 'selimut', paddhu 'pojok', dan ghâru 'garuk'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: jhumbu' 'jumput, ambil sedikit', jhuŋjhuŋ 'jungjung', dan gheddhur 'lunglai, lemah').
- Vokal /u/ yang dilafalkan [U] hanya dijumpai pada beberapa kata yang pada umumnya merupakan unsur serapan dari bahasa Indonesia, seperti pada kata usUl 'usul', udUr 'udzur', sabUn 'sabun', dan ma'lUm 'maklum'.
- Vokal /ɔ/ memiliki tiga alofon, yakni [o], [ɔ], [õ].
- Vokal /ɔ/ pada umumnya dilafalkan [ɔ]; baik pada suku terbuka (seperti pada kata: mɔlɛ 'pulang', mɔñɛ 'bunyi', sɔrɔ 'suruh, pɔrɔ 'luka, borok', dan sɔsɔ 'buah dada'), maupun pada suku tertutup (seperti pada kata: kɔncɔ' 'pucuk, ujung', pɔ'pɔ' 'senyampang, mumpung', bhiŋɔŋ 'bingung', dhâlmɔs '(pe)malas', dan lɔmbhu' 'lumbung').
- Vokal /ɔ/ yang dilafalkan [o] hanya dijumpai pada beberapa kata yang pada umumnya merupakan unsur serapan dari bahasa Indonesia, seperti pada kata lottre 'lotre', foto 'foto', sore 'sore', dan soto 'soto'.
- Vokal /ɔ/ yang dilafalkan [õ] penggunaannya sangat terbatas, seperti pada kata õwã' 'asap'.
Konsonan
Bahasa Madura memiliki 31 konsonan, yakni /p/, /t/, /T/, /c/, /k/ /q/, /'/, /b/, /d/, /D/, /j/, /g/, /bh/, /dh/, /Dh/, /jh/, /gh/, /f/, /s/, /š/, /z/, /x/, /m/, /n/, /ñ/, /ŋ/, /r/, /l/, /w/, dan /y/. Pasangan konsonan lambat /p/-/b/-/bh/; /t/-/T/-/d/-/D/-/dh/-Dh/; /c/-/j/-/jh/; dan /k/-/q/-/g/-/gh/ selain memiliki perbedaan pada daerah artikulasinya, juga memiliki kesamaan dalam pembentukannya, yakni /p/, /t/, /T/, /c/, dan /k/ dibentuk dengan pita suara tak bergetar; /b/, /d/, /D/, /j/, /g/ dibentuk dengan suara tak bergetar; sedangkan /bh/, /dh/, /Dh/, /jh/, /gh/ dibentuk dengan pita suara bergetar dan beraspirasi.[4]
Ketiga puluh satu konsonan dalam bahasa Madura tersebut semuanya merupakan fonem. Sebab, antara [k] dengan [ʔ] dan antara konsonan takberaspirasi ([b], [d], [D], [g], [j]) dengan konsonan beraspirasi ([bh], [dh], [Dh], [gh], [jh]) serta antara [t] dengan [T] merupakan fonem-fonem yang berbeda.[4]
Dalam bahasa Madura, [ʔ] di samping merupakan fone, yang berbeda dengan [k], distribusinya tidak hanya pada suku ultima tetapi juga ada yang berposisi pada suku penultima dan di antara dua vokal. Contoh pasangan minimal antara [k] dan [ʔ] antara lain dârâk 'jerit' dan dârâʔ'sobek', kaTɔk 'bersinggungan' dan kaTɔʔ 'celana dalam', lɔklak 'goyah, rusak' dan lɔʔlaʔ 'cadel', ɔlɔk 'panggil' dan ɔlɔʔ 'lunglai', serta pakaʔ 'masam' dan paʔaʔ 'tatah (alat untuk melubangi kayu)'.[4]
Pasangan minimal yang menunjukkan bahwa antara konsonan takberaspirasi dengan konsonan beraspirasi yang merupakan fonem yang berbeda misalnya:
- Contoh pasangan minimal [b] dan [bh]: bâjâ 'saat, waktu' dan bhâjâ 'buaya', bârâ 'bengkak' dan bhârâ 'paru-paru', bâu 'bau, basi' dan bhâu 'pundak', lambâ' 'dahulu kala' dan 'lambhâ' 'dermawan', serta tambâ 'tambah' dan tambhâ 'obat'.
- Contoh pasangan minimal [d] dan [dh]: dâdâ 'dada' dan dhâdhâ 'teledor', dâpa' 'sampai' dan dhâpa' 'telapak', dârâ 'darah' dan dhârâ 'merpati', serta mandi 'mandi' dan mandhi 'manjur'.
- Contoh pasangan minimal [g] dan [gh]: bâgi 'bagi' dan bhâgi 'berikan', laŋgâr '(me)langgar' dan lanŋghâr 'surau', serta oŋgu' 'angguk' dan aŋghu' 'alat pencabut jenggot'.
- Contoh pasangan minimam [dh] dan [Dh]: addhu 'adu' dan adDhu 'serasi'. Sedangkan contoh pasangan yang mirip ɔddhuʔ 'cabut' dan kɔDDhuʔ 'mengkudu' serta ghâdhâ 'pentungan, alat pemukul' dan ghâDhu 'dimakan tanpa nasi'.
- Contoh pasangan minimal [j] dan [jh]: bâjâ 'saat, waktu' dan bhâjhâ 'baja', jâi 'kakek' dan jhâi 'jahe', jâgâ 'jaga' dan 'jhâghâ 'bangun', serta laju 'kusam, lama' dan lajhu 'cepat, tiba-tiba'.
- Contoh pasangan minimal [t] dan [T]: ghəntɔŋ 'alu' dan ghənTɔŋ 'gentong, tempat air', katɔk 'keterlaluan' dan kaTɔk 'bersinggungan', məttɛk 'sangat tinggi' dan mətTɛk 'memetik', patɛ 'kematian, seberapa' dan paTɛ 'santan'.
Semua konsonan dalam bahasa Madura dapat berposisi di awal suku, baik pada suku pertama maupun pada suku kedua, kecuali konsonan glotal stop (/ʔ/) yang hanya dapat berposisi di akhir suku. Semua konsonan dalam bahasa Madura tidak dapat berposisi di tengah suku, baik pada suku pertama maupun pada suku kedua. Konsonan dalam bahasa Madura yang dapat berposisi pada akhir suku tertutup antara lain /b/, /d/, /c/, /f/, /g/, /h/, /j/, /k/, /m/, /n/, /ŋ/, /p/, /r/, /s/, /t/, /D/, /T/, /ʔ/, /x/, /z/, dan /y/, sedangkan konsonan yang tidak dapat berposisi pada akhir suku adalah /bh/, /dh/, /Dh/, /gh/, /jh/, /ñ/, /q/, /w/, dan /š/.
Labial | Dental/alveolar | Retrofleks | Palatal | Velar | Glottal | |
---|---|---|---|---|---|---|
stop: | ||||||
voiceless | p | t | ṭ | c | k | ʔ |
vl aspirated | ph | th | ṭh | ch | kh | |
voiced | b | d | ḍ | ʝ | g | |
Sengau | m | n | ɲ | ŋ | ||
Frikatif | (f) | s | (h) | |||
Likuida | l, r | |||||
glide | (w) | (j) | (w) |
Diftong
Dalam bahasa Madura terdapat tiga buah diftong, yaitu /ay/, /ɔy/, dan /uy/. Diftong /ay/ memiliki dua alofon, yakni [ay] dan [ây]; sehingga ada beberapa linguis berpendapat bahwa dalam bahasa Madura terdapat empat diftong, yakni /ay/, /ây/, /uy/, dan /ɔy/.[4]
Diftong dalam bahasa Madura tidak hanya terdapat pada suku ultima, tetapi juga terdapat pada suku penultima. Contoh pemakaian diftong pada suku ultima antara lain tapay 'tape', kəppay 'kipas', bârâkay 'biawak', ghâbây 'buat, pesta', aŋghây 'orong-orong', lɛmbây 'lembai', kɔmpɔy 'cucu', apɔy 'api', sɔrɔy 'sisir', tamɔy 'tamu', dan kərbhuy 'kerbau'. Contoh pemakaian diftong pada suku penultima antara lain ñayñay 'lembek, terlalu banyak air', paypay 'lunglai', dan lɔylɔy 'penat'.[4]
Fonotaktik
Fonotaktik dalam bahasa Madura jauh lebih kompleks jika dibandingkan fonotaktik bahasa Indonesia. Maka dari itu, jika dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia hanya dibahas masalah deretan vokal, dalam bahasa Madura juga harus diuraikan mengenai penggabungan vokal-konsonan.
Deretan Vokal
Deretan dua vokal yang terdapat dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut:
Deret | Kata |
---|---|
/i i/ | pandi'i (mandikan), bâli'i (ulangi), berri'i (berilah) |
/i â/ | mandiâ (akan mandi), abâliâ (akan kembali) |
/i u/ | dhiyuk (doyong), bhiyuk (berduyun), ngasiyut (berkelebatan) |
/ɛ ɛ/ | talè'è (ikat), nangalè'è (melihat), tolè'è (tolehlah) |
/ɛ a/ | alakèa (akan bersuami), molèa (akan pulang) |
/ɛ ɔ/ | pèyo' (cicit), rèot (miring), ngalèyor (lunglai) |
/a a/ | lopa'a (hampir lupa), asakola'a (akan bersekolah), sa'ang (merica) |
/a ɛ/ | paè' (pahit), laèp (sengsara), laèn (lain) |
/a ɔ/ | pao (mangga), lao' (selatan), saong ((di)sandang(kan)) |
/â â/ | abâlâ'â (akan mengatakan), bârâ'â (akan bengkak) |
/â i/ | jhâi (jahe), bâi' (biji), dâi (dahi) |
/â u/ | bâu (bau, basi), jhâu (jauh), dâun (daun) |
/u u/ | dhu'um (bagikan), du'ung (tolol), bu'u' (bubuk) |
/u â/ | buwâ (buah), jhuwâl (jual), buwâng (buang) |
/u i/ | buwi (bisu), ambui (hampiri), jhâui (jauhi) |
/ɔ ɔ/ | so'on (junjung), ro'om (harum), ko'ong (sebatang kara) |
/ɔ ɛ/ | kowèr i(cutik), sapoè (sapulah), topoè (tutupi) |
/ɔ a/ | powa (lunak), lowang (berkurang), rowa (itu) |
Berdasarkan deretan vokal di atas bisa dilihat bahwa /i/ hanya dapat diikuti atau berdert dengan /i/, /u/, dan [â]; tidak dapat berderet dengan *[a], */ɛ/, dan */ɔ/. Vokal /ɛ/ hanya dapat diikuti oleh /ɛ/, /a/, dan /ɔ/; tidak dapat berderet dengan */i/, */u/, dan *[â]. Vokal /ə/ tidak pernah terdapat dalam deretan vokal, tidak dapat diikuti oleh vokal. Vokal [a] hanya dapat berderet dengan [a], /ɛ/, dan /ɔ/; tidak dapat berderet dengan */i/, */u/, dan *[â]. Vokal [â] hanya dapat berderet denga [â], /i/, dan /u/; tidak dapat berderet dengan *[a], */ɛ/, dan */ɔ/. Vokal /u/ hanya dapat berderet dengan /u/, /i/, dan [â]; tidak dapat berderet dengan *[a], */ɛ/, dan */ɔ/. Vokal /ɔ/ hanya dapat berderet dengan /ɔ/, [a], dan /ɛ/; tidak dapat berderet dengan */i/, */u/, dan *[â]. Dengan demikian, deretan vokal yang lazom dalam bahasa Madura adalah: /i-i/, /i-u/, /i-â/, /ɛ-ɛ/, /ɛ-a/, /ɛ-ɔ/, /a-a/, /a-ɛ/, /a-ɔ/, [â-â], /â-i/, /â-u/, /u-u/, /u-â/, /u-i/, /ɔ-ɔ/, /ɔ-a/, dan /ɔ-ɛ/.[6]
Deretan konsonan
Deretan dua konsonan yang umum ditemui dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut:
Deret | Kata |
---|---|
/mm/ | kemma (mana), ḍhâmmang (ringan), rammè (ramai) |
/mp/ | lampet (bekas), lèmpèt (gilas), lampèn (alas) |
/mb/ | tambâ (tambah), tambi' (bawa), tombu (tumbuh) |
/mbh/ | tambhâ (obat), tèmbhâng (timbang), sombhâng (sumbang) |
/nn/ | kennèng (kena), bânnè (bukan), ghenna' (lengkap) |
/nD/ | lanḍu' (cangkul), tatanḍung (tersandung), ngandung (hamil) |
/nd/ | landâur (raksasa) |
/ndh/ | dhindâk (langkah), mandhi (mujarab), canḍhu (candu) |
/nDh/ | canḍhâk (candak), pandhi (pandai besi), sanḍhing (sanding) |
/nt/ | santa' (cepat), ḍântè' (tunggu), bhântèng (banting) |
/ñc/ | lañcèng (perjaka), pañcèng (pancing), kañca (teman) |
/ñj/ | manjâ (manja) |
/ñjh/ | ghâñjâ (remaja, birahi), lañjhâng (panjang), oñjhâng (undang) |
/ŋŋ/ | langngoy (renang), langngè' (langit), sengnga' (sengat, bisa) |
/ŋk/ | angka' (angkat), cangka (cabang), pengko (kaku, angkuh) |
/ŋg/ | anggâ' (pongah), onggu' (angguk) |
/ŋgh/ | sangghup (sanggup), angghep (anggap), ongghu (sungguh) |
/ŋs/ | sangsara (sengsara), nyangsang (tersangkut), rèngsa (terbebani) |
/rr/ | kerra' (iris), berrâ' (berat), gherrâ (kaku) |
/rb/ | korbâ (bilas), orbut (cabut), ngarbu (berdebu) |
/rbh/ | terbhâng (rebana), serbhuk (serbuk), kerbhuy (kerbau) |
/rd/ | sordep (redup), marḍâ (bara api), ghârḍu (gardu) |
/rj/ | karjâ (selamatan) |
/rjh/ | terjhâk (terjang, injak), birjhi' (hitung) |
/rgh/ | alghung (dahaga), arghâ (harga), sarghep (sergap) |
/rc/ | burca' (bisul di kepala), karcang (jarang), larcèng (kurus) |
/rt/ | berta (berita), arta' (kacang hijau), mertè (memperhatikan) |
/rk/ | morka' (mata bola), berka' (lari), torkop (tinju) |
/rl/ | perlak (alas plastik), parlo (perlu) |
/rs/ | morsal (menyimpang), korsè (kursi), bhersè (bersih) |
/rp/ | lèrpek (duduk di tanah), gherpas (pukul), korpèng (kobak) |
/rn/ | cornè (intip), mornang (bernanah), bârna (warna) |
/rm/ | sarmo (kenal baik), kormen (cambak, cakar), dhurmas (bilas) |
/rñ/ | ngernyap (kilap), nyornyor (lembek), ngornyang (berkilau) |
/ss/ | possa' (penuh), mossè' (banyak gerak), massa' (masak) |
/st/ | pasthè (pasti), ghustè (gusti), asta (kuburan keramat) |
/sp/ | nèspa (nista), malespes (jadi kurus) |
/kk/ | bukka' (buka), lekko (keruh), lekkas (cepat) |
/kt/ | bhuktè (bukti), bhâktè (bakti), saktè (sakti) |
/ks/ | saloksak (geledah), dhuksak (rusak parah), parèksa (periksa) |
/ʔl/ | po'lot (potlot), to'lo (rentenir), lo'la (cadel) |
/ʔr/ | ma'rèpat (mata) |
/ll/ | bellâ (pecah), ghellâ' (tadi), bâllu' (delapan) |
/lb/ | bilbâl (meleset), salbut (kacau), salbing (robek-robek) |
/lbh/ | salbhâk (terkam), ngelbhâk (terengah), telbhus (gedebuk) |
/lgh/ | bâlghem (bengkak), tadhâlghep (terantuk) |
/ls/ | salsal (ruwet), melsat (terlepas), ghâlsat (tergores) |
/lt/ | alto' (ciprat), peltèng (gentong kecil), belta (bibit tanaman) |
/lp/ | alpo' (lapuk), salpa' (tepat), talpos (hancur berantakan) |
/lk/ | pelko' (lipat), pelka' (haus), dhâlko' (bangau) |
/cc/ | cacca (cacah), kecca (becek), bâcco (basuh) |
/tt/ | tatta' (tetak), matta (mentah), tèttè (tempa) |
/TT/ | ketthok (potong), pettèk (petik), ketthang (monyet) |
/pp/ | keppay (kipas), loppa (lupa), gheppa' (tepuk) |
/bb/ | sebbâk (luka lebar) |
/bbh/ | sebbhit (sobek), sebbhut (sebut), lebbhâ' (lebat) |
/ddh/ | seḍḍhi (sedih), beḍḍhi (pasir), keḍḍhâng (pisang) |
/ggh/ | begghâ (rendam), nogghâ (terjangkau), legghâ (lega, luas) |
/jjh/ | sajjhâi (sengaja), rajjhâ (makmur), sakejjhâ' (sebentar) |
Dari daftar deret konsonan di atas:
- yang paling sering berada dalam deretan adalah /r/, /l/m dan konsonan nasal
- yang paling menonjol adalah terdapatnya bunyi kembar atau geminasi antara fonem akhir suku sebelumnya dengan fonem awal suku sesudahnya.
Hampir semua kata dalam bahasa Madura mengandung geminasi, baik yang berupa bentuk dasar maupun yang terjadi sebagai akibat dari prises sufiksasi.[6]
Penggabungan Vokal dan Konsonan
Bahasa Madura memiliki keunikan berupa kaidah penggabungan antara vokal dan konsonan yang berbeda dengan bahasa Indonesia. Kaidah-kaidah tersebut yaitu:
- Vokal [a], [ɛ], dan [ɔ] hanya dapat bergabung dengan konsonan takbersuara (/c/, /f/, /k/, /h/, /m/, /n/, /ŋ/, /ñ/, /p/, /q/, /t/, /T/) kecuali konsonan geser (/s/) yang karena proses afiksasi, pada akhir suku ultima dapat bergabung dengan vokal [â].
- Vokal [i], [u], [â] hanya dapat bergabung dengan konsonan bersuara (/b/, /bh/, /d/, /dh/, /d/, /dh/, /D/, /Dh/, /g/, /gh/, /j/, /jh/).
- Vokal [ə] dapat bergabung dengan semua jenis konsonan
- Semi-vokal (/y/ dan /w/), konsonan getar (/r/), dan konsonan sampingan (/l/) dapat bergabung dengan semua jenis konsonan, tetapi pada kenyataannya bergantung pada pada jenis konsonan pada suku kata sebelumnya. Jika konsonan pada suku kata sebelumnya merupakan konsonan takbersuara, maka vokal yang bergabung dengan konsonan tersebut akan terealisasi sebagai vokal bawah atau tengah, demikian juga sebaliknya, kalau konsonan pada suku kata berupa konsonan bersuara, maka vokal yang tergabung dengan vokal tersebut akan terealisasi sebagai vokal atas.
Penggunaan unsur leksikal yang tidak sesuai dengan fonotaktik bahasa Madura tersebut dapat dipastikan merupakan unsur pungutan, dan bukan merupakan kosakata asli bahasa Madura.
Tata Bahasa
Pronomina persona
Pronomina persona adalah pronomina yang dipakai untuk mengacu ke orang; yang dibagi menjadi pronomina persona pertama, kedua, dan ketiga. Pronomina persona yang digunakan dalam bahasa Madura adalah sebagai berikut:
Persona | Tingkat tutur | |||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
enjâ'-iyâ | engghè-enten | engghi-enten | èngghi-bhuenten | |||||
tunggal | jamak | tunggal | jamak | tunggal | jamak | tunggal | jamak | |
I | sɛŋkɔʔ | - | bulâ | - | kaulâ | kaulâ sadhâjâ |
|
- |
II | baʔna | - | dhika | - | sampɜyan | sampɜyan sadhâjâ |
|
- |
III | - | - | - | - | - | - | - | - |
Bahasa Madura juga memiliki pronomina tak tentu antara lain sabbhân orèng 'masing-masing', dhibi' 'sendiri', bi'-dhibi' 'masing-masing', sapa orèng 'barang siapa', sapa bhâi 'siapa saja', ano 'anu' dan sebagainya.[6]
Demonstrativa
dekat | jauh | |
---|---|---|
netral | arèya, jârèya[6], jajiyâ, jiyâ[5] 'ini' | arowa[6], juwâ[5] 'itu' |
lokal | diyâ, dinna' 'sini' | jâdiyâ, dissa' 'sana' |
modal | bâriyâ 'begini' | cara jârèya 'begitu' |
Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk benda dan kejadian adalah: arèya 'ini', jârèya 'itu', dan arowa 'itu'. Dalam penggunaan, a pada kata arèya dan arowa sering dilesapkan; sehingga kata-kata tersebut sering dituturkan rèya, jârèya, dan rowa.[6]
Demonstrativa yang digunakan sebagai penunjuk tempat adalah: diyâ 'sini', dinna' 'sini', jâdiyâ 'situ', dan dissa' 'sana'. Dalam penggunaan, antara diyâ dan dinna' sering tumpang tindih atau saling berganti, dan yang paling sering digunakan adalah diyâ. Akan tetapi, antara jâdiyâ dan dissa' tidak pernah tejadi penggunaan yang tumpang tindih; karena keduanya tidak dapat saling menggantikan kata yang lain. Sebagai penunjuk tempat kata-kata tersebut biasanya dirangkaikan dengan preposisi pengacu arah: è 'di', dâri 'dari', dan
dâ' atau ka 'ke'. Demonstrativa yang digunakan untuk penunjuk ihwal ialah bâriyâ 'begini', cara jârèya 'begitu', dan iyâ arèya 'yaitu'.[6]
Nomina
Nomina dalam bahasa Madura berdasarkan bentuk dapat dikategorikan menjadi dua antara lain nomina dasar dan turunan.
Nomina dasar
Nomina dasar adalah nomina yang berupa bentuk dasar, tidak dirangkai dengan satuan lain.
tasè' | laut, pantai |
angèn | angin, udara |
ombâ' | ombak |
pancèng | pancing |
jhuko' | ikan |
tarètan | saudara |
tegghâl | ladang |
bengko | rumah |
ana' | anak |
binè | istri |
lakè | suami |
soso | payudara |
soko | kaki |
kopèng | telinga |
Nomina turunan
Nomina turunan adalah nomina yang berupa bentuk kompleks. Nomina turunan dalam bahasa Madura dapat dikelompokkan menjadi (a) nomina berafiks, (b) nomina reduplikasi, (c) nomina gabungan proses, dan (d) nomina komposisi.
kapèssèan | keuangan |
pabengkon | tempat tinggal |
pasampanan | tukang sampan |
kaparloan | keperluan |
pamandiân | pemandian |
nè-binè | bibit |
bâbinè | perempuan |
tatello' | tiga buah |
lân-jhâlân | tempat berjalan |
ghu'-tegghu' | pegangan |
tètèngghun | tontonan |
bâbellin | pembelian |
bâbâlân | nasehat |
ko-bengkoan | rumah-rumahan |
rân-jhârânan | kuda-kudaan |
para' sèyang | dini hari |
ghumo' dâdâ | bukit dada |
pè-sapèan pappa | penurut |
bhârâng panas | barang haram |
kaca kebbhâng | cermin, contoh |
Numeralia
Angka | Bentuk dasar | Singkatan | Klitika |
---|---|---|---|
1 | Sèttong | Tong | Sa |
2 | Duwâ' | Wâ' | Du |
3 | Tello' | Lo' | Tello |
4 | Empa' | Pa' | Pa' |
5 | Lèma' | Ma' | Lèma |
6 | Ennem | Nem | Nem |
7 | Pètto' | To' | Pèttong |
8 | Bâllu' | Lu' | Bâllung |
9 | Sanga' | Nga' | Sangang |
Bilangan gugus atau bentuk klitika dalam numeralia dimulai dengan sa"satu". Bilangan gugus yang penyebutannya khusus adalah saghâmè' "dua puluh lima", saèket/sèket "lima puluh", dan sabidhâk "enam puluh". Komponen yang digunakan untuk menyebut bilangan gugus adalah polo "puluh", ratos "ratus", èbu "ribu", dan juta "juta". Contoh penggunaannya yaitu:
10 | sapolo | 100 | saratos |
20 | dupolo | 200 | duratos |
30 | tello polo | 600 | nemmatos |
40 | pa' polo | 700 | pèttong atos |
50 | saèket | 8000 | bâllung èbu |
60 | sabidhâk | 9000 | sangang èbu |
70 | pèttong polo | 60000 | sabidhâk èbu |
80 | bâllung polo | 1000000 | sajuta |
90 | sangang polo | 4000000 | pa'juta |
Kosakata
Bahasa Madura merupakan anak cabang dari bahasa Austronesia ranting Melayu-Polinesia, sehingga mempunyai kesamaan dengan bahasa-bahasa daerah lainnya di Indonesia.
Bahasa Madura memiliki asal usul yang erat dengan bahasa Jawa Kuno (mengingat dalam Kakawin Nagarakretagama pupuh 15 yakni Pulau Madura dahulu masih satu daratan dengan Pulau Jawa). Bahasa Madura juga memiliki serapan dari bahasa Melayu sebagai sesama bangsa Austronesia, bahasa Arab, bahasa Tionghoa, dan beberapa bahasa lainnya. Bahasa Madura juga memiliki keterkaitan erat dengan Bahasa Sunda, Bahasa Jawa, dan Bahasa Bali mengingat masih merupakan satu komunitas budaya. Sebagian besar kata-kata dalam bahasa Madura berakar dari bahasa Melayu, bahkan ada beberapa kata yang mirip dengan yang ada pada dengan bahasa Minangkabau, tetapi sudah tentu dengan lafal yang berbeda. Minangkabau mengucapkan "a" sebagai "o" pada posisi akhir, sedangkan pada bahasa Madura, diucapkan "ə" ("e" pepet) atau "a".
Contoh:
- bilâ (huruf "â" dibaca [ə] ) sama dengan bahasa Melayu, bila = kapan
- orèng = orang
- tadâ' = tidak ada (hampir sama dengan kata tadak dalam Melayu Pontianak)
- dimma (baca: dimmah) = mana? (hampir serupa dengan dima di Minangkabau)
- tanya = tanya
- cakalan = tongkol (hampir mirip dengan kata Bugis: cakalang tetapi tidak sengau)
- ongghu = sungguh, benar (dari kata sungguh)
- kamma (baca: kammah mirip dengan kata kama di Minangkabau) = ke mana?
Sistem pengucapan
Bahasa Madura mempunyai sistem pelafalan yang unik. Begitu uniknya sehingga orang luar Madura yang berusaha mempelajarinyapun mengalami kesulitan, khususnya dari segi pelafalan tadi.
Bahasa Madura mempunyai lafal sentak dan ditekan terutama pada konsonan [b], [d], [j], [g], jh, dh dan bh atau pada konsonan rangkap seperti jj, dd, dan bb. Namun penekanan ini sering terjadi pada suku kata bagian tengah.
Sedangkan untuk sistem vokal, Bahasa Madura mengenal vokal [a], [i], [u], [e], [ə] dan [o].
Tingkatan bahasa
Bahasa Madura sebagaimana bahasa-bahasa di kawasan Jawa dan Bali juga mengenal tingkatan-tingkatan, tetapi agak berbeda karena hanya terbagi atas tiga tingkat yakni:
- Bentuk Kalimat Paling Sopan, Paling Formal (Èngghi-Bhunten)
Èngghi-Bhunten adalah bentuk kalimat yang paling sopan dan paling halus yang digunakan untuk menunjukkan rasa hormat terhadap orang yang diajak bicara ataupun yang sedang dibicarakan. Seperti berbicara kepada orang tua, orang yang lebih tua, orang yang lebih tinggi jabatannya, pemuka agama, tokoh masyarakat, dan tokoh-tokoh yang dihormati oleh masyarakat umum.
- Bentuk Kalimat Sopan, Alami, Formal (Engghi-Enten)
- Bentuk Kalimat Santai, Informal, Akrab (Enjâ'-iyâ)
Enjâ'-iyâ adalah bentuk kalimat yang digunakan dalam situasi keakraban di antara teman sebaya atau orang-orang yang lebih muda. Enjâ'-iyâ biasanya sering dipakai dalam kehidupan pergaulan sehari-hari. Enjâ'-iyâ tidak umum digunakan ketika dalam pertemuan pertama, biasanya penutur meminta izin terlebih dahulu untuk menggunakan Enjâ'-iyâ setelah mengenal satu sama lain. Terhadap penutur yang lebih muda atau anak-anak, Enjâ'-iyâ umum dan dapat diterima untuk digunakan tanpa meminta izin terlebih dahulu.
Penggunaan Enjâ'-iyâ terhadap senior atau orang yang lebih tua atau tinggi jabatannya tanpa izin, dianggap tidak sopan. Enjâ'-iyâ hanya digunakan dengan orang yang sebaya usianya, dengan orang yang lebih muda, atau (jika dengan orang yang lebih tua) harus seizin orang tersebut.
Jika tidak diketahui usia atau status orang yang diajak bicara, lebih baik tidak menggunakan Enjâ'-iyâ. Namun jika tahu orang tersebut usianya lebih muda, boleh menggunakan Enjâ'-iyâ, tapi untuk kenyamanan lebih baik minta izin terlebih dahulu untuk menggunakan Enjâ'-iyâ.
Contoh:
- "Saponapa arghâèpon pao panèka?" : Berapa harga mangganya? (Èngghi-Bhunten)
- "Sanapè arghâna paona?" : Berapa harga mangganya? (Engghi-Enten)
- "Bârâmpa arghâna paona?" : Berapa harga mangganya? (Enjâ'-iyâ)
Dialek-dialek bahasa Madura
Bahasa Madura juga mempunyai dialek-dialek yang tersebar di seluruh wilayah tuturnya. Di Pulau Madura sendiri pada galibnya terdapat beberapa dialek seperti:[7][a 1]
- Dialek Bangkalan (di Bangkalan)
- Bawean (di pulau Bawean)
- Pamekasan (di Pamekasan)
- Sampang (di Sampang)
- Sapudi (di pulau Sapudi)
- Sumenep (di Sumenep)
Dialek yang dijadikan acuan standar bahasa Madura adalah dialek Sumenep, karena Sumenep pada masa lalu merupakan pusat kerajaan dan kebudayaan Madura. Sedangkan dialek-dialek lainnya merupakan dialek rural yang lambat laun bercampur seiring dengan mobilisasi yang terjadi di kalangan masyarakat Madura. Untuk di pulau Jawa, dialek-dialek ini sering kali bercampur dengan Bahasa Jawa sehingga kerap mereka lebih suka dipanggil sebagai Bahasa Madura Pendalungan daripada sebagai Madura. Masyarakat di Pulau Jawa, terkecuali daerah Situbondo, Bondowoso, dan bagian timur Probolinggo umumnya menguasai Bahasa Jawa selain Madura.
Contoh pada kasus kata ganti "kamu":
- kata bâ'en umum digunakan di Madura. Namun kata be'na dipakai di Sumenep.
- sedangkan kata kakè untuk kamu lazim dipakai di Bangkalan bagian timur dan Sampang.
- Hède dan Sède dipakai di daerah pedesaan Bangkalan.
Perbandingan bahasa
Perbandingan dengan bahasa Melayu
- Dâpor = Dapur
- Kangan = Kanan
- Bânnya' = Banyak
- Maso' = Masuk
- Soro = Suruh
Perbedaan imbuhan di depan, contohnya:
- Ngakan = Makan
- Ngènom = Minum
- Arangka' = Merangkak
- Ju'-toju' = Duduk-duduk
- Asapoan = Menyapu
- Acaca = Bicara
Konsonan [j] biasanya ditukar ke [d͡ʒ], seperti:
- Bâjâr = Bayar
- Lajân = Layan
- Abhâjâng = Sembahyang
Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:
- Bâbâng = Bawang
- Jhâbâ = Jawa
Perbandingan dengan bahasa Jawa
Perkataan yang sama dengan bahasa Jawa:
Bahasa Jawa = Bahasa Bawean
- Kadhung = Kadung (Bahasa Melayu = Telanjur)
- Petteng = Peteng (Bahasa Melayu = Gelap)
Konsonan [w] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [b], seperti:
Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean
- Lawang = Labâng (baca Labeng) (Bahasa Melayu = Pintu)
Konsonan [j] di pertengahan pula ditukar ke konsonan [d͡ʒ], seperti:
Bahasa Jawa ~ Bahasa Bawean
- Payu = Paju (Bahasa Melayu = Laku)
Perbandingan dengan bahasa Banjar
Perkataan yang sama dengan bahasa Banjar:
Bahasa Banjar = Bahasa Bawean
- Mukena = Mukena (Bahasa Melayu = Telekung Sembahyang)
- Bibini' = Bibini (Bahasa Melayu = Perempuan)
Perbandingan dengan Bahasa Tagalog
Bahasa Bawean = Bahasa Tagalog
- Apoy = Apoy (Bahasa Melayu = Api)
- Èlong = Elong; penggunaan [e] (Bahasa Melayu = Hidung)
- Matay = Mamatay (Bahasa Melayu = Mati)
Contoh:
- Èson terro ka bâ'na = saya sayang kamu (di Bawean ada juga yang menyebutnya Èhon, Èson tidak dikenal di bahasa Madura)
- Bhuk, bâdâ berrus? = Bu, ada sikat? (berrus dari kata brush)
- Èkala'aken = ambilkan (di Madura èkala'aghi, ada pengaruh Jawa kuno di akhiran -aken).
- Silling = langit-langit (dari kata ceiling)
Pranala luar
- (Inggris) Ethnologue: "Madurese"
- (Inggris) Ethnologue: "Austronesia, Malayo-Polynesian, Malayo Sumbawan, Madurese"
- Ucapan dan contoh perkataan dalam bahasa Madura - kanal I Love Languages di Youtube
Referensi
- ^ Nationalencyklopedin (dalam bahasa Swedia), OCLC 185256473, Wikidata Q1165538, diakses tanggal 24 April 2022
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Madura". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Madura". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ a b c d e f g h Sofyan, Akhmad (2012-11-21). "Fonologi Bahasa Madura". Jurnal Humaniora (dalam bahasa Inggris). 22 (2): 207–218. doi:10.22146/jh.1337. ISSN 2302-9269.
- ^ a b c Davies, William D., 1954-2017. (2010). A grammar of Madurese. Berlin: De Gruyter Mouton. ISBN 978-3-11-022444-3. OCLC 665843209.
- ^ a b c d e f g Tata bahasa Bahasa Madura. Balai Bahasa Surabaya (Indonesia). Sidoarjo: Departemen Pendidikan Nasional, Pusat Bahasa, Balai Bahasa Surabaya. 2008. ISBN 978-602-8334-04-4. OCLC 658824335.
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Maduresic" (dalam bahasa Inggris). Jena, Germany: Max Planck Institute for the Science of Human History [Kota Jena, negara Jerman: Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia].
Maduresic: Kangeanese and Madurese [Rumpun bahasa Madurik: bahasa Kangean dan bahasa Madura]
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2019). "Madurese" [Bahasa Madura] (dalam bahasa Inggris). Jena, Germany: Max Planck Institute for the Science of Human History [Kota Jena, negara Jerman: Institut Max Planck untuk Ilmu Sejarah Manusia].
Kesalahan pengutipan: Ditemukan tag <ref>
untuk kelompok bernama "a", tapi tidak ditemukan tag <references group="a"/>
yang berkaitan