Lompat ke isi

Suku Pakpak

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 22 Desember 2013 03.52 oleh Relly Komaruzaman (bicara | kontrib) (Menolak 3 perubahan teks terakhir dan mengembalikan revisi 7015422 oleh Yanu Tri)
Suku Batak Pakpak
Ulos dan Rumah Batak
Daerah dengan populasi signifikan
Dairi dan Pakpak Bharat, Sumatera Utara:
Bahasa
bahasa Batak: logat Pakpak dan bahasa Indonesia juga digunakan.
Agama
Kristen, Islam, dan Parmalim.
Kelompok etnik terkait
suku Batak Humbang, suku Batak Silindung, suku Batak Samosir, suku Simalungun.

Suku Batak Pakpak adalah salah satu suku bangsa yang terdapat di Pulau Sumatera Indonesia. Tersebar di beberapa kabupaten/kota di Sumatera Utara dan Aceh, yakni di Kabupaten Dairi, Kabupaten Pakpak Bharat, Kabupaten Humbang Hasundutan, Tapanuli Tengah (Sumatera Utara), Kabupaten Aceh Singkil dan Kota Subulussalam (Provinsi Aceh)

Dalam administrasi pemerintahan, suku Pakpak banyak bermukim di wilayah Kabupaten Dairi di Sumatera Utara yang kemudian dimekarkan pada tahun 2003 menjadi dua kabupaten, yakni:

  1. Kabupaten Dairi (ibu kota: Sidikalang)
  2. Kabupaten Pakpak Bharat (ibu kota: Salak)

Suku bangsa Pakpak kemungkinan besar berasal dari keturunan tentara kerajaan Chola di India yang menyerang kerajaan Sriwijaya pada abad 11 Masehi.

Pembagian

Suku Pakpak terdiri atas 5 subsuku, dalam istilah setempat sering disebut dengan istilah Pakpak Silima Suak yang terdiri dari:

  1. Pakpak Klasen, berdomisili di wilayah Parlilitan yang masuk wilayah kabupaten Humbang Hasundutan dan wilayah Manduamas yang merupakan bagian dari kabupaten Tapanuli Tengah.
  2. Pakpak Simsim, berdiam di kabupaten Pakpak Bharat.
  3. Pakpak Boang, bermukim di propinsi Aceh yaitu di kabupaten Aceh Singkil dan kota Subulussalam. Suku Pakpak Boang ini banyak disalahpahami sebagai suku Singkil.
  4. Pakpak Pegagan, bermukim di Sumbul dan sekitarnya di Kabupaten Dairi.
  5. Pakpak Keppas, bermukim di kota Sidikalang dan sekitarnya di Kabupaten Dairi.

Marga Pakpak

  • Anakampun
  • Angkat
  • Bako
  • Bancin
  • Banurea
  • Berampu
  • Berasa
  • Beringin
  • Berutu
  • Bintang
  • Boang Manalu
  • Capah
  • Cibro
  • Gajah Manik
  • Gajah
  • Kabeaken
  • Kesogihen
  • Kaloko
  • Kombih
  • Kudadiri
  • Lingga
  • Maha
  • Maharaja
  • Manik
  • Matanari
  • Meka
  • Maibang
  • Padang
  • Padang Batanghari (BTH)
  • Pasi
  • Penarik Pinayungan
  • Sambo
  • Saraan
  • Sikettang
  • Sinamo
  • Sitakar
  • Solin
  • Saing
  • Tendang
  • Tinambunan
  • Tinendung
  • Tumangger
  • Turutan
  • Ujung

Suku bangsa Pakpak diikat oleh struktur sosial yang dalam istilah setempat dengan sulang silima. Sulang silima terdiri dari lima unsur yakni: 1. Sinina tertua (Perisang-isang (keturunan atau generasi tertua) 2. Sinina penengah (Pertulan tengah (keturunan atau generasi yang di tengah) 3. Sinina terbungsu (perekur-ekur = keturunan terbungsu) 4. Berru (kerabat penerima gadis) 5. Puang (kerabat pemberi gadis)

Kelima unsur ini sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan dalam berbagai aspek kehidupan terutama dalam sistem kekerabatan, upacara adat maupun dalam konteks komunitas lebbuh atau kuta. Artinya ke lima unsur ini harus terlibat agar keputusan yang diambil menjadi sah secara adat.

Upacara adat Pakpak dinamakan dengan istilah kerja atau kerja-kerja. Namun saat ini sering juga digunakan istilah pesta. Upacara adat tersebut terbagi atas dua bagian besar yakni: 1. Upacara adat yang terkait dengan suasana hati gembira dinamakan kerja baik; 2. Upacara adat dalam suasana tidak gembira dinamakan kerja jahat.

Contoh kerja baik adalah: merbayo (upacara perkawinan), menanda tahun (upacara menanam padi), merkottas (upacara untuk memulai sesuatu pekerjaan yang beresik0) dan lain-lain. Contoh kerja jahat adalah mengrumbang dan upacara mate ncayur ntua (upacara kematian).[1]

Sumber

  1. ^ Lister Berutu 2006. Mengenal Upacara Adat Pada Masyarakat Pakpak, Medan, Monoratama.

Pranala Luar