Lompat ke isi

Bahasa Muna

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Bahasa Muna
Wamba Wuna
Dituturkan diSulawesi, Indonesia
WilayahPulau Muna, Pulau Buton
Penutur
(300,000 per 1989, 2007)[1]
Perincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[2]

  • 300.000 (1989–2007)
Kode bahasa
ISO 639-3mnb
Glottologmuna1247[3]
IETFmnb
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC6b Threatened
Bahasa Muna dikategorikan sebagai C6b Threatened menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mulai terancam dan mengalami penurunan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [4]
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Muna merupakan sebuah bahasa Austronesia yang utamanya dituturkan di Pulau Muna dan sebagian barat laut Pulau Buton di Sulawesi Tenggara. Dokumentasi tentang bahasa Muna lumayan baik; karya akademis mengenai bahasa Muna dalam bahasa Inggris mencakup sebuah buku tata bahasa rujukan dan sebuah kamus karya ahli bahasa René van den Berg (1989, 1996).[5][6]

Bahasa ini merupakan salah satu bahasa dunia yang terancam punah dengan jumlah penutur yang semakin menurun tiap tahunnya.[7]

Klasifikasi

Bahasa Muna termasuk ke dalam subkelompok Muna–Buton, yang merupakan cabang dari kelompok Celebik dari keluarga bahasa Austronesia.[8] Dalam rumpun Muna–Buton, bahasa Muna merupakan anggota terbesar dari subcabang Munik, yang juga mencakup bahasa-bahasa yang lebih kecil, seperti bahasa Pancana, Kioko, Liabuku, Kaimbulawa, dan Busoa.[9][10]

Dialek

Bahasa Muna memiliki tiga dialek:

  • bahasa Muna "Standar", yaitu ragam bahasa Muna yang dituturkan di bagian utara serta tengah Pulau Muna, serta di pantai barat laut Pulau Buton;
  • dialek Tiworo, dituturkan di Kecamatan Tikep di barat laut Pulau Muna;
  • dialek Muna Selatan, yang memiliki dua subdialek, yaitu Gumas dan Siompu.

Perbedaan antara dialek-dialek ini kebanyakan terbatas pada kosakata, walaupun terdapat pula sedikit perbedaan fonologis.[11]

Fonologi

Konsonan

Fonem konsonan dalam bahasa Muna dijabarkan dalam tabel berikut:[12]

Konsonan
Labial Lamino-dental Alveolar Palatal Velar Uvular Glotal
Plosif nirsuara biasa p t (c) k
terpranasalisasi ᵐp ⁿt ᵑk
bersuara biasa b d̪ <dh> d (ɟ) g
terpranasalisasi ᵐb ⁿd ᵑg
Implosif ɓ <bh>
Frikatif nirsuara biasa f s h
terpranasalisasi ⁿs
bersuara ʁ <gh>
Sengau m n ŋ <ng>
Getar r
Lateral l
Aproksiman ʋ <w> (j) <y>

Catatan:

  • Fonem /ʋ/ direalisasikan sebagai aproksiman labiodental [ʋ] sebelum vokal takbulat (seperti /i/ dan /e/), dan sebagai aproksiman bilabial [β̞] sebelum vokal bulat (seperti /u/ dan /o/).[13]
  • Dalam ujaran yang cepat, deret bunyi /bu, pu, mbu, mpu/ dalam suku kata yang mendapat tekanan dapat diucapkan dengan bunyi getar sebagai [ʙu, ʙ̥u, mʙu, mʙ̥u].[14]
  • Pada kolom alveolar, /t/ dan /ⁿt/ sebetulnya merupakan konsonan apiko-dental (diucapkan dengan menempelkan ujung lidah ke gigi atas).[14]

Vokal

Terdapat lima fonem vokal dalam bahasa Muna: /a/, /i/, /u/, /e/, /o/.[15] Vokal-vokal ini dapat bergabung untuk membentuk deret bunyi dengan dua atau tiga vokal. Deret vokal dengan dua bunyi yang serupa direalisasikan sebagai vokal panjang, contohnya pada kata tuu [tu:] 'lutut'. Pada deret vokal dengan tiga bunyi, sebuah hentian glotal yang tidak fonemis dapat diselipkan setelah vokal pertama, contohnya pada kata nokoue [noko(ʔ)ue] 'ia berurat'.[16]

Struktur suku kata

Seperti banyak bahasa Sulawesi lainnya,[17] bahasa Muna hanya memiliki suku kata terbuka dengan pola KV (konsonan-vokal) dan V (vokal saja), seperti yang bisa dilihat dalam kaindea /ka.i.ⁿde.a/ 'perkebunan', padamalala /pa.da.ma.la.la/ 'serai', akumadiuandae /a.ku.ma.di.u.a.ⁿda.e/ 'akan kucuci [benda-benda tersebut] dengannya'.[18] Kata serapan dari bahasa Melayu/Indonesia dan bahasa lainnya akan diadaptasi ke dalam bentuk suku kata bahasa Muna: karadhaa /karad̪aa/ dari kata Melayu/Indonesia "kerja", kantori /kaⁿtori/ < "kantor" (dari bahasa Belanda kantoor), wakutuu /wakutuu/ < "waktu" (dari bahasa Arab waqt).[19]

Tata bahasa

Verba

Verba bahasa Muna mengalami infleksi berdasarkan modus dan persona gramatikal dari subjek dan objeknya. Persona dimarkahi secara nominatif-akusatif: awalan pemarkah persona menandai subjek dari verba transitif dan intransitif, sementara akhiran pemarkah persona menandai objek langsung dan tidak langsung dari verba.[20]

Terdapat tiga kelas verba yang masing-masingnya memiliki bentuk awalan pemarkah persona yang sedikit berbeda. Kelas-kelas verba ini dinamai berdasarkan bentuk awalan pemarkah persona pertama-nya.[21]

kelas a- kelas ae- kelas ao-
realis irealis realis irealis realis irealis
1.sg a- a- ae- ae- ao- ao-
2.sg.fam o- o- ome- ome- omo- omo-
1.sg.hon to- ta- te- tae- to- tao-
3.sg no- na- ne- nae- no- nao-
1.du.incl do- da- de- dae- do- dao-
1.pl.incl do- -Vmu da- -Vmu de- -Vmu dae- -Vmu do- -Vmu dao- -Vmu
1.pl.excl ta- ta- tae- tae- tao- tao-
2.pl.fam o- -Vmu o- -Vmu ome- -Vmu ome- -Vmu omo- -Vmu omo- -Vmu
2.pl.hon to- -Vmu ta- -Vmu te- -Vmu tae- -Vmu to- -Vmu tao- -Vmu
3.pl do- da- de- dae- do- dao-

Untuk verba kelas ae- dan ao-, pemarkahan modus cukup menggunakan awalan subjek yang sesuai:[22]

de-basa 'kita membaca' (realis) ~ dae-basa 'kita akan membaca' (irealis)
no-lodo 'dia tidur' (realis) ~ nao-lodo 'dia akan tidur' (irealis)

Untuk verba kelas a-, pemarkahan modus irealis harus mengikutsertakan sisipan <um>:

no-horo 'ia terbang' (realis) ~ na-h<um>oro 'ia akan terbang' (irealis)

Verba intransitif umumnya menggunakan prefiks kelas a- atau ao-. Secara umum, verba kelas a- merupakan verba intransitif dinamis, sementara verba kelas ao- merupakan verba intransitif statif.[23] Kecuali dalam beberapa kasus, verba transitif biasanya menggunakan prefiks kelas ae- jika memiliki objek taktakrif, tetapi menggunakan prefiks kelas a- jika memiliki objek yang takrif.[24]

ne-ala-mo kapulu 'Ia mengambil (sebuah) parang' (taktakrif, prefiks kelas ae-)
no-ala-mo kapulu-no 'Ia mengambil parangnya' (takrif, prefiks kelas a-)

Terdapat dua set akhiran untuk objek, masing-masingnya memarkahi objek langsung dan taklangsung.[25]

langsung taklangsung
1.sg -kanau -kanau
2.sg.fam -ko -angko
2.sg.hon -kaeta -kaeta
3.sg -e -ane
1.du./pl.incl --- ---
1.pl.excl -kasami -kasami
2.pl.fam -koomu -angkoomu
2.pl.hon -kaetaamu -kaetaamu
3.pl -da -anda

Penggabungan dua sufiks hanya dapat dilakukan antara sufiks-sufiks objek taklangsung dan sufiks objek taklangsung persona ketiga tunggal -e:[26]

a-ghumoli-angko-e 'akan kubelikan itu untukmu.'

Rujukan

Sitiran

  1. ^ Muna di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ Ethnologue; tanggal terbit: 2015; nomor edisi: 15.
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Muna". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ "Bahasa Muna". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  5. ^ van den Berg (1989).
  6. ^ van den Berg (1996).
  7. ^ van den Berg, René (2014). "Juara Satu dan Dua: Membandingkan Situasi Kebahasaan Indonesia dan Papua Nugini". Linguistik Indonesia. 32 (2): 103–129. 
  8. ^ Mead (2003).
  9. ^ van den Berg (2003), hlm. 90.
  10. ^ Donohue (2004), hlm. 33.
  11. ^ van den Berg (1989), hlm. 6–8.
  12. ^ van den Berg (1989), hlm. 16.
  13. ^ van den Berg (1989), hlm. 17–18.
  14. ^ a b van den Berg (1989), hlm. 17.
  15. ^ van den Berg (1989), hlm. 20–21.
  16. ^ van den Berg (1989), hlm. 25–27.
  17. ^ Sneddon (1993).
  18. ^ van den Berg (1989), hlm. 23–25,180.
  19. ^ van den Berg (1989), hlm. 37–40.
  20. ^ van den Berg (1989), hlm. 50.
  21. ^ van den Berg (1989), hlm. 52–57.
  22. ^ van den Berg (1989), hlm. 57–58.
  23. ^ van den Berg (1989), hlm. 55–56.
  24. ^ van den Berg (1989), hlm. 59–63.
  25. ^ van den Berg (1989), hlm. 68.
  26. ^ van den Berg (1989), hlm. 71.

Daftar pustaka

  • Donohue, Mark (2004). "The pretenders to the Muna-Buton group". Dalam John Bowden; Nikolaus Himmelmann. Papers in Austronesian subgrouping and dialectology. Pacific Linguistics 563. Canberra: Australian National University. hlm. 21–35. doi:10.15144/PL-563.21alt=Dapat diakses gratis. 
  • Mead, David (2003). "Evidence for a Celebic supergroup". Dalam Lynch, John. Issues in Austronesian historical phonology. Pacific Linguistics 550. Canberra: Australian National University. hlm. 115–141. doi:10.15144/PL-550.115alt=Dapat diakses gratis. 
  • Sneddon, J. N. (1993). "The Drift Towards Final Open Syllables in Sulawesi Languages". Oceanic Linguistics. 32 (1): 1–44. JSTOR 3623095. 
  • van den Berg, René (1989). A Grammar of the Muna Language. Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde. 139. Dordrecht: Foris Publications. ISBN 9781556713439. 
  • van den Berg, René (1996). Muna-English dictionary. Leiden: KITLV Press. 
  • van den Berg, René (2003). "The place of Tukang Besi and the Muna-Buton languages". Dalam Lynch, John. Issues in Austronesian historical phonology. Pacific Linguistics 550. Canberra: Australian National University. hlm. 87–114. doi:10.15144/PL-550.87alt=Dapat diakses gratis. 

Bacaan lanjutan

  • van den Berg, René (1987). "Beberapa Aspek Morfologi Kata Kerja Bahasa Muna". Lontara. 34: 43–52. 
  • van den Berg-Klingeman, Lydia (1987). "Klausa Relatif Bahasa Indonesia dan Bahasa Muna". Lontara. 34: 5–25. 
  • van den Berg, René (1991a). "Muna Dialects and Munic Languages: Towards a Reconstruction". Dalam Ray Harlow. Western Austronesian and Contact Languages: Papers from the Fifth International Conference on Austronesian Linguistics. VICAL. 2. Auckland: Linguistic Society of New Zealand. hlm. 21–51. 
  • van den Berg, René. "Muna historical phonology". Nusa. 33: 1–28. 
  • van den Berg, René (2004). "Notes on the southern Muna dialect". Dalam John Bowden; Nikolaus Himmelmann. Papers in Austronesian subgrouping and dialectology. Pacific Linguistics 563. Canberra: Australian National University. hlm. 129–170. doi:10.15144/PL-563.129alt=Dapat diakses gratis. 
  • van den Berg, René (1995). "Forestry, Injections and Cards: Dutch loans in Muna". Dalam Connie Baak; Mary Bakker; Dick van der Meij. Tales from a Concave World: Liber Amicorum Bert Voorhoeve. Leiden: Projects Division Department of Languages and Cultures of South-East Asia and Oceania. hlm. 191–215. 

Further reading

Pranala luar