Lompat ke isi

Suku Kangean

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kangean
  • ᨈᨕᨘ ᨀᨂᨗᨕᨛ (dalam bahasa Bugis)
  • tau Kangie (dalam bahasa Bugis)
  • to Kangayan (dalam bahasa Kangean)
  • rėng Kangėan (dalam bahasa Kangean)
Potret etnis Kangean oleh kolonial Belanda pada tahun 1890-an selama Ekspedisi Siboga di Gua Koneng yang terletak di Arjasa, Pulau Kangean
Jumlah populasi
128,000 ~ 130,100 (sensus 2010)
Daerah dengan populasi signifikan
 Indonesia (125.840 di Kepulauan Kangean)[1]
Daerah lain dengan keberadaan diaspora etnis Kangean di luar wilayah Kepulauan Kangean
Jawa
  • Jawa bagian timur
  • Jawa bagian tengah
  • Jakarta Raya
3.850
  • 2.500
  • 1.300
  • 50
  • Kalimantan 250
  • 250
  • Bali
    • Bali bagian utara
    200
  • 200
  • Madura
    • Madura bagian timur
    190
  • 190
  • Sumatra 50
  • 50
  • Bahasa
    • Kangean
      • Kangean Baku
      • Kangean Tengah
      • Kangean Timur
    Agama
    Kelompok etnik terkait

    Kangean (Kangean: to Kangayan; rėng Kangėan) adalah salah satu kelompok etnis indigenos Jawa Timur yang berasal dari Pulau Kangean di wilayah Kepulauan Kangean, yang berlokasi di Laut Bali sebelah utara. Etnis Kangean bertutur dalam bahasa Kangean dan terikat oleh kesamaan sejarah dan kebudayaan.[5]

    Tradisi

    Mamajir

    Mamajir alias Mamajěr adalah satu jenis olahraga atau pacuan tradisional khas suku Kangean yang berasal dari daerah Kolo-kolo di pulau Kangean (wilayah Kepulauan Kangean) yang biasanya menggunakan kerbau.[7]

    Pangkak

    Tradisi Pangkak merupakan sebuah tradisi asli dari Kangean. Pangkak diserap dari kata aranggak atau aranggĕk dalam bahasa Kangean yang berarti "potong" atau "memotong", mengacu pada proses menuai padi dalam kegiatan panen. Pangkak adalah tradisi merayakan hasil panen. Pelaksanaan tradisi ini merupakan wujud rasa syukur atas hasil bumi yang didapat masyarakat melalui pertanian. Masyarakat Kangean percaya bahwa upacara pangkak adalah bentuk spiritual murni dan sebagai tanda syukur kepada Tuhan atas panen yang berhasil. Pangkak juga merujuk pada gaya nyanyian akapela yang dimainkan selama upacara panen pangkak.[8][9][10] Pangkak juga kemudian digubah sebagai tradisi ritual dalam lamaran di kalangan masyarakat Kangean. Ini merupakan perpaduan ritual agrikultural dan siklus hidup yang masuk akal: perayaan kesuburan yang ditemukan dalam pangkak akan berlanjut untuk pernikahan yang sangat subur. Hubungan antara pangkak dan proses pertunangan ini ditegaskan dalam lirik lagu pangkak, yang berbunyi: "Tenangkan pikiranmu, bertunanganlah; calon pengantinmu akan datang ke rumahmu; Ketika kamu lihat dia, kamu akan menemukan semangatmu”.[11] Upacara pangkak sering diiringi kesenian tradisional dengan menggunakan Gendeng Dumik yang berarti "gendang kecil", dan terkadang Pencak Silat juga dipertunjukkan.[12]

    Bahasa Kangean:
    "Ambololo hak-hak,
    Ambololo harra,
    Akadi ombĕk gulina padi,
    Masa aranggĕk terbhik padi,
    Togur réng tani lebur eola diyĕ,
    Māsa réng tani aranggĕk padi.

    Ambololo hak-hak,
    Ambololo harra,
    Gumbhira kejung sambi ātāndhĕng,
    Ka’dissa oréng lake nabbu gendĕng,
    Tāl-ontālan palotan sambi ātandhĕng,
    Tandĕ nyaré juduh até lodang,
    Ambololo hak-hak,
    Ambololo harra."

    Bahasa Indonesia:
    "Ambololo hak-hak,
    Ambololo harra,
    Andai ombak ayunan padi,
    Masa panen dekat menanti,
    Pondokan petani indah dipandangi,
    Masanya petani memotong (menuai) padi.

    Ambololo hak-hak,
    Ambololo harra,
    Riang lagu sambil menari,
    Disana lelaki menabuh gendang,
    Saling lempar pulut sambil menari,
    Tandanya jodoh sedang dicari,
    Ambololo hak-hak,
    Ambololo harra."

    - mantra/doa/pujian yang diucapkan selama ritual pangkak oleh pawang lokal.[13]

    Budaya

    Masyarakat Kangean saling bergotong royong untuk meluncurkan perahu besar ke daerah pesisir Kangean pada 1920.
    Perahu khas Kangean di Kangean pada 1920.

    Gotong-royong adalah sebuah konsepsi etos sosialitas yang familiar bagi rakyat Indonesia (dan pada tingkat yang lebih luas mungkin juga mencakup negara-negara di maritim Asia Tenggara). Dalam bahasa di Indonesia khususnya Bahasa Jawa, gotong berarti "memikul beban dengan menggunakan bahu", sedangkan royong berarti "bersama" atau "bersama-sama", dengan demikian frase gabungan gotong royong dapat diterjemahkan secara harfiah sebagai "beban bersama". Ini diterjemahkan menjadi bekerja sama, membantu satu sama lain, atau saling membantu.[14] Fasilitas umum desa, seperti irigasi, jalan, dan rumah ibadah (masjid, gereja, dan pura) biasanya dibangun secara gotong royong, yang mana dana dan material dikumpulkan bersama. Acara komunal tradisional, seperti upacara slametan juga biasanya diadakan dalam etos semangat goyong royong, yang mana setiap anggota masyarakat diharapkan dapat berkontribusi dan berpartisipasi dalam usaha tersebut secara harmonis.[15]

    Bahasa

    Bahasa Kangean adalah bahasa yang dituturkan oleh masyarakat etnis Kangean yang berasal dari pulau Kangean.[16] Penutur bahasa Kangean berkonsentrasi di wilayah Kepulauan Kangean, yang secara geografis terletak di utara Bali dan baratlaut Lombok. Bahasa ini termasuk dalam rumpun bahasa Austronesia.

    Agama dan Kepercayaan

    Mayoritas masyarakat suku Kangean modern merupakan Muslim (dengan mayoritas penganut Islam Sunni). Sebelum terbentuknya pengadopsian Hinduisme, Buddhisme, Konfusianisme maupun Islam secara umum, penduduk asli Nusantara memiliki kepercayaan kepada entitas kekuatan spiritual rohani yang tak terlihat yang dapat berupa energi baik maupun energi buruk. Masyarakat pribumi kuno juga mempercayai bahwa nenek moyang yang telah meninggal tidak benar-benar lenyap atau hilang dari dunia, melainkan roh leluhur dapat bermetamorfosis dan memperoleh kuasa rohani seperti dewa (maupun dewi) dan tetap terlibat dalam urusan duniawi keturunan mereka. Itulah sebabnya pemujaan dan kekhidmatan untuk menghormati leluhur merupakan unsur penting dalam sistem kepercayaan kelompok-kelompok etnis pribumi di Indonesia, termasuk diantaranya yakni suku Kangean. Beberapa masyarakat suku Kangean masih melestarikan kepercayaan kuno ini dan juga mengasimilasikannya ke dalam agama yang kini umum dianut di Kangean (utamanya Islam), yang menghasilkan kepercayaan baru yang dikenal sebagai Islam Nusantara.

    Referensi

    1. ^ Kewarganegaraan, Suku Bangsa, Agama, dan Bahasa Sehari-hari Penduduk Indonesia (Hasil Sensus Penduduk 2010) [Citizenship Status, Ethnicities, Religions, and Languages of Indonesia (2010 Population Census Result)], Jakarta: Central Bureau of National Statistics of the Republic of Indonesia, 2010 
    2. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama ANI
    3. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama AoK
    4. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Indië
    5. ^ a b Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama SC
    6. ^ Gonda, Jan (1975). Selected Studies: Indonesian Linguistics. 5. Leiden: Brill. ISBN 9004042288. 
    7. ^ Kardiman, Yuyus; Yasin, Yasnita; Sholiha, Windi Marathun (2010). Masyarakat Indonesia: Teropong Antropologi Budaya Indonesia. Laboratorium Sosial Politik Press, Program Studi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan, Jurusan Ilmu Sosial Politik, Fakultas Ilmu Sosial, Universitas Negeri Jakarta. 
    8. ^ "Mouth Music: Pangkak Harvest Songs in the Kangean Islands". auralarchipelago.com. Aural Archipelago. 11 April 2018. Diakses tanggal 20 January 2021. 
    9. ^ "PANGKAK : TRADITIONAL CEREMONY FROM KANGEAN ISLAND, INDONESIA". javaisbeautiful.com. Getaway Tours Indonesia. 21 March 2012. Diakses tanggal 20 January 2021. 
    10. ^ Amalyah, Lailya Septi (2013). "ANALYSIS OF SYMBOLS USED BY KANGEAN PEOPLE IN PANGKAK TRADITIONAL CEREMONY". Thesis. University of Muhammadiyah Malang. (2013). Diakses tanggal 20 January 2021. 
    11. ^ "Mouth Music: Pangkak Harvest Songs in the Kangean Islands". auralarchipelago.com. Aural Archipelago. 11 April 2018. Diakses tanggal 20 January 2021. 
    12. ^ "Sejarah Pengadilan Negeri Sumenep". pn-sumenep.go.id. Pengadilan Negeri Sumenep Kelas II. 11 February 2020. Diakses tanggal 20 January 2021. 
    13. ^ "Sejarah Pengadilan Negeri Sumenep". pn-sumenep.go.id. Pengadilan Negeri Sumenep Kelas II. 11 February 2020. Diakses tanggal 20 January 2021. 
    14. ^ "Gotong Royong - KBBI Daring". kbbi.kemdikbud.go.id. Diakses tanggal 2020-05-23. 
    15. ^ Taylor, Paul Michael; Aragon, Lorraine V (1991). Beyond the Java Sea: Art of Indonesia's Outer Islands. Abrams. hlm. 10. ISBN 0-8109-3112-5. 
    16. ^ Kangean Speaking Peoples - Joshua Project

    Catatan kaki

    1. ^ dianut secara tradisional, yang mana terkadang dalam praktiknya bercampur juga dengan Islamisme.
    2. ^ dianut secara tradisional, khususnya bagi para sebagian etnis Kangean yang memiliki darah keturunan etnis Jawa, cabang aliran ilmu Kejawen yang populer di kalangan etnis Kangean adalah Pangasihan.
    3. ^ dianut oleh sebagian diaspora etnis Kangean yang bermukim di Bali, ataupun mereka yang memiliki ikatan dengan Bali.
    4. ^ dianut oleh sebagian diaspora etnis Kangean yang bermukim di Jawa, Madura, dan Kalimantan.
    5. ^ dianut secara tradisional, khususnya bagi para sebagian etnis Kangean yang memiliki darah keturunan Tionghoa.

    Lihat pula

    Pranala luar