Abdullah Ahmad: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: Perubahan kosmetika
k Menambah Kategori:Tokoh Islam Indonesia menggunakan HotCat
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
(26 revisi perantara oleh 9 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox orang}}
[[Berkas:Ulama Minangkabau Guru Ummat.jpg|jmpl|260x260px|Duduk dari kanan: [[Daud Rasyidi|Syekh Daud Rasyidi]], [[Muhammad Jamil Jambek|Syekh Djamil Djambek]], [[Sulaiman Ar-Rasuli|Syekh Sulaiman Ar-Rasuli]] (Inyiak Canduang), [[Ibrahim Musa|Syekh Ibrahim Musa]] (Inyiak Parabek), Syekh DR. Abdullah Ahmad]]
[[Berkas:Ulama Minangkabau Guru Ummat.jpg|jmpl|260x260px|Duduk dari kanan: [[Daud Rasyidi|Syekh Daud Rasyidi]], [[Muhammad Jamil Jambek|Syekh Djamil Djambek]], [[Sulaiman Ar-Rasuli|Syekh Sulaiman Ar-Rasuli]] (Inyiak Canduang), [[Ibrahim Musa|Syekh Ibrahim Musa]] (Inyiak Parabek), Syekh DR. Abdullah Ahmad]]Dr. H. '''Abdoellah Ahmad''' atau akrab disapa '''Tuan Dullah'''<ref name=":0">{{Cite book|last=Djaja|first=Tamar|date=1951|url=https://books.google.com/books?id=U7YM3Xpn7uUC&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22tuan+Dullah%22&q=dullah&hl=en|title=Pusaka Indonesia: (orang-orang besar tanah air)|publisher=G. Kolff|language=id}}</ref> (lahir di [[Padang Panjang]], 1878 – meninggal di [[Jati, Padang Timur, Padang|Kampung Jati]], [[Padang]], 24 November 1933 pada umur 55 tahun)<ref>https://niadilova.wordpress.com/2019/03/22/ppm-185-dr-h-abdoellah-ahmad-wafat-24-november-1933/</ref> adalah seorang [[ulama]] reformis yang turut membidani lahirnya perguruan [[Sumatra Thawalib]] di [[Sumatera Barat]].<ref name="De">[https://www.jpnn.com/news/sumatera-thawalib-sekolah-modern-islam-pertama-di-indonesia Sumatera Thawalib, Sekolah Modern Islam Pertama di Indonesia.] ''JPNN''. Retrieved November 29, 2017.</ref>


'''Abdullah Ahmad''' (lahir di [[Padang Panjang]], 1878 – meninggal di [[Padang]], 1933 pada umur 55 tahun) adalah seorang [[ulama]] reformis yang turut membidani lahirnya perguruan [[Sumatra Thawalib]] di [[Sumatra Barat]]. Ia merupakan anak dari Haji Ahmad, ulama [[Minangkabau]] yang juga seorang [[Pedagang Minangkabau|pedagang]], dan seorang ibu yang berasal dari [[Bengkulu]]. Bersama [[Abdul Karim Amrullah]], ia menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar doktor [[Honoris Causa|kehormatan]] dari [[Universitas Al-Azhar]], di [[Kairo]], [[Mesir]].
Abdullah Ahmad merupakan pendiri [[Madrasah Adabiyah|Adabiah School]], [[Persatuan Guru Agama Islam]] (PGAI), dan Normal Islam School di Padang. Bersama [[Abdul Karim Amrullah]], ia menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar doktor [[Honoris Causa|kehormatan]] dari [[Universitas Al-Azhar]], di [[Kairo]], [[Mesir]].


== Kehidupan ==
== Kehidupan awal ==
Abdullah Ahmad merupakan putra dari Syekh Ahmad Alang Lawas, seorang ulama dan saudagar kain bugis.<ref name=":0" /> Ibunya berasal dari [[Bengkulu]]. Abdullah Ahmad menyelesaikan pendidikan dasarnya pada sebuah sekolah pemerintah dan sedari kecil memperoleh pendidikan [[agama]] dari ayahnya.
Abdullah menyelesaikan pendidikan dasarnya pada sebuah sekolah pemerintah dan sedari kecil memperoleh pendidikan [[agama]] dari ayahnya. Pada tahun 1895, Abdullah Ahmad pergi ke [[Mekkah]] dan kembali ke [[Indonesia]] pada tahun 1899. Sekembalinya dari Mekkah, ia segera mengajar di Padang Panjang sembari memberantas [[bid'ah]] dan [[tarekat]]. Ia tertarik pula untuk menyebarkan pemikiran pembaruan melalui publikasi dengan menjadi agen dari berbagai majalah pembaruan, seperti Al-Imam di [[Singapura]] dan Al-Ittihad dari [[Kairo]].


Pada tahun 1895, Abdullah Ahmad pergi ke [[Mekkah]] dan kembali ke [[Indonesia]] pada tahun 1899.<ref name="Si">[https://daerah.sindonews.com/read/1109979/29/abdullah-ahmad-dan-modernisasi-islam-di-minangkabau-1463673548 Abdullah Ahmad dan Modernisasi Islam di Minangkabau.] ''Sindo News''. Retrieved November 29, 2017.</ref> Sekembalinya dari Mekkah, ia segera mengajar di Padang Panjang sembari memberantas [[bid'ah]] dan [[tarekat]]. Ia tertarik pula untuk menyebarkan pemikiran pembaruan melalui publikasi dengan menjadi agen dari berbagai majalah pembaruan, seperti ''Al-Imam'' di [[Singapura]] dan ''Al-Ittihad'' dari [[Kairo]].
Pada tahun 1906, Abdullah Ahmad pindah ke [[Padang]] untuk menjadi [[guru]], menggantikan pamannya, Sjech Gapuak yang meninggal dunia.<!--Udara Minangkabau ketika itu sangat gelap lantaran ber- tjabulnja faham bid'ah dan churafat jang menimbulkan faham- faham keliru. Hal ini, sangat menarik perhatiannja untuk ber- djuang ditengah-tengah masjarakat untuk mengadakan perubahan dari keadaan-keadaan jang rusak binasa itu. H. Abdullah Ahmad tampil kemuka menjingsingkan lengan badjunja hendak membasmi segala adat2 djahilijah jang dianggapnja tidak tjotjok dengan agama menurut ahli sunnah wal djamaah jang sebenarnja. Ketika itu, sedang hidup masalah-masalah chilafiah seperti soal „Usalli", tharikat Naksjabandi, talkin majat, makan-makan dirumah orang kematian dan seterusnja hal-hal jang lain. Segala masaalah itu dikupasnja dengan sangat radikal. Dibasminja sekuat-kuatnja dimuka umum, supaja bid'ah-bid'ah itu djangan sampai mendjadi amalan kaum muslimin terus menerus, karena njata bid'ahnja. Tentu sadja dengan sikap orang baru ini, perlawanan timbul dengan hebat dari kaum jang telah mengamalkan amalan itu. Ketika itulah ter- djadinja petjah belah diantara murid-murid tuan Sjech Ahmad Chatib jang telah banjak bertebaran itu. Setengah mendjadi golongan jang mempertahankan faham-faham tersebut, dan sete- ngahnja mendjadi orang jang menghalang dan membasminja. Waktu itulah timbulnja nama zaru dikalangan kaum Muslimin di Minangkabau jaitu, Kuno dan Madju atau Kaum Muda dan Kaum Tua. Tuan Dullah. Untuk kekuatan pendiriannja, maka ia memesan buku-buku ke Mesir dan mengadakan perhubungan dengan 'Ulama-'Ulama jang kenamaan disana. Pada tahun 1905 dikirimkannja masaalah Tharikat Naksa- bandi kepada tuan Sjech Ahmad Khatib Ali. Dari guru besar itu diterimanja djawaban setelah diperhatikannja sedjauh- djauhnja bahwa Tharikat Naksjabandi itu sama sekali tiada berasal dari agama sedikit djuga, melainkan semata-mata buatan manusia belaka, dan dianggap bid'ah dhalalah--> Di Padang, ia mengadakan tabligh dan pertemuan tentang masalah agama dan mendirikan jamaah Adabiyah beberapa tahun kemudian. Di samping itu ia memberikan pengajian pada orang dewasa. Pengajiannya dilakukan dua kali seminggu secara bergantian dari rumah ke rumah.


Pada tahun 1906, Abdullah Ahmad pindah ke [[Padang]] untuk menjadi [[guru]], menggantikan pamannya, Syekh Gapuak yang meninggal dunia.<!--Udara Minangkabau ketika itu sangat gelap lantaran ber- tjabulnja faham bid'ah dan churafat jang menimbulkan faham- faham keliru. Hal ini, sangat menarik perhatiannja untuk ber- djuang ditengah-tengah masjarakat untuk mengadakan perubahan dari keadaan-keadaan jang rusak binasa itu. H. Abdullah Ahmad tampil kemuka menjingsingkan lengan badjunja hendak membasmi segala adat2 djahilijah jang dianggapnja tidak tjotjok dengan agama menurut ahli sunnah wal djamaah jang sebenarnja. Ketika itu, sedang hidup masalah-masalah chilafiah seperti soal „Usalli", tharikat Naksjabandi, talkin majat, makan-makan dirumah orang kematian dan seterusnja hal-hal jang lain. Segala masaalah itu dikupasnja dengan sangat radikal. Dibasminja sekuat-kuatnja dimuka umum, supaja bid'ah-bid'ah itu djangan sampai mendjadi amalan kaum muslimin terus menerus, karena njata bid'ahnja. Tentu sadja dengan sikap orang baru ini, perlawanan timbul dengan hebat dari kaum jang telah mengamalkan amalan itu. Ketika itulah ter- djadinja petjah belah diantara murid-murid tuan Sjech Ahmad Chatib jang telah banjak bertebaran itu. Setengah mendjadi golongan jang mempertahankan faham-faham tersebut, dan sete- ngahnja mendjadi orang jang menghalang dan membasminja. Waktu itulah timbulnja nama zaru dikalangan kaum Muslimin di Minangkabau jaitu, Kuno dan Madju atau Kaum Muda dan Kaum Tua. Tuan Dullah. Untuk kekuatan pendiriannja, maka ia memesan buku-buku ke Mesir dan mengadakan perhubungan dengan 'Ulama-'Ulama jang kenamaan disana. Pada tahun 1905 dikirimkannja masaalah Tharikat Naksa- bandi kepada tuan Sjech Ahmad Khatib Ali. Dari guru besar itu diterimanja djawaban setelah diperhatikannja sedjauh- djauhnja bahwa Tharikat Naksjabandi itu sama sekali tiada berasal dari agama sedikit djuga, melainkan semata-mata buatan manusia belaka, dan dianggap bid'ah dhalalah--> Di Padang, ia mengadakan tablig dan pertemuan tentang masalah agama dan mendirikan jemaah Adabiah beberapa tahun kemudian. Di samping itu, ia memberikan pengajian pada orang dewasa. Pengajiannya dilakukan dua kali seminggu secara bergantian dari rumah ke rumah.<ref name="Si"/><ref name="ka">[https://www.kabarantau.com/read/321/abdullah-ahmad-orang-indonesia-pertama-mendapat-doktor-honoris-causa-universitas-al-azhar-mesir-berdarah-minang Abdullah Ahmad Orang Indonesia Pertama Mendapat Doktor Honoris Causa Universitas Al Azhar Mesir Berdarah Minang.] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20191225221039/http://www.kabarantau.com/read/321/abdullah-ahmad-orang-indonesia-pertama-mendapat-doktor-honoris-causa-universitas-al-azhar-mesir-berdarah-minang |date=2019-12-25 }} ''Kabarantau''. Retrieved November 29, 2017.</ref>
Tidak diperolehnya pendidikan yang sistematis oleh semua anak-anak pedagang di Padang, menginspirasi Abdullah Ahmad membuka sekolah Adabiyah pada tahun 1909. Abdullah Ahmad sangat aktif menulis, bahkan ia menjadi ketua persatuan wartawan di Padang pada tahun 1914. Ia mempunyai hubungan yang erat dengan pelajar-pelajar sekolah menengah di Padang dan [[Stovia|sekolah dokter]] di [[Jakarta]], serta memberikan bantuan dalam kegiatan [[Jong Sumatranen Bond]]. Pengetahuannya tentang agama sangat mendalam dan diakui oleh ulama-ulama [[Timur Tengah]] pada konferensi khilafat di Kairo tahun 1926. Pengakuan itu dibuktikan dengan pemberian gelar kehormatan dalam bidang agama sebagai doktor fid-din.


== Ulama Wartawan ==
== Kiprah ==
[[File:Vereniging Adabiah van de particuliere Hollands-Indische School te Padang met vooraan in het midden rechts M.J. de Haan-de Cock Buning met haar dochter Anna Pauline, KITLV 18135.tiff|jmpl|Para murid [[Hollandsch-Inlandsche School]] swasta Yayasan Adabiah di Padang berfoto bersama M.J. de Haan-de Cock Buning dan putrinya, Anna Pauline]]
Abdullah Ahmad menjadi pendiri majalah ''[[Al-Munir (majalah)|Al-Munir]]'' yang terbit di Padang pada tahun 1911 sampai 1916. Tahun 1913 dia mendirikan majalah berita Al-Akhbar, dan pada tahun 1916 menjadi redaktur bidang agama majalah Al-Islam yang diterbitkan [[Sarekat Islam]] di [[Surabaya]].<ref>{{Cite web|url=https://web.archive.org/web/20190902063559/https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/04/10/m297o9-hikayat-media-massa-islam-di-nusantara|title=Hikayat Media Massa Islam di Nusantara {{!}} Republika Online|date=2019-09-02|website=web.archive.org|access-date=2019-09-02}}</ref>
Tidak diperolehnya pendidikan yang sistematis oleh semua anak-anak pedagang di Padang, menginspirasi Abdullah Ahmad membuka [[Madrasah Adabiah|sekolah Adabiah]] pada tahun 1909. Abdullah Ahmad sangat aktif menulis, bahkan ia menjadi ketua persatuan wartawan di Padang pada tahun 1914. Ia mempunyai hubungan yang erat dengan pelajar-pelajar sekolah menengah di Padang dan [[Stovia|sekolah dokter]] di [[Jakarta]], serta memberikan bantuan dalam kegiatan [[Jong Sumatranen Bond]].

Abdullah Ahmad menjadi pendiri majalah ''[[Al-Munir (majalah)|Al-Munir]]'' yang terbit di Padang pada tahun 1911 sampai 1916.<ref>{{cite book | last =Ricklefs | first =Merle Calvin | author-link = | title =A History of Modern Indonesia Since C. 1200 | year =2001 | publisher =Stanford University Press | location = | isbn = |page=214}}</ref> Tahun 1913 dia mendirikan majalah berita Al-Akhbar, dan pada tahun 1916 menjadi redaktur bidang agama majalah Al-Islam yang diterbitkan [[Sarekat Islam]] di [[Surabaya]].<ref>{{Cite web|date=2019-09-02|title=Hikayat Media Massa Islam di Nusantara {{!}} Republika Online|url=https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/04/10/m297o9-hikayat-media-massa-islam-di-nusantara|website=web.archive.org|access-date=2019-09-02|archive-date=2019-09-02|archive-url=https://web.archive.org/web/20190902063559/https://www.republika.co.id/berita/dunia-islam/khazanah/12/04/10/m297o9-hikayat-media-massa-islam-di-nusantara|dead-url=unfit}}</ref>

Setelah ''Al-Munir'' berhenti terbit, Abdullah Ahmad pernah menerbitkan majalah sendiri bernama ''Al-Ittifaq Wal-lftiraq''.<ref name=":0" />

== Gelar doktor kehormatan ==
Pengetahuannya tentang agama sangat mendalam dan diakui oleh ulama-ulama [[Timur Tengah]] pada konferensi khilafat di Kairo tahun 1926. Pengakuan itu dibuktikan dengan pemberian gelar kehormatan dalam bidang agama sebagai doktor fid-din.<ref name="Si"/><ref name="ka"/>

Majalah ''[[Sinar Sumatra]]'' edisi 16 September 1926 memuat pemberitahuan sekaitan dengan syukuran gelaran doktor kehormatan yang diterima Abdullah Ahmad di Padang.<ref>https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Bentuk%20Mikro/Sinar_Sumatra_1926_09_16_001.pdf</ref>

== Referensi ==
{{Reflist}}
{{Islam di Indonesia}}


[[Kategori:Dai Indonesia|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Dai Indonesia|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Wartawan Indonesia|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Wartawan Indonesia|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Ulama Minangkabau|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Tokoh Minangkabau|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Tokoh Bengkulu|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Tokoh Bengkulu|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang Panjang|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Tokoh dari Padang Panjang|Abdullah Ahmad]]
Baris 22: Baris 36:
[[Kategori:Ulama Indonesia|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Ulama Nusantara|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Ulama Nusantara|Abdullah Ahmad]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]

Revisi terkini sejak 27 Maret 2024 16.06

Infobox orangAbdullah Ahmad

Biografi
Kelahiran1878
Padang Panjang
Kematian2 November 1933 (54/55 tahun)
Padang
Data pribadi
Kelompok etnikOrang Minangkabau
AgamaIslam
Kegiatan
Pekerjaanwartawan, ulama
Keluarga
AyahSyekh Ahmad Alang Lawas Padang
Duduk dari kanan: Syekh Daud Rasyidi, Syekh Djamil Djambek, Syekh Sulaiman Ar-Rasuli (Inyiak Canduang), Syekh Ibrahim Musa (Inyiak Parabek), Syekh DR. Abdullah Ahmad

Dr. H. Abdoellah Ahmad atau akrab disapa Tuan Dullah[1] (lahir di Padang Panjang, 1878 – meninggal di Kampung Jati, Padang, 24 November 1933 pada umur 55 tahun)[2] adalah seorang ulama reformis yang turut membidani lahirnya perguruan Sumatra Thawalib di Sumatera Barat.[3]

Abdullah Ahmad merupakan pendiri Adabiah School, Persatuan Guru Agama Islam (PGAI), dan Normal Islam School di Padang. Bersama Abdul Karim Amrullah, ia menjadi orang Indonesia terawal yang memperoleh gelar doktor kehormatan dari Universitas Al-Azhar, di Kairo, Mesir.

Kehidupan awal[sunting | sunting sumber]

Abdullah Ahmad merupakan putra dari Syekh Ahmad Alang Lawas, seorang ulama dan saudagar kain bugis.[1] Ibunya berasal dari Bengkulu. Abdullah Ahmad menyelesaikan pendidikan dasarnya pada sebuah sekolah pemerintah dan sedari kecil memperoleh pendidikan agama dari ayahnya.

Pada tahun 1895, Abdullah Ahmad pergi ke Mekkah dan kembali ke Indonesia pada tahun 1899.[4] Sekembalinya dari Mekkah, ia segera mengajar di Padang Panjang sembari memberantas bid'ah dan tarekat. Ia tertarik pula untuk menyebarkan pemikiran pembaruan melalui publikasi dengan menjadi agen dari berbagai majalah pembaruan, seperti Al-Imam di Singapura dan Al-Ittihad dari Kairo.

Pada tahun 1906, Abdullah Ahmad pindah ke Padang untuk menjadi guru, menggantikan pamannya, Syekh Gapuak yang meninggal dunia. Di Padang, ia mengadakan tablig dan pertemuan tentang masalah agama dan mendirikan jemaah Adabiah beberapa tahun kemudian. Di samping itu, ia memberikan pengajian pada orang dewasa. Pengajiannya dilakukan dua kali seminggu secara bergantian dari rumah ke rumah.[4][5]

Kiprah[sunting | sunting sumber]

Para murid Hollandsch-Inlandsche School swasta Yayasan Adabiah di Padang berfoto bersama M.J. de Haan-de Cock Buning dan putrinya, Anna Pauline

Tidak diperolehnya pendidikan yang sistematis oleh semua anak-anak pedagang di Padang, menginspirasi Abdullah Ahmad membuka sekolah Adabiah pada tahun 1909. Abdullah Ahmad sangat aktif menulis, bahkan ia menjadi ketua persatuan wartawan di Padang pada tahun 1914. Ia mempunyai hubungan yang erat dengan pelajar-pelajar sekolah menengah di Padang dan sekolah dokter di Jakarta, serta memberikan bantuan dalam kegiatan Jong Sumatranen Bond.

Abdullah Ahmad menjadi pendiri majalah Al-Munir yang terbit di Padang pada tahun 1911 sampai 1916.[6] Tahun 1913 dia mendirikan majalah berita Al-Akhbar, dan pada tahun 1916 menjadi redaktur bidang agama majalah Al-Islam yang diterbitkan Sarekat Islam di Surabaya.[7]

Setelah Al-Munir berhenti terbit, Abdullah Ahmad pernah menerbitkan majalah sendiri bernama Al-Ittifaq Wal-lftiraq.[1]

Gelar doktor kehormatan[sunting | sunting sumber]

Pengetahuannya tentang agama sangat mendalam dan diakui oleh ulama-ulama Timur Tengah pada konferensi khilafat di Kairo tahun 1926. Pengakuan itu dibuktikan dengan pemberian gelar kehormatan dalam bidang agama sebagai doktor fid-din.[4][5]

Majalah Sinar Sumatra edisi 16 September 1926 memuat pemberitahuan sekaitan dengan syukuran gelaran doktor kehormatan yang diterima Abdullah Ahmad di Padang.[8]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b c Djaja, Tamar (1951). Pusaka Indonesia: (orang-orang besar tanah air). G. Kolff. 
  2. ^ https://niadilova.wordpress.com/2019/03/22/ppm-185-dr-h-abdoellah-ahmad-wafat-24-november-1933/
  3. ^ Sumatera Thawalib, Sekolah Modern Islam Pertama di Indonesia. JPNN. Retrieved November 29, 2017.
  4. ^ a b c Abdullah Ahmad dan Modernisasi Islam di Minangkabau. Sindo News. Retrieved November 29, 2017.
  5. ^ a b Abdullah Ahmad Orang Indonesia Pertama Mendapat Doktor Honoris Causa Universitas Al Azhar Mesir Berdarah Minang. Diarsipkan 2019-12-25 di Wayback Machine. Kabarantau. Retrieved November 29, 2017.
  6. ^ Ricklefs, Merle Calvin (2001). A History of Modern Indonesia Since C. 1200. Stanford University Press. hlm. 214. 
  7. ^ "Hikayat Media Massa Islam di Nusantara | Republika Online". web.archive.org. 2019-09-02. Archived from the original on 2019-09-02. Diakses tanggal 2019-09-02. 
  8. ^ https://opac.perpusnas.go.id/uploaded_files/dokumen_isi3/Bentuk%20Mikro/Sinar_Sumatra_1926_09_16_001.pdf