Bahasa Batak Mandailing: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Kris Simbolon (bicara | kontrib)
refining
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
 
(16 revisi perantara oleh 12 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox bahasa
{{Incubator|code= btm/Main Page}}
| name = Bahasa Batak Mandailing
'''Bahasa Batak Angkola''' adalah [[bahasa]] yang paling mirip dengan [[bahasa Batak Toba]], disamping letak geografis yang berdekatan bahasa Angkola sedikit lebih lembut intonasinya daripada bahasa Toba. Bahasa Batak Angkola meliputi daerah [[Padangsidempuan]], [[Batang Toru]], [[Sipirok]], seluruh bagian kabupaten [[Tapanuli Selatan]].
| nativename = ''Saro Mandailing''
| states = Indonesia
| region = [[Sumatera Utara]] bagian selatan
| ethnicity = [[Suku Mandailing|Batak Mandailing]]
| speakers = 1,1 Juta
| date = 2000
| ref = e18
| familycolor = Austronesian
| fam2 = [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
| fam3 = [[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Inti|MP Inti]]
| fam4 = [[Rumpun bahasa Sumatera Barat Laut|Sumatera Barat Laut]]
| fam5 = [[Rumpun bahasa Batak|Batak]]
| fam6 = [[Rumpun bahasa Batak#Pembagian|Batak Selatan]]
| fam7 =
| iso3 = btm
| glotto = 1291
| glottorefname = Mandailing Batak
| script = [[Surat Batak|Batak]], [[Alfabet Latin|Latin]]
| map = Batak languages id.svg
| mapcaption = Peta persebaran rumpun bahasa [[Rumpun bahasa Batak|Batak]] di [[Sumatra]] bagian utara. Wilayah persebaran utama bahasa Batak Mandailing ditandai dengan warna ungu muda dan diberi label dengan kode ISO 639-3 "btm".
}}
{{Incubator|code =btm/Alaman Utamo|lang=bahasa Batak Mandailing}}
'''Bahasa Batak Mandailing'''<ref>[http://badanbahasa.kemdikbud.go.id/lamanbahasa/produk/1295 Medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing] ''Badan Bahasa Kemdikbud.go.id</ref> adalah bahasa yang terdapat di [[Sumatera Utara]] bagian selatan, [[Sumatera Barat]] dan [[Riau]] bagian utara. Bahasa Batak Mandailing termasuk ke dalam rumpun bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] dan merupakan bagian dari rumpun bahasa [[rumpun bahasa Batak|Batak]].


[[Bahasa Mandailing]], merupakan rumpun [[bahasa Batak]], dengan pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah [[Mandailing-Natal|Kabupaten Mandailing-Natal]] tapi tidak termasuk [[bahasa Natal]].
''Bahasa Mandailing Julu'' dan ''Mandailing Godang'' dengan pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa [[bahasa Batak Angkola|Batak Angkola]], bahkan dari bahasa [[bahasa Batak Toba|Batak Toba]]. Mayoritas penggunaannya di daerah [[Kabupaten Mandailing Natal]], tetapi tidak termasuk bahasa Natal ([[Bahasa Minangkabau|bahasa Minang]]), walaupun pengguna bahasa Natal berkerabat (seketurunan) dengan orang-orang Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya.
{{Bahasa daerah di Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Angkola-Mandailing, Bahasa}}


Sementara itu, bahasa Batak Mandailing [[Kabupaten Padang Lawas|Padang Lawas]] ([[Padang Bolak, Padang Lawas Utara|Padang Bolak]]) dipakai di wilayah Kabupaten [[Kabupaten Padang Lawas Utara|Padang Lawas Utara]] dan [[Kabupaten Padang Lawas|Padang Lawas]]. Di [[Kabupaten Pasaman|Pasaman]], [[Kabupaten Pasaman Barat|Pasaman Barat, Sumatera barat]]<nowiki/>dan [[Kabupaten Rokan Hulu|Rokan Hulu]], [[Riau]], bahasa Batak Mandailing mempunyai variasi tersendiri. Di wilayah [[Kabupaten Asahan|Asahan]], [[Kabupaten Batu Bara|Batu Bara]], dan [[Kabupaten Labuhanbatu|Labuhanbatu]], orang-orang [[Suku Mandailing|Mandailing]] umumnya memakai bahasa Melayu Pesisir Timur.
[[Kategori:Bahasa Austronesia|Angkola-Mandailing]]

[[Kategori:Bahasa di Indonesia|Angkola-Mandailing]]
{{Image|File: Manuscript in Mandailing-Batak language, southern Sumatra, probably before early 1800s - Robert C. Williams Paper Museum - DSC00365.JPG|thumb|right|300 px|[[Surat Batak|Surat ''Tulaktulak'']], aksara Mandailing sebelum 1800an}}

== Sastra Mandailing ==

=== Kesusasteran Mandailing klasik ===
Seni sastra Mandailing ditularkan melalui tradisi yang khas, misalnya melalui medium berikut:<ref name=askolani/>

1. Marturi
Tradisi bercerita dalam konteks sosial Mandailing yang dilakukan secara verbal. Cerita ditularkan secara turun-temurun. Plot menggunakan alur maju dan banyak memuat ajaran tentang budi pekerti.

2. Ende Ungut-ungut
Dibedakan atas temanya. Ende merupakan ungkapan hati, ekspresi kesedihan karena berbagai hal, misalnya kesengsaraan hidup karena kematian, ditinggalkan, dan lain-lain. Selain itu juga berisi pengetahuan, nasihat, ajaran moral, sistem kekerabatan, dan sebagainya. Ende ungut-ungut menggunakan pola pantun dengan persajakan ab-ab atau aa-aa. Sampiran biasanya banyak mengadopsi nama tumbuhan, karena adanya bahasa daun.

Contoh:
{{Verse translation|
{{lang|btm|'''Bahasa Mandailing'''
tu sigama pe so lalu
madung donok tu Ujung Gading
di angan-angan pe so lalu
laing tungkus abit partinggal}}

|'''Bahasa Indonesia'''
Ke Sigama pun tidak sampai
Sudah dekat ke Ujung Gading
Yang di angankanpun tidak sampai
Tetap tersimpan kain kenangan}}

=== Masa kolonial ===
Beberapa tonggak sastra yang berkembang pada masa kolonial antara lain:
* [[Willem Iskander]] (1840-1876) menulis buku
# “Hendrik Nadenggan Roa, Sada Boekoe Basaon ni Dakdanak.” (Terjemahan). Padang: Van Zadelhoff and Fabritius (1865)
# “Leesboek van W.C. Thurn in het Mandhelingsch Vertaald.” Batavia: Landsdrukkerij. (1871)
# “Si Bulus-bulus Si Rumbuk-rumbuk.” (1872)
# “Taringot di Ragam-ragam ni Parbinotoan dohot Sinaloan ni Alak Eropa.” Naskah ini diadaptasi dari buku “Ceritera Ilmu Kepandaian Orang Putih” yang ditulis oleh Abdullah Munsyi, seorang sastrawan dan ahli tata bahasa Melayu. (1873)

* Soetan Martua Raja (Siregar). Ia lahir dari keluarga aristokrat di Bagas Lombang Sipirok, berpendidikan HIS, sekolah elite di Pematang Siantar. Karyanya adalah:
# “Hamajuon” (Bahan Bacaan Sekolah Dasar)
# “Doea Sadjoli: Boekoe Siseon ni Dakdanak di Sikola.” (1917). Buku ini menimbulkan daya kritik terhadap pemikiran anak-anak. Ditulis dengan aksara Latin (Soerat Oelando) yang relatif mengembangkan pedagogik sekuler. Buku ini mengadopsi poda, semacam storyteller yang berisi petuah, ajaran moral dalam konteks tingkat berpikir anak-anak.
# “Ranto Omas” (Golden Chain), 1918.

* Soetan Hasoendoetan (Sipahutar), penulis novel dan jurnalis. Karya-karyanya:
# Turi-Turian (cerita bertutur, mengisahkan hubungan interaksi antara manusia dengan penguasa langit)
# “Sitti Djaoerah: Padan Djandji na Togoe.” (1927-1929), sebuah serial berbahasa Angkola Mandailing yang dimuat secara berantai dalam 457 halaman. Serial ini dimuat di mingguan “Pustaha” yang terbit di Sibolga. Kisah ini diyakini menjadi alasan pembaca membeli surat kabar tersebut. Serial ini mengadopsi cerita-cerita epik, turi-turian, dan berbagai terminologi sosial masyarakat Angkola-Mandailing dan ditulis dengan gaya bertutur novel. Ini selaras dengan berkembangnya berbagai novel berbahasa Melayu yang dipublikasikan pemerintah kolonial. Dalam sejarah kesusastraan Indonesia, masa ini dikenal dengan masa Angkatan Balai Pustaka atau Angkatan 20-an. Soetan Hasundutan mengatakan bahwa ia menulis novel roman ini karena terinspirasi dengan novel “Siti Nurbaja” (Marah Rusli, 1922) yang sangat populer ketika itu.
# “Datoek Toengkoe Adji Malim Leman.” (1941), terbitan Sjarief, Pematang Siantar.
* Mangaradja Goenoeng Sorik Marapi, menulis buku “Turian-turian ni Raja Gorga di Langit dohot Raja Suasa di Portibi.” Buku ini diterbitkan Pustaka Murni Pematang Siantar bertajuk tahun 1914.
* Sutan Pangurabaan. Karyanya, “Ampang Limo Bapole.” (1930), “Parkalaan Tondoeng” (1937), “Parpadanan” (1930), dan sebuah buku berbahasa Melayu “Mentjapai Doenia Baroe” (1934). Di samping buku-buku yang ditulis Willem Iskander, buku-bukunya juga menjadi buku bacaan untuk sekolah-sekolah masa kolonial.
* Soetan Habiaran Siregar menggali bahasa, tari-tarian, dan lagu yang berasal dari Angkola-Mandailing. Ia menulis beberapa turi-turian, antara lain: “Turi-turian ni Tunggal Panaluan”, “Panangkok Saring-Saring tu Tambak na Timbo” (1983), dan lain-lain. Selain itu, ia juga membuat komposisi lagu yang dibuat menggunakan komposisi beat berirama cha-cha.
Selain sastra berbahasa Mandailing Angkola tersebut, penting dicatat tumbuhnya sastra Indonesia yang berbahasa Melayu tetapi dengan mengadopsi warna lokal. Misalnya novel “Azab dan Sengsara” (1921) yang ditulis Merari Siregar. Novel ini mengangkat kontekstual adat dan budaya semacam kawin paksa, harta warisan, hubungan kekerabatan, dan tradisi lokal Mandailing-Angkola.<ref name=askolani/>

=== Kontemporer ===
Sastra Mandailing kontemporer tidak lagi berkembang sejak pra-kemerdekaan, dikarenakan berubahnya kurikulum pendidikan yang memakai bahasa Nasional dengan sendirinya mengikis pemakaian bahasa Mandailing.<ref name =askolani/>

=== Entertainment ===
Sastra dalam lirik lagu dan drama musikal berbahasa Mandailing antara lain:
* Drama musikal tahun 1970an dalam kepingan tape kaset recorder.
* Drama "[[Sampuraga]] namaila marina".
* Album lagu Mandailing dalam kepingan vcd periode awal.
* Album lagu Tapsel, Madina, Palas dan Paluta.<ref name=askolani>{{citeweb |url=http://www.jendelasastra.com/wawasan/artikel/kesusastraan-mandailing |title =Kesusatraan Mandailing |publisher =www.jendelasastra.com |author=Askolani Nasution |date =27 Januari 2014}}</ref>

== Ragam bahasa ==
Berdasarkan klasifikasi bahasa yang ditawarkan Slamet Mulyana, bahasa Mandailing termasuk rumpun bahasa [[rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]]. Pangaduan Lubis ada mengemukakan bahwa di dalam bahasa Mandailing terdapat lima ragam bahasa yang masing-masing kosakatanya berbeda satu sama lain yaitu:<ref name =tulila/>
# ''Hata somal'' yaitu ragam bahasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
# ''Hata andung'' yaitu ragam bahasa sastra yang dipakai dalam tradisi mangandung (meratap) pada upacara adat perkawinan atau kematian.
# ''Hata teas dohot jampolak'' yaitu ragam bahasa yang dipakai dalam pertengkaran atau mencaci maki.
# ''Hata si baso'' yaitu ragam bahasa yang digunakan khusus oleh si baso (tokoh shaman) atau datu.
# ''Hata parkapur'' yaitu ragam bahasa yang digunakan orang Mandailing pada masa lalu ketika mereka mencari kapur barus.<ref>{{cite web |url=http://www.mandailingonline.com/mengenal-bahasa-mandailing-bagian-1/ |author =[[Basyral Hamidy Harahap]] |publisher =www.mandailingonline.com |title =Mengenal Bahasa Mandailing-bagian 1 |date =17 november 2018}}</ref>

Contoh kosakata:

{| class="wikitable sortable"
|-
! Bahasa Indonesia !! Hata somal !! Hata andung !! Hata teas !! Hata si baso !! Hata parkapur
|-
| Mata || Mata ||Simanyolong||Loncot||-||
|-
| Daun sirih || Burangir || Simanggurak ||-|| Situngguk ||
|-
| Harimau || Babiat || - ||-||-|| Ompungi/Namaradati
|}

Di masa lalu orang Mandailing juga memiliki satu alat komunikasi atau jenis bahasa tertentu yang disebut ''Hata bulung-bulung'' (bahasa dedaunan) semacam daun lontar. Bahasa ini bukanlah berupa lambang bunyi melainkan menggunakan daun tumbuhan sebagai perlambangnya.<ref name=tulila>{{cite book |author =Edi Nasution |last1= |first1= |last2= |first2= |editor-last= |editor-first=Edi Nasution |title=Tulilla, Muzik bujukan Mandailing |publisher=Arecabooks|date=2007|origyear=|pages=31|chapter= Bahasa Mandailing|chapterurl=https://books.google.co.id/books?id=tTa__ZfyMhEC&pg=PA31&lpg=PA31&dq=Hata+jampolak,+Hata+Andung&source=bl&ots=ZT-0T6R1Zq&sig=kn0Hu-YZqXVstSXx83VPPc2S2ZA&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwimoYrsiOPZAhWE6Y8KHe6iBJEQ6AEwAHoECAgQAQ#v=onepage&q=Hata%20jampolak%2C%20Hata%20Andung&f=false
|isbn=9789834283445
|lastauthoramp=y}}</ref><ref>{{cite web |url= http://www.mandailingonline.com/mengenal-bahasa-mandailing-4-selesai/ |title = Mengenal Bahasa Mandailing-bagian 4 |author = [[Basyral Hamidy Harahap]] |publisher =www.mandailingonline.com |date =21 November 2016 |accessdate =11 maret 2018}}</ref>

== Kalimat pertanyaan ==
{| class="wikitable sortable"
|-
! Bahasa Indonesia !! Bahasa Mandailing
|-
| Apa || Aha
|-
| Bagaimana || Songondia/Biadoma
|-
| Berapa || Sadia
|-
| Di mana || Idia
|-
| Kemana || Tudia
|-
| Dari mana || Tingondia/Ngundia
|-
| Mana || Idia
|-
| Siapa || Ise
|-
| Mengapa || Asi
|-
| Kapan || Andigan
|-
| Kenapa || Maoa/Mangoa
|}

== Kalimat petunjuk ==
{| class="wikitable sortable"
|-
! Bahasa Indonesia !! Bahasa Mandailing
|-
| Ini || On/Onbo
|-
| Itu || Adun/Adunbo
|-
| Sini || Tuson
|-
| Situ || Tusi
|-
| Sana || Sodun
|}

== Marsipoda ==
{| class="wikitable sortable"
|-
| Saya || Au
|-
| Kamu || Homa
|-
| Dia || Ia
|-
| Mereka || Alai
|}

== Silsilah keluarga ==
{| class="wikitable sortable"
|-
! Bahasa Indonesia !! Bahasa Mandailing
|-
| Kakek || Ompung godang
|-
| Nenek || Ompung Menek
|-
| Ayah || Amang
|-
| Ibu || Inang
|-
|Anak laki-laki ||Anak
|-
|Anak Perempuan ||Boru
|-
|Kakak||Angkang
|-
|Adik ||Anggi
|-
|Paman (pihak ayah)
|Uda'
|-
|Istri Paman (pihak ayah) ||Nanguda'/Inanguda'
|-
|Paman (pihak Ibu)
|Tulang/mamak
|-
|istri Paman (pihak Ibu) ||Nantulang/Inangtulang
|-
|Bibi
|Bouk (pihak ayah) Ujing/Etek (pihak ibu)
|-
|Sepupu (laki-laki) ||Kahanggi
|-
|Sepupu (perempuan) ||iboto/ito
|-
|Istri/Suami Saudara ||Ipar
|-
|Suami dari Adik/Kakak Istri ||Pariban
|-
|Anak Saudara (laki-laki) ||Anak
|-
|Anak Saudara (perempuan) ||Bere
|-
|Cucu||Pahoppu
|}

== Bacaan lebih lanjut ==
* {{en icon}} Adelaar,Alexande,''The Austronesian Languages of Asia and Madagascar:A Historical perspective;''The Austronesian languages of Asia and Madagascar,pp&nbsp;2005,ISBN 0-7007-1286-0
* {{id icon}} Siregar,Ahmad Samin,''Kamus Bahasa Angkola/Mandailing Indonesia'',Jakarta:Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa,Departemen Pendidikan dan Kebuydayaan,1997

== Referensi ==
{{Reflist}}

{{Suku Bangsa Batak}}
{{Bahasa daerah di Indonesia}}


[[ms:Bahasa Angkola-Mandailing]]
[[Kategori:Bahasa di Indonesia|Mandailing]]
[[Kategori:Bahasa di Malaysia|Mandailing]]
[[Kategori:Bahasa di Sumatra|Mandailing]]
[[Kategori:Rumpun bahasa Austronesia|Mandailing]]
[[Kategori:Bahasa di Sumatera Utara|Mandailing]]
[[Kategori:Bahasa di Sumatera Barat|Mandailing]]
[[Kategori:Bahasa di Riau|Mandailing]]
[[Kategori:Rumpun bahasa Batak|Mandailing]]
[[Kategori:Batak|Mandailing]]
[[Kategori:Batak Mandailing]]
[[Kategori:Mandailing]]
[[Kategori:Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Mandailing]]

Revisi terkini sejak 8 April 2024 11.45

Bahasa Batak Mandailing
BPS: 0019 5
Saro Mandailing
Dituturkan diIndonesia
WilayahSumatera Utara bagian selatan
EtnisBatak Mandailing
Penutur
1,1 Juta (2000)[1]
Rincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[2]

  • 1.100.000
Lihat sumber templat}}
Batak, Latin
Kode bahasa
ISO 639-3btm
Glottolog1291[3]
BPS (2010)0019 5
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC6b Threatened
Bahasa Batak Mandailing dikategorikan sebagai C6b Threatened menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mulai terancam dan mengalami penurunan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [4]
Lokasi penuturan
Peta persebaran rumpun bahasa Batak di Sumatra bagian utara. Wilayah persebaran utama bahasa Batak Mandailing ditandai dengan warna ungu muda dan diberi label dengan kode ISO 639-3 "btm".
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Batak Mandailing[5] adalah bahasa yang terdapat di Sumatera Utara bagian selatan, Sumatera Barat dan Riau bagian utara. Bahasa Batak Mandailing termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia dan merupakan bagian dari rumpun bahasa Batak.

Bahasa Mandailing Julu dan Mandailing Godang dengan pengucapan yang lebih lembut lagi dari bahasa Batak Angkola, bahkan dari bahasa Batak Toba. Mayoritas penggunaannya di daerah Kabupaten Mandailing Natal, tetapi tidak termasuk bahasa Natal (bahasa Minang), walaupun pengguna bahasa Natal berkerabat (seketurunan) dengan orang-orang Kabupaten Mandailing Natal pada umumnya.

Sementara itu, bahasa Batak Mandailing Padang Lawas (Padang Bolak) dipakai di wilayah Kabupaten Padang Lawas Utara dan Padang Lawas. Di Pasaman, Pasaman Barat, Sumatera baratdan Rokan Hulu, Riau, bahasa Batak Mandailing mempunyai variasi tersendiri. Di wilayah Asahan, Batu Bara, dan Labuhanbatu, orang-orang Mandailing umumnya memakai bahasa Melayu Pesisir Timur.

Surat Tulaktulak, aksara Mandailing sebelum 1800an

Sastra Mandailing[sunting | sunting sumber]

Kesusasteran Mandailing klasik[sunting | sunting sumber]

Seni sastra Mandailing ditularkan melalui tradisi yang khas, misalnya melalui medium berikut:[6]

1. Marturi Tradisi bercerita dalam konteks sosial Mandailing yang dilakukan secara verbal. Cerita ditularkan secara turun-temurun. Plot menggunakan alur maju dan banyak memuat ajaran tentang budi pekerti.

2. Ende Ungut-ungut Dibedakan atas temanya. Ende merupakan ungkapan hati, ekspresi kesedihan karena berbagai hal, misalnya kesengsaraan hidup karena kematian, ditinggalkan, dan lain-lain. Selain itu juga berisi pengetahuan, nasihat, ajaran moral, sistem kekerabatan, dan sebagainya. Ende ungut-ungut menggunakan pola pantun dengan persajakan ab-ab atau aa-aa. Sampiran biasanya banyak mengadopsi nama tumbuhan, karena adanya bahasa daun.

Contoh:

Bahasa Mandailing
tu sigama pe so lalu
madung donok tu Ujung Gading
di angan-angan pe so lalu
laing tungkus abit partinggal

Bahasa Indonesia
Ke Sigama pun tidak sampai
Sudah dekat ke Ujung Gading
Yang di angankanpun tidak sampai
Tetap tersimpan kain kenangan

Masa kolonial[sunting | sunting sumber]

Beberapa tonggak sastra yang berkembang pada masa kolonial antara lain:

  1. “Hendrik Nadenggan Roa, Sada Boekoe Basaon ni Dakdanak.” (Terjemahan). Padang: Van Zadelhoff and Fabritius (1865)
  2. “Leesboek van W.C. Thurn in het Mandhelingsch Vertaald.” Batavia: Landsdrukkerij. (1871)
  3. “Si Bulus-bulus Si Rumbuk-rumbuk.” (1872)
  4. “Taringot di Ragam-ragam ni Parbinotoan dohot Sinaloan ni Alak Eropa.” Naskah ini diadaptasi dari buku “Ceritera Ilmu Kepandaian Orang Putih” yang ditulis oleh Abdullah Munsyi, seorang sastrawan dan ahli tata bahasa Melayu. (1873)
  • Soetan Martua Raja (Siregar). Ia lahir dari keluarga aristokrat di Bagas Lombang Sipirok, berpendidikan HIS, sekolah elite di Pematang Siantar. Karyanya adalah:
  1. “Hamajuon” (Bahan Bacaan Sekolah Dasar)
  2. “Doea Sadjoli: Boekoe Siseon ni Dakdanak di Sikola.” (1917). Buku ini menimbulkan daya kritik terhadap pemikiran anak-anak. Ditulis dengan aksara Latin (Soerat Oelando) yang relatif mengembangkan pedagogik sekuler. Buku ini mengadopsi poda, semacam storyteller yang berisi petuah, ajaran moral dalam konteks tingkat berpikir anak-anak.
  3. “Ranto Omas” (Golden Chain), 1918.
  • Soetan Hasoendoetan (Sipahutar), penulis novel dan jurnalis. Karya-karyanya:
  1. Turi-Turian (cerita bertutur, mengisahkan hubungan interaksi antara manusia dengan penguasa langit)
  2. “Sitti Djaoerah: Padan Djandji na Togoe.” (1927-1929), sebuah serial berbahasa Angkola Mandailing yang dimuat secara berantai dalam 457 halaman. Serial ini dimuat di mingguan “Pustaha” yang terbit di Sibolga. Kisah ini diyakini menjadi alasan pembaca membeli surat kabar tersebut. Serial ini mengadopsi cerita-cerita epik, turi-turian, dan berbagai terminologi sosial masyarakat Angkola-Mandailing dan ditulis dengan gaya bertutur novel. Ini selaras dengan berkembangnya berbagai novel berbahasa Melayu yang dipublikasikan pemerintah kolonial. Dalam sejarah kesusastraan Indonesia, masa ini dikenal dengan masa Angkatan Balai Pustaka atau Angkatan 20-an. Soetan Hasundutan mengatakan bahwa ia menulis novel roman ini karena terinspirasi dengan novel “Siti Nurbaja” (Marah Rusli, 1922) yang sangat populer ketika itu.
  3. “Datoek Toengkoe Adji Malim Leman.” (1941), terbitan Sjarief, Pematang Siantar.
  • Mangaradja Goenoeng Sorik Marapi, menulis buku “Turian-turian ni Raja Gorga di Langit dohot Raja Suasa di Portibi.” Buku ini diterbitkan Pustaka Murni Pematang Siantar bertajuk tahun 1914.
  • Sutan Pangurabaan. Karyanya, “Ampang Limo Bapole.” (1930), “Parkalaan Tondoeng” (1937), “Parpadanan” (1930), dan sebuah buku berbahasa Melayu “Mentjapai Doenia Baroe” (1934). Di samping buku-buku yang ditulis Willem Iskander, buku-bukunya juga menjadi buku bacaan untuk sekolah-sekolah masa kolonial.
  • Soetan Habiaran Siregar menggali bahasa, tari-tarian, dan lagu yang berasal dari Angkola-Mandailing. Ia menulis beberapa turi-turian, antara lain: “Turi-turian ni Tunggal Panaluan”, “Panangkok Saring-Saring tu Tambak na Timbo” (1983), dan lain-lain. Selain itu, ia juga membuat komposisi lagu yang dibuat menggunakan komposisi beat berirama cha-cha.

Selain sastra berbahasa Mandailing Angkola tersebut, penting dicatat tumbuhnya sastra Indonesia yang berbahasa Melayu tetapi dengan mengadopsi warna lokal. Misalnya novel “Azab dan Sengsara” (1921) yang ditulis Merari Siregar. Novel ini mengangkat kontekstual adat dan budaya semacam kawin paksa, harta warisan, hubungan kekerabatan, dan tradisi lokal Mandailing-Angkola.[6]

Kontemporer[sunting | sunting sumber]

Sastra Mandailing kontemporer tidak lagi berkembang sejak pra-kemerdekaan, dikarenakan berubahnya kurikulum pendidikan yang memakai bahasa Nasional dengan sendirinya mengikis pemakaian bahasa Mandailing.[6]

Entertainment[sunting | sunting sumber]

Sastra dalam lirik lagu dan drama musikal berbahasa Mandailing antara lain:

  • Drama musikal tahun 1970an dalam kepingan tape kaset recorder.
  • Drama "Sampuraga namaila marina".
  • Album lagu Mandailing dalam kepingan vcd periode awal.
  • Album lagu Tapsel, Madina, Palas dan Paluta.[6]

Ragam bahasa[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan klasifikasi bahasa yang ditawarkan Slamet Mulyana, bahasa Mandailing termasuk rumpun bahasa Austronesia. Pangaduan Lubis ada mengemukakan bahwa di dalam bahasa Mandailing terdapat lima ragam bahasa yang masing-masing kosakatanya berbeda satu sama lain yaitu:[7]

  1. Hata somal yaitu ragam bahasa yang dipergunakan dalam kehidupan sehari-hari.
  2. Hata andung yaitu ragam bahasa sastra yang dipakai dalam tradisi mangandung (meratap) pada upacara adat perkawinan atau kematian.
  3. Hata teas dohot jampolak yaitu ragam bahasa yang dipakai dalam pertengkaran atau mencaci maki.
  4. Hata si baso yaitu ragam bahasa yang digunakan khusus oleh si baso (tokoh shaman) atau datu.
  5. Hata parkapur yaitu ragam bahasa yang digunakan orang Mandailing pada masa lalu ketika mereka mencari kapur barus.[8]

Contoh kosakata:

Bahasa Indonesia Hata somal Hata andung Hata teas Hata si baso Hata parkapur
Mata Mata Simanyolong Loncot -
Daun sirih Burangir Simanggurak - Situngguk
Harimau Babiat - - - Ompungi/Namaradati

Di masa lalu orang Mandailing juga memiliki satu alat komunikasi atau jenis bahasa tertentu yang disebut Hata bulung-bulung (bahasa dedaunan) semacam daun lontar. Bahasa ini bukanlah berupa lambang bunyi melainkan menggunakan daun tumbuhan sebagai perlambangnya.[7][9]

Kalimat pertanyaan[sunting | sunting sumber]

Bahasa Indonesia Bahasa Mandailing
Apa Aha
Bagaimana Songondia/Biadoma
Berapa Sadia
Di mana Idia
Kemana Tudia
Dari mana Tingondia/Ngundia
Mana Idia
Siapa Ise
Mengapa Asi
Kapan Andigan
Kenapa Maoa/Mangoa

Kalimat petunjuk[sunting | sunting sumber]

Bahasa Indonesia Bahasa Mandailing
Ini On/Onbo
Itu Adun/Adunbo
Sini Tuson
Situ Tusi
Sana Sodun

Marsipoda[sunting | sunting sumber]

Saya Au
Kamu Homa
Dia Ia
Mereka Alai

Silsilah keluarga[sunting | sunting sumber]

Bahasa Indonesia Bahasa Mandailing
Kakek Ompung godang
Nenek Ompung Menek
Ayah Amang
Ibu Inang
Anak laki-laki Anak
Anak Perempuan Boru
Kakak Angkang
Adik Anggi
Paman (pihak ayah) Uda'
Istri Paman (pihak ayah) Nanguda'/Inanguda'
Paman (pihak Ibu) Tulang/mamak
istri Paman (pihak Ibu) Nantulang/Inangtulang
Bibi Bouk (pihak ayah) Ujing/Etek (pihak ibu)
Sepupu (laki-laki) Kahanggi
Sepupu (perempuan) iboto/ito
Istri/Suami Saudara Ipar
Suami dari Adik/Kakak Istri Pariban
Anak Saudara (laki-laki) Anak
Anak Saudara (perempuan) Bere
Cucu Pahoppu

Bacaan lebih lanjut[sunting | sunting sumber]

  • (Inggris) Adelaar,Alexande,The Austronesian Languages of Asia and Madagascar:A Historical perspective;The Austronesian languages of Asia and Madagascar,pp 2005,ISBN 0-7007-1286-0
  • (Indonesia) Siregar,Ahmad Samin,Kamus Bahasa Angkola/Mandailing Indonesia,Jakarta:Pusat Pembinaan Pengembangan Bahasa,Departemen Pendidikan dan Kebuydayaan,1997

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ Bahasa Batak Mandailing di Ethnologue (ed. ke-18, 2015)
  2. ^ http://www.ethnologue.com/language/btm.
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Mandailing Batak". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ "Bahasa Batak Mandailing". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  5. ^ Medan makna aktivitas tangan dalam bahasa Mandailing Badan Bahasa Kemdikbud.go.id
  6. ^ a b c d Askolani Nasution (27 Januari 2014). "Kesusatraan Mandailing". www.jendelasastra.com. 
  7. ^ a b Edi Nasution (2007). "Bahasa Mandailing". Tulilla, Muzik bujukan Mandailing. Arecabooks. hlm. 31. ISBN 9789834283445. 
  8. ^ Basyral Hamidy Harahap (17 november 2018). "Mengenal Bahasa Mandailing-bagian 1". www.mandailingonline.com. 
  9. ^ Basyral Hamidy Harahap (21 November 2016). "Mengenal Bahasa Mandailing-bagian 4". www.mandailingonline.com. Diakses tanggal 11 maret 2018.