Kota Sukabumi: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Gaung Tebono (bicara | kontrib)
k →‎clean up: perbaikan templat "Untuk kabupaten bernama sama"
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android
 
(18 revisi perantara oleh 11 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{tentang|kota|kecamatan bernama sama|Sukabumi}}
{{more citations needed}}{{redireksiIndoKabKota|Sukabumi|Kabupaten|1|1}}
{{more citations needed}}
{{Kotak info Dati II Indonesia
{{Kotak info Dati II Indonesia
| settlement_type = Kota
| settlement_type = Kota
Baris 7: Baris 8:
| translit_lang1_info = {{sund|ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ}}
| translit_lang1_info = {{sund|ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ}}
| translit_lang1_info1 = Gunahuyi
| translit_lang1_info1 = Gunahuyi
| translit_lang1_info2 = Сука Буми
| foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
| foto = {{multiple image|border= infobox|total_width= 300|image_style= border:1;
|perrow = 1/2
|perrow = 1/2
Baris 14: Baris 14:
|image3=Sukabumi Train Station 2020.jpg
|image3=Sukabumi Train Station 2020.jpg
}}
}}
| caption = Dari atas, kiri ke kanan: Masjid Agung Sukabumi, Lapang Merdeka, Stasiun Kereta Api Sukabumi
| caption = Dari atas, kiri ke kanan: Masjid Agung Sukabumi, Lapangan Merdeka, [[Stasiun Sukabumi|Stasiun Kereta Api Sukabumi]]
| lambang = Lambang Kota Sukabumi Vektor.svg
| lambang = Lambang Kota Sukabumi Vektor.svg
| bendera = City Flag of Sukabumi.svg
| bendera = City Flag of Sukabumi.svg
| julukan = Kota Mochi<br/>Mutiara dari [[Parahyangan|Priangan Barat]]
| julukan = Kota Mochi<br/>
| motto = Reugreug pageuh répéh rapih<br/>{{small|{{su icon}} Teguh, kukuh, damai, rukun}}
| motto = Reugreug pageuh répéh rapih<br/>{{small|{{su icon}} Teguh, kukuh, damai, rukun}}
| peta = Map of West Java highlighting Sukabumi City.svg
| peta = Map of West Java highlighting Sukabumi City.svg
Baris 28: Baris 28:
| dasar hukum = UU Nomor 17 Tahun 1950<ref name="UU">{{cite web|url=https://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|title=Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014|website=www.otda.kemendagri.go.id|accessdate=2 Juli 2022|archive-date=12 Juli 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190712121648/http://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|dead-url=yes}}</ref>
| dasar hukum = UU Nomor 17 Tahun 1950<ref name="UU">{{cite web|url=https://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|title=Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014|website=www.otda.kemendagri.go.id|accessdate=2 Juli 2022|archive-date=12 Juli 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190712121648/http://otda.kemendagri.go.id/wp-content/uploads/2019/03/Pembentukan-Daerah-Daerah-Otonom-di-Indonesia-s.d-Tahun-2014-2.pdf|dead-url=yes}}</ref>
| tanggal = 14 Agustus 1950<ref name="UU"/>
| tanggal = 14 Agustus 1950<ref name="UU"/>
| nama walikota = [[Achmad Fahmi]]
| nama walikota = [[Kusmana Hartadji]] (Pj.)
| nama wakil walikota = [[Andri Setiawan Hamami|Andri Hamami]]
| nama wakil walikota =
| nama sekretaris daerah = Dida Sembada
| nama sekretaris daerah = Dida Sembada
| nama ketua DPRD = Kamal Suherman
| nama ketua DPRD = Kamal Suherman
Baris 46: Baris 46:
| kepadatan = 7313
| kepadatan = 7313
| population_density_rank =
| population_density_rank =
|agama = {{ublist |item_style=white-space;
| agama = [[Islam]] 95,62%<br>[[Kristen]] 3,03%<br>- [[Protestan]] 2,12%<br>- [[Katolik]] 0,91%<br> [[Buddha]] 0,91%<br> [[Hindu]] 0,02%<br> Lainnya 0,42%<ref name="AGAMA">{{cite web|url=https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Kota+Sukabumi&wid=3272000000&lang=id|title=Penduduk Menurut Wilayah dan Agama yang Dianut di Kota Sukabumi|website=www.sp2010.bps.go.id|accessdate=9 September 2020|archive-date=2022-09-14|archive-url=https://web.archive.org/web/20220914045627/https://sp2010.bps.go.id/index.php/site/tabel?search-tabel=Penduduk+Menurut+Wilayah+dan+Agama+yang+Dianut&tid=321&search-wilayah=Kota+Sukabumi&wid=3272000000&lang=id|dead-url=no}}</ref>
|95,62% [[Islam]]
| bahasa = [[Bahasa Sunda|Sunda]], [[Bahasa Indonesia|Indonesia]]
|{{Tree list}}
* 3,03% [[Kekristenan]]
** 2,22% [[Protestan]]
** 0,80% [[Katolik]]
{{Tree list/end}}
|0,91% [[Agama Buddha|Buddha]] |0,02% [[Hindu]] |0,42% Lainnya<ref name="DUKCAPIL"/>}}
| bahasa = [[Bahasa Indonesia|Indonesia]], [[Bahasa Sunda|Sunda]]
| zona =
| zona =
| kecamatan = 7
| kecamatan = 7
Baris 56: Baris 63:
| area_code = +62266
| area_code = +62266
| kodepos = 431''xx''
| kodepos = 431''xx''
| nomor_polisi = F ''xxxx'' S* / T*
| nomor_polisi = F ''xxxx'' O*/S*/T*
| web = {{URL|www.sukabumikota.go.id}}
| web = {{URL|www.sukabumikota.go.id}}
}}
}}


'''Kota Sukabumi''' ({{Lang-su|ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ}}; [[bahasa Widal]]: ''Gunahuyi'') adalah sebuah [[kota]] yang berada di provinsi [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Kota ini merupakan [[enklave]] dari [[Kabupaten Sukabumi]]. Luas wilayah Kota Sukabumi berada di urutan ketiga terkecil di [[Jawa Barat]] setelah [[Kota Cirebon]] dan [[Kota Cimahi]], yakni 48,33 km². Jumlah penduduk Kota Sukabumi pada tahun [[2021]] tercatat sebanyak 353.455 jiwa. Di era [[Hindia Belanda]], Kota ini dijuluki "Mutiara dari [[Parahyangan|Priangan Barat]]", meskipun luasnya tidak sebesar [[Kota Tasikmalaya]] yang juga mendapat julukan "Mutiara Priangan Timur.<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=2 Juli 2022|format=visual|archive-date=2021-08-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20210805043517/http://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|dead-url=no}}</ref>
'''Kota Sukabumi''' ({{Lang-su|ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ}}; [[bahasa Widal]]: ''Gunahuyi'') adalah sebuah [[kota]] yang berada di provinsi [[Jawa Barat]], [[Indonesia]]. Kota ini merupakan [[enklave]] dari [[Kabupaten Sukabumi]]. Luas wilayah Kota Sukabumi berada di urutan ketiga terkecil di [[Jawa Barat]] setelah [[Kota Cirebon]] dan [[Kota Cimahi]], yakni 48,33&nbsp;km².<ref>{{Cite web|last=Martono|first=Hendra|date=2023-02-06|title=Baru Tahu Sekarang, Ternyata Kota Sukabumi Ke 3 Kota Terkecil Di Jawa Barat, YUK Cari Tahu Kota Terkecil Lain - TiNewss|url=https://www.tinewss.com/jabar-news/pr-1857383830/baru-tahu-sekarang-ternyata-kota-sukabumi-ke-3-kota-terkecil-di-jawa-barat-yuk-cari-tahu-kota-terkecil-lain|website=Baru Tahu Sekarang, Ternyata Kota Sukabumi Ke 3 Kota Terkecil Di Jawa Barat, YUK Cari Tahu Kota Terkecil Lain - TiNewss|language=id|access-date=2023-12-25}}</ref> Jumlah penduduk Kota Sukabumi pada tahun [[2021]] tercatat sebanyak 353.455 jiwa.<ref name="DUKCAPIL">{{cite web|url=https://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|title=Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021|website=www.dukcapil.kemendagri.go.id|accessdate=2 Juli 2022|format=visual|archive-date=2021-08-05|archive-url=https://web.archive.org/web/20210805043517/http://gis.dukcapil.kemendagri.go.id/peta/|dead-url=no}}</ref>


== Sejarah ==
== Sejarah ==
=== Pembukaan Perkebunan Kopi ===
=== Dari Distrik Menjadi Gemeente (Kota Praja) ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ziekenhuis Soekaboemi TMnr 60016727.jpg|jmpl|230px|ki|Rumah sakit di Sukabumi pada 1920-an]]

Kota Sukabumi merupakan suatu wilayah di Jawa Barat yang mengalami perkembangan pesat dibandingkan daerah lainnya. Pada awalnya, Sukabumi adalah permukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang, Onderafdeeling Tjiheulang yang merupakan bagian dari Afdeeling Tjiandjoer, Residentie Preanger (Regeerings Almanaks tahun 1872). Dalam catatan arsip [[Hindia Belanda]], nama Sukabumi atau Soekaboemi pertama kali digunakan oleh [[Andries de Wilde]], seorang ahli bedah dan administratur perkebunan kopi dan teh yang berkebangsaan [[Belanda]].

Sukabumi yang berawal dari sebuah distrik berkembang menjadi ''[[gemeente]]'' (kota praja). Perkembangan ini mungkin terjadi dikarenakan letak wilayah Sukabumi yang strategis terutama setelah dibangun jalan raya pos oleh Gubernur Jenderal [[Herman Willem Daendels]]. Keberadaan perkebunan teh yang berada di Sukabumi menjadi faktor penarik penduduk sekitar untuk datang ke Sukabumi. Mereka datang mengadu nasib untuk meningkatkan taraf hidupnya. Akhirnya, Sukabumi tumbuh menjadi pusat perekonomian.

Penduduk yang berada di Sukabumi dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang tersebut dihasilkan oleh penduduk di pedalaman dan akan diperjualbelikan di pasar. Wilayah Sukabumi akhirnya tumbuh dengan sistem hukum dan berkembang ke arah kosmopolitan seperti yang dikemukakan [[Maximilian Weber|Weber]]. Kondisi ini menjadikan pertimbangan Pemerintahan Hindia Belanda untuk membangun lintasan jalan kereta api yang menghubungkan [[Batavia]] dengan Sukabumi.

Jalur kereta api tersebut memberikan banyak keuntungan bagi perkebunan teh yang memerlukan transportasi yang murah dan cepat untuk menjual hasil perkebunan ke pabrik ataupun kota. Dengan lintasan jalan kereta api ini kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin berkembang. Pemerintah Hindia Belanda juga membangun sejumlah irigasi untuk pertanian di wilayah Sukabumi. Tidak kurang dari 17 tangki air melintas di atas jalan raya yang menghubungkan [[Kota Bogor|Bogor]] dengan [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]] melalui Sukabumi.

Bangsa [[Eropa]] berlomba-lomba datang ke Sukabumi untuk berinventasi. Hal itu disebabkan banyaknya hal menarik yang dapat dikembangkan. Kehadiran dan komposisi penduduk Eropa membawa dampak besar dalam perubahan Sukabumi menjadi sebuah gemeente. Kebijakan [[desentralisasi]] dan perubahan pemerintahan negeri (''bestuurshervorming'') memberi ruang bagi mereka untuk menjadikan Sukabumi sebagai daerah [[Otonomi|otonom]].<ref>Nugraha Setia. 2017. Kota Sukabumi: Dari Distrik menjadi Gemeente (1815-1914). Jurnal Patanjala. 9(3): 423-438</ref>

=== Pembukaan Perkebunan ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Markt Soekaboemi TMnr 60027959.jpg|jmpl|250px|ki|Pasar di Sukabumi pada 1920-an]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Markt Soekaboemi TMnr 60027959.jpg|jmpl|250px|ki|Pasar di Sukabumi pada 1920-an]]


Sejarah Kota dan Kabupaten Sukabumi bermula dari pembukaan lahan perkebunan kopi di wilayah [[Priangan]] barat di masa pemerintahan kolonial [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]].<ref>{{cite book |last=Beekman |first=E. M. |date=1988 |title=Fugitive Dreams: An Anthology of Dutch Colonial Literature |url= |location= |publisher=University of Massachusetts Press |page=90 |isbn=0870235753}}</ref><ref>{{cite book |last=Brommer |first=Bea |date=2015 |title=To My Dear Pieternelletje:Grandfather and Granddaughter in VOC Time, 1710-1720 |url= |location=Leiden |publisher=Brill |page=19 |isbn=9789004293328}}</ref> Karena besarnya permintaan akan komoditas kopi di Eropa, pada 1709 Gubernur Jenderal [[Abraham van Riebeeck]] mulai membuka perkebunan kopi di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer (Cianjur), [[Jogjogan, Cisarua, Bogor|Djogdjogan]], [[Kopo, Cisarua, Bogor|Pondok Kopo]], dan [[Gunung Guruh, Sukabumi|Goenoeng Goeroeh]].<ref>{{cite book |last=Danasasmita |first=Saleh |date=1983 |title=Sejarah Bogor, Volume 1 |url= |location=Bogor |publisher=Pemerintah Daerah Kotamadya DT II Bogor |page=85 |isbn=}}</ref> Perkebunan kopi di kelima daerah ini lalu mengalami perluasan dan peningkatan di era pemerintahan Gubernur Jenderal [[Hendrick Zwaardecroon]] (1718-1725), di mana Bupati Tjiandjoer saat itu, [[Raden Aria Wira Tanu III|Wira Tanu III]] mendapatkan perluasan wilayah dari Zwaardecroon dengan syarat adanya pembukaan ladang-ladang kopi baru di wilayah tersebut.<ref>{{cite book |last=Klaveren |first=N. A. |date=1983 |title=The Dutch Colonial System in the East Indies |url= |location= |publisher=Springer |page=60 |isbn=9789401768481}}</ref><ref>{{cite book |last=Kumar |first=Ann |date=1997 |title=Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters |url= |location= |publisher=Routledge |page=292 |isbn=1138863149}}</ref>
Sejarah Kota dan Kabupaten Sukabumi bermula dari pembukaan lahan perkebunan kopi di wilayah [[Priangan]] barat di masa pemerintahan kolonial [[Vereenigde Oostindische Compagnie|VOC]].<ref>{{cite book |last=Beekman |first=E. M. |date=1988 |title=Fugitive Dreams: An Anthology of Dutch Colonial Literature |url= |location= |publisher=University of Massachusetts Press |page=90 |isbn=0870235753}}</ref><ref>{{cite book |last=Brommer |first=Bea |date=2015 |title=To My Dear Pieternelletje:Grandfather and Granddaughter in VOC Time, 1710-1720 |url= |location=Leiden |publisher=Brill |page=19 |isbn=9789004293328}}</ref> Karena besarnya permintaan akan komoditas kopi di Eropa, pada 1709 Gubernur Jenderal [[Abraham van Riebeeck]] mulai membuka perkebunan kopi di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer (Cianjur), [[Jogjogan, Cisarua, Bogor|Djogdjogan]], [[Kopo, Cisarua, Bogor|Pondok Kopo]], dan [[Gunung Guruh, Sukabumi|Goenoeng Goeroeh]].<ref>{{cite book |last=Danasasmita |first=Saleh |date=1983 |title=Sejarah Bogor, Volume 1 |url= |location=Bogor |publisher=Pemerintah Daerah Kotamadya DT II Bogor |page=85 |isbn=}}</ref> Perkebunan kopi di kelima daerah ini lalu mengalami perluasan dan peningkatan di era pemerintahan Gubernur Jenderal [[Hendrick Zwaardecroon]] (1718-1725), di mana Bupati Tjiandjoer saat itu, [[Raden Aria Wira Tanu III|Wira Tanu III]] mendapatkan perluasan wilayah dari Zwaardecroon dengan syarat adanya pembukaan ladang-ladang kopi baru di wilayah tersebut.<ref>{{cite book |last=Klaveren |first=N. A. |date=1983 |title=The Dutch Colonial System in the East Indies |url= |location= |publisher=Springer |page=60 |isbn=9789401768481}}</ref><ref>{{cite book |last=Kumar |first=Ann |date=1997 |title=Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters |url= |location= |publisher=Routledge |page=292 |isbn=1138863149}}</ref>


Seiring waktu, kawasan sekitar perkebunan kopi di Goenoeng Goeroeh berkembang menjadi beberapa pemukiman kecil, salah-satunya adalah kampung [[Cikole, Sukabumi|Tjikole]]. Pada 1776, Bupati Tjiandjoer [[Raden Adipati Wira Tanu Datar VI|Wira Tanu VI]] membentuk Kepatihan Tjikole yang merupakan pendahulu dari [[Kabupaten Sukabumi]] saat ini. Kepatihan Tjikole terdiri dari enam distrik yaitu Distrik [[Gunungparang, Cikole, Sukabumi|Goenoeng Parang]], [[Cimahi, Cicantayan, Sukabumi|Tjimahi]], [[Ciheulang Tonggoh, Cibadak, Sukabumi|Tjiheoelang]], [[Cicurug, Sukabumi|Tjitjoeroeg]], [[Jampang Kulon, Sukabumi|Djampang Koelon]], dan [[Jampang Tengah, Sukabumi|Djampang Tengah]]. Pusat kepatihannya berada di Tjikole karena dipandang memiliki lokasi yang sangat strategis untuk komunikasi antara Batavia dan [[Kabupaten Cianjur|Tjiandjoer]] yang saat itu merupakan ibu kota dari [[Keresidenan Priangan|Karesidenan Priangan]].
Seiring waktu, kawasan sekitar perkebunan kopi di Goenoeng Goeroeh berkembang menjadi beberapa pemukiman kecil, salah-satunya adalah kampung [[Cikole, Sukabumi|Tjikole]]. Pada 1776, Bupati Tjiandjoer [[Raden Adipati Wira Tanu Datar VI|Wira Tanu VI]] membentuk Kepatihan Tjikole yang merupakan pendahulu dari [[Kabupaten Sukabumi]] saat ini. Kepatihan Tjikole terdiri dari enam distrik yaitu Distrik [[Gunungparang, Cikole, Sukabumi|Goenoeng Parang]], [[Cimahi, Cicantayan, Sukabumi|Tjimahi]], [[Ciheulang Tonggoh, Cibadak, Sukabumi|Tjiheoelang]], [[Cicurug, Sukabumi|Tjitjoeroeg]], [[Jampang Kulon, Sukabumi|Djampang Koelon]], dan [[Jampang Tengah, Sukabumi|Djampang Tengah]]. Pusat kepatihannya berada di Tjikole karena dipandang memiliki lokasi yang sangat strategis untuk komunikasi antara Batavia dan [[Kabupaten Cianjur|Tjiandjoer]] yang saat itu merupakan ibu kota dari [[Keresidenan Priangan]].<ref>{{Cite book|date=2008|url=https://books.google.com/books?id=2OQMAQAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=%22Kepatihan+Cikole%22&q=%22Kepatihan+Cikole%22&hl=en|title=Titik balik historiografi di Indonesia|publisher=Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Departemen Sejarah FIB UI|isbn=978-979-3258-80-5|language=id}}</ref>


=== Penggunaan nama Soekaboemi ===
=== Penggunaan nama Soekaboemi ===
[[Berkas:Andries de Wilde.jpg|jmpl|[[Andries de Wilde]]|kiri|168x168px]]
[[Berkas:Andries de Wilde.jpg|jmpl|[[Andries de Wilde]]|kiri|168x168px]]
Dalam catatan arsip [[Hindia Belanda]], nama Sukabumi atau Soekaboemi pertama kali digunakan oleh [[Andries de Wilde]], seorang ahli bedah dan pengusaha perkebunan kopi dan teh berkebangsaan [[Belanda]] (''Preanger Planter''). Nama "Soeka Boemi" pertama kali digunakan pada tanggal 13 Januari 1815 oleh de Wilde yang saat itu baru membuka lahan perkebunan. Dalam laporan surveinya, de Wilde mencantumkan nama Soeka Boemi sebagai tempat ia menginap di Kepatihan Tjikole. De Wilde lalu mengirim surat kepada temannya [[Nicolaus Engelhard]]<ref>{{cite book |last=Breman |first=Jan |date=2014 |title=Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan Dari Tanam Paksa Kopi di Jawa 1920-1870 |url= |location= |publisher=Yayasan Obor Indonesia |page=129 |isbn=9789794618745}}</ref> yang menjabat sebagai administrator Hindia Belanda,<ref>{{Cite web |url=http://databases.tanap.net/ead/html/Jakarta_Engelhard/pdf/Jakarta_Engelhard.pdf |title=Inventaris van de collectie Engelhard 1750-1832 |access-date=2016-09-06 |archive-date=2015-09-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150918224241/http://databases.tanap.net/ead/html/Jakarta_Engelhard/pdf/Jakarta_Engelhard.pdf |dead-url=yes }}</ref> di mana ia meminta Engelhard untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan Tjikole menjadi Kepatihan Soekaboemi kepada [[Thomas Stamford Raffles|Stamford Raffles]], Gubernur Hindia Belanda saat itu.<ref>{{Cite book|last=Lubis|first=Nina Herlina|date=1998|url=https://books.google.com/books?id=QZBuAAAAMAAJ&newbks=0&printsec=frontcover&dq=Cikole+Sukabumi+Raffles&q=Cikole+Sukabumi+Raffles&hl=en|title=Kehidupan kaum ménak Priangan, 1800-1942|publisher=Pusat Informasi Kebudayaan Sunda|language=id}}</ref>
Nama "Soekaboemi" pertama kali digunakan pada tanggal 13 Januari 1815 dalam catatan arsip Hindia Belanda oleh [[Andries de Wilde]], seorang ahli bedah dan administrator perkebunan kopi dan teh berkebangsaan Belanda (''Preanger Planter'') yang membuka lahan perkebunan di Kepatihan Tjikole.


Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh de Wilde. Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata [[Bahasa Sunda]], yaitu ''Suka'' dan ''Bumen'' (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai untuk menetap karena iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata [[Bahasa Sanskerta]], yaitu ''Suka'' (kesenangan, kebahagiaan, kesukaan) dan ''Bhumi'' (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi yang disukai". Pada awalnya, Sukabumi adalah permukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang, Onderafdeeling Tjiheulang yang merupakan bagian dari Afdeeling Tjiandjoer, [[Keresidenan Priangan|Residentie Preanger]] (Regeerings Almanaks tahun 1872).
Dalam laporan surveinya, de Wilde mencantumkan nama Soeka Boemi sebagai tempat ia menginap di Kepatihan Tjikole. De Wilde lalu mengirim surat kepada temannya [[Nicolaus Engelhard]]<ref>{{cite book |last=Breman |first=Jan |date=2014 |title=Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan Dari Tanam Paksa Kopi di Jawa 1920-1870 |url= |location= |publisher=Yayasan Obor Indonesia |page=129 |isbn=9789794618745}}</ref> yang menjabat sebagai administrator Hindia Belanda,<ref>{{Cite web |url=http://databases.tanap.net/ead/html/Jakarta_Engelhard/pdf/Jakarta_Engelhard.pdf |title=Inventaris van de collectie Engelhard 1750-1832 |access-date=2016-09-06 |archive-date=2015-09-18 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150918224241/http://databases.tanap.net/ead/html/Jakarta_Engelhard/pdf/Jakarta_Engelhard.pdf |dead-url=yes }}</ref> di mana ia meminta Engelhard untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan Tjikole menjadi Kepatihan Soekaboemi kepada [[Thomas Stamford Raffles|Stamford Raffles]], Gubernur Hindia Belanda saat itu.


De Wilde lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia Belanda pada 1823.<ref>{{cite book |last=Klaveren |first=N. A. |date=1983 |title=The Dutch Colonial System in the East Indies |url= |location= |publisher=Springer |page=103 |isbn=9789401768481}}</ref> Lokasi strategis Soekaboemi di antara Batavia dan [[Kota Bandung|Bandung]] dan hasil buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda merupakan faktor dibangunnya [[Jalur kereta api Manggarai-Padalarang|jalur kereta api dari Boeitenzorg ke Soekaboemi]] yang terhubung pada 1882. Jalur yang dibangun oleh perusahaan ''Staatspoorwagen'' ini menjadi pusat distribusi pengangkutan hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina ke [[Pelabuhan Tanjung Priok]] di Batavia.
Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh de Wilde. Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata [[Bahasa Sunda]], yaitu ''Suka'' dan ''Bumen'' (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai untuk menetap karena iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata [[Bahasa Sanskerta]], yaitu ''Suka'' (kesenangan, kebahagiaan, kesukaan) dan ''Bhumi'' (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi yang disukai".
=== Dari Distrik Menjadi Gemeente (Kota Praja) ===
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Ziekenhuis Soekaboemi TMnr 60016727.jpg|jmpl|230px|ki|Rumah sakit di Sukabumi pada 1920-an]]


Sukabumi yang berawal dari sebuah distrik berkembang menjadi daerah yang mendapat status ''[[gemeente]]'' (kota praja). Perkembangan ini mungkin terjadi dikarenakan letak wilayah Sukabumi yang strategis terutama setelah dibangun [[Jalan Raya Pos]] oleh Gubernur Jenderal [[Herman Willem Daendels]] di tahun 1809. Keberadaan perkebunan teh yang berada di Sukabumi menjadi faktor penarik penduduk sekitar untuk datang ke Sukabumi. Mereka datang mengadu nasib untuk meningkatkan taraf hidupnya. Akhirnya, Sukabumi tumbuh menjadi pusat perekonomian.
De Wilde lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia Belanda pada 1823.<ref>{{cite book |last=Klaveren |first=N. A. |date=1983 |title=The Dutch Colonial System in the East Indies |url= |location= |publisher=Springer |page=103 |isbn=9789401768481}}</ref> Lokasi strategis Soekaboemi di antara Batavia dan [[Kota Bandung|Bandung]] dan hasil buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda merupakan faktor dibangunnya [[Jalur kereta api Manggarai-Padalarang|jalur kereta api dari Boeitenzorg ke Soekaboemi]] yang terhubung pada 1882. Jalur yang dibangun oleh perusahaan ''Staatspoorwagen'' ini menjadi pusat distribusi pengangkutan hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina ke [[Pelabuhan Tanjung Priok]] di Batavia.

Penduduk yang berada di Sukabumi dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang tersebut dihasilkan oleh penduduk di pedalaman dan akan diperjualbelikan di pasar. Wilayah Sukabumi akhirnya tumbuh dengan sistem hukum dan berkembang ke arah kosmopolitan seperti yang dikemukakan [[Maximilian Weber|Weber]]. Kondisi ini menjadikan pertimbangan Pemerintahan Hindia Belanda untuk membangun lintasan jalan kereta api yang menghubungkan [[Batavia]] dengan Sukabumi.

Jalur kereta api tersebut memberikan banyak keuntungan bagi perkebunan teh yang memerlukan transportasi yang murah dan cepat untuk menjual hasil perkebunan ke pabrik ataupun kota. Dengan lintasan jalan kereta api ini kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin berkembang. Pemerintah Hindia Belanda juga membangun sejumlah irigasi untuk pertanian di wilayah Sukabumi. Tidak kurang dari 17 tangki air melintas di atas jalan raya yang menghubungkan [[Kota Bogor|Bogor]] dengan [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]] melalui Sukabumi.

Bangsa [[Eropa]] berlomba-lomba datang ke Sukabumi untuk berinventasi. Hal itu disebabkan banyaknya hal menarik yang dapat dikembangkan. Kehadiran dan komposisi penduduk Eropa membawa dampak besar dalam perubahan Sukabumi menjadi sebuah gemeente. Kebijakan [[desentralisasi]] dan perubahan pemerintahan negeri (''bestuurshervorming'') memberi ruang bagi mereka untuk menjadikan Sukabumi sebagai daerah [[Otonomi|otonom]].<ref>Nugraha Setia. 2017. Kota Sukabumi: Dari Distrik menjadi Gemeente (1815-1914). Jurnal Patanjala. 9(3): 423-438</ref>


Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar Tionghoa pertama di Indonesia yaitu ''[[Li Po]]'' pada tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Mandarin.
Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar Tionghoa pertama di Indonesia yaitu ''[[Li Po]]'' pada tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Mandarin.
Baris 139: Baris 141:
[[Berkas:Sukabumi City Hall 2021.jpg|jmpl|250px|ka|Kantor Walikota Sukabumi]]
[[Berkas:Sukabumi City Hall 2021.jpg|jmpl|250px|ka|Kantor Walikota Sukabumi]]


Kota Sukabumi dipimpin oleh seorang wali kota yang dipilih langsung setiap 5 tahun sekali. Dalam menjalankan pemerintahan wali kota dibantu oleh wakil wali kota, para staf ahli dan berbagai perangkat seperti sekretariat daerah, badan-badan serta dinas-dinas. Saat ini Kota Sukabumi dipimpin oleh [[Achmad Fahmi]] sebagai wali kota dan [[Andri Setiawan Hamami]] sebagai wakil wali kota yang menjabat di masa periode 2018-2023.<ref name="WK">{{Cite web|url=https://portal.sukabumikota.go.id/profil/|title=Profil – Portal Resmi Kota Sukabumi|language=id-ID|access-date=2019-03-18|archive-date=2019-02-03|archive-url=https://web.archive.org/web/20190203213800/http://portal.sukabumikota.go.id/profil/|dead-url=no}}</ref>
Kota Sukabumi dipimpin oleh seorang wali kota yang dipilih langsung setiap 5 tahun sekali. Dalam menjalankan pemerintahan wali kota dibantu oleh wakil wali kota, para staf ahli dan berbagai perangkat seperti sekretariat daerah, badan-badan serta dinas-dinas.


{|class="wikitable sortable" style="text-align:center;"
{|class="wikitable sortable" style="text-align:center;"
Baris 163: Baris 165:
|[[Achmad Fahmi]]
|[[Achmad Fahmi]]
|20 September 2018
|20 September 2018
|20 September 2023
|''petahana''
|
|
|
|
|[[Andri Setiawan Hamami]]
|[[Andri Setiawan Hamami]]
|-
|<center>-
|[[File:Kusmana Hartadji.jpg|100px]]
|[[Kusmana Hartadji]]<br><small>(Penjabat)</small>
|20 September 2023
|Sekarang
|
|
|
|}
|}


Baris 288: Baris 299:


== Transportasi ==
== Transportasi ==
* [[Kereta Api Indonesia|Kereta Api Indonesia (KAI)]]
{{utama|Daftar Stasiun Kereta Api di Kota Sukabumi}}
** [[Kereta api Pangrango|KA Pangrango]]
[[Berkas:Si010414 1.JPG|jmpl|ka|250px|[[Stasiun Sukabumi]].]]
*** {{KAIC symbol|PG||size=20}} [[Stasiun Bogor|Bogor Paledang]]–[[Stasiun Sukabumi|Sukabumi]]

** [[Kereta api Siliwangi|KA Siliwangi]]
Kota Sukabumi terhubung dengan stasiun kereta api, yakni Stasiun Sukabumi. Stasiun ini menjadi salah satu pintu utama masuk ke Kota Sukabumi, khususnya dari wilayah sekitar [[Jabodetabek]]. Selain stasiun kereta api, sarana transportasi bus antar kota dan provinsi, juga tersedia di kota ini.
*** {{KAIC symbol|LS||size=20}} [[Stasiun Sukabumi|Sukabumi]]–[[Stasiun Cipatat|Cipatat]]

* Layanan bus [[Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta]]
* Bus Bandara [[DAMRI]]
** Pool Damri Sukabumi–[[Bandara Internasional Soekarno-Hatta]]
** [[DAMRI]]: Sukabumi–[[Bandar Udara Internasional Soekarno–Hatta]]
* [[Kereta api Pangrango|KA Pangrango]]
** {{KAIC symbol|PG||size=20}} [[Stasiun Sukabumi|Sukabumi]]–[[Stasiun Bogor|Bogor]]
* [[Kereta api Siliwangi|KA Siliwangi]]
** {{KAIC symbol|LS||size=20}} [[Stasiun Sukabumi|Sukabumi]]–[[Stasiun Cipatat|Cipatat]]
* [[Bus]]
* [[Bus]]
Dapat diakses melalui [[Terminal K.H. Ahmad Sanusi]] Kota Sukabumi yang melayani transportasi angkutan kota, angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ke [[Jawa Barat]] ([[Palabuhanratu, Sukabumi|Palabuhanratu]], [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]], [[Kota Bandung|Bandung]], [[Kota Banjar|Banjar]], [[Kabupaten Pangandaran|Pangandaran]], [[Kabupaten Bogor|Bogor]], dan [[Kabupaten Bekasi|Bekasi]]) dan angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) ([[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], [[Sumatra]], [[Jawa Tengah]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|DI Yogyakarta]], [[Jawa Timur]] dan [[Bali]]).
Dapat diakses melalui [[Terminal K.H. Ahmad Sanusi]] Kota Sukabumi yang melayani transportasi angkutan kota, angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ke [[Jawa Barat]] ([[Palabuhanratu, Sukabumi|Palabuhanratu]], [[Kabupaten Cianjur|Cianjur]], [[Kota Bandung|Bandung]], [[Kota Banjar|Banjar]], [[Kabupaten Pangandaran|Pangandaran]], [[Kabupaten Bogor|Bogor]], dan [[Kabupaten Bekasi|Bekasi]]) dan angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) ([[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]], [[Sumatra]], [[Jawa Tengah]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|DI Yogyakarta]], [[Jawa Timur]] dan [[Bali]]).
* [[Angkutan Kota]]
Layanan transportasi umum dalam kota. Adapun yang menghubungkan ke kabupaten sukabumi


== Kuliner ==
== Kuliner ==
[[Berkas:Mochisukabumi.JPG|jmpl|230px|ka|[[Mochi]], oleh-oleh khas dari Kota Sukabumi.]]

Beberapa kuliner khas kota Sukabumi di antaranya adalah [[Nasi uduk]] ungu,<ref>[http://www.antaranews.com/berita/376416/nasi-uduk-ungu-dijadikan-ikon-kota-sukabumi "Nasi uduk ungu dijadikan ikon Kota Sukabumi"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131105023246/http://www.antaranews.com/berita/376416/nasi-uduk-ungu-dijadikan-ikon-kota-sukabumi |date=2013-11-05 }}, [[Antara]]</ref> [[mochi]], Roti Priangan,<ref>[http://info.pikiran-rakyat.com/serial-konten/kuliner-ala-kota-sukabumi "Kuliner ala Kota Sukabumi"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160418231044/http://info.pikiran-rakyat.com/serial-konten/kuliner-ala-kota-sukabumi |date=2016-04-18 }}, [[Pikiran Rakyat]]</ref> [[Bubur Ayam]] Sukabumi, bolu pisang, mi leor, ciwang (aci bawang), dan deblo.
Beberapa kuliner khas kota Sukabumi di antaranya adalah [[Nasi uduk]] ungu,<ref>[http://www.antaranews.com/berita/376416/nasi-uduk-ungu-dijadikan-ikon-kota-sukabumi "Nasi uduk ungu dijadikan ikon Kota Sukabumi"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20131105023246/http://www.antaranews.com/berita/376416/nasi-uduk-ungu-dijadikan-ikon-kota-sukabumi |date=2013-11-05 }}, [[Antara]]</ref> [[mochi]], Roti Priangan,<ref>[http://info.pikiran-rakyat.com/serial-konten/kuliner-ala-kota-sukabumi "Kuliner ala Kota Sukabumi"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20160418231044/http://info.pikiran-rakyat.com/serial-konten/kuliner-ala-kota-sukabumi |date=2016-04-18 }}, [[Pikiran Rakyat]]</ref> [[Bubur Ayam]] Sukabumi, bolu pisang, mi leor, ciwang (aci bawang), dan deblo.


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist|2}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
Baris 323: Baris 330:
[[Kategori:Kota di Jawa Barat|Sukabumi]]
[[Kategori:Kota di Jawa Barat|Sukabumi]]
[[Kategori:Kota di Indonesia|Sukabumi]]
[[Kategori:Kota di Indonesia|Sukabumi]]
[[Kategori:Enklave dan eksklave]]

Revisi terkini sejak 28 Maret 2024 13.53

Kota Sukabumi
Transkripsi bahasa daerah
 • Aksara Sundaᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ
 • Sani WidalGunahuyi
Dari atas, kiri ke kanan: Masjid Agung Sukabumi, Lapangan Merdeka, Stasiun Kereta Api Sukabumi
Bendera Kota Sukabumi
Lambang resmi Kota Sukabumi
Julukan: 
Kota Mochi
Motto: 
Reugreug pageuh répéh rapih
(Sunda) Teguh, kukuh, damai, rukun
Peta
Peta
Kota Sukabumi di Jawa Barat
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi
Peta
Kota Sukabumi di Jawa
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi (Jawa)
Kota Sukabumi di Indonesia
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi
Kota Sukabumi (Indonesia)
Koordinat: 6°55′55″S 106°55′07″E / 6.9320004°S 106.9185638°E / -6.9320004; 106.9185638
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Barat
Tanggal berdiri14 Agustus 1950[1]
Dasar hukumUU Nomor 17 Tahun 1950[1]
Hari jadi1 April 1914 (1914-04-01)
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kecamatan: 7
  • Kelurahan: 33
Pemerintahan
 • Wali KotaKusmana Hartadji (Pj.)
 • Sekretaris DaerahDida Sembada
 • Ketua DPRDKamal Suherman
Luas
 • Total48,33 km2 (18,66 sq mi)
Ketinggian
584 m (1,916 ft)
Populasi
 • Total353.455
 • Kepadatan7.313/km2 (18,940/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 95,62% Islam
  • 0,91% Buddha
  • 0,02% Hindu
  • 0,42% Lainnya[2]
 • BahasaIndonesia, Sunda
 • IPMKenaikan 74,60 (2021)
Tinggi[3]
Zona waktuUTC+07:00 (WIB)
Kode pos
431xx
Kode BPS
3272
Kode area telepon+62266
Pelat kendaraanF xxxx O*/S*/T*
Kode Kemendagri32.72
Kode SNI 7657:2023SKB
DAURp523.911.846,00 (2020)[4]
Situs webwww.sukabumikota.go.id


Kota Sukabumi (bahasa Sunda: ᮞᮥᮊᮘᮥᮙᮤ; bahasa Widal: Gunahuyi) adalah sebuah kota yang berada di provinsi Jawa Barat, Indonesia. Kota ini merupakan enklave dari Kabupaten Sukabumi. Luas wilayah Kota Sukabumi berada di urutan ketiga terkecil di Jawa Barat setelah Kota Cirebon dan Kota Cimahi, yakni 48,33 km².[5] Jumlah penduduk Kota Sukabumi pada tahun 2021 tercatat sebanyak 353.455 jiwa.[2]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Pembukaan Perkebunan Kopi[sunting | sunting sumber]

Pasar di Sukabumi pada 1920-an

Sejarah Kota dan Kabupaten Sukabumi bermula dari pembukaan lahan perkebunan kopi di wilayah Priangan barat di masa pemerintahan kolonial VOC.[6][7] Karena besarnya permintaan akan komoditas kopi di Eropa, pada 1709 Gubernur Jenderal Abraham van Riebeeck mulai membuka perkebunan kopi di daerah Tjibalagoeng (Bogor), Tjiandjoer (Cianjur), Djogdjogan, Pondok Kopo, dan Goenoeng Goeroeh.[8] Perkebunan kopi di kelima daerah ini lalu mengalami perluasan dan peningkatan di era pemerintahan Gubernur Jenderal Hendrick Zwaardecroon (1718-1725), di mana Bupati Tjiandjoer saat itu, Wira Tanu III mendapatkan perluasan wilayah dari Zwaardecroon dengan syarat adanya pembukaan ladang-ladang kopi baru di wilayah tersebut.[9][10]

Seiring waktu, kawasan sekitar perkebunan kopi di Goenoeng Goeroeh berkembang menjadi beberapa pemukiman kecil, salah-satunya adalah kampung Tjikole. Pada 1776, Bupati Tjiandjoer Wira Tanu VI membentuk Kepatihan Tjikole yang merupakan pendahulu dari Kabupaten Sukabumi saat ini. Kepatihan Tjikole terdiri dari enam distrik yaitu Distrik Goenoeng Parang, Tjimahi, Tjiheoelang, Tjitjoeroeg, Djampang Koelon, dan Djampang Tengah. Pusat kepatihannya berada di Tjikole karena dipandang memiliki lokasi yang sangat strategis untuk komunikasi antara Batavia dan Tjiandjoer yang saat itu merupakan ibu kota dari Keresidenan Priangan.[11]

Penggunaan nama Soekaboemi[sunting | sunting sumber]

Andries de Wilde

Dalam catatan arsip Hindia Belanda, nama Sukabumi atau Soekaboemi pertama kali digunakan oleh Andries de Wilde, seorang ahli bedah dan pengusaha perkebunan kopi dan teh berkebangsaan Belanda (Preanger Planter). Nama "Soeka Boemi" pertama kali digunakan pada tanggal 13 Januari 1815 oleh de Wilde yang saat itu baru membuka lahan perkebunan. Dalam laporan surveinya, de Wilde mencantumkan nama Soeka Boemi sebagai tempat ia menginap di Kepatihan Tjikole. De Wilde lalu mengirim surat kepada temannya Nicolaus Engelhard[12] yang menjabat sebagai administrator Hindia Belanda,[13] di mana ia meminta Engelhard untuk mengajukan penggantian nama Kepatihan Tjikole menjadi Kepatihan Soekaboemi kepada Stamford Raffles, Gubernur Hindia Belanda saat itu.[14]

Terdapat dua pendapat mengenai asal nama Sukabumi yang digunakan oleh de Wilde. Pendapat pertama mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sunda, yaitu Suka dan Bumen (Menetap) yang bermakna suatu kawasan yang disukai untuk menetap karena iklim Sukabumi yang sejuk. Pendapat kedua mengatakan bahwa nama Sukabumi berasal dari kata Bahasa Sanskerta, yaitu Suka (kesenangan, kebahagiaan, kesukaan) dan Bhumi (Bumi, Tanah) sehingga nama Sukabumi memiliki arti "Bumi yang disenangi" atau "Bumi yang disukai". Pada awalnya, Sukabumi adalah permukiman penduduk bagian dari wilayah pemerintahan District Goenoeng Parang, Onderafdeeling Tjiheulang yang merupakan bagian dari Afdeeling Tjiandjoer, Residentie Preanger (Regeerings Almanaks tahun 1872).

De Wilde lalu menjual kembali tanahnya di Soekaboemi kepada pemerintah Hindia Belanda pada 1823.[15] Lokasi strategis Soekaboemi di antara Batavia dan Bandung dan hasil buminya yang banyak menyumbang pemasukan bagi pemerintah Hindia Belanda merupakan faktor dibangunnya jalur kereta api dari Boeitenzorg ke Soekaboemi yang terhubung pada 1882. Jalur yang dibangun oleh perusahaan Staatspoorwagen ini menjadi pusat distribusi pengangkutan hasil bumi seperti teh, kopi, dan kina ke Pelabuhan Tanjung Priok di Batavia.

Dari Distrik Menjadi Gemeente (Kota Praja)[sunting | sunting sumber]

Rumah sakit di Sukabumi pada 1920-an

Sukabumi yang berawal dari sebuah distrik berkembang menjadi daerah yang mendapat status gemeente (kota praja). Perkembangan ini mungkin terjadi dikarenakan letak wilayah Sukabumi yang strategis terutama setelah dibangun Jalan Raya Pos oleh Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels di tahun 1809. Keberadaan perkebunan teh yang berada di Sukabumi menjadi faktor penarik penduduk sekitar untuk datang ke Sukabumi. Mereka datang mengadu nasib untuk meningkatkan taraf hidupnya. Akhirnya, Sukabumi tumbuh menjadi pusat perekonomian.

Penduduk yang berada di Sukabumi dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan ekonominya di pasar lokal. Barang-barang tersebut dihasilkan oleh penduduk di pedalaman dan akan diperjualbelikan di pasar. Wilayah Sukabumi akhirnya tumbuh dengan sistem hukum dan berkembang ke arah kosmopolitan seperti yang dikemukakan Weber. Kondisi ini menjadikan pertimbangan Pemerintahan Hindia Belanda untuk membangun lintasan jalan kereta api yang menghubungkan Batavia dengan Sukabumi.

Jalur kereta api tersebut memberikan banyak keuntungan bagi perkebunan teh yang memerlukan transportasi yang murah dan cepat untuk menjual hasil perkebunan ke pabrik ataupun kota. Dengan lintasan jalan kereta api ini kehidupan sosial ekonomi masyarakat semakin berkembang. Pemerintah Hindia Belanda juga membangun sejumlah irigasi untuk pertanian di wilayah Sukabumi. Tidak kurang dari 17 tangki air melintas di atas jalan raya yang menghubungkan Bogor dengan Cianjur melalui Sukabumi.

Bangsa Eropa berlomba-lomba datang ke Sukabumi untuk berinventasi. Hal itu disebabkan banyaknya hal menarik yang dapat dikembangkan. Kehadiran dan komposisi penduduk Eropa membawa dampak besar dalam perubahan Sukabumi menjadi sebuah gemeente. Kebijakan desentralisasi dan perubahan pemerintahan negeri (bestuurshervorming) memberi ruang bagi mereka untuk menjadikan Sukabumi sebagai daerah otonom.[16]

Soekaboemi merupakan tempat percetakan surat kabar Tionghoa pertama di Indonesia yaitu Li Po pada tahun 1901 yang berbahasa Melayu-Mandarin.

Kota Praja Soekaboemi[sunting | sunting sumber]

Status Soekaboemi sebagai kota sendiri dimulai pada 1 April 1914, di mana pemerintahan Hindia Belanda meresmikan Soekaboemi sebagai gemeente (kota praja) karena populasi bangsa Eropa yang cukup signifikan. Tanggal 1 April dipilih untuk memperingati kemenangan kelompok Geuzen (leluhur bangsa Belanda) dalam merebut kota Brielle dari tangan Spanyol dalam Perang Delapan Puluh Tahun yang terjadi pada 1 April 1572. Pemerintahan kota Soekaboemi sendiri baru terbentuk di pada 1 Mei 1926, dengan burgemeester (wali kota) pertamanya George François Rambonnet.

Selama masa terbentuknya kota praja sampai ke pendudukan Jepang, terjadi pembangunan Soekaboemi Treinstation (Stasiun Sukabumi), Moskee te Soekaboemi (Masjid Agung Sukabumi), Pinkstergemeente (Gereja Pantekosta), Rooms-katholieke kerk (Gereja Katolik Santo Yoseph), Bethelkerk (Gereja Bethel), Bataksche kerk (HKBP Pasundan), Waterkrachtwerk Oebroeg (PLTA Ubrug), Onderstation Lemboersitoe (Gardu Induk Lembursitu), dan Politieschool (Setukpa Polri).[17][18][19]

Menjelang akhir kekuasaan Hindia Belanda, Soekaboemi menjadi tempat tujuan pengasingan bagi beberapa tokoh nasional Indonesia seperti Mohammad Hatta, Sutan Syahrir dan Tjipto Mangoenkoesoemo. Pernah juga diadakan pertemuan diplomatik antara Ichizo Kobayashi sebagai perwakilan dari Jepang dengan Hubertus van Mook pada Oktober 1940 yang membahas mengenai kerja sama dagang antara Jepang dan Hindia Belanda.[20]

Soekaboemi di era pendudukan Jepang[sunting | sunting sumber]

Di pertengahan masa Perang Dunia Kedua, Kekaisaran Jepang melancarkan serangan ke Hindia Belanda pada 8 Desember 1941, di mana Soekaboemi jatuh ke tangan Jepang pada tanggal 7 Maret 1942. Di masa pendudukan Jepang, Soekaboemi menjadi tempat pertemuan Mohammad Hatta dan Sutan Syahrir dengan perwakilan Jepang untuk membahas mengenai masa depan Hindia Belanda, tetapi keduanya malah menjadi tahanan kota. Soekaboemi juga menjadi salah satu tempat penahanan tawanan perang dari Amerika Serikat dan Australia di Indonesia.[21][22]

Perubahan Nama Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

No Nama Pemerintahan Keterangan
1 Gemeente Soekaboemi Staatsblad (Berita negara) 1914 no. 310-311
Tahun 1914-1942
2 Soekaboemi Shi Pendudukan Jepang tahun 1942-1945
3 Kota Kecil Sukabumi UU No. 17 Tahun 1950
4 Kota Praja Sukabumi UU No. 1 Tahun 1957
5 Kota Madya Sukabumi UU No. 18 Tahun 1965
6 Kota Madya Daerah Tingkat II Sukabumi UU No. 5 Tahun 1974
7 Kota Sukabumi UU No. 22 tahun 1999
UU No. 32 Tahun 2003

Geografi[sunting | sunting sumber]

Dago, kawasan kuliner di kota Sukabumi

Kota Sukabumi terletak pada bagian selatan tengah Jawa Barat serta bagian barat daya dari wilayah Priangan pada koordinat 106° 45’ 50’’ Bujur Timur dan 106° 45’ 10’’ Bujur Timur, 6° 49’ 29’’ Lintang Selatan dan 6° 50’ 44’’ Lintang Selatan, terletak di kaki Gunung Gede dan Gunung Pangrango yang ketinggiannya 584 m di atas permukaan laut, dengan suhu maksimum 29 °C.

Kota ini terletak 120 km sebelah selatan Jakarta dan 96 km sebelah barat Bandung, dan wilayahnya berada di sekitar timur laut wilayah Kabupaten Sukabumi serta secara administratif wilayah kota ini seluruhnya berbatasan dengan wilayah Kabupaten Sukabumi. Kota Sukabumi secara budaya merupakan bagian dari wilayah Priangan Barat.

Pemerintahan[sunting | sunting sumber]

Wilayah Kota Sukabumi berdasarkan PP No. 3 Tahun 1995 adalah 48,423 km² yang terbagi dalam 5 kecamatan dan 33 kelurahan. Selanjutnya berdasarkan Perda Nomor 15 Tahun 2000 tanggal 27 September 2000, wilayah administrasi Kota Sukabumi mengalami pemekaran menjadi 7 kecamatan dengan 33 kelurahan. Kecamatan Baros dimekarkan menjadi 3 kecamatan yaitu Kecamatan Baros, Kecamatan Cibeureum, dan Kecamatan Lembursitu. Pada tahun 2010 Kota Sukabumi terdiri dari 7 kecamatan, meliputi 33 kelurahan, 350 RW, dan 1.521 RT.

Wali Kota[sunting | sunting sumber]

Kantor Walikota Sukabumi

Kota Sukabumi dipimpin oleh seorang wali kota yang dipilih langsung setiap 5 tahun sekali. Dalam menjalankan pemerintahan wali kota dibantu oleh wakil wali kota, para staf ahli dan berbagai perangkat seperti sekretariat daerah, badan-badan serta dinas-dinas.

No Wali Kota Mulai jabatan Akhir jabatan Prd. Ket. Wakil Wali Kota
1 Mr. G.F. Rambonnet 1926 1933
22 Achmad Fahmi 20 September 2018 20 September 2023 Andri Setiawan Hamami
-
Kusmana Hartadji
(Penjabat)
20 September 2023 Sekarang

Dewan Perwakilan[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Sukabumi dalam dua periode terakhir.[23][24]

Partai Politik Jumlah Kursi dalam Periode
2014-2019 2019-2024
PKB 1 Penurunan 0
Gerindra 4 Kenaikan 6
PDI-P 6 Penurunan 4
Golkar 6 Steady 6
NasDem 1 Kenaikan 3
PKS 3 Kenaikan 5
PPP 3 Penurunan 2
PAN 3 Steady 3
Hanura 4 Penurunan 1
Demokrat 4 Kenaikan 5
Jumlah Anggota 35 Steady 35
Jumlah Partai 10 Penurunan 9


Kecamatan[sunting | sunting sumber]

Kota Sukabumi memiliki 7 kecamatan dan 33 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduknya mencapai 334.033 jiwa dengan luas wilayah 48,25 km² dan sebaran penduduk 6.923 jiwa/km².[25][26]

Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Sukabumi, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kecamatan Jumlah
Kelurahan
Daftar
Kelurahan
32.72.05 Baros 4
32.72.07 Cibeureum 4
32.72.02 Cikole 6
32.72.03 Citamiang 5
32.72.01 Gunungpuyuh 4
32.72.06 Lembursitu 5
32.72.04 Warudoyong 5
TOTAL 33

Demografi[sunting | sunting sumber]

Kependudukan[sunting | sunting sumber]

Peta administrasi Kota Sukabumi

Perkembangan penduduk di Kota Sukabumi selama periode 1998-2002 terus meningkat, dengan laju pertumbuhan penduduk rata-rata 1,75 %.[27] Sementara pada tahun 2021, jumlah penduduk kota Sukabumi sebanyak 353.455 jiwa.

Tahun Jumlah penduduk[27][28]
2021 353.455
2018 340.756
2015 318.117
2010 298.681
2005 280.373
2000 252.420
1999 242.976
1998 241.396

Suku bangsa[sunting | sunting sumber]

Pencak Silat, olahraga bela diri yang digemari banyak masyarakat Sukabumi

Berdasarkan data Sensus Penduduk Indonesia 2000, sebagian besar penduduk Kota Sukabumi adalah orang Sunda, yakni 92,21%. Diikuti oleh suku Jawa dan Tionghoa. Beberapa diantaranya terdapat orang Betawi, Batak, Minangkabau, dan suku lainnya dengan jumlah yang sedikit. Berikut adalah besaran penduduk Kota Sukabumi berdasarkan suku bangsa sesuai data Sensus Penduduk tahun 2000;[29]

No Suku Jumlah (2000) %
1 Sunda 231.888 92,21%
2 Jawa 7.235 2,88%
3 Tionghoa 5.465 2,17%
4 Betawi 1.364 0,54%
5 Batak 1.361 0,54%
6 Minangkabau 504 0,20%
7 Suku lainnya 3.655 1,46%
Kota Sukabumi 251.472 100%

Catatan: Suku Lainnya sudah termasuk suku-suku sisanya yang membentuk populasi Kota Sukabumi seperti orang Banten, dan Cirebon.

Ketenagakerjaan[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Dinas Sosial, Tenaga Kerja dan Penanggulangan Bencana Kota Sukabumi tercatat bahwa jumlah pencari kerja yang terdaftar pada tahun 2010 mencapai 8.699 orang, yang terdiri dari 4.129 pencari kerja laki-laki dan 4.570 perempuan. Sedangkan pencari kerja yang berhasil ditempatkan sebanyak 2.014 orang. Jumlah Pencari Kerja yang telah ditempatkan menurut tingkat pendidikan di Kota Sukabumi tahun 2010 meliputi lulusan SMP 510 orang, lulusan SMA 967 orang, lulusan jenjang Diploma 155 orang, dan Sarjana 123 orang.

Jumlah Pegawai Negeri Sipil di lingkungan Pemerintah Kota Sukabumi pada 2010 adalah 5.733 orang yang terdiri dari Golongan I 213 orang, Golongan II 1.630 orang, Golongan III 2.209 orang, dan Golongan IV 1.681 orang. Berdasarkan tingkat pendidikan S3 3 orang, S2 205 orang, S1 2.070 Orang, DIV 21 Orang, DIII/DII/DI 1.496 orang, SMA 1.584 orang, SMP 183 orang, dan SD 171 orang.

Perekonomian[sunting | sunting sumber]

Gedung Olahraga Merdeka Sukabumi

Jika dilihat dari kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) kota Sukabumi masih relatif kecil yaitu berada di bawah 20 persen setiap tahunnya.[30] Berdasarkan data dari Dinas Perindustrian, Perdagangan Koperasi dan Penanaman Modal Kota Sukabumi pada tahun 2010, diketahui bahwa perusahaan yang memilki SIUP mengalami peningkatan sebesar 7,67 % yaitu dari 4.899 perusahaan pada tahun 2009 menjadi 5.275 perusahaan pada tahun 2010. Dari sebanyak 5.275 perusahaan yang memiliki SIUP tersebut terdiri dari 154 perusahaan besar, 519 perusahaan menengah dan 4.602 perusahaan kecil.

Sedangkan jumlah perusahaan yang mengajukan Permintaan Tanda Daftar Perusahaan pada tahun 2010 mengalami penurunan sebanyak 32,35 % dibanding tahun 2009. Dari sejumlah 366 perusahaan yang mengajukan Tanda Daftar Perusahaan, tercatat sebanyak 50 perusahaan berbentuk badan usaha PT, 8 perusahaan berbentuk Koperasi, 110 perusahaan berbentuk CV, 197 perusahaan berbentuk PO dan ada 1 perusahaan berbentuk BUL.

Grand Hotel Selabintana (1900-1935)

Kegiatan perhotelan di Kota Sukabumi dapat dilihat dari banyaknya perusahaan akomodasi dan tamu yang menginap. Pada tahun 2010 jumlah perusahaan akomodasi di Kota Sukabumi sebanyak 33 buah yang terdiri dari 598 kamar dan 875 tempat tidur.

Sementara itu banyaknya tamu yang menginap pada tahun 2010 sebanyak 107.679 orang yang terdiri dari wisatawan mancanegara sebanyak 2.794 orang dan wisatawan nusantara sebanyak 104.885 orang. Jumlah tamu yang menginap tersebut 35,54% jika dibandingkan dengan tahun 2009 yang berjumlah 38.275 orang. Jika dilihat per kecamatan, dapat diketahui bahwa tamu yang menginap di hotel, masih didominasi di wilayah Kecamatan Cikole, yaitu mencapai 68.94%. Hal ini dimungkinkan karena wilayah Kecamatan Cikole berada di pusat Kota Sukabumi.

Sedangkan kegiatan pariwisata di Kota Sukabumi relatif masih sangat kecil. Secara keseluruhan hanya tercatat 2 objek wisata, 47 penginapan remaja, 6 kolam renang serta beberapa usaha pariwisata lainnya yang meliputi biliar, golf, karaoke, dan ketangkasan.

Pendidikan[sunting | sunting sumber]

Di kota ini telah berdiri beberapa perguruan tinggi di antaranya STIE Penguji sebagai perguruan tinggi tertua di Sukabumi, lalu Politeknik Sukabumi, Politeknik BBC, Universitas Muhammadyah Sukabumi (UMMI), Institut Manajemen Wiyata Indonesia (IMWI), Sekolah Tinggi Teknologi Nusa Putra (STT NSP), AMIK CBI, Universitas Bina Sarana Informatika (UBSI), STMIK PASIM, STIE PASIM, STIKES Sukabumi, STAI Al_Masturiyah, STAI Darusalam, STISIP Widyapuri Mandiri, STISIP Syamsul Ulum, STIE PGRI, STKIP PGRI, STAI Sukabumi, STAI Syamsul 'Ulum, STIBA Arayyah, STH Pasundan juga sekolah lanjutan yang berbasis pendidikan Islam yaitu MA Baiturrahman.

Pada tahun 2010 di Kota Sukabumi terdapat 56 Taman Kanak-Kanak, 123 Sekolah Dasar, 35 SMP, 16 SMA, dan 21 SMK yang meliputi sekolah negeri dan swasta. Sementara itu murid yang tertampung di TK pada tahun 2010/2011 sebanyak 2.648 siswa, murid SD sebanyak 33.785 siswa, murid SMP negeri sebanyak 11.174 siswa, murid SMP swasta sebanyak 3.086 siswa, murid SMA negeri dan swasta sebanyak 7.858 siswa dan sebanyak 10.999 murid SMK negeri dan swasta.

Kesehatan[sunting | sunting sumber]

Kode Nama Rumah Sakit Jenis Tipe Alamat
1. 3272075 RSUD Islam Al-Mulk RSUD D Jalan Pelabuhan №18, Lembursitu, Kec. Lembursitu, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43169
2. 3272014 RSUD Raden Syamsudin RSUD B Jalan Rumah Sakit №1, Cikole, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43111
3. 3272051 RS Assyifa Sukabumi RS C Jalan Jend. Sudirman №3, Gunungpuyuh, Kec. Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43123
4. 3272025 RS Bhayangkara Setukpa RS C Jalan Aminta Azmali №59, Sriwidari, Kec. Gunungpuyuh, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43121
5. 3272062 RS Kartika Kasih RS D Jalan Ahmad Yani №18, Nyomplong, Kec. Warudoyong, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43131
6. 3272036 RS Ridogalih RS D Jalan Gudang №24, Kebonjati, Kec. Cikole, Kota Sukabumi, Jawa Barat 43113

Transportasi[sunting | sunting sumber]

Dapat diakses melalui Terminal K.H. Ahmad Sanusi Kota Sukabumi yang melayani transportasi angkutan kota, angkutan Antar Kota Dalam Provinsi (AKDP) ke Jawa Barat (Palabuhanratu, Cianjur, Bandung, Banjar, Pangandaran, Bogor, dan Bekasi) dan angkutan Antar Kota Antar Provinsi (AKAP) (DKI Jakarta, Sumatra, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali).

Layanan transportasi umum dalam kota. Adapun yang menghubungkan ke kabupaten sukabumi

Kuliner[sunting | sunting sumber]

Beberapa kuliner khas kota Sukabumi di antaranya adalah Nasi uduk ungu,[31] mochi, Roti Priangan,[32] Bubur Ayam Sukabumi, bolu pisang, mi leor, ciwang (aci bawang), dan deblo.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ a b "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 2 Juli 2022. 
  2. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2021" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-08-05. Diakses tanggal 2 Juli 2022. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021" (pdf). www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-27. Diakses tanggal 2 Juli 2022. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2020" (pdf). www.djpk.kemenkeu.go.id. (2020). Diakses tanggal 3 Agustus 2021. 
  5. ^ Martono, Hendra (2023-02-06). "Baru Tahu Sekarang, Ternyata Kota Sukabumi Ke 3 Kota Terkecil Di Jawa Barat, YUK Cari Tahu Kota Terkecil Lain - TiNewss". Baru Tahu Sekarang, Ternyata Kota Sukabumi Ke 3 Kota Terkecil Di Jawa Barat, YUK Cari Tahu Kota Terkecil Lain - TiNewss. Diakses tanggal 2023-12-25. 
  6. ^ Beekman, E. M. (1988). Fugitive Dreams: An Anthology of Dutch Colonial Literature. University of Massachusetts Press. hlm. 90. ISBN 0870235753. 
  7. ^ Brommer, Bea (2015). To My Dear Pieternelletje:Grandfather and Granddaughter in VOC Time, 1710-1720. Leiden: Brill. hlm. 19. ISBN 9789004293328. 
  8. ^ Danasasmita, Saleh (1983). Sejarah Bogor, Volume 1. Bogor: Pemerintah Daerah Kotamadya DT II Bogor. hlm. 85. 
  9. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer. hlm. 60. ISBN 9789401768481. 
  10. ^ Kumar, Ann (1997). Java and Modern Europe: Ambiguous Encounters. Routledge. hlm. 292. ISBN 1138863149. 
  11. ^ Titik balik historiografi di Indonesia. Wedatama Widya Sastra bekerja sama dengan Departemen Sejarah FIB UI. 2008. ISBN 978-979-3258-80-5. 
  12. ^ Breman, Jan (2014). Keuntungan Kolonial Dari Kerja Paksa: Sistem Priangan Dari Tanam Paksa Kopi di Jawa 1920-1870. Yayasan Obor Indonesia. hlm. 129. ISBN 9789794618745. 
  13. ^ "Inventaris van de collectie Engelhard 1750-1832" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-09-18. Diakses tanggal 2016-09-06. 
  14. ^ Lubis, Nina Herlina (1998). Kehidupan kaum ménak Priangan, 1800-1942. Pusat Informasi Kebudayaan Sunda. 
  15. ^ Klaveren, N. A. (1983). The Dutch Colonial System in the East Indies. Springer. hlm. 103. ISBN 9789401768481. 
  16. ^ Nugraha Setia. 2017. Kota Sukabumi: Dari Distrik menjadi Gemeente (1815-1914). Jurnal Patanjala. 9(3): 423-438
  17. ^ Paulus, Jozias (1989). Encyclopaedie van Nederlandsch-Indië. 
  18. ^ Van Diessen, J. R. (1998). Stedenatlas Nederlands-Indië. Asia Maior. hlm. 9. ISBN 9789074861120. 
  19. ^ Ligthart, Th (1926). De Indische bodem. Volkslectuur. hlm. 174. 
  20. ^ Mook, Hubertus Johannes (1944). The Netherlands Indies and Japan: Battle on Paper, 1940-1941. W. W. Norton, Incorporated. 
  21. ^ Spiller, Harry (2009). American POWs in World War II: Twelve Personal Accounts of Captivity by Germany and Japan. McFarland. hlm. 182. ISBN 9780786453733. 
  22. ^ De Jong, Louis (2003). The Collapse of a Colonial Society (Verhandelingen Van Het Koninklijk Instituut Voor Taal-, Land- En Volkenkunde). University of Washington Press. hlm. 91. ISBN 9789067182034. 
  23. ^ Inilah.com: Anggota DPRD Kota Sukabumi dilantik[pranala nonaktif permanen], diakses 26 Juli 2015
  24. ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Sukabumi 2019-2024
  25. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  26. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  27. ^ a b http://www.sukabumikota.go.id Diarsipkan 2007-07-01 di Wayback Machine. BAB II Perkembangan Kota Sukabumi Diarsipkan 2010-12-25 di Wayback Machine.
  28. ^ "Badan Pusat Statistik Kota Sukabumi". sukabumikota.bps.go.id (dalam bahasa Inggris). Diarsipkan dari versi asli tanggal 2017-04-26. Diakses tanggal 2017-04-25. 
  29. ^ "Karakteristik Penduduk Jawa Barat Hasil Sensus Penduduk 2000" (pdf). www.jabar.bps.go.id. 1 November 2001. hlm. 72. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-01-19. Diakses tanggal 2 Juli 2022. 
  30. ^ http://www.sukabumikota.go.id Diarsipkan 2007-07-01 di Wayback Machine. BAB IV Program dan kegiatan Strategis Diarsipkan 2011-11-03 di Wayback Machine.
  31. ^ "Nasi uduk ungu dijadikan ikon Kota Sukabumi" Diarsipkan 2013-11-05 di Wayback Machine., Antara
  32. ^ "Kuliner ala Kota Sukabumi" Diarsipkan 2016-04-18 di Wayback Machine., Pikiran Rakyat

Pranala luar[sunting | sunting sumber]