School tot Opleiding van Inlandsche Artsen: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Faldi00 (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
 
(14 revisi perantara oleh 7 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
[[Berkas:Stovia_2.JPG|jmpl| Para akademisi Stovia tahun 1916]]'''''School tot Opleiding van Indische Artsen''''' ([[bahasa Indonesia]]: Sekolah Pendidikan Dokter Hindia), atau yang juga dikenal dengan singkatannya '''STOVIA''', adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di [[Batavia]] pada zaman kolonial [[Hindia Belanda]]. Saat ini sekolah ini telah menjadi [[Fakultas Kedokteran]] [[Universitas Indonesia]]<ref>[http://www.fk.ui.ac.id/Indonesia/frame/FKUI/sejarah.html "Sejarah Singkat FKUI"], Situs Resmi FKUI, diakses [[Mei]] [[2007]]</ref>.
[[Berkas:Stovia_2.JPG|jmpl| Para akademisi Stovia tahun 1916]]'''''School tot Opleiding van Inlandsche Artsen''''' ([[bahasa Indonesia]]: Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputra), atau yang juga dikenal dengan singkatannya '''STOVIA''', adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di [[Batavia]] pada zaman kolonial [[Hindia Belanda]]. Saat ini sekolah ini telah menjadi [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]].<ref>[http://www.fk.ui.ac.id/Indonesia/frame/FKUI/sejarah.html "Sejarah Singkat FKUI"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20060827135143/http://www.fk.ui.ac.id/Indonesia/frame/FKUI/sejarah.html |date=2006-08-27 }}, Situs Resmi FKUI, diakses [[Mei]] [[2007]]</ref>


== Sejarah pendirian ==
== Sejarah pendirian ==
Kekhawatiran akan kurangnya tenaga kesehatan untuk menghadapi berbagai macam penyakit berbahaya di wilayah-wilayah jajahannya, membuat pemerintah kolonial menetapkan perlunya diselenggarakan suatu kursus juru kesehatan di Hindia Belanda. Pada 2 Januari 1849, dikeluarkanlah Surat Keputusan Gubernemen no. 22 mengenai hal tersebut, dengan menetapkan tempat pendidikannya di Rumah Sakit Militer (sekarang [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto|RSPAD Gatot Subroto]]) di kawasan Weltevreden, [[Batavia]] (sekarang [[Gambir, Jakarta Pusat|Gambir]] dan sekitarnya).
Kekhawatiran akan kurangnya tenaga kesehatan untuk menghadapi berbagai macam penyakit berbahaya di wilayah-wilayah jajahannya, membuat pemerintah kolonial menetapkan perlunya diselenggarakan suatu kursus juru kesehatan di Hindia Belanda. Pada 2 Januari 1849, dikeluarkanlah Surat Keputusan Gubernemen no. 22 mengenai hal tersebut, dengan menetapkan tempat pendidikannya di Rumah Sakit Militer (sekarang [[Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto|RSPAD Gatot Subroto]]) di kawasan Weltevreden, [[Batavia]] (sekarang [[Gambir, Jakarta Pusat|Gambir]] dan sekitarnya).


Pada tanggal 5 Juni 1853, kegiatan kursus juru kesehatan ditingkatkan kualitasnya melalui Surat Keputusan Gubernemen no. 10 menjadi ''Sekolah Dokter Djawa'', dengan masa pendidikan tiga tahun. Lulusannya berhak bergelar "Dokter Djawa", akan tetapi sebagian besar pekerjaannya adalah sebagai mantri cacar.
Pada tanggal 5 Juni 1853, kegiatan kursus juru kesehatan ditingkatkan kualitasnya melalui Surat Keputusan Gubernemen no. 10 menjadi ''Sekolah Dokter Djawa'', dengan masa pendidikan tiga tahun. Lulusannya berhak bergelar "Dokter Djawa", akan tetapi sebagian besar pekerjaannya adalah sebagai mantri cacar.


Pada akhir abad ke-19, Belanda mengalami perubahan kebijakan dengan penerapan [[Politik Etis|politik etis]] yang bertujuan untuk menciptakan kesetaraan kepada warga pribumi atau rakyat Indonesia saat itu. Kebijakan ini mencakup tiga bidang, yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi.<ref name=":02">{{Cite web|last=Parinduri|first=Alhidayath|date=23 Februari 2021|title=Kapan Boedi Oetomo Didirikan, Latar Belakang Sejarah, & Tujuannya?|url=https://tirto.id/kapan-boedi-oetomo-didirikan-latar-belakang-sejarah-tujuannya-gap1|website=tirto.id|language=id|access-date=24 November 2021}}</ref> Salah satu bidangnya, yaitu edukasi inilah yang membuka kesempatan untuk warga pribumi mengenyam pendidikan. Ditambah lagi, wabah penyakit telah tersebar di [[Jawa|Pulau Jawa]], tetapi biaya untuk mendatangkan dokter dari Eropa membutuhkan biaya yang sangat mahal.<ref>{{Cite web|date=20 Mei 2021|title=STOVIA, Boedi Oetomo, dan Kebangkitan Pergerakan Nasional|url=https://ditsmp.kemdikbud.go.id/stovia-boedi-oetomo-dan-kebangkitan-pergerakan-nasional/|website=Direktorat SMP|language=id-ID|access-date=24 November 2021}}</ref> Kondisi inilah yang menimbulkan pemikiran untuk memberikan pendidikan pada kaum pribumi untuk menjadi mantri. Sebagai solusi dari masalah ini, [[Hermanus Frederik Roll]], yang saat itu menjabar sebagai direktur Sekolah Dokter Jawa pun mengusulkan ke pemerintah Belanda untuk membangun tempat pendidikan kedokteran yang dapat disetarakan dengan pendidikan kedokteran yang ada di Belanda. STOVIA pun didirikan pada tahun 1851, yang berlokasi di sebelah rumah sakit militer. STOVIA tidak membutuhkan biaya serta memberikan peralatan kuliah, seragam gratis sekaligus beasiswa 15 [[gulden]] tiap bulannya untuk menarik perhatian kaum pribumi bersekolah disini. Situasi inilah yang menyebabkan STOVIA mendapat julukan sebagai 'sekolah orang miskin'.<ref>{{Cite web|date=20 Mei 2019|title=Budi Utomo 20 Mei 1908, Awal Pergerakan Nasional Indonesia menuju Indonesia Merdeka|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/muspres/budi-utomo-20-mei-1908-awal-pergerakan-nasional-indonesia-menuju-indonesia-merdeka/|website=kebudayaan.kemdikbud.go.id|access-date=25 November 2021}}</ref> Mahasiswa STOVIA wajib menjalani ikatan dinas selama sepuluh tahun. Apabila ikatan dinas tidak ditepati, mereka akan didenda sebesar 5.800 gulden.<ref>{{Cite web|last=Matanasi|first=Petrik|date=20 Agustus 2020|title=Tjipto hingga Leimena: Penerima Beasiswa yang Membangkang Belanda|url=https://tirto.id/tjipto-hingga-leimena-penerima-beasiswa-yang-membangkang-belanda-fXS7|website=tirto.id|language=id|access-date=25 November 2021}}</ref>
Selanjutnya Sekolah Dokter Djawa terus-menerus mengalami perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Pada tahun 1889 namanya diubah menjadi ''School tot Opleiding van Inlandsche Geneeskundigen'' (atau Sekolah Pendidikan Ahli Ilmu Kedokteran Pribumi), lalu pada tahun 1898 diubah lagi menjadi ''School tot Opleiding van Inlandsche Artsen'' (atau Sekolah Dokter Pribumi). Akhirnya pada tahun 1913, diubahlah kata ''Inlandsche'' (pribumi) menjadi ''Indische'' (Hindia) karena sekolah ini kemudian dibuka untuk siapa saja, termasuk penduduk keturunan "[[Timur Asing]]"<ref>Antara lain penduduk keturunan Tionghoa, Arab, dan India</ref> dan Eropa, sedangkan sebelumnya hanya untuk penduduk pribumi. Pendidikan dapat diperoleh oleh siapa saja yang lulus ujian dan masuk dengan biaya sendiri.

Selanjutnya Sekolah Dokter Djawa terus-menerus mengalami perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Pada tahun 1889 namanya diubah menjadi ''School tot Opleiding van Inlandsche Geneeskundigen'' (atau Sekolah Pendidikan Ahli Ilmu Kedokteran Pribumi), lalu pada tahun 1898 diubah lagi menjadi ''School tot Opleiding van Inlandsche Artsen'' (atau Sekolah Dokter Pribumi). Akhirnya pada tahun 1913, diubahlah kata ''Inlandsche'' (pribumi) menjadi ''Indische'' (Hindia) karena sekolah ini kemudian dibuka untuk siapa saja, termasuk penduduk keturunan "[[Timur Asing]]"<ref>Antara lain penduduk keturunan Tionghoa, Arab, dan India</ref> dan Eropa, sedangkan sebelumnya hanya untuk penduduk pribumi.


Cikal bakal dari pergerakan nasional di Hindia Belanda berawal dari sekolah ini ketika Dr. [[Wahidin Soedirohoesodo]] dan Dr. [[Soetomo]] yang keduanya merupakan alumni STOVIA mendirikan organisasi pergerakan nasional pertama bernama [[Budi Utomo]] pada 20 Mei 1908.
Cikal bakal dari pergerakan nasional di Hindia Belanda berawal dari sekolah ini ketika Dr. [[Wahidin Soedirohoesodo]] dan Dr. [[Soetomo]] yang keduanya merupakan alumni STOVIA mendirikan organisasi pergerakan nasional pertama bernama [[Budi Utomo]] pada 20 Mei 1908.


== Perubahan selanjutnya ==
== Perubahan selanjutnya ==
Nama STOVIA tetap digunakan hingga tanggal 9 Agustus 1927, yaitu saat pendidikan dokter resmi ditetapkan menjadi pendidikan tinggi, dengan nama ''Geneeskundige Hoogeschool'' (atau Sekolah Tinggi Kedokteran). Sempat terjadi beberapa kali lagi perubahan nama, yaitu 醫科大學 (''Ika Daigaku'', Sekolah Kedokteran) pada masa pendudukan Jepang dan ''Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia'' pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Sejak 2 Februari 1950, Pemerintah Republik Indonesia mengubahnya menjadi [[Universitas Indonesia|Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]], yang masih tetap berlaku hingga sekarang.
Nama STOVIA tetap digunakan hingga tanggal 9 Agustus 1927, yaitu saat pendidikan dokter resmi ditetapkan menjadi pendidikan tinggi, dengan nama ''Geneeskundige Hoogeschool'' (atau Sekolah Tinggi Kedokteran). Sempat terjadi beberapa kali lagi perubahan nama, yaitu 醫科大學 (''Ika Daigaku'', Sekolah Kedokteran) pada masa pendudukan Jepang dan ''Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia'' pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Sejak 2 Februari 1950, Pemerintah Republik Indonesia mengubahnya menjadi [[Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia]], yang masih tetap berlaku hingga sekarang.


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
* Raharja, Gede Mugi. ''[http://www.balipost.com/BaliPostcetak/2005/5/22/ars1.html Gedung Stovia, Menelusuri Tonggak Kebangkitan Nasional]'', artikel pada Bali Post online, Minggu Wage, 22 Mei 2005. Diakses pada 28 Januari 2007.
* Raharja, Gede Mugi. ''[http://www.balipost.com/BaliPostcetak/2005/5/22/ars1.html Gedung Stovia, Menelusuri Tonggak Kebangkitan Nasional] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20080209233644/http://www.balipost.com/BALIPOSTCETAK/2005/5/22/ars1.html |date=2008-02-09 }}'', artikel pada Bali Post online, Minggu Wage, 22 Mei 2005. Diakses pada 28 Januari 2007.
== Galeri ==
== Galeri ==
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Luchtfoto met de gebouwen van de Stovia de Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ) het Geneeskundig Laboratorium en de Opiumfabriek Weltevreden TMnr 60013949.jpg|450px|jmpl|Komplek kampus sekolah kedokteran STOVIA. Tampak dalam gambar adalah gedung-gedung yang saat ini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (atas) dan R.S. Cipto Mangunkusumo (tengah).]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Luchtfoto met de gebouwen van de Stovia de Centrale Burgerlijke Ziekeninrichting (CBZ) het Geneeskundig Laboratorium en de Opiumfabriek Weltevreden TMnr 60013949.jpg|450px|jmpl|Komplek kampus sekolah kedokteran STOVIA. Tampak dalam gambar adalah gedung-gedung yang saat ini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (ujung atas) dan [[Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo|R.S. Cipto Mangunkusumo]] (tengah), dibatasi di sebelah bawahnya oleh [[Sungai Ciliwung]]. Jalan Diponegoro sekarang, terletak di sebelah kanan komplek ini.]]
<gallery>
<gallery>
Berkas:stovia_1.jpg
Berkas:stovia_1.jpg
Baris 41: Baris 43:
[[Kategori:Pendidikan di Indonesia]]
[[Kategori:Pendidikan di Indonesia]]
[[Kategori:Sekolah pada masa kolonial Belanda]]
[[Kategori:Sekolah pada masa kolonial Belanda]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah Indonesia]]
[[Kategori:Bangunan bersejarah di Jakarta]]
[[Kategori:Bangunan Belanda di Indonesia]]
[[Kategori:Arsitektur Indonesia]]
[[Kategori:Arsitektur Indonesia]]
[[Kategori:Arsitektur Hindia Belanda]]
[[Kategori:Arsitektur Hindia Belanda]]

Revisi terkini sejak 7 Januari 2024 23.55

Para akademisi Stovia tahun 1916

School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (bahasa Indonesia: Sekolah Pendidikan Dokter Bumiputra), atau yang juga dikenal dengan singkatannya STOVIA, adalah sekolah untuk pendidikan dokter pribumi di Batavia pada zaman kolonial Hindia Belanda. Saat ini sekolah ini telah menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia.[1]

Sejarah pendirian[sunting | sunting sumber]

Kekhawatiran akan kurangnya tenaga kesehatan untuk menghadapi berbagai macam penyakit berbahaya di wilayah-wilayah jajahannya, membuat pemerintah kolonial menetapkan perlunya diselenggarakan suatu kursus juru kesehatan di Hindia Belanda. Pada 2 Januari 1849, dikeluarkanlah Surat Keputusan Gubernemen no. 22 mengenai hal tersebut, dengan menetapkan tempat pendidikannya di Rumah Sakit Militer (sekarang RSPAD Gatot Subroto) di kawasan Weltevreden, Batavia (sekarang Gambir dan sekitarnya).

Pada tanggal 5 Juni 1853, kegiatan kursus juru kesehatan ditingkatkan kualitasnya melalui Surat Keputusan Gubernemen no. 10 menjadi Sekolah Dokter Djawa, dengan masa pendidikan tiga tahun. Lulusannya berhak bergelar "Dokter Djawa", akan tetapi sebagian besar pekerjaannya adalah sebagai mantri cacar.

Pada akhir abad ke-19, Belanda mengalami perubahan kebijakan dengan penerapan politik etis yang bertujuan untuk menciptakan kesetaraan kepada warga pribumi atau rakyat Indonesia saat itu. Kebijakan ini mencakup tiga bidang, yaitu irigasi, edukasi, dan emigrasi.[2] Salah satu bidangnya, yaitu edukasi inilah yang membuka kesempatan untuk warga pribumi mengenyam pendidikan. Ditambah lagi, wabah penyakit telah tersebar di Pulau Jawa, tetapi biaya untuk mendatangkan dokter dari Eropa membutuhkan biaya yang sangat mahal.[3] Kondisi inilah yang menimbulkan pemikiran untuk memberikan pendidikan pada kaum pribumi untuk menjadi mantri. Sebagai solusi dari masalah ini, Hermanus Frederik Roll, yang saat itu menjabar sebagai direktur Sekolah Dokter Jawa pun mengusulkan ke pemerintah Belanda untuk membangun tempat pendidikan kedokteran yang dapat disetarakan dengan pendidikan kedokteran yang ada di Belanda. STOVIA pun didirikan pada tahun 1851, yang berlokasi di sebelah rumah sakit militer. STOVIA tidak membutuhkan biaya serta memberikan peralatan kuliah, seragam gratis sekaligus beasiswa 15 gulden tiap bulannya untuk menarik perhatian kaum pribumi bersekolah disini. Situasi inilah yang menyebabkan STOVIA mendapat julukan sebagai 'sekolah orang miskin'.[4] Mahasiswa STOVIA wajib menjalani ikatan dinas selama sepuluh tahun. Apabila ikatan dinas tidak ditepati, mereka akan didenda sebesar 5.800 gulden.[5]

Selanjutnya Sekolah Dokter Djawa terus-menerus mengalami perbaikan dan penyempurnaan kurikulum. Pada tahun 1889 namanya diubah menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Geneeskundigen (atau Sekolah Pendidikan Ahli Ilmu Kedokteran Pribumi), lalu pada tahun 1898 diubah lagi menjadi School tot Opleiding van Inlandsche Artsen (atau Sekolah Dokter Pribumi). Akhirnya pada tahun 1913, diubahlah kata Inlandsche (pribumi) menjadi Indische (Hindia) karena sekolah ini kemudian dibuka untuk siapa saja, termasuk penduduk keturunan "Timur Asing"[6] dan Eropa, sedangkan sebelumnya hanya untuk penduduk pribumi.

Cikal bakal dari pergerakan nasional di Hindia Belanda berawal dari sekolah ini ketika Dr. Wahidin Soedirohoesodo dan Dr. Soetomo yang keduanya merupakan alumni STOVIA mendirikan organisasi pergerakan nasional pertama bernama Budi Utomo pada 20 Mei 1908.

Perubahan selanjutnya[sunting | sunting sumber]

Nama STOVIA tetap digunakan hingga tanggal 9 Agustus 1927, yaitu saat pendidikan dokter resmi ditetapkan menjadi pendidikan tinggi, dengan nama Geneeskundige Hoogeschool (atau Sekolah Tinggi Kedokteran). Sempat terjadi beberapa kali lagi perubahan nama, yaitu 醫科大學 (Ika Daigaku, Sekolah Kedokteran) pada masa pendudukan Jepang dan Perguruan Tinggi Kedokteran Republik Indonesia pada masa awal kemerdekaan Indonesia. Sejak 2 Februari 1950, Pemerintah Republik Indonesia mengubahnya menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, yang masih tetap berlaku hingga sekarang.

Pranala luar[sunting | sunting sumber]

Galeri[sunting | sunting sumber]

Komplek kampus sekolah kedokteran STOVIA. Tampak dalam gambar adalah gedung-gedung yang saat ini menjadi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (ujung atas) dan R.S. Cipto Mangunkusumo (tengah), dibatasi di sebelah bawahnya oleh Sungai Ciliwung. Jalan Diponegoro sekarang, terletak di sebelah kanan komplek ini.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ "Sejarah Singkat FKUI" Diarsipkan 2006-08-27 di Wayback Machine., Situs Resmi FKUI, diakses Mei 2007
  2. ^ Parinduri, Alhidayath (23 Februari 2021). "Kapan Boedi Oetomo Didirikan, Latar Belakang Sejarah, & Tujuannya?". tirto.id. Diakses tanggal 24 November 2021. 
  3. ^ "STOVIA, Boedi Oetomo, dan Kebangkitan Pergerakan Nasional". Direktorat SMP. 20 Mei 2021. Diakses tanggal 24 November 2021. 
  4. ^ "Budi Utomo 20 Mei 1908, Awal Pergerakan Nasional Indonesia menuju Indonesia Merdeka". kebudayaan.kemdikbud.go.id. 20 Mei 2019. Diakses tanggal 25 November 2021. 
  5. ^ Matanasi, Petrik (20 Agustus 2020). "Tjipto hingga Leimena: Penerima Beasiswa yang Membangkang Belanda". tirto.id. Diakses tanggal 25 November 2021. 
  6. ^ Antara lain penduduk keturunan Tionghoa, Arab, dan India