Suku Kerinci: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Dikembalikan ke revisi 18287147 oleh Gervant of Shiganshina (bicara): Tanpa sumber. (🍔)
Tag: Pembatalan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 5: Baris 5:
|poptime= kurang lebih 300.000 (1996)
|poptime= kurang lebih 300.000 (1996)
|popplace=[[Kabupaten Kerinci]]<br>[[Kota Sungai Penuh]]<br>[[Kabupaten Merangin]]<br>[[Sumatra Barat]]<br>[[Riau]]<br>[[Kepulauan Riau]]<br>[[Sumatra Selatan]]<br>[[Bengkulu]]<br>[[Kepulauan Bangka Belitung]]<br>[[Lampung]]<br>[[Banten]]<br>[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]]<br>[[Jawa Barat]]<br>[[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]]
|popplace=[[Kabupaten Kerinci]]<br>[[Kota Sungai Penuh]]<br>[[Kabupaten Merangin]]<br>[[Sumatra Barat]]<br>[[Riau]]<br>[[Kepulauan Riau]]<br>[[Sumatra Selatan]]<br>[[Bengkulu]]<br>[[Kepulauan Bangka Belitung]]<br>[[Lampung]]<br>[[Banten]]<br>[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|DKI Jakarta]]<br>[[Jawa Barat]]<br>[[Kuala Lumpur]], [[Malaysia]]
|langs=[[bahasa Kerinci]], [[bahasa Indonesia]], [[bahasa Melayu]], [[bahasa Minangkabau]].
|langs=[[bahasa Kerinci]], [[bahasa Indonesia]], [[bahasa Melayu]], [[bahasa Jambi]], [[bahasa Minangkabau]].
|rels=[[Islam]].
|rels=[[Islam]].
|related=[[Suku Melayu|Melayu]], [[Orang Minangkabau|Minangkabau]].
|related=[[Suku Jambi|Jambi]], [[Suku Melayu|Melayu]], [[Orang Minangkabau|Minangkabau]].
}}
}}
[[Berkas:Mosque-IMG 3176.JPG|jmpl|[[Masjid Agung Pondok Tinggi]] di [[Sungai Penuh]]]]
[[Berkas:Mosque-IMG 3176.JPG|jmpl|[[Masjid Agung Pondok Tinggi]] di [[Sungai Penuh]]]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Vrouwen en kinderen uit een Kerintisch dorp West-Sumatra TMnr 10002859.jpg|jmpl|300px|Wanita dan anak-anak desa suku Kerinci di masa [[Hindia Belanda]]]]
[[Berkas:COLLECTIE TROPENMUSEUM Vrouwen en kinderen uit een Kerintisch dorp West-Sumatra TMnr 10002859.jpg|jmpl|300px|Wanita dan anak-anak desa suku Kerinci di masa [[Hindia Belanda]]]]


'''Suku Kerinci atau Suku Bangsa Kerinci'''<ref name=":0" /> ({{lang-ms|'''Kerinci''' atau '''Kerinchi'''}}; [[Aksara Jawi|Jawi]]: كرينچي) adalah suku bangsa yang mendiami wilayah [[Kabupaten Kerinci]], [[Kota Sungai Penuh]], [[Jambi]], [[Malaysia]] dan daerah lainnya.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/913647590|title=Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia|last=Zulyani|first=Hidayah|isbn=9789794619292|location=Jakarta|oclc=913647590|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|year=2015|pages=}}</ref> Suku bangsa ini terbanyak berpusat di Kabupaten Kerinci yang terletak dekat perbatasan [[Provinsi Sumatra Barat]]. Secara [[Topografi]] Kabupaten Kerinci memiliki tanah berbukit dan berlembah dalam deretan [[Pegunungan Bukit Barisan]] dengan puncak tertinggi [[Gunung Kerinci]].<ref name=":0" />
'''Suku Kerinci atau Melayu Kerinci'''<ref name=":0" /> ({{lang-ms|'''Kerinci''' atau '''Kerinchi'''}}; [[Aksara Jawi|Jawi]]: كرينچي) adalah suku bangsa yang mendiami wilayah [[Kabupaten Kerinci]], [[Kota Sungai Penuh]], [[Jambi]], [[Malaysia]] dan daerah lainnya.<ref name=":0">{{Cite book|url=https://www.worldcat.org/oclc/913647590|title=Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia|last=Zulyani|first=Hidayah|isbn=9789794619292|location=Jakarta|oclc=913647590|publisher=Yayasan Pustaka Obor Indonesia|year=2015|pages=}}</ref> Suku bangsa ini terbanyak berpusat di Kabupaten Kerinci yang terletak dekat perbatasan [[Provinsi Sumatra Barat]]. Secara [[Topografi]] Kabupaten Kerinci memiliki tanah berbukit dan berlembah dalam deretan [[Pegunungan Bukit Barisan]] dengan puncak tertinggi [[Gunung Kerinci]].<ref name=":0" />


== Bahasa dan Budaya Kerinci ==
== Bahasa dan Budaya Kerinci ==

Revisi per 25 April 2021 09.23

Suku Kerinci سوكو كرينچي
Daerah dengan populasi signifikan
Kabupaten Kerinci
Kota Sungai Penuh
Kabupaten Merangin
Sumatra Barat
Riau
Kepulauan Riau
Sumatra Selatan
Bengkulu
Kepulauan Bangka Belitung
Lampung
Banten
DKI Jakarta
Jawa Barat
Kuala Lumpur, Malaysia
Bahasa
bahasa Kerinci, bahasa Indonesia, bahasa Melayu, bahasa Jambi, bahasa Minangkabau.
Agama
Islam.
Kelompok etnik terkait
Jambi, Melayu, Minangkabau.
Masjid Agung Pondok Tinggi di Sungai Penuh
Wanita dan anak-anak desa suku Kerinci di masa Hindia Belanda

Suku Kerinci atau Melayu Kerinci[1] (Melayu: Kerinci atau Kerinchi; Jawi: كرينچي) adalah suku bangsa yang mendiami wilayah Kabupaten Kerinci, Kota Sungai Penuh, Jambi, Malaysia dan daerah lainnya.[1] Suku bangsa ini terbanyak berpusat di Kabupaten Kerinci yang terletak dekat perbatasan Provinsi Sumatra Barat. Secara Topografi Kabupaten Kerinci memiliki tanah berbukit dan berlembah dalam deretan Pegunungan Bukit Barisan dengan puncak tertinggi Gunung Kerinci.[1]

Bahasa dan Budaya Kerinci

Nama Kerinci berasal dari bahasa Tamil, yaitu nama bunga kurinji (Strobilanthes kunthiana) yang tumbuh di India Selatan pada ketinggian di atas 1800m yang mekarnya satu kali selama dua belas tahun. Karena itu Kurinji juga merujuk pada kawasan pegunungan. dapat dipastikan bahwa hubungan Kerinci dengan India telah terjalin sejak lama dan nama Kerinci sendiri diberikan oleh pedagang India Tamil

Bahasa Suku Kerinci termasuk ke dalam rumpun bahasa Austronesia, Melayu Polinesia Barat, keluarga bahasa Melayu-Minangkabau.[1] Berdasarkan bahasa dan adat-istiadat termasuk dalam kategori Melayu proto,[2] dan paling dekat dengan Minangkabau Melayu deutro dan Jambi Melayu deutro. Sebagian besar suku Kerinci menggunakan bahasa Kerinci, yang memiliki beragam dialek, yang bisa berbeda cukup jauh antar satu dusun dengan dusun lainnya di dalam wilayah Kabupaten Kerinci dan Kota Madya Sungai Penuh - setelah pemekaran wilayah tahun 2008. Untuk berbicara dengan pendatang biasanya digunakan bahasa Melayu Jambi serta bahasa Minangkabau atau bahasa Indonesia (yang masih dikenal dengan sebutan Melayu Tinggi).

Suku Kerinci memiliki aksara yang disebut aksara incung yang merupakan salah satu variasi surat ulu.

Sebagian penulis seperti Van Vollenhoven memasukkan Kerinci ke dalam wilayah adat (adatrechtskring) Sumatra Selatan, sedangkan yang lainnya menganggap Kerinci sebagai wilayah rantau Minangkabau.

Suku Kerinci merupakan masyarakat matrilineal.

Sebagaimana diketahui dari Naskah Tanjung Tanah, naskah Melayu tertua yang ditemukan di Kerinci, yang dikirimkan oleh raja Malayu di Dharmasraya pada abad ke-14 kepada depati di Kerinci dan telah disetujui oleh maharajadiraja Adityawarman yang berada di Suruaso dekat Pagaruyung di Tanah Datar.

Pemerintahan

Satu kelompok masyarakat di dalam satu kesatuan dusun dipimpin oleh kepala dusun, yang juga berfungsi sebagai Kepala Adat atau Tetua Adat. Adat istiadat masyarakat dusun dibina oleh para pemimpin disebut dengan Sko yang Tigo Takah, terdiri dari Sko Depati, Sko Pemangku dan Sko Permenti Ninik Mamak. Depati merupakan jabatan tertinggi dibawahnya adalah Pemangku yang merupakan Tangan kanan dari Depati, Di bawah Pemangku ada Permenti Ninik Mamak (Rio, Datuk, Ngebi) merupakan gelar adat yang mempunyai kekuatan dalam segala masalah kehidupan masyarakat adat.Wilayah Depati Ninik Mamak disebut ‘ajun arah’. Struktur pemerintahan Kedepatian di Alam Kerinci disebut dengan Pemerintahan Depati Empat Diatas dan Tiga dibaruh, Pemangku Lima, Delapan Helai Kain

Depati Tiga dibaruh memerintah di Alam Kerinci Rendah, wilayah Kabupaten Merangin Sekarang yang, terdiri dari:

1. Depati Setio Rajo berkedudukan di Lubuk Gaung

2. Depati Setio Nyato berkedudukan di Tanah Renah

3. Depati Setio Beti berkedudukan di Beringin Sanggul

Depati Empat di atas memerintah di Alam Kerinci Tinggi, Wilayah Kabupaten Kerinci bagian Hilir Sekarang, yang terdiri dari:

1. Depati Muaro Langkap berkedudukan di Tamiai

2. Depati Incung Telang berkedudukan di Pulau Sangkar

3. Depati Biang Seri berkedudukan di Pengasi

4. Depati Batu Hampar berkedudukan di Tanah Sandaran Agung

Kemudian di Wilayah Kerinci Bagian Tengah berdiri Mendapo nan Delapan Helai Kain yang terdiri dari:

1. Depati Serah Bumi beserta kembar rekannya di wilayah Seleman

2. Depati Mudo Terawang Lidah beserta Kembar rekannya di wilayah Penawar

3. Depati Atur Bumi beserta kembar rekannya di wilayah Hiang

4. Depati Mudo Udo Nenggalo Terawang Lidah beserta Kembar Rekannya di wilayah Kampung Dalam Rawang: Depati Nanggalo, Depati Mandaro, Depati Niat (Karang Setio Balun)

disebut dengan Tigo Dihilir Empat Tanah Rawang

5. Depati Kepalo Sembah beserta kembar rekannya di wilayah Semurup

6. Depati Situo beserta Kembar rekannya di wilayah Kemantan

7. Depati Sekungkung beserta kembar rekannya di Depati Tujuh

8. Depati Punjung Sepenuh Bumi beserta kembar rekannya di wilayah Koto Baru Rawang: Depati Senang Gumi, Depati Awa, Depati Janggut (Karang Setio Tap)

disebut dengan Tigo di Mudik Empat Tanah Rawang.

Pemangku yang berlima orang:

1. Pemangku Sayo (Seraya) Rajo di Koto Petai

2. Pemangku Cayo Rajo di Semerap Ujung Pasir

3. Pemangku Cayo Derajo di Semerah Bungo Tanjung

4. Pemangku Derajo di Sebukar Koto Iman

5. Pemangku Malin Deman di Tanjung Tanah

ditambah dengan Sungai Penuh sebagai Pegawai Jenang, Pegawai Rajo, Pegawai Syara' Suluh Bindang Alam Kerinci di bawah Pemerintahan Depati Nan Batujuh Permenti Nan Sepuluh Pemangku duo Ngebi Teh Setio Bawo, yang merupakan Turunan dari Siak Lengih salah satu penyebar Islam di Kerinci, Siak Lengih diceritakan masih merupakan Kerabat dekat dari Tuan Kadhi dari Padang Genting.

Depati Nan bertujuh:

1. Depati Santiudo di Sungai Penuh

2. Depati Payung di Pondok Tinggi

3. Depati Pahlawan Negaro di Dusun Bernik

4. Depati Alam Negeri di Dusun baru

5. Depati Simpan Negeri di Dusun Baru

6. Depati Nyato Negaro di Koto Renah

7. Depati Sungai penuh di Sungai Penuh

Permenti nan Sepuluh:

1. Datuk Singarapi Putih

2. Rio Jayo

3. Rio Mendiho

4. Rio Sengaro

5. Rio Temenggung

6. Rio Pati

7. Rio Mandaro

8. Datuk Capeti Uban

9. Datuk Capeti Kudrat

10. Datuk Singarapi Gagak

Pemangku yang berdua

1. Pemangku Rajo

2. Rio Mangku Bumi *

Selain pemerintahan di atas, terdapat pemerintahan Otonomi tersendiri yang diakui kedudukannya oleh Kesultanan Jambi, Kesultanan Pagaruyung maupun Kesultanan Indrapura seperti:

A. Pemerintahan Tigo Luhah Tanah Sekudung berkedudukan di Siulak

Disebut Anjung lain Tepian Dewek, Adat Lain Pusako Mencin, di bawah pemerintahan Depati Bertiga, Bungkan Perbakalo yang Empat, Ninik Mamak Permenti Nan Salapan

Depati bertiga terdiri dari:

1. Depati Intan Kumbalo Bumi Kum Segalo Bumi Rajo di Siulak Mukai

2. Depati Mangkubumi Kulit Putih Suko Berajo di Siulak Panjang

3. Rajo Simpan Bumi Tunggun Setio Alam di Siulak gedang

Bungkan Perbakalo yang Empat

1. Demang Sakti

2. Jagung Tuo Nyato Depati

3. Jindah Tuo Susun Negeri

4. Serajo Tuntut gedang

Ninik Mamak Permenti yang Delapan

1. Rajo Liko

2. Rajo Indah

3. Rajo Penghulu

4. Temenggung Tuo Susun Negeri

5. Serajo Tumbuk Kris

6. Rio Mudo Mangku Bumi

7. Datuk Depati Paduko Rajo

8. Sulah Putih

Tokoh agama di Kumun di masa Hindia Belanda

B. Wilayah Kumun, Batu Gong Tanah Kurnia

dibawah pemerintahan Depati berempat:

1. Depati Galang Negeri

2. Depati Puro Negaro

3. Depati Sampurno Bumi Putih

4. Depati Nyato Negaro

C. Lolo, Seliring Kulambo Rajo

D. Lempur Lekuk Limo Puluh Tumbi

I. Enam Depati dari Pulau Sangkar

1. Depati Kerinci

2. Depati Anggo

3. Depati Sangkar

4. Depati Suko Berajo

5. Depati Gung

6. Depati Talago

II. Enam Depati dari Serampas

1. Depati Pulang

2. Depati Naur

3. Depati Serampas

4. Depati Ketau

5. Depati Payung

6. Depati Karamo

Kekuatan Depati menurut adat dikisahkan memenggal putus, memakan habis, membunuh mati. Depati mempunyai hak yang tertinggi untuk memutuskan suatu perkara. Dalam dusun ada 4 pilar yang disebut golongan 4 jenis, yaitu golongan adat, ulama, cendekiawan dan pemuda. Keempat pilar ini merupakan pemimpin formal sebelum belanda masuk Kerinci 1903. Sesudah tahun 1903, golongan 4 jenis berubah menjadi informal leader. Pemerintahan dusun(pemerintahan Depati) tidak bersifat otokrasi. Segala maslah dusun, anak kemenakan selalu diselesaikan dengan musyawarah mufakat.

Ninik Mamak mempunyai kekuatan menyelesaikan masalah di dalam kalbunya masing-masing. Dusun terdiri dari beberapa luhah. Luhah terdiri dari beberapa perut dan perut terdiri dari beberapa pintu, di dalam pintu ada lagi sikat-sikat. Bentuk pemerintahan Kerinci sebelum kedatangan Belanda dengan system demokrasi asli, merupakan system otonomi murni. Eksekutif adalah Depati dan Ninik Mamak. Legislatif adalah Orang tuo Cerdik Pandai sebagai penasihat pemerintahan. Depati juga mempunyai kekuasaan menghukum dan mendenda diatur dengan adat yang berlaku dengan demikian dwifungsi Depati ini adalah sebagai Yudikatif dusun. Ini pun berlaku sampai sekarang untuk pemerintah desa, juga pada Zaman penjajahan Belanda dan Jepang dipergunakan untuk kepentingan memperkuat penjajahannya di Kerinci.

Dulu, wilayah Kerinci dikelilingi oleh beberapa kerajaan, seperti Kerajaan Indrapura, Melayu Jambi, Muko-muko dan Kerajaan Serambi Sungai Pagu. Walaupun demikian, secara resmi wilayah ini tidak menjadi bagian dari salah satu kerajaan tersebut. Wilayah ini dipimpin oleh depati sebagai pucuk pimpinan adat di setiap luhah dalam wilayah ini. Pemerintahan disebut dengan istilah "Depati Empat Pemangku Lima Nan Selapan Helai Kain Alam Kurinci". Wilayah Kerinci meliputi tiga depati, Depati Setio Beti di Nalo, Depati Setio Rajo di Lubuk Barung dan Depati Setio Nyato di Tanah Renah.[3]

Hubungan Kekerabatan

Masyarakat Kerinci menarik garis keturunan secara matrilineal, artinya seorang yang dilahirkan menurut garis ibu menurut suku ibu. Suami harus tunduk dan taat pada tenganai rumah, yaitu saudara laki-laki dari istrinya. Dalam masyarakat Kerinci perkawinan dilaksanakan menurut adat istiadat yang disesuaikan dengan ajaran agama Islam.

Hubungan kekerabatan di Kerinci mempunyai rasa kekeluargaan yang mendalam. Rasa sosial, tolong-menolong, kegotongroyongan tetap tertanam dalam jiwa masyarakat Kerinci. Antara satu keluarga dengan keluarga lainnya ada rasa kebersamaan dan keakraban. Ini ditandai dengan adanya panggilan-panggilan pasa saudara-saudara dengan nama panggilan yang khas. Karenanya keluarga atau antar keluarga sangat peka terhadap lingkungan atau keluarga lain. Antara orang tua dengan anak, saudara-saudara perempuan seibu, begitupun saudara-saudara laki-laki merupakan hubungan yang potensial dalam menggerakkan suatu kegiatan tertentu.

Hubungan Kemasyarakatan

Struktur kesatuan masyarakat Kerinci dari besar sampai yang kecil, yaitu kemendapoan, dusun, kalbu, perut, pintu dan sikat. Dalam musyawarah adat mempunyai tingkatan musyawarah adat, pertimbangan dan hukum adat, berjenjang naik, bertangga turun, menurut sko yang tiga takah, yaitu sko Tengganai, sko Ninik Mamak dan sko Depati.

Perbedaan kelas dalam masyarakat Kerinci tidak begitu menyolok. Stratifikasi sosial masyarakat Kerinci hanya berlaku dalam kesatuan dusun atau antara dusun pecahan dusun induk. Kesatuan ulayat negeri atau dusun disebut parit bersudut empat. Segala masalah yang terjadi baik masalah warisan, kriminal, tanah dan sebagainya selalu disesuaikan menurut hukum adat yang berlaku.

Referensi

  1. ^ a b c d Zulyani, Hidayah (2015). Ensiklopedia Suku Bangsa di Indonesia. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 9789794619292. OCLC 913647590. 
  2. ^ Uhangkayo. "Suku Bangsa Asli Kerinci". Diakses tanggal 16 Agustus 2016. 
  3. ^ Syaputra Ze, Deki (2020). "Tradisi Surat Menyurat Sultan Indrapura dengan Depati Kerinci". 

Pranala luar