Lompat ke isi

Bahasa Gorontalo: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
k clean up, removed stub tag
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Menghilangkan referensi Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 1: Baris 1:
{Pada zaman dahulu, ada seorang laki-laki tampan yang bernama Lahilote yang tinggal di hulu sungai dekat mata air. Pekerjaannya sehari-harinya ialah mencari rotan di dalam hutan. Pada suatu hari, tanpa disangka-sangka ia melihat 7 bidadari yang sedang mandi di sungai sambil bercanda tawa sehingga terdengar dari kejauhan.
{{Infobox Language
|name=Bahasa Gorontalo
|nativename=siriku siraya <br />بهاس جورونتالو
|familycolor=Austronesian
|script=[[Abjad Jawi]], [[Abjad Latin]]
|states=* {{flag|Indonesia}}
----
|region=* {{flag|Gorontalo}}
* {{flag|Sulawesi Utara}}
* {{flag|Sulawesi Tengah}}
|speakers=1.000.000 jiwa penutur
|rank=
|fam2=[[bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
|fam3=[[bahasa Filipina|Filipina]]
|fam4=Filipina Tengah Raya
|fam5=[[bahasa Gorontalo-Mongondow|Gorontalo-Mongondow]]
|nation=
|agency=
|iso1=
|iso2=gor
|iso3=gor
|lc1=|ll1=
|lc2=|ld2=
|lc3=|ld3=
|lc4=|ld4=
|lc5=|ld5=
|lc6=|ld6=
|glotto = goro1259
|fam6=''Gorontalik''}}
{{InterWiki|code=gor}}
'''Bahasa Gorontalo''' (juga disebut ''Silita'' ''Hulontalo'' atau ''Mohulontalo'') adalah salah satu [[Daftar bahasa di Indonesia|bahasa daerah di Indonesia]] yang digunakan oleh [[Suku Gorontalo]]. Bahasa Gorontalo tersebar di [[Semenanjung Utara, Sulawesi|Semenanjung Utara Sulawesi]], terutama di wilayah [[Provinsi Gorontalo]], serta di wilayah Provinsi [[Sulawesi Utara]] dan [[Sulawesi Tengah]].


Ketika mereka sedang mandi, Lahilote mengambil selendang salah satu bidadari dan menyembunyikannya di suatu tempat. Mereka baru sadar, rupanya ada orang yang sejak tadi mengintip mereka mandi. Kehadiran Lahilote secara tiba-tiba sangat mengagetkan bidadari-bidadari tersebut dan lantas saja mereka terbang ke kahyangan, kecuali seseorang yang kehilangan selendangnya.
Adapun jumlah penutur Bahasa Gorontalo diperkirakan mencapai lebih dari 1.000.000 jiwa pada tahun 2015.<ref>Putrohari, R. D., dkk. (2015). ''"Diaspora Melanesia di Nusantara"''. Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Halaman: 191-192. ''ISBN : 978-602-1289-19-8''</ref> Berdasarkan data tersebut maka Suku Gorontalo dan Bahasa Gorontalo menjadi suku dengan populasi serta penutur bahasa daerah terbanyak di Semenanjung Utara Sulawesi dan [[Teluk Tomini]].


Singkat cerita, seorang bidadari itu berhasil dibujuk rayu dan dinikahi oleh Lahilote. Seperti biasa, Lahilote mencari rotan ke hutan untuk dijual kembali di pasar. Ketika sedang membersihkan rumah, tanpa sengaja istri Lahilote menemukan selendangnya yang hilang dalam tabung bambu. Ia senang sekali karena selendangnya telah ditemukan.
Di pulau Sulawesi itu sendiri, Bahasa Gorontalo (Suku Gorontalo) merupakan bahasa daerah dengan jumlah populasi dan penutur terbanyak ke-3 setelah [[Bahasa Bugis]] ([[Suku Bugis]]) dan [[Bahasa Makassar]] ([[Suku Makassar]]).<ref>Lewis, M. Paul, Simons, Gary F., and Fennig, Charles D. eds. 2015. ''Ethnologue: Languages of the World''. Eighteenth edition. Dallas, Tex.: SIL International</ref>

Saat itu juga, ia terbang ke tempat asalnya, yaitu kahyangan langit. Hari itu, Lahilole merasa beruntung karena rotan yang diperoleh lebih banyak dari biasanya. Tetapi, ketika dia telah pulang kegembiraannya seketika lenyap. Tabung bambu sudah kosong dan isterinya telah kembali ke kahyangan. Ia benar-benar gundah kehilangan istrinya.

Tiba-tiba, seorang Polahi yaitu suatu suku yang tinggal di tengah hutan hadir di hadapannya. Ia memegang rotan Hutiya Mala. Sang Polani berkata, "Rotan ini akan memandumu ke kahyangan. Temukan isterimu di sana !"
(Bahasa Gorontalo)


== Penggolongan ==
== Penggolongan ==

Revisi per 8 Agustus 2023 03.50

{Pada zaman dahulu, ada seorang laki-laki tampan yang bernama Lahilote yang tinggal di hulu sungai dekat mata air. Pekerjaannya sehari-harinya ialah mencari rotan di dalam hutan. Pada suatu hari, tanpa disangka-sangka ia melihat 7 bidadari yang sedang mandi di sungai sambil bercanda tawa sehingga terdengar dari kejauhan.

Ketika mereka sedang mandi, Lahilote mengambil selendang salah satu bidadari dan menyembunyikannya di suatu tempat. Mereka baru sadar, rupanya ada orang yang sejak tadi mengintip mereka mandi. Kehadiran Lahilote secara tiba-tiba sangat mengagetkan bidadari-bidadari tersebut dan lantas saja mereka terbang ke kahyangan, kecuali seseorang yang kehilangan selendangnya.

Singkat cerita, seorang bidadari itu berhasil dibujuk rayu dan dinikahi oleh Lahilote. Seperti biasa, Lahilote mencari rotan ke hutan untuk dijual kembali di pasar. Ketika sedang membersihkan rumah, tanpa sengaja istri Lahilote menemukan selendangnya yang hilang dalam tabung bambu. Ia senang sekali karena selendangnya telah ditemukan.

Saat itu juga, ia terbang ke tempat asalnya, yaitu kahyangan langit. Hari itu, Lahilole merasa beruntung karena rotan yang diperoleh lebih banyak dari biasanya. Tetapi, ketika dia telah pulang kegembiraannya seketika lenyap. Tabung bambu sudah kosong dan isterinya telah kembali ke kahyangan. Ia benar-benar gundah kehilangan istrinya.

Tiba-tiba, seorang Polahi yaitu suatu suku yang tinggal di tengah hutan hadir di hadapannya. Ia memegang rotan Hutiya Mala. Sang Polani berkata, "Rotan ini akan memandumu ke kahyangan. Temukan isterimu di sana !" (Bahasa Gorontalo)

Penggolongan

Bahasa Gorontalo termasuk dalam kelompok bahasa Gorontalik,[1] yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Gorontalo-Mongondow,[2] cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia,[3] cabang dari rumpun bahasa Austronesia.[4] Bahasa-bahasa yang memiliki kekerabatan dengan bahasa Gorontalo adalah bahasa Suwawa, bahasa Bolango, bahasa Buol, bahasa Bintauna, bahasa Kaidipang, dan bahasa Lolak.

Fonologi

lab alv. pal. vel. glot.
nasal m n ɲ ŋ
plosive p b t d c ɟ k ɡ ʔ
implosive ɓ ɗ
sonorant w l r j h

Bilangan

Bahasa Indonesia Bahasa Gorontalo[5]
Kardinal Ordinal Kardinal Ordinal
Satu Kesatu/Pertama Tuwawu Oyinta
Dua Kedua Duluwo Oluwo
Tiga Ketiga Totolu Otulu
Empat Keempat Wopato Opato
Lima Kelima Limo Olimo
Enam Keenam Wolomo Olomo
Tujuh Ketujuh Pitu Opitu
Delapan Kedelapan Walu Owalu
Sembilan Kesembilan Tiyo Otiyo
Sepuluh Kesepuluh Mopulu Opulu

Silsilah Keluarga

Bahasa Indonesia Bahasa Gorontalo
Kakek Ti Bapu
Nenek Ti Nene
Ayah Tiyamo, Ti Papa, Ti Sebe
Ibu Tilo, Ti Mama, Ti Ajus
Paman Ti Om
Bibi Ti Tante
Kakak Laki-Laki Ti Kaka
Kakak Perempuan Ti Tata
Adik Laki-Laki Te Uti, Te Nunu
Adik Perempuan Ti No'u, Ti Pi'i

Catatan: Tambahan kata Ti dan Te merupakan kata sapaan yang melekat atau digunakan oleh masyarakat Gorontalo saat menyebut/menyapa seseorang. Kata Ti ditambahkan untuk menyapa perempuan atau orang yang lebih tua dan dihormati (penghormatan dan pemuliaan). Sedangkan kata Te ditambahkan untuk menyapa laki-laki atau laki-laki yang lebih muda, dan juga digunakan untuk rekan sebaya (laki-laki).

Karakteristik

Bahasa Gorontalo memiliki karakteristik yang unik dan terkesan mudah untuk dipelajari. Terdapat dua karakteristik utama dalam bahasa daerah ini, yaitu ragam dialek dan ciri khas huruf terakhir dari setiap kata.

Dialek

Bahasa Gorontalo terbagi menjadi beberapa dialek, dilihat dari letak geografisnya:

  • Dialek Gorontalo Timur,
  • Dialek Gorontalo Kota,
  • Dialek Limboto,
  • Dialek Tilamuta,
  • Dialek Suwawa, dan
  • Dialek Gorontalo Barat.

Ciri Khas

Salah satu ciri khas yang paling menonjol dalam Bahasa Gorontalo adalah penggunaan salah satu huruf vokal (a,i,u,e,o) pada setiap huruf terakhir sebuah kata. Contohnya: mela (merah), huyi (malam), tuluhu (tidur), rasipede (sepeda), bongo (kelapa).

Pengaruh Pelafalan dalam Bahasa Indonesia

Selain itu, pengaruh Bahasa Gorontalo terasa begitu kuat mempengaruhi pelafalan kata demi kata dalam Bahasa Indonesia. Pada beberapa kata kerja maupun kata benda dalam bahasa Indonesia yang menggunakan huruf "E", secara otomatis akan berubah pelafalannya menjadi huruf "O", contohnya Bolajar (Belajar), Posawat (Pesawat), Moncuci (Mencuci), Mongapa (Mengapa). Pengaruh pelafalan dalam Bahasa Indonesia ini pun kemudian dikenal sebagai bagian dari karakteristik Bahasa Melayu Gorontalo.

Karya Sastra

Masyarakat Gorontalo telah mengenal berbagai macam karya sastra, khususnya sastra lisan yang diwariskan secara turun temurun, dari generasi ke generasi. Adapun beberapa karya sastra lisan yang masih dapat ditemukan dalam kehidupan masyarakat Gorontalo sehari-hari adalah:

  • Tanggomo (Puisi naratif dan tidak terikat oleh baris yang berisi informasi peristiwa nyata atau cerita rakyat yang benar-benar terjadi)
  • Tuja'i (Puisi bersajak yang berisi pujian, nasihat agama dan petuah adat)
  • Leningo (Puisi yang berisi pepatah, kata-kata arif atau ungkapan yang bisa dijadikan pedoman hidup)
  • Lumadu (Sajak yang terdiri dari 1 atau 2 kalimat yang berisi tentang prinsip kehidupan dan karakter Suku Gorontalo)
  • Taleningo (Puisi yang berisi nasihat soal kematian, kelahiran, dan persiapan untuk akhirat)
  • Tinilo (Pantun Gorontalo yang berisi sanjungan, hiburan, doa, sejarah, serta ajakan kebaikan)

Tantangan terbesar dari ragam karya sastra lisan di Gorontalo adalah pemberdayaan generasi muda untuk melestarikan warisan sastra dan budaya para leluhur yang saat ini terus digerus perkembangan zaman. Kesulitan terbesar dari upaya pelestarian ragam karya sastra lisan Gorontalo salah satunya adalah terbatasnya kaderisasi penggiat sastra lisan Gorontalo yang hanya dipertuturkan dan dihafal oleh para pelaku, tokoh maupun sesepuh adat setempat. Hal ini kemudian menjadikan ragam naskah tertulis dari karya sastra lisan Gorontalo menjadi sangat jarang ditemui.

Referensi satu-satunya dan sangat terbatas terkait karya sastra lisan Gorontalo baru dapat dilacak setelah kedatangan para penyebar agama islam dan penjajah Belanda di Gorontalo yang saat itu turut memperkenalkan berbagai bentuk karya tulis sebagai media penulisan dan komunikasi masyarakat Gorontalo.

Literatur

Manuskrip yang ditulis dalam bahasa Gorontalo

Salah satu manuskrip tua dalam bahasa Gorontalo yang ditemukan berjudul Utiya tilingolowa lo pilu lo tau lota ohu-uwo lo pilu boito.[6] Di bawah judul buku ini tertulis poliama 1870 yang merupakan tahun penulisan manuskrip. Kata poliama adalah merujuk pada ilmu astronomi kuno masyarakat Gorontalo yang didasarkan pada pergerakan posisi benda-benda langit yang dipraktikkan jika hendak bercocok tanam, membuat rumah baru, pindahan, perkawinan dan lain sebagainya. Manuskrip ini ditulis oleh Johan Gerhard Frederich Riedel yang merupakan anak tertua penginjil J.F. Riedel dari Belanda.

Buku lainnya mengenai bahasa Gorontalo yang berusia cukup tua ditulis oleh Wilhelm Joest, seorang pengelana dunia dan ahli etnografi dari Jerman. Buku ini berjudul Das Holontalo: Glossar und grammatische Skizze ; ein Beitrag zur Kenntniss der Sprachen von Celebes, dicetak di Berlin tahun 1883.

Tokoh Bahasa Gorontalo

Ada beberapa nama tokoh yang berperan dalam pelestarian bahasa Gorontalo, di antaranya adalah:

Manuli[7]

Dia adalah seorang penutur Tanggomo,[8] sastra lisan bahasa Gorontalo. Kelebihan Manuli adalah, dia sanggup menghafal ribuan syair tanggomo dan mampu membuat syair baru seketika berdasarkan peristiwa atau kejadian yang baru dilihatnya.[9]

Syair tanggomo yang diciptakannya dilantunkan di pasar-pasar tradisional Gorontalo saat dia berjualan, yang tentu saja menarik perhatian orang banyak dan turut melariskan dagangannya. Syair-syair tanggomo yang dibawakannya cukup banyak yang direkam dan disimpan sebagai arsip digital pada Radio Republik Indonesia, Gorontalo.

Mansoer Pateda[10][11]

Dia adalah seorang pengajar yang menjadi dosen di Universitas Negeri Gorontalo. Banyak buku-buku yang dihasilkannya, yang paling dikenal publik adalah Kamus Bahasa Gorontalo-Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia-Gorontalo. Pateda juga terlibat dalam penyusunan Al-Qur’an terjemahan ke dalam bahasa Gorontalo yang dikerjakan bersama tim.

Beliau dianugerahi gelar adat Taa Lopoolamahe Popoli, yang artinya Putra Terbaik Pelestari Budaya Gorontalo.

Jusuf Sjarif Badudu[12]

Dia adalah seorang pakar bahasa Indonesia. Ia juga adalah Guru Besar Linguistika pada Universitas Padjadjaran dan dikenal luas di masyarakat sebagai pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia 1974-1979 di TVRI.

Perhatiannya tehadap bahasa Gorontalo cukup besar yang dibuktikan dengan bukunya “Morfologi Bahasa Gorontalo”. Atas jasanya tersebut, Dewan Adat Gorontalo memberikan gelar adat Taa O Ilomata To Wulito.[13]

Referensi

  1. ^ "Gorontalic". Ethnologue. Diakses tanggal 07 Februari 2019. 
  2. ^ "Gorontalo-Mongondow". Ethnologue. Diakses tanggal 07 Februari 2019. 
  3. ^ "Malayo-Polynesian". Ethnologue. Diakses tanggal 07 Februari 2019. 
  4. ^ "Austronesian". Ethnologue. Diakses tanggal 07 Februari 2019. 
  5. ^ https://www.omniglot.com/language/numbers/gorontalo.htm
  6. ^ "Utio tilingolowa lo pilu lo tau lota ohu-uwo lo pilu boiti, ilimoio li JGF Riedel". Perpustakaan Nasional RI. Diakses tanggal 08 Februari 2019. 
  7. ^ ""Tanggomo" Sastra Lisan Budaya Gorontalo". RRI. 26 Januari 2017. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-02-09. Diakses tanggal 07 Februari 2019. 
  8. ^ "Mengembalikan Keeksistensian Tanggomo Sebagai Warisan Sastra Gorontalo". 17 Februari 2018. Diakses tanggal 07 Februari 2019. 
  9. ^ "Tanggomo, Salah Satu Ragam Sastra Lisan Gorontalo(pdf)". Kemendikbud. Diakses tanggal 07 Februari 2019.  [pranala nonaktif permanen]
  10. ^ RH, Priyambodo, ed. (05 September 2010). "Prof. Mansoer Pateda Penyusun Kamus Bahasa Gorontalo Berpulang". ANTARA News. Antara. Diakses tanggal 07 Februari 2019. 
  11. ^ "Warisan Akademik Prof. Mansoer Pateda". Academia. 2016. 
  12. ^ S, Deddy (13 Maret 2016). "Pakar Bahasa Indonesia J. S. Badudu Meninggal Dunia". CNN Indonesia. CNN Indonesia. Diakses tanggal 07 Februari 2019. 
  13. ^ Herdiana, Iman (24 April 2016). Winarno, Hery H, ed. "Dewan Adat Gorontalo beri gelar kehormatan pada almarhum JS Badudu". Merdeka.com. Merdeka.com. Diakses tanggal 07 Februari 2019. 

Pranala luar