Bahasa Melayu Ambon: Perbedaan antara revisi
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
(7 revisi perantara oleh pengguna yang sama tidak ditampilkan) | |||
Baris 1: | Baris 1: | ||
{{About|bahasa kreol berbasis Melayu|bahasa tanah|bahasa Ambon}}{{bahasa |
{{About|bahasa kreol berbasis Melayu|[[bahasa tanah]]|bahasa Ambon}} |
||
{{bahasa |
|||
| name = Melayu Ambon |
| name = Melayu Ambon |
||
| nativename = ''basa Ambong'' |
| nativename = ''basa Ambong'' |
||
Baris 18: | Baris 19: | ||
| contoh_teks = Samua orang dilahirkan merdeka deng pung martabat deng hak-hak yang sama. Dorang dapa karunia akal deng hati nurani deng hendaknya batamang satu deng yang laeng dalam semangat basodara. |
| contoh_teks = Samua orang dilahirkan merdeka deng pung martabat deng hak-hak yang sama. Dorang dapa karunia akal deng hati nurani deng hendaknya batamang satu deng yang laeng dalam semangat basodara. |
||
| pranala_HAM = https://www.ohchr.org/en/human-rights/universal-declaration/translations/ambonese |
| pranala_HAM = https://www.ohchr.org/en/human-rights/universal-declaration/translations/ambonese |
||
|dia1=Melayu Ambon |
|||
|dia2=Melayu Dobo |
|||
|dia3=[[Bahasa Ambon Belanda|Melayu Sini]] |
|||
|mapcode=Melayu Ambon |
|||
}} |
}} |
||
{{Incubator|code=abs}} |
{{Incubator|code=abs}} |
||
Baris 24: | Baris 29: | ||
== Sejarah == |
== Sejarah == |
||
Bahasa Melayu menurut sebagian besar sejarawan berasal dari [[Sumatra]]; kemungkinan juga [[Semenanjung Malaya]]. Pada masa pra-kolonial Eropa, bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya menjadi [[basantara]] (''lingua franca'') di [[Asia Tenggara Kepulauan]] — secara tradisional dikenal sebagai [[Nusantara]]. Sebelum kedatangan [[bangsa Portugis]] pada tahun 1512 di [[Kesultanan Ternate|Ternate]], bahasa Melayu telah digunakan di [[Kepulauan Maluku]] sebagai bahasa perdagangan — sebelumnya [[bahasa Ambon]] (''Asilulu'') telah digunakan sebagai bahasa perdagangan di Pulau Ambon dan Kepulauan Lease, serta pesisir selatan Pulau Seram — kemudian digantikan oleh bahasa Melayu setelah kedatangannya. |
|||
Bahasa Melayu Ambon berbeda dengan [[bahasa Melayu Maluku Utara]] (Melayu Ternate). Misalnya, dalam bahasa Melayu Ambon terdapat banyak pengaruh dari [[bahasa Melayu Makassar]]. Kemudian pada abad ke-16, ketika Portugis menjajah Kepulauan Maluku, banyak kosakata [[bahasa Portugis]] yang diserap ke dalam bahasa Melayu Ambon. Kemudian setelah kedatangan [[bangsa Belanda]] ke Kepulauan Maluku — khususnya di [[Pulau Ambon]], banyak kosakata dalam [[bahasa Belanda]] yang diserap ke dalam bahasa Melayu Ambon. Pada masa [[penjajahan Belanda]] inilah, bahasa Melayu Ambon dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah zending, gereja, dan juga dalam terjemahan [[Alkitab]]. Contohnya Rut, Yunus, Lukas, Kisah Para Rasul (''Yesus Pung Utusang-Utusang Pung Carita''), Tesalonika I, Tesalonika II, Timotius I, Timotius II, Titus, dan Pilemon.<ref>"''Lukas pung Kabar Bae soal Yesus''". [[Gereja Protestan Maluku]], 2011. [[ISBN]] 978-602-19540-0-3.</ref> |
|||
Bahasa Melayu berasal dari Indonesia bagian barat ''(dulu disebut Nusantara bagian barat)'' dan telah berabad-abad menjadi bahasa antarsuku di seluruh kepulauan nusantara. Sebelum bangsa Portugis menginjakan kakinya di Ternate (Tahun 1512), bahasa Melayu telah ada di Maluku dan dipergunakan sebagai bahasa perdagangan. |
|||
Setelah [[bahasa Indonesia]] mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Kepulauan Maluku — sebuah bentuk baku bahasa Melayu di Indonesia; maka bahasa Indonesia mulai memengaruhi penggunaan bahasa Melayu Ambon, sehingga sejumlah kosakata diserap dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Melayu Ambon — kosakata tersebut mengalami akhirnya mengalami perubahan morfologis. Pada awalnya, para misionaris Belanda menerjemahkan [[Injil]] ke dalam bahasa Melayu Ambon. Para penduduk yang bisa menghafal Injil tersebut kemudian dibaptis, serta terus dibimbing dalam bahasa Melayu Ambon. |
|||
Bahasa Melayu Ambon berbeda dari bahasa Melayu Ternate karena pada zaman dahulu suku-suku di Ambon dan yang tentunya memengaruhi perkembangan bahasa Melayu Ambon sangat berbeda dari suku-suku yang ada di Ternate. Misalnya bahasa Melayu Ambon mendapat banyak pengaruh dari bahasa Melayu Makassar. Kemudian pada abad ke-16, Portugis menjajah Maluku sehingga cukup banyak kosa-kata bahasa Portugis masuk ke dalam bahasa Melayu Ambon. Terakhir bangsa Belanda masuk ke Maluku, sehingga ada cukup banyak, kata serapan dari bahasa Belanda yang diterima menjadi kosakata dalam bahasa Melayu Ambon. Pada zaman Belanda inilah, bahasa Melayu Ambon dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah, di gereja-gereja, dan juga dalam terjemahan beberapa kitab dari Alkitab. (Yang sudah terbit: Rut, Yunus, Lukas,<ref>"Lukas pung Kabar Bae soal Yesus". Gereja Protestan Maluku, 2011 ISBN 978-602-19540-0-3</ref> Kisah Para Rasul (Yesus Pung Utusang-utusang Pung Carita), 1 Tesalonika, 2 Tesalonika, 1 Timotius, 2 Timotius, Titus, dan Pilemon.) |
|||
Menurut sejarahnya, bahasa ini kemungkinan berasal dari [[Melaka]] di Semenanjung Malaya — karena pada masa itu sudah ada kegiatan perdagangan antara bangsa Eropa melalui perantara pedagang Malaka dengan pedagang dari Kepulauan Maluku. Pada awalnya, bahasa Melayu Ambon hanya digunakan dalam bentuk bahasa pasar yang kemudian menjadi [[bahasa ibu]] bagi generasi selanjutnya. Dalam penggunaannya, bahasa Melayu Ambon menjadi bahasa ibu bagi masyarakat Kristen Ambon (''Sarane'') dan sebagian kecil Muslim Ambon (''Salam''). Hal ini karena sebagian besar masyarakat Muslim Ambon masih menggunakan bahasa ibu mereka sendiri yang disebut sebagai [[bahasa tanah]] — istilah kolektif untuk bahasa-bahasa asli di Kepulauan Maluku. |
|||
==Struktur kebahasaan== |
|||
Struktur Bahasa Melayu Ambon ini juga agak berbeda dengan Melayu pada umumnya, namun lazim di Indonesia Timur. Struktur bahasanya sangat mirip dengan bahasa-bahasa di Eropa.. Seperti ini (kepemilikan): |
|||
Struktur dalam bahasa Melayu Ambon juga sedikit berbeda dengan bahasa Melayu pada umumnya, namun lazim ditemukan pada varietas [[bahasa Melayu Indonesia Timur]] lainnya. Struktur bahasanya sangat mirip dengan [[Rumpun bahasa Indo-Eropa|bahasa-bahasa Indo-Eropa]] — hal ini karena pengaruh bahasa-bahasa tersebut cukup besar dalam bahasa Melayu Ambon. |
|||
===Contoh kalimat=== |
|||
Berikut ini contoh kalimat dalam bahasa Melayu Ambon. |
|||
* |
* ''beta pung buku'' 'buku saya' |
||
* Susi pung kaka |
* ''Susi pung kaka'' 'kakak Susi' |
||
* Ahmad ada pi ka Tulehu |
* ''Ahmad ada pi ka Tulehu'' 'Ahmad sedang pergi ke Tulehu' |
||
* |
* ''ada orang dapa bunuh di kusu-kusu'' 'ada orang dibunuh di alang-alang' |
||
* |
* ''katong jaga tinggal di sini sa'' 'kami tetap tinggal di sini saja' |
||
===Nasalisasi=== |
|||
Pelafalan dalam bahasa Melayu Ambon mengalami [[nasalisasi]], terutama pada akhiran [n]. Diperkirakan nasalisasi pada bahasa Melayu Ambon adalah akibat dari pengaruh Jepang saat masa [[penjajahan Jepang]]. Berikut ini beberapa contoh kosakata yang mengalami nasalisasi. |
|||
* ''makang'' 'makan' |
|||
Kemudian lafal juga mengalami nasalisasi terutama pada akhiran 'n', diperkirakan nasalisasi pada bahasa [[Ambon]] adalah akibat pengaruh [[Jepang]]. Seperti berikut: |
|||
* ''badiang'' 'berdiam' |
|||
makang (makan), badiang (berdiam), ikang (ikan), lawang (lawan), Bangong (Bangun) dst |
|||
* ''ikang'' 'ikan' |
|||
* ''lawang'' 'lawan' |
|||
* ''bangong'' 'bangun' |
|||
===Kata ganti=== |
|||
Dalam bahasa Melayu Ambon, kata ganti untuk orang diantaranya sebagai berikut. |
|||
* ''beta'' 'saya' |
|||
Untuk kata ganti orang adalah sebagai berikut: |
|||
* ''ose'' 'kamu' (dalam beberapa dialek diucapkan ''os'' atau ''se''; berasal dari kata ''voce'' dalam bahasa Portugis. Kata ''ose'' ini dianggap sebagai kata yang kasar, sedangkan ''ale'' dianggap memiliki makna yang lebih halus) |
|||
* ''dong'' 'dia' |
|||
* ''katong'' 'kita' |
|||
* ''dorang'' 'mereka' |
|||
* ''kamong'', ''kamorang'' 'kalian' |
|||
Ungkapan khas |
===Ungkapan khas=== |
||
Terdapat beberapa ungkapan khas yang beberapa hanya dapat ditemukan dalam bahasa Melayu Ambon. |
|||
Ao e!, Mamae!, Sio Mama!, Tuang Ala!, Tuang Ana!, Ai!, Gaga Batul!, Manisse! dsbnya. |
|||
* ''ao e!'' |
|||
Panggilan sosial: |
|||
* ''mamae!'' |
|||
* ''sio mama!'' |
|||
* ''tuang ala!'' |
|||
* ''tuang ana!'' |
|||
* ''ai!'' |
|||
* ''gaga batul!'' |
|||
* ''manise!'' |
|||
===Panggilan sosial=== |
|||
Berikut ini beberapa panggilan sosial dalam bahasa Melayu Ambon. |
|||
* |
* ''babang'', ''abang'' 'kakak laki-laki' (digunakan oleh masyarakat Muslim Ambon) |
||
* |
* ''caca'' 'kakak perempuan' (digunakan oleh masyarakat Muslim Ambon) |
||
* |
* ''usy'' 'kakak perempuan' (digunakan oleh masyarakat Kristen Ambon) |
||
* |
* ''broer'', ''bung'', ''bu'' 'kakak laki-laki' (digunakan oleh masyarakat Kristen Ambon) |
||
* |
* ''nona'' 'gadis' |
||
* ''nyong'' 'pemuda' |
|||
* Nyong (pria muda) |
|||
* |
* ''tanta'' 'bibi' |
||
* ''nene'' 'nenek' |
|||
* Nene (Nenek) |
|||
* ''tete'' 'kakek' |
|||
* Tete (Kakek) |
|||
* |
* ''bapa raja'' 'kepala negeri', 'ketua adat' |
||
===Kosakata serapan dari bahasa Indo-Eropa (Belanda dan Portugis)=== |
|||
* '''Kamus Bahasa Melayu Ambon http://latunyj.no-ip.org/dict'''{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} |
|||
Berikut ini contoh kosakata dalam bahasa Melayu Ambon yang diserap dari bahasa Indo-Eropa (Belanda dan Portugis) — beberapa kosakata diantaranya telah mengalami perubahan morfologi. |
|||
* ''capeu'' 'topi' – ''chapéu'' (Portugis) |
|||
Beberapa contoh Kata serapan Melayu Ambon dari Eropa antara lain: |
|||
* ''bandera'' 'bendera' – ''bandeira'' (Portugis) |
|||
* Capeu (topi): Chapéu (Portugal)dibaca kapeu |
|||
* ''rim'' 'ikat pinggang' – ''riem'' (Belanda) |
|||
* Bandera (bendera): Bandeira (Portugal) |
|||
* |
* ''fork'' 'garpu' – ''vork'' (Belanda) |
||
* ''lenso'' 'saputangan' – ''lenço'' (Portugis) |
|||
* Fork (garpu): Vork (Belanda)dibaca fok |
|||
* ''mestiza'' 'selendang' – ''mestiza'' (Portugis) |
|||
* Lenso (saputangan): Lenço (Portugal) |
|||
* ''blus'' 'kemeja wanita' – ''blusa'' (Portugis) |
|||
* Mestiza (selendang leher): Mestiza (Portugal)dibaca mestisa |
|||
* ''[[baileo]]'' 'bangunan' – ''bailéu'' (Portugis) |
|||
* Blus (kemeja wanita): Blusa (Portugal) |
|||
* ''ose'', ''os'' 'kamu' – ''voce'', ''os'' (Portugis) |
|||
* Baileo (bangunan): Bailéu (Portugal) |
|||
* ''om'' 'paman' – ''oom'' (Belanda) |
|||
* Ose/Os (kamu): Voce/Os (Portugal) |
|||
* ''pai'' 'ayah' – ''pai'' (Portugis) |
|||
* Om (paman): Om (Belanda) |
|||
* ''mai'' 'ibu' – ''mai'' (Portugis) |
|||
* Pai (ayah): Pai (Portugal) |
|||
* ''fader'' 'ayah' – ''vader'' (Belanda) |
|||
* Mai (ibu): Mai (Portugal) |
|||
* |
* ''muder'' 'ibu' – ''moeder'' (Belanda) |
||
* |
* ''tanta'' 'bibi' – ''tante'' (Belanda) |
||
* |
* ''mar'' 'tetapi' – ''maar'' (Belanda) |
||
* ''galojo'' 'rakus' – ''guloso'' (Portugis) |
|||
* Mar (tetapi): Maar (Belanda) |
|||
* ''garser'' 'tumbuh' – ''crescer'' (Portugis) |
|||
* Galojo (rakus): Guloso (Portugal) |
|||
* ''of'' 'atau' – ''of'' (Belanda) |
|||
* Garser (tumbuh): Crescer (Portugal) |
|||
* |
* ''dol'' 'gila' – ''dol'' (Belanda) |
||
* |
* ''sterk'' 'kuat' – ''sterk'' (Belanda) |
||
* |
* ''trap'' 'anak tangga' – ''trap'' (Belanda) |
||
* |
* ''swak'' 'lemah' – ''zwak'' (Belanda) |
||
* |
* ''almanak'' 'kalender' – ''alamanaak'' (Belanda) |
||
* ''kadera'' 'kursi' – ''cadeira'' (Portugis) |
|||
* Almanak (kalender): Alamanaak (Belanda) |
|||
* ''kapitan'' 'kapten' – ''kapitein'' (Belanda), ''capitão'' (Portugis) |
|||
* Kadera (kursi): Cadeira (Portugal) |
|||
* ''marinyo'' 'penyuluh' – ''meirinho'' (Portugis) |
|||
* Kapitan (kapten/panglima perang): Kapitein (Belanda)/ Capitao (Portugal) |
|||
* ''patatas'' 'kentang' – ''batatas'' (Portugis) |
|||
* Marinyo (penyuluh): Meirinho (Portugal) |
|||
* ''danke'' 'terima kasih' – ''dank je'' (Belanda) |
|||
* Patatas (kentang): Batatas (Portugal) |
|||
* |
* ''kasbi'' 'singkong' – ''cassave'' (Belanda), ''cassava'' (Portugis) |
||
* ''testa'' 'dahi' – ''testa'' (Portugis) |
|||
* Kasbi (singkong): Cassave (Belanda)/Cassava (Portugal) |
|||
* ''oto'' 'mobil' – ''auto'' (Belanda) |
|||
* Testa (dahi): Testa (Portugal) |
|||
* ''pardidu'' 'menghilang' – ''perdido'' (Portugis) |
|||
* Oto (mobil): Auto (Belanda) |
|||
* ''sono'' 'tidur' – ''sono'' (Portugis) |
|||
* Pardidu (menghilang/berjalan tak tentu arah): Perdido (Portugal) |
|||
* ''vor'' 'untuk' – ''voor'' (Belanda) |
|||
* Sono (tidur): Sono (Portugal) |
|||
* |
* ''par'' 'untuk' – ''para'' (Portugal) |
||
* |
* ''marsegu'' 'kelelawar' – ''morcego'' (Portugal) |
||
* ''kakarlak'' 'kecoa' – ''kakkerlak'' (Belanda) |
|||
* Marsegu (kelelawar): Morcego (Portugal) |
|||
* |
* ''strat'' 'jalan raya' – ''straat'' (Belanda) |
||
* |
* ''standplaats'' 'halte' – ''standplaats'' (Belanda) |
||
* ''sinyo'' 'tuan' – ''senhor'' (Portugis) |
|||
* Standplaats (posisi berdiri/halte): Standplaats (Belanda) |
|||
* ''klaar'' 'selesai' – ''klaar'' (Belanda) |
|||
* Sinyo (tuan): Senhor (Portugal) |
|||
* |
* ''onosel'' 'bodoh' – ''onnozel'' (Belanda) |
||
* |
* ''flauw'' 'lemah' – ''flauw'' (Belanda) |
||
* |
* ''fangen'' 'tangkap' – ''vangen'' (Belanda) |
||
* |
* ''lopas'' 'lari' – ''loop'' (Belanda) |
||
* ''gargantang'' 'tenggorokan' – ''garganta'' (Portugis) |
|||
* Lopas (lari): Loop (Belanda) |
|||
* ''kintal'' 'pekarangan' – ''quintal'' (Portugis) |
|||
* Gargantang (tenggorokan): Garganta (Portugal) |
|||
* ''konyadu'' 'ipar' – ''cunhado'' (Portugis) |
|||
* Kintal (pekarangan): Quintal (Portugal) |
|||
* Konyadu (ipar): Cunhado (Portugal) |
|||
* '''Kamus Bahasa Melayu Ambon http://latunyj.no-ip.org/dict'''{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} |
|||
== Lihat pula == |
== Lihat pula == |
Revisi terkini sejak 24 Juni 2024 18.08
Bahasa Melayu Ambon adalah sebuah bahasa kreol berbasis Melayu yang secara tradisional dituturkan di wilayah Provinsi Maluku, terutama di Pulau Ambon, Kepulauan Lease, Pulau Buano, Pulau Manipa, Pulau Kelang, dan Pulau Seram, serta dipakai juga sebagai bahasa perdagangan di Kepulauan Kei, Kepulauan Banda, Kepulauan Watubela, Pulau Buru, hingga Kepulauan Aru.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Bahasa Melayu menurut sebagian besar sejarawan berasal dari Sumatra; kemungkinan juga Semenanjung Malaya. Pada masa pra-kolonial Eropa, bahasa Melayu telah berabad-abad lamanya menjadi basantara (lingua franca) di Asia Tenggara Kepulauan — secara tradisional dikenal sebagai Nusantara. Sebelum kedatangan bangsa Portugis pada tahun 1512 di Ternate, bahasa Melayu telah digunakan di Kepulauan Maluku sebagai bahasa perdagangan — sebelumnya bahasa Ambon (Asilulu) telah digunakan sebagai bahasa perdagangan di Pulau Ambon dan Kepulauan Lease, serta pesisir selatan Pulau Seram — kemudian digantikan oleh bahasa Melayu setelah kedatangannya.
Bahasa Melayu Ambon berbeda dengan bahasa Melayu Maluku Utara (Melayu Ternate). Misalnya, dalam bahasa Melayu Ambon terdapat banyak pengaruh dari bahasa Melayu Makassar. Kemudian pada abad ke-16, ketika Portugis menjajah Kepulauan Maluku, banyak kosakata bahasa Portugis yang diserap ke dalam bahasa Melayu Ambon. Kemudian setelah kedatangan bangsa Belanda ke Kepulauan Maluku — khususnya di Pulau Ambon, banyak kosakata dalam bahasa Belanda yang diserap ke dalam bahasa Melayu Ambon. Pada masa penjajahan Belanda inilah, bahasa Melayu Ambon dipakai sebagai bahasa pengantar di sekolah-sekolah zending, gereja, dan juga dalam terjemahan Alkitab. Contohnya Rut, Yunus, Lukas, Kisah Para Rasul (Yesus Pung Utusang-Utusang Pung Carita), Tesalonika I, Tesalonika II, Timotius I, Timotius II, Titus, dan Pilemon.[4]
Setelah bahasa Indonesia mulai diajarkan di sekolah-sekolah di Kepulauan Maluku — sebuah bentuk baku bahasa Melayu di Indonesia; maka bahasa Indonesia mulai memengaruhi penggunaan bahasa Melayu Ambon, sehingga sejumlah kosakata diserap dari bahasa Indonesia ke dalam bahasa Melayu Ambon — kosakata tersebut mengalami akhirnya mengalami perubahan morfologis. Pada awalnya, para misionaris Belanda menerjemahkan Injil ke dalam bahasa Melayu Ambon. Para penduduk yang bisa menghafal Injil tersebut kemudian dibaptis, serta terus dibimbing dalam bahasa Melayu Ambon.
Menurut sejarahnya, bahasa ini kemungkinan berasal dari Melaka di Semenanjung Malaya — karena pada masa itu sudah ada kegiatan perdagangan antara bangsa Eropa melalui perantara pedagang Malaka dengan pedagang dari Kepulauan Maluku. Pada awalnya, bahasa Melayu Ambon hanya digunakan dalam bentuk bahasa pasar yang kemudian menjadi bahasa ibu bagi generasi selanjutnya. Dalam penggunaannya, bahasa Melayu Ambon menjadi bahasa ibu bagi masyarakat Kristen Ambon (Sarane) dan sebagian kecil Muslim Ambon (Salam). Hal ini karena sebagian besar masyarakat Muslim Ambon masih menggunakan bahasa ibu mereka sendiri yang disebut sebagai bahasa tanah — istilah kolektif untuk bahasa-bahasa asli di Kepulauan Maluku.
Struktur kebahasaan
[sunting | sunting sumber]Struktur dalam bahasa Melayu Ambon juga sedikit berbeda dengan bahasa Melayu pada umumnya, namun lazim ditemukan pada varietas bahasa Melayu Indonesia Timur lainnya. Struktur bahasanya sangat mirip dengan bahasa-bahasa Indo-Eropa — hal ini karena pengaruh bahasa-bahasa tersebut cukup besar dalam bahasa Melayu Ambon.
Contoh kalimat
[sunting | sunting sumber]Berikut ini contoh kalimat dalam bahasa Melayu Ambon.
- beta pung buku 'buku saya'
- Susi pung kaka 'kakak Susi'
- Ahmad ada pi ka Tulehu 'Ahmad sedang pergi ke Tulehu'
- ada orang dapa bunuh di kusu-kusu 'ada orang dibunuh di alang-alang'
- katong jaga tinggal di sini sa 'kami tetap tinggal di sini saja'
Nasalisasi
[sunting | sunting sumber]Pelafalan dalam bahasa Melayu Ambon mengalami nasalisasi, terutama pada akhiran [n]. Diperkirakan nasalisasi pada bahasa Melayu Ambon adalah akibat dari pengaruh Jepang saat masa penjajahan Jepang. Berikut ini beberapa contoh kosakata yang mengalami nasalisasi.
- makang 'makan'
- badiang 'berdiam'
- ikang 'ikan'
- lawang 'lawan'
- bangong 'bangun'
Kata ganti
[sunting | sunting sumber]Dalam bahasa Melayu Ambon, kata ganti untuk orang diantaranya sebagai berikut.
- beta 'saya'
- ose 'kamu' (dalam beberapa dialek diucapkan os atau se; berasal dari kata voce dalam bahasa Portugis. Kata ose ini dianggap sebagai kata yang kasar, sedangkan ale dianggap memiliki makna yang lebih halus)
- dong 'dia'
- katong 'kita'
- dorang 'mereka'
- kamong, kamorang 'kalian'
Ungkapan khas
[sunting | sunting sumber]Terdapat beberapa ungkapan khas yang beberapa hanya dapat ditemukan dalam bahasa Melayu Ambon.
- ao e!
- mamae!
- sio mama!
- tuang ala!
- tuang ana!
- ai!
- gaga batul!
- manise!
Panggilan sosial
[sunting | sunting sumber]Berikut ini beberapa panggilan sosial dalam bahasa Melayu Ambon.
- babang, abang 'kakak laki-laki' (digunakan oleh masyarakat Muslim Ambon)
- caca 'kakak perempuan' (digunakan oleh masyarakat Muslim Ambon)
- usy 'kakak perempuan' (digunakan oleh masyarakat Kristen Ambon)
- broer, bung, bu 'kakak laki-laki' (digunakan oleh masyarakat Kristen Ambon)
- nona 'gadis'
- nyong 'pemuda'
- tanta 'bibi'
- nene 'nenek'
- tete 'kakek'
- bapa raja 'kepala negeri', 'ketua adat'
Kosakata serapan dari bahasa Indo-Eropa (Belanda dan Portugis)
[sunting | sunting sumber]Berikut ini contoh kosakata dalam bahasa Melayu Ambon yang diserap dari bahasa Indo-Eropa (Belanda dan Portugis) — beberapa kosakata diantaranya telah mengalami perubahan morfologi.
- capeu 'topi' – chapéu (Portugis)
- bandera 'bendera' – bandeira (Portugis)
- rim 'ikat pinggang' – riem (Belanda)
- fork 'garpu' – vork (Belanda)
- lenso 'saputangan' – lenço (Portugis)
- mestiza 'selendang' – mestiza (Portugis)
- blus 'kemeja wanita' – blusa (Portugis)
- baileo 'bangunan' – bailéu (Portugis)
- ose, os 'kamu' – voce, os (Portugis)
- om 'paman' – oom (Belanda)
- pai 'ayah' – pai (Portugis)
- mai 'ibu' – mai (Portugis)
- fader 'ayah' – vader (Belanda)
- muder 'ibu' – moeder (Belanda)
- tanta 'bibi' – tante (Belanda)
- mar 'tetapi' – maar (Belanda)
- galojo 'rakus' – guloso (Portugis)
- garser 'tumbuh' – crescer (Portugis)
- of 'atau' – of (Belanda)
- dol 'gila' – dol (Belanda)
- sterk 'kuat' – sterk (Belanda)
- trap 'anak tangga' – trap (Belanda)
- swak 'lemah' – zwak (Belanda)
- almanak 'kalender' – alamanaak (Belanda)
- kadera 'kursi' – cadeira (Portugis)
- kapitan 'kapten' – kapitein (Belanda), capitão (Portugis)
- marinyo 'penyuluh' – meirinho (Portugis)
- patatas 'kentang' – batatas (Portugis)
- danke 'terima kasih' – dank je (Belanda)
- kasbi 'singkong' – cassave (Belanda), cassava (Portugis)
- testa 'dahi' – testa (Portugis)
- oto 'mobil' – auto (Belanda)
- pardidu 'menghilang' – perdido (Portugis)
- sono 'tidur' – sono (Portugis)
- vor 'untuk' – voor (Belanda)
- par 'untuk' – para (Portugal)
- marsegu 'kelelawar' – morcego (Portugal)
- kakarlak 'kecoa' – kakkerlak (Belanda)
- strat 'jalan raya' – straat (Belanda)
- standplaats 'halte' – standplaats (Belanda)
- sinyo 'tuan' – senhor (Portugis)
- klaar 'selesai' – klaar (Belanda)
- onosel 'bodoh' – onnozel (Belanda)
- flauw 'lemah' – flauw (Belanda)
- fangen 'tangkap' – vangen (Belanda)
- lopas 'lari' – loop (Belanda)
- gargantang 'tenggorokan' – garganta (Portugis)
- kintal 'pekarangan' – quintal (Portugis)
- konyadu 'ipar' – cunhado (Portugis)
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Thalib, Usman (2012). Sejarah Masuknya Islam di Maluku. Ambon, Indonesia: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Ambon. hlm. 35.
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Melayu Ambon". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Melayu Ambon". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ "Lukas pung Kabar Bae soal Yesus". Gereja Protestan Maluku, 2011. ISBN 978-602-19540-0-3.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Don van Minde. Melayu Ambong: Phonology, Morphology, Syntax. Penerbit: Research School CNWS, Leiden University. The Netherland: 1997. 390 Halaman. ISBN 90-73782-94-5.
- Seminar Bahasa dan Budaya Maluku 2006: Bahasa Melayu Ambon. Diselenggarakan oleh DIKOR Dinas Prov. Maluku, SIL Internasional, PBTM dan Universitas Pattimura. Agustus 2006.
- R.Bolton; M. Riupassa; J. Tjia. Pedoman Membaca dan Menulis Bahasa Ambon (Edisi Percobaan) (booklet). Mei 2005. 24 halaman.
- Louhenapessy, Wilham G. The Malay-Ambon Writings and Audio-recordings of Children in Central Maluku (Seram Utara, Telutih, Tuhaha etc.): Heritage Language Literacy Development in SE Asia. PBTM, Atma Jaya University, SIL International, KD, International Reading Association and IDAC, July 22-23 2008. in Jakarta, Indonesia.
- Louhenapessy's broadcast at the YouTube: The Pilgrim's Progress, The reading from the portion of Tuhan Yesus Ajar Katong Dolo, Portion of the book of Genesis at http://www.youtube.com/watch?v=jcFsycWw-ro&feature=mfu_in_order&list=UL and Psalm 37 at http://www.youtube.com/watch?v=frJCQZT11XU&feature=related.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- (Indonesia) Kamus Melayu Ambon Diarsipkan 2008-04-24 di Wayback Machine.