Lompat ke isi

Bahasa Palembang: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tflazio (bicara | kontrib)
Nyilvoskt (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
 
Baris 1: Baris 1:
{{Bahasa
'''Bahasa Palembang''' adalah bahasa yang dipergunakan oleh masyarakat [[Palembang]] dengan jumlah penutur asli diperkirakan 500.000 orang.
|name = Palembang
|nativename =بهاس ڤاليمبڠ <br> {{lang|mui|Baso Pelémbang}}
|states= {{flag|Indonesia}}
|region= {{flag|Sumatera Selatan}}
|ethnicity= [[Suku Melayu Palembang|Melayu Palembang]]
|speakers=1,6 juta [[penutur jati]]
|date=2000
|ref={{sfn|McDowell|Anderbeck|2020|p=14}}
|familycolor=Austronesia
|fam1 = <!-- Parameter ini dinonaktifkan untuk halaman ini -->
|script= {{ubl|
* [[Alfabet Latin|Latin]] (Resmi)
* [[Abjad Jawi|Jawi]]
}}
|dia1=Palembang Lama
|dia2=Palembang Pasar
|dia3=Pesisir
|minority = {{flag|Sumatera Selatan}}
| agency = [[Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa]]
* Balai Bahasa Sumatra Selatan
|iso3=none
|iso3comment=(kode [[iso639-3:plm|{{code|plm}}]] telah digabungkan ke {{code|mui}} pada tahun 2007)<ref>{{Cite web|url=https://iso639-3.sil.org/request/2007-182|title=Change Request Documentation: 2007-182|publisher=[[SIL International]]}}</ref>
|glotto=pale1264
|glottoname=Palembang
|linglist=mui-plm
|samples=
|qid=
|sk = NE
|contoh_berkas= WIKITONGUES- Ihsan and Septiadi speaking Palembangnese.webm
|contoh_deskripsi = Percakapan dalam [[#Dialek|dialek Palembang Pasar]] dengan campuran [[bahasa Indonesia]].
|HAM=ya
|pranala_HAM=https://www.omniglot.com/writing/musi.htm
|contoh_teks=Sedanten uwong metu ke dunio bebas, serto kehormatan dan hak-hak yen sami pulo. Sedantennyo la sampun diesung akal utak jugo raso ati, keayunnyo niku gawe sesami liannyo pecak wong seduluran.
|pagenotice=Palembang
}}
[[File:Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang 1981.jpg|jmpl|250px|Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang terbitan 1981]]
'''Bahasa Palembang''' atau '''Melayu Palembang''' (''{{lang|mui|baso Pelémbang}}'') ([[Abjad Jawi|Jawi]]: بهاس ملايو ڤاليمبڠ ) merupakan sebuah ragam bahasa [[Rumpun bahasa Austronesia|Austronesia]] dari cabang [[rumpun bahasa Melayik|Melayik]] yang dituturkan di kawasan [[Palembang Raya]]. Bahasa ini juga menjadi [[basantara]] antarkomunitas di [[Sumatera Selatan]] dan sering digunakan [[poliglosia|secara poliglosia]] dengan [[bahasa Indonesia|Indonesia]] dan dialek setempat lainnya.{{sfn|McDonnell|2016|p=13}} Bahasa ini memiliki banyak serapan non-Melayik terutama dari [[bahasa Jawa]], sebagai dampak dari interaksi budaya intens yang telah berlangsung berabad-abad antara Palembang dengan kawasan lainnya di Nusantara.<ref name="tadmor">{{cite conference |last=Tadmor |first=Uri |title=Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang Malay |conference=5th International Symposium on Malay/Indonesian Linguistics |location=Leipzig |date=16–17 June 2001}}</ref>
[[File:Pedoman Ejaan Bahasa Palembang 2007.jpg|jmpl|250px|Buku ''Pedoman Ejaan Bahasa Palembang'' terbitan Balai Bahasa Palembang<ref name="Trisman 2007">{{Cite book|last=Trisman|first=Bambang|url=|title=Pedoman Ejaan Bahasa Palembang|last2=Amalia|first2=Dora|last3=Susilawati|first3=Dyah|date=2007|publisher=Balai Bahasa Palembang (Provinsi Sumatera Selatan), Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional|editor-last1=Twilovita|editor-first1=Nursis|location=Palembang|trans-title=Palembang Spelling System Guidelines|oclc=697282757|url-status=live|lang=id}}</ref>]]


== Tingkatan ==
== Klasifikasi ==
Sebagian besar ragam-ragam Melayik di Sumatera bagian Selatan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok utama, yaitu 1) kelompok [[Rumpun bahasa Melayu Barisan Selatan|Melayu Tengah]] atau Melayu Barisan Selatan dan 2) kelompok [[Rumpun bahasa Musi|Musi]]. Bahasa Palembang dapat digolongkan sebagai salah satu ragam dalam kelompok Musi, tepatnya sebagai bagian dari kluster dialek Palembang–Dataran Rendah yang juga mencakup ragam-ragam Belide, [[Bahasa Lematang|Lematang Ilir]], dan [[bahasa Penesak|Penesak]].{{sfn|McDowell|Anderbeck|2020|p=10–12}}
Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan, yaitu ''Baso Pelembang Alus'' atau ''Bebaso'' dan ''Baso Pelembang Sari-sari''. ''Baso Pelembang Alus'' dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara-upacara adat. Bahasa ini berakar pada [[bahasa Jawa]] karena raja-raja Palembang berasal dari [[Kerajaan Majapahit]], [[Kerajaan Demak]], dan [[Kerajaan Pajang]]. Itulah sebabnya perbendaharaan kata ''Baso Pelembang Alus'' banyak persamaannya dengan perbendaharaan kata dalam bahasa Jawa.


== Sejarah ==
Sementara itu, ''Baso sehari-hari'' dipergunakan oleh ''wong Palembang'' dan berakar pada [[bahasa Melayu]]. Dalam praktiknya sehari-hari, orang Palembang biasanya mencampurkan bahasa ini dan bahasa Indonesia (pemilihan kata berdasarkan kondisi dan koherensi) sehingga penggunan bahasa Palembang menjadi suatu seni tersendiri.
Sebagaimana ragam Melayik lainnya, bahasa Palembang merupakan keturunan dari bahasa Proto-Malayik yang diperkirakan berasal dari Kalimantan bagian barat. Menurut Adelaar (2004), perkembangan Melayu sebagai etnis tersendiri mungkin saja dipengaruhi oleh persentuhan dengan budaya India, setelah migrasi penutur Proto-Malayik ke Sumatra bagian selatan. [[Sriwijaya|Kerajaan Sriwijaya]] yang berpusat di [[Palembang]] pada abad ke-7 merupakan salah satu wujud terawal negara bangsa Melayu, jika bukan yang pertama.<ref>Adelaar, K.A., "Where does Malay come from? Twenty years of discussions about homeland, migrations and classifications". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 160 (2004), No. 1, hlmn. 1-30</ref> [[Prasasti Kedukan Bukit]] yang ditemukan di Palembang merupakan bukti tertulis pertama dari rumpun bahasa Malayik yang dipertuturkan di daerah tersebut. Meski begitu, ahli bahasa masih memperdebatkan apakah benar ragam bahasa yang digunakan di prasasti tersebut merupakan leluhur langsung dari bahasa-bahasa Melayu (termasuk Palembang) modern.{{sfn|Adelaar|1992|pp=5-6}}


Selain dari prasasti-prasasti kuno, sangat sedikit sumber tertulis lainnya yang bisa jadi acuan untuk perkembangan bahasa Palembang. Satu sumber tertulis adalah Kitab Undang-Undang [[Simbur Cahaya]], yang penyusunannya dianggap dilakukan oleh [[Ratu Sinuhun]], istri dari penguasa Palembang Pangeran Sido ing Kenayan pada sekitar abad ke-17. Kitab ini ditulis dalam [[bahasa Melayu Klasik]] dengan sedikit pengaruh [[bahasa Jawa]], mengingat keluarga bangsawan Palembang berasal dari Jawa.{{sfn|Hanifah|1999|pp=1-38}} Pengaruh Jawa di Palembang dimulai setidaknya sejak abad ke-14.
Di bawah ini adalah beberapa kata dalam Bahasa Palembang dan artinya dalam [[bahasa Indonesia]]:


William Marsden mencatat dua ragam bahasa berbeda yang digunakan di Palembang pada abad ke-18. Bahasa di keraton adalah dialek Jawa halus dan Melayu dengan campuran kosakata asing, sementara bahasa sehari-hari penduduk Palembang adalah dialek Melayu, dengan ciri utama pengucapan vokal 'a' yang diganti menjadi 'o'.{{sfn|Marsden|1811|p=562}}
* Aman = Kalau (cth: aman kau ke sano gek, jangan lupo bawa pempek)
* Antok = Menyantuk suatu benda, biasa digunakan anak kecil dalam permainan 'gambaran' (cth: kartu kau tu antok, ulang oi !)
* Asak = Asalkan (cth: asak kau dapet cepek, ku enjok mobil la)
* Awak = Kamu, bisa digunakan sebelum 'kau' (cth: awak kau yang salah, nak nyalahke wong)
* Awan = Siang (cth: awan tadi, budak plaju mati ditabrak fuso)
* Bae/be = Saja (cth: kau bae/be la yang bayar)
* Balak = Masalah (cth: dak usah nyari balak la, kagek mati kau)
* Balek = Pulang (cth: aku abes ni nak balek ke rumah)
* Balen = Ulang (cth: balen oi, mano ado maen cak tu)
* Banyu = Air (cth: nak minum apo? banyu putih be)
* Baseng = Terserah (cth: baseng kau la, aku dak melok melok be)
* Basa = Gawat (cth: basa ni! dak pacak gawe galo)
* Baso = Bahasa (cth: ae baso inggris be dak pacak kau, cupu ni!)
* Bebala = Bertengkar mulut (cth: wong sebelah ni galak bebala sampe subuh)
* Belagak = Tampan (cth: wew, belagak nian kau hari ni!)
* Belago = Bertengkar saling pukul (cth: budak kecik tu galak belago, laporke plisi peh?)
* Bengak = Bodoh (cth: bengak makan taik kau tu!)
* Begoco = Berantem/Berkelahi (cth: dak usah jingok jingok, begoco be kito!)
* Berejo = Bersusah-susah (cth: berejo la kau! tula, diomongi dak galak denger)
* Bi Cek = Ibu, bibi (cth: bi cek! nak kemano?)
* Budak = Anak (cth: budak sekolahan emang paleng mudah diculik)
* Buntang = Bangkai (cth: depan kelas kito ado buntang tikus)
* Buyan = Bodoh (cth: buyan nian kau! cak ini be dak biso)
* Cak mano = Bagaimana (cth: cak mano ni? pacak dak lulus kito)
* Cak itula = Ya begitulah (cth: cak itula, basa nian kito)
* Calak = Curang (cth: kalo kau maen calak lagi, laporke guru gek kau)
* Cemeke'an = Pelit (cemeke'an nian, goceng be dak ngasi)
* Cetuk = Patuk (cth: lakinyo mati dicetuk ulo)
* Cotang = Menebak nebak dalam soal pilihan (cth: cotang 5 bener 4, hebat dak?)
* Cugak = Kecewa (cth: keno cugak be aku lantak dio)
* Cucung = Cucu (cth: woi cung, kalo kau ke plaju, belike aku ganja)
* Dak papo = Tidak Apa-apa (dak papo la! cuman denget koq)
* Dak katek = Tidak ada (lebih tegas) (cth: dak katek malu nian kau ni!)
* Dak katek katek = Tidak (membela diri) (cth: aq bunuh dio? dak katek katek)
* Dak terti = Tidak mengerti (cth: dak terti aku pelajaran ni)
* Dewe'an = Sendirian (cth: pegi samo siapo kau? dewe'an be)
* Dulur = Saudara (cth: oi dulur! po kabar?)
* Galak = Mau (cth: galak makan dak?)
* Galo = Semua (cth: dio wong bener galo, tae kucing nian)
* Geli geli = Mudah (cth: mak ini sih geli geli bae)
* Geli geli basa = Sangat mudah (cth: pacak dak? geli geli basa)
* Geta basa = Bokek, pelit (cth: geta basa dio tu)
* Enjuk = Beri (cth: enjuk siapo la bunga ni ye?)
* Ekar = Kelereng (cth: ekar aku hargonyo goban, kau punyo?)
* Idak = Tidak (cth: idak galak makan dio dari kemaren)
* Igo = Terlalu (cth: tula pelit igo! rasoke kau sekarang)
* Iwak = Ikan (cth: iwak belido emang paleng mantep dibikin pempek)
* Jabo = Luar (cth: buangke sampah ni ke jabo ye)
* Jingok = Lihat (cth: jingok soal mak ini, nangis darah aku)
* Jiron = Tetangga (cth: kenal dak kau samo jiron kau?)
* Julak = Dorong (cth: kagek kau ku julak ke rel MRT, dak usa macem-macem)
* Kacek = Selisih (cth: kacek dikit jugo, dak apo la)
* Kacuk'an = Berhubungan sex (cth: jangan kacuk'an di luar nika ye, doso tu)
* Kagek = Nanti (cth: nak pegi lum? kagekla)
* Kambang = Kolam (cth: jangan galak ke kambang iwak, diculik wong gek kau)
* Kampang = Tak punya ayah, anak haram (cth: oi kampang! dak jingok wong lagi nyebrang!)
* Katek = Tidak Ada (cth: kesian jingok dio, katek duit, katek rumah, katek kerjo)
* Kecik = Kecil (cth: pempek telok kecik seporsi berapo?)
* Kempet = Kempes (cth: ai, ban mobil aku kempet pulok)
* Kendak = Kehendak (cth: apola kendak kau nulis wiki ni?)
* Ketek = Perahu (cth: turis tu lagi naek ketek nyebrang sunge musi)
* Kleker = Kelakar (cth: pak Tomz emang rajo kleker, nghayal telalu tinggi)
* La = Sudah (cth: la selesai blum? lamo nian)
* Laju = Ayo (cth: galak laju, dak galak sudah), akibatnya/jadinya (cth: lantak bebala laju keno marah budak tu)
* Lajuke = Urusi (cth: aman kau galak, lajuke la)
* Lanjak'i = Kerjain, urusin (cth: tugas gilo babi tu mase be dilanjak'i nyo)
* Lantak = gara-gara (cth: lantak kau la, jd rusak komputer aku)
* Lemak = Enak (cth: makanan disini la dak lemak, mahal pulok)
* Lihai = Pintar (cth: lihai sudah dio sekarang, make obat apo ye?)
* Lokak = Kerjaan, masalah (cth: dio tu emang galak cari lokak, pecake be palaknyo)
* Lolo = Bodoh (cth: Lenglolo tu emang lolo nak pindah dari Sriwijaya)
* Mada'i = Masa sih? (cth: mada'i kito kalah, pake dukun apo mereka?)
* Mak ini ari = Hari gini (cth: mak ini ari, mase ado bae wong yang galak maleng ayam)
* Mang Cek = Bapak, Paman (cth: jangan beli maenan dari mang cek tu, dio galak ngolaki)
* Melok = Ikut (cth: aku nak ke Kandang Kawat, melok dak?)
* Mekot = Ikut (cth: mekot oi ke PS, la bosen aku ke PTC)
* Menujah = Menusuk (cth: rai kau ni mirip yang nujah adek aku)
* Mengot = Lengkung (cth: mistar ni pacak mengot pulok)
* Meseng = Buang air besar (cth: budak tu galak meseng di celano aman aku kejutke)
* Metu = keluar (cth: dio tu dak pernah metu dari kamar sejak diputusi ceweknyo)
* Nak = Mau (cth: diemla! nak keno marah guru kau?)
* Ngampok = Pamer (cth: dak usah ngampok kau! jingok dulu na gambar aku)
* Ngatoke = Mengatakan (cth: walikota ngatoke kalo dio bakal gusur semua pedagang kaki limo tanpa ampun)
* Ngolaki = Menipu (cth: koko kau tu galak ngolaki, ngomong jual permen taunyo ganja)
* Ngotaki = Membohongi (cth: ae kau ni ngotaki aku dari dulu, putus be kito)
* Nian = Sangat (cth: kau cantik nian malem ni)
* Nianan = Beneran (cth: nianan oi! pesta pesta kito malem ni)
* Ngibak'i = Peduli amat (cth: ngibak'i kau la, emang kau siapo)
* Ngigik = Lucu, ada ada aja (cth: ngigik nian wong yang bikin kamus ni)
* Ngenyek = Ngejek (cth: pak itu emang galak ngenyek, kesel jugo lamo lamo)
* Nyampak = Jatuh (cth: ajaib, la nyampak dari lante 30 masi pacak idup)
* Nyenyes = Tidak bisa menjaga rahasia, mulut ember (cth: aku dak seneng dengan wong nyenyes cak dio)
* Oplet = Angkot (cth: kalo oplet warno merah stop dimano ye?)
* Pacak = Bisa (cth: pacak gilo jugo aku kalo cak ini terus)
* Palak = Kepala (cth: pening palak aku jingok kelakuan dio)
* Pasak = Pasar (cth: pasak Kuto tu pangkalan preman, jangan galak kesano)
* Payo = Ayo (cth: ke PIM dak? payo!)
* Pecak = Seperti (cth: badan pecak gorila cak tu, kalahla dio)
* Pecik = Menembak (cth: ae cupu ni, pecik ekar be dak pacak)
* Peh la = Yuk (cth: maen dak? peh la)
* Pilat = Kata kasar, arti: orang yang bibirnya ada bekas operasi(?) (cth: pilat ni! bawa mobil tu beneran dikit!)
* Pocok = Atas (cth: dio lagi di pocok, beneri atep)
* Prei = Libur (cth: kapan prei?)
* Rai = Muka, tampang (cth: jingok rai kau, nak muntah aku)
* Ringam = Reseh (cth: ringam nian jadi wong tu!)
* Sanjo = Bertamu (cth: kagek sincia sanjo ke tempat aku ye, banyak makanan la)
* Saro = Sulit (cth: kalo cak ini saro! jadinyo cak mano? cari dulu turunannyo)
* Sapo = Siapa (cth: sapo be yang nak mekot, bayar sejuta)
* Semekuk = Berbentuk (cth: dak semekuk nian gambar kau, budak TK be lebih lihai)
* Sepur = Kereta (cth: ado wong dilindas sepur malem tadi)
* Sike = Pelit (cth: dak usah sike la, awak kayo)
* Sius = Serius (cth: siusan oi? mak mano nian ceritonyo?)
* Sikok = Satu (cth: bagi sikok wong sikok, jangan banyakan)
* Singit = Sembunyi (cth: maleng tu singitan di wc rumah aku)
* Siru = Heboh (cth: dak usah siru! mano buktinyo?)
* Sedenget = Sebentar (cth: sedenget be, dak lemakkan aku kalo dak ke rumah dio)
* Sekewet = Curang (cth: ketauan ye kau galak maen sekewet)
* Sokor = Sukurin (cth: sokor! biar mampus dio!)
* Tako'an = Sombong (cth: wong tako'an cak dio emang harus dibasmi)
* Tebudi = Tertipu (cth: dak tau aku ini palsu, tebudi aku oleh dio)
* Tedok = Tidur (cth: tedok tu jangan malem malem)
* Tek aguk = Gak ada kerjaan (tidak digunakan terpisah) (cth: tek aguk nian dio, nyoret nyoret papan)
* Terajang = Hantam (cth: na, nyengir nyengir, terajang gek kau!)
* Tetak = Potong (cth: tetak palak aku kalo kau dapet cepek)
* Tino = Betina/perempuan (cth: budak tino tu matre nian, lesu aku ngejer dio)
* Tangani = Selesaikan, hajar, pukul (cth: dak usah macem macem, tangani gek kau!)
* Tula = Itu lah (cth: tula! la ku ngomongi caronyo tu mak ini, dak cayo kau)
* Ucak-ucak = Main main, tidak serius (cth: ae SFC ni maennyo ucak ucak sekarang)
* Uji = Kata (cth: uji dio kalo pacak gawe ke soal ni, nak dienjok cepek ceng kito)
* Untal = Lempar (cth: untal tu bener dikit, nyangkut ke atep gek)
* Ulo = Ular (cth: ampir be aku ninjek ulo di sawah)
* Wong = Orang (cth: wong plembang emang paleng ''hip'')
* Yasi = Sah (cth: dak yasi pemilu tu, banyak maen calak dio)


== Status ==
Beberapa kata dalam bahasa Palembang yang sama dengan bahasa Indonesia, hanya berubah vokal akhirnya:
Penggunaan bahasa Palembang diakui secara resmi oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu ragam bahasa asli di Sumatera Selatan yang wajib dijaga kelestariannya. Sebagai salah satu upaya penggiatan sosialisasi dan pelestarian bahasa Palembang, pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang didukung oleh [[Kementerian Agama Republik Indonesia]] mengadakan peluncuran [[Al-Qur'an]] (kitab suci [[Muslim|umat Islam]]) dengan terjemahan bahasa Palembang yang dirilis oleh Puslitbang Lektur Dan Khazanah Keagamaan pada tahun [[2019]].<ref>{{cite web |url=https://www.idxchannel.com/foto-1/foto/alquran-dengan-terjemahan-bahasa-palembang |title=Alquran dengan Terjemahan Bahasa Palembang |author=<!--Not stated--> |date=2022 |website=IDXchannel.com}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://m.antaranews.com/video/1207780/al-quran-terjemahan-bahasa-palembang-dan-sunda|title=Al Quran terjemahan Bahasa Palembang dan Sunda|author=<!--Not stated--> |date=2019|last=Rayyan|editor-last=Rayyan|work=[[Lembaga Kantor Berita Nasional Antara|ANTARA News]]}}</ref><ref>{{Cite news|url=https://www.liputan6.com/regional/read/4152870/alquran-terjemahan-bahasa-palembang-hanya-dicetak-100-eksemplar?|title=Alquran Terjemahan Bahasa Palembang Hanya Dicetak 100 Eksemplar|language=id|author=<!--Not stated--> |date=2020|work=[[Liputan6.com]]|last=Inge|first=Nefri|editor-last=Hida|editor-first=Ramdania El}}</ref><ref>{{cite web |url= https://sumeks.co/uin-raden-fatah-serahkan-alquran-terjemahan-bahasa-palembang-ke-sumeks-co/|title= UIN Raden Fatah Serahkan Alquran Terjemahan Bahasa Palembang ke Sumeks.co|author=<!--Not stated--> |date= 2022|website=sumeks.co|publisher=Sumatera Ekspres}}</ref>
* Ado = Ada
* Apo = Apa
* Biaso = Biasa
* Dio = Dia
* Mano = Mana
* Di mano = Di mana
* Jawo = Jawa
* Jugo = Juga
* Kemano = Kemana
* Kato = Kata
* Ketawo = Ketawa
* Kito = Kita
* Mano = Mana
* Ngapo = Mengapa


Bahasa Palembang [[#Tingkatan|tingkatan ''jegho''/''jero'']] (atau ''alus'') juga telah masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di wilayah Palembang sejak [[2021]].<ref>{{cite web |url= https://psikologi.radenfatah.ac.id/berita/detail/alhamdulillah-bahasa-palembang-jegho-alus-masuk-muatan-lokal-pada-sekolah-dasar-di-kota-palembang|title=Alhamdulillah, Bahasa Palembang Jegho (Alus) Masuk Muatan Lokal Pada Sekolah Dasar Di Kota Palembang |author=<!--Not stated--> |date= 2021|publisher= Pustipd UIN Raden Fatah}}</ref>
== Bibliografi ==

* P.D. Dunggio, dkk. Struktur Bahasa Melayu Palembang
== Fonologi ==
Dunggio (1981) mendata 30 fonem dalam bahasa Palembang, dengan rincian 24 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal.{{sfn|Dunggio|1983|pp=7-10}} Namun, studi lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 25 fonem dalam bahasa Palembang, sebab bunyi serapan seperti {{IPA|[z]}} hanya dianggapnya sebagai [[alofoni]] dari konsonan asli seperti {{IPA|/s/}} dan {{IPA|/d͡ʒ/}}.{{sfn|Aliana|1987|p=14}}
=== Vokal ===
{| class="wikitable" style="text-align:center"
!
![[Vokal depan|Depan]]
![[Vokal madya|Madya]]
![[Vokal belakang|Belakang]]
|-
![[Vokal tertutup|Tertutup]]
|{{IPAslink|i}}
|
|{{IPAslink|u}}
|-
![[Vokal setengah tetutup|1/2 Tertutup]]
|{{IPAslink|e}}
|
|{{IPAslink|o}}
|-
![[Vokal tengah|Tengah]]
|
|{{IPAslink|ə}}
|
|-
![[Vokal terbuka|Terbuka]]
|colspan="2"|{{IPAslink|a}}
|
|}
Dalam suku kata tertutup, {{IPA|/i/}} dan {{IPA|/u/}} dilepaskan sebagai bentuk [[alofoni]]nya, yakni {{IPAblink|ɪ}} dan {{IPAblink|ʊ}}.{{sfn|Dunggio|1983|pp=21-22}}

=== Konsonan ===
{| class="wikitable" style="text-align:center"
!
!
![[Konsonan dwibibir|Dwi-<br>bibir]]
![[Konsonan rongga-gigi|Rongga-<br>gigi]]
![[Konsonan paska rongga-gigi|Pask. Ronggi.]]<br>[[Konsonan langit-langit|langit-<br>langit]]
![[Konsonan langit-langit belakang|langbel.]]
![[Konsonan celah-suara|Celah-<br>suara]]
|-
! colspan="2" |[[Konsonan sengau|Sengau]]
|{{IPAslink|m}}
|{{IPAslink|n}}
|{{IPAslink|ɲ}} {{Angbr IPA|ny}}
|{{IPAslink|ŋ}} {{Angbr IPA|ng}}
|
|-
! rowspan="2" |[[Konsonan letup|letup]]/[[Konsonan gesek|gesek]]
!nirsuara
|{{IPAslink|p}}
|{{IPAslink|t}}
|{{IPAslink|t͡ʃ}} {{Angbr IPA|c}}
|{{IPAslink|k}}
|{{IPAslink|ʔ}} {{Angbr IPA|'}}
|-
!bersuara
|{{IPAslink|b}}
|{{IPAslink|d}}
|{{IPAslink|d͡ʒ}} {{Angbr IPA|j}}
|{{IPAslink|ɡ}}
|
|-
! rowspan="2" |[[Konsonan frikatif|Frikatif]]
!nirsuara
|{{IPAslink|f}}
|{{IPAslink|s}}
|{{IPAslink|ʃ}} {{Angbr IPA|sy}}
|{{IPAslink|x}} {{Angbr IPA|kh}}
|{{IPAslink|h}}
|-
!bersuara
|{{IPAslink|v}}
|{{IPAslink|z}}
|
|{{IPAslink|ʁ}} {{Angbr IPA|r}}
|
|-
! rowspan="2" |[[Konsonan hampiran|Hampiran]]
![[Semivokal]]
|{{IPAslink|w}}
|
|{{IPAslink|j}} {{Angbr IPA|y}}
|
|
|-
![[Konsonan sisi|Sisian]]
|
|{{IPAslink|l}}
|
|
|
|}

==Ragam==
===Dialek===
Berdasarkan survei [[dialektologi]] {{harvcoltxt|McDowell|Anderbeck|2020}} yang mencakup analisis [[leksikostatistik]], pemetaan persebaran inovasi [[fonologi]]s, serta uji [[kesalingpahaman]], subkluster Palembang dapat dibagi ke dalam tiga dialek, yaitu: 1) Palembang Lama, 2) Palembang Pasar dan 3) Pesisir.{{sfn|McDowell|Anderbeck|2020|p=12}}

Dialek Palembang Lama yang dimaksud adalah dialek tradisional yang dituturkan sehari-hari terutama oleh kalangan masyarakat [[suku Palembang]] baik di kota maupun di wilayah pedesaan sekitarnya. Sementara, dialek Palembang Pasar adalah dialek yang utamanya digunakan sebagai [[basantara]] untuk menjembatani komunikasi antarkomunitas di Palembang pada khususnya dan Sumatera Selatan pada umumnya. Secara leksikon, dialek Palembang Lama mempertahankan beberapa kosakata serapan [[bahasa Jawa]] yang tidak lagi digunakan oleh penutur Palembang Pasar. Kecenderungan de-Jawanisasi penutur Palembang Pasar juga diiringi dengan meningkatnya pengaruh [[bahasa Indonesia]] dalam ragam cakapan sehari-hari di kawasan urban. Dalam hal fonologi, penutur Palembang Pasar juga lebih lazim merealisasikan bunyi *r dari Proto-Melayik sebagai [[konsonan getar]] ujung lidah (apikal) {{IPA|[r]}} seperti bahasa Indonesia alih-alih dengan bunyi [[konsonan desis|desis]] velar/uvular bersuara {{IPA|[ɣ~ʁ]}} yang lazim digunakan dalam dialek Palembang Lama.{{sfn|McDowell|Anderbeck|2020|p=13–15}}

Di sebelah utara dan timur Kota Palembang ke arah perbatasan dengan [[Provinsi Jambi]] dan [[Selat Bangka]], terdapat pula ragam Pesisir yang secara linguistik hampir identik dengan ragam yang dituturkan di kawasan urban. Meski begitu, beberapa daerah tutur Pesisir di wilayah terluar juga memiliki tingkat kemiripan leksikal yang tinggi dengan ragam Melayik tetangga, di antaranya ragam Jambi Ilir dari [[bahasa Jambi]] serta ragam-ragam Melayik [[bahasa Bangka|Bangka]].{{sfn|McDowell|Anderbeck|2020|p=15–16, 53}} Dari segi etnolinguistik, penutur ragam Pesisir sendiri cenderung tidak terlalu terikat dengan identitas "Palembang" sebagaimana penutur di kawasan urban dan pedesaan sekitarnya.{{sfn|McDowell|Anderbeck|2020|p=112, 114}}

===Tingkatan===
Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan linguistik, yaitu ''jegho'' atau ''alus'' (kerap diidentifikasi juga sebagai ''bebaso'') dan ''saghi-saghi''. Bahasa Palembang ''jegho'' atau ''alus'' memiliki banyak kosakata serapan Jawa dan dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam [[upacara]] [[adat]] Palembang, sedangkan tingkatan ''saghi-saghi'' yang lebih berakar pada kosakata asli Melayik dipergunakan dalam percakapan sehari-hari.
<!--
==Kata serapan==
Bahasa Melayu Palembang memiliki beberapa pengaruh dari elemen linguistik [[bahasa Melayu]] dan bahasa yang lain, Bahasa Palembang Asli (Bebaso Pelembang Alus) utamanya dari [[bahasa Minangkabau]], [[bahasa Sunda]] dan [[bahasa Jawa]]. Hal ini disebabkan oleh faktor kontak perdagangan antar [[Suku Melayu|etnis Melayu]] di negeri Palembang yang telah berlangsung sejak ribuan tahun lalu, salah satu faktor utama lainnya yakni karena [[Kota Palembang]] pernah berada di bawah kekuasaan yang sama untuk masa yang cukup lama,<ref name=Coedes>{{cite book|last= Coedès|first= George|author-link= George Coedès|editor= Walter F. Vella|others= trans.Susan Brown Cowing|title= The Indianized States of Southeast Asia|year= 1968|publisher= University of Hawaii Press|isbn= 978-0-8248-0368-1}}</ref>{{rp|92}} hal-hal tersebutlah yang menyebabkan varietas lingustik dalam Melayu Palembang memiliki elemen linguistik [[bahasa Melayu]] dan bahasa yang lain merasuk hingga ke kosakata intinya.<ref name="tadmor2">{{cite conference |last=Tadmor |first=Uri |title=Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang|conference=5th International Symposium on Indonesian Linguistics|location=Leipzig |date=16–17 June 2001}}</ref>
-->

==Referensi==
{{reflist}}

== Daftar pustaka ==
*&nbsp;{{cite book|last=Arif|first=R. M.|url=https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/jendelabuku/a97da629b098b75c294dffdc3e463904|title=Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang|language=id|year=1981|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|volume=74|ref=harv}}
*&nbsp;{{cite book|last1=Trisman|first1=Bambang|last2=Amalia|first2=Dora|last3=Susilawati|first3=Dyah|last4=Twilovita|first4=Nursis|url=https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/jendelabuku/be83ab3ecd0db773eb2dc1b0a17836a1|title=Pedoman Ejaan Bahasa Palembang|language=id|year=2007|publisher=Balai Bahasa Melayu Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional|ref=harv}}
* {{cite book|last=Adelaar|first=K. Alexander|title=Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology|year=1992|publisher=Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University|isbn=9780858834088|ref=harv}}
* {{cite book|last=Hanifah|first=Abu|title=Undang-Undang Simbur Cahaya|year=1999|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|location=Jakarta|isbn=9794593869|ref=harv}}
* {{cite book|last=Marsden|first=William|title=History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.)|year=1811|publisher=Longman|location=London|ref=harv}}
* {{cite book |last2=Anderbeck |first2=Karl |last1=McDowell |first1=Jonathan |year=2020 |title=The Malay Lects of Southern Sumatra |series=JSEALS Special Publication |volume=7 |publisher=University of Hawai'i Press |hdl=10524/52473 |ref=harv}}
* {{cite book|last=Dunggio|first=P.D.|title=Struktur bahasa Melayu Palembang|year=1983|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|location=Jakarta|ref=harv}}
* {{cite book|last=Aliana|first=Zainul Arifin|title=Morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Palembang|year=1987|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan|location=Jakarta|ref=harv}}
* {{cite book|last=McDonnell|first=Bradley James|title=Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach|year=2016|publisher=University of California Santa Barbara|location=Santa Barbara|ref=harv}}


== Pranala luar ==
== Pranala luar ==
{{Incubator|code=mui}}
* {{id}} [http://library.usu.ac.id/download/fs/sejarah-nurhabsyah4.pdf Penerapan Sejarah Lisan dalam Sejarah Lokal oleh Nurhabsyah]
{{sisterlinks}}
* {{id}} [http://lib.fib.ugm.ac.id:6666/digilib/index.php?mod=book_detail&sub=BookDetail&act=view&typ=htmlext&buku_id=25018&obyek_id=1&unitid=1&login=1 Struktur Bahasa Palembang]
* {{id}} [https://labbineka.kemdikbud.go.id/bahasa/jendelabuku?c=Bahasa+Palembang Laboratorium Kebinekaan Bahasa dan Sastra (Bahasa Melayu Palembang)]


{{Bahasa daerah di Indonesia}}
{{indo-stub}}


{{DEFAULTSORT:Palembang, Bahasa}}
[[Kategori:Bahasa daerah]]
[[Kategori:Bahasa di Indonesia|Melayu Palembang]]
[[Kategori:Bahasa di Sumatra|Melayu Palembang]]
[[Kategori:Rumpun bahasa Austronesia|Melayu Palembang]]
[[Kategori:Bahasa di Sumatera Selatan|Melayu Palembang]]
[[Kategori:Kota Palembang]]
[[Kategori:Rumpun bahasa Musi]]
[[Kategori:Rumpun bahasa Melayik]]

Revisi terkini sejak 1 Mei 2024 02.32

  Lihat Bahasa Palembang di:
Bahasa Palembang
BPS: 0051 0
بهاس ڤاليمبڠ
Baso Pelémbang
Dituturkan diIndonesia
Wilayah Sumatera Selatan
EtnisMelayu Palembang
Penutur
1,6 juta penutur jati (2000)[1]
Lihat sumber templat}}
Untuk kontributor: Sedang dilakukan otomatisasi klasifikasi bahasa secara berkala. Silakan sampaikan saran, pendapat, maupun perbaikan pada halaman pembicaraan templat maupun pembicaraan ProyekWiki
Dialek
Palembang Lama
Palembang Pasar
Pesisir
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Diatur olehBadan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa
  • Balai Bahasa Sumatra Selatan
Kode bahasa
ISO 639-3(kode plm telah digabungkan ke mui pada tahun 2007)[2]
LINGUIST List
LINGUIST list sudah tidak beroperasi lagi
mui-plm
Glottologpale1264  (Palembang)[3]
Linguasfer31-MFA-dh
IETF
BPS (2010)0051 0
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Not Endangered

Palembang diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC2 Provincial
Bahasa Palembang dikategorikan sebagai C2 Provincial menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini digunakan di berbagai wilayah ataupun bahasa yang dituturkan pada tingkat antar-provinsi
Referensi: [4][5][6]

Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Palembang
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 2°59′0″S 104°45′52″E / 2.98333°S 104.76444°E / -2.98333; 104.76444 Sunting ini di Wikidata
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat
Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang terbitan 1981

Bahasa Palembang atau Melayu Palembang (baso Pelémbang) (Jawi: بهاس ملايو ڤاليمبڠ ) merupakan sebuah ragam bahasa Austronesia dari cabang Melayik yang dituturkan di kawasan Palembang Raya. Bahasa ini juga menjadi basantara antarkomunitas di Sumatera Selatan dan sering digunakan secara poliglosia dengan Indonesia dan dialek setempat lainnya.[7] Bahasa ini memiliki banyak serapan non-Melayik terutama dari bahasa Jawa, sebagai dampak dari interaksi budaya intens yang telah berlangsung berabad-abad antara Palembang dengan kawasan lainnya di Nusantara.[8]

Buku Pedoman Ejaan Bahasa Palembang terbitan Balai Bahasa Palembang[9]

Klasifikasi[sunting | sunting sumber]

Sebagian besar ragam-ragam Melayik di Sumatera bagian Selatan dapat digolongkan ke dalam dua kelompok utama, yaitu 1) kelompok Melayu Tengah atau Melayu Barisan Selatan dan 2) kelompok Musi. Bahasa Palembang dapat digolongkan sebagai salah satu ragam dalam kelompok Musi, tepatnya sebagai bagian dari kluster dialek Palembang–Dataran Rendah yang juga mencakup ragam-ragam Belide, Lematang Ilir, dan Penesak.[10]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Sebagaimana ragam Melayik lainnya, bahasa Palembang merupakan keturunan dari bahasa Proto-Malayik yang diperkirakan berasal dari Kalimantan bagian barat. Menurut Adelaar (2004), perkembangan Melayu sebagai etnis tersendiri mungkin saja dipengaruhi oleh persentuhan dengan budaya India, setelah migrasi penutur Proto-Malayik ke Sumatra bagian selatan. Kerajaan Sriwijaya yang berpusat di Palembang pada abad ke-7 merupakan salah satu wujud terawal negara bangsa Melayu, jika bukan yang pertama.[11] Prasasti Kedukan Bukit yang ditemukan di Palembang merupakan bukti tertulis pertama dari rumpun bahasa Malayik yang dipertuturkan di daerah tersebut. Meski begitu, ahli bahasa masih memperdebatkan apakah benar ragam bahasa yang digunakan di prasasti tersebut merupakan leluhur langsung dari bahasa-bahasa Melayu (termasuk Palembang) modern.[12]

Selain dari prasasti-prasasti kuno, sangat sedikit sumber tertulis lainnya yang bisa jadi acuan untuk perkembangan bahasa Palembang. Satu sumber tertulis adalah Kitab Undang-Undang Simbur Cahaya, yang penyusunannya dianggap dilakukan oleh Ratu Sinuhun, istri dari penguasa Palembang Pangeran Sido ing Kenayan pada sekitar abad ke-17. Kitab ini ditulis dalam bahasa Melayu Klasik dengan sedikit pengaruh bahasa Jawa, mengingat keluarga bangsawan Palembang berasal dari Jawa.[13] Pengaruh Jawa di Palembang dimulai setidaknya sejak abad ke-14.

William Marsden mencatat dua ragam bahasa berbeda yang digunakan di Palembang pada abad ke-18. Bahasa di keraton adalah dialek Jawa halus dan Melayu dengan campuran kosakata asing, sementara bahasa sehari-hari penduduk Palembang adalah dialek Melayu, dengan ciri utama pengucapan vokal 'a' yang diganti menjadi 'o'.[14]

Status[sunting | sunting sumber]

Penggunaan bahasa Palembang diakui secara resmi oleh pemerintah Provinsi Sumatera Selatan sebagai salah satu ragam bahasa asli di Sumatera Selatan yang wajib dijaga kelestariannya. Sebagai salah satu upaya penggiatan sosialisasi dan pelestarian bahasa Palembang, pemerintah Provinsi Sumatera Selatan yang didukung oleh Kementerian Agama Republik Indonesia mengadakan peluncuran Al-Qur'an (kitab suci umat Islam) dengan terjemahan bahasa Palembang yang dirilis oleh Puslitbang Lektur Dan Khazanah Keagamaan pada tahun 2019.[15][16][17][18]

Bahasa Palembang tingkatan jegho/jero (atau alus) juga telah masuk sebagai muatan lokal (kegiatan kurikulum) bagi sekolah-sekolah tingkat dasar dan menengah di wilayah Palembang sejak 2021.[19]

Fonologi[sunting | sunting sumber]

Dunggio (1981) mendata 30 fonem dalam bahasa Palembang, dengan rincian 24 bunyi konsonan dan 6 bunyi vokal.[20] Namun, studi lanjutan dari Aliana (1987) menyatakan bahwa hanya ada 25 fonem dalam bahasa Palembang, sebab bunyi serapan seperti [z] hanya dianggapnya sebagai alofoni dari konsonan asli seperti /s/ dan /d͡ʒ/.[21]

Vokal[sunting | sunting sumber]

Depan Madya Belakang
Tertutup /i/ /u/
1/2 Tertutup /e/ /o/
Tengah /ə/
Terbuka /a/

Dalam suku kata tertutup, /i/ dan /u/ dilepaskan sebagai bentuk alofoninya, yakni [ɪ] dan [ʊ].[22]

Konsonan[sunting | sunting sumber]

Dwi-
bibir
Rongga-
gigi
Pask. Ronggi.
langit-
langit
langbel. Celah-
suara
Sengau /m/ /n/ /ɲ/ ny /ŋ/ ng
letup/gesek nirsuara /p/ /t/ /t͡ʃ/ c /k/ /ʔ/ '
bersuara /b/ /d/ /d͡ʒ/ j /ɡ/
Frikatif nirsuara /f/ /s/ /ʃ/ sy /x/ kh /h/
bersuara /v/ /z/ /ʁ/ r
Hampiran Semivokal /w/ /j/ y
Sisian /l/

Ragam[sunting | sunting sumber]

Dialek[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan survei dialektologi McDowell & Anderbeck (2020) yang mencakup analisis leksikostatistik, pemetaan persebaran inovasi fonologis, serta uji kesalingpahaman, subkluster Palembang dapat dibagi ke dalam tiga dialek, yaitu: 1) Palembang Lama, 2) Palembang Pasar dan 3) Pesisir.[23]

Dialek Palembang Lama yang dimaksud adalah dialek tradisional yang dituturkan sehari-hari terutama oleh kalangan masyarakat suku Palembang baik di kota maupun di wilayah pedesaan sekitarnya. Sementara, dialek Palembang Pasar adalah dialek yang utamanya digunakan sebagai basantara untuk menjembatani komunikasi antarkomunitas di Palembang pada khususnya dan Sumatera Selatan pada umumnya. Secara leksikon, dialek Palembang Lama mempertahankan beberapa kosakata serapan bahasa Jawa yang tidak lagi digunakan oleh penutur Palembang Pasar. Kecenderungan de-Jawanisasi penutur Palembang Pasar juga diiringi dengan meningkatnya pengaruh bahasa Indonesia dalam ragam cakapan sehari-hari di kawasan urban. Dalam hal fonologi, penutur Palembang Pasar juga lebih lazim merealisasikan bunyi *r dari Proto-Melayik sebagai konsonan getar ujung lidah (apikal) [r] seperti bahasa Indonesia alih-alih dengan bunyi desis velar/uvular bersuara [ɣ~ʁ] yang lazim digunakan dalam dialek Palembang Lama.[24]

Di sebelah utara dan timur Kota Palembang ke arah perbatasan dengan Provinsi Jambi dan Selat Bangka, terdapat pula ragam Pesisir yang secara linguistik hampir identik dengan ragam yang dituturkan di kawasan urban. Meski begitu, beberapa daerah tutur Pesisir di wilayah terluar juga memiliki tingkat kemiripan leksikal yang tinggi dengan ragam Melayik tetangga, di antaranya ragam Jambi Ilir dari bahasa Jambi serta ragam-ragam Melayik Bangka.[25] Dari segi etnolinguistik, penutur ragam Pesisir sendiri cenderung tidak terlalu terikat dengan identitas "Palembang" sebagaimana penutur di kawasan urban dan pedesaan sekitarnya.[26]

Tingkatan[sunting | sunting sumber]

Bahasa Palembang mempunyai dua tingkatan linguistik, yaitu jegho atau alus (kerap diidentifikasi juga sebagai bebaso) dan saghi-saghi. Bahasa Palembang jegho atau alus memiliki banyak kosakata serapan Jawa dan dipergunakan dalam percakapan dengan pemuka masyarakat, orang-orang tua, atau orang-orang yang dihormati, terutama dalam upacara adat Palembang, sedangkan tingkatan saghi-saghi yang lebih berakar pada kosakata asli Melayik dipergunakan dalam percakapan sehari-hari.

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 14.
  2. ^ "Change Request Documentation: 2007-182". SIL International. 
  3. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Palembang". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  4. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  5. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  6. ^ "Bahasa Palembang". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  7. ^ McDonnell 2016, hlm. 13.
  8. ^ Tadmor, Uri (16–17 June 2001). Language Contact and Historical Reconstruction: The Case of Palembang Malay. 5th International Symposium on Malay/Indonesian Linguistics. Leipzig. 
  9. ^ Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah (2007). Twilovita, Nursis, ed. Pedoman Ejaan Bahasa Palembang [Palembang Spelling System Guidelines]. Palembang: Balai Bahasa Palembang (Provinsi Sumatera Selatan), Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. OCLC 697282757. 
  10. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 10–12.
  11. ^ Adelaar, K.A., "Where does Malay come from? Twenty years of discussions about homeland, migrations and classifications". Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 160 (2004), No. 1, hlmn. 1-30
  12. ^ Adelaar 1992, hlm. 5-6.
  13. ^ Hanifah 1999, hlm. 1-38.
  14. ^ Marsden 1811, hlm. 562.
  15. ^ "Alquran dengan Terjemahan Bahasa Palembang". IDXchannel.com. 2022. 
  16. ^ Rayyan (2019). Rayyan, ed. "Al Quran terjemahan Bahasa Palembang dan Sunda". ANTARA News. 
  17. ^ Inge, Nefri (2020). Hida, Ramdania El, ed. "Alquran Terjemahan Bahasa Palembang Hanya Dicetak 100 Eksemplar". Liputan6.com. 
  18. ^ "UIN Raden Fatah Serahkan Alquran Terjemahan Bahasa Palembang ke Sumeks.co". sumeks.co. Sumatera Ekspres. 2022. 
  19. ^ "Alhamdulillah, Bahasa Palembang Jegho (Alus) Masuk Muatan Lokal Pada Sekolah Dasar Di Kota Palembang". Pustipd UIN Raden Fatah. 2021. 
  20. ^ Dunggio 1983, hlm. 7-10.
  21. ^ Aliana 1987, hlm. 14.
  22. ^ Dunggio 1983, hlm. 21-22.
  23. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 12.
  24. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 13–15.
  25. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 15–16, 53.
  26. ^ McDowell & Anderbeck 2020, hlm. 112, 114.

Daftar pustaka[sunting | sunting sumber]

  •  Arif, R. M. (1981). Kedudukan dan Fungsi Bahasa Palembang. 74. Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  •  Trisman, Bambang; Amalia, Dora; Susilawati, Dyah; Twilovita, Nursis (2007). Pedoman Ejaan Bahasa Palembang. Balai Bahasa Melayu Palembang, Provinsi Sumatera Selatan, Pusat Bahasa, Departemen Pendidikan Nasional. 
  • Adelaar, K. Alexander (1992). Proto-Malayic: The reconstruction of its phonology and parts of its lexicon and morphology. Dept. of Linguistics, Research School of Pacific Studies, the Australian National University. ISBN 9780858834088. 
  • Hanifah, Abu (1999). Undang-Undang Simbur Cahaya. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. ISBN 9794593869. 
  • Marsden, William (1811). History of Sumatra, Containing an Account of the Government (etc.). London: Longman. 
  • McDowell, Jonathan; Anderbeck, Karl (2020). The Malay Lects of Southern Sumatra. JSEALS Special Publication. 7. University of Hawai'i Press. hdl:10524/52473. 
  • Dunggio, P.D. (1983). Struktur bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • Aliana, Zainul Arifin (1987). Morfologi dan sintaksis bahasa Melayu Palembang. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. 
  • McDonnell, Bradley James (2016). Symmetrical Voice Constructions in Besemah: A Usage-based Approach. Santa Barbara: University of California Santa Barbara. 

Pranala luar[sunting | sunting sumber]