Lompat ke isi

Bahasa Bali

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 10 Agustus 2016 08.20 oleh 112.215.153.245 (bicara) (jenis jenis bahasa bali berdasarkan sor singgih basa)
  Lihat Bahasa Bali di:
Bahasa Bali
BPS: 0096 0
ᬩᬲᬩᬮᬶ (Basa Bali)
WilayahBali, Nusa Penida, Lombok dan Jawa, Indonesia
Penutur
3.330.000 (sensus 2000)
Rincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[1]

Lihat sumber templat}}
Untuk kontributor: Sedang dilakukan otomatisasi klasifikasi bahasa secara berkala. Silakan sampaikan saran, pendapat, maupun perbaikan pada halaman pembicaraan templat maupun pembicaraan ProyekWiki
Alfabet Latin, aksara Bali
Kode bahasa
ISO 639-2ban
ISO 639-3ban
Glottologbali1278[2]
IETFban
BPS (2010)0096 0
Status pemertahanan
C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC5 Developing
Bahasa Bali dikategorikan sebagai C5 Developing menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mengalami peningkatan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [3]

Lokasi penuturan
Lokasi penuturan Bahasa Bali
Peta
Peta
Perkiraan persebaran penuturan bahasa ini.
Koordinat: 8°21′S 115°5′E / 8.350°S 115.083°E / -8.350; 115.083 Sunting ini di Wikidata
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Bali adalah sebuah bahasa Austronesia dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau Bali, pulau Lombok bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau Jawa. Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.

Pengertian Bahasa Bali

Bahasa Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta yang artinya “kekuatan”, jadi kata “Bali” berarti “pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Sebagai bahasa, bahasa Bali merupakan bahasa warisan budaya Bali yang sangat penting yang harus dilestarian dan dikembangkan. Hal ini hendaknya menjdai kewajiban seluruh generasi manusia Bali untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya, serta mentransformasikan  dalam  konteks tuntutan perkembangan zaman.

Bahasa Bali adalah salah satu bahasa daerah di negara Indonesia yang dipeliahara dengan baik oleh masyarakat penuturnya, yaitu etnis Bali. Bahasa Bali  merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama bagi sebagian besar masyarakat Bali, dipakai secara luas sebagai alat komunikasi dalam berbagai aktivitas kehidupan sosial masyarakat Bali. oleh karena itu, bahasa Bali merupakan pendukung kebudayaan Bali yang tetap hidup dan berkembang di Bali. Dilihat dari jumlah penuturnya, bahasa Bali didukung oleh lebih kurang setengah juta jiwa dan memiliki tradisi tulis sehingga bahasa Bali termasuk bahasa daerah besar diantara beberapa bahasa daerah di Indonesia.

Bahasa bali merupakan suatu ilmu tata wicara / berbicara (bahasa daerah) yang memiliki systematika baik dari segi penlafalan dan aksara (mempunyai system syllabic) sebagai alat komunikasi bagi masyarakat bali pada khususnya. Dalam penerapannya, bahasa bali lebih sering digunakan dalam dibidang sosiolinguistik bahasa bali yang lebih menekankan pada penggunaan bahasa berdasarkan objek penelitian antara hubungan bahasa yang digunakan dengan faktor-faktor social dalam masyarakat hindu di bali yang mengenal system kasta (warna) / kelas penggolongan masyarakat itu sendiri.

Pada bahasa bali atau keterampilan berbicara (kepewaraan) dengan menggunakan bahasa bali yang harus diperhatikan adalah kaidah-kaidah yang menyangkut aturan dalam berbicara dengan menggunakan bahasa bali tersebut. Dalam artian, tidak semena-mena dalam menggunakan bahasa bali sebagai sarana komunikasi baik dengan siapa yang menjadi lawan bicara pada konteksnya agar memiliki kaidah yang patut / baik, benar dan sesuai dengan penggunaannya dalam kehidupan.

Peradaban masyarakat bali, sejak dari dulu hingga sekarang yang pada umumnya selalu menggunakan bahasa daerahnya sebagai sarana komunikasi yaitu bahasa bali. Jika ditinjau dari segi historis , bahasa bali mengenal tiga periodisasi yaitu :

1.      Bahasa Bali Kuna adalah bahasa bali yang dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman raja-raja Bali kuna sebagaimana ditemukannya prasasti-prasasti bali kuna baik itu lontar yang berisikan huruf / bahasa jawa kuna.

2.      Bahasa Bali tengahan , adalah bahasa bali yang dipakai untuk menuliskan karya-karya sastra seperti kidung-kidung, babad, wariga, usada, usana, niti dan sebagainya.

3.      Bahasa Bali Kepara atau Bahasa Bali Lumrah , adalah bahasa Bali yang masih hidup sampai sekarang yang dipakai sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengadakan suatu interaksi dengan lawan bicaranya. Bahasa bali periode yang terakhir, jika dilihat dalam pemakaiannya memiliki system tingkatan-tingkatan yang dalam bahasa itu disebut dengan Sor-Singgih Basa Bali .

Masyarakat bali , dalam etika pergaulannya selalu dilandasi dengan sonpan santun, yang terpola dalam bingkai “ manyama braya” ini sebagai membentuk karakter dan pola pikir termasuk sikap mental orang bali, sehingga dalam berkomunikasi pun akan selalu memilih dan memilah ketika dihadapi suatu konteks / keadaan yang merujuk pada situasi saat memakai tingakatan-tingkatan Bahasa bali yang bertujuan untuk menyesuaikan dan ketepatan / kecakapan berbicara dengan identitas / status lawan bicaranya. Setiap komunikasi dalam pergaulan, tata karma dapat dipastikan ada didalamnya. Dalam hal ini tata karma dalam pergaulan sangat diperlukan dengan adanya etika dan kesopansantunan berbahsa. Antara tata karma dan bahasa dalam pergaulan hidup bermasyarakat, keduanya tidak dapat dipisahkan, ibarat benang yang dijalin menghasilakn suatu tenunan yang utuh.

Dalam penggunaan Sor-Singgh Bahasa Bali dalam kehidupan bermasyarakat orang Bali, menurut kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Bali menguraikan bahwa kata Sor berarti bawah, singgih berarti halus atau hormat. Sor-Singgih. Jadi Sor-Singgih Basa Bali berarti aturan tentang tingkat-tingkatan atau tinggi rendah yang menyangkut rasa / perasaan yang merujuk pada rasa solidaritas dengan saling hormat menghormati dalam menggunakan bahasa Bali terhadap lawan bicara. Berikut adalah pembagian terhadap tingkatan-tingkatan bahasa bali menurut Sor-Singgihnya yang terdiri dari :

1.        Basa Kasar ,Kasar Pisan/ Kasar Jabag

2.        Basa Andap

3.        Basa Madia

4.        Basa Alus, Alus Sor, Alus Mider, dan Alus Singgih

5.        Basa Mider

·         Pembahasan Basa Kasar

Basa kasar adalah tingkatan bahasa bali yang memiliki rasa bahasa paling bawah. Basa kasar dibedakan menjadi 2 yaitu : basa kasar pisan dan basa kasar jabag.

Basa kasar pisan adalah bahasa bali yang didalam penggunaannya tergolong tidak sopan dan tidak memiliki nilai etika moral, sehingga menimbulkan konotasi/ kesan yang buruk bagi penyimaknya. Bagi mereka yang terkena perkataan / bahasa ini bias mendapat “leteh” yang harus dibersihkan dengan melakukan penyucian diri (prayasita) bagi mereka yang termasuk catur wangsa.

Contoh :

-         “Cicing iba, ngenken iba mai ngleklek !”

-         “Anjing kamu, mau apa kamu kesini !”

-         “Iba bungut dogen, tegarang suud mapeta !”

-         “kamu bicara saja, sudahi pembicaraan !”

·         Pembahasan Basa Kasar Jabag

Basa Kasar Jabag adalah Bahasa Bali yang dalam penggunaannya tidak sesuai dengan situasi pembicaraan. Artinya, kata-kata dalam bahasa itu tidak mengindahkan tingkat-tingkatan yang ada dalam bahasa bali  yang kadang kala melampaui etika pembicaraan. Biasanya cenderung dipakai pada suatu konteks yang merujuk pada keadaan keakraban, kelebihan dan keangkuhan sang pembicara dengan lawan bicaranya.

Contoh  :

-         “I Bapa pules di bale asagane”

-         “Ayah tidur di tempat peristirahatan”

-         “Gusti ngurah mara teka, suba ke ngabe gapgapan?”

-         “Gusti ngurah baru dating, sudahkah membawa oleh-oleh?”

·         Pembahasan Basa Andap

Basa Andap adalah tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam suasana bersahaja ( dalam pergaulan akrab dan memiliki nilai kesopanan). Sehingga sering disebut dengan istilah basa kasar sopan / basa lumrah dipakai dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat / kapara. Bahasa ini sering digunakan pada masyarakat hindu di bali yang memiliki wangsa jaba. Disini, bahasa bali sebagai bahasa sopan, digunakan apabila konteks bergaulnya memiliki sikap keakraban / kekeluargaan yang terjalin erat, misalnya sesama wangsa. Sama kedudukannya , sama umur, sama pendidikan, sama jabatan, kawan sederajat dan merupakan bahasa kekeluargaan.

Contoh  :

-         Percakapan antar wangsa ksatriya       :

-         “Beli Gus De, dija kejang jajane tuni, Mbok Dayu be kenyel pisan ngalihin”

-         “Kak Gus De, dimana menaruh kue, Kak Dayu sudah letih sekali mencarinya”

·         Pembahasan Basa Madia

Basa Madia adalah tingkatan bahasa bali yang tergolong menengah, yang nilai rasa bahasanya berada diantara bahasa bali andap dan bahasa bali alus. Artinya bahwa konotasi bahasa madia tidak kasar, dan juga tidak halus, karena itulah sering juga disebut dengan bahasa antara ( tidak halus dan juga tidak kasar). Basa Madia itu digunakan apa bila wangsa atau status sosialnya dalam masyarakat lebih tinggi berbicara dengan wangsa yang status sosialnya lebih rendah, tetapi lebih tua atau lebih disegani yang mendududki suatu jabatan tertentu dalam masyarakat / adat misalnya “ klian banjar dinas/ adat” maupun pejabat / instansi pemerintahan atau swasta, dalam situasi percakapan tersebut tentunya akan menggunakan Basa Madia.

Contoh  :

-         “Ampunang irika negak, ten tepukin tiang

“Jangan duduk disana, saya tidak melihatmu”

-         “Mara suud ngajeng, suba nagih mepamit

“Baru saja selesai makan, sudah mau pergi”.

·         Pembahasan Basa Alus

Basa Alus adalah sebagai tingkatan bahasa bali yang mempunyai nilai rasa bahasa yang tinggi atau sangat hormat, biasanya bahasa ini digunakan dalam situasi resmi ( seperti rapat , pertemuan, seminar, percakapan adat agama dll). Pembagian basa alus terdiri dari :

·         Basa Alus Sor

Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang mengenai diri sendiri atau digunakan untuk merendahkan diri sendiri dan juga untuk orang lain / objek yang dibicarakan yang patut direndahkan / bias juga karena status sosialnya yang dianggap lebih rendah dari orang yang diajak bicara.

Contoh :

-           Titiang jagi grereh pakaryan sane patut anggen pangupa jiwa

Saya ingin mencari pekerjaan yang    sesuai untuk pemenuhan hidup

·         Basa Alus Mider

Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang memiliki nilai rasa tinggi atau sangat hormat yang dapat digunakan untuk golongan bawah dan juga untuk golongan atas. Basa alus mider adalah bahasa bali alus dwi fungsi, bias masuk dalam basa bali alus singgih dan juga bias masuk dalam basa bali alus sor. Contoh         :

-         “Ipun makta asiki, ida makta kekalih”

“Ia membawa satu, beliau membawa dua”

·         Basa Alus Singgih

Adalah tingkatan bahasa bali alus atau hormat yang hanya dapat digunakan oleh pembicara untuk menghormati atau memuliakan orang yang patut dihormati atau dimuliakan.

Contoh  :

-         “ I Ratu kayun ngrayunang ulam bawi?”

-         “Ratu, yening wenten karya ring geria, nikain titiang”

·         Pembahasan Basa Mider

Adalah kata-kata dalam bahasa bali yang tidak memiliki tingkatan-tingkatan rasa bahasa, sehingga bahasa ini dapat digunakan untuk dan kepada siapa saja. Selain itu dalam pemakaiannya tidak terikat dengan status social dalam masyarakat, situasi / kondisi pembicaraan. Contoh : (kata sifat) nyongkok, kija, ke kantor (tempat), televisi/ radio (kata benda),

Itulah tingkatan-tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat di bali pada umumnya.

Fonologi

Vokal

Ada 6 vokal di dalam bahasa bali

Vokal
Depan Madya Belakang
Tertutup i u
Tengah e ə o
Terbuka a

Konsonan

Ada 18 konsonan di dalam Bahasa Bali:

Bibir Gigi Langit2
Keras
Langit2
Lunak
Celah
Suara
Letup p b t d c ɟ k g
Sengau m n ɲ ŋ
Desis s h
Getar / Sisi r l
Hampiran w j

Alofon

Sebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafazkan sebagai [t] pada posisi akhir, namun pada posisi awal dan tengah dilafazkan sebagai [ʈ] (t retrofleks).

Vokal /a/ pada posisi akhir terbuka dilafazkan sebagai [ĕ]. Misalkan kata Kuta, nama pantai termashyur di Bali, dilafazkan sebagai [k'uʈĕ].

Sukukata

Seperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Bali juga cenderung dengan kata-kata dwisukukata dan berbentuk KVKVK. Namun dalam mereduplikasi sebuah sukukata monosilabik berbentuk KVK, maka dalam bahasa Bali ini biasanya menjadi KVKKVK berbeda dengan bahasa Melayu dan Jawa:

Melayu Bali Jawa
kukus kuskus dang (bentuk berbeda)
ngengat ngetnget ngĕngĕt

Kekerabatan dan kosakata

Bahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling dekat berkerabat dengan bahasa Jawa. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa bagian barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa karena aktivitas kolonisasi Jawa pada masa lampau, terutama pada abad ke-14 Masehi. Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi akhir dalam bahasa Melayu, seringkali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuna dan Jawa Baru:

Melayu Bali Jawa Kuna Jawa Baru
dua dua rwa ro, loro
jalan jalan dalan dalan
dengar dingěh rĕngö rungu
jarum jaum dom dom
jauh joh adoh adoh
ada ada hana ana
beli běli wĕli, tuku tuku
jari, jeriji jriji (?) driji
betis, kaki batis, bais jöng, suku sikil
hidup idup hurip urip
air, ayer yèh wway we, banyu
buah buah, woh wwah woh
di di ri, ring i, ing
telur taluh antiga tigan, ĕndhog
jemur jěmuh (?) pepe
bunga bunga kambang
sĕkar
kĕmbang
sĕkar
nasi nasi sĕga
sĕkul
sĕga
sĕkul
hujan ujan hudan udan
Melayu Bali Banjar
telur taluh hintalu
kaki, betis batis, bais batis
perahu jukung jukung
bulus bedwang bidawang
hujan ujan ujan
jari jriji jariji
dengar dingěh dangar
jemur jěmuh jamur
jalan jalan jalan
hidup idup hidup
dua dua dua

Pengaruh bahasa Jawa

Bahasa Bali banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuna dan bahasa Sanskerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang disebut basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Banyak kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:

Melayu Bali Jawa
sudah sampun sampun
meninggal seda seda
datang rauh rawuh
dari saking saking
arti teges tĕgĕs

Kosakata khas Bali

Di atas sudah diapaparkan kosakata yang mirip dengan bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Sekarang kosakata khas Bali dipaparkan:

Melayu Bali Jawa
kau (kasar) cai untuk laki-laki/nyai untuk wanita (kasar) kowe
sungai tukad sungay (Jawa Kuna)
kali
lepen
yang sane ingkang, sing
dukun, tabib balian dhukun

Konsep geografis

Berbeda dengan banyak suku bangsa di dunia, namun masih mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam menentukan arah berorientasi bukan pada arah mata angin yang pasti namun pada letak kawasan geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh karena itu arah mata angin bisa berubah-ubah sesuai tempatnya.

Kaja berarti arah menuju gunung. Oleh karena itu, terjemahan istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu adalah 'Utara' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Selatan'. Kelod berarti arah menuju laut. Berbalik dengan istilah 'kaja' diatas, jadi stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu adalah 'Selatan' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Utara'. Kauh berarti Barat, dan kangin berarti Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara. Perbedaan tata-cara menyebut utara dan selatan ini sering menyebabkan kesalahpahaman jika orang Bali Selatan bertanya dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, karena perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai adalah titik pusat pulau Bali yaitu bagian pegunungan Batur dan Gunung Agung.

Jenis bahasa Bali

  • Bahasa Bali Baku
  • Bahasa Bali Aga
  • Bahasa Bali Jawa
  1. ^ Ethnologue (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-25, 19), Dallas: SIL International, ISSN 1946-9675, OCLC 43349556, Wikidata Q14790 
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bali". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ "Bahasa Bali". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.