Lompat ke isi

Kesultanan Sulu

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 11 Januari 2023 07.31 oleh 36.73.32.53 (bicara)
Kesultanan Sulu Darul Islam

سلطنة سولو دار الإسلام
1457–1917
Bendera Sulu
Bendera (abad ke-19)
{{{coat_alt}}}
Lambang
Kesultanan Sulu pada tahun 1822
Kesultanan Sulu pada tahun 1822
StatusVassal Brunei (1405–1578)
Negara pembayar upeti Dinasti Ming (1417–1424)
Negara berdaulat (1578–1726, 1733–1851)
Negara pembayar upeti Dinasti Qing (1726–1733)
Protektorat Spanyol (1851–1898)
Protektorat Amerika Serikat (1903–1915)
Ibu kotaBuansa(1405–1878)
Maimbung(1878–1893)
Palawan(1893–1915)
Bahasa yang umum digunakanTausug, Arab, Bajau, Visayan, Banguingui, Melayu
Agama
Sunni Islam
PemerintahanMonarki
Sultan 
• 1457–80
Sharif ul-Hashim
• 1480–1505
Sultan Kamalud-Din
• 1505–27
Sultan Amirul-Umara
• 1884–99
Jamal ul-Kiram I
Sejarah 
• Didirikan
1457
• Pembubaran Kesultanan
1917
Didahului oleh
Digantikan oleh
ksrKekaisaran
Brunei
Pemerintahan Militer Amerika Serikat di Kepulauan Filipina
Borneo Utara
kslKesultanan
Bulungan
Provinsi Moro
Republik Tagalog
Sekarang bagian dariIndonesia Indonesia
Malaysia Malaysia
Filipina Philippines
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Lokasi Sulu di sudut barat daya Filipina Selatan

Kesultanan Sulu adalah sebuah pemerintahan Muslim yang pernah menguasai Laut Sulu di Filipina Selatan. Kesultanan ini didirikan pada tahun 1450. Pada zaman kegemilangannya, negeri ini telah memperluas perbatasannya dari Mindanao hingga bagian timur negeri Sabah (sekarang bagian dari Sabah dan Kalimantan Utara).

Kesultanan Sulu didirikan pada 17 November 1405[1] oleh seorang penjelajah kelahiran Johor dan ulama Sharif ul-Hashim. Paduka Mahasari Maulana al Sultan Sharif ul-Hashim menjadi nama lengkap pemerintahannya, Sharif-ul Hashim adalah singkatannya. Dia menetap di Buansa, Sulu. Setelah perkawinan Abu Bakar dan dayang-dayang (putri) setempat Paramisuli, ia mendirikan kesultanan. Kesultanan memperoleh kemerdekaannya dari Kekaisaran Brunei pada tahun 1578.

Dalam Kakawin Nagarakretagama, negeri Sulu disebut Solot, salah satu negeri di kepulauan Tanjungnagara (Kalimantan-Filipina) yaitu salah satu kawasan yang menjadi daerah pengaruh mandala kerajaan Majapahit di Nusantara. Negeri Sulu terletak di lepas pantai Kepulauan Nusa Utara, Sulawesi Utara.

Sejarah

Wilayah Kesultanan Sulu saat ini pernah berada di bawah pengaruh Kekaisaran Brunei sebelum memperoleh kemerdekaannya sendiri pada tahun 1578.[2] Setelah itu, permukiman paling awal yang diketahui di daerah ini segera ditempati oleh kesultanan yang berada di Maimbung, Jolo. Pada waktu itu, Sulu dipanggil dengan nama Lupah Sug [en].

Pada tahun 1380, seorang ulama keturunan Arab, Karim ul-Makdum memperkenalkan Islam di Kepulauan Sulu. Kemudian tahun 1390, Raja Bagindo yang berasal dari Minangkabau[3] melanjutkan penyebaran Islam di wilayah ini. Hingga akhir hayatnya Raja Bagindo telah mengislamkan masyarakat Sulu sampai ke Pulau Sibutu.[4]

Sekitar tahun 1450, seorang Arab dari Johor yaitu Sharif ul-Hashim Syed Abu Bakr tiba di Sulu. Ia kemudian menikah dengan Paramisuli, putri Raja Bagindo. Setelah kematian Raja Bagindo, Abu Bakr melanjutkan pengislaman di wilayah ini. Pada tahun 1457, ia memproklamirkan berdirinya Kesultanan Sulu dan memakai gelar "Paduka Maulana Mahasari Sharif Sultan Hashim Abu Bakr". Gelar "Paduka" adalah gelar setempat yang berarti tuan sedangkan "Mahasari" bermaksud Yang Dipertuan.

Pada tahun 1703, Kesultanan Brunei menganugerahkan bagian timur Sabah kepada Kesultanan Sulu atas bantuan mereka menumpas pemberontakan di Brunei. Pada tahun yang sama, Kesultanan Sulu menganugerahkan Pulau Palawan kepada Sultan Qudarat dari Kesultanan Maguindanao sebagai hadiah perkawinan Sultan Qudarat dengan puteri Sulu dan juga sebagai hadiah persekutuan Maguindanao dengan Sulu. Sultan Qudarat kemudian menyerahkan Palawan kepada Spanyol.

Daftar sultan sulu

No. Sultan Memerintah
1 Sultan Sharif ul-Hashim 1450–1480
2 Sultan Kamalud-Din 1480–1505
3 Sultan Alaud-Din ?
4 Sultan Amirul-Umara 1505–1527
5 Sultan Muizzul-Mutawadi-in 1527–1548
6 Sultan Nasirud-Din I 1548–1568
7 Sultan Muhammad ul-Halim 1568–1596
8 Sultan Batara Shah Tengah 1596–1608
9 Sultan Muwallil Wasit I 1610–1650
10 Sultan Nasir ud-Din II 1645–1648
11 Sultan Salahud-Din Bakhtiar 1649/50–1680
12 Sultan Ali Shah ?
13 Sultan Nur ul-Azam ?
14 Sultan Al Haqunu Ibn Wali ul-Ahad ?
15 Sultan Shahabud-Din 1685–1710
16 Sultan Mustafa Shafi ud-Din 1710–1718
17 Sultan Badarud-Din I 1718–1732
18 Sultan Nasarud-Din 1732–1735
19 Sultan Alimud-Din I 1735–1748

1764–1773

20 Sultan Bantilan Muizzud-Din 1748–1763
21 Sultan Mohammad Israel 1773–1778
22 Sultan Alimud-Din II 1763–1764

1778–1789

23 Sultan Sharapud-Din 1789–1808
24 Sultan Alimud-Din III 1808
25 Sultan Aliyud-Din I 1808–1821
26 Sultan Shakirul-Lah 1821–1823
27 Sultan Jamalul-Kiram I 1823–1844
28 Sultan Moh. Pulalun Kiram 1844–1862
29 Sultan Jamalul A'Lam 1862–1881
30 Sultan Badarud-Din II 1881–1884
31 Sultan Harun Ar-Rashid 1886–1894
32 Sultan Jamalul-Kiram II 1894–1936
33 Muwallil Wasit II 1936
34 Sultan Mohammed Esmail Kiram I 1950–1974
35 Sultan Mohammed Mahakuttah Abdullah Kiram 1974–1986
36 Sultan Muedzul Lail Tan Kiram 1986-

Lihat pula

Catatan kaki

  1. ^ Abinales, P. N. (2005). State and society in the Philippines. Donna J. Amoroso. Lanham, MD: Rowman & Littlefield Publishers. ISBN 0-7425-1023-9. OCLC 57452454. 
  2. ^ International dictionary of historic places. Trudy Ring, Robert M. Salkin, Sharon La Boda. Chicago: Fitzroy Dearborn Publishers. 1994–1996. ISBN 1-884964-05-2. OCLC 31045650. 
  3. ^ Naim, Mochtar. Merantau: Causes and Effects of Minangkabau Voluntary Migration, 1971. 
  4. ^ Cecilio D. Duka, Struggle for Freedom: A Textbook in Philippine History, 2008

Pranala luar