Lompat ke isi

KRL Commuter Line

Ini adalah artikel bagus. Klik untuk informasi lebih lanjut.
Halaman yang dilindungi semi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 September 2015 13.23 oleh Lmg 789 (bicara | kontrib) (Tiket Elektronik dan Tarif: menambahkan informasi terbaru mengenai ticketing)

KA Commuter Jabodetabek
Info
PemilikPT Kereta Api Indonesia
WilayahWilayah Metropolitan Jakarta Raya
JenisTransportasi umum, Kereta api komuter
Jumlah jalur6
Jumlah stasiun80
Penumpang harian914.840 orang (puncak harian, 15 Juni 2015) [1]
647.000 orang (rata-rata harian, Jan 2015)
206 juta orang (2014)[1]
Kantor pusatJalan Ir. H. Juanda 1, Jakarta Pusat
Situs webwww.krl.co.id
Operasi
Dimulai6 April 1925 (dibawah Staats Spoorwegen, perusahaan kereta kolonial belanda)
15 September 2008 (dibawah PT KCJ, sebagai KA Commuter Jabodetabek)
OperatorPT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ)
Panjang kereta8 atau 10 kereta penumpang
Waktu antara5-15 menit
Teknis
Panjang sistem235 km (146 mi)
Lebar sepur1067
Listrik1.500 V DC
Kecepatan rata-rata40 km/h (25 mph)
Kecepatan tertinggi90 km/h (56 mph)
Peta rute
(klik gambar untuk memperbesar)

Berkas:KAI Commuter Jabodetabek Map.jpg

KA Commuter Jabodetabek (atau disebut juga KRL Commuter Line, dulu dikenal sebagai KRL Jabodetabek) adalah jalur kereta rel listrik yang dioperasikan oleh PT KAI Commuter Jabodetabek, anak perusahaan dari PT Kereta Api Indonesia (PT KAI). KRL telah beroperasi di wilayah Jakarta sejak tahun 1976, hingga kini melayani rute komuter di wilayah DKI Jakarta, Kota Depok, Kota Bogor, Kabupaten Bogor, Kota Bekasi, Kabupaten Lebak, Kota Tangerang, dan Kota Tangerang Selatan.

Sejarah

Kereta listrik pertama (1925), melayani jalur Tanjoeng Priok - Meester Cornelis

Staats Spoorwegen, sebagai operator kereta api milik Pemerintah Kolonial Belanda, memulai proyek elektrifikasi jalur kereta Tanjung Priok - Meester Cornelis (Jatinegara) pada tahun 1923 dan diresmikan pada 1925. Proyek elektrifikasi terus berlanjut pada lingkar Jakarta, hingga Bogor dan Bekasi. Kereta yang digunakan ialah lokomotif listrik seri 3000 buatan pabrik SLM–BBC (Swiss Locomotive & Machine works - Brown Baverie Cie), lokomotif listrik seri 3100 buatan pabrik AEG (Allgemaine Electricitat Geselischaft) Jerman, lokomotif listrik seri 3200 buatan pabrik Werkspoor Belanda serta kereta rel listrik (KRL) buatan pabrik Westinghouse dan kereta rel listrik buatan pabrik General Electric.

Jalur kereta yang terelektrifikasi tersebut terus digunakan dan diperluas wilayah operasionalnya sejak kemerdekaan Indonesia. Pengoperasian jalur kereta api di Indonesia dilaksanakan oleh Djawatan Kereta Api Repoeblik Indonesia (kini sebagai PT KAI). Lokomotif yang telah digunakan sejak zaman Belanda dan dianggap sudah tidak layak jalan digantikan oleh rangkaian kereta rel listrik buatan Jepang sejak tahun 1976. Sejak tahun 2000, Pemerintah Indonesia rutin mendapatkan hibah rangkaian maupun pembelian kereta listrik dari Jepang, yang kemudian digunakan untuk menambah armada kereta listrik Jakarta.

Pada tahun 2008 dibentuklah anak perusahaan PT KAI, yakni PT KAI Commuter Jabodetabek (KCJ), yang fokus pada pengoperasian jalur kereta listrik di wilayah Daerah Operasional (DAOP) 1 Jabodetabek, yang saat itu memiliki 37 rute kereta yang melayani wilayah Jakarta Raya. PT KCJ memulai proyek modernisasi angkutan KRL pada tahun 2011, dengan menyederhanakan rute yang ada menjadi 5 rute utama, penghapusan KRL ekspress, penerapan kereta khusus wanita (KKW), dan mengubah nama KRL ekonomi-AC menjadi Kereta Commuter Line. Proyek ini dilanjutkan dengan renovasi, penataan ulang, dan sterilisasi sarana dan prasarana termasuk jalur kereta dan stasiun kereta, serta penempatan satuan keamanan pada tiap kereta. Saat Stasiun Tanjung Priok diresmikan kembali setelah dilakukan renovasi total pada tahun 2009, jalur kereta listrik bertambah menjadi 6, walaupun belum sepenuhnya beroperasi. Pada Juli 2013, PT KCJ mulai menerapkan sistem tiket elektronik COMMET (Commuter Electronic Ticketing) dan perubahan sistem tarif kereta.[2]

Rute

Saat ini terdapat 6 rute utama KA Commuter Jabotabek yang ada. Dalam kolom daftar stasiun, stasiun transit dan terminus ditandai dengan huruf TEBAL KAPITAL; sedangkan stasiun nonaktif, direncanakan/tidak melayani KA Commuter Line ditandai dengan huruf bercetak miring dan tanda ←→ menandakan pergi-pulang (PP).

Warna Jalur Jalur Rute Jumlah Stasiun Beroperasi mulai Status Daftar Stasiun yang dilewati Keterangan
Merah Jakarta - Bogor/Depok Jakarta Kota ke Bogor
Jakarta Kota ke Depok
24 (Tujuan Bogor)
20 (Tujuan Depok)
1930 PP JAKARTA KOTA ←→ Jayakarta ←→ Mangga Besar ←→ Sawah Besar ←→ JUANDA ←→ Gambir ←→ GONDANGDIA ←→ Cikini ←→ MANGGARAI ←→Tebet ←→ Cawang ←→ Duren Kalibata ←→ Pasar Minggu Baru ←→ Pasar Minggu ←→ Tanjung Barat ←→ Lenteng Agung ←→ Universitas Pancasila ←→ Universitas Indonesia ←→ Pondok Cina ←→ Depok Baru ←→ DEPOK ←→Citayam ←→ Bojonggede ←→ Cilebut ←→ BOGOR Tidak berhenti di Stasiun Gambir.
Penumpang tujuan Gambir dapat turun di stasiun terdekat (Juanda dan Gondangdia) lalu menggunakan kendaraan umum ke stasiun Gambir
Biru Jakarta - Bekasi - Cikarang Jakarta Kota ke Bekasi
Jakarta Kota ke Cikarang
16 1987 Jakarta Kota-Bekasi.
2017 Jakarta Kota-Cikarang.
PP JAKARTA KOTA ←→ Jayakarta ←→ Mangga Besar ←→ Sawah Besar ←→ JUANDA ←→ Gambir ←→ GONDANGDIA ←→ Cikini ←→ MANGGARAI ←→ JATINEGARA ←→ Cipinang ←→ Klender ←→ Buaran ←→ Klender Baru ←→ Cakung ←→ Rawabebek ←→ Kranji ←→ BEKASI ←→ Tambun ←→ Cibitung ←→ CIKARANG Tidak berhenti di Stasiun Gambir.
Penumpang tujuan Gambir dapat turun di stasiun terdekat (Juanda dan Gondangdia) lalu menggunakan kendaraan umum ke stasiun Gambir.
Tidak berhenti di Stasiun Rawa Bebek
Tidak berhenti di Stasiun Cipinang.
Kuning Lingkar Jatinegara-Kampung Bandan-Depok/Bogor/Nambo Jatinegara ke Bogor
Jatinegara ke Depok
28 (Tujuan Bogor)
24 (Tujuan Depok)
1987 PP JATINEGARA ←→ Pondok Jati ←→ Kramat ←→ Gang Sentiong ←→ PASAR SENEN ←→ KEMAYORAN ←→ Rajawali ←→ KAMPUNG BANDAN ←→ Angke ←→ DURI ←→ TANAH ABANG ←→ Karet ←→ Sudirman ←→ Mampang ←→ MANGGARAI ←→Tebet ←→ Cawang ←→ Duren Kalibata ←→ Pasar Minggu Baru ←→ Pasar Minggu ←→ Tanjung Barat ←→ Lenteng Agung ←→ Universitas Pancasila ←→ Universitas Indonesia ←→ Pondok Cina ←→ Depok Baru ←→ DEPOKCitayamBojonggede ←→ Cilebut ←→ BOGOR Berhenti di Stasiun Pasar Senen hanya untuk dari arah Jatinegara.
Penumpang tujuan Pasar Senen selain dari arah Jatinegara dapat turun di Stasiun Kemayoran lalu menggunakan kendaraan umum ke stasiun Pasar Senen atau turun di Stasiun Gang Sentiong berganti kereta ke arah Stasiun Pasar Senen.
Tidak berhenti di Stasiun Angke.
Tidak berhenti di Stasiun Mampang.
Untuk Nambo Branch, tidak berhenti di stasiun Pondok Rajeg dan Gunung Putri.
Jatinegara ke Kampung Bandan 8 (Tujuan Kampung Bandan) JATINEGARA ←→ Pondok Jati ←→ Kramat ←→ Gang Sentiong ←→ PASAR SENEN ←→ KEMAYORAN ←→ Rajawali ←→ KAMPUNG BANDAN
Kampung Bandan ke Bogor
Kampung Bandan ke Depok
20 (Tujuan Bogor)
16 (Tujuan Depok)
KAMPUNG BANDAN ←→ Angke ←→ DURI ←→ TANAH ABANG ←→ Karet ←→ Sudirman ←→ Mampang ←→ MANGGARAI ←→Tebet ←→ Cawang ←→ Duren Kalibata ←→ Pasar Minggu Baru ←→ Pasar Minggu ←→ Tanjung Barat ←→ Lenteng Agung ←→ Universitas Pancasila ←→ Universitas Indonesia ←→ Pondok Cina ←→ Depok Baru ←→ DEPOKCitayamBojonggede ←→ Cilebut ←→ BOGOR
Duri ke Bogor
Duri ke Depok
19 (Tujuan Bogor)
15 (Tujuan Depok)
Angke (langsiran)DURI ←→ TANAH ABANG ←→ Karet ←→ Sudirman ←→ Mampang ←→ MANGGARAI ←→Tebet ←→ Cawang ←→ Duren Kalibata ←→ Pasar Minggu Baru ←→ Pasar Minggu ←→ Tanjung Barat ←→ Lenteng Agung ←→ Universitas Pancasila ←→ Universitas Indonesia ←→ Pondok Cina ←→ Depok Baru ←→ DEPOK ←→ Citayam ←→ Bojonggede ←→ Cilebut ←→ BOGOR
Duri ke Nambo 20 (Tujuan Nambo) 2015 Angke (langsiran)DURI ←→ TANAH ABANG ←→ Karet ←→ Sudirman ←→ Mampang ←→ MANGGARAI ←→Tebet ←→ Cawang ←→ Duren Kalibata ←→ Pasar Minggu Baru ←→ Pasar Minggu ←→ Tanjung Barat ←→ Lenteng Agung ←→ Universitas Pancasila ←→ Universitas Indonesia ←→ Pondok Cina ←→ Depok Baru ←→ DEPOKCitayam ←→ Pondok Rajeg ←→ Cibinong ←→ Gunung Putri ←→ NAMBO
Hijau Jakarta - Tangerang Selatan/Bogor/Lebak Tnh. Abang ke Serpong
Tnh. Abang ke Parung Panjang
Tnh. Abang ke Maja
8 (Tujuan Serpong)
11 (Tujuan Parung Panjang)
17 (Tujuan Maja)
2013 PP TANAH ABANG ←→ Palmerah ←→ Kebayoran ←→ Pondok Betung ←→ Pondok Ranji ←→ Jurangmangu ←→ Sudimara ←→ Ciater ←→ Rawa Buntu ←→ SERPONG ←→ Cisauk ←→ Cicayur ←→ PARUNG PANJANG ←→ Cilejit ←→ DaruTenjo ←→ Tigaraksa ←→ Cikoya ←→ MAJA Tidak berhenti di Stasiun Pondok Betung.
Tidak berhenti di Stasiun Ciater.
Coklat Jakarta - Tangerang Duri ke Tangerang 11[3] 1997 PP DURI ←→ Grogol ←→ Pesing ←→ Taman Kota ←→ Bojong Indah ←→ Rawa Buaya ←→ Kalideres ←→ Poris ←→ Batuceper ←→ Tanah Tinggi ←→ TANGERANG Di jalur ini direncanakan akan dibangun jalur kereta menuju terminal Bandara Soekarno-Hatta.
Pink Tanjung Priok Line Jakarta Kota ke Tanjung Priok 4 Belum beroperasi penuh. PP JAKARTA KOTA ←→ KAMPUNG BANDAN ←→ Ancol ←→ TANJUNG PRIOK Saat ini Jalur Pink hanya melayani rute Jakarta Kota hingga Kampung Bandan.
Putih Feeder Jakarta Kota ke Manggarai 7 2014 PP JAKARTA KOTA ←→ KAMPUNG BANDAN ←→ Angke ←→ DURI ←→ TANAH ABANG ←→ KaretSudirman ←→ Mampang ←→ MANGGARAI Feeder. Tidak berhenti di Stasiun Angke.

Stasiun

Stasiun utama

Berikut ini adalah daftar stasiun terminus (staiun awal/akhir) utama maupun stasiun besar yang juga berfungsi sebagai stasiun transit dan stasiun kereta jarak jauh.

Stasiun Jalur Diresmikan pada Stasiun KA Jarak Jauh Tipe Keterangan
Stasiun Jakarta Kota 1926 Tidak Terminus KA Commuter
Terminus KA Lokal Purwakarta
Stasiun Gambir 1884 Ya Terminus KA Jarak Jauh Saat ini, Stasiun Gambir tidak melayani KA Commuter dikarenakan jadwal KA Jarak Jauh yang padat. Penumpang KA Commuter yang akan menuju pusat kota turun melalui stasiun terdekat dengan Gambir (Gondangdia atau Juanda).
Stasiun Manggarai 1918 Tidak Transit KA Commuter
Transit KA Jarak Jauh
Stasiun Jatinegara 1910 Ya Transit KA Commuter
Transit KA Jarak Jauh.
Stasiun Tanah Abang 1910 Ya Transit KA Commuter
Terminus KA Lintas Barat
KA Lintas Barat dioperasikan oleh PTKA, terdiri dari KA Rangkas Jaya, KA Banten Ekspress dan KA Kalimaya yang beroperasi sepanjang jalur kereta api Tanah Abang hingga Merak. Juga melayani KA Krakatau tujuan Kediri & Merak.
Stasiun Duri Tidak Transit KA Commuter Stasiun Duri akan dioperasikan sebagai Transit KA Bandara Internasional Soekarno-Hatta, yang pembangunannya dimulai pada akhir 2013.
Stasiun Kampung Bandan Tidak Transit KA Commuter
Stasiun Pasar Senen 1925 Ya Terminus KA Jarak Jauh Saat ini, Stasiun Pasar Senen hanya melayani KA Commuter dari arah Jatinegara. Penumpang KA Commuter yang akan menuju Pasar Senen selain dari arah Jatinegara dapat turun melalui stasiun terdekat dengan Pasar Senen yaitu Kemayoran.
Stasiun Bogor 1881 Ya Terminus KA Commuter
Terminus KA Pangrango
Merupakan terminus dari KA Pangrango yang dioperasikan oleh PT. KAI, melayani rute Bogor-Sukabumi-Cianjur.
Stasiun Bekasi 1887 Tidak Terminus KA Commuter
Transit KA Jarak Jauh
Stasiun Tangerang 1899 Tidak Terminus KA Commuter Stasiun ini merupakan stasiun paling ujung di Jalur kereta api Tangerang-Duri
Stasiun Tanjung Priok 1885 Tidak Terminus KA Commuter Terminus
KA Barang
Belum melayani KRL karena sebagian prasarana masih rusak. Hanya melayani KA barang.
Stasiun Citayam Tidak Transit KA Commuter
Stasiun Nambo 2015 Tidak Terminus KA Commuter

Elektrifikasi dan penambahan rute

Saat ini, jalur Green Line sedang diperpanjang sampai Stasiun Rangkasbitung dan direncanakan akan selesai pada tahun 2016. Proses elektrifikasi ini juga meliputi pembangunan jalur ganda Maja-Citeras-Rangkasbitung, pembagunan tiang LAA (Listrik Aliran Atas) dan pembangunan gardu listrik.

Stasiun MajaCiterasStasiun Rangkasbitung.

Selain itu, jalur Blue Line juga akan dilanjutkan sampai Stasiun Cikarang. Pengerjaan sudah dimulai sejak akhir tahun 2013. Jalur Jatinegara-Cikarang akan digandakan menjadi 4 jalur kereta api. Pembangunan jalur double-double track dan elektrifikasi diperkirakan akan selesai pada tahun 2017. Direncanakan di jalur ini akan dibangun beberapa stasiun baru.

Stasiun BekasiTambunCibitungStasiun Cikarang.

Dengan beroperasinya kembali jalur kereta api Citayam-Nambo, ada kemungkinan untuk melanjutkan kembali pembangunan jalur kereta api baru Parung Panjang - Tanjung Priok. Jalur ini sudah pernah direncanakan oleh pemerintah Orde Baru pada tahun 1990-an. Rencana ini dibatalkan karena Krisis finansial Asia 1997 dan jatuhnya Suharto pada tahun 1998. Jalur kereta api yang akan melingkari Jakarta ini akan terdiri oleh berberapa stasiun:

Stasiun Parung PanjangStasiun CitayamNamboStasiun CikarangStasiun Tanjung Priok

Saat ini sedang ada persiapan pembangunan jalur kereta api ganda dari Stasiun Batuceper ke Bandar Udara Internasional Soekarno-Hatta sepanjang 12.1 km. Direncanakan peletakan batu pertama akan dilaksanakan pada bulan Juni 2015. Saat ini proses pembebasan lahan sudah 100% rampung. Rencananya juga akan dibangun jalur baru lagi dari Stasiun Cawang ke Bandar Udara Halim Perdanakusuma. Dengan selesainya pembangunan jalur ini, para penumpang pesawat tidak akan kesusahan transfer pesawat.

Bandar Udara Internasional Soekarno-HattaStasiun BatuceperStasiun DuriStasiun TanahabangStasiun SudirmanStasiun ManggaraiStasiun CawangBandar Udara Halim Perdanakusuma

Tiket Elektronik dan Tarif

Tiket Multi Trip (hitam) dan Single Trip (putih) KA Commuter Jabodetabek

Multi Trip dan Single Trip

Sebagai tahapan penerapan program e-ticketing, PT Kereta Api Indonesia dan PT KAI Commuter Jabodetabek mulai 2012 mengganti Kartu Trayek Bulanan (KTB)/Kartu Langganan Sekolah (KLS) secara bertahap hingga pada 1 Juli 2013 ditetapkan menjadi Commuter Electronic Ticketing (Commet). Kartu Commet adalah alat pembayaran pengganti uang tunai yang digunakan untuk transaksi perjalanan KA Commuter Line sebagai tiket perjalanan KA, yang disediakan dalam bentuk kartu sekali pakai (Single-Trip) dan prabayar (Multi-Trip). Penumpang diwajibkan untuk melakukan tap-in di gerbang masuk dan memasukkan kartu single-trip ke dalam gerbang keluar atau cukup tap-out bagi pengguna kartu prabayar di gerbang keluar.

Bersamaan dengan pemberlakuan Commet, sistem tarif progresif diberlakukan. Sistem ini menggunakan hitungan jumlah stasiun yang dilewati sebagai dasar perhitungan tarif tiap penumpang. 5 Stasiun pertama yang dilewati penumpang akan dikenakan tarif sebesar Rp3.000,00 dan tiap 3 stasiun berikutnya dikenakan biaya Rp1000,00. Untuk periode Juli hingga November 2013, karena adanya subsidi sementara dana public service obligations (PSO) Kementerian Perhubungan bagi KA Commuter, maka tarif masing-masing turun menjadi Rp2000,00 dan Rp500,00.[4]

Mulai 1 April 2015, tarif progresif akan mengalami perubahan. Sistem tarif progresif baru akan menghitung tarif berdasarkan jarak, yaitu 25 km pertama dikenakan tarif sebesar Rp2000,00 dan tiap 10 km berikutnya dikenakan tarif sebesar Rp1000,00.[5] Selain itu, ketentuan uang jaminan untuk THB berubah menjadi Rp 10.000,00 (dari sebelumnya Rp 5.000,00), sedangkan untuk tiket multitrip dan kartu bank minimal saldo Rp 11.000,00 (dari sebelumnya Rp 7.000,00)[6].

Tiket harian berjaminan (THB)

Karena penerapan tiket single trip mengakibatkan banyaknya kejadian tiket perjalanan single trip hilang, pada tanggal 11 Agustus 2013 KCJ menerapkan sistem ticketing pengganti sistem single trip untuk penumpang KRL tanpa berlangganan. Penghitungan tarif sesuai dengan skema tarif perjalanan single trip, namun penumpang diharuskan untuk membayar uang jaminan untuk THB senilai Rp 5000,00. Uang jaminan dapat diambil kembali di stasiun hingga jangka waktu maksimal 7 hari atau ditukarkan kembali dengan THB baru dengan membayar tarif untuk perjalanan selanjutnya.

Kartu Multi Trip (KMT)

Selain tiket harian berjaminan, penumpang dapat menggunakan Kartu Multi Trip (KMT). Kartu Multi Trip adalah kartu prabayar isi ulang yang dapat digunakan penumpang sebagai tiket KRL dengan saldo saat keluar di stasiun tujuan tidak kurang dari Rp. 11.000,00 (sebelumnya Rp. 7.000,00). Kartu tersebut hanya bisa digunakan untuk naik KRL saja dan dapat di isi ulang di seluruh stasiun KRL di Jabodetabek.

Kartu Prabayar (Kartu Bank)

Sejak 8 Desember 2013, kartu Flazz BCA sudah dapat digunakan di Commuter Line, dan sejak tanggal 16 Juni 2014, kartu Mandiri E-Money, Brizzi, BRI, dan BNI TapCash juga sudah dapat digunakan di Commuter Line. Cara penggunaan kartu tersebut sama halnya dengan cara penggunaan Kartu Multi Trip, akan tetapi keempat kartu tersebut tidak dapat dibeli dan diisi ulang di seluruh stasiun KRL di Jabodetabek, melainkan di merchant-merchant terkait, seperti Indomaret, 7-Eleven, dan seluruh halte bus Transjakarta (tunai). Pengisian dapat dilakukan secara tunai maupun dengan kartu ATM bank terkait. Beberapa stasiun KRL juga telah melayani pengisian ulang keempat kartu tersebut, seperti Sudirman dan Juanda, tetapi tidak bisa secara tunai dan harus menggunakan kartu ATM bank terkait (kartu debit maupun kredit). Keempat kartu tersebut juga dapat digunakan sebagai tiket Transjakarta[7].

Denda (suplisi) dan free out (bebas keluar)

Pengguna dapat dikenakan denda (suplisi) sebesar Rp 50.000,00 jika melakukan perjalanan tanpa tiket (anak berumur 3 tahun ke atas/tinggi badan 90 cm wajib memiliki tiket [8]), menggunakan tiket harian berjaminan yang telah kadaluarsa atau tiket multitrip yang saldonya kurang dari tarif tertinggi. Pengguna THB yang tidak melakukan tapping in/tapping out dengan benar atau tarif dalam tiketnya kurang (turun di stasiun yang lebih jauh), THB akan diambil dan tidak mendapatkan pengembalian uang jaminan. Sedangkan untuk pengguna multitrip yang tidak melakukan tapping in/tapping out dengan benar, maka pengguna harus menyelesaikan di loket dengan membayar tarif tertinggi[6].

Pengguna Tiket Harian Berjaminan juga mendapatkan fasilitas free out, fasilitas untuk dapat melakukan sekali tapping out pada stasiun yang sama dengan stasiun tapping in terhitung satu jam dari waktu transaksi pembelian THB di loket. Untuk pengguna tiket multritrip terhitung satu jam dari tapping in.

Armada KRL[9]

Tiga generasi armada KRL yang masih beroperasi

Jalur KA Commuter Jabodetabek dilayani oleh beberapa tipe rangkaian kereta. Jalur ini sekarang hanya dilayani oleh KRL AC. KRL Ekonomi non-AC sudah dihentikan operasionalnya.

KRL non-AC

KRL Ekonomi adalah unit armada KRL yang ditujukan untuk masyarakat kelas ekonomi menengah dan bawah. Kelas ini menggunakan armada KRL lama yang tidak menggunakan fasilitas pendingin udara (AC). Sejumlah rangkaian dibuat oleh Nippon Sharyo dan Kawasaki, juga Hitachi, Ltd., BN-Holec, ABB-Hyundai yang bekerjasama dengan PT Inka. KRL jenis ini sudah tidak dioperasikan lagi di semua jalur, dan seluruhnya disimpan di Dipo Depok atau Balai Yasa Manggarai. KRL non-AC tipe Rheostatik beberapa rangkaiannya dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Untuk KRL Rheostatik Stainless, Holec, dan Hitachi, tidak menutup kemungkinan bahwa KRL tersebut dapat direkondisi menjadi KRL AC, mengingat usia mereka lebih muda dari KRL eks Jepang, yaitu KRL Holec yang dibuat pada tahun 1994-2000 dan KRL Hitachi yang dibuat pada tahun 1997. Kini, seluruh KRL ekonomi dikirim ke Purwakarta, kecuali beberapa KRL yang beruntung dan masih digunakan untuk keperluan antar dipo.

KRL BN-Holec (1994-2001)

KRL BN-Holec

KRL BN-Holec adalah unit KRL ekonomi termuda. KRL ini dibuat oleh Belgien Nederlandsch-Bombardier dan Holland Electric, bekerjasama dengan pabrik PT INKA Madiun; dan dulunya sempat melayani KRL Ekspres dan Ekonomi. Dari seluruh rangkaian ekonomi yang ada, KRL Holec tergolong paling sulit dirawat. Selain karena masalah suku cadang yang susah dicari (pabriknya sudah lama tutup), KRL ini pun juga sering mengalami mogok karena kelebihan beban (overload). Sehingga banyak KRL eks-Holec yang rusak, mangkrak di Balai Yasa Manggarai, dan dijadikan KRDE (Kereta Rel Diesel Elektrik) yang dioperasikan di beberapa kota di luar Jakarta. "Rekondisi" KRL Holec adalah KRDE yang dioperasikan di rute Kutoarjo-Yogyakarta-Solo (Prameks dan Sriwedari), dan Padalarang-Cicalengka (Baraya Geulis). Selain itu KRL Holec juga direkondisi menjadi KRL Holec AC yang sudah beroperasi di jalur Tangerang. Beberapa KRL Holec juga dikirim ke Purwakarta untuk dirucat.

KRL Ekonomi Rheostatik (1976, 1978 dan 1983-1987)

KRL Rheostatik

KRL Rheostatik adalah KRL buatan Jepang dari tahun 1976 sampai tahun 1987 dengan teknologi rheostat. Umumnya, KRL ini dibuat oleh perusahaan Nippon Sharyo, Hitachi, dan Kawasaki dari Jepang, untuk melayani kelas KRL Ekonomi. Untuk KRL Rheostatik buatan pabrik Kawasaki dan Hitachi tahun 1986-1987, rangkaian ini dulunya melayani rangkaian Pakuan Ekspres dan Pakuan Bisnis tahun '90-an. Setelah KRL Hibah (Tōei seri 6000) datang, KRL ini mulai terlupakan dan dijadikan rangkaian KRL Ekonomi. Khusus untuk KRL Rheostatik yang datang pada tahun 1986-1987, bodinya sudah stainless steel dan 1 set KRL Rheostatik Stainless merupakan KRL AC pertama di Indonesia.

Untuk KRL buatan Nippon Sharyo tahun 1976, 1978, 1983, dan 1984, kereta ini sudah mengalami banyak perubahan, baik kaca depan maupun skema warna/striping/livery. Semula menggunakan skema PJKA yaitu berwarna merah polos dengan "wajah" kuning terang dari tahun 1976-1990-an, kemudian pada era Perumka diubah menjadi merah dan biru dengan garis putih seperti KA Ekonomi di era 90-an awal, di mana saat itu, pintu KRL mulai mengalami kerusakan dan pada tahun 1993 yaitu: satu set KRL Rheostatik mild dan stainless mengalami kecelakaan di antara Stasiun Depok dan Citayam.[10] Di era 90-an akhir, tepatnya tahun 1995-2000, KRL ini dicat putih-hijau dengan garis biru tua dan biru muda Pada era PT KAI kemudian diubah menjadi orange dengan garis kuning, dan terakhir putih dengan garis merah. Kedua KRL ini mulanya seperti KRL Ekonomi AC atau Ekspres, yakni pintunya dapat tertutup secara otomatis, dan cukup nyaman. Namun, seiring berjalannya waktu kedua KRL ini menurun kondisinya menjadi seperti sekarang ini, meskipun kerusakan pada pintu KRL mulai terjadi pada tahun 90-an, di mana kerusakan terjadi karena pengganjalan pintu oleh penumpang.

Pada 2009, telah dioperasikan KRL Rheostatik dengan modifikasi kabin masinis, yang diberi nama "Djoko Lelono". KRL ini adalah modifikasi sejumlah gerbong KRL Rheostatik dengan kabin masinis menjadi aerodinamis yang konon terinspirasi dari KA Intercity-Express (ICE). Pintu penumpang juga sudah diaktifkan kembali sehingga dapat membuka dan menutup seperti sediakala.

Sejak tak lagi dioperasikannya KRL ekonomi non-AC, KRL Rheostatik disimpan di Dipo Depok dan Balai Yasa Manggarai. KRL Rheostatik dengan bodi mild steel sebagian dikirim ke Stasiun Purwakarta untuk dibesituakan (afkir). Sementara KRL Rheostatik Stainless masih disimpan di Dipo KRLDepok / Balai Yasa Manggarai, mengingat tidak menutup kemungkinan untuk direkondisi menjadi KRL AC atau ikut dirucat ke Purwakarta. Kini, masih ada beberapa rangkaian KRL Rheostatik yang bernasib mujur dibandingkan KRL lainnya. Namun, KRL yang masih aktif ini dioperasikan untuk logistik antar dipo atau KRL penolong jika sedang diperlukan.

KRL Inka-Hitachi [Jepang-Indonesia] (1997)

Berkas:Hitachi at gdd.jpg
KRL INKA-Hitachi memasuki Stasiun Gondangdia

KRL ini dibuat pada tahun 1997 di PT Inka bekerjasama dengan Hitachi, dibuat sebanyak 64 unit (8 set) berteknologi Variable Voltage Variable Frequency-Insulated Gate Bipolar Transistor (VVVF-IGBT). Kereta ini memiliki ciri yang khas yaitu ketika mulai bergerak sangat halus dan tidak menyentak. Jenis KRL ini adalah yang digunakan untuk Pakuan Ekspres kelas bisnis sampai akhirnya turun tingkat ketika era KRL Tōei 6000 datang dari Jepang. Saat ini sudah ada KRL tipe ini yang dikirim ke Purwakarta.

KRL ABB-Hyundai [Korea Selatan-Indonesia] (1985-1992)

KRL ini dibuat atas kerjasama antara PT Inka, ABB, dan Hyundai, dirakit di PT Inka pada tahun 1985-1992 dibuat sebanyak 8 gerbong (2 set) berteknologi Variable Voltage Variable Frequency-Gate Turn-Off (VVVF-GTO) dan disebut-sebut merupakan prototype kereta MagLev yang dikembangkan Hyundai untuk jalur Seoul-Pusan. KRL Hyundai sempat mangkrak dalam waktu yang lama, lalu beroperasi kembali dan kemudian pensiun. Saat ini KRL ABB Hyundai telah dikonversi menjadi KRDE dan beroperasi di jalur Surabaya-Mojokerto sebagai Arek Surokerto.

KRL AC

KRL AC adalah KRL dengan fasilitas AC, sehingga lebih nyaman dari KRL Ekonomi. Era peng-AC-an KRL dimulai tahun 1990-an, ketika diluncurkannya KRL Pakuan Ekspres Utama Jakarta Kota-Bogor. Saat ini, KRL AC di Jabodetabek sudah menjamur, kini semua KRL sudah dipasangi AC.

KRL eks-Hibah Toei

KRL eks Tōei 6000

KRL Toei 6181F
Berkas:6161CTA.jpg
KRL Toei 6161F

KRL ini adalah KRL yang diimpor dari operator kereta bawah tanah milik Biro Transportasi Pemerintah Daerah Tōkyō (Tōei), dalam rangka kerjasama strategis Indonesia-Jepang saat itu. Meramaikan jalur Jabodetabek mulai tahun 2000, Tōei 6000 ini dioperasikan di sebagian besar rute untuk layanan ekspres dengan tambahan pendingin udara (AC). Karena berstatus hibah dari Pemerintah Daerah Kota Tōkyō, KRL ini sering disebut sebagai KRL hibah.

Pada mulanya, didatangkan 72 unit kereta dari Jepang dengan masing-masing rangkaian terdiri dari 8 kereta. Namun, pada akhirnya hanya sebanyak 3 set yang memiliki 8 kereta (6121F, 6161F, 6171F), sedangkan sisanya dijadikan 6 kereta per rangkaian. Namun mulai tahun 2012 akhir formasi Tōei 6000 banyak diubah karena rangkaian yang memiliki 6 kereta diperpanjang menjadi 8 kereta. Ada 4 rangkaian (sebelumnya 3 rangkaian) menggunakan kabin modifikasi, yang dibuat oleh Balai Yasa Manggarai. Rangkaian 6171F tidak memiliki kereta tengah, hanya 2 kereta berkabin, sejak pengaturan ulang rangkaian Toei 6000 pada akhir 2012.

Karena kecelakaan, kereta 6252 dan 6155 tidak bisa digunakan. Rangkaian 6201F tidak beroperasi dan disimpan di Balai Yasa Manggarai. KRL seri 6000 juga menjalani normalisasi AC karena banyaknya keluhan AC panas. Set 6227F adalah salah satu rangkaian yang menggunakan AC baru.

Daftar rangkaian (tahun 2013):

  • Kabin asli:
  1. 6121F : 6121-6122-6197-6222-6247-6216-6127-6128
  2. 6161F : 6161-6212-6215-6162-6165-6166-6167-6168
  3. 6171F : 6171-6178
  4. 6181F : 6181-6242-6245-6156-6255-6152-6157-6158
  5. 6201F : 6201-6206-6207-6208
  6. 6271F : 6271-6272-6275-6276-6277-6278
  7. 6281F : 6281-6282-6285-6286-6287-6288
  • Kabin modifikasi:
  1. 6151F : 6151-6192-6257-6172-6225-6226-6237-6188
  2. 6177F : 6177-6176-6175-6232-6265-6202-6235-6126
  3. 6217F : 6217-6236-6185-6182
  4. 6227F : 6227-6195-6267-6262-6205-6186-6125-6187

Sejak kedatangan KRL seri 205, KRL Toei 6000 satu persatu mulai dipensiunkan. Pada pertengahan tahun 2014 tersisa 5 set (6121F, 6161F, 6181F, 6177F, 6227F) yang masih beroperasi. Dari jumlah 5 rangkaian itu berkurang menjadi 3 rangkaian pada akhir 2014 (6121F, 6161F, 6177F). Dan sejak triwulan kedua 2015, hanya ada 1 set yang masih bisa dioperasikan namun lebih banyak disimpan di dipo sebagai cadangan, dengan formasi:

Nomor 1 2 3 4 5 6 7 8
Penomoran 6181 6242 6245 6156 6165 6166 6167 6168

KRL Eks Tōkyū Corporation

Video sebuah KRL Tōkyū yang berangkat menuju Bogor dari Stasiun Tebet.

KRL eks Tōkyū Corporation (atau disebut Tokyu) mulai meramaikan armada komuter Jabodetabek sejak masuknya rangkaian Tokyu 8000 dan 8500. KRL Tokyu 8000 dibuat pada tahun 1969 dan KRL seri 8500 dibuat pada tahun 1975 dan merupakan pengembangan dari Tokyu 8000. Khusus untuk unit bernomor depan 07xx dan 08xx (mis. 0715 dan 0815) adalah unit yang dibuat pada tahun 1985 ke atas.

KRL ini diimpor dari Jepang dengan harga sekitar 800 juta per unit, atau sekitar 6,5 miliar per rangkaian dengan 8 kereta. Berkat perawatan yang baik, KRL Tōkyū selama ini jarang bermasalah dan dapat dioperasikan sampai sepuluh tahun mendatang di Jabodetabek.

Daftar rangkaian:

KRL eks Tōkyū 8000

Berkas:8007F - CWG.jpg
KRL Tokyu 8000 - 8007F eks-Tōkyū Toyoko Line.

Tōkyū 8000 eks Tokyu Oimachi Line (8003F) dan Tokyu Toyoko Line (rangkaian lainnya)

  1. 8003F: 8003-8202-8104-8263-8142-8213-8103-8004. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan urutan terbalik dari nomor K1 1 05 09 (8004) sampai K1 1 05 16 (8003)
  2. 8007F: 8007 (8039)-8245-8711-8832-8735-8204-8108-8008. Untuk kereta 8039 memakai nomor baru K1 1 08 09, kereta 8711 memakai nomor baru K1 1 07 02, kereta 8832-8735 memakai nomor baru K1 1 07 04-05, kereta 8245 memakai nomor baru K1 1 05 07, dan kereta 8204-8108-8008 menggunakan nomor baru K1 1 05 03-K1 1 05 02-K1 1 05 01.
  3. 8039F: 8039 (8007)-8248-8158-8218-8164-8249-8159-8040. Untuk kereta 8007 memakai nomor baru K1 1 05 08, sedangkan kereta lain memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 10 (8248) sampai K1 1 08 16 (8040).

Ketiganya menggunakan warna biru-kuning dan memiliki motif bunga berwarna ungu pada kereta khusus wanita. Kereta 8007 bertukar tempat dan bertukar plat nomor lama dengan 8039, sehingga kereta 8007 kini menggunakan nomor 8039, meskipun nomor yang tertera di plat nomor baru masih K1 1 05 08. Begitu pula sebaliknya kereta 8039 kini menggunakan nomor 8007, meskipun nomor yang tertera di plat nomor baru masih K1 1 08 09.

KRL eks Tōkyū 8500

KRL Tokyu 8500 - 8610F eks-Tōkyū Denentoshi Line.

KRL Tōkyū 8500 eks Tokyu Denentoshi Line

  1. 8604F: 8604-8704-8912-8825-8719-8909-8804-8504 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 06 01 (8604) sampai K1 1 06 08 (8504), kecuali 8912 memakai penomoran baru K1 1 08 19.
  2. 8607F: 8607-8707-8948-8828-8743-8924-8807-8507 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 68 (8607) sampai K1 1 07 75 (8507).
  3. 8608F: 8608-8708-8949-8829-8744-8925-8808-8508 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 06 09 (8608) sampai K1 1 06 16 (8508).
  4. 8610F: 8610-8710-8951-0815-0715-8927-8810-8510 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 01 (8610) sampai K1 1 08 08 (8510).
  5. 8611F: 8611-8935-8107-8260-8137-8928-8811-8511 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 01 (8611) sampai K1 1 07 08 (8511), kecuali 8935 menggunakan nomor baru K1 1 08 27, dan 8107-8260-8137 menggunakan nomor baru K1 1 05 06-K1 1 05 05-K1 1 05 04. Tidak beroperasi
  6. 8612F: 8612-8712-8912-0817-0717-8904-8812-8512 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 17 (8612) sampai K1 1 08 24 (8512), kecuali 8904 memakai penomoran baru K1 1 06 03.
  7. 8613F: 8613-8713-8913-0800-8796-8930-8813-8513 dengan warna merah-putih-kuning dan motif bunga berwarna pink pada kereta khusus wanita. Telah dirucat
  8. 8618F: 8618-8724-8911-8855-8753-8954-0811-8518 dengan warna biru-kuning. Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 08 25 (8618) sampai K1 1 08 30 (8518), kecuali 8911 menggunakan nomor baru K1 1 07 03.

Keterangan

  • Semua rangkaian KRL Tōkyū 8500 yang berwarna biru-kuning memiliki motif pada wajah KRL yang sama pada setiap rangkaian, dan logo PT KAI di bodi samping KRL di antara pintu kabin masinis dan pintu penumpang.
  • Beberapa unit kereta bertukar tempat.
  • 8613F sudah dibawa ke Stasiun Cikaum dan dirucat di sana.
  • 8611F sudah tidak beroperasi.

KRL eks JR East

KRL eks JR East 103

KRL JR 103 (KeYo E21F-E27F) di Stasiun Manggarai

KRL eks East Japan Railway Company 103 Series didatangkan pada 2004. KRL JR 103 ini adalah salah satu rangkaian yang mulanya digunakan untuk layanan Bojonggede Ekspres dan Depok Ekspres. Akibat bertambahnya penumpang, KRL ini pun diganti dengan rangkaian lain yang memiliki 8 kereta.

KRL ini masing-masing rangkaiannya terdiri dari 4 kereta (1 set), dan menjadi salah satu rangkaian KRL dengan AC terdingin di Jabodetabek. KRL ini berada di bawah alokasi depo Depok.

Unit yang masuk ke Indonesia sebanyak 4 rangkaian, masing-masing dengan 4 kereta.

Daftar rangkaian:

  • E20F/103-815F (103-815,103-752,102-2009,103-822)
  • E21F/103-105F (103-105,102-231,103-246,103-597)
  • E22F/103-359F (103-359,103-654,102-810,103-384)
  • E27F/103-153F (103-153,102-321,103-210,103-632)

KRL ini dioperasikan 8 kereta, dengan menggabungkan E21F-E27F dan E20F-E22F, meskipun bisa saja susunan rangkaian berbeda dan sekarang hanya rangkaian E21 dan E22 yang beroperasi, sekarang kedua rangkaian tersebut digabung. KRL ini memiliki beberapa skema warna. Skema pertama yang digunakan adalah warna asli Jepang, skema kedua adalah skema asli Jepang ditambah warna kuning di bagian jendela, skema ketiga dalah warna biru, skema keempat adalah skema warna putih, dan skema terakhir adalah skema seperti pada KRL milik PT KCJ yang berwarna merah-kuning.

KRL eks JR East 203

Berkas:203-66 BOO.jpg
KRL JR 203-66F (MaTo 66F)

KRL eks East Japan Railway Company 203 Series telah tiba di Indonesia pada tanggal 2 Agustus 2011. Saat ini semua rangkaian KRL JR 203 telah beroperasi seluruhnya.

Daftar rangkaian:

  1. MaTo 51/203-51F: 202-1 - 202-3 - 203-3 - 202-117 - 203-117 - 202-1 - 203-1 - 203-1. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 12 01 (202-1) sampai dengan K1 1 12 10 (203-1). 203-2 dan 203-1 (kereta 4 dan 5) dilepas dan bertukar tempat dengan 202-117 (K1 1 11 55) dan 203-117 (K1 1 11 56).
  2. MaTo 52/203-52F: 202-2 - 202-6 - 203-6 - 203-4 - 203-3 - 202-4 - 203-4 - 203-2 (202-5 dan 203-5 dilepas). Rangkaian ini menggunakan penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 61 (202-2) sampai K1 1 11 70 (203-2).
  3. MaTo 66/203-66F: 202-106 - 202-118 - 203-118 - 203-112 - 203-111 - 202-116 - 203-116 - 203-106 (202-117 dan 203-117 dilepas). Rangkaian ini menggunakan penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 51 (202-106) sampai K1 1 11 60 (203-106).
  4. MaTo 68/203-68F: 202-108 - 202-124 - 203-124 - 203-116 - 203-115 - 202-122 - 203-122 - 203-108 (202-123 dan 203-123 dilepas). Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 12 41 (202-108) sampai dengan K1 1 12 50 (203-108).
  5. MaTo 69/203-69F: 202-109 - 202-127 - 203-127 - 203-118 - 203-117 - 202-125 - 203-125 - 203-109 (202-126 dan 203-126 dilepas). Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 12 51 (202-109) sampai dengan K1 1 12 60 (203-109).

KRL eks JR East 205

Berkas:205-137.jpg
KRL JR 205-137F (HaE 26) memasuki Stasiun Manggarai
Interior kereta 204-8 dengan 6 pintu yang ada di rangkaian 205-123F. Rangkaian ini menjalani tes uji coba angkut penumpang pada tanggal 6 Februari 2014.
Penomoran baru pada KRL JR 205
Layar Commuter Information System (CIS) pada KRL JR 205

KRL eks East Japan Railway Company 205 Series telah tiba di Indonesia pada tanggal 3 November 2013. KRL ini dulunya beroperasi di jalur Saikyo dan dimiliki oleh Dipo Kawagoe. Sebanyak 3 set pengiriman kelompok pertama tiba di Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta, pada tanggal 10 November 2013 dengan nomor rangkaian HaE 7F, 11F, dan 15F, dan 2 set pengiriman kelompok kedua pada tanggal 16 November 2011 dengan nomor rangkaian HaE 14F dan 25F. Selanjutnya KRL ini datang secara bertahap dengan jumlah per kedatangan sebanyak 2-3 set. KRL ini digunakan untuk menggantikan KRL yang AC-nya akan diperbaiki.

KRL ini juga dikenal karena memiliki unit dengan 6 pintu per sisinya. Unit ini merupakan kereta dengan bangku yang bisa dilipat untuk memaksimalkan kapasitas saat jam sibuk. Namun ada juga rangkaian standar dengan seluruh unit dengan 4 pintu per sisi.

Pada tanggal 6 Februari 2014, set HaE 15 telah menjalani ujicoba operasional, dan menjadi rangkaian JR 205 pertama yang dipakai untuk mengangkut penumpang. Sejak 5 Maret 2014, KRL JR 205 resmi berdinas reguler di jalur Jakarta-Bogor.[11]

Mulai bulan Mei 2014, didatangkan juga KRL JR 205 dari Yokohama Line yang dulunya dimiliki oleh Dipo Kamakura, Jepang. Set KRL JR 205 dari Yokohama ini terdiri dari 8 kereta dengan 1 unit kereta yang memiliki 6 pasang pintu.

Mulai bulan Juli 2015, didatangkan juga KRL JR 205 dari Nambu Line yang dulunya dimiliki oleh Dipo Nakahara. Set KRL JR 205 dari Nambu ini terdiri dari 6 kereta dan akan dioperasikan sepanjang 12 kereta (6+6) dengan menggabungkan 2 set KRL.

Rangkaian Asal Saikyo Line

Rangkaian dengan 6 pintu, terdiri dari 10 kereta:

  1. HaE 1/205-89F: KuHa 204-89 - SaHa 204-2 - SaHa 204-1 - MoHa 204-239 - MoHa 205-239 - MoHa 204-238 - MoHa 205-238 - MoHa 204-237 - MoHa 205-237 - KuHa 205-89. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 61 (205-89) sampai dengan K1 1 14 70 (204-89).
  2. HaE 4/205-92F: KuHa 204-92 - SaHa 204-34 - SaHa 204-14 - MoHa 204-248 - MoHa 205-248 - MoHa 204-247 - MoHa 205-247 - MoHa 204-246 - MoHa 205-246 - KuHa 205-92. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 41 (205-92) sampai dengan K1 1 14 50 (204-92).
  3. HaE 7/205-95F: KuHa 204-95 - SaHa 204-39 - SaHa 204-38 - MoHa 204-257 - MoHa 205-257 - MoHa 204-256 - MoHa 205-256 - MoHa 204-255 - MoHa 205-255 - KuHa 205-95. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 91 (205-95) sampai K1 1 14 100 (204-95).
  4. HaE 11/205-99F: KuHa 204-99 - SaHa 204-21 - SaHa 204-20 - MoHa 204-269 - MoHa 205-269 - MoHa 204-268 - MoHa 205-268 - MoHa 204-267 - MoHa 205-267 - KuHa 205-99. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 13 71 (205-99) sampai K1 1 13 80 (204-99).
  5. HaE 12/205-120F: KuHa 204-120 - SaHa 204-25 - SaHa 204-24 - MoHa 204-328 - MoHa 205-328 - MoHa 204-327 - MoHa 205-327 - MoHa 204-326 - MoHa 205-326 - KuHa 205-120. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 81 (204-120) sampai dengan K1 1 14 90 (204-120).
  6. HaE 13/205-121F: KuHa 204-121 - SaHa 204-27 - SaHa 204-26 - MoHa 204-331 - MoHa 205-331 - MoHa 204-330 - MoHa 205-330 - MoHa 204-329 - MoHa 205-329 - KuHa 205-121. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 21 (205-121) sampai dengan K1 1 14 30 (204-121).
  7. HaE 14/205-122F: KuHa 204-122 - SaHa 204-29 - SaHa 204-28 - MoHa 204-334 - MoHa 205-334 - MoHa 204-333 - MoHa 205-333 - MoHa 204-332 - MoHa 205-332 - KuHa 205-122. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 11 (205-122) sampai dengan K1 1 14 20 (204-122)
  8. HaE 15/205-123F: KuHa 204-123 - SaHa 204-46 - SaHa 204-8 - MoHa 204-337 - MoHa 205-337 - MoHa 204-336 - MoHa 205-336 - MoHa 204-335 - MoHa 205-335 - KuHa 205-123. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 13 61 (205-123) sampai K1 1 13 70 (204-123).
  9. HaE 18/205-126F: KuHa 204-126 - SaHa 204-901 - SaHa 204-48 - MoHa 204-346 - MoHa 205-346 - MoHa 204-345 - MoHa 205-345 - MoHa 204-344 - MoHa 205-344 - KuHa 205-126. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 131 (205-126) sampai K1 1 14 140 (204-126).
  10. HaE 20/205-128F: KuHa 204-128 - SaHa 204-10 - SaHa 204-5 - MoHa 204-352 - MoHa 205-352 - MoHa 204-351 - MoHa 205-351 - MoHa 204-350 - MoHa 205-350 - KuHa 205-128. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 51 (205-128) sampai dengan K1 1 14 60 (204-128).
  11. HaE 22/205-141F: KuHa 204-141 - SaHa 204-37 - SaHa 204-45 - MoHa 204-382 - MoHa 205-382 - MoHa 204-381 - MoHa 205-381 - MoHa 204-380 - MoHa 205-380 - KuHa 205-141. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 111 (205-141) sampai K1 1 14 120 (204-141).
  12. HaE 23/205-142F: KuHa 204-142 - SaHa 204-40 - SaHa 204-12 - MoHa 204-385 - MoHa 205-385 - MoHa 204-384 - MoHa 205-384 - MoHa 204-383 - MoHa 205-383 - KuHa 205-142. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 121 (205-142) sampai K1 1 14 130 (204-142). Rangkaian ini merupakan set pertama yang memiliki 2 unit layar LCD pada seluruh kereta kecuali di kereta 6 pintu yang disebut "Commuter Information System" (CIS).
  13. HaE 24/205-143F: KuHa 204-143 - SaHa 204-47 - SaHa 204-41 - MoHa 204-277 - MoHa 205-277 - MoHa 204-387 - MoHa 205-387 - MoHa 204-386 - MoHa 205-388 - KuHa 205-143. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 31 (205-143) sampai dengan K1 1 14 40 (204-143).
  14. HaE 25/205-144F: KuHa 204-144 - SaHa 204-49 - SaHa 204-13 - MoHa 204-391 - MoHa 205-391 - MoHa 204-390 - MoHa 205-390 - MoHa 204-389 - MoHa 205-389 - KuHa 205-144. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 01 (205-144) sampai dengan K1 1 14 10 (204-144).

Rangkaian tanpa 6 pintu, terdiri dari 10 kereta:

  1. HaE 26/205-137F: KuHa 204-137 - MoHa 204-372 - MoHa 205-372 - SaHa 205-149 - MoHa 205-371 - MoHa 204-371 - SaHa 205-148 - MoHa 204-370 - MoHa 205-370 - KuHa 205-137. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 101 (205-137) sampai K1 1 14 110 (204-137). Rangkaian ini merupakan eks URa 92 yang pernah beroperasi di Keihin-Tohoku Line.
  2. HaE 30/205-42F: KuHa 204-42 - MoHa 204-126 - MoHa 205-126 - SaHa 205-84 - MoHa 205-125 - MoHa 204-125 - SaHa 205-83 - MoHa 204-124 - MoHa 205-124 - KuHa 205-42. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 327 (205-42) sampai K1 1 14 336 (204-42). Rangkaian ini merupakan eks ToU 42 yang pernah beroperasi di Yamanote Line.
  3. HaE 32/205-54F: KuHa 204-54 - MoHa 204-162 - MoHa 205-162 - SaHa 205-147 - MoHa 205-161 - MoHa 204-161 - SaHa 205-146 - MoHa 204-160 - MoHa 205-160 - KuHa 205-54. Rangkaian ini menggunakan penomoran baru K1 1 14 141 (205-54) sampai K1 1 14 150 (204-54). Rangkaian ini merupakan eks ToU 54 yang pernah beroperasi di Yamanote Line.

Rangkaian tanpa 6 pintu, terdiri dari 8 kereta:

  1. HaE 31/205-17F: KuHa 204-17 - MoHa 204-51 - MoHa 205-51 - MoHa 204-50 - MoHa 205-50 - MoHa 204-49 - MoHa 205-49 - KuHa 205-17. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 71 (205-17) sampai dengan K1 1 14 80 (204-17). SaHa 204-23 (K1 1 14 79) dan SaHa 204-22 (K1 1 14 78) dilepas karena gangguan teknis akibat tertimpa kabel Listrik Aliran Atas (LAA) di Stasiun Jakarta Kota. Rangkaian ini merupakan eks ToU 17 yang pernah beroperasi di Yamanote Line.

Rangkaian Asal Yokohama Line

Rangkaian dengan 6 pintu, terdiri dari 8 kereta:

  1. KuRa H1/205-61F: KuHa 204-61 - SaHa 204-101 - MoHa 204-182 - MoHa 205-182 - SaHa 205-121 - MoHa 204-181 - MoHa 205-181 - KuHa 205-61. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 319 (205-61) sampai K1 1 14 326 (204-61).
  2. KuRa H2/205-62F: KuHa 204-62 - SaHa 204-102 - MoHa 204-184 - MoHa 205-184 - SaHa 205-122 - MoHa 204-183 - MoHa 205-183 - KuHa 205-62. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 295 (205-62) sampai K1 1 14 302 (204-62).
  3. KuRa H4/205-64F: KuHa 204-64 - SaHa 204-104 - MoHa 204-188 - MoHa 205-188 - SaHa 205-124 - MoHa 204-187 - MoHa 205-187 - KuHa 205-64. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 159 (205-64) sampai K1 1 14 166 (204-64).
  4. KuRa H6/205-66F: KuHa 204-66 - SaHa 204-106 - MoHa 204-192 - MoHa 205-192 - SaHa 205-126 - MoHa 204-191 - MoHa 205-191 - KuHa 205-66. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 151 (205-66) sampai K1 1 14 158 (204-66).
  5. KuRa H7/205-67F: KuHa 204-67 - SaHa 204-107 - MoHa 204-194 - MoHa 205-194 - SaHa 205-127 - MoHa 204-193 - MoHa 205-193 - KuHa 205-67
  6. KuRa H8/205-68F: KuHa 204-68 - SaHa 204-108 - MoHa 204-196 - MoHa 205-196 - SaHa 205-128 - MoHa 204-195 - MoHa 205-195 - KuHa 205-68. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 286 (204-68) sampai K1 1 14 293 (205-68).
  7. KuRa H9/205-69F: KuHa 204-69 - SaHa 204-109 - MoHa 204-198 - MoHa 205-198 - SaHa 205-129 - MoHa 204-197 - MoHa 205-197 - KuHa 205-69. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 191 (205-69) sampai K1 1 14 198 (204-69).
  8. KuRa H11/205-71F: KuHa 204-71 - SaHa 204-111 - MoHa 204-201 - MoHa 205-201 - SaHa 205-131 - MoHa 204-200 - MoHa 205-200 - KuHa 205-71
  9. KuRa H12/205-72F: KuHa 204-72 - SaHa 204-112 - MoHa 204-204 - MoHa 205-204 - SaHa 205-132 - MoHa 204-203 - MoHa 205-203 - KuHa 205-72. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 223 (205-72) sampai K1 1 14 230 (204-72).
  10. KuRa H13/205-73F: KuHa 204-73 - SaHa 204-113 - MoHa 204-206 - MoHa 205-206 - SaHa 205-133 - MoHa 204-205 - MoHa 205-205 - KuHa 205-73. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 207 (205-73) sampai K1 1 14 214 (204-73).
  11. KuRa H14/205-74F: KuHa 204-74 - SaHa 204-114 - MoHa 204-208 - MoHa 205-208 - SaHa 205-134 - MoHa 204-207 - MoHa 205-207 - KuHa 205-74. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 239 (205-74) sampai K1 1 14 246 (204-74).
  12. KuRa H15/205-75F: KuHa 204-75 - SaHa 204-115 - MoHa 204-210 - MoHa 205-210 - SaHa 205-135 - MoHa 204-209 - MoHa 205-209 - KuHa 205-75
  13. KuRa H17/205-77F: KuHa 204-77 - SaHa 204-117 - MoHa 204-214 - MoHa 205-214 - SaHa 205-137 - MoHa 204-213 - MoHa 205-213 - KuHa 205-77. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 303 (205-77) sampai K1 1 14 310 (204-77).
  14. KuRa H18/205-78F: KuHa 204-78 - SaHa 204-118 - MoHa 204-216 - MoHa 205-216 - SaHa 205-138 - MoHa 204-215 - MoHa 205-215 - KuHa 205-78
  15. KuRa H19/205-79F: KuHa 204-79 - SaHa 204-119 - MoHa 204-218 - MoHa 205-218 - SaHa 205-139 - MoHa 204-217 - MoHa 205-217 - KuHa 205-79. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 287 (205-79) sampai K1 1 14 294 (204-79).
  16. KuRa H21/205-81F: KuHa 204-81 - SaHa 204-121 - MoHa 204-222 - MoHa 205-222 - SaHa 205-141 - MoHa 204-221 - MoHa 205-221 - KuHa 205-81. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 175 (205-81) sampai K1 1 14 182 (204-81).
  17. KuRa H22/205-82F: KuHa 204-82 - SaHa 204-122 - MoHa 204-224 - MoHa 205-224 - SaHa 205-142 - MoHa 204-223 - MoHa 205-223 - KuHa 205-82. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 255 (205-82) sampai K1 1 14 262 (204-82).
  18. KuRa H23/205-83F: KuHa 204-83 - SaHa 204-123 - MoHa 204-226 - MoHa 205-226 - SaHa 205-143 - MoHa 204-225 - MoHa 205-225 - KuHa 205-83. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 215 (204-83) sampai K1 1 14 222 (205-83).
  19. KuRa H24/205-84F: KuHa 204-84 - SaHa 204-124 - MoHa 204-228 - MoHa 205-228 - SaHa 205-144 - MoHa 204-227 - MoHa 205-227 - KuHa 205-84. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 167 (205-84) sampai K1 1 14 174 (204-84).
  20. KuRa H25/205-85F: KuHa 204-85 - SaHa 204-125 - MoHa 204-230 - MoHa 205-230 - SaHa 205-145 - MoHa 204-229 - MoHa 205-229 - KuHa 205-85
  21. KuRa H27/205-30F: KuHa 204-30 - SaHa 204-30 - MoHa 204-90 - MoHa 205-90 - SaHa 205-59 - MoHa 204-88 - MoHa 205-88 - KuHa 205-30. Rangkaian ini telah menggunakan penomoran baru K1 1 14 311 (205-30) sampai K1 1 14 318 (204-30).

Rangkaian tanpa 6 pintu, terdiri dari 8 kereta:

  1. KuRa H28/205-15F: KuHa 204-15 - SaHa 205-30 - MoHa 204-45 - MoHa 205-45 - SaHa 205-29 - MoHa 204-43 - MoHa 205-43 - KuHa 205-15. Rangkaian ini merupakan eks KeYo M66 yang pernah beroperasi di Musashino Line.

Rangkaian Asal Nambu Line

Rangkaian tanpa 6 pintu, terdiri dari 6 kereta:

  1. NaHa 2/205-86F: KuHa 205-86 - MoHa 205-13 - MoHa 204-13 - MoHa 205-15 - MoHa 204-15 - KuHa 204-86
  2. NaHa 4/205-88F: KuHa 205-88 - MoHa 205-235 - MoHa 204-235 - MoHa 205-21 - MoHa 204-21 - KuHa 204-88
  3. NaHa 7/205-102F: KuHa 205-102 - MoHa 205-235 - MoHa 204-235 - MoHa 205-274 - MoHa 204-275 - KuHa 204-102
  4. NaHa 8/205-129F: KuHa 205-129 - MoHa 205-353 - MoHa 204-353 - MoHa 205-354 - MoHa 204-354 - KuHa 204-129
  5. NaHa 10/205-131F: KuHa 205-131 - MoHa 205-357 - MoHa 204-357 - MoHa 205-358 - MoHa 204-358 - KuHa 204-131
  6. NaHa 11/205-132F: KuHa 205-132 - MoHa 205-359 - MoHa 204-359 - MoHa 205-360 - MoHa 204-360 - KuHa 204-132
  7. NaHa 13/205-134F: KuHa 205-134 - MoHa 205-363 - MoHa 204-363 - MoHa 205-364 - MoHa 204-364 - KuHa 204-134
  8. NaHa 35/205-19F: KuHa 205-19 - MoHa 205-55 - MoHa 204-55 - MoHa 205-57 - MoHa 204-57 - KuHa 204-19
  9. NaHa 40/205-24F: KuHa 205-24 - MoHa 205-70 - MoHa 204-70 - MoHa 205-72 - MoHa 204-72 - KuHa 204-24
  10. NaHa 41/205-25F: KuHa 205-25 - MoHa 205-73 - MoHa 204-73 - MoHa 205-75 - MoHa 204-75 - KuHa 204-25
  11. NaHa 42/205-26F: KuHa 205-26 - MoHa 205-76 - MoHa 204-76 - MoHa 205-78 - MoHa 204-78 - KuHa 204-26
  12. NaHa 44/205-28F: KuHa 205-28 - MoHa 205-82 - MoHa 204-82 - MoHa 205-84 - MoHa 204-84 - KuHa 204-28

Rangkaian asal jalur Nambu akan dioperasikan dengan menggabungkan 2 rangkaian sehingga menjadi 12 kereta, dengan pengaturan rangkaian untuk formasi 12 kereta sebagai berikut:

  1. NaHa 2/205-86F digabung dengan NaHa 4/205-88F
  2. NaHa 7/205-102F digabung dengan NaHa 8/205-129F
  3. NaHa 35/205-19F digabung dengan NaHa 44/205-28F
  4. NaHa 40/205-24F digabung dengan NaHa 41/205-25F

[12]

KRL eks Tōyō Rapid

KRL Toyo Rapid 1061F di Stasiun Jakarta kota
  • KRL eks Tōyō Rapid seri 1000 (1061F, 1081F, 1091F) masing-masing dengan 10 kereta per set, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta per set.

Daftar rangkaian:

  1. 06F/1061F: 1061-1062-1063-1064-1065-1066-1069-1060 (1067 dan 1068 dilepas). Warna biru-kuning dengan corak Kereta Khusus Wanita (KKW). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 58 (1061) hingga K1 1 07 67 (1060).
  2. 08F/1081F: 1081-1082-1083-1084-1085-1086-1089-1080 (1087 dan 1088 dilepas). Warna biru-merah dengan corak Kereta Khusus Wanita (KKW). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 48 (1081) hingga K1 1 07 57 (1080).
  3. 09F/1091F: 1091-1092-1093-1094-1095-1096-1099-1090 (1097 dan 1098 dilepas). Warna biru-merah dengan corak Kereta Khusus Wanita (KKW). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 19 (1091) sampai dengan K1 1 07 28 (1090).

Set 1091F tidak memiliki logo Tōyō Rapid Railway di bagian depan atas kaca masinis sebelah kiri kereta.

KRL eks Tōkyō Metro

KRL Tokyo Metro 05 (05-05F)

KRL eks Tōkyō Metro 05 mulai tiba di Jakarta pada bulan Agustus 2010, diawali dengan set 05-02F dan 05-07F. Seri ini adalah KRL dengan teknologi tercanggih di Jabodetabek saat ini. Total keseluruhan ada 8 set KRL TM 05 yang tiba di Indonesia.

Daftar rangkaian:

  1. 05-02F: 05 102-05 202-05 302-05 602-05 702-05 802-05 902-05 002 (05 402 dan 05 502 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 41 (05 102) sampai dengan K1 1 10 50 (05 002).
  2. 05-04F: 05 104-05 204-05 304-05 604-05 704-05 804-05 904-05 004 (05 404 dan 05 504 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 12 21 (05 104) sampai dengan K1 1 12 30 (05 004)
  3. 05-05F: 05 105-05 205-05 305-05 605-05 705-05 805-05 905-05-005 (05 405 dan 05 505 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 12 31 (05 105) sampai dengan K1 1 12 40 (05 005)
  4. 05-07F: 05 107-05 207-05 307-05 607-05 707-05 807-05 907-05 007 (05 407 dan 05 507 dilepas). Set ini sudah dikirim ke Stasiun Cikaum.
  5. 05-08F: 05 108-05 208-05 308-05 608-05 708-05 808-05 908-05 008 (05 408 dan 05 508 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 11 (05 108) sampai dengan K1 1 11 20 (05 008).
  6. 05-09F: 05 109-05 209-05 309-05 609-05 709-05 809-05 909-05 009 (05 409 dan 05 509 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 21 (05 109) sampai dengan K1 1 11 30 (05 009).
  7. 05-10F: 05 110-05 210-05 310-05 610-05 710-05 810-05 910-05 010 (05 410 dan 05 510 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 11 01 (05 110) sampai dengan K1 1 11 10 (05 010).
  8. 05-12F: 05 112-05 212-05 312-05 612-05 712-05 812-05 912-05 012 (05 412 dan 05 512 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 12 11 (05 112) sampai dengan K1 1 12 20 (05 012)

Keterangan:

  • Seluruhnya bercat merah-putih-kuning dan memakai teralis jendela bercat hitam.
KRL Tokyo Metro 5017F (67F) di Stasiun Jakarta Kota

KRL eks Tōkyō Metro 5000 (5809F / 59F, 5816F / 66F, 5817F / 67F, 5819F / 69F) masing-masing dengan 10 kereta per set, namun hanya dioperasikan dengan 8 per set.

Daftar rangkaian:

  1. 59F/5809F: 5809-5312-5631-5314-5607-5215-5313-5009 (5675 dan 5676 dilepas)
  2. 66F/5816F: 5816-5245-5630-5363-5688-5905-5326-5016 (5246, 5631 dan 5247 dilepas, 5631 digunakan pada 59F/5809F, 5246 digunakan pada 67F/5817F; KRL ini menggunakan nama "Djoko Vision" dan telah dilengkapi layar penampil rute). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 31 (5816).
  3. 67F/5817F: 5817-5246-5632-5359-5127-5927-5251-5017 (5250, 5634, dan 5248 dilepas). Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 07 18 (5816).

Keterangan:

  • Seluruh rangkaian menggunakan warna biru-kuning, di mana seluruh rangkaian yang beroperasi saat ini memiliki motif bunga berwarna pink pada kereta khusus wanita.

KRL eks Tōkyō Metro 6000, (6105F, 06F, 07F, 11F, 12F, 13F, 15F, 23F, 25F, 26F, 27F, 33F, dan 34F) masing-masing dengan 10 kereta per set, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta per set.

Berkas:6134F.jpg
KRL Tokyo Metro 6134F

Daftar rangkaian:

  1. 05F/6105F: 6105-6205-6305-6405-6505-6605-6905-6005 (6705-6805 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 13 41 (6105) sampai K1 1 13 50 (6005).
  2. 06F/6106F: 6106-6206-6306-6406-6507-6606-6706-6006 (6806-6906 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam, 6506 bertukar tempat dengan 6507, 6507 menggunakan plat nomor 6506). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 12 61 (6106) sampai K1 1 12 70 (6006).
  3. 07F/6107F: 6107-6207-6307-6407-6506-6607-6707-6007 (6807-6907 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam, 6507 bertukar tempat dengan 6506, 6507 menggunakan plat nomor 6506). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 12 81 (6107) sampai K1 1 12 90 (6007)
  4. 11F/6111F: 6111-6211-6311-6411-6511-6611-6711-6011 (6811-6911 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 13 01 (6111) sampai K1 1 13 10 (6011).
  5. 12F/6112F: 6112-6212-6312-6412-6512-6612-6912-6012 (6712-6812 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Set ini sudah dikirim ke Stasiun Cikaum.
  6. 13F/6113F: 6113-6213-6313-6413-6513-6613-6713-6013 (6813-6913 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Kereta 6315 dan 6515 berganti plat nomor sehingga menjadi 6313 dan 6513.
  7. 15F/6115F: 6115-6215-6313-6415-6513-6615-6715-6015 (6815-6915 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 11 31 (6115) sampai K1 1 11 40 (6015). Kereta 6313 dan 6513 berganti plat nomor sehingga menjadi 6315 dan 6515.
  8. 23F/6123F: 6123-6223-6323-6423-6523-6623-6923-6023 (6723-6823 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 12 91 (6123) sampai K1 1 12 100 (6023).
  9. 25F/6125F: 6125-6225-6325-6425-6525-6625-6725-6025 (6725-6825 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 12 101 (6125) sampai K1 1 12 110 (6025).
  10. 26F/6126F: 6126-6226-6326-6426-6526-6626-6926-6026 (6726-6826 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 11 41 (6126) sampai K1 1 11 50 (6026).
  11. 27F/6127F: 6127-6227-6327-6427-6527-6627-6927-6027 (6727-6827 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 13 51 (6127) sampai K1 1 13 60 (6027).
  12. 33F/6133F: 6133-6233-6333-6433-6533-6633-6933-6033 (6733-6833 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 13 31 (6133) sampai K1 1 13 40 (6033).
  13. 34F/6134F: 6134-6334-6434-6534-6734-6834-6934-6034 (6634-6234 dilepas, warna merah-putih-kuning dengan teralis hitam). Rangkaian ini sudah menggunakan penomoran baru dengan urutan K1 1 13 21 (6134) sampai K1 1 13 30 (6034).

Setiap set Tōkyō Metro 6000 memiliki perbedaan yang mencolok antara satu sama lain, baik pada eksterior maupun interior. Pertama, AC yang digunakan pada rangkaian Tōkyō Metro seri 6000 batch awal (set 6005F, 06F, 07F, 11F, 12F, 13F, dan 15F) berbeda dengan rangkaian Tōkyō Metro 6000 batch akhir (set 6023F, 25F, 26F, 27F, 33F, dan 34F) dimana AC pada rangkaian Tōkyō Metro 6000 batch awal (sama seperti set Tokyo Metro 7000 - 7117F) berbeda dan umumnya tidak sedingin rangkaian Tōkyō Metro 6000 batch akhir, sama seperti set Tokyo Metro 7121F - 23F.

Pada set bernomor 6123F, 25F, 26F, 27F, 33F dan 34F, persambungan yang digunakan seluruhnya merupakan persambungan seperti set KRL Tōkyō Metro 7000 nomor 7121F hingga 7123F, sementara set 6106F, 07F, 11F, dan 15F memiliki bentuk persambungan lebar seperti jamur. Untuk 6105F, 12F, dan 13F mengalami refurbishment sehingga persambungan jamur diganti persambungan seperti biasanya.

Khusus 6105F, 06F (Hanya 6506 eks 6507), 07F (kecuali kereta 6507), 12F dan 13F juga memiliki bentuk kaca yang berbeda, mirip seperti pada KRL JR 203 (disebabkan karena rangkaian tidak mengalami penggantian jendela saat mengalami mid-life refurbishment sewaktu masih berdinas di Tōkyō Metro).

Sedangkan set 6106F (kecuali kereta 6506), 07F (Hanya 6507 eks 6506), 11F, dan 15F memiliki jendela yang mirip dengan rangkaian Tōkyō Metro lainnya namun lebih kecil (seperti beberapa kereta pada rangkaian TM 7117F).

Set TM 6123F, 25F - 27F, 33F dan 34F memiliki jendela yang besar, seperti Tōkyō Metro 7121F, 22F ,23F.

Kereta 6506 dari set 6106F bertukar tempat dan bertukar plat nomor dengan kereta 6507 dari set 6107F, sehingga kereta 6506 sekarang memiliki plat nomor 6507 dan dirangkai dengan rangkaian 6107F. Sedangkan kereta 6507 memiliki plat nomor 6506 dan dirangkai dengan set 6106F.

Semua KRL Tokyo Metro 6000 bersistem kelistrikan Armature Chopper Control.

Berkas:7117LNA.jpg
KRL Tokyo Metro 7117F memasuki Stasiun Lenteng Agung.

KRL eks Tōkyō Metro 7000, (7117F, 21F, 22F, 23F) masing-masing dengan 10 kereta per set, namun hanya dioperasikan dengan 8 kereta per set.

Daftar rangkaian:

  1. 17F/7117F: 7117-7217-7317-7417-7517-7617-7917-7017(7717 dan 7817 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 01 (7117) sampai dengan K1 1 10 10 (7017).
  2. 21F/7121F: 7121-7221-7321-7421-7521-7621-7921-7021(7721 dan 7821 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 11 (7121) sampai dengan K1 1 10 20 (7021). Tidak beroperasi dan dirucat di Cikaum.
  3. 22F/7122F: 7122-7222-7322-7422-7522-7622-7922-7022(7722 dan 7822 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 21 (7122) sampai dengan K1 1 10 30 (7022).
  4. 23F/7123F: 7123-7223-7323-7423-7523-7623-7923-7023(7723 dan 7823 dilepas).Rangkaian ini memakai penomoran baru Kemenhub dengan nomor K1 1 10 31 (7123) sampai dengan K1 1 10 40 (7023).

Berkebalikan dengan KRL Tōkyō Metro 6000, rangkaian TM 7117F merupakan satu-satunya set TM 7000 yang memiliki bentuk persambungan lebar dan kaca tidak seragam. Ini disebabkan karena set 7117F adalah salah satu rangkaian yang aslinya hanya terdiri dari 5 kereta (7117, 7717, 7817, 7917 dan 7017), sedangkan 5 kereta lainnya adalah tambahan pada tahun 1983 saat Eidan Chikatetsu/Teito Rapid Transit Authority (TRTA, pendahulu Tokyo Metro) menstandarisasikan seluruh TM 7000 yang beroperasi dijalur Eidan Yurakucho Line adalah 10 kereta per set. Rangkaian yang awalnya 5 kereta tersebut adalah 7101F - 7120F (Diantaranya 7117F). Batch berikutnya 7121F - 7134F memiliki kaca yang seragam dan persambungan yang biasa. Bentuk kotak AC set 7117F sama dengan TM 6000 batch awal (6105F, 06F, 07F, 11F - 13F dan 15F), sedangkan 7121F - 7123F bentuk kotak AC-nya sama dengan TM 6000 batch terakhir (6123F, 25F - 27F, 33F - 34F).

Saat ini set 7121F tidak dioperasikan kembali karena mengalami tabrakan dengan truk pengangkut bahan bakar di pintu perlintasan Pondok Betung, Jakarta Selatan pada tanggal 9 Desember 2013 [13]. Akibat kecelakaan tersebut, kereta KuHa 7121 (K1 1 10 11) mengalami kerusakan berat pada struktur badan kereta, yang sebagian besar terbuat dari bahan alumunium alloy. Bagian kabin masinis penyok dan meleleh akibat benturan dan kobaran api yang berasal dari truk pengangkut bahan bakar setelah kejadian.

KRL INKA

Berkas:KRLI.jpg
KRL-I Prajayana.

KRL-I Prajayana

KRL-I dibuat tahun 2001, sebagai hasil produk PT INKA yang merupakan pabrik kereta api nasional. Dengan alasan biaya pengadaan yang terlalu tinggi dan sering bermasalah, tidak banyak KRL-I yang digunakan. Pada masa pendesain, KRL ini disebut sebagai KRL Prajayana. KRL-I yang digunakan oleh PT KAI pada awalnya terdiri dari 2 set, masing-masing dengan 4 kereta per set. Kini, KRL-I dicat dengan striping biru. Saat ini KRL-I sudah tidak berdinas dan hanya dikandangkan di Balai Yasa Manggarai.

KRL i9000 KfW - Bombardier

Berkas:Kfwi9000 at jng.jpg
KRL KfW i9000 di Stasiun Depok.

KRL i9000 mulai diproduksi tahun 2010 dan telah diresmikan bersama kereta api Gajah Wong pada hari Rabu tanggal 24 Agustus 2011. KRL ini dibuat sebanyak 10 set, yang terdiri dari 4 kereta per set dengan penomoran baru (K3 1 11 xx). Saat ini 9 set sudah beroperasi dan 1 set dikembalikan ke PT INKA, Madiun untuk perbaikan karena kerusakan akibat tertimpa kabel listrik aliran atas. Istilah KfW berasal dari nama bank milik Pemerintah Jerman, yaitu "Kreditanstalt für Wiederaufbau".

Daftar rangkaian:

  1. TS1: K3 1 11 01 - K3 1 11 02 - K3 1 11 03 - K3 1 11 04
  2. TS2: K3 1 11 05 - K3 1 11 06 - K3 1 11 07 - K3 1 11 08
  3. TS3: K3 1 11 09 - K3 1 11 10 - K3 1 11 11 - K3 1 11 12
  4. TS4: K3 1 11 13 - K3 1 11 14 - K3 1 11 15 - K3 1 11 16
  5. TS5: K3 1 11 17 - K3 1 11 18 - K3 1 11 19 - K3 1 11 20
  6. TS6: K3 1 11 21 - K3 1 11 22 - K3 1 11 23 - K3 1 11 24
  7. TS7: K3 1 11 25 - K3 1 11 26 - K3 1 11 27 - K3 1 11 28
  8. TS8: K3 1 11 29 - K3 1 11 30 - K3 1 11 31 - K3 1 11 32
  9. TS9: K3 1 11 33 - K3 1 11 34 - K3 1 11 35 - K3 1 11 36
  10. TS10: K3 1 11 37 - K3 1 11 38 - K3 1 11 39 - K3 1 11 40

KRL ini dioperasikan dengan 8 kereta hasil dari penggabungan 2 rangkaian kereta, kecuali di rute feeder di mana KRL ini dioperasikan dengan 1 rangkaian saja.

KRL (repowering) Holec AC

KRL Holec AC di Stasiun Bogor.

KRL Holec AC adalah hasil modifikasi dan peremajaan dari KRL Holec non-AC yang beroperasi di Jabotabek. Modifikasi dilakukan di lingkungan PT INKA, pabrik yang juga membuat KRL Holec non AC medio 1994-2001.

Modifikasi meliputi penggantian material kursi, penggantian mesin KRL (dari Bombardier menjadi Woojin), kabin masinis, pemasangan GPS dan Train Monitoring System (TMS), serta pemasangan AC. [14] . Rangkaian ini telah beroperasi secara resmi pada tanggal 29 Maret 2014 dijalur Duri - Tangerang.

Meskipun tidak lagi menggunakan komponen dari BN/Holec dan Bombardier, KRL ini tetap disebut KRL Holec AC.

Saat ini seluruh set KRL Holec AC tidak ada yang kembali beroperasi dan masih berada di pabrik PT INKA, Madiun.

Susunan rangkaian

  1. TS1: K3 1 00 07 ex KL3-2000208 - K3 1 97 12 ex KL3-97233 - K3 1 97 06 ex KL3-97231 - K3 1 97 13 ex KL3-97234 - K3 1 97 37 ex KL3-97250 - K3 1 00 08 ex KL3-2000207 - K3 1 97 04 ex KL3-97229 - K3 1 97 09 ex KL3-97246
  2. TS2: K3 1 97 11 - K3 1 97 08 - K3 1 97 10 - K3 1 97 07 - K3 1 96 16 - K3 1 96 11 - K3 1 96 01 - K3 1 98 06
  3. TS3: K3 1 99 08 - K3 1 98 05 - K3 1 99 05 - K3 1 96 03 - K3 1 97 02 - K3 1 97 14 - K3 1 96 09 - K3 1 01 03

Insiden

  • 2 November 1993, KRL Ekonomi (KL-3) Rheostatik Stainless Steel bertabrakan dengan KRL Ekonomi Rheostatik Mild Steel di Ratujaya, Depok. Akibatnya, 17 orang tewas dan 2 kereta dari masing-masing rangkaian hancur dan tidak bisa dipakai lagi. Sementara 2 kereta sisa dari masing-masing rangkaian digabung menjadi satu rangkaian.
  • 4 Oktober 2012, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 435 (Bogor-Jakarta Kota) anjlok dan menabrak peron di Stasiun Cilebut, menyebabkan perjalanan kereta dari Jakarta hanya sampai Stasiun Bojong Gede. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL Tokyo Metro 05-007F dengan kereta yang anjlok adalah kereta ketiga bernomor MoHa 05-307.[15]
  • 9 Desember 2013, KRL Commuter Line dengan nomor perjalanan 1131 (Maja-Tanah Abang) menabrak truk tangki Pertamina hingga meledak dan terbakar. Rangkaian yang terlibat dalam insiden ini adalah KRL Tokyo Metro 7121F.[16]
  • 23 September 2015, pukul 15.25 WIB, terjadi kecelakaan yang melibatkan dua KRL JR 205 SF 10 (set 205-54F dan 205-123F) di Stasiun Juanda. Kondisi kedua kabin KRL JR 205 (KuHa 204 / 205) tersebut rusak berat. Kondisi kereta nomor 1-9 pada kedua rangkaian kereta tersebut juga mengalami kerusakan yang cukup berat, terutama di bagian persambungannya yang seluruhnya juga mengalami kerusakan berat dan remuk. 42 orang luka-luka akibat kecelakaan tersebut.[17][18] Kejadian ini mengakibatkan sang masinis KRL 1156, Gustian, terluka parah dan harus dirujuk ke Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto, Jakarta Pusat. Eva Chairunnisa, manager corporate communication PT KCJ, menuturkan bahwa cedera parah di kaki masinis Gustian mengakibatkan masinis tersebut belum bisa secepatnya meninggalkan RSPAD.[19]

Galeri

Lihat pula

Referensi

  1. ^ a b Elisa Valenta Sari (3 Februari 2015). "Jumlah Penumpang KRL 2014 Tembus Rekor 206 Juta Orang". CNN Indonesia. Diakses tanggal 20 September 2015. 
  2. ^ "Sejarah Kereta Rel Listrik". PT KAI Commuter Jabodetabek. Diakses tanggal 20 September 2015. 
  3. ^ Silvanus Alvin (16 Juni 2015). "3 Stasiun Baru Commuter Line Lintas Tangerang Mulai Dioperasikan". Liputan6.com. Diakses tanggal 20 September 2015. 
  4. ^ http://news.liputan6.com/read/632722/berlakukan-tarif-progresif-krl-commuter-pt-kai-merugi
  5. ^ http://www.merdeka.com/uang/mulai-1-april-2015-tarif-krl-jabodetabek-tergantung-jarak.html
  6. ^ a b Ketentuan Tiket KRL per 1 April 2015
  7. ^ http://nasional.kompas.com/read/2014/08/11/13275481/Tiket.Elektronik.Transjakarta.Bisa.Digunakan.untuk.KRL
  8. ^ Anak Bertinggi Badan Lebih dari 90 Cm Wajib Beli Tiket KRL
  9. ^ Majalah KA Edisi Juni 2014
  10. ^ Liputan 6: 5 Kecelakaan Maut di Rel Jabodetabek
  11. ^ http://news.detik.com/read/2014/03/05/101530/2515745/10/pt-kcj-operasikan-kereta-terpanjang-seri-205
  12. ^ Daftar rangkaian JR seri 205 (Bahasa Jepang)
  13. ^ http://news.detik.com/read/2013/12/09/114115/2436228/10/krl-vs-tangki-di-bintaro-picu-kebakaran-besar-lebih-10-damkar-dikerahkan
  14. ^ Majalah KA edisi Desember 2011
  15. ^ http://charleskkb.blogspot.com/2011/11/renungan-kecelakaan-ka-ratujaya-2.html
  16. ^ http://www.bbc.co.uk/indonesia/berita_indonesia/2013/12/131209_krlaccident.shtml Kereta Komuter tabrak Truk Tangki
  17. ^ MetroTVNews.com: KRL Tabrak KRL di Stasiun Juanda, Korban Berjatuhan
  18. ^ Tempo: Ini 42 Korban Luka Kecelakaan KRL di Stasiun Juanda
  19. ^ MetroTVNews.com: Humas KCJ: Masinis Gustian Luka Parah

Pranala luar