Lompat ke isi

Stasiun Tanjung Priok

Koordinat: 6°06′40″S 106°52′51″E / 6.1112083°S 106.8808472°E / -6.1112083; 106.8808472
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 Januari 2017 09.32 oleh Tashirnan (bicara | kontrib)
Stasiun Tanjung Priok

Berkas:Stasiun Tj.Priok.jpg
Stasiun Tanjung Priok
Lokasi
Koordinat6°06′40″S 106°52′51″E / 6.1112083°S 106.8808472°E / -6.1112083; 106.8808472
Ketinggian+1,5 m
Operator
Jumlah peron10 peron sisi
Jumlah jalur10
LayananKhusus untuk kereta api barang peti kemas dan KA Commuter Jabodetabek pink line.
Konstruksi
Jenis strukturAtas tanah
Informasi lain
Kode stasiun
Sejarah
Dibuka1914
Operasi layanan
Stasiun sebelumnya     Stasiun berikutnya
Terminus Templat:KRL Jabodetabek lines
  Layanan penghubung  
Stasiun sebelumnya   Transjakarta   Stasiun berikutnya
Terminus Koridor 10
Bersambung di: Tanjung Priok
Koridor 12
Bersambung di: Tanjung Priok
Terminus
Fasilitas dan teknis
FasilitasParkir 
Lokasi pada peta
Peta
Sunting kotak info
Sunting kotak info • L • B
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini

Stasiun Tanjung Priok adalah salah satu stasiun tua yang terletak di seberang Pelabuhan Tanjung Priok, Jakarta Utara. Memiliki langgam bangunan art deco, stasiun ini termasuk salah satu bangunan tua yang dijadikan cagar budaya DKI Jakarta.

Sejarah Stasiun Tanjung Priok

Stasiun Tanjung Priok pada tahun 1950-an

Keberadaan Stasiun Tanjung Priok tidak dapat dipisahkan dengan ramainya Pelabuhan Tanjung Priok yang merupakan pelabuhan kebanggan masa Hindia Belanda itu, dan bahkan berperan sebagai pintu gerbang kota Batavia serta Hindia Belanda. Stasiun ini pada dasarnya terbagi atas dua periode.

Periode pertama

Periode pertama adalah ketika stasiun ini terletak persis di atas dermaga Pelabuhan Tanjung Priok. Stasiun ini selesai dibangun oleh Departemen Pekerjaan Umum Hindia Belanda pada 1883 dan baru pada tahun 1885 diresmikan pembukaannya bersamaan dengan pembukaan Pelabuhan Tanjung Priok.[2]

Pengelolaan stasiun dan jalur kereta api Sunda Kelapa - Tanjung Priok diserahkan kepada jawatan kereta api negara, Staatsspoorwegen (SS). Sampai dengan tahun 1900, dalam sehari tidak kurang dari 40 perjalanan kereta api ulang-alik rute Tanjung Priok - Batavia SS dan NISM serta Tanjung Priok - Kemayoran.

Periode kedua

Sejak paruh akhir abad ke-19 hingga abad ke-20, aktivitas di pelabuhan Tanjung Priok kian meningkat, sehingga terjadi perluasan area pelabuhannya yang mengakibatkan stasiun Tanjung Priok digusur. Untuk menggantikannya, di tahun 1914 di sebelah Halte Sungai Lagoa dibangun stasiun baru yang lebih megah. Dalam pembangunan itu, SS menugaskan Ir. C.W. Koch sebagai arsitek utama.[2] Stasiun baru ini, dibuka untuk umum pada 6 April 1925 yang bertepatan dengan peluncuran pertama kereta listrik rute Priok - Meester Cornelis (Jatinegara).

Keseluruhan

Bandar pelabuhan yang dibangun pada 1877 pada masa Gubernur Jendral Johan Wilhelm van Lansberge yang berkuasa di Hindia Belanda pada tahun 1875-1881 itu semakin mengukuhkan perannya sebagai salah satu pelabuhan paling ramai di Asia setelah dibukanya Terusan Suez.

Stasiun Tanjung Priok menghubungkan Pelabuhan Tanjung Priok dengan Batavia yang berada di selatan. Alasan pembangunan ini karena pada masa lalu wilayah Tanjung Priok sebagian besar adalah hutan dan rawa-rawa yang berbahaya sehingga dibutuhkan sarana transportasi yang aman pada saat itu (kereta api). Pada akhir abad ke-19, pelabuhan Jakarta yang semula berada di daerah sekitar Pasar Ikan tidak lagi memadai, dan Belanda membangun fasilitas pelabuhan baru di Tanjung Priok.

Stasiun ini dibangun tepatnya pada tahun 1914 pada masa Gubernur Jendral A.F.W. Idenburg (1909-1916). Untuk menyelesaikan stasiun ini, diperlukan sekitar 1.700 tenaga kerja dan 130 di antaranya adalah pekerja berbangsa Eropa.

Bahkan sejak diselesaikannya stasiun ini, telah timbul protes mengenai "pemborosan" yang dilakukan dalam pembangunan stasiun ini. Dengan 8 peron, stasiun ini amatlah besar, dan nyaris sebesar Stasiun Jakarta Kota yang pada masa itu bernama Batavia Centrum. Sementara, kereta api-kereta api kapal yang menghubungkan kota-kota seperti Bandung dengan kapal-kapal Stoomvaart Maatschappij Nederland dan Koninklijke Rotterdamsche Lloyd langsung menuju ke dermaga pelabuhan dan tidak menggunakan stasiun ini. Stasiun ini terutama hanya digunakan untuk kereta rel listrik yang mulai digunakan di sekitar Batavia pada tahun 1925.[3]

Pada jaman Belanda, di stasiun ini juga tersedia ruang penginapan sementara bagi para penumpang yang akan menunggu kedatangan kapal laut untuk melanjutkan perjalanan. Kamar-kamar tersebut terletak di sayap kiri bangunan yang memang disediakan untuk penumpang.[2]

Stasiun ini, terbilang hanya 16 tahun mengalami kejayaan. Pembukaan Bandara Kemayoran yang melayani penerbangan umum sejak tahun 1940 mulai menjadi saingan berat bagi stasiun ini, karena banyak penumpang yang beralih ke moda transportasi udara dalam perjalanan mereka, dari dan ke Jawa menuju Batavia.[2] Hal ini juga ditunjang dengan jauhnya letak dari stasiun yang baru dari Pelabuhan Laut Tanjung Priok, walaupun pada masa itu, para penumpang dilayani dengan bus feeder rute pelabuhan - Stasiun Tanjung Priok pp.

Selain itu situasi Perang Dunia II yang meluas ke Hindia Belanda membuat perawatan stasiun menjadi terabaikan. Malah dalam masa pendudukan pemerintah militer Jepang, stasiun ini lebih diutamakan untuk kepentingan perang dan mengirim para romusha keluar Jawa.[2]

Stasiun kereta api di Jakarta
JICT (untuk Pelabuhan Tanjung Priok)
Jalan Tol Akses Tanjung Priok
Pasoso
Sungai Lagoa
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Tanjung Priuk Terminal Tanjung Priok
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Ancol
Jakarta Gudang
Jakarta Kota
Kampung Bandan
Jayakarta
Rajawali
Mangga Besar
Sawah Besar
Kemayoran
Juanda
Angke
Duri
Gambir Kereta Api Indonesia
Gondangdia
Tanah Abang
Cikini
Karet
Pasar Senen Kereta Api Indonesia Terminal Pasar Senen
Sudirman
Gang Sentiong
Mampang
Kramat
Terminal Manggarai Manggarai
Pondok Jati
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Grogol
Matraman
Pesing
Palmerah
Taman Kota
Kebayoran
Bojong Indah
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
ke Serpong
Rawa Buaya
Jatinegara Kereta Api Indonesia
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Kalideres
Cipinang
ke Tangerang
Klender
Depo KRL Bukit Duri
Buaran
Tebet
Klender Baru
Cawang
Cakung
Jalan Tol Lingkar Dalam Jakarta
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Duren Kalibata
ke Cikarang
Pasar Minggu Baru
Pasar Minggu Terminal Pasar Minggu
Jalan Tol Lingkar Luar Jakarta
Tanjung Barat
Lenteng Agung
Univ. Pancasila
ke Bogor/Nambo


Keadaan terkini

Emplasemen Stasiun Tanjung Priok, dengan lokomotif BB 306 08 yang sedang dipanaskan
Lobby dan loket karcis
Sudut kanan depan stasiun

Menjelang awal abad ke-21, kondisinya sempat tidak terawat. Meskipun demikian, stasiun peninggalan pemerintah Hindia Belanda ini nampaknya seakan tidak peduli dengan perubahan suasana di sekitarnya. Seakan tidak peduli dengan teriknya hawa dipinggir pantai Tanjung Priok, kerasnya kehidupan pelabuhan dan hilir mudiknya kendaraan besar seperti kontainer bahkan semrawutnya terminal bus di depannya.

Tetapi kita masih dapat membayangkan betapa artistiknya seni perpaduan antara gaya neo klasik dengan gaya kontemporer. Tak aneh jika bangunan ini pernah berjaya, sebagai salah satu stasiun kebanggaan warga Batavia di era akhir abad ke-18.

Semakin masuk ke dalam bangunan stasiun itu, kondisi bangunan yang memprihatinkan itu semakin terkuak. Atap bangunan yang menjadi saksi perkembangan kota Jakarta ini sudah terlepas di sana-sini. Kaca-kaca dan kerangka atap bangunan sudah mulai lekang dimakan usia. Areal peron sebagian sudah tidak terawat bahkan di sisi barat sudah dipenuhi oleh para tunawisma dan tunawicara

Kemunduran fisik stasiun itu bermula ketika stasiun itu tidak berfungsi lagi sebagai stasiun penumpang pada awal Januari 2000. Pengebirian fungsi itu membuat pemasukan dana dari tiket peron semakin berkurang. Inilah yang menyebabkan PT Kereta Api (Persero) menyewakan ruangan yang ada di depan bangunan stasiun. Maka bagian depan stasiun pun terisi pemandangan kantor-kantor jasa seperti penjualan tiket kapal laut, pengiriman barang hingga jasa penukaran uang asing sebelum akhirnya PT Kereta Api Indonesia memutuskan membuka kembali stasiun Tanjung Priok sebagai stasiun penumpang pada tahun 2009.

Persiapan dilakukan pada bulan November-Desember 2008 dengan dilaksanakannya renovasi besar-besaran terhadap fisik bangunan stasiun. Selanjutnya, proyek diteruskan dengan rehabilitasi fasilitas rel serta pembangunan perangkat sinyal elektrik pada awal tahun 2009. Pada tanggal 28 Maret 2009, stasiun Tanjung Priok dapat kembali difungsikan dan diresmikan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.

Stasiun Tanjung Priok melayani kereta ekonomi jarak jauh dan lokal Purwakarta. Sebelumnya, KRL Ekonomi AC/Commuter Line rute Tanjung Priok - Bekasi sempat melintas stasiun ini. Mulai 1 November 2014 semua kereta api yang tadinya berangkat dari stasiun ini dipindahkan ke Stasiun Pasar Senen. Alasannya adalah, karena stasiun ini direncanakan akan dijadikan stasiun barang.[4]

Sejak 21 Desember 2015, stasiun ini kembali melayani KRL Jakarta Kota-Tanjungpriok setelah berapa tahun tidak aktif. Stasiun ini setiap hari melayani 6x perjalanan dari dan ke Stasiun Jakarta Kota.[5]

Selain melayani KRL dan KA barang, Stasiun Tanjung Priok juga dijadikan tempat parkir untuk kereta api Tawang Jaya dan Kertajaya.

Arsitektur

Walau bukan stasiun pusat, stasiun ini terbilang modern pada masanya, dikarenakan banyak mempergunakan material besi baja yang disusun melengkung melingkupi enam jalur rel di dalamnya. Penggunaan struktur bangunan besi, apalagi besi baja, pada masa awal abad ke-20 membuat stasiun ini tidak ketinggalan tren dengan stasiun-stasiun besar di Eropa pada saat itu. [2]

Jendela di stasiun ini terbentuk atas garis-garus yang terdiri dari lis profil atap yang horizontal serta lubang-lubang pada cornice berupa ballustrade atapnya, garis-garis vertikal kolom-kolom, dan lekukan pada dinding menyerupai jendela selain jendela-jendela sesungguhnya yang berjalusi kayu.[2]

Kaca patri dan ornamen profil keramik, tampak menghiasi dinding stasiun. Dengan hiasan itu, maka stasiun tampak megah dan diperkuat dengan kolom-kolom besar dan kokoh pada beranda utama yang didukung dengan tangga di sepanjang bangunan.[2]

Angkutan umum yang terhubung

  • Mikrolet M14 Tanjung Priok-Cilincing
  • Mikrolet M15 Tanjung Priok-Kota via Kampung Bandan
  • Mikrolet M15A Tanjung Priok-Kota via Mangga Dua
  • Mikrolet M30A Tanjung Priok-Pulo Gadung
  • KWK U01 Tanjung Priok-Cakung Cilincing
  • KWK U03A Tanjung Priok-Sukapura
  • KWK U05 Tanjung Priok-Bulak Turi
  • KWK U06 Tanjung Priok-Walang Baru
  • KWK U07 Tanjung Priok-IGI
  • KWK U08 Tanjung Priok-Rorotan
  • KWK U09 Tanjung Priok-Cilincing
  • Metromini T41 Tanjung Priok-Pulo Gadung
  • Metromini U23 Tanjung Priok-Marunda
  • Metromini U24 Tanjung Priok-Senen
  • DAMRI Tanjung Priok-Bandara
  • Jasa Utama 125 Tanjung Priok-Blok M (via Gunung Sahari - Ps. Baru - Thamrin - Sudirman - Polda)
  • Jasa Utama 159 Tanjung Priok-Grogol (via Gunung Sahari - Mangga Besar - Sawah Besar - Roxi)
  • PPD 43 Tanjung Priok-Cililitan
  • Mayasari Bakti AC07 Tanjung Priok-Kampung Rambutan (via Podomoro - Ps. Rebo)
  • Mayasari Bakti AC25 Tanjung Priok-Bekasi (via Podomoro - Pekayon)
  • Mayasari Bakti AC42 Tanjung Priok-Cileungsi (via Podomoro - Cibubur)
  • Mayasari Bakti AC49 Tanjung Priok-Blok M (via Sungai Bambu - Tol - Polda - Grogol - Slipi)
  • Mayasari Bakti AC82 Tanjung Priok-Depok (via Podomoro - Cempaka Mas - Tol TB Simatupang - Lt. Agung)
  • Mayasari Bakti AC135 Tanjung Priok-Ciputat (via Podomoro - Cempaka Mas - Rawamangun - Tol TB Simatupang - Cilandak - Lebak Bulus)
  • Mayasari Bakti P14 Tanjung Priok-Tanah Abang (via Senen - Kebon Sirih)
  • Mayasari Bakti R51 Tanjung Priok-Pulo Gadung (via Podomoro - Cempaka Mas - K. Gading)
  • Maya Raya Tanjung Priok-Cikarang (via Podomoro - Cibitung)
  • Transjakarta Koridor 10 Tanjung Priok-PGC 2
  • Transjakarta Koridor 12 Tanjung Priok-Pluit
  • APTB Tanjung Priok-Ciawi (via Koridor 10 - UKI - Tol Jagorawi)

Lintas

Galat Lua: unknown error. Galat Lua: unknown error. Galat Lua: unknown error.

Referensi

  1. ^ Buku Informasi Direktorat Jenderal Perkeretaapian 2014 (PDF). Jakarta: Direktorat Jenderal Perkeretaapian, Kementerian Perhubungan Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 1 Januari 2020. 
  2. ^ a b c d e f g h Murti Hariyadi, Ibnu (2016). Arsitektur Bangunan Stasiun Kereta Api di Indonesia. Jakarta: PT. Kereta Api Indonesia (Persero). hlm. 15 – 24. ISBN 978-602-18839-3-8. 
  3. ^ "Majalah KA", Majalah KA, Agustus 2014 
  4. ^ Rachman, Taufik (13 November 2014), Stasiun Tanjung Priok Fokus Kereta Barang "Stasiun Tanjung Priok Fokus Kereta Barang" Periksa nilai |url= (bantuan), Republika 
  5. ^ Agustinus, Michael (21 Desember 2015), KRL Kota-Tanjung Priok 'Hidup Lagi' "KRL Kota-Tanjung Priok 'Hidup Lagi'" Periksa nilai |url= (bantuan), Detik Dot Com 

6°06′40″S 106°52′51″E / 6.1112083°S 106.8808472°E / -6.1112083; 106.8808472