Bahasa Gorontalo
Bahasa Gorontalo (juga disebut Silita Hulontalo atau Mohulontalo) adalah salah satu bahasa daerah di Indonesia yang digunakan oleh suku Gorontalo yang tersebar di Semenanjung Utara Sulawesi, utamanya di wilayah Provinsi Gorontalo, serta di wilayah Provinsi Sulawesi Utara dan Sulawesi Tengah. Adapun jumlah penutur Bahasa Gorontalo diperkirakan mencapai lebih dari 1.000.000 jiwa pada tahun 2015.[4]
Penggolongan
Bahasa Gorontalo termasuk dalam kelompok bahasa Gorontalik,[5] yang merupakan bagian dari rumpun bahasa Gorontalo-Mongondow,[6] cabang dari rumpun bahasa Melayu-Polinesia,[7] cabang dari rumpun bahasa Austronesia.[8] Bahasa-bahasa yang memiliki kekerabatan dengan bahasa Gorontalo adalah bahasa Suwawa, bahasa Bolango, bahasa Buol, bahasa Bintauna, bahasa Kaidipang, dan bahasa Lolak.
Karakteristik
Bahasa Gorontalo memiliki karakteristik yang unik dan terkesan mudah untuk dipelajari. Terdapat dua karakteristik utama dalam bahasa daerah ini, yaitu ragam dialek dan ciri khas huruf terakhir dari setiap kata.
Dialek
Bahasa Gorontalo terbagi menjadi beberapa dialek, dilihat dari letak geografisnya:
- Dialek Gorontalo Timur,
- Dialek Gorontalo Kota,
- Dialek Limboto,
- Dialek Tilamuta,
- Dialek Suwawa, dan
- Dialek Gorontalo Barat.
Ciri Khas
Salah satu ciri khas yang paling menjol dalam Bahasa Gorontalo adalah penggunaan huruf vokal pada setiap huruf terakhir sebuah kata. Contohnya rasipede (sepeda), na'ale (sandal), tuluhu (tidur).
Literatur
Penduduk asli yang mendiami wilayah Semenanjung Gorontalo pada dasarnya mengenal berbagai macam sastra lisan seperti tanggomo, tuja'i, leningo, taleningo, tinilo yang hanya dipertuturkan dan dihafal oleh para pelaku sehingga jarang ditemui naskah tertulisnya. Setelah kedatangan penyebar agama islam dan penjajah Belanda, barulah dikenal berbagai bentuk karya tulis sebagai media ekspresi masyarakat Gorontalo.
Salah satu manuskrip tua dalam bahasa Gorontalo yang ditemukan berjudul Utiya tilingolowa lo pilu lo tau lota ohu-uwo lo pilu boito.[9] Di bawah judul buku ini tertulis poliama 1870 yang merupakan tahun penulisan manuskrip. Kata poliama adalah merujuk pada ilmu astronomi kuno masyarakat Gorontalo yang didasarkan pada pergerakan posisi benda-benda langit yang dipraktikkan jika hendak bercocok tanam, membuat rumah baru, pindahan, perkawinan dan lain sebagainya. Manuskrip ini ditulis oleh Johan Gerhard Frederich Riedel yang merupakan anak tertua penginjil J.F. Riedel dari Belanda.
Buku lainnya mengenai bahasa Gorontalo yang berusia cukup tua ditulis oleh Wilhelm Joest, seorang pengelana dunia dan ahli etnografi dari Jerman. Buku ini berjudul Das Holontalo: Glossar und grammatische Skizze ; ein Beitrag zur Kenntniss der Sprachen von Celebes, dicetak di Berlin tahun 1883.
Fonologi
lab | alv. | pal. | vel. | glot. | ||
---|---|---|---|---|---|---|
nasal | m | n | ɲ | ŋ | ||
plosive | p b | t d | d̠ | c ɟ | k ɡ | ʔ |
implosive | ɓ | ɗ | ||||
sonorant | w | l r | j | h |
Tokoh bahasa Gorontalo
Ada beberapa nama tokoh yang berperan dalam pelestarian bahasa Gorontalo, diantaranya adalah:
Manuli[10]
Beliau adalah seorang penutur Tanggomo[11], sastra lisan bahasa Gorontalo. Kelebihan Manuli adalah, dia sanggup menghafal ribuan syair tanggomo dan mampu membuat syair baru seketika berdasarkan peristiwa atau kejadian yang baru dilihatnya.[12]
Syair tanggomo yang diciptakannya dilantunkan di pasar-pasar tradisional Gorontalo saat dia berjualan, yang tentu saja menarik perhatian orang banyak dan turut melariskan dagangannya. Syair-syair tanggomo yang dibawakannya cukup banyak yang direkam dan disimpan sebagai arsip digital pada Radio Republik Indonesia, Gorontalo.
Beliau adalah seorang pengajar yang menjadi dosen di Universitas Negeri Gorontalo. Banyak buku-buku yang dihasilkannya, yang paling dikenal publik adalah Kamus Bahasa Gorontalo-Indonesia, Kamus Bahasa Indonesia-Gorontalo. Pateda juga terlibat dalam penyusunan Al-Qur’an terjemahan ke dalam bahasa Gorontalo yang dikerjakan bersama tim.
Beliau dianugerahi gelar adat Taa Lopoolamahe Popoli, yang artinya Putra Terbaik Pelestari Budaya Gorontalo.
Jusuf Sjarif Badudu[15]
Beliau adalah seorang pakar bahasa Indonesia. Ia juga adalah Guru Besar Linguistika pada Universitas Padjadjaran dan dikenal luas di masyarakat sebagai pembawa acara Pembinaan Bahasa Indonesia 1974-1979 di TVRI.
Perhatiannya tehadap bahasa Gorontalo cukup besar yang dibuktikan dengan bukunya “Morfologi Bahasa Gorontalo”. Atas jasanya tersebut, Dewan Adat Gorontalo memberikan gelar adat Taa O Ilomata To Wulito.[16]
Referensi
- ^ http://www.ethnologue.com/18/language/gor/.
- ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Gorontalo". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History.
- ^ "Bahasa Gorontalo". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue.
- ^ Putrohari, R. D., dkk. (2015). "Diaspora Melanesia di Nusantara". Direktorat Sejarah dan Nilai Budaya, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Halaman: 191-192. ISBN : 978-602-1289-19-8
- ^ "Gorontalic". Ethnologue. Diakses tanggal 07 Februari 2019.
- ^ "Gorontalo-Mongondow". Ethnologue. Diakses tanggal 07 Februari 2019.
- ^ "Malayo-Polynesian". Ethnologue. Diakses tanggal 07 Februari 2019.
- ^ "Austronesian". Ethnologue. Diakses tanggal 07 Februari 2019.
- ^ "Utio tilingolowa lo pilu lo tau lota ohu-uwo lo pilu boiti, ilimoio li JGF Riedel". Perpustakaan Nasional RI. Diakses tanggal 08 Februari 2019.
- ^ ""Tanggomo" Sastra Lisan Budaya Gorontalo". RRI. 26 Januari 2017. Diakses tanggal 07 Februari 2019.
- ^ "Mengembalikan Keeksistensian Tanggomo Sebagai Warisan Sastra Gorontalo". 17 Februari 2018. Diakses tanggal 07 Februari 2019.
- ^ "Tanggomo, Salah Satu Ragam Sastra Lisan Gorontalo(pdf)". Kemendikbud. Diakses tanggal 07 Februari 2019.
- ^ "Prof. Mansoer Pateda Penyusun Kamus Bahasa Gorontalo Berpulang". Antara. 05 September 2010. Diakses tanggal 07 Februari 2019.
- ^ "Warisan Akademik Prof. Mansoer Pateda". Academia. 2016.
- ^ S, Deddy (13 Maret 2016). "Pakar Bahasa Indonesia J. S. Badudu Meninggal Dunia". CNN Indonesia. Diakses tanggal 07 Februari 2019.
- ^ Herdiana, Imam (24 April 2016). "Dewan Adat Gorontalo beri gelar kehormatan pada almarhum JS Badudu". Merdeka.com. Diakses tanggal 07 Februari 2019.