Lompat ke isi

Botani

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 29 November 2020 04.39 oleh Supardisahabu (bicara | kontrib) (menambah referensi)
Pohon Jenderal Sherman yang merupakan pohon terbesar di dunia

Botani atau ilmu tumbuh-tumbuhan adalah ilmu yang mempelajari tentang tumbuh-tumbuhan, jamur, dan alga, dengan mikologi dan fikologi yang berada di dalam cabang ilmu botani. Dengan demikian, dalam botani dipelajari semua disiplin ilmu biologi, seperti genetika, pertumbuhan, reproduksi, metabolisme, perkembangan, interaksi dengan komponen biotik dan komponen abiotik, serta evolusi yang berhubungan dengan tumbuhan.[1] Istilah botani berasal dari Bahasa Yunani Kuno, βοτάνη (botane), yang berarti rerumputan atau padang penggembalaan.[2][3]:134[4] Saat ini botani mempelajari sekitar 400000 spesies organisme hidup di mana 260 ribu di antaranya adalah tumbuhan berpembuluh dan 248 ribu di antaranya adalah angiosperma.[5]:7[6]:2 Orang yang menekuni bidang botani disebut sebagai botanis atau ahli botani.

Sejarah

Botani berakar dari ilmu herbalisme, ilmu yang mempelajari pemanfaatan tumbuhan untuk khasiatnya secara medis.[7]:16 Terdapat berbagai catatan kuno yang mengklasifikasikan tumbuhan berdasarkan jenis dan manfaatnya di India (1100 SM), Avestan kuno, dan China (221 SM).[8]:7–29[9]:155[10]:117[8]:7–29[11]

Botani modern merujuk kepada kebudayaan di Yunani Kuno, terutama Theoprastus (sekirat 371–287 SM), seorang murid Aristoteles yang menemukan prinsip ilmu botani. Ia juga dikenal sebagai "Father of Botany".[12]:140–142 Karyanya, Enquiry into Plants dan On the Causes of Plants merupakan dua kontribusi utama bagi ilmu botani hingga Abad Pertengahan, hampir 17 abad setelah buku tersebut ditulis.[12]:140–142[13]:30

Karya lainnya dari Yunani Kuno adalah De Materia Medica yang memuat ilmu herbalisme, ditulis oleh Pedanius Dioscorides. Buku ini menjadi referensi selama lebih dari 1500 tahun.[14]:532 Kontribusi lainnya pada Jaman Keemasan Islam yaitu Nabatean Agriculture karya Ibn Wahshiyya, Book of Plants karya Abū Ḥanīfa Dīnawarī, dan The Classification of Soils karya Ibn Bassal. Di awal abad ke 13, Abu al-Abbas al-Nabati dan ibn al-Baitar menulis botani secara sistematis dan ilmiah.[15]:197[16]:93[17]:116

Di pertengahan abad ke 16, kebun raya dibangun di sejumlah perguruan tinggi di Italia. Orto botanico di Padova dipercaya merupakan kebun raya modern paling awal di dunia, yang mempraktikan nilai dari sebuah kebun, biasanya dikaitkan dengan keberadaan biara di mana tumbuhan dimanfaatkan untuk keperluan medis. Mereka memelihara kebun raya sebagai sebuah subjek akademik. Cara menumbuhkan tumbuhan dan manfaatnya dipraktikkan. Kebun raya lalu tersebar ke utara, diawali oleh Kebun Raya Universitas Oxford yang dibangun tahun 1621. Hingga periode ini, botani masih menjadi bagian dari ilmu kedokteran.[18]

Ilmuwan Jerman Leonhart Fuchs (1501–1566) bersama dengan Otto Brunfels (1489–1534) dan Hieronymus Bock (1498–1554) mempelajari botani secara original tanpa meniru pendahulunya. Bahkan Bock membuat sistem klasifikasi tumbuhan sendiri.[19][20]:157

Ilustrasi sel gabus dari buku karangan Robert Hooke, Micrographia, 1665

Ilmuwan Valerius Cordus (1515–1544) mengarang buku Historia Plantarum di 1544 mengenai tumbuhan yang penting secara botani dan farmakologi, juga buku Dispensatorium di 1546.[21] Pada tahun 1665, dengan menggunakan mikroskop pertama, Robert Hooke menemukan sel, sebuah istilah yang merujuk kepada struktur gabus yang ia lihat di bawah mikroskop. Tak lama setelah itu, ia melihat jaringan tumbuhan yang hidup.[22]

Ruang lingkup dan peran botani

Seperti bentuk-bentuk kehidupan lain dalam biologi, tumbuhan hidup dapat dipelajari dari perspektif yang berbeda, dari tingkat molekul, genetika dan biokimia melalui organel, sel, jaringan, organ, individu, populasi tumbuhan, dan komunitas tumbuhan. Pada setiap tingkat ini seorang ahli botani mungkin bergerak di bidang yang terkait dengan klasifikasi (taksonomi), struktur (anatomi dan morfologi), atau fungsi (fisiologi) dari kehidupan tumbuh-tumbuhan.[23]

Botani juga tidak hanya mempelajari kelompok dari Kerajaan Tumbuhan saja tetapi juga mempelajari jamur (mikologi), bakteri (bakteriologi), lumut kerak (likenologi), alga (fikologi).[24]

Penelitian tumbuhan sangat penting karena tumbuhan adalah bagian mendasar dari kehidupan di Bumi, yang menghasilkan oksigen, makanan, serat, bahan bakar, dan obat-obatan yang memungkinkan manusia dan bentuk kehidupan lainnya ada. Melalui fotosintesis, tumbuhan menyerap karbon dioksida,[25]:186–187 sebuah gas rumah kaca yang dalam jumlah besar dapat mempengaruhi iklim global. Selain itu, tumbuhan dapat mencegah erosi tanah dan berpengaruh dalam siklus air.[26] Sebuah pemahaman yang baik tentang tumbuhan sangat penting bagi masa depan masyarakat manusia karena memungkinkan kita untuk:

  • Memproduksi makanan untuk memberi makan populasi yang berkembang
  • Memahami proses-proses kehidupan yang mendasar
  • Memproduksi obat-obatan dan bahan untuk mengobati penyakit-penyakit
  • Memahami perubahan lingkungan dengan lebih jelas

Nutrisi manusia

Hampir semua makanan yang dimakan berasal dari tanaman, baik secara langsung dari makanan pokok dan buah lainnya dan sayuran, atau tidak langsung melalui ternak atau hewan lain, yang mengandalkan tanaman untuk gizi mereka.[23] Tanaman adalah basis fundamental hampir semua rantai makanan karena mereka menggunakan energi dari matahari dan nutrisi dari tanah dan atmosfer dan mengubahnya menjadi bentuk yang dapat dikonsumsi dan dimanfaatkan oleh hewan. Ini adalah ilmu ekologi disebut tingkat trofik pertama.[27]:534-553 Semua tumbuhan yang dibudidayakan merupakan hasil pemuliaan yang berlangsung sejak Jaman Neolitikum.[28]:20-22

Ahli botani, khususnya agronomi. juga mempelajari bagaimana tanaman menghasilkan makanan untuk populasi manusia dan bagaimana untuk meningkatkan hasil. Pekerjaan mereka adalah penting dalam kemampuan manusia untuk memberi makan dunia dan memberikan ketahanan pangan untuk generasi mendatang, misalnya melalui pemuliaan tanaman.[29]

Ahli botani juga mempelajari gulma, tanaman yang dianggap sebagai gangguan di lokasi tertentu. Gulma merupakan masalah yang cukup besar di bidang pertanian, dan botani memberikan beberapa ilmu dasar yang digunakan untuk memahami bagaimana untuk meminimalkan 'gulma' dampak di bidang pertanian dan ekosistem asli.[30]

Etnobotani adalah cabang studi botani yang mempelajari tentang hubungan antara tanaman dan manusia.[31]:440

Biokimia tumbuhan

Biokimia tumbuhan adalah sebuah studi mengenai proses kimia yang digunakan pada tumbuhan. Beberapa proses ini terjadi melalui metabolisme primer seperti siklus Calvin dan crassulacean acid metabolism.[32]:7-25 Lainnya membuat material khusus seperti selulosa dan lignin yang membangun struktur. Metabolisme sekunder menghasilkan produk seperti resin dan minyak atsiri.

Tumbuhan dan kelompok lainnya yang juga merupakan eukaryot fotosintetik (yaitu alga) memiliki organel yang unik yang disebut dengan kloroplas. Organel ini diperkirakan berasal dari cyanobacteria yang membentuk hubungan endosimbiotik dengan leluhur tumbuhan dan alga. Kloropas dan cyanobacteria sama-sama mengandung pigmen biru-hijau klorofil a.[25]:190-193 Klorofil jenis lain (klorofil b) juga terdapat pada alga hijau dan alga biru-hijau[33]:1-39[34]:2675-2685[35]:1101-1118 yang juga menyerap cahaya pada spektrum tertentu (biasanya spektrum biru-ungu dan jingga-merah) dan memantulkan cahaya hijau yang menjadi warna daun di mata manusia. Energi cahaya yang diserap digunakan untuk membuat senyawa karbon dari karbon dioksida dan air. Gliseraldehida 3-fosfat merupakan senyawa yang dihasilkan oleh fotosintesis yang kemudian disintesis menjadi glukosa dan senyawa organik lainnya. Sebagian glukosa diubah menjadi pati yang disimpan di kloroplas.[36]:1535–1556 Pati adalah bentuk yang umum dijadikan sebagai cadangan makanan pada sebagian besar tumbuhan dan alga. Tumbuhan dari famili Asteraceae menggunakan bentuk fruktosa inulin, sebagian mengubahnya menjadi sukrosa.

Sebagian besar asam lemak yang terkandung di dalam tubuh hewan juga berasal dari tumbuhan. Metabolisme tumbuhan juga mampu memproduksi asam lemak dan sebagian besar asam amino.[37]:1368–1380[38]:1700–1709[39]:11487–11492 Asam lemak bagi tumbuhan digunakan untuk membangun membran sel dan kutin yang menjadi penyusun utama kutikel tumbuhan yang melindungi tumbuhan dari kekeringan.[40]:83–108

Tumbuhan mensintesis sejumlah besar polimer yang unik seperti selulosa, pektin, dan xiloglukan untuk membentuk dinding sel.[41]:1–11[42]:23–34 Tumbuhan berpembuluh membuat lignin, sebuah polimer yang digunakan untuk memperkuat trakeid xylem sehingga tidak runtuh ketika dilalui oleh air dan mineral yang dihisapnya. Lignin juga membentuk dinding terluar dari tumbuhan berkayu. Sporopolenin adalah senyawa polimer yang melindungi spora dan polen tumbuhan.[43]:33-39 Dengan konsentrasi karbon dioksida di atmosfer yang saat ini lebih rendah dibandingkan awal keberadaan tanaman darat di zaman Ordovician dan Silurian, banyak tumbuhan berevolusi secara independen dengan mengembangkan jalur fotosintesis khusus fiksasi karbon C4 dan crassulacean acid metabolism untuk mengurangi loss akibat fotorespirasi yang umum terdapat pada tumbuhan dengan tipe fotosintesis fiksasi karbon C3.

Obat dan bahan

Penyadapan karet

Fitokimia merupakan cabang yang penting dalam ilmu botani yang mempelajari senyawa biokimia pada tumbuhan dan pemanfaatannya.[44] Beberapa dari senyawa ini memiliki manfaat bagi manusia, dan beberapa bersifat racun bagi hewan dan manusia. Banyak obat-obatan medis dan rekreasi, seperti tetrahydrocannabinol, kafeina, dan nikotin datang langsung dari kerajaan tumbuhan. Lainnya adalah senyawa kimia turunan sederhana dari produk alami botani, seperti aspirin yang berasal dari senyawa penghilang rasa sakit asam salisilat yang awalnya berasal dari kulit pohon dedalu.[45]:38-40 Mungkin ada banyak obat baru untuk penyakit yang disediakan oleh tumbuhan, menunggu untuk ditemukan. Stimulan populer seperti kopi, cokelat, tembakau, dan teh juga berasal dari tumbuhan. Minuman beralkohol sebagian besar berasal dari fermentasi hasil tumbuhan seperti barley (bir), beras (sake), dan anggur.[46] Dari ilmu fitokimia dapat diketahui berbagai macam hal seperti senyawa kimia antosianin yang berperan sebagai pigmen pada anggur merah dan senyawa capsaicin yang berperan dalam memberikan rasa pedas pada cabai.

Tanaman tertentu juga menyediakan banyak bahan-bahan alami, seperti katun, kayu, kertas, minyak sayur, beberapa jenis tali, dan karet. Selulosa merupakan sumber serat terbesar dari tumbuhan yang digunakan pada berbagai bidang seperti bahan bangunan hingga produksi bahan bakar bioetanol.[47] Produksi sutra tidak akan mungkin tanpa budi daya murbei. Tebu, gula bit dan tanaman lainnya yang mengandung gula dapat difermentasi atau tanaman dengan kandungan minyak seperti kelapa sawit dan jarak dapat diolah menjadi biodiesel dan digunakan sebagai pengganti bahan bakar minyak.[48]:52-53

Perubahan lingkungan

Tumbuhan juga dapat membantu manusia memahami perubahan pada lingkungan. Tumbuhan merespon perubahan iklim dan lingkungan dan mampu mempengaruhi fungsi dan produktivitas ekosistem. Ilmu dendrokronologi mempelajari cincin pertumbuhan pada penampang melintang kayu dan digunakan untuk memantau kondisi iklim sepanjang pertumbuhan pohon tersebut. Fosil tumbuhan yang terperangkap di lapisan sedimen dapat digunakan untuk memantau kondisi iklim hingga jutaan tahun yang lalu.[49] Kerapatan stomata yang ditemukan pada fosil daun tumbuhan darat purba dapat digunakan untuk memperkirakan konsentrasi karbon dioksida.[50] Perubahan iklim lainnya seperti penipisan ozon mampu menyebabkan paparan sinar ultra violet yang dapat mengurangi laju pertumbuhan.[51] Studi tumbuhan secara ekologi dan komunitas dapat digunakan untuk menentukan perubahan vegetasi, kerusakan habitat, hingga ancaman kepunahan.[23]

Subdisiplin botani

Referensi

  1. ^ "Mengenal Botani, Ilmu Tumbuhan Yang Komperhensif". Sains Dan Teknologi. Diakses tanggal 2020-11-29. 
  2. ^ Liddell, Henry George; Scott, Robert (1940). Botane (βοτάνη). Oxford: Clarendon Press via Perseus Digital Library, Tufts University. 
  3. ^ Gordh, Gordon; Headrick, D. H. (2001). A Dictionary of Entomology. Cambridge, MA: CABI Publishing. ISBN 978-0-85199-291-4. 
  4. ^ "Botany". Online Etymology Dictionary. 2012. Diakses tanggal February 24, 2012. 
  5. ^ Bold, H. C. (1977). The Plant Kingdom (edisi ke-4th). Englewood Cliffs, NJ: Prentice-Hall. ISBN 0-13-680389-X. 
  6. ^ Judd, W. S.; Campbell, C. S.; Kellogg, E. A.; Stevens, P. F.; Donoghue, M. J. (2002). Plant Systematics, a Phylogenetic Approach. Sunderland, MA: Sinauer Associates. ISBN 0-87893-403-0. 
  7. ^ Sumner, Judith (2000). The Natural History of Medicinal Plants. New York: Timber Press. ISBN 0-88192-483-0. 
  8. ^ a b Reed, Howard S. (1942). A Short History of the Plant Sciences. New York: Ronald Press. 
  9. ^ Oberlies, Thomas (1998). Die Religion des Rgveda (dalam bahasa German). Wien: Sammlung De Nobili. ISBN 978-3-900271-31-2. 
  10. ^ Iyer, Meena (2009). Faith & Philosophy of Zoroastrianism. Delhi, India: Kalpaz Publications. ISBN 978-81-7835-724-9. 
  11. ^ Needham, Joseph; Lu, Gwei-djen; Huang, Hsing-Tsung (1986). Science and Civilisation in China, Vol. 6 Part 1 Botany. Cambridge: Cambridge University Press. 
  12. ^ a b Greene, Edward Lee (1909). Landmarks of botanical history: a study of certain epochs in the development of the science of botany: part 1, Prior to 1562 A.D. Washington, D.C.: Smithsonian Institution. 
  13. ^ Bennett, Charles E.; Hammond, William A. (1902). The Characters of Theophrastus – Introduction. London: Longmans, Green, and Co. Diakses tanggal June 27, 2012. 
  14. ^ Mauseth, James D. (2003). Botany : An Introduction to Plant Biology (edisi ke-3rd). Sudbury, MA: Jones and Bartlett Learning. ISBN 0-7637-2134-4. 
  15. ^ Dallal, Ahmad (2010). Islam, Science, and the Challenge of History. New Haven, CT: Yale University Press. ISBN 978-0-300-15911-0. 
  16. ^ Panaino, Antonio (2002). Ideologies as Intercultural Phenomena: Proceedings of the Third Annual Symposium of the Assyrian and Babylonian Intellectual Heritage Project, Held in Chicago, USA, October 27–31, 2000. Bologna: Mimesis Edizioni. ISBN 978-88-8483-107-1. 
  17. ^ Levey, Martin (1973). Early Arabic Pharmacology: An Introduction Based on Ancient and Medieval Sources. Leiden: Brill Archive. ISBN 978-90-04-03796-0. 
  18. ^ Hill, Arthur W. (1915). "The History and Functions of Botanic Gardens". Annals of the Missouri Botanical Garden. 2 (1/2): 185–240. doi:10.2307/2990033. JSTOR 2990033. 
  19. ^ "Early Herbals – The German Fathers of Botany". National Museum of Wales. July 4, 2007. Diakses tanggal February 19, 2012. 
  20. ^ Yaniv, Zohara; Bachrach, Uriel (2005). Handbook of Medicinal Plants. Binghampton, NY: Haworth Press. ISBN 1-56022-994-2. 
  21. ^ Sprague, T. A. (1939). "The Herbal of Valerius Cordus". The Journal of the Linnean Society of London. Linnean Society of London. LII (341): 1. doi:10.1111/j.1095-8339.1939.tb01598.x. 
  22. ^ Waggoner, Ben (2001). "University of California Museum of Paleontology". University of California-Berkeley. Diakses tanggal February 27, 2012. 
  23. ^ a b c Ben-Menahem, Ari (2009). Historical Encyclopedia of Natural and Mathematical Sciences. 1. Berlin: Springer-Verlag. ISBN 3-540-68831-5. 
  24. ^ Braselton, J. P. (2013). "What is Plant Biology?". Ohio University. Diakses tanggal June 3, 2013. 
  25. ^ a b Campbell, Neil A.; Reece, Jane B.; Urry, Lisa Andrea; Cain, Michael L.; Wasserman, Steven Alexander; Minorsky, Peter V.; Jackson, Robert Bradley (2008). Biology (edisi ke-8). San Francisco: Pearson - Benjamin Cummings. ISBN 978-0-321-54325-7. 
  26. ^ Gust, Devens (1996). "Why Study Photosynthesis?". Arizona State University. Diakses tanggal February 26, 2012. 
  27. ^ Butz, Stephen D. (2007). Science of Earth Systems (edisi ke-2). Clifton Park, NY: Delmar Cengage Learning. ISBN 1-4180-4122-X. 
  28. ^ Zohary, Daniel; Hopf, Maria (2000). Domestication of Plants in the Old World (edisi ke-3rd). Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0-19-850356-9. 
  29. ^ Floros, John D.; Newsome, Rosetta; Fisher, William (2010). "Feeding the World Today and Tomorrow: The Importance of Food Science and Technology" (PDF). Institute of Food Technologists. Diakses tanggal 1 Maret 2012. 
  30. ^ Schoening, Steve (2005). "California Noxious and Invasive Weed Action Plan" (PDF). California Department of Food and Agriculture. Diakses tanggal 1 Maret 2012. 
  31. ^ Acharya, Deepak; Anshu, Shrivastava (2008). Indigenous Herbal Medicines: Tribal Formulations and Traditional Herbal Practices. Jaipur, India: Aavishkar Publishers. ISBN 81-7910-252-1. 
  32. ^ Lüttge, Ulrich (2006). "Photosynthetic Flexibility and Ecophysiological Plasticity: Questions and Lessons from Clusia, the Only CAM Tree, in the Neotropics". New Phytologist. Hoboken, NJ. 171 (1): 7–25. doi:10.1111/j.1469-8137.2006.01755.x. JSTOR 3694480. PMID 16771979. 
  33. ^ Kim, E.; Archibald, J. M. (2009). "Diversity and Evolution of Plastids and Their Genomes". Dalam Sandelius, Anna Stina; Aronsson, Henrik. The Chloroplast. Plant Cell Monographs. 13. doi:10.1007/978-3-540-68696-5_1. ISBN 978-3-540-68692-7. 
  34. ^ Howe, C. J.; Barbrook, A. C.; Nisbet, R. E. R; Lockhart, P. J.; Larkum, A. W. D. (2008). "The Origin of Plastids". Philosophical Transactions of the Royal Society B: Biological Sciences. 363 (1504): 2675–85. doi:10.1098/rstb.2008.0050. PMC 2606771alt=Dapat diakses gratis. PMID 18468982. 
  35. ^ Takaichi, Shinichi (June 2011). "Carotenoids in Algae: Distributions, Biosyntheses and Functions". Marine Drugs. 9 (12): 1101–1118. doi:10.3390/md9061101. PMC 3131562alt=Dapat diakses gratis. 
  36. ^ Lewis, Louise A.; McCourt, Richard M. (2004). "Green Algae and the Origin of Land Plants". American Journal of Botany. St. Louis, MO. 91 (10): 1535–56. doi:10.3732/ajb.91.10.1535. PMID 21652308. 
  37. ^ Padmanabhan, Meenu S.; Dinesh-Kumar, S. P. (2010). "All Hands on Deck—The Role of Chloroplasts, Endoplasmic Reticulum, and the Nucleus in Driving Plant Innate Immunity". Molecular Plant-Microbe Interactions. St. Paul, MN: The American Phytopathological Society. 23 (11): 1368–80. doi:10.1094/MPMI-05-10-0113. PMID 20923348. 
  38. ^ Schnurr, J. A.; Shockey, J. M.; De Boer, G. J.; Browse, J. A. (2002). "Fatty Acid Export from the Chloroplast. Molecular Characterization of a Major Plastidial Acyl-Coenzyme a Synthetase from Arabidopsis". Plant Physiology. 129 (4): 1700–9. doi:10.1104/pp.003251. PMC 166758alt=Dapat diakses gratis. PMID 12177483. 
  39. ^ Ferro, Myriam; Salvi, Daniel; Rivière-Rolland, Hélène; Vermat, Thierry; et al. (20 August 2002). "Integral Membrane Proteins of the Chloroplast Envelope: Identification and Subcellular Localization of New Transporters". Procedings of the National Academy of Sciences (of the USA). 99 (17): 11487. Bibcode:2002PNAS...9911487F. doi:10.1073/pnas.172390399. 
  40. ^ Kolattukudy, Pappachan E. (1996). "3". Dalam Kerstiens, G. Plant Cuticles. Environmental Plant Biology Series. Oxford: BIOS Scientific Publishers Ltd. ISBN 1-85996-130-4. 
  41. ^ Fry, S. C. (1989). "The Structure and Functions of Xyloglucan". Journal of Experimental Biology. Cambridge: The Company of Biologists. 40. 
  42. ^ Thompson, James E.; Fry, Stephen C. (2001). "Restructuring of Wall-bound Xyloglucan by Transglycosylation in Living Plant Cells". The Plant Journal. West Sussex, England: John Wiley & Sons. 26 (1): 23–34. doi:10.1046/j.1365-313x.2001.01005.x. PMID 11359607. 
  43. ^ Kenrick, Paul; Crane, Peter R. (September 1997). "The Origin and Early Evolution of Plants on Land". Nature. 389 (6646): 33. Bibcode:1997Natur.389...33K. doi:10.1038/37918. 
  44. ^ Benderoth, Markus; Textor, Susanne; Windsor, Aaron J.; Mitchell-Olds, Thomas; Gershenzon, Jonathan; Kroymann, Juergen (June 2006). "Positive Selection Driving Diversification in Plant Secondary Metabolism". Proceedings of the National Academy of Sciences of the United States of America. Washington, D.C. 103 (24): 9118–23. Bibcode:2006PNAS..103.9118B. doi:10.1073/pnas.0601738103. JSTOR 30051907. PMC 1482576alt=Dapat diakses gratis. PMID 16754868. 
  45. ^ Jeffreys, Diarmuid (2005). Aspirin : The Remarkable Story of a Wonder Drug. New York: Bloomsbury. ISBN 978-1-58234-600-7. 
  46. ^ "Herbal Medicine". University of Maryland Medical Center. Diakses tanggal March 2, 2012. 
  47. ^ Klemm, Dieter; Heublein, Brigitte; Fink, Hans-Peter; Bohn, Andreas (September 6, 2005). "Cellulose: Fascinating Biopolymer and Sustainable Raw Material". ChemInform. Hoboken, NJ: John Wiley & Sons. 36 (36). doi:10.1002/chin.200536238. 
  48. ^ Scharlemann, J. P. W.; Laurance, W. F. (2008). "How Green are Biofuels?". Science. American Association for the Advancement of Science. 319 (5859): 43–4. doi:10.1126/science.1153103. PMID 18174426. 
  49. ^ Bennett, K. D.; Willis, K. J. (2001). "Pollen". Dalam Smol, John P.; Birks, H. John B. Tracking Environmental Change Using Lake Sediments. 3: Terrestrial, Algal, and Siliceous Indicators. Dordrecht, Germany: Kluwer Academic Publishers. 
  50. ^ Beerling, D. J.; Osborne, C. P.; Chaloner, W. G. (2001). "Evolution of Leaf-form in Land Plants Linked to Atmospheric CO2 Decline in the Late Palaeozoic Era". Nature. 410 (6826): 352–4. doi:10.1038/35066546. PMID 11268207. 
  51. ^ Björn, L. O.; Callaghan, T. V.; Gehrke, C.; Johanson, U.; Sonesson, M. (November 1999). "Ozone Depletion, Ultraviolet Radiation and Plant Life". Chemosphere - Global Change Science. Philadelphia: Elsevier Ltd. 1 (4): 449. doi:10.1016/S1465-9972(99)00038-0. Diakses tanggal June 16, 2013. 

Lihat juga

Bahan bacaan terkait

Pranala luar