Lompat ke isi

Biogeografi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Revisi sejak 25 Desember 2020 06.56 oleh UcokMN (bicara | kontrib) (menambah teks dan referensi)

Biogeografi adalah cabang dari biologi yang mempelajari tentang keanekaragaman hayati berdasarkan ruang dan waktu. Cabang keilmuan ini bertujuan untuk mengungkapkan mengenai kehidupan suatu organisme dan apa yang mempengaruhinya.[1] Biogeografi mencakup analisis dan penjelasan mengenai pola distribusi dipadukan dengan pemahaman mengenai perubahan distribusi makhluk hidup dari masa lampau hingga saat ini.[2] Kajian utama dalam biogeografi membahas tentang sejarah perkembangan dari kelompok-kelompok organisme. Perkembangan yang diamati berhubungan dengan asal, penyebaran, dan hubungan antara penyebaran masa kini dalam menjelaskan sejarah masa lalu. Pemusatan bahasan biogeografi terletak pada interaksi organisme dengan lingkungan fisik dan interaksi antarorganisme. Biogeografi juga mempelajari hubungan yang mempengaruhi spesies dan takson yang ditemukan pada masa sekarang.[3] Biogeografi dibagi menjadi kawasan dan sub-kawasan dengan mengacu kepada tingkat intervensi manusia. Penanda kawasan dan sub-kawasan biogeografi yaitu sistem tanda yang menggunakan lambang huruf dan sistem desimal. Penanda ini berfungsi untuk menjelaskan suatu ekosistem dengan rumus yang singkat dan dipahami secara global.[4]

Ilmu tidak hanya mempertanyakan Spesies apa? dan Di mana?, tetapi ia juga mempertanyakan Mengapa? dan kadang-kadang Mengapa tidak?.[5]

Dalam biogeografi digunakan pendekatan sejarah dan faktor ekologi untuk mempelajari sebaran flora dan fauna di dunia. Pendekatan sejarah memandang biogeografi dari aspek perkembangan dan evolusi organisme, yang dipengaruhi oleh iklim, migrasi, perkembangan muka bumi di masa lampau, dan hubungan dengan lingkungan saat ini. Sudut pandang ekologi memandang biogeografi dari sudut hubungan antara organisme itu sendiri dengan lingkungan dan pengaruhnya.[6]

Pola penyebaran spesies pada tingkatan ini dapat dijelaskan melalui gabungan faktor-faktor keturunan seperti spesifikasi, kepunahan, pergeseran benua, glasiasi (yang berhubungan juga dengan tinggi dari permukaan laut, jalur sungai dan hal-hal terkait), serta penangkapan sungai (river capture) dan ketersediaan sumber daya alam.

Cabang biogeografi yang mempelajari persebaran dan distribusi tumbuhan disebut Fitogeografi. Sedangkan Zoogeografi mempelajari distribusi hewan.

Sejarah

Istilah penggunaan biogeografi diperkenalkan oleh ahli biologi yaitu MacArthur dan E.O. Wilson pada tahun 1960-an, yang merupakan satu bidang ilmu yang mengandung evolusi biologi yaitu perbincangan tentang biologi, ekologi, genetik, geografi, dan paleontologi, yang digunakan untuk mengetahui pembagian spesies. Biogeografi dikembangkan dan mulai dipopulerkan oleh ahli pengetahuan alam yang awal seperti Carl von Linne, Alexander von Humbolt, Edward Forbes, Joseph Hooker, Louis Agassiz, Alfred R. Wallace, dan Charles Darwin, yang pada asalnya mengklasifikasikan perbedaan aspek tumbuhan. Ahli biologi molekuler, mendefinisikan biogeografi sebagai pemberlajaran tentang garis keturunan gen, sedangkan ahli ekologi menganggap biogeografi adalah kajian tentang ekosistem dan persebaran geografikal. Biogeografi juga dikenal sebagai pembelajaran yang terkait dengan biosfer, yang mengandung tentang alam fisik disekitar, baik tanah, hewan dan tumbuhan.[2]

Persebaran Flora dan Fauna

Faktor-faktor yang Memengaruhi Persebaran Flora dan Fauna

Faktor penyebab persebaran

Faktor utama penyebab persebaran fauna di dunia adalah tekanan populasi, sehingga terjadi persaingan hebat yang memaksa hewan bermigrasi untuk mempertahankan hidup. Faktor lainnya adalah habitat baru yang memaksa hewan atau tumbuhan beradaptasi dengan lingkungan baru.[6]

Sarana persebaran

Persebaran flora dan fauna sangat dipengaruhi oleh media, sehingga mereka dapat berkembang dan menyebar. Media ini dapat berupa angin, udara, atau air. Misalnya, buah kapuk randu yang sudah tua akan terbang membawa butiran biji ke tempat lain dengan bantuan angin. Kelapa akan terbawa air atau arus laut hingga ke tempat lain yang relatif baru. Selain itu, manusia juga merupakan media utama dalam persebaran flora dan fauna. Contohnya tanaman kina yang bukan tanaman asli Indonesia, oleh penjajah dikembangkan di Indonesia dan ternyata cocok.[6]

Hambatan persebaran

Hambatan persebaran secara umum meliputi hambatan iklim, tanah, topografi dan biologis. Hambatan iklim terkait dengan kemampuan adaptasi makhluk hidup pada suhu udara, kelembapan udara, dan curah hujan. Hambatan tanah terkait dengan kesuburan tanah, hidrologi, dan aerasi tanah. Pola bentang alam tertentu dapat menjadi penghalang persebaran flora dan fauna. Hambatan biologis terkait dengan ketersediaan makanan dan persaingan antar makhluk hidup.[6]

Wilayah biogeografi dunia oleh Alfred R. Wallace

Persebaran Flora

Persebaran tumbuhan dipengaruhi oleh faktor letak topografinya yaitu ketinggiannya terhadap permukaan laut, faktor lainnya yaitu jenis tanah, ketersediaan air, iklim, cuaca, jenis hujan, aktivitas manusia, dan lain sebagainya. Persebaran tumbuhan di dunia dapat dibagi menjadi beberapa wilayah penyebaran sebagai berikut:[2]

  1. Wilayah Ethiopian, tersebar di benua Afrika, Selatan Saudi Arabia, Madagaskar, dan dari sebelah Selatan Gurun Sahara.
  2. Wilayah Palearktik, tersebar sangat luas yaitu hampir seluruh benua Eropa, Russia, daerah dekat Kutub Utara sampai Pegunungan Himalaya, Kepulauan Inggris di Eropa Barat sampai Jepang, Selat Bering di pantai Pasifik, dan benua Afrika paling Utara. Wilayah ini memiliki kondisi lingkungan yang bervariasi, dari perbedaan suhu, curah hujan, dan kondisi permukaan tanahnya. Hal tersebut menyebabkan beranekaragam tumbuhan di wilayah ini.
  3. Wilayah Nearktik, tersebar di kawasan Amerika Serikat, Amerika Utara dekat Kutub Utara dan Greenland. Tumbuhan yang khas di daerah ini meliputi tumbuhan yang dapat tumbuh pada daerah dingin, misalnya cemara yang biasa tumbuh di daerah bersalju.
  4. Wilayah Neotropikal. tersebar di kawasan Amerika Tengah, Amerika Selatan, dan sebagian besar Meksiko. Wilayah ini sebagian besar beriklim tropik dan bagian selatan beriklim sedang.
  5. Wilayah Oriental, tersebar di daerah Asia bagian Selatan Pegunungan Himalaya, India, Sri Lanka, Semenanjung Malaya, Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Filipina.
  6. Wilayah Australian, mencakup kawasan Australia, Selandia Baru, Papua, Maluku, pulau-pulau di sekitarnya, dan kepulauan di Samudera Pasifik.

Persebaran Fauna

Keberagaman hewan terjadi oleh karena faktor keadaan alam, rintangan yang dihadapi di alam dan pergerakan hewan di alam bebas. Persebaran hewan di dunia dibagi menjadi beberapa wilayah penyebaran, yaitu:[2]

  1. Kawasan Etiophia, meliputi Afrika sebelah selatan Gurun Sahara dan Madagaskar.
  2. Kawasan Oriental, meliputi India, Srilanka, Indocina, Malaysia, dan Indonesia bagian barat.
  3. Kawasan Neotropis, meliputi Amerika Selatan, dan Amerika Tengah, sebagian Meksiko dan Kepulauan Hindia Barat.
  4. Kawasan Australia, meliputi Australia, Selandia Baru, dan pulau di Indonesia bagian timur.
  5. Kawasan Palearktik, meliputi benua Eropa, Afrika Utara, Asia (sebelah utara Pegunungan Himalaya), Rusia, dan Laut Mediterania.
  6. Kawasan Nearktik, meliputi Amerika Utara dan Greenland.

Zona

Montana

Montana merupakan zona biogeografi yang ditandai dengan kelembaban relatif. Zona ini berada di dataran tinggi yang dingin di lereng bawah zona sub-alpin. Lingkup zona montana ditandai dengan kehadiran dedaunan hijau di bagian bawah dan pada ketinggian yang lebih tinggi terdapat jenis hutan konifera.[7]

Sub-alpin

Sub-alpin adalah zona biogeografi yang batasnya di bawah garis pohon. Zona sub-alpin ditemukan di atas pegunungan. Penanda zona sub-alpin adalah adanya jenis hutan dan pohon konifera.[8]

Lihat pula

Referensi

  1. ^ Martiny JBH et al. Microbial biogeography: putting microorganisms on the map Nature: Februari 2006 | VOLUME 4
  2. ^ a b c d Roziaty, Efri; Kusumadani, Annur Indra; Aryani, Ima (2017). Biologi Lingkungan. Surakarta: Muhammadiyah University Press. hlm. 48, 49, 50, 51, 52, 53. ISBN 978-602-361-096-9. 
  3. ^ Zid dan Hardi 2018, hlm. 3.
  4. ^ Dombois dan Ellenberg (2016). Ekologi Vegetasi: Tujuan dan Metode (PDF). Jakarta: LIPI Press. hlm. 190. ISBN 978-979-799-852-3. 
  5. ^ The song of Dodo: Island Biogeography in an age of extinctions by David Quammen 1996 Pub Scribner, New York ISBN 0-684-80083-7
  6. ^ a b c d Khosim, Amir; Lubis, Kun Marlina (2007). Geografi SMA/MA Kls XI (Diknas). Jakarta: Grasindo. hlm. 3, 4. ISBN 978-979-025-017-8. 
  7. ^ Aldrian dan Sucahyono S. 2013, hlm. 108.
  8. ^ Aldrian dan Sucahyono S. 2013, hlm. 145.

Daftar pustaka

  1. Aldrian, E., dan Sucahyono S., D. (2013). Kamus Istilah Perubahan Iklim. Jakarta: Pusat Penelitian dan Pengembangan, Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika. 
  2. Zid, M., dan Hardi, O. S. (2018). Biogeografi (PDF). Jakarta Timur: PT Bumi Aksara. ISBN 978-602-444-470-9. 

Pranala luar

Jurnal terkait