Kota Makassar
5°9′28.4″S 119°19′14.9″E / 5.157889°S 119.320806°E
Kota Makassar
Ujung Pandang ᨀᨚᨈ ᨆᨀᨔᨑ 𑻠𑻶𑻦 𑻥𑻠𑻰𑻭 | |
---|---|
Julukan:
| |
Motto: Sekali Layar Terkembang Pantang Biduk Surut Ke Pantai | |
Koordinat: 5°07′59″S 119°24′49″E / 5.1331°S 119.4136°E | |
Negara | Indonesia |
Provinsi | Sulawesi Selatan |
Tanggal berdiri | 4 Juli 1959[1] |
Dasar hukum | UU Nomor 29 Tahun 1959[1] |
Hari jadi | 9 November 1607 |
Jumlah satuan pemerintahan | Daftar
|
Pemerintahan | |
• Bupati | Ir. H. Mohammad Ramdhan Pomanto |
• Wakil Bupati | Hj. Ny. Fatmawati Rusdi, SE, MM |
Luas | |
• Total | 175,77 km2 (67,87 sq mi) |
Populasi | |
• Total | 1.508.154 |
• Kepadatan | 8.580/km2 (22,200/sq mi) |
Demografi | |
• Agama | Islam 82,36% Kristen 15,19% - Protestan 9,61% - Katolik 5,58% Buddha 1,42% Hindu 0,76% Konghucu 0,27%[3] |
• Bahasa | Makassar (Asli), Bugis, Melayu Makassar (Sehari-hari, Basantara), Toraja, Mandar Indonesia (Resmi) |
• IPM | 82,66 (2021) ( Sangat Tinggi )[4] |
Zona waktu | UTC+08:00 (WITA) |
Kode BPS | |
Kode area telepon | +62 411 |
Pelat kendaraan | DD xxxx A*/K*/Q* |
Kode Kemendagri | 73.71 |
Kode SNI 7657:2023 | MKS |
DAU | Rp 1.408.063.374.000,- (2020) |
Situs web | makassarkota.go.id |
Kota Makassar (Bahasa Makassar: 𑻠𑻶𑻦 𑻥𑻠𑻰𑻭, ᨀᨚᨈ ᨆᨀᨔᨑ, transliterasi: Kota Mangkasara; dari 1971 hingga 1999 secara resmi dikenal sebagai Ujungpandang atau Ujung Pandang)[1] adalah salah satu kota yang juga merupakan ibu kota provinsi Sulawesi Selatan. Makassar merupakan kota metropolitan terbesar keempat di Indonesia dan kawasan Indonesia Timur dan pada masa lalu pernah menjadi ibu kota Negara Indonesia Timur dan provinsi Sulawesi. Makassar terletak di pesisir barat daya Pulau Sulawesi dan berbatasan dengan Selat Makassar di sebelah barat, Kabupaten Kepulauan Pangkajene di sebelah utara, Kabupaten Maros di sebelah timur dan Kabupaten Gowa di sebelah selatan.
Menurut Bappenas, Makassar adalah salah satu dari empat pusat pertumbuhan utama di Indonesia, bersama dengan Medan, Jakarta, dan Surabaya.[5][6] Dengan memiliki wilayah seluas 175,77 km² dan jumlah penduduk lebih dari 1,5 juta jiwa, kota ini berada di urutan ketujuh kota terbesar di Indonesia setelah Jakarta, Surabaya, Bandung, Medan, Semarang dan Palembang.[7][8] Secara demografis, kota ini tergolong tipe multi etnik atau multi kultur dengan beragam suku bangsa yang menetap di dalamnya, di antaranya yang signifikan jumlahnya adalah Suku Makassar, Bugis, Toraja, Mandar, Buton, Jawa, dan Tionghoa. Makanan khas Makassar yang umum dijumpai di pelosok kota adalah Coto Makassar, Roti Maros, Jalangkote, Bassang, Kue Tori, Palubutung, Pisang Ijo, Sop Saudara dan Sop Konro.
Sejarah
Nama Makassar sudah disebutkan dalam pupuh 14/3 kitab Nagarakretagama karya Mpu Prapanca pada abad ke-14, sebagai salah satu daerah taklukkan Majapahit.[9] Walaupun demikian, Raja Gowa ke-9 Tumaparisi Kallonna (1510-1546) diperkirakan adalah tokoh pertama yang benar-benar mengembangkan kota Makassar.[10] Ia memindahkan pusat kerajaan dari pedalaman ke tepi pantai, mendirikan benteng di muara Sungai Jeneberang, serta mengangkat seorang syahbandar untuk mengatur perdagangan.[10]
Pada abad ke-16, Makassar menjadi pusat perdagangan yang dominan di Indonesia Timur, sekaligus menjadi salah satu kota terbesar di Asia Tenggara. Raja-raja Makassar menerapkan kebijakan perdagangan bebas yang ketat, di mana seluruh pengunjung ke Makassar berhak melakukan perniagaan di sana dan menolak upaya VOC (Belanda) untuk memperoleh hak monopoli di kota tersebut.
Selain itu, sikap yang toleran terhadap agama berarti bahwa meskipun Islam semakin menjadi agama yang utama di wilayah tersebut, pemeluk agama Kristen dan kepercayaan lainnya masih tetap dapat berdagang di Makassar. Hal ini menyebabkan Makassar menjadi pusat yang penting bagi orang-orang Melayu yang bekerja dalam perdagangan di Kepulauan Maluku dan juga menjadi markas yang penting bagi pedagang-pedagang dari Eropa dan Arab.Semua keistimewaan ini tidak terlepas dari kebijaksanaan Raja Gowa-Tallo yang memerintah saat itu (Sultan Alauddin, Raja Gowa, dan Sultan Awalul Islam, Raja Tallo).
Kontrol penguasa Makassar semakin menurun seiring semakin kuatnya pengaruh Belanda di wilayah tersebut dan menguatnya politik monopoli perdagangan rempah-rempah yang diterapkan Belanda melalui VOC. Pada tahun 1669, Belanda, bersama dengan La Tenri Tatta Arung Palakka dan beberapa kerajaan sekutu Belanda Melakukan penyerangan terhadap kerajaan Islam Gowa-Tallo yang mereka anggap sebagai Batu Penghalang terbesar untuk menguasai rempah-rempah di Indonesia timur. Setelah berperang habis-habisan mempertahankan kerajaan melawan beberapa koalisi kerajaan yang dipimpin oleh belanda, akhirnya Gowa-Tallo (Makassar) terdesak dan dengan terpaksa menanda tangani Perjanjian Bongaya.
Menurut catatan sejarah, cikal bakal lahirnya Kota Makassar berawal dari 1 April 1906. Saat itu pemerintah Hindia Belanda membentuk dewan pemerintahan Gemeentee di Kampung Baru, yang terletak di kawasan Pantai Losari dan Benteng Fort Rotterdam. Kawasan ini yang berkembang menjadi kota Makassar hingga kini disebut hari kebudayaan makassar, sebelumnya merupakan hari jadi Kotamadya Ujung Pandang.[11]
Kota ini dahulu bernama Ujung Pandang dipakai pada tahun 1971 sampai tahun 1999. Alasan untuk mengganti nama Makassar menjadi Ujung Pandang dengan alasan politik, antara lain karena Makassar adalah nama sebuah suku bangsa padahal tidak semua penduduk kota Makassar adalah anggota dari etnik Makassar.
Nama Kota Makassar diubah menjadi Ujung Pandang terjadi pada tanggal 1 September 1971, berdasarkan Peraturan Pemerintah No. 51 tahun 1971. Saat itu, Kota Makassar dimekarkan dari 21 kilometer persegi menjadi 115,87 Kilometer persegi, terdiri dari 11 wilayah kecamatan dan 62 lingkungan dengan penduduk sekitar 700 ribu jiwa.[12]
Ujung Pandang sebenarnya adalah nama lain dari Makassar, yang dipakai sekitar tahun 1958 sampai tahun 2000. Pergantian nama Makassar dengan Ujung Pandang ini dilatar belakangi oleh nama Makassar yang menjadi nama sebuah suku bangsa di Makassar.[13]
Nama Ujung Pandang sendiri adalah nama sebuah kampung di wilayah Kota Makassar. Ujung Pandang mulai dikenal pada masa pemerintahan Raja Gowa ke-X, Tunipalangga yang pada tahun 1545 mendirikan Benteng Ujung Pandang sebagai kelengkapan benteng-benteng kerajaan Gowa yang sudah ada sebelumnya.
Terjadinya Perang Dunia Kedua dan berdirinya RI mengubah wajah Makassar. Perginya sebagian besar warga asing di tahun 1949 dan nasionalisasi perusahaan asing di akhir tahun 1950-an, membuatnya kembali menjadi sebuah kota provinsi.
Pada tanggal 13 Oktober 1999, berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 86 Tahun 1999 nama Ujung Pandang dikembalikan menjadi Kota Makassar. Aturan ini sesuai dengan Undang-Undang Pemerintahan Daerah luas wilayah bertambah kurang lebih 4 mil kearah laut 10.000 Ha, menjadi 27.577 Ha.
Berawal dari proses reformasi yang terjadi sejak 21 Mei 1998, nama Makassar seolah kembali hidup untuk menggantikan Ujung Pandang. Barulah di penghujung masa jabatan Presiden BJ Habibie, nama Makassar kembali tanpa proses yang berbelit-belit.
Dalam konsideran Peraturan Pemerintah No. 86 Tahun 1999, di antaranya menyebutkan bahwa perubahan itu wujud keinginan masyarakat Ujung Pandang dengan mendapat dukungan DPRD Ujung Pandang dan perubahan ini sejalan dengan pasal 5 ayat (3) Undang-Undang RI Nomor 22 tahun 1999, bahwa perubahan nama daerah, ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Geografi
Makassar adalah Ibu Kota Provinsi Sulawesi Selatan, yang terletak di bagian Selatan Pulau Sulawesi yang dahulu disebut Ujung Pandang, terletak antara 119º24’17’38” Bujur Timur dan 5º8’6’19” Lintang Selatan yang berbatasan sebelah Utara dengan Kabupaten Maros, sebelah Timur Kabupaten Maros, sebelah selatan Kabupaten Gowa dan sebelah Barat adalah Selat Makassar. Kota Makassar memiliki topografi dengan kemiringan lahan 0-2°(datar) dan kemiringan lahan 3-15° (bergelombang). Luas Wilayah Kota Makassar tercatat 175,77 km persegi.
Kota Makassar adalah kota yang terletak dekat dengan pantai yang membentang sepanjang koridor barat dan utara dan juga dikenal sebagai “Waterfront City” yang di dalamnya mengalir beberapa sungai seperti Sungai Tallo, Sungai Jeneberang, dan Sungai Pampang) yang kesemuanya bermuara ke dalam kota. Kota Makassar merupakan hamparan daratan rendah yang berada pada ketinggian antara 0-25 meter dari permukaan laut.[14]
Batas wilayah
Secara administratif, batas wilayah Kota Makassar adalah sebagai berikut:
Utara | Kabupaten Maros |
Timur | Kabupaten Maros dan Kabupaten Gowa |
Selatan | Kabupaten Gowa dan Kabupaten Takalar |
Barat | Selat Makassar |
Letak Kota Makassar adalah di bagian selatan dari Pulau Sulawesi. Perkembangan wilayah Kota Makassar dimulai di sepanjang pesisir pantai yang berada di antara dua sungai besar, yaitu sungai Jeneberang dan sungai Tallo. Perbatasan Makassar bagian utara merupakan pedalaman yang didiami suku Bugis sedangkan perbatasan selatan didiami oleh suku Makassar. Perkembangan kota Makassar sebagai kota perdagangan dan kota pelabuhan ditunjang oleh wilayah utara. Wilayah pedalaman membawa komoditas sumber daya alam ke Makassar untuk dijual ke pasar. Bagian barat dari kota Makassar adalah selat Makassar dan terdapat sejumlah pulau kecil. Pulau-pulau ini digunakan sebagai penunjang perkembangan kota, yakni sebagai pelindung dan memenuhi kebutuhan kota Makassar. Keberadaan pulau-pulau kecil digunakan sebagai pencegah gangguan badai dan ombak yang mengganggu perahu atau kapal-kapal yang melakukan perdagangan di pelabuhan Makassar. Masyarakat kota Makassar di pulau-pulau kecil ini sebagian besar dihuni oleh orang-orang suku Makassar yang mata pencahariannya berhubungan dengan laut.[15]
Iklim
Kota Makassar memiliki kondisi iklim tropis yang bertipe iklim tropis muson (Am), hal tersebut ditandai dengan kontrasnya jumlah rata-rata curah hujan di musim penghujan dan musim kemarau. Musim hujan biasanya berlangsung sejak bulan November hingga bulan Maret dan musim kemarau berlangsung dari bulan Mei hingga bulan September. Wilayah Kota Makassar memiliki suhu udara rata-rata berkisar antara 26,°C sampai dengan 29 °C. Rata-rata curah hujan per tahun di wilayah ini berkisar antara 2700–3200 milimeter.
Data iklim Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia | |||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Bulan | Jan | Feb | Mar | Apr | Mei | Jun | Jul | Agt | Sep | Okt | Nov | Des | Tahun |
Rekor tertinggi °C (°F) | 37 (99) |
32 (90) |
36 (97) |
38 (100) |
41 (106) |
42 (108) |
39 (102) |
37 (99) |
37 (99) |
38 (100) |
37 (99) |
35 (95) |
42 (108) |
Rata-rata tertinggi °C (°F) | 30.7 (87.3) |
31 (88) |
31.3 (88.3) |
32 (90) |
32.1 (89.8) |
32.5 (90.5) |
33.4 (92.1) |
34.3 (93.7) |
34.8 (94.6) |
34.6 (94.3) |
33.5 (92.3) |
31.3 (88.3) |
32.63 (90.77) |
Rata-rata harian °C (°F) | 26.9 (80.4) |
26.9 (80.4) |
27.3 (81.1) |
27.8 (82) |
27.8 (82) |
27.7 (81.9) |
27.1 (80.8) |
27.2 (81) |
28 (82) |
28.1 (82.6) |
28.1 (82.6) |
27.1 (80.8) |
27.5 (81.47) |
Rata-rata terendah °C (°F) | 23.2 (73.8) |
22.7 (72.9) |
23.3 (73.9) |
23.6 (74.5) |
23.4 (74.1) |
22.9 (73.2) |
21.7 (71.1) |
20.1 (68.2) |
21.2 (70.2) |
21.7 (71.1) |
22.7 (72.9) |
23 (73) |
22.46 (72.41) |
Rekor terendah °C (°F) | 20 (68) |
21 (70) |
21 (70) |
17 (63) |
20 (68) |
18 (64) |
17 (63) |
17 (63) |
19 (66) |
19 (66) |
20 (68) |
21 (70) |
17 (63) |
Presipitasi mm (inci) | 694 (27.32) |
554 (21.81) |
370 (14.57) |
213 (8.39) |
86 (3.39) |
60 (2.36) |
35 (1.38) |
10 (0.39) |
24 (0.94) |
73 (2.87) |
226 (8.9) |
649 (25.55) |
2.994 (117,87) |
Rata-rata hari hujan | 22 | 19 | 15 | 11 | 6 | 5 | 3 | 1 | 2 | 5 | 12 | 21 | 122 |
% kelembapan | 88 | 86 | 85 | 83 | 81 | 79 | 74 | 68 | 66 | 71 | 80 | 87 | 79 |
Rata-rata sinar matahari harian | 3.7 | 4.5 | 6.4 | 7.3 | 7.8 | 7.9 | 8.4 | 9.1 | 8.7 | 7.8 | 5.6 | 4.9 | 6.84 |
Sumber #1: Climate-Data.org[16] & Weatherbase[17] | |||||||||||||
Sumber #2: Weather2travel[18] & BMKG[19] |
Pemerintahan
Daftar Wali Kota
Daftar ini belum tentu lengkap. Anda dapat membantu Wikipedia dengan mengembangkannya. |
Wali Kota Makassar | |
---|---|
ᨓᨒᨗ ᨀᨚᨈ ᨆᨀᨔᨛᨔᨑᨛ | |
Pemerintah Kota Makassar | |
Kediaman | Rumah Dinas Jabatan Wali Kota Makassar, Losari, Ujung Pandang, Makassar |
Masa jabatan | 5 tahun dan dapat dipilih kembali untuk satu kali masa jabatan |
Dibentuk | 15 Agustus 1918 |
Pejabat pertama | J. E. Dambrink (Hindia Belanda, 1918) Nadjamuddin (Republik Indonesia, 1945) |
Wakil | Wakil Wali Kota Makassar |
Situs web | Situs web resmi |
Makassar sebagai ibu kota provinsi Sulawesi Selatan memiliki struktur kepemimpinan yang dimulai dari wali kota. Pada 1918, posisi asisten residen yang sebelumnya memimpin pemerintahan di Makassar pada akhirnya berubah status menjadi wali kota. Wali kota pertama adalah J. E. Dambrink yang merupakan keturunan Belanda. Pada mulanya, seorang wali kota dapat merangkap jabatan sebagai ketua dewan kota dengan didampingi pembantu wali kota yang terpilih berdasarkan pemilihan umum dengan suara terbanyak.
Wali Kota Makassar sejak 2019 dijabat oleh pejabat sementara yang ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri. Dalam pemilihan umum kepala daerah Indonesia 2018, Munafri Arifuddin maju sebagai calon wali kota Makassar, dengan didukung oleh 10 partai politik yang mewakili 43 dari 50 kursi di DPRD Makassar.[20] Lawannya adalah wali kota petahana, Mohammad Ramdhan Pomanto. Namun, Pomanto didiskualifikasi oleh KPUD Makassar karena kesalahan prosedur.[21] Munafri pun maju sebagai calon tunggal, tetapi ia tetap harus memperoleh lebih dari separuh suara karena ada opsi kotak kosong.[22]
Dalam pemilu, Munafri mendapat 264.245 suara, sedangkan kotak kosong mendapat 300.795 suara.[23] Munafri menggugat ke Mahkamah Konstitusi, tetapi hakim menolak gugatannya dan memperkuat putusan KPUD. Hasilnya, pemilihan ulang diulang tahun 2020 dan wali kota Makassar diusulkan oleh Gubernur Sulawesi Selatan dan ditunjuk oleh Menteri Dalam Negeri.[24][25] Kekalahan Munafri merupakan kemenangan kotak kosong pertama dalam sejarah pilkada Indonesia.[26][27]
<onlyinclude>Berikut adalah daftar Wali Kota Makassar secara definitif sejak tahun 1918 di masa Hindia Belanda hingga saat ini di bawah Pemerintah Republik Indonesia.[28] <onlyinclude>
Burgemeester van Makassar | ||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Nomor urut | Wali Kota | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | J. E. Dambrink (1872–1929) |
Non Partai | 15 Agustus 1918 | April 1927 | 8–9 tahun | 1 (1918) |
J. Rutgers (1921–tidak diketahui) |
[29][30] | ||
2 | J. H. de Groot (1886–1960) |
Non Partai | April 1927 | 1931 | 3–4 tahun | 2 (1927) |
D. Eskes (1927–1929) |
[31] | ||
3 | G. H. J. Berckenkamp (1887–1975) |
Non Partai | 1931 | 1932 | 0–1 tahun | 3 (1931) |
Tidak diketahui | |||
4 | F. C. van Lier (1882–1933) |
Non Partai | 1932 | 28 Januari 1933 | 0–1 tahun | 4 (1932) |
Tidak diketahui | [a][32] | ||
5 | Ch. H. ter Laag (1890–1973) |
Non Partai | 1933 | 1934 | 0–1 tahun | 5 (1933) |
Tidak diketahui | |||
6 | J. Leewis (1880–1944) |
Non Partai | 1934 | 1936 | 1–2 tahun | 6 (1934) |
Tidak diketahui | |||
7 | H. F. Brune (1894–1974) |
Non Partai | 1936 | 1942 | 5–6 tahun | 7 (1936) |
N. H. Leepel (1936–1938) |
[31] | ||
マカッサル市長 | ||||||||||
Nomor urut | Wali Kota | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | B. Yamasaki | Non Partai | 1942 | 1945 | 2–3 tahun | 8 | Tidak ada | |||
Wali Kota Makassar | ||||||||||
Nomor urut | Wali Kota | Potret | Partai | Awal | Akhir | Masa jabatan | Periode | Wakil | Ref. | |
1 | Nadjamuddin (1907–1950) |
Parindra | 17 Agustus 1945 | 11 September 1945 | 25 hari | 9 | Jusuf Samah | |||
2 | D. M. van Zwieten (1900–1975) |
Non Partai | 1945 | 24 Desember 1946 | 0–1 tahun | 10 | Tidak ada | |||
3 | Abdul Hamid | Masyumi | 24 Desember 1946 | 27 Desember 1949 | 3 tahun, 3 hari | 11 | Tidak diketahui | [33] | ||
4 | Salawati Daud (1909–1985) |
PKI | 27 Desember 1949 | 17 Agustus 1950 | 233 hari | 12 | Tidak diketahui | |||
5 | J. M. Qaimuddin | Independen | 1950 | 1951 | 0–1 tahun | 13 | Tidak diketahui | |||
6 | J. Mewengkang | Independen | 1951 | 1951 | 0 tahun | 14 | Tidak diketahui | |||
7 | Sampara Daeng Lili | Independen | 1951 | 1952 | 0–1 tahun | 15 | Tidak diketahui | |||
8 | Achmad Dara Syachruddin (1920–2014) |
Independen | 1952 | 1957 | 4–5 tahun | 16 | Tidak diketahui | |||
9 | Mohammad Junus Daeng Mile | Independen | 1957 | 1958 | 0–1 tahun | 17 | Tidak diketahui | |||
10 | Abdul Latif Daeng Masikki | ABRI–Angkatan Darat | 1958 | 6 Februari 1960 | 1–2 tahun | 18 | Tidak diketahui | |||
11 | Aruppala (1910–tidak diketahui) |
PSII | 6 Februari 1960 | 7 Mei 1965 | 5 tahun, 91 hari | 19 (1960) |
Tidak diketahui | |||
12 | Muhammad Daeng Patompo (1926–tidak diketahui) |
ABRI–Angkatan Darat | 8 Mei 1965 | 1968 | 2–3 tahun | 20 (1965) |
Tidak diketahui | |||
1968 | 1973 | 4–5 tahun | 21 (1968) |
Tidak diketahui | ||||||
1973 | 1978 | 4–5 tahun | 22 (1973) |
Tidak diketahui | ||||||
13 | Abustam | ABRI–Angkatan Darat | 1978 | 1983 | 4–5 tahun | 23 (1978) |
Tidak diketahui | |||
14 | Jancy Raib | ABRI–Angkatan Darat | 1983 | 1988 | 4–5 tahun | 24 (1983) |
Tidak diketahui | |||
15 | Suwahyo | ABRI–Angkatan Darat | 1988 | 1993 | 4–5 tahun | 25 (1988) |
Tidak diketahui | |||
16 | Malik Baso Masry (1949–2021) |
Non Partai | 1994 | 1999 | 4–5 tahun | 26 (1999) |
Tidak diketahui | |||
17 | Amiruddin Maula (1952–2015) |
Non Partai | 8 Mei 1999 | 8 Mei 2004 | 5 tahun, 0 hari | 27 (1999) |
Sjamsu Ridjal (1999–2004) |
|||
18 | Ilham Arief Sirajuddin (lahir 1965) |
Golkar | 8 Mei 2004 | 8 Agustus 2008 | 5 tahun, 0 hari | 28 (2003) |
Herry Iskandar (2004–2008) |
|||
19 | Herry Iskandar (lahir 1958) |
Non Partai | 8 Agustus 2008 | 8 Mei 2009 | 273 hari | Tidak ada | [34] | |||
(18) | Ilham Arief Sirajuddin (lahir 1965) |
Demokrat | 8 Mei 2009 | 8 Mei 2014 | 5 tahun, 0 hari | 29 (2008) |
Supomo Guntur | |||
20 | Mohammad Ramdhan Pomanto (lahir 1964) |
Independen (hingga 2018) |
8 Mei 2014 | 8 Mei 2019 | 5 tahun, 0 hari | 30 (2013) |
Syamsu Rizal (2014–2019) |
|||
Nasdem (2018–2023) | ||||||||||
26 Februari 2021 | Petahana | 3 tahun, 249 hari | 31 (2020) |
Fatmawati Rusdi (2021–2023) |
||||||
PDI-P (sejak 2023) |
Pengganti sementara
Dalam tumpuk pemerintahan, seorang kepala daerah yang mengajukan diri untuk cuti atau berhenti sementara dari jabatannya kepada pemerintah pusat, maka Menteri Dalam Negeri menyiapkan penggantinya yang merupakan birokrat di pemerintah daerah atau bahkan wakil wali kota, termasuk ketika posisi wali kota berada dalam masa transisi.
Potret | Wali Kota | Partai | Awal | Akhir | Periode | Definitif | Ref. | ||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
H. F. Brune (1894–1974) (ad interim) |
Non Partisan | 11 September 1945 | 1945 | 9 (1945) |
Nadjamuddin | ||||
Muhammad Ghalib (1946–2016) (Penjabat) |
ABRI–Angkatan Darat | 1993 | 1994 | — | Transisi | ||||
Alwy Rum (1944–2021) (Pelaksana Tugas) |
Non Partisan | 1999 | 8 Mei 1999 | ||||||
Syamsu Rizal (lahir 1973) (Pelaksana Tugas) |
Non Partisan | 15 Februari 2018 | 23 Juni 2018 | 30 (2013) |
Mohammad Ramdhan Pomanto | [b][c] | |||
Muhammad Anshar (lahir 1963) (Pelaksana Harian) |
Non Partisan | 8 Mei 2019 | 13 Mei 2019 | — | Transisi | [d][37] | |||
Muhammad Iqbal Samad Suhaeb (lahir 1966) (Penjabat) |
Non Partisan | 13 Mei 2019 | 13 Mei 2020 | [38] | |||||
Yusran Jusuf (lahir 1969) (Penjabat) |
Non Partisan | 13 Mei 2020 | 26 Juni 2020 | [39] | |||||
Rudy Djamaluddin (lahir 1970) (Penjabat) |
Non Partisan | 26 Juni 2020 | 26 Februari 2021 | [40] | |||||
Andi Arwien Azis (lahir 1976) (Pejabat Sementara) |
Non Partisan | 24 September 2024 | Petahana | 31 (2020) |
Mohammad Ramdhan Pomanto | [e] |
- Catatan
- ^ Wafat saat menjabat tahun 1933
- ^ Mohammad Ramdhan Pomanto cuti kampanye pada Pemilihan umum Wali Kota Makassar 2018, namun pada 21 Maret 2018 didiskualifikasi[35]
- ^ Wakil Wali Kota Syamsu Rizal mengisi posisi Mohammad Ramdhan Pomanto yang cuti kampanye[36]
- ^ Jabatan Wali Kota definitif selesai, namun karena tidak ada pemenang pada Pemilihan umum Wali Kota Makassar 2018, maka jabatan Wali Kota diisi sementara oleh ASN sebagai Pelaksana Harian dan Penjabat
- ^ Mohammad Ramdhan Pomanto cuti kampanye Pemilihan umum Gubernur Sulawesi Selatan 2024 dari 25 September 2024 hingga 23 November 2024[41]
Lihat Pula
Referensi
- ^ a b c "Pembentukan Daerah-Daerah Otonom di Indonesia s/d Tahun 2014" (PDF). www.otda.kemendagri.go.id. hlm. 25. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 12 Juli 2019. Diakses tanggal 31 Oktober 2021.
- ^ "Kota Makassar Dalam Angka 2019". 2019-08-16. Diakses tanggal 2019-10-24.
- ^ "Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten Kota dan Agama yang Dianut di Provinsi Sulawesi Selatan". www.sulsel.bps.go.id. Diakses tanggal 26 Februari 2020.
- ^ "Metode Baru Indeks Pembangunan Manusia 2019-2020". www.bps.go.id. Diakses tanggal 27 Februari 2021.
- ^ https://www.bappenas.go.id/files/2713/5227/9312/bag-z-74-75-cek__20090130070903__25.doc
- ^ Geografi untuk SMA/MA kelas XII, Amir Khosim,S.Pd dan Kun Marlina Lubis
- ^ Kementrian Dalam Negeri:"Data jumlah penduduk dan luas wilayah" dalam Buku Induk Kode dan Data Wilayah 2013 Diarsipkan 2017-08-28 di Wayback Machine.
- ^ Sepuluh kota berpenduduk terbesar di Indonesia
- ^ Muljana 2005, hlm. 63.
- ^ a b Poelinggomang 2002, hlm. 22-23.
- ^ "1 April Jadi Hari Kebudayaan Makassar, Ini Alasannya". idntimes.com.co. 1-4-2019. Diakses tanggal 28-8-2021.
- ^ "Sejarah Kota Makassar". nurkasim49.blogspot.con. 25-12-2011. Diakses tanggal 22-11-2021.
- ^ "Namanya Makassar, Kata Petisi itu". majalah.tempo.co. 31-12-1977. Diakses tanggal 19-07-2021.
- ^ https://makassarkota.go.id/geografis/
- ^ Kaunang, I.R.B, Haliadi, dan Rabani, L.O. (2016). Jaringan Maritim Indonesia: Sejarah Toponim Kota Pantai di Sulawesi (PDF). Jakarta: Direktorat Sejarah, Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 16. ISBN 978-602-1289-43-3.
- ^ "Makassar, Indonesia". Climate-Data.org. Diakses tanggal 21 Agustus 2020.
- ^ "MAKASSAR, INDONESIA". Weatherbase. Diakses tanggal 22 Agustus 2020.
- ^ "Makassar Climate Guide". Weather2travel. Diakses tanggal 21 Agustus 2020.
- ^ "Buku Peta Rata-Rata Curah Hujan Dan Hari Hujan Periode 1991-2020 Indonesia" (PDF). BMKG. hlm. 85 & 150. Diakses tanggal 21 Oktober 2024.
- ^ "Diusung 10 partai, Munafri CEO PSM daftar pilwalkot ke KPU Makassar". Merdeka. 10 January 2018. Diakses tanggal 16 August 2018.
- ^ "Didiskualifikasi KPU, Danny Pomanto Kembali Jabat Wali Kota Makassar". Jawa Pos. 4 June 2018. Diakses tanggal 16 August 2018.
- ^ Cipto, Hendra (26 April 2018). "Calon Petahana Gugur di MA, Pilkada Makassar Lawan Kotak Kosong". KOMPAS. Diakses tanggal 16 August 2018.
- ^ Cipto, Hendra (7 July 2018). "KPU Tetapkan Kotak Kosong Sebagai Pemenang Pilkada Makassar 2018". KOMPAS (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 16 August 2018.
- ^ McBeth, John (2 July 2018). "Dynastic politics voted down in Indonesia". Asia Times. Diakses tanggal 16 August 2018.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "MK Tegaskan Kemenangan Kotak Kosong di Pilkada Kota Makassar". Kumparan. 10 August 2018. Diakses tanggal 16 August 2018.
- ^ Bustan, M Taufan SP (28 June 2018). "Inilah Pertama Kalinya Kotak Kosong Menang". Media Indonesia. Diakses tanggal 16 August 2018.
- ^ Evans, Kevin (3 July 2018). "Indonesia Regional Elections 2018: Performers up, scions and coat-tailers down". Australia Indonesia Centre. Diakses tanggal 16 August 2018.
- ^ "Kota Makassar: Sejarah Pemerintahan Kota". Pemerintah Provinsi Sulawesi Selatan. Dinas Budaya dan Pariwisata Provinsi Sulawesi Selatan. Diakses tanggal 18 Januari 2018.[pranala nonaktif permanen]
- ^ "Sejarah Makassar (6): Gemeente Makassar, Gemeenteraad dan Burgemeester; Dari JE Dambrink (1918) Hingga HF Brune (1942)". poestahadepok.blogspot.com. 23-12-2017. Diakses tanggal 3-12-2023.
- ^ Dutch East Indies (1922). Gemeenteraad van Makassar. Regeerings-almanak voor Nederlandsch-Indie. hlm. 810–811.
- ^ a b Makassar (1918–1942). Burgemeesters in Nederlands-Indië 1916-1942. hlm. 206.
- ^ "Burgemeester dari Makassar Meninggal". Bintang Borneo. 28 Januari 1933. Diakses tanggal 3 Oktober 2024.
- ^ Safaruddin (2022). Prayudha M., ed. Urban Governance dan Smart City: Teori dan Praksis Analisis. Sleman: CV. Bintang Semesta Media. hlm. 80. ISBN 978-623-5361-08-6.
- ^ "Pelantikan Wali Kota". Antara Foto. 8 Agustus 2008. Diakses tanggal 22 November 2023.
- ^ Alfian (21 March 2018). "PT TUN Perintahkan Diskualifikasi Danny-Indira, Ternyata Inilah 3 Kesalahan Sang Petahana". Tribun Timur. Diarsipkan dari versi asli tanggal 21 March 2018. Diakses tanggal 6 April 2018.
- ^ Ardy Muchlis, ed. (15-2-2018). "Jabat Plt Wali Kota, Tantangan Berat Menanti Deng Ical". tribunnews.com. Diakses tanggal 4-12-2023.
- ^ Mikhael Gewati, ed. (9 Mei 2019). "Sekretaris Kota Ansar Jabat Plh Wali Kota Makassar". Kompas.com. Diakses tanggal 22 Mei 2019.
- ^ Syachrul Arsyad (13 Mei 2019). "Lantik Iqbal Suhaeb, Gubernur Minta Pj Wali Kota Jaga Kedamaian". Sindonews.com. Diakses tanggal 22 Mei 2019.
- ^ Muhammad Darwin Fatir (13 Mei 2020). Budisantoso Budiman, ed. "Gubernur Sulsel melantik Penjabat Wali Kota Makassar Yusran Jusuf". Antaranews.com. Lembaga Kantor Berita Nasional Antara. Diakses tanggal 27 Juni 2020.
- ^ Aan Pranata, ed. (26 Juni 2020). "[BREAKING] Rudy Djamaluddin Dilantik Jadi Pj Wali Kota Makassar". IDNTimes.com. Diakses tanggal 27 Juni 2020.
- ^ "Gantikan Danny Jadi Pjs Wali Kota Makassar, Arwin Azis: Saya Pernah Pimpin Palopo". Herald.id. 25 September 2024. Diakses tanggal 25 September 2024.
Dewan Perwakilan
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Makassar sejak pembentukannya pada tahun 1952.
Golongan/Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | ||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1952–1955 | 1955–1959 | 1959–1961a[1] | 1961–1966b | 1966–1971b | 1971–1977 | 1977–1982[2] | 1982–1987[3] | 1987–1992[4] | 1992–1997[5] | 1997–1999[6] | 1999–2004[7] | 2004–2009[8] | 2009–2014 | 2014–2019[9][10][11][12] | 2019–2024[13] | ||
Buruh | (baru) 1 | ||||||||||||||||
Pemuda Demokrat | (baru) 1 | ||||||||||||||||
PKR | 4 | ||||||||||||||||
PIR | 1 | ||||||||||||||||
PSI | 0 | ||||||||||||||||
LIM | 2 | ||||||||||||||||
LISS | 2 | ||||||||||||||||
Parkindo | 2 | 1 | |||||||||||||||
Masyumi | 7 | ||||||||||||||||
Parindra | 1 | ||||||||||||||||
Katolik | 0 | 1 | |||||||||||||||
PSII | 1 | 2 | |||||||||||||||
0 | 7 | ||||||||||||||||
(baru) 3 | |||||||||||||||||
Perti | 0 | 0 | 1 | ||||||||||||||
PKB | (baru) 1 | 0 | 0 | 0 | 1 | ||||||||||||
Gerindra | (baru) 3 | 5 | 5 | ||||||||||||||
PDI-P | (baru) 5 | 4 | 2 | 4 | 6 | ||||||||||||
Golkar (termasuk Golongan Karya Non Partai) | (baru) | 17 | 19 | 18 | 22 | 22 | 22 | 16 | 11 | 8 | 5 | ||||||
NasDem | (baru) 5 | 6 | |||||||||||||||
Berkarya | (baru) 1 | ||||||||||||||||
PKS (termasuk PK) | (baru) 1 | 5 | 5 | 5 | 5 | ||||||||||||
Perindo | (baru) 2 | ||||||||||||||||
PPP | (baru) 13 | 13 | 10 | 4 | 6 | 5 | 3 | 5 | 5 | ||||||||
PAN | (baru) 2 | 5 | 5 | 4 | 5 | ||||||||||||
Hanura | (baru) 3 | 5 | 3 | ||||||||||||||
Demokrat | (baru) 4 | 9 | 7 | 6 | |||||||||||||
PBB | (baru) 2 | 0 | 1 | 1 | 0 | ||||||||||||
PKPI (termasuk PKP) | (baru) 1 | 1 | 1 | 1 | 0 | ||||||||||||
PDK (termasuk PPDK) | (baru) 5 | 5 | |||||||||||||||
PDS | (baru) 0 | 1 | |||||||||||||||
PBR | (baru) 0 | 1 | |||||||||||||||
PDI | (baru) 1 | 1 | 4 | 5 | 0 | ||||||||||||
ABRI | 8 | 6 | 6 | 9 | 9 | 5 | 5 | ||||||||||
Golongan Nasionalis (Fusi PNI, Murba, dan Partindo) | (baru) | ||||||||||||||||
Golongan Islam (Fusi PSII, Perti, dan NU) | (baru) | ||||||||||||||||
Golongan Kristen (Fusi Parkindo dan Partai Katolik) | (baru) | ||||||||||||||||
PKI (termasuk Golongan Komunis) | 0 | 1 | |||||||||||||||
Non ABRI/Sipil/Madani | 3 | 2 | |||||||||||||||
Jumlah Anggota | 25 | 35 | 40 | 39 | 40 | 45 | 45 | 36 | 45 | 45 | 50 | 50 | 50 | ||||
Jumlah Golongan/Partai | 10 | 8 | 4 | 5 | 4 | 4 | 9 | 8 | 13 | 11 | 12 | ||||||
Keterangan: aDPRD Kotapraja Makassar bPeriode ini merupakan periode DPRD Gotong Royong (DPRD-GR) implikasi dari dikeluarkannya Dekrit Presiden Republik Indonesia 1959. |
Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kota Makassar dalam tiga periode terakhir.
Partai Politik | Jumlah Kursi dalam Periode | |||
---|---|---|---|---|
2014–2019 | 2019–2024 | 2024–2029 | ||
PKB | 0 | 1 | 5 | |
Gerindra | 5 | 5 | 6 | |
PDI-P | 4 | 6 | 5 | |
Golkar | 8 | 5 | 6 | |
NasDem | (baru) 5 | 6 | 8 | |
PKS | 5 | 5 | 6 | |
Hanura | 5 | 3 | 2 | |
PAN | 4 | 5 | 3 | |
PBB | 1 | 0 | 0 | |
Demokrat | 7 | 6 | 3 | |
Perindo | (baru) 2 | 1 | ||
PPP | 5 | 5 | 5 | |
Berkarya | (baru) 1 | |||
PKPI | 1 | 0 | ||
Jumlah Anggota | 50 | 50 | 50 | |
Jumlah Partai | 11 | 12 | 11 |
Kecamatan
Kota Makassar terdiri dari 15 kecamatan dan 153 kelurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk sebesar 1.663.479 jiwa dengan luas wilayah 199,26 km² dan tingkat kepadatan penduduk sebesar 8.348 jiwa/km².[14][15]
Daftar kecamatan dan kelurahan di Kota Makassar, adalah sebagai berikut:
Kode Kemendagri |
Kecamatan | Jumlah Kelurahan |
Daftar Kelurahan |
---|---|---|---|
73.71.11 | Biringkanaya | 11 | |
73.71.06 | Bontoala | 12 | |
73.71.15 | Kepulauan Sangkarrang | 3 | |
73.71.03 | Makassar | 14 | |
73.71.02 | Mamajang | 13 | |
73.71.12 | Manggala | 8 | |
73.71.01 | Mariso | 9 | |
73.71.09 | Panakkukang | 11 | |
73.71.13 | Rappocini | 11 | |
73.71.07 | Tallo | 15 | |
73.71.14 | Tamalanrea | 8 | |
73.71.10 | Tamalate | 11 | |
73.71.04 | Ujung Pandang | 10 | |
73.71.08 | Ujung Tanah | 9 | |
73.71.05 | Wajo | 8 | |
TOTAL | 153 |
Rencana Pengembangan Kota
Demografi
Penduduk
Makassar merupakan kota yang multi etnis Penduduk Makassar kebanyakan dari Suku Makassar dan Suku Bugis, sisanya berasal dari Toraja, Mandar, Buton, Tionghoa, Jawa dan sebagainya.
Tahun | 1971 | 1980 | 1990 | 2000 | 2008 | 2009 | 2010 | 2018 |
---|---|---|---|---|---|---|---|---|
Jumlah penduduk | 434.766 | 708.465 | 944.372 | 1.130.384 | 1.253.656 | 1.272.349 | 1.338.663 | 1.508.154 |
Agama
Berdasarkan data sensus BPS Kota Makassar tahun 2015 menunjukan bahwa mayoritas penduduk menganut agama Islam sebanyak 82.39%, kemudian Kristen Protestan 9.61%, Katolik 5.56%, Buddha 1.41%, Hindu 0.76%, dan Konghucu 0.27%.[16]
Bahasa
Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kota Makassar adalah bahasa Indonesia. Menurut Statistik Kebahasaan 2019 oleh Badan Bahasa, terdapat tiga bahasa daerah di Kota Makassar,[17] yaitu bahasa Makassar, bahasa Bugis, dan bahasa Toraja.[18]
Transportasi
Laut
Pelabuhan Soekarno-Hatta Makassar Di Makassar, Soekarno-Hatta menjadi nama pelabuhan, khususnya pelabuhan untuk kapal penumpang dan terminal penumpang. Pelabuhan ini dikelola oleh PT Pelabuhan Indonesia IV (Pelindo IV).
Di area pelabuhan penumpang ini terdapat Masjid Babussalam. Masjid ini diresmikan Presiden Megawati, berbarengan dengan peresmian Terminal Petikemas Makassar, pada 21 Juli 2001. Sementara di kawasan ujung utara pelabuhan, atau ujung jalan Nusantara, terdapat awal Jalan Tol Reformasi (tol lingkar Makassar) yang menghubungkan kawasan pelabuhan dengan pusat kota. Jalan tol yang hanya sepanjang 3,1 km ini dikelola oleh PT Nusantara Infrastructure Tbk. Perusahaan milik Bosowa Group ini juga jadi pengelola jalan tol Bintaro-Bumi Serpong Damai (Jakarta/Tangerang).
Paotere adalah suatu pelabuhan perahu yang terletak di Kecamatan Ujung Tanah, Makassar. Pelabuhan yang berjarak ± 5 km (± 30 menit) dari pusat Kota Makassar ini merupakan salah satu pelabuhan rakyat warisan tempo doeloe yang masih bertahan dan merupakan bukti peninggalan Kerajaan Gowa dan Kerajaan Tallo sejak abad ke-14 sewaktu memberangkatkan sekitar 200 armada Perahu Pinisi ke Malaka. Pelabuhan Paotere sekarang ini masih dipakai sebagai pelabuhan perahu-perahu rakyat seperti Pinisi dan Lambo dan juga menjadi pusat niaga nelayan.
Udara
Kota Makassar mempunyai sebuah bandara internasional, Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin yang pada tanggal 26 September 2008 diresmikan oleh Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono yang menandakan mulai pada saat itu Bandar Udara Internasional Sultan Hasanuddin beroperasi secara penuh di mana sebelumnya telah beroperasi tetapi hanya sebagian. Bandara Hasanuddin juga memiliki taksi khusus Bandara dengan harga yang bervariasi sesuai dengan region dari daerah yang dituju serta shuttle bus khusus yang melayani jalur dari dan ke bandara baru. Bahkan banyak taksi-taksi yang gelap yang juga menawarkan jasa kepada penumpang yang baru tiba di Makassar. Pada tahun 2009 diharapkan landasan pacu yang baru telah rampung dan bisa digunakan.[19]
Darat
Pete-pete adalah sebutan angkot di Makassar dan sekitarnya. Pete-pete merah adalah angkot yang berasal dari Kabupaten Gowa dan melayani pengangkutan antar kota, sedangkan pete-pete biru adalah angkot yang berasal dari Kota Makassar itu sendiri dan hanya melayani pengangkutan di wilayah Makassar saja.
- Bus
- Taksi
- Becak: Makassar terkenal dengan angkutan tradisional becak. Jumlahnya sendiri mencapai 1.500 unit. Pemerintah setempat memberlakukan becak untuk pariwisata dan khusus beroperasi di sekitar kawasan wisata saja. Tarifnya tergantung kesepakatan dengan pengayuh.
- Bentor: Populasi becak motor di Makassar mulai ramai dan secara perlahan menggantikan becak. Bagian depan bentor adalah becak dan di belakangnya adalah motor.
- Ojek
Ekonomi
Laju pertumbuhan ekonomi Kota Makassar berada di peringkat paling tinggi di Indonesia. Dalam lima tahun terakhir, rata-rata pertumbuhan ekonomi Kota Makassar di atas 9%. Bahkan pada tahun 2008, pertumbuhan ekonomi Kota Makassar mencapai angka 10,83%. Pesatnya pertumbuhan ekonomi saat itu, bersamaan dengan gencarnya pembangunan infrastruktur yang mendorong perputaran ekonomi, seperti pembangunan Bandara Internasional Sultan Hasanuddin, jalan tol dan sarana bermain kelas dunia Trans Studio di Kawasan Kota Mandiri Tanjung Bunga.[20]
Pada triwulan II tahun 2019 saja, Makassar mendapatkan Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDN) dan Penanaman Modal Asing (PMA) masing-masing sebesar Rp601,1 Miliar dan Rp 1 Trilliun. Penanaman Modal ini diserap 5 sektor yaitu sektor pertambangan dengan nilai paling besar yaitu Rp484,3 Miliar diikuti oleh sektor industri mineral non logal sebesar Rp377,1 Miliar, jasa lainnya sebesar Rp169,2 Miliar, sektor listrik, gas & air sebesar Rp164,7 Miliar dan sektor industri makanan sebesar Rp100,7 Miliar.[21]
Selain investasi yang relatif besar, Makassar juga berhasil menciptakan usaha-usaha yang mengharumkan nama bangsa seperti PT CEPAT DAN BERSIH INDONESIA (QnC Laundry) yang berhasil membawa nama Indonesia ke panggung internasional melalui sebuah kompetisi laundry internasional di Milan pada tahun 2018 yang diadakan CINET, sebuah komite internasional untuk pemeliharaan tekstil.[22] Ada juga produk terkenal dari Makassar yang banyak orang tidak tahu berasal dari Makassar yaitu Minyak Tawon yang bisa dijadikan minyak gosok, pijat dan urut. Minyak tawon ini dapat ditemukan di pusat oleh-oleh seperti Jalan Somba Opu.[23] Ada juga Bugis Waterpark yang telah buka sejak tahun 2012 dan Jamesons Hardware Supermarket yang sudah menjamur ke seluruh Indonesia juga berasal dari Makassar.
Kesehatan
Media
Pariwisata
Tempat wisata
Makassar modern memiliki banyak tempat wisata yang digunakan untuk keperluan hiburan masyarakat Makassar maupun bagi wisatawan yang berasal dari kota maupun negara lain. Beberapa di antaranya yang paling digemari maayarakat makassar adalah:
- Pantai Losari
- Fort Rotterdam, merupakan salah satu benteng di Sulawesi Selatan yang boleh dianggap megah dan menawan. Benteng ini merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Gowa, Kesultanan ini pernah berjaya sekitar abad ke-17 dengan ibu kota Makassar. Kesultanan ini sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang mengitari seluruh ibu kota. Hanya saja, Benteng Fort Rotterdam merupakan benteng paling megah di antara benteng benteng lainnya dan keasliannya masih terpelihara hingga kini.
- Pantai Akarena
- Pulau Lae-Lae
- Pulau Khayangan
- Pulau Samalona
- Pantai Barombong
- Makam Raja-Raja Tallo
- Pelabuhan Paotere
- Taman Makam Pahlawan
- Trans Studio (Indoor Theme Park terbesar di Indonesia)
- Desa Wisata Delta Lakkang
- Benteng Panyua, Dinding benteng ini kukuh menjulang setinggi 5 meter dengan tebal dinding sekitar 2 meter, dengan pintu utama berukuran kecil. Jika dilihat dari udara benteng ini berbentuk segi lima seperti penyu yang hendak masuk ke dalam pantai. Karena benteng ini bentuknya mirip penyu, kadang juga benteng ini juga dinamakan Benteng Panynyua (Penyu). Benteng ini mempunyai 5 Bastion, yaitu bangunan yang lebih kukuh dan posisinya lebih tinggi di setiap sudut benteng yang biasanya ditempatkan kanon atau meriam di atasnya.
Seni Budaya
- Atraksi permainan tradisional "Ma'raga", Merupakan pertunjukan permainan bola raga yang dipindahkan dari kaki ke kaki atau ke tangan, pertunjukan ini dimainkan dengan suka cita. Para pemain menggunakan pakaian adat seperti passapu dan sarung, biasanya dimainkan oleh 6 orang pemain. Pertunjukan ini akan semakin menarik ketika para pemain mulai saling menopang hingga semakin tinggi dan tetap lihai memainkan bola dan tidak terjatuh ke tanah.
- Atraksi permainan rakyat "Mappadendang".
- Tarian magis "Pepe-pepeki ri Makka".
- Tarian ritual Bissu "Ma'giri".
- Pemain gendang "Gandrang Bulo".
- Tarian-tarian tradisional seperti Tari Pakarena.
Kota Kembar
- Lismore, Australia
- - Mobile, Alabama, Amerika Serikat
- Peshawar, Pakistan[24]
- Constanța, Romania[25]
- Banjarmasin, Indonesia
- Samarinda, Indonesia
- Tawau, Malaysia
Lihat Pula
Referensi
- ^ Pemerintahan Republik Indonesia (1959). Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Pemerintahan Republik Indonesia.
- ^ Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan (1981). Sulawesi Selatan Dalam Angka 1981 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Ujung Pandang: Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. hlm. 24.
- ^ Badan Pusat Statistik Propinsi Sulawesi Selatan (1982). Sulawesi Selatan Dalam Angka 1982 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Ujung Pandang: Kantor Sensus & Statistik Propinsi Sulawesi Selatan. hlm. 35.
- ^ Lembaga Pemilihan Umum RI (1988). Pemilihan Umum 1987 (Volume 5) (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Lembaga Pemilihan Umum. hlm. 218.
- ^ Lembaga Pemilihan Umum RI (1994). Pemilihan Umum 1992 Dari Daerah Ke Daerah (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Lembaga Pemilihan Umum. hlm. 448.
- ^ Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan (2002). Sulawesi Selatan Dalam Angka 2002 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Makassar: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 22.
- ^ Haris, Syamsuddin (2005). Pemilu Langsung Di Tengah Oligarki Partai (Proses Nominasi dan Seleksi Calon Legislatif Pemilu 2004) (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Jakarta: Gramedia Pustaka Utama. hlm. 248. ISBN 979-22-1695-2.
- ^ Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan (2004). Sulawesi Selatan Dalam Angka 2004-2005 (pdf) (dalam bahasa Indonesia). Makassar: Badan Pusat Statistik Provinsi Sulawesi Selatan. hlm. 23–27.
- ^ Berita Bulukumba: [1] Diarsipkan 2016-10-12 di Wayback Machine., diakses 16 Juni 2016
- ^ KPU RI: [2][pranala nonaktif permanen], diakses 16 Juni 2016
- ^ ZAILANI, Akhmad. Wajah Parlemen Daerah di Indonesia. Jakarta: Sultan Pustaka, 2015. ISBN 219-42-5470-8]
- ^ Kemendagri: [3] Diarsipkan 2016-08-09 di Wayback Machine., diakses 17 Juni 2016
- ^ Perolehan Kursi DPRD Kota Makassar 2019-2024
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019.
- ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020.
- ^ "Jumlah Penduduk Menurut Kabupaten/Kota dan Agama Yang Dianut di Provinsi Sulawesi Selatan, 2015
- ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 11. ISBN 9786028449182.
- ^ "Bahasa di Provinsi Sulawesi Selatan". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diakses tanggal 23 Mei 2020.
- ^ Hasanuddin Airport
- ^ "Makassar Serap Investasi Besar"
- ^ "5 Sektor Ini Serap Investasi Terbesar di Sulsel | Sulawesi Bisnis.com". Bisnis.com. 2019-07-31. Diakses tanggal 2020-07-28.
- ^ "QnC Laundry Makassar Ikuti Kompetisi Laundri Dunia di Milan". Tribun Timur. Diakses tanggal 2020-07-28.
- ^ Liputan6.com (2018-09-06). "Minyak Tawon Jadi Oleh-Oleh Wajib dari Makassar". liputan6.com. Diakses tanggal 2020-07-28.
- ^ "(Pakistan, Indonesia agree to declare Peshawar, Makassar as sister cities)". PPI - Pakistan Press International. 2008-05-29. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2012-07-28.
- ^ "Kota Kembar Makassar-Constantia". Ali Mochtar Ngabalin. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-12-15. Diakses tanggal 2010-01-25.
Bacaan Lanjutan
- Poelinggomang, Edward L. (2002). Makassar Abad XIX: Studi Tentang Kebijakan Perdagangan Maritim. Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia. ISBN 9789799023810. Diakses tanggal 15 Agustus 2013.
- Reid, Anthony. 1999. Charting the shape of early modern Southeast Asia. Chiang Mai: Silkworm Books. ISBN 974-7551-06-3. hal. 100-154. (sejarah awal Makassar)
- Muljana, Slamet (2005). Menuju Puncak Kemegahan (Sejarah Kerajaan Majapahit). Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara. ISBN 9789798451355. Diakses tanggal 15 Agustus 2013.
Pranala luar
- (Indonesia) Makassar Informasi Turis
- (Indonesia) Situs web resmi
- (Indonesia) Situs web informasi "Semua tentang Makassar"
- (Indonesia) Situs web Tanjung Bunga
Kota | Provinsi | Populasi | Kota | Provinsi | Populasi | |||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
1 | Jakarta | Daerah Khusus Ibukota Jakarta | 11.135.191 | Kota Makassar |
7 | Makassar | Sulawesi Selatan | 1.477.861 | ||
2 | Surabaya | Jawa Timur | 3.017.382 | 8 | Batam | Kepulauan Riau | 1.294.548 | |||
3 | Bandung | Jawa Barat | 2.579.837 | 9 | Pekanbaru | Riau | 1.138.530 | |||
4 | Medan | Sumatera Utara | 2.539.829 | 10 | Bandar Lampung | Lampung | 1.073.451 | |||
5 | Palembang | Sumatera Selatan | 1.781.672 | 11 | Padang | Sumatera Barat | 939.851 | |||
6 | Semarang | Jawa Tengah | 1.699.585 | 12 | Malang | Jawa Timur | 885.271 | |||
Sumber: Data Direktorat Jenderal Kependudukan dan Pencatatan Sipil (per 30 Juni 2024). Catatan: Tidak termasuk kota satelit. |