Lompat ke isi

Arasy

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

‘Arasy atau ‘Arsy (bahasa Arab: عَرْش, translit. ‘Arasy) adalah makhluk yang posisinya berada di bawah Lauhulmahfuz dan di atas langit ketujuh, yaitu berupa atap surga yang berbentuk seperti kubah dan memiliki tiang-tiang yang dipikul[1] dan dikelilingi[2] oleh para malaikat.[3]

Diagram Padang Mahsyar menurut manuskrip Futuhat al-Makkiyyah oleh ahli tasawuf dan filsuf Muslim Ibnu Arabi, ca. 1238. Terlihat ada Arsy di tengah, al-Aminun (mimbar untuk orang beriman), tujuh baris malaikat, Jibril (ar-Ruh), A'raf (pembatas tinggi), Telaga Kausar, al-Maqam al-Mahmud (tempat yang terpuji, tempat Nabi Muhammad akan berdiri sebagai perantara orang beriman), Mizan (Timbangan), As-Sirāt (Jembatan), Jahannam (Neraka), dan Marj al-Jannat (Padang Rumput Surga).[4]

Abu Mansur al-Baghdadi (w. 429/1037) dalam kitabnya al-Farq bainal Firaq (Perbandingan Firqah-Firqah) mengatakan bahwa Ali bin Abi Thalib berkata: "Allah menciptakan Arasy sebagai tanda kekuasaan-Nya, dan bukan untuk menjadikan tempat bagi Zat-Nya."[5] Kelompok Sunni meyakini Arasy hanyalah lambang kekuasaan-Nya dan bukan tempat bagi Zat-Nya.[6][7][8]

Penjelasan serupa banyak dikisahkan di dalam Al-Qur'an, dalam beberapa surah.[9][10][11] Akan tetapi, banyak ulama yang berpendapat berbeda dalam mengartikan makna dari ‘Arasy ini, apakah ‘Arasy itu berwujud fisik atau nonfisik.

Menurut akademikus muslim Britania Raya, Islam Issa, Arasy adalah makhluk terbesar yang pernah diciptakan-Nya.[12]

Ayat Kursi, ayat 255 Surah Al-Baqarah. Memuat kata kursi (كرسي) "tempat berpijak", yang tidak sama dengan Arasy [عرش], serta juga dua asmaulhusna, Al-Hayy Al-Qayyum ("Yang Maha Hidup lagi Yang Menerus mengurus makhluk-Nya").[13] Ulama hadis telah menafsirkan bahwa Nabi Muhammad SAW. bersabda bahwa akan ada jaminan Surga untuk setiap orang yang rajin membacanya setelah salat,[14] dan sekaligus sebagai ayat tolak bala.[15]

Dalam hadis, Nabi juga bersabda bahwa Arasy terletak di atas Surga yang tertinggi, Al-Firdaus Al-'Ala, yang merupakan surga yang diperuntukkan bagi hamba-hamba Allah yang saleh.[16]

Etimologi

[sunting | sunting sumber]

‘Arasy adalah bentuk mashdar dari kata kerja ‘arasya – ya‘risyu – ‘arsyan (عَرَشَ يَعْرِشُ عَرْشًا) yang berarti "bangunan", "singgasana", "istana", atau "takhta". Di dalam Al-Quran, kata ‘Arasy disebut sebanyak 33 kali. Kata ‘Arasy mempunyai banyak makna, tetapi pada umumnya yang dimaksudkan adalah singgasana atau takhta Tuhan. Kemudian arti dari kata tersebut dipakai oleh bangsa Arab untuk menunjukkan beberapa makna, yaitu:

  • Singgasana raja[17]
  • Atap rumah, tercantum dalam hadis
  • Tiang dari sesuatu
  • Kerajaan
  • Bagian dari punggung kaki

Inilah sebagian dari arti ‘Arasy dalam bahasa Arab, akan tetapi arti tersebut berubah-ubah sesuai dengan kalimat yang disandarinya.

Seorang ulama yang bernama Rasyid Ridha dalam Tafsir al-Manar menjelaskan bahwa ‘Arasy merupakan ”pusat pengendalian segala persoalan makhluk-Nya di alam semesta”. Penjelasan Rasyid Rida itu antara lain didasarkan pada Al-Qur'an:

Sesungguhnya Tuhan kamu Dialah Allah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, kemudian Dia bersemayam di atas Arasy (singgasana) untuk mengatur segala urusan. Tidak ada yang dapat memberi syafaat kecuali setelah ada izin-Nya. Itulah Allah, Tuhanmu, maka sembahlah Dia. Apakah kamu tidak mengambil pelajaran?

Wujud ‘Arasy

[sunting | sunting sumber]

Menurut manhaj salaf, ‘Arasy adalah makhluk terbesar di antara para makhluk Allah yang lainnya seperti Kursy,[18] memiliki beberapa tiang yang menjadikan ‘Arasy sebagai atap alam semesta.[19] Wujud ini dicatat dalam beberapa hadis-hadis shahih. Ada malaikat yang memiliki sayap banyak, diperintahkan oleh Allah untuk terbang ke mana saja yang dikehendaki dan malaikat tersebut merasa tidak beranjak dari tempat semula ia terbang.

Malaikat itu diberikan oleh Allah kekuatan yang setara dengan 70.000 malaikat. Kemudian, Allah memerintahkan malaikat itu terbang. Malaikat itu pun terbang dengan sayap yang diberikan Allah ke arah mana saja yang dikehendakinya. Sesudah itu, malaikat tersebut berhenti dan memandang ke arah ‘Arasy. Tetapi, ia merasakan seolah-olah ia tidak beranjak sedikitpun dari tempatnya terbang semula dan hal ini telah memperlihatkan betapa besar dan luasnya ‘Arasy Allah tersebut.

‘Arasy yaitu singgasana atau tahta yang memiliki beberapa tiang yang dipikul oleh para malaikat. Ia menyerupai kubah bagi alam semesta. ‘Arasy juga merupakan atap seluruh makhluk.[20][21][22] Penjelasan mengenai ‘Arasy memiliki tiang-tiang, adalah kisah ketika Musa hendak melihat wujud Allah, dan pada hari kiamat akan tampak kembali tiang-tiang ‘Arasy.[23][24]

Berdasarkan penjelasan hadis bahwa makhluk yang bernama ‘Arasy teramat besar dibandingkan dengan Kursy, seperti sebuah cincin yang dilemparkan ke Gurun Sahara yang sangat luas.[25]

Dijelaskan pula oleh ulama bahwa ‘Arasy dikelilingi oleh empat sungai, yaitu: sungai berisi cahaya; sungai berisi salju putih; sungai berisi air; dan sungai yang berisi api.[26] Kemudian ada penjelasan lain bahwa sungai-sungai surga adalah berasal dari sungai yang ada di ‘Arasy.[27]

Letak ‘Arasy

[sunting | sunting sumber]

Menurut syariat Islam, ‘Arasy terletak di atas surga Firdaus yang berada di langit ke-7.[28][27] Kemudian ada penjelasan lain bahwa ‘Arasy terletak di atas air.[29][30][31][32][33]

Jadi ‘Arasy Allah yang berada di atas air, sedangkan Kursy berada di atas langit ke tujuh, dan di atas Kursy itu ada air, dan di atas air ada ‘Arasy. Maka jarak antara langit dengan langit, langit ke tujuh dengan Kursy, Kursy dengan air, dan air dengan ‘Arasy-Nya adalah 500 tahun perjalanan.[34] Pendapat lain berkata bahwa letak ‘Arasy sangat dekat dengan Sidratulmuntaha, sebuah pohon bidara yang terletak di bawah ‘Arasy,[35] pendapat lain mengatakan ‘Arasy terletak di kanan pohon bidara tersebut.[36] Posisi ‘Arasy dekat dengan Baitulmakmur (Ka'bah penduduk langit) yang sejajar dengan Ka'bah di atas bumi.[37]

Hamalat al-‘Arsy

[sunting | sunting sumber]

Para malaikat pemikul ‘Arasy terkenal dengan nama Hamalat al-‘Arsy (bahasa Arab: حملة العرش) berjumlah empat malaikat, setelah kiamat akan bertambah menjadi delapan malaikat yaitu; Israfil, Mikail, Jibril, Izrail, dan Hamalat al-‘Arsy.[38] Di dalam Al-Qur'an juga disebutkan para malaikat-malaikat ini:

Dan para malaikat berada di berbagai penjuru langit. Pada hari itu delapan malaikat menjunjung Arasy (singgasana) Tuhanmu di atas (kepala) mereka.

Wujud Hamalat al-‘Arsy

[sunting | sunting sumber]

Berdasarkan hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah, wujud para malaikat pemikul singgasana Allah sangatlah besar dan jarak antara pundak malaikat tersebut dengan telinganya sejauh perjalanan burung terbang selama 700 tahun.[39][40]

Dikatakan pula dalam hadits, bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap lebih besar dan banyak dibandingkan dengan Jibril dan Israfil. Dikatakan bahwa Hamalat al-‘Arsy memiliki sayap sejumlah 2400 sayap di mana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Israfil, sedangkan Israfil mempunyai 1200 sayap, di mana satu sayapnya menyamai 600 sayap Jibril.[41]

Sedangkan Syeikh Muhammad Nawawi bin Umar bin 'Arabi Al-Jawi Al-Bantani, seorang wali besar dari tanah Jawa, mengatakan bahwa, "Mereka adalah tingkatan tertinggi para malaikat dan malaikat yang pertama kali diciptakan, dan mereka berada di dunia sebanyak 4 malaikat, pada saat kiamat akan berjumlah 8 malaikat dengan bentuk kambing hutan. Jarak antara telapak kakinya sampai

lututnya sejauh perjalanan 70 tahun burung yang terbang paling cepat. Adapun sifat dari ‘Arasy, dikatakan bahwa bahwa ‘Arasy adalah permata berwarna hijau dan ‘Arasy adalah makhluk yang paling besar dalam penciptaan, dan setiap harinya ‘Arsy dihiasi dengan seribu warna cahaya, tidak ada satu makhluk pun dari makhluk Allah yang sanggup memandangnya. Segala sesuatu seluruhnya di dalam ‘Arasy seperti lingkaran di tanah lapang. Dikatakan sesungguhnya ‘Arasy merupakan kiblat para penduduk langit, sebagaimana Ka'bah sebagai kiblat penduduk bumi.[42]

Perbedaan pendapat

[sunting | sunting sumber]

Di dalam perbincangan masalah ini para ulama tradisional dengan ulama kontemporer dan modern, mereka masing-masing memiliki perbedaan pendapat dalam menafsirkan istilah ‘Arasy ini. Mereka memperdebatkan apakah ‘Arasy itu suatu nonmateri (nonfisik) atau materi (fisik). Sedangkan para salaf mengimani sesuai dengan apa yang tertulis dalam Qur'an melalui lisan Nabi Muhammad, tanpa bertanya lebih lanjut.

Penafsiran menurut beberapa aliran

[sunting | sunting sumber]
  • Mu'tazilah berpendapat bahwa kata ‘Arsy di dalam Al-Quran harus diartikan dan dipahami sebagai makna metaforis (majazi). Jika dikatakan Tuhan bersemayam di ‘Arsy, maka arti ‘Arsy di sini adalah kekuasaan Tuhan. Tuhan tidak berupa materi, karenanya mustahil Dia berada pada tempat yang bersifat materi.
  • Mujassimah berpendapat golongan ini bertolak belakang dengan pendapat pertama yang dikiaskan kepada makhluk yang disebut paham antropomorfisme.
  • Ahlussunnah berpendapat yang menyatakan bahwa ‘Arasy dalam arti tahta atau singgasana harus diyakini keberadaannya, karena Al-Quran sendiri mengartikan demikian adanya. Menurut mereka, kata ‘Arasy harus dipahami sebagaimana adanya tanpa di metafor atau dikiaskan ataupun tanpa diserupakan dengan makhluk.

Istiwa secara bahasa diterjemahkan menjadi bersemayam, tetapi karena Allah tidak sama dengan makhluk-Nya, maka ulama salaf memahami bahwa kata istiwa Allah tidaklah diterjemahkan dengan kata bersemayam.

Bersemayam merupakan sifat fi'liyah (sifat perbuatan) bagi makhluk maka para ulama ahlussunnah wal-jama'ah menafsirkan makna istiwa dengan makna yang layak bagi-Nya, ahli ta'wil mengubah maknanya menjadi "menguasai", karena tidak ada satu pun yang menyerupai Allah, baik perbuatan, Zat, atau sifat-Nya.[Qur'an Al-Ikhlas:4]

Ucapan Imam Malik bin Anas dalam masalah sifat yang mulia ini yang menjadi kaidah bagi ahlussunnah wal-jama'ah dalam seluruh bab sifat. Ia pernah ditanya mengenai bersemayamnya Allah, bagaimana hakikatnya, maka ia menjawab,

Istiwa telah diketahui, caranya majhul (tidak diketahui), beriman dengannya adalah wajib, menyamakan dengan kata bersemayam adalah bid'ah.[43]

Istiwa (bersemayam) telah diketahui, maksudnya telah diketahui maknanya dalam bahasa Arab. Sedangkan tata caranya tidak diketahui. Beriman kepadanya wajib. Menyebutnya bersemayam, merupakan bid'ah.

Imam Ibnu Khuzaimah berkata,

Kami dan seluruh ulama kami, baik dari Hijaz, Tihamah, Yaman, Irak, Syam, Mesir, mazhab kami adalah bahwa kami menetapkan bagi Allah apa yang telah Dia tetapkan untuk diri-Nya. Kami tetapkan hal itu dengan lisan kami dan kami benarkan dalam hati kami, tanpa menyerupai dzat Pencipta kami dengan wajah seorang pun dari kalangan makhluk. Maha suci Tuhan kami dari keserupaan dengan makhluk-Nya. Maha suci Tuhan kami dari pendapat orang-orang yang tidak mempercayai adanya sifat Allah.[44]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ “... serta malaikat-malaikat berada di penjuru-penjuru langit, dan pada hari itu delapan orang malaikat menjunjung ‘Arsy Tuhanmu di atas (kepala) mereka.” (Al-Haqqah 69:17)
  2. ^ "... dan kamu (Muhammad) akan melihat malaikat-malaikat berlingkar di sekeliling ‘Arsy bertasbih sambil memuji Tuhannya; dan diberi putusan di antara hamba-hamba Allah dengan adil dan diucapkan: "Segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam"." (Az-Zumar 39:75)
  3. ^ Majalah As-Sunnah Edisi: 07/V/1422H - 2001 M, Aqidah Ahlus Sunnah seputar ‘Arsy, Hal. 26
  4. ^ Begley, Wayne E. The Garden of the Taj Mahal: A Case Study of Mughal Architectural Planning and Symbolism, in: Wescoat, James L.; Wolschke-Bulmahn, Joachim (1996). Mughal Gardens: Sources, Places, Representations, and Prospects Dumbarton Oaks, Washington D.C., ISBN 0884022358. pp. 229–231.
  5. ^ "Allah's Establishment Over the Throne". sunnah.org. As-Sunnah Foundation of America. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-05-31. Diakses tanggal 2022-12-15. 
  6. ^ Mohammad Ibrahim Teymori. "The Creed of Imam Tahawi" (PDF). Afghan Islamic Cultural Centre in London, UK. hlm. 20–24. 
  7. ^ Shahrur, Muhammad (2009). The Qur'an, Morality and Critical Reason: The Essential Muhammad Shahrur (dalam bahasa Inggris). BRILL. ISBN 9789047424345. 
  8. ^ Yılmaz, Hakkı (14 June 2020). The Division By Division English Interpretation of THE NOBLE QUR'AN in The Order of Revelation (dalam bahasa Inggris). Hakkı Yılmaz. hlm. 566. 
  9. ^ "... kemudian kekuasaannya lebih tinggi dari ‘Arsy." (Al-A'raf: 54)
  10. ^ "... kemudian kekuasaan-Nya melebihi ‘Arsy ..." (Yunus 10:3)
  11. ^ "... kemudian kekuasaan-Nya melebihi ‘Arasy, ..." (Ar-Ra’d 13:2)
  12. ^ Islam Issa (2016). Milton in the Arab-Muslim World. Taylor & Francis. hlm. 97. ISBN 9781317095927. 
  13. ^ Book 004, Number 1768: (Sahih Muslim). 
  14. ^ Sunnan Nasai'i al Kubra, (6/30), At-Tabarani; Al-Kabeer (8/114). 
  15. ^ Saheeh Al Bukhari - Volume 3, Book 38, Number 505. 
  16. ^ Saheeh al-Bukhaari (#2581). 
  17. ^ "Sesungguhnya aku menjumpai seorang wanita yang memerintah mereka, dan dia dianugerahi segala sesuatu serta mempunyai singgasana yang besar." (An-Naml 27:23)
  18. ^ “Tidak langit yang tujuh dan bumi yang tujuh dan apa yang ada di antara dan di dalamnya dibandingkan dengan Kursy kecuali seperti lingkaran (gelang) yang dilempar ke tanah lapang, dan Kursy dengan apa yang ada didalamnya dibandingkan dengan ‘Arsy seperti lingkaran (gelang) tersebut pada tanah lapang tersebut.” (Silsilah Ahadits al-Shahihah No.109).
  19. ^ Rasulullah ﷺ bersabda: “Sesungguhnya manusia pingsan pada hari kiamat, lalu aku adalah orang yang pertama sadar, seketika itu aku mendapatkan Musa sedang memegang sebuah tiang dari tiang-tiang ‘Arsy, maka aku tidak tahu apakah dia telah sadar sebelumku ataukah dia dibebaskan (dari pingsan tersebut) karena telah pingsan di Bukit Thur.” (Hadits riwayat Bukhari dan Muslim).
  20. ^ Ibnu Taimiyah: Adapun Al-‘Arsy maka dia berupa kubah sebagimana diriwayatkan dalam As-Sunan karya Abu Daud dari jalan periwayatan Jubair bin Muth’im, dia berkata: Telah datang menemui rasulullah seorang A’rab dan berkata: "Wahai rasululloh jiwa-jiwa telah susah dan keluarga telah kelaparan- dan beliau menyebut hadits- sampai berkata rasulullah: "Sesungguhnya Allah di atas ‘Arsy-Nya dan ‘Arsy-Nya di atas langit-langit, dan bumi, seperti begini dan memberikan isyarat dengan jari-jemarinya seperti kubah." (Hadits riwayat Ibnu Abi Ashim dalam Assunnah 1/252)
  21. ^ Al-Fatawa 5/151.
  22. ^ Hadits riwayat Ibnu Abi 'Ashim.
  23. ^ Dalil bahwa ‘Arsy adalah singgasana yang memiliki tiang-tiang rasulullah ﷺ bersabda: "Sesungguhnya manusia pingsan pada hari kiamat, lalu aku adalah orang yang pertama sadar, seketika itu aku mendapatkan Musa sedang memegang sebuah tiang dari tiang-tiang Al-‘Arsy, maka aku tidak tahu apakah dia telah sadar sebelumku ataukah dia dibebaskan (dari pingsan tersebut) karena telah pingsan di Bukit Thur. (Hadits riwayat Bukhori No. 2411, 3408, 6517 dan 6518 dan Muslim No. 2373).
  24. ^ Berkata Ibnu Abil Izz: "Telah tetap dalam syariat bahwa Al-‘Arsy memiliki tiang-tiang." (Syarah Aqidah Ath-Thahawiyah hal. 366).
  25. ^ Rasulullah ﷺ juga bersabda: “Perumpamaan langit yang tujuh dibandingkan dengan Kursy (pijakan singgasana Allah), seperti cincin yang dilemparkan di Padang Sahara yang luas, dan keunggulan ‘Arsy atas Kursy seperti keunggulan Padang Sahara yang luas itu atas cincin tersebut.” (Hadits riwayat Muhammad bin Abi Syaibah dalam Kitaabul ‘Arsy, dari Sahabat Abu Dzarr al-Ghifari radhiyallahu ‘anhu. Dihasankan oleh Syaikh al-Albani dalam Silsilatul Ahaadiits ash-Shahiihah (I/223 no. 109)).
  26. ^ Jalaluddin as-Suyuthi menjelaskan dalam kitabnya, berdasarkan hadis yang diriwayatkan oleh Ibnu Abi Hatim dari Wahhab ibnu Munabbih bahwa Allah Swt. menciptakan ‘Arsy dan Kursy (kedudukan) dari cahaya-Nya. ‘Arsy itu melekat pada Kursy. Para malaikat berada di tengah-tengah Kursy tersebut. ‘Arsy dikelilingi oleh empat buah sungai, yaitu: 1) sungai yang berisi cahaya yang berkilauan; 2) sungai yang bermuatan salju putih berkilauan; 3) sungai yang penuh dengan air; dan 4) sungai yang berisi api yang menyala kemerahan. Para malaikat berdiri di setiap sungai tersebut sambil bertasbih kepada Allah Swt. Di ‘Arsy juga terdapat lisan (bahasa) sebanyak bahasa makhluk di alam semesta. Setiap lisan bertasbih kepada Allah Swt. berdasarkan bahasa masing-masing. Jalaluddin as-Suyuthi oleh tafsir Ad-Durr al-Mantsur fi Tafsir bi al-Ma’tsur.
  27. ^ a b Rasulullah ﷺ bersabda, “Jika kalian meminta, mintalah (surga) Al-Firdaus, karena dia adalah tengah-tengah surga dan yang paling tinggi, dan di atasnya adalah ‘Arsy Allah, dan darinya terpancar sungai-sungai surga.” (Hadits riwayat Bukhari).
  28. ^ Muhammad bersabda kepada sahabatnya yang bernama Abu Hurairah “Apabila engkau memohon kepada Allah, maka mohon-lah kepada-Nya Surga Firdaus. Sesungguhnya ia (adalah) Surga yang paling utama dan paling tinggi. Di atasnya terdapat ‘Arsy Allah yang Maha Pengasih...” Hadits riwayat Imam Bukhari no. 2790 dan no. 7423, Imam Ahmad, Ibnu Abi 'Ashim dari Abu Hurairah.
  29. ^ "... dan Dialah yang menciptakan langit dan bumi dalam enam masa, dan adalah singgasana-Nya (sebelum itu) di atas air, agar Dia menguji siapakah di antara kamu yang lebih baik amalnya, dan jika kamu berkata (kepada penduduk Mekah): "Sesungguhnya kamu akan dibangkitkan sesudah mati", niscaya orang-orang yang kafir itu akan berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (Hud 11:7)
  30. ^ Abdullah bin Amru ra, bahwasanya rasulullah saw bersabda: “Allah telah menentukan takdir bagi semua makhluk lima puluh tahun sebelum Allah menciptakan langit dan bumi. Rasulullah menambahkan: ‘... dan ‘Arsy Allah itu berada di atas air.” (Hadits riwayat Muslim, no: 4797).
  31. ^ Telah menceritakan kepada kami Abu Musa Muhammad bin Mutsana, Ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hajaj bin Minhal, Ia berkata: Telah menceritakan kepada kami Hammad bin Salamah dari Ya’la bin A’tha dari Waqi’ bin Hudus, dari pamannya Abi Rozin Al-Uqoili ( Laqith bin Amir bin Shobiroh ), Ia berkata: Saya bertanya: Ya Rasulullah, dimanakah Tuhan kita (Allah) berada sebelum Dia menciptakan langit dan bumi? Nabi menjawab berada di Awan tebal di tempat yang sangat tinggi di atas dan bawahnya ada angin kemudian Dia menciptakan ‘Arsy (Singgasana)-Nya di atas air. (H.R At-Tirmidzi 5: 75-76 No. 3120, Ahmad 5: 16200, Anaknya (Abdullah bin Ahmad) dalam Sunah No. 260, Ibnu Majah: 468, Ibnu Hibban: 6141, At-Thabrani dalam Kabir 26: 468, At-Thayalis dalam Musnadnya: 1094, Ibnu Huzaimah dalam Tauhid: 179, Al-Hakim dalam Al-Mustadrak 2: 3306 dalam Tafsir).
  32. ^ Masih diriwayatkan dari Ibnu Abi 'Ashim, Nabi Muhammad bersabda, “Sesungguhnya ‘Arsy sebelumnya berada di atas air. Setelah Allah menciptakan langit (ke-7), ‘Arsy itu ditempatkan di langit yg ke-7. Dia jadikan awan sebagai saringan untuk hujan. Apabila tidak dijadikan seperti itu, tentu bumi akan tenggelam terendam air.”
  33. ^ Abu Raziin al-Uqaili, ia berkata: “Wahai rasulullah dimana dahulu Rabb kita berada sebelum menciptakan makhluk-Nya?” Beliau menjawab, “Dia berada di ‘amaa, tidak ada di atas dan bawahnya udara, kemudian dia menciptakan ‘Arsy-Nya di atas air”. (Hadits riwayat Tirmidzi).
  34. ^ (Hadits Shahih Riwayat Ibnu Khuzaimah, Thabrani dan Ibnu Mahdi).
  35. ^ Kitab As-Suluk, Sidrat al-Muntahā adalah sebuah pohon yang terdapat di bawah ‘Arsy, pohon tersebut memiliki daun yang sama banyaknya dengan sejumlah makhluk ciptaan Allah. Kabil Akbar katanya: “Allah SWT telah menciptakan sebuah pohon di bawah ‘Arsy yang mana daunnya sama banyak dengan bilangan makhluk yang Allah ciptakan. Jika seseorang itu telah diputuskan ajalnya, maka umurnya tinggal 40 hari dari hari yang diputuskan. Maka jatuhlah daun itu kepada Malaikat Maut, tahulah bahwa dia telah diperintahkan untuk mencabut nyawa orang yang tertulis pada daun tersebut.
  36. ^ Ketika Nabi Muhammad sedang merenungi para makhluk, tiba-tiba ia terangkat ke atas menuju puncak Sidratul Muntaha yang terletak di sebelah kanan ‘Arsy milik Tuhan yang Maha Pemurah. Tempat-tempat Bersejarah Dalam Kehidupan Rasulallah, hal. 22-23. Karya Hanafi Muhallawi, tahun 2002 M.
  37. ^ Al-Baghawi rahimahullah berkata, “Baitul Makmur: banyaknya yang memenuhi dan penduduknya, yaitu rumah di langit sekitar ‘Arsy dan sejajar dengan Ka’bah bumi.” Ma’alimut Tanzil 7/382, Darut Thayyibah, cet. IV, 1414 H, syamilah.
  38. ^ "Hadits ketujuh: Delapan malaikat yang menjunjung 'Arsy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-24. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  39. ^ Hadits diriwayatkan oleh Abu Dawud dari seorang sahabat Jabir bin Abdillah hadist shahih, Muhammad bersabda: "Telah diizinkan bagiku untuk bercerita tentang sosok malaikat dari malaikat-malaikat Allah yang bertugas seba7gai pemikul ‘Arsy, bahwa jarak antara daun telinganya sampai ke bahunya adalah sejauh perjalanan 700 tahun. (Hadits riwayat Abu Daud dari Jabir bin Abdillah, Ash-Shahihah 151)."
  40. ^ "Hadits ketujuh: Malaikat yang memikul 'Arsy". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-08-24. Diakses tanggal 2009-04-27. 
  41. ^ Rasulullah ﷺ pernah melihat akan rupa sebenar Malaikat JIbril sebanyak 2 kali, iaitu ketika peristiwa Isra' Mikraj. Ketika rasulullah ﷺ melihat Malaikat Jibril dalam keadaan rupanya yang sebenar, baginda lantas memuji Malaikat Jibril akan kehebatannya. Malaikat Jibril mempunyai 600 sayap, apabila dibuka satu sayap maka gelaplah seluruh bumi ini. Namun begitu, Malaikat Jibril mengatakan kepada rasulullah ﷺ bahwa jangan memujinya kerana rasulullah ﷺ masih belum melihat Malaikat lain yang lebih hebat kejadiannya. Lalu rasulullah ﷺ bertanya kepada Malaikat Jibril, "Ya Jibril, adakah masih ada Malaikat yang lebih hebat daripada kamu?" Malaikat Jibril menjawab, "Ya, ada." Malaikat Israfil mempunyai 1200 sayap, di mana satu sayapnya menyamai 600 sayap Malaikat Jibril Sesudah itu, rasulullah ﷺ bertanya lagi," Adakah Malaikat Israfil paling hebat?" Jawab Malaikat Jibril, "Tidak, Malaikat yang memikul Arasy Allah. Malaikat ini mempunyai 2400 sayap di mana satu sayapnya menyamai 1200 sayap Malaikat Israfil".
  42. ^ Kitab berjudul "Qathrul Ghaits" hal. 4, Karya Syeikh Muhammad Nawawi Al-Bantani, di artikan oleh Yudha Mandala Eka Putra, tahun 2010. Malaikat Hamalatul ‘Arsy di Kaskus.us[pranala nonaktif permanen]
  43. ^ Riwayat Al-Laalikai dalam Syarh Ushul I'tiqad Ahlussunnah wal Jamaah (3/441), Baihaqi dalam Al-Asma wa Sifat (hal. 408) dishahihkan oleh Az-Zahabi, Syaikhul Islam dan Al-Hafiz Ibnu Hajar. Lihat Mukhtashar Al-Uluw (hal. 141), Majmu Fatawa (5/365), Fathul Bari (13/501). Ada beberapa redaksi yang berdekatan dengan makna yang sama.
  44. ^ Kitab Tauhid, 1/18