Kerajaan Tayan: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Menghapus Lambang_Kerajaan_Tayan.jpg karena telah dihapus dari Commons oleh Fitindia; alasan: No license since 17 January 2023.
 
(45 revisi perantara oleh 27 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{Infobox Former Country
'''[[:pl:Władcy Kalimantanu#Władcy Tajanu|Kerajaan Tayan]]'''<ref>Truhart P., Regents of Nations. Systematic Chronology of States and Their Political Representatives in Past and Present. A Biographical Reference Book, Part 3: Asia & Pacific Oceania, München 2003, s. 1245-1257, ISBN 3-598-21545-2.</ref><ref>[http://www.indonesianhistory.info/map/borneo1879.html Administrative sub-divisions in Dutch Borneo, ca 1879 ]</ref> adalah sebuah [[kerajaan]] yang dimulai awal abad 15 atau sekitar tahun 1450. Pendiri kerajaan Tayan adalah putra Brawijaya dari kerajaan Majapahit yang bernama Gusti Likar/Lekar. Bersama dengan saudara-saudaranya, Gusti Likar meninggalkan kerajaan Tanjungpura yang sering terlibat peperangan.
|conventional_long_name = Kerajaan Tayan
|common_name = Tayan
| continent =
| region =
| status =
| government_type = [[Monarki]]
|image_flag =
|image_coat =
|symbol_type = Kerajaan Tayan
| year_start =
| event_start =[[Di dirikan]]
| year_start =1780 (ada versi lainnya) - Sekarang
| event_start
| event_post = [[vakum]]
| date_post = - (45 tahun)
| event_end =
| year_end =
|url=
| p1 =
| flag_p1 =
| s1 =
| flag_s1 =
|image_map = Native States of West Borneo.png
|image_map_caption = Wilayah ''[[zelfbestuur]]'' di [[Kalimantan Barat]] dan [[Kalimantan Tengah|Tengah]], termasuk Tayan, 1941.
|capital = 1. [[Teluk Kemilun]]<br/>2. [[Rayan]]<br/>3. [[Desa Pedalaman]]
|common_languages = [[Bahasa Melayu]]
| religion = [[Islam]]
| currency =
| leader1 = [[Gusti Kamaruddin]] (Pangeran Suma Yuda)
| year_leader1 = [[178-1820]] M
| leader2 = [[Gusti Ismail]]
| year_leader2 = [[1944-1967]] M
|leader3 = [[Gusti Yusri]]
| year_leader3 = [[2012-Sekarang<ref>https://kalbar.antaranews.com/berita/303072/raja-tayan-yang-terlahir-kembali</ref>
1963]] M
| leader4 =
| year_leader4 =
|title_leader = [[Pangeran]]<br/> [[Panembahan]]<ref>https://www.kompas.com/stori/read/2022/01/11/110000779/kerajaan-tayan-sejarah-raja-raja-dan-keruntuhan?amp=1&page=2</ref>
| stat_year1 =
| stat_area1 =
| stat_pop1 =
| today = {{flag|Indonesia}}
| demonym =
| area_km2 =
| area_rank =
| GDP_PPP =
| GDP_PPP_year =
| HDI =
| HDI_year =
}}


{{Sejarah Indonesia}}
Pemerintahan kerajaan Tayan kemudian dipegang oleh Gusti Ramal bergelar Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma, putra Pangeran Mancar pendiri kerajaan Meliau yang adalah kemenakan Gusti Likar. Mula-mula ibukota kerajaan berlokasi di Teluk Kemilun.
[[Berkas:Keraton Tayan 06.jpg|jmpl|258x258px|Keraton Kerajaan Tayan]]
'''Kerajaan Tayan''' adalah sebuah kerajaan yang berpusat di [[Tayan Hilir, Tayan|Kecamatan Tayan Hilir]], [[Kabupaten Sanggau]], [[Kapuas Raya|Provinsi Kalimantan Barat]], [[Indonesia]].<ref name="Data budaya">[http://databudaya.net/index.php/databudaya/databudayaatribut/cabud/id/1870 data budaya]{{Pranala mati|date=April 2022 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }} diakses 29 Maret 2015</ref>
Pendiri kerajaan Tayan adalah putra [[Brawijaya]] dari [[Kerajaan Majapahit]] yang bernama [[Gusti Likar]]/Lekar.<ref name="Pontianakonline"/> Bersama dengan saudara-saudaranya, Gusti Likar meninggalkan [[Kerajaan Tanjungpura]] yang sering terlibat peperangan.<ref name="Pontianakonline">[http://www.pontianakonline.com/sanggau/equatopedia/sejarah/tayan.htm Tayan] diakses 29 maret 2015</ref> Pemerintahan kerajaan Tayan kemudian dipegang oleh [[Gusti Ramal]] bergelar ''Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma'', putra [[Pangeran Mancar]] pendiri [[Kerajaan Meliau]] yang adalah kemenakan Gusti Likar.<ref name="tempo"/> Mula-mula ibu kota kerajaan berlokasi di [[Teluk Kemilun]].<ref name="tempo">[http://www.tempo.co/read/news/2012/05/04/058401694/Kerajaan-Tayan-Kalimantan-Barat-Nobatkan-Raja-Baru kerajaan Tayan Kalimantan Barat Nobatkan Raja Baru] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20150402124619/http://www.tempo.co/read/news/2012/05/04/058401694/Kerajaan-Tayan-Kalimantan-Barat-Nobatkan-Raja-Baru |date=2015-04-02 }} diakses 29 maret 2015</ref>


== Asal–usul nama Tayan ==
Setelah Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma wafat, putranya yang tertua, Suma Yuda, naik tahta dengan gelar Panembahan Tua. Panembahan berikutnya adalah putra Panembahan Tua, bernama Gusti Mekah dengan gelar Panembahan Nata Kesuma yang disebut juga Panembahan Muda. Pada waktu pemerintahan Nata Kesuma itulah kerajaan Tayan mula-mula menandatangani kontrak (korte verklaring) dengan pemerintahan Hindia Belanda pada 12 November 1822.
Terdapat berbagai versi penamaan Tayan, antara lain:<ref name="egi">[http://egivirus91.blogspot.com/2011/10/makalah-sejarah-kerajaan-tayan.html makalah sejarah kerajaan tayan] diakses 29 maret 2015</ref>
# Asal kata TA artinya TANAH dan YAN artinya TAJAM (TANAH TAJAM).<ref name="egi"/> Apakah ini dimaksudkan dengan kondisi tanah ujung Tanjung, disitu tempat mulai dibuka atau didirikan kota Tayan;<ref name="egi"/>
# Asal kata TAI artinya BESAR dan AN artinya KOTA (KOTA BESAR).<ref name="egi"/> Sebuah tempayan yang ditenggelamkan di muara Sungai Tayan sebagai tanda mulai berdirinya Kota Tayan.<ref name="egi"/>


== Sejarah ==
Pangeran Nata Kesuma mangkat pada 1825 dengan tidak meninggalkan keturunan. Tahta kerajaan kemudian diduduki oleh saudaranya yang bernama Gusti Repa dengan gelar Pangeran Ratu Kesuma. Beliau hanya memerintah selama 3 tahun hingga 1828 karena wafat. Penggantinya adalah saudara Panembahan Tua, Utin Belondo dengan gelar Ratu Utin Belondo yang juga digelar Ratu Tua. Pemerintahan dilaksanakan oleh suaminya, Gusti Hassan Pangeran Ratu Kesuma dengan gelar Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma.


Kerajaan Tayan di dirikan oleh Gusti Lekar, anak kedua dari [[Panembahan Dikiri]] (Raja [[Matan]]).<ref name="keraton">[https://keratonpakunegaratayan.wordpress.com/situs-budaya/morfologi-kerajaan-tayan/ Morfologi kerajaan tayan] diakses 29 maret 2015</ref> sedangkan anaknya yang pertama bernama [[Duli Maulana Sultan Muhammad Syarifuidin]], menggantikan ayahnya menjadi Raja Matan.<ref name="keraton"/> Sultan Muhammad Syarifudin adalah Raja pertama yang memeluk agama islam oleh tuan [[Syech Syamsuddin]] dan mendapat hadiah dari raja mekah sebuah Qur’an kecil dan sebentuk cincin bermata jamrut merah.<ref name="keraton"/> Kedatangan Gusti Lekar di Tayan semulanya untuk mengamankan upeti dari rakyat daerah itu kepada [[kerajaan matan]], sebelumnya pembawa upeti tersebut selalu mendapat gangguan oleh seseorang yang mengatakan dirinya raja di kuala lebai.<ref name="keraton"/> untuk semuanya itu Gusti Lekar bersama seorang suku [[dayak]] bernama [[Kia Jaga]] dari [[Tebang]] berhasil mengamankan upeti tersebut sampai ke [[kerajaan Matan]].<ref name="keraton"/>
Menurut Staatsblad van Nederlandisch Indië tahun 1849, wilayah ini termasuk dalam wester-afdeeling berdasarkan ''Bêsluit van den Minister van Staat, Gouverneur-Generaal van Nederlandsch-Indie'', pada 27 Agustus 1849, No. 8<ref>[http://books.google.co.id/books?id=KJFBAAAAYAAJ&dq=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen%2C%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&pg=PA55-IA22#v=onepage&q=Verdeeling%20van%20het%20Eiland%20Borneo%20in%20tteee%20%20afdeelingen,%20onder%20de%20benaming%20van%20Wester%20afdeeling%20en%20Zuid%20en%20Ooster%20afdeeling.&f=false {{nl}} Staatsblad van Nederlandisch Indië, s.n., 1849]</ref>


Gusti Lekar wafat di makamkan di sebuah bukit dekat [[Kota Meliau]], karena tempat atau bukit tersebut masih termasuk wilayah Kerajaan Tayan.<ref name="keraton"/> Dengan wafatnya Gusti Lekar ini, maka sebagai penggantinya menjadi raja di Tayan diangkatlah [[Gusti Gagok]] dengan gelar ''Pangeran Manca Ningrat'', beristrikan [[Utin Halijah]] dan memperoleh seorang anak yang diberi nama [[Gusti Ramal]].<ref name="keraton"/> sedangkan saudaranya yang lain, yaitu [[Gusti Manggar]] menjadi Raja di [[Meliau]], Gusti Togok menjadi Raja di [[Sanggau]] dan Utin Peruan kawin dengan abang sebatang hari seorang pangeran di [[Embau Hulu Kapuas]].<ref name="keraton"/>
Tahun 1855 Panembahan Mangku Negara Surya Kesuma digantikan oleh putranya yang bernama Gusti Inding dengan gelar sama dengan ayahnya. Tahun 1858, Belanda mengganti gelar Mangku dengan Anum Paku, sehingga Gusti Inding kemudian bergelar Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma.


Sejak itu ibu kota Kerajaan Tayan dipindahkan ke suatu tempat bernama [[Rayang]].<ref name="keraton"/> Ditempat ini masih terdapat peninggalan berupa Makam Raja-raja dan sebuah meriam, yang konon atau menurut cerita meriam ini tidak mau dipindahkan ketempat lain dan pada saat-saat tertentu posisinya dapat berubah sendiri.<ref name="keraton"/> Dengan berakhirnya masa Kerajaan Tayan ini, status keraton dijadikan monumen peninggalan sejarah yang dilindungi (Monumen Ordonansi No. 238 tahun 1931) dan mendapat bantuan biaya pemeliharaan dari Pemerintahan Daerah TK I [[Kalimantan Barat]].<ref name="keraton"/> Peninggalan sejarah lainnya yaitu sebuah [[Masjid Jami']] yang letaknya kurang lebih 100 meter kearah Barat Keraton dan Makam Raja-raja serta puluhan meriam peninggalan [[VOC]].<ref name="keraton"/>
Karena Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma tidak mampu memimpin pemerintahan dan tidak berputra, pemerintahan kemudian diserahkan kepada saudaranya, Gusti Kerma Pangeran Ratu Paku Negara dengan gelar Panembahan Adiningrat Kesuma Negara. Panembahan Anum Paku Negara Surya Kesuma mangkat pada 23 November 1873 di Batang Tarang.


Kerajaan Tayan pertama kali ditempatkan di daerah Tayan, setelah Gusti Lekar wafat dimakamkan disebuah bukit yang tidak jauh keberadaannya dari [[Kota Meliau]], [[Meliau, Sanggau|Kecamatan Meliau]], [[Kabupaten Sanggau]].<ref name="keraton"/> [[Gusti Lekar]] wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama [[Gusti Gagok]] yang bergelar ''Manca Diningrat''.<ref name="keraton"/> Kemudian Gusti Gagok memindahkan Ibu kota Kerajaan Tayan ke suatu tempat bernama [[Rayang]].<ref name="keraton"/> Hingga saat ini kawasan Rayang masih didapati peninggalan Kerajaan Tayan berupa makam Raja-Raja beserta kerabat kerajaan di mana dikawasan tersebut ditandai keberadaan sebuah meriam.<ref name="keraton"/> Setelah ''Pangeran Mancadiningrat'' (Gusti Gagok) wafat, Raja Tayan diganti oleh anak pertamanya bernama [[Gusti Ramal]] yang bergelar ''Pangeran Marta Jaya Kusuma''.<ref name="keraton"/>
Panembahan Adiningrat Kesuma Negara memerintah sampai tahun 1880 dan digantikan oleh putra tertuanya, Gusti Mohamad Ali alias Gusti Inding dengan gelar Panembahan Paku Negara Surya Kesuma. Ibukota kerajaan kemudian dipindahkan dari Rayang ke Tayan. Pada 26 Februari 1890, kerajaan Meliau digabungkan ke dalam kerajaan Tayan.


Sejak pemerintahan [[Gusti Kamaruddin]] yang bergelar ''Pangeran Suma Yuda'' yang menggantikan ayahnya Gusti Ramal menjadi Raja tayan.<ref name="keraton"/> Dalam masa pemerinthannya itu, terjadi peperangan antara Kerajaan Tayan dengan [[Kerajaan Pontianak]].<ref name="keraton"/> [[Kerajaan Sanggau]] dan orang-orang China dari wilayah [[Mentrado Bengkayang]].<ref name="keraton"/> Setelah wafatnya Pangeran Suma Yuda (Panembahan Tua), diangkatlah anaknya yang bernama [[Gusti Mekkah]] yang kemudian bergelar ''Panembahan Natakusuma'' (Panembahan Muda).<ref name="keraton"/> Pada masa pemerintahan Natakusuma inilah tercatat bahwa dia yang mula-mula mengikat perjanjian dengan [[Nederland Indie Gouverment]] pada bulan November tahun [[1822]].<ref name="keraton"/>
Paku Negara Surya Kesuma, mangkat pada tahun 1905 dan dimakamkan di Tayan. Beliau diganti oleh Gusti Tamzid Pangeran Ratu bergelar Panembahan Anum Paku Negara. Pada masa pemerintahan Panembahan Anum Paku Negara, Meliau kembali diserahkan kembali atas permintaan Belanda sendiri menjadi Gouvernement Gebied.


Panembahan Natakusuma mangkat pada tahun [[1825]] dengan tidak meninggalkan seorang putra.<ref name="keraton"/> Maka yang menggantikan menjadi Raja Tayan adalah saudaranya Panembahan Tua yaitu [[Utin Belondo]] yang bergelar ''Ratu Utin Belondo'' (Ratu Tua) sedangkan yang menjalankan pemerintahan kerajaan adalah suaminya [[Gusti Hasan Pangeran Ratu kusuma]] dengan gelar ''Panembahan Mangku Negara Surya Kusuma''.<ref name="keraton"/> Pada tahun [[1855]] Panembahan Mangku Negara Surya Kusuma wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama [[Gusti Inding]] yang bergelar sama dengan ayahnya.<ref name="keraton"/>
Mangkatnya Panembahan Anum Paku Negara, putra mahkota yang tertua, Gusti Jafar dinobatkan naik tahta kerajaan dengan gelar Panembahan Anum Adi Negara. Pada tahun 1944, Gusti Jafar dan Gusti Makhmud sebagai ahli waris kerajaan jatuh menjadi korban Jepang.


Dalam tahun [[1858]] oleh pemerintahan Belanda (Gouverment Hindia Belanda) gelar dia diganti menjadi ''Panembahan Anom Pakunegara Surya Kusuma''.<ref name="keraton"/> Pada masa itu terjadi peperangan antara kerajaan Tayan dengan [[Kerajaan Landak]] ([[Ngabang]]).<ref name="keraton"/> Oleh karena dia sudah sangat tua, maka roda pemerintahannya diserahkan kepada adiknya yang bernama [[Gusti Karma]].<ref name="keraton"/> Dia meninggal dunia pada tanggal 23 November [[1873]] (1290 H) di [[Batang Tarang]].<ref name="keraton"/> Gusti Karma kemudian diangkat menjadi Raja Tayan dan diberi gelar ''Panembahan Adi Ningrat Kusuma Negara'' dan dia memerintah hingga tahun [[1880]] yang kemudian digantikan anaknya bernama [[Gusti Muhammad Ali]] disebut pula dengan nama ''Gusti Indung'' bergelar ''Panembahan Pakunegara Kusuma'' dinobatkan menjadi Raja tayan di [[Rayang]].<ref name="keraton"/> Dia beristrikan [[Utin fatimah]] dan memperoleh 12 anak.<ref name="keraton"/>
Setelah Jepang kalah pada Perang Dunia II, Gusti Ismail dinobatkan menjadi Panembahan kerajaan Tayan dengan gelar Panembahan Paku Negara. Tahun 1960, beliau masih memerintah dan pemerintahan swaparja berakhir. Gusti Ismail kemudian menjabat Wedana di Tayan. Ibukota kewedanaan kemudian dipindahkan ke Sanggau, sedangkan bekas kerajaan Tayan menjadi ibu kota kecamatan Tayan Hilir.

Dalam masa pemerintahan dia, mengikat kontrak baru dengan pemerintahan belanda yaitu ''Akta Van Verband en Bekrachting'' di Rayang, 2 April [[1880]], [[Goedgekeurd]] 23 April [[1883]] Nomor 12.<ref name="keraton"/> Dalam masa pemerintahannya Ibu kota tempat kedudukan Raja dipindahkan dari Istana Rayang ke Tayan (berawal di kawasan [[Teluk Kemilun]] dan kemudian berpindah ke [[Desa Pedalaman]] hingga saat ini) dan sekaligus membangun istana/keraton baru yang dibangun oleh rakyat Tayan untuk Raja Tayan.<ref name="keraton"/> Keraton ini hingga pada saat ini masih berdiri dan ditempati oleh para ahli warisnya.<ref name="keraton"/> Pada tanggal 26 Februari [[1890]] oleh ''Gouverment Hindia Nederland'', [[Kerajaan Meliau]] dimasukkan kedalam wilayah/daerah Kerajaan Tayan.<ref name="keraton"/> Panembahan [[Gusti Muhammad Ali]] memegang jabatan selama 15 tahun ([[1890]] s/d [[1905]]), dia wafat dan dimakamkan dikompleks Makam Raja-Raja Tayan di [[desa kawat]].<ref name="keraton"/>

Sejak dipindahkan pusat kerajaan dari Rayang ke tempat yang baru, dan bertempat tinggal diistana/keraton tersebut telah sempat memerintah 4 orang Panembahan, yaitu:<ref name="keraton"/>

# [[Gusti Muhammad Ali]] (''Panembahan Pakunegara Kusuma'') [[1875]] – [[1905]] M;<ref name="keraton"/>
# [[Gusti Tamdjid]] (''Panembahan Anom Pakunegara'') [[1905]] – [[1929]] M;<ref name="keraton"/>
# [[Gusti Djafar]] (''Panembahan Anom Adi Negara'') [[1929]] – [[1943]] M;<ref name="keraton"/>
# [[Gusti Ismail]] (''Panembahan Anom Pakunegara'') [[1946]] – [[1967]].<ref name="keraton"/>

Zaman pemerintahan Gusti Ismail tetap menjadi Raja Tayan sampai pada masa pemerintahan [[Swapraja]] diserahkan pada tahun [[1960]].<ref name="keraton"/> Tetapi dia masih bekerja terus sebagai [[Wedana]] Tayan.<ref name="keraton"/> Dalam kedudukan sebagai Wedana Tayan, Gusti Ismail dipindahkan dan diperbantukan dikantor Bupati Kepala daerah [[Kabupaten Sanggau]].<ref name="keraton"/> Sekarang bekas ibu kota Kerajaan Tayan menjadi Ibu kota [[Tayan Hilir, Sanggau|Kecamatan Tayan Hilir]], [[Kabupaten Sanggau]].<ref name="keraton"/> Raja-raja tersebut dimakamkan di kompleks makam Raja-Raja Tayan, serta makam [[Utin Belondo]] atau Ratu Utin Belondo di [[desa Kawat]].<ref name="keraton"/>

== Daftar Panembahan Tayan ==
<nowiki>*</nowiki> 1780-1809: Suma Juda

<nowiki>*</nowiki> 1809-1825; regen: 1809-1822: Natu Kusuma

<nowiki>*</nowiki> 1823-1945: ''Protektorat belanda''

<nowiki>*</nowiki> 1825-1828: Ratu Kusuma Surjanegara

<nowiki>*</nowiki> 1828-1854: Marta Surjakusuma (panembahan)

<nowiki>*</nowiki> 1854-1873: Anom Pakunegara Surjakusuma

<nowiki>*</nowiki> 1873-1880: Ratu Kusumanegara

<nowiki>*</nowiki> 1880-1905: Pakunegara Surjakusuma

<nowiki>*</nowiki> 1905-1929: Anom Pakunegara

<nowiki>*</nowiki> 1929-1944: Anom Adinegara (Gusti Dżapar)

<nowiki>*</nowiki> 1945-1960: Pakunegara (Gusti Ismail)

<nowiki>*</nowiki> 2012: Pada 26 Mei 2012 penobatan Raja XIV setelah vakum sejak tahun 1967 saat Raja XIII mangkat. Kevakuman Kerajaan Tayan akibat dari kekejaman Jepang.

'''Versi lainnya dari [[Gusti
Ahmadi]]'''

{| class="wikitable sortable"
! Nomor !! Panembahan !! Anak Dari !! Berkuasa !! Keterangan
|-
| 1. || Gusti Lekar || Gusti Dikiri Kusuma || 1683-1718 Masehi ||
|-
| 2. || Gusti Gagok || Gusti Lekar || 1718 -1751 ||
|-
| 3. || Gusti Ramal || Gusti Gagok || 1751 - 1780 ||
|-
| 4. || Gusti Kamarudin || Gusti Ramal || 1780 - 1812 ||
|-
| 5. || Gusti Mekah || Gusti Kamarudin || 1812 -1825 ||
|-
| 6. || Gusti Repa || Gusti Kamarudin || 1825 - 1828 ||
|-
| 7. || Utin Blondo || Gusti Repa || 1828 - 1855 ||
|-
| 8. || Gusti Inding || Ratu Utin Blondo || 1855 - 1873 ||
|-
| 9. || Gusti Karma || Ratu Utin Blondo || 1873 - 1880 ||
|-
| 10. || Gusti Muhammad Ali || Gusti Karma || 1880 - 1905 ||
|-
| 11. || Gusti Tamdjid || Gusti Muhammad Ali || 1905 - 1929 ||
|-
| 12. || Gusti Dja'far || Gusti Tamdjid || 1929-1944 ||
|-
| 13. || Gusti Ismail || Gusti Tamdjid || 1944 - 1967 || siapa
|-
| 14. || Gusti Yusri || Gusti Ismail || 2012- Sekarang
|-
|}<ref>https://kalbar.antaranews.com/berita/303072/raja-tayan-yang-terlahir-kembali</ref>


== Referensi ==
== Referensi ==
{{reflist}}
{{reflist}}
* [http://www.pontianakonline.com/sanggau/equatopedia/sejarah/tayan.htm Pontianak Online - Sejarah Kerajaan Tayan]
* [http://disbudpar.kalbarprov.go.id/where-to-go/sanggau/336-kerajaan-tayan-.html Dinas Kebudayan dan Pariwisata Provinsi Kalimantan Barat - Sejarah Kerajaan Tayan]


{{Kerajaan di Kalimantan}}
{{Kerajaan di Kalimantan}}


[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan di Nusantara]]
[[Kategori:Kerajaan Tayan| ]]
[[Kategori:Kerajaan di Kapuas Raya]]
[[Kategori:Kapuas Raya]]
[[Kategori:Artikel menggunakan foto WikiIstanaKalbar]]

Revisi terkini sejak 25 Januari 2023 07.09

Kerajaan Tayan

1780 (ada versi lainnya) - Sekarang
Wilayah zelfbestuur di Kalimantan Barat dan Tengah, termasuk Tayan, 1941.
Wilayah zelfbestuur di Kalimantan Barat dan Tengah, termasuk Tayan, 1941.
Ibu kota1. Teluk Kemilun
2. Rayan
3. Desa Pedalaman
Bahasa yang umum digunakanBahasa Melayu
Agama
Islam
PemerintahanMonarki
Pangeran
Panembahan[1]
 
• 178-1820 M
Gusti Kamaruddin (Pangeran Suma Yuda)
• 1944-1967 M
Gusti Ismail
• [[2012-Sekarang[2] 1963]] M
Gusti Yusri
Sejarah 
1780 (ada versi lainnya) - Sekarang
• vakum
- (45 tahun)
Sekarang bagian dari Indonesia
Sunting kotak info
Sunting kotak info • Lihat • Bicara
Info templat
Bantuan penggunaan templat ini
Keraton Kerajaan Tayan

Kerajaan Tayan adalah sebuah kerajaan yang berpusat di Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau, Provinsi Kalimantan Barat, Indonesia.[3] Pendiri kerajaan Tayan adalah putra Brawijaya dari Kerajaan Majapahit yang bernama Gusti Likar/Lekar.[4] Bersama dengan saudara-saudaranya, Gusti Likar meninggalkan Kerajaan Tanjungpura yang sering terlibat peperangan.[4] Pemerintahan kerajaan Tayan kemudian dipegang oleh Gusti Ramal bergelar Pangeran Marta Jaya Yuda Kesuma, putra Pangeran Mancar pendiri Kerajaan Meliau yang adalah kemenakan Gusti Likar.[5] Mula-mula ibu kota kerajaan berlokasi di Teluk Kemilun.[5]

Asal–usul nama Tayan[sunting | sunting sumber]

Terdapat berbagai versi penamaan Tayan, antara lain:[6]

  1. Asal kata TA artinya TANAH dan YAN artinya TAJAM (TANAH TAJAM).[6] Apakah ini dimaksudkan dengan kondisi tanah ujung Tanjung, disitu tempat mulai dibuka atau didirikan kota Tayan;[6]
  2. Asal kata TAI artinya BESAR dan AN artinya KOTA (KOTA BESAR).[6] Sebuah tempayan yang ditenggelamkan di muara Sungai Tayan sebagai tanda mulai berdirinya Kota Tayan.[6]

Sejarah[sunting | sunting sumber]

Kerajaan Tayan di dirikan oleh Gusti Lekar, anak kedua dari Panembahan Dikiri (Raja Matan).[7] sedangkan anaknya yang pertama bernama Duli Maulana Sultan Muhammad Syarifuidin, menggantikan ayahnya menjadi Raja Matan.[7] Sultan Muhammad Syarifudin adalah Raja pertama yang memeluk agama islam oleh tuan Syech Syamsuddin dan mendapat hadiah dari raja mekah sebuah Qur’an kecil dan sebentuk cincin bermata jamrut merah.[7] Kedatangan Gusti Lekar di Tayan semulanya untuk mengamankan upeti dari rakyat daerah itu kepada kerajaan matan, sebelumnya pembawa upeti tersebut selalu mendapat gangguan oleh seseorang yang mengatakan dirinya raja di kuala lebai.[7] untuk semuanya itu Gusti Lekar bersama seorang suku dayak bernama Kia Jaga dari Tebang berhasil mengamankan upeti tersebut sampai ke kerajaan Matan.[7]

Gusti Lekar wafat di makamkan di sebuah bukit dekat Kota Meliau, karena tempat atau bukit tersebut masih termasuk wilayah Kerajaan Tayan.[7] Dengan wafatnya Gusti Lekar ini, maka sebagai penggantinya menjadi raja di Tayan diangkatlah Gusti Gagok dengan gelar Pangeran Manca Ningrat, beristrikan Utin Halijah dan memperoleh seorang anak yang diberi nama Gusti Ramal.[7] sedangkan saudaranya yang lain, yaitu Gusti Manggar menjadi Raja di Meliau, Gusti Togok menjadi Raja di Sanggau dan Utin Peruan kawin dengan abang sebatang hari seorang pangeran di Embau Hulu Kapuas.[7]

Sejak itu ibu kota Kerajaan Tayan dipindahkan ke suatu tempat bernama Rayang.[7] Ditempat ini masih terdapat peninggalan berupa Makam Raja-raja dan sebuah meriam, yang konon atau menurut cerita meriam ini tidak mau dipindahkan ketempat lain dan pada saat-saat tertentu posisinya dapat berubah sendiri.[7] Dengan berakhirnya masa Kerajaan Tayan ini, status keraton dijadikan monumen peninggalan sejarah yang dilindungi (Monumen Ordonansi No. 238 tahun 1931) dan mendapat bantuan biaya pemeliharaan dari Pemerintahan Daerah TK I Kalimantan Barat.[7] Peninggalan sejarah lainnya yaitu sebuah Masjid Jami' yang letaknya kurang lebih 100 meter kearah Barat Keraton dan Makam Raja-raja serta puluhan meriam peninggalan VOC.[7]

Kerajaan Tayan pertama kali ditempatkan di daerah Tayan, setelah Gusti Lekar wafat dimakamkan disebuah bukit yang tidak jauh keberadaannya dari Kota Meliau, Kecamatan Meliau, Kabupaten Sanggau.[7] Gusti Lekar wafat dan digantikan oleh putranya yang bernama Gusti Gagok yang bergelar Manca Diningrat.[7] Kemudian Gusti Gagok memindahkan Ibu kota Kerajaan Tayan ke suatu tempat bernama Rayang.[7] Hingga saat ini kawasan Rayang masih didapati peninggalan Kerajaan Tayan berupa makam Raja-Raja beserta kerabat kerajaan di mana dikawasan tersebut ditandai keberadaan sebuah meriam.[7] Setelah Pangeran Mancadiningrat (Gusti Gagok) wafat, Raja Tayan diganti oleh anak pertamanya bernama Gusti Ramal yang bergelar Pangeran Marta Jaya Kusuma.[7]

Sejak pemerintahan Gusti Kamaruddin yang bergelar Pangeran Suma Yuda yang menggantikan ayahnya Gusti Ramal menjadi Raja tayan.[7] Dalam masa pemerinthannya itu, terjadi peperangan antara Kerajaan Tayan dengan Kerajaan Pontianak.[7] Kerajaan Sanggau dan orang-orang China dari wilayah Mentrado Bengkayang.[7] Setelah wafatnya Pangeran Suma Yuda (Panembahan Tua), diangkatlah anaknya yang bernama Gusti Mekkah yang kemudian bergelar Panembahan Natakusuma (Panembahan Muda).[7] Pada masa pemerintahan Natakusuma inilah tercatat bahwa dia yang mula-mula mengikat perjanjian dengan Nederland Indie Gouverment pada bulan November tahun 1822.[7]

Panembahan Natakusuma mangkat pada tahun 1825 dengan tidak meninggalkan seorang putra.[7] Maka yang menggantikan menjadi Raja Tayan adalah saudaranya Panembahan Tua yaitu Utin Belondo yang bergelar Ratu Utin Belondo (Ratu Tua) sedangkan yang menjalankan pemerintahan kerajaan adalah suaminya Gusti Hasan Pangeran Ratu kusuma dengan gelar Panembahan Mangku Negara Surya Kusuma.[7] Pada tahun 1855 Panembahan Mangku Negara Surya Kusuma wafat dan digantikan oleh anaknya yang bernama Gusti Inding yang bergelar sama dengan ayahnya.[7]

Dalam tahun 1858 oleh pemerintahan Belanda (Gouverment Hindia Belanda) gelar dia diganti menjadi Panembahan Anom Pakunegara Surya Kusuma.[7] Pada masa itu terjadi peperangan antara kerajaan Tayan dengan Kerajaan Landak (Ngabang).[7] Oleh karena dia sudah sangat tua, maka roda pemerintahannya diserahkan kepada adiknya yang bernama Gusti Karma.[7] Dia meninggal dunia pada tanggal 23 November 1873 (1290 H) di Batang Tarang.[7] Gusti Karma kemudian diangkat menjadi Raja Tayan dan diberi gelar Panembahan Adi Ningrat Kusuma Negara dan dia memerintah hingga tahun 1880 yang kemudian digantikan anaknya bernama Gusti Muhammad Ali disebut pula dengan nama Gusti Indung bergelar Panembahan Pakunegara Kusuma dinobatkan menjadi Raja tayan di Rayang.[7] Dia beristrikan Utin fatimah dan memperoleh 12 anak.[7]

Dalam masa pemerintahan dia, mengikat kontrak baru dengan pemerintahan belanda yaitu Akta Van Verband en Bekrachting di Rayang, 2 April 1880, Goedgekeurd 23 April 1883 Nomor 12.[7] Dalam masa pemerintahannya Ibu kota tempat kedudukan Raja dipindahkan dari Istana Rayang ke Tayan (berawal di kawasan Teluk Kemilun dan kemudian berpindah ke Desa Pedalaman hingga saat ini) dan sekaligus membangun istana/keraton baru yang dibangun oleh rakyat Tayan untuk Raja Tayan.[7] Keraton ini hingga pada saat ini masih berdiri dan ditempati oleh para ahli warisnya.[7] Pada tanggal 26 Februari 1890 oleh Gouverment Hindia Nederland, Kerajaan Meliau dimasukkan kedalam wilayah/daerah Kerajaan Tayan.[7] Panembahan Gusti Muhammad Ali memegang jabatan selama 15 tahun (1890 s/d 1905), dia wafat dan dimakamkan dikompleks Makam Raja-Raja Tayan di desa kawat.[7]

Sejak dipindahkan pusat kerajaan dari Rayang ke tempat yang baru, dan bertempat tinggal diistana/keraton tersebut telah sempat memerintah 4 orang Panembahan, yaitu:[7]

  1. Gusti Muhammad Ali (Panembahan Pakunegara Kusuma) 18751905 M;[7]
  2. Gusti Tamdjid (Panembahan Anom Pakunegara) 19051929 M;[7]
  3. Gusti Djafar (Panembahan Anom Adi Negara) 19291943 M;[7]
  4. Gusti Ismail (Panembahan Anom Pakunegara) 19461967.[7]

Zaman pemerintahan Gusti Ismail tetap menjadi Raja Tayan sampai pada masa pemerintahan Swapraja diserahkan pada tahun 1960.[7] Tetapi dia masih bekerja terus sebagai Wedana Tayan.[7] Dalam kedudukan sebagai Wedana Tayan, Gusti Ismail dipindahkan dan diperbantukan dikantor Bupati Kepala daerah Kabupaten Sanggau.[7] Sekarang bekas ibu kota Kerajaan Tayan menjadi Ibu kota Kecamatan Tayan Hilir, Kabupaten Sanggau.[7] Raja-raja tersebut dimakamkan di kompleks makam Raja-Raja Tayan, serta makam Utin Belondo atau Ratu Utin Belondo di desa Kawat.[7]

Daftar Panembahan Tayan[sunting | sunting sumber]

* 1780-1809: Suma Juda

* 1809-1825; regen: 1809-1822: Natu Kusuma

* 1823-1945: Protektorat belanda

* 1825-1828: Ratu Kusuma Surjanegara

* 1828-1854: Marta Surjakusuma (panembahan)

* 1854-1873: Anom Pakunegara Surjakusuma

* 1873-1880: Ratu Kusumanegara

* 1880-1905: Pakunegara Surjakusuma

* 1905-1929: Anom Pakunegara

* 1929-1944: Anom Adinegara (Gusti Dżapar)

* 1945-1960: Pakunegara (Gusti Ismail)

* 2012: Pada 26 Mei 2012 penobatan Raja XIV setelah vakum sejak tahun 1967 saat Raja XIII mangkat. Kevakuman Kerajaan Tayan akibat dari kekejaman Jepang.

Versi lainnya dari [[Gusti Ahmadi]]

Nomor Panembahan Anak Dari Berkuasa Keterangan
1. Gusti Lekar Gusti Dikiri Kusuma 1683-1718 Masehi
2. Gusti Gagok Gusti Lekar 1718 -1751
3. Gusti Ramal Gusti Gagok 1751 - 1780
4. Gusti Kamarudin Gusti Ramal 1780 - 1812
5. Gusti Mekah Gusti Kamarudin 1812 -1825
6. Gusti Repa Gusti Kamarudin 1825 - 1828
7. Utin Blondo Gusti Repa 1828 - 1855
8. Gusti Inding Ratu Utin Blondo 1855 - 1873
9. Gusti Karma Ratu Utin Blondo 1873 - 1880
10. Gusti Muhammad Ali Gusti Karma 1880 - 1905
11. Gusti Tamdjid Gusti Muhammad Ali 1905 - 1929
12. Gusti Dja'far Gusti Tamdjid 1929-1944
13. Gusti Ismail Gusti Tamdjid 1944 - 1967 siapa
14. Gusti Yusri Gusti Ismail 2012- Sekarang

[8]

Referensi[sunting | sunting sumber]