Sunan Walilanang
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Dia merupakan ayah dari Sunan Giri. Nama lain Syekh Sunan Walilanang adalah Syekh Maulana Ishaq. Kedatangan Sunan Wali Lanang ke Jawa belum diketahui pasti. Dalam Babad Gresik, ketika tiba di Gresik tempat pertama yang ditujunya adalah Ampel Denta.Tinjauan lain mencatat Sunan Walilanang datang setelah Sunan Ampel menetap di Ampel.[1] Sunan Walilanang pertama kali menyebarkan Islam berkisar pada tahun 1404–1435 di Gresik, kemudian dilanjutkan periode kedua pada 1435–1463.[1]
Kisah Walilanang tertulis dalam Babad Gedhongan. Babad ini menceritakan perjalanan Dyah Rasa Wulan (putri Adipati Tuban) dan Syekh Walilanang, seorang pengelana dari Arab yang menyebarkan agama Islam di Jawa yang pada akhirnya bertemu di Goa Serang. Alur yang kerap muncul dalam Babad Gedhongan yakni tentang pengembaraan dan pembicaraan ajaran sejati. Babad Gedhongan membangun kedua tokoh Sunan Walilanang dan Dyah Rasa Wulan yang berbeda latar. Sunan Walilanang mengembara untuk menyebarkan agama Islam, sedangkan Rasa Wulan pergi dari rumahnya karena hendak dijodohkan.
Sunan Walilanang tinggal di desa Tarub, Gresik untuk menyebarkan agama Islam. Ia tinggal di rumah Ki Umbul Wasita Ngalam. Ketika Ki Umbul meninggal, Sunan Walilanang menikahinya. Hal ini membuat warga Tarub mengusirnya dari desa. Ia pergi meninggalkan desa menuju hutan. Di hutan, ia tidak tidur, makan, dan hanya bersemedi. Selama 40 hari, ia hanya makan kunir dan buah-buahan yang ditemuinya di hutan. Dalam kondisi itu, ia mendengar suara yang memberi petunjuk bahwa ia akan bertemu istrinya di Goa Serang. Keesokan harinya, Sunan Walilanang bertemu dengan Dyah Rasa Wulan. Pertemuan tersebut terjadi pada tahun 1481 di tempat yang diramalkan, yaitu Goa Serang. Melihat kecantikan Rasa Wulan, Sunan Walilanang jatuh cinta kepadanya. Kemudian Sunan Walilanang meyakinkan Rasa Wulan adalah jodohnya.[1]
Ki Umbul Tunggak mencari Rasa Dyah. Ia adalah orang yang mengasuh Rasa Dyah. Ki Umbul menuju goa kemudian kaget melihat Rasa Dyah bersama laki-laki. Ki Umbul diberi pehamanan oleh Sunan Walilanang agar tidak terjadi kesalahpahaman. Kata Sunan Walilanang pertemuannya dengan Ki Umbul merupakan kehendak Tuhan. Selanjutnya ia mengajarkan ajaran sejati dan Martabat Tujuh kepada Ki Umbul.[1]