Lompat ke isi

Bahasa Bali: Perbedaan antara revisi

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
[revisi tidak terperiksa][revisi terperiksa]
Konten dihapus Konten ditambahkan
Jenis bahasa Bali: anggah ungguhin basa
Tag: VisualEditor mengosongkan halaman [ * ]
M. Adiputra (bicara | kontrib)
 
(230 revisi perantara oleh 99 pengguna tidak ditampilkan)
Baris 1: Baris 1:
{{bukan|bahasa Pali}}{{kegunaan lain|Bahasa Bali (disambiguasi)}}
{{Infobox Bahasa
{{Infobox Bahasa
|name=Bali
|name=Bahasa Bali
|nativename={{script|Bali|ᬩᬲᬩᬮᬶ}} (Basa Bali)
|nativename = Bhāṣā Bali<br>{{script/Bali|ᬪᬵᬱᬵᬩᬮᬶ}}
|region=[[Bali]], [[Nusa Penida]], [[Lombok]] dan [[Jawa]], [[Indonesia]]
|states=[[bahasa di Indonesia|Indonesia]]
|region=[[Bali]], [[Jawa Timur]], [[Nusa Tenggara Barat]], [[Nusa Tenggara Timur]],
|speakers=3.330.000 (sensus 2000)
|ethnicity=[[Suku Bali|Bali]]
|speakers=3,3 juta
|date=2000
|familycolor=Austronesia
|familycolor=Austronesia
|fam2=[[Bahasa Melayu-Polinesia|Malayo-Polinesia]]
|fam2=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia|Melayu-Polinesia]]
|fam3=[[Bahasa Melayu-Sumbawa|Melayu-Sumbawa]]
|fam3=[[Rumpun bahasa Melayu-Polinesia Barat|Melayu-Polinesia Barat]]
|fam4=[[Rumpun bahasa Bali-Sasak-Sumbawa|Bali-Sasak-Sumbawa]]
|fam4=Utara dan Timur
|fam5=[[Bahasa Bali-Sasak-Sumbawa]]
|dia1=[[Bahasa Bali Dataran Rendah|Dataran Rendah]]
|dia2=[[Bahasa Bali Dataran Tinggi|Dataran Tinggi]]
|dia3=[[Bahasa Bali Nusa Penida|Nusa Penida]]
|script=[[Alfabet Latin]], [[aksara Bali]]
|script=[[Alfabet Latin]], [[aksara Bali]]
|agency=Balai Bahasa Provinsi Bali
|iso2=ban|iso3=ban
|iso2=ban|iso3=ban
}}
{{Incubator|code= ban/Main Page}}


|map=File:Balinese language distribution.svg
'''Bahasa Bali''' adalah sebuah [[bahasa Austronesia]] dari cabang Sundik dan lebih spesifik dari anak cabang Bali-Sasak. Bahasa ini terutama dipertuturkan di pulau [[Bali]], pulau [[Lombok]] bagian barat, dan sedikit di ujung timur pulau [[Jawa]].
|mapcaption={{Legend3 | #fbc6ad | Bahasa Bali merupakan [[bahasa ibu|bahasa pertama]] maupun bahasa mayoritas}}
Di Bali sendiri Bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya dan Bali Kasar. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya, Di Lombok bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten [[Banyuwangi]]. Selain itu bahasa Osing, sebuah dialek Jawa khas Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata ''osing'' yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali ''tusing''. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 4 juta jiwa.
{{Legend3 | #ffdecf | Bahasa Bali merupakan bahasa minoritas }}
{{Legend3 | #ffefe8 | Bahasa Bali dituturkan dalam jumlah sedikit dan hanya berupa [[bahasa kedua]]}}
|map2=File:Peta bahasa di Lombok.png
|mapcaption2=Penuturan bahasa Bali di Lombok bersama dengan [[bahasa Sasak]]


|contoh_berkas=WIKITONGUES - Ni Luh speaking Balinese.webm
'''Pengertian Bahasa Bali'''
|contoh_deskripsi=Seorang wanita berbicara menggunakan bahasa Bali


|status_konservasi=NE
Bahasa Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta yang artinya “kekuatan”, jadi kata “Bali” berarti “pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Sebagai bahasa, bahasa Bali merupakan bahasa warisan budaya Bali yang sangat penting yang harus dilestarian dan dikembangkan. Hal ini hendaknya menjdai kewajiban seluruh generasi manusia Bali untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya, serta mentransformasikan  dalam  konteks tuntutan perkembangan zaman.
|notice=IPA
|HAM=ya
|contoh_teks=<div style="line-height:2;">{{script/Bali|ᬲᬫᬶ ᬫᬦᬸᬲᬦᬾ ᬲᬦᬾ ᬜ᭄ᬭᬸᬯᬤᬶ ᬯᬦ᭄ᬢᬄ ᬫᬭ᭄ᬤᬾᬓ ᬢᬸᬃ ᬫᬤᬸᬯᬾ ᬓᬳᬸᬢ᭄ᬢᬫᬳᬦ᭄ᬮᬦ᭄ᬳᬓ᭄ᬳᬓ᭄ᬲᬦᬾ ᬧᬢᭂᬄ᭟ᬲᬫᬶ ᬓᬮᬸᬕ᭄ᬭᬵᬳᬶᬦ᭄ᬧᬧᬶᬦᭂᬄ ᬮᬦ᭄ᬳᬶᬤᭂᬧ᭄ᬢᬸᬃ ᬫᬗ᭄ᬤᬦᬾ ᬧᬟ ᬫᬲᬯᬶᬢ᭄ᬭ ᬫᭂᬮᬭᬧᬦ᭄ᬲᭂᬫᬗᬢ᭄ᬧᬓᬸᬮᬯᬭ᭄ᬕᬳᬦ᭄᭞}}</div>
|contoh_romanisasi=
|contoh_suara=Universal_Declaration_of_Human_Rights_-_bal_-_Article_1.wav
|pranala_HAM=https://www.ohchr.org/en/human-rights/universal-declaration/translations/balinese
|mapcode= Bali
}}
{{Contains special characters|Balinese}}


'''Bahasa Bali''' ([[Aksara Bali]]: {{script/Bali|ᬪᬵᬱᬵᬩᬮᬶ}}, ''Bhāṣā Bali'') merupakan bahasa yang termasuk dalam kelompok {{PRBahasa|Melayu-Polinesia}} yang dituturkan oleh sekitar 3.3&nbsp;juta jiwa ({{As of|2000|lc=on}}) yang utamanya terkonsentrasi di pulau [[Bali]] dan juga tersebar di [[Nusa Penida]], [[Lombok]] bagian barat, dan [[Jawa]] bagian timur,<ref>Ethnologue.</ref> hingga [[Sumatra]] bagian selatan dan [[Sulawesi]].<ref name="Clynes 1995">{{Cite thesis |last=Clynes |first=Adrian |title=Topics in the Phonology and Morphosyntax of Balinese |date=1995 |degree=PhD |publisher=Australian National University |doi=10.25911/5d77865d38e15 |doi-access=free |hdl=1885/10744 |hdl-access=free}}</ref> Kebanyakan penutur bahasa Bali dapat menuturkan [[bahasa Indonesia]]. Diperkirakan bahwa pada tahun 2011, terdapat kurang dari 1&nbsp;juta orang yang masih menggunakan bahasa Bali sebagai [[bahasa pertama|bahasa utama]] mereka di [[Bali]]. Bahasa ini digolongkan sebagai bahasa yang "tidak terancam" oleh ''[[Glottolog]]''.<ref name=":0">{{Cite web|title=Glottolog 4.3 - Balinese|url=https://glottolog.org/resource/languoid/id/bali1278|access-date=2021-04-27|website=glottolog.org}}</ref>
Bahasa Bali adalah salah satu bahasa daerah di negara Indonesia yang dipeliahara dengan baik oleh masyarakat penuturnya, yaitu etnis Bali. Bahasa Bali  merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama bagi sebagian besar masyarakat Bali, dipakai secara luas sebagai alat komunikasi dalam berbagai aktivitas kehidupan sosial masyarakat Bali. oleh karena itu, bahasa Bali merupakan pendukung kebudayaan Bali yang tetap hidup dan berkembang di Bali. Dilihat dari jumlah penuturnya, bahasa Bali didukung oleh lebih kurang setengah juta jiwa dan memiliki tradisi tulis sehingga bahasa Bali termasuk bahasa daerah besar diantara beberapa bahasa daerah di Indonesia.


Di Bali sendiri, bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya, dan Bali Kasar. Hal ini terjadi karena pengaruh [[bahasa Jawa]] menyebar ke Bali sejak zaman Majapahit, bahkan sampai zaman Mataram Islam, meskipun kerajaan Mataram Islam tidak pernah menaklukkan Bali. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya.
Bahasa bali merupakan suatu ilmu tata wicara / berbicara (bahasa daerah) yang memiliki systematika baik dari segi penlafalan dan aksara (mempunyai system syllabic) sebagai alat komunikasi bagi masyarakat bali pada khususnya. Dalam penerapannya, bahasa bali lebih sering digunakan dalam dibidang sosiolinguistik bahasa bali yang lebih menekankan pada penggunaan bahasa berdasarkan objek penelitian antara hubungan bahasa yang digunakan dengan faktor-faktor social dalam masyarakat hindu di bali yang mengenal system kasta (warna) / kelas penggolongan masyarakat itu sendiri.


Di Lombok, bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten [[Banyuwangi]]. Selain itu bahasa Osing, yaitu bahasa asli orang Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata ''osing'' yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali ''tusing''. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 3,3 juta jiwa berdasarkan data sensus tahun 2000.
Pada bahasa bali atau keterampilan berbicara (kepewaraan) dengan menggunakan bahasa bali yang harus diperhatikan adalah kaidah-kaidah yang menyangkut aturan dalam berbicara dengan menggunakan bahasa bali tersebut. Dalam artian, tidak semena-mena dalam menggunakan bahasa bali sebagai sarana komunikasi baik dengan siapa yang menjadi lawan bicara pada konteksnya agar memiliki kaidah yang patut / baik, benar dan sesuai dengan penggunaannya dalam kehidupan.


== Klasifikasi ==
Peradaban masyarakat bali, sejak dari dulu hingga sekarang yang pada umumnya selalu menggunakan bahasa daerahnya sebagai sarana komunikasi yaitu bahasa bali. Jika ditinjau dari segi historis , bahasa bali mengenal tiga periodisasi yaitu :
Bahasa Bali termasuk dalam cabang {{PRBahasa|Melayu-Polinesia}} dari rumpun bahasa {{PRBahasa|Austronesia}}. Dalam rumpun Melayu-Polinesia, bahasa Bali berada di subcabang {{PRBahasa|Bali-Sasak-Sumbawa}}.<ref>{{cite book |last=Adelaar |first=K. Alexander |year=2005 |chapter=The Austronesian languages of Asia and Madagascar: a historical perspective |editor1=Adelaar, K. Alexander |editor2=Himmelmann, Nikolaus |title=The Austronesian languages of Asia and Madagascar |location=London |publisher=Routledge |pages=1–42}}</ref> Terdapat tiga dialek utama dari bahasa Bali, yakni bahasa Bali yang dituturkan di pegunungan dan dataran tinggi, bahasa Bali dataran rendah, dan penuturan di [[Nusa Penida]].<ref name=":0" />
== Demografi ==
Menurut sensus tahun 2000, bahasa Bali dituturkan oleh sekitar 3,3&nbsp;juta orang di Indonesia yang utamanya terkonsentrasi di pulau [[Bali]] dan area sekitarnya.


Pada 2011, diperkirakan hanya terdapat tidak lebih dari 1&nbsp; juta orang yang menuturkan bahasa Bali. Hal ini dikarenakan masyarakat pada wilayah perkotaan hanya mengajarkan bahasa {{PBahasa|Indonesia}}, atau bahkan bahasa {{PBahasa|Inggris}} pada anak-anak mereka, serta penggunaan bahasa Bali dalam media massal terlah menghilang. Bentuk tertulis daribahasa Bali semakin asing bagi penutur bahasa itu sendiri dan sebagian besar masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali hanya sebagai alat komunikasi lisan, seringkali mencampurkannya dengan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Namun di daerah transmigrasi di luar Pulau Bali, bahasa Bali banyak digunakan dan diyakini berperan penting dalam kelangsungan bahasa tersebut.<ref>{{Cite news|author=Ni Komang Erviani|date=30 Maret 2012|title=Balinese Language 'Will Never Die'|language=en|work=The Jakarta Post|url=http://www.thejakartapost.com/news/2012/03/30/balinese-language-will-never-die.html}}</ref>
1.      Bahasa Bali Kuna adalah bahasa bali yang dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman raja-raja Bali kuna sebagaimana ditemukannya prasasti-prasasti bali kuna baik itu lontar yang berisikan huruf / bahasa jawa kuna.

2.      Bahasa Bali tengahan , adalah bahasa bali yang dipakai untuk menuliskan karya-karya sastra seperti kidung-kidung, babad, wariga, usada, usana, niti dan sebagainya.

3.      Bahasa Bali Kepara atau Bahasa Bali Lumrah , adalah bahasa Bali yang masih hidup sampai sekarang yang dipakai sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengadakan suatu interaksi dengan lawan bicaranya. Bahasa bali periode yang terakhir, jika dilihat dalam pemakaiannya memiliki system tingkatan-tingkatan yang dalam bahasa itu disebut dengan '''''Sor-Singgih Basa Bali''''' .

Masyarakat bali , dalam etika pergaulannya selalu dilandasi dengan sonpan santun, yang terpola dalam bingkai '''''“ manyama braya”''''' ini sebagai membentuk karakter dan pola pikir termasuk sikap mental orang bali, sehingga dalam berkomunikasi pun akan selalu memilih dan memilah ketika dihadapi suatu konteks / keadaan yang merujuk pada situasi saat memakai tingakatan-tingkatan Bahasa bali yang bertujuan untuk menyesuaikan dan ketepatan / kecakapan berbicara dengan identitas / status lawan bicaranya. Setiap komunikasi dalam pergaulan, tata karma dapat dipastikan ada didalamnya. Dalam hal ini tata karma dalam pergaulan sangat diperlukan dengan adanya etika dan kesopansantunan berbahsa. Antara tata karma dan bahasa dalam pergaulan hidup bermasyarakat, keduanya tidak dapat dipisahkan, ''ibarat benang yang dijalin menghasilakn suatu tenunan yang utuh.''

Dalam penggunaan Sor-Singgh Bahasa Bali dalam kehidupan bermasyarakat orang Bali, menurut kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Bali menguraikan bahwa kata Sor berarti bawah, singgih berarti halus atau hormat. Sor-Singgih. '''''Jadi Sor-Singgih Basa Bali berarti aturan tentang tingkat-tingkatan atau tinggi rendah yang menyangkut rasa / perasaan yang merujuk pada rasa solidaritas dengan saling hormat menghormati dalam menggunakan bahasa Bali terhadap lawan bicara.''''' Berikut adalah pembagian terhadap tingkatan-tingkatan bahasa bali menurut Sor-Singgihnya yang terdiri dari :

1.        Basa Kasar ,Kasar Pisan/ Kasar Jabag

2.        Basa Andap

3.        Basa Madia

4.        Basa Alus, Alus Sor, Alus Mider, dan Alus Singgih

5.        Basa Mider

·         '''Pembahasan Basa Kasar'''

Basa kasar adalah tingkatan bahasa bali yang memiliki rasa bahasa paling bawah. Basa kasar dibedakan menjadi 2 yaitu : basa kasar pisan dan basa kasar jabag.

Basa kasar pisan adalah bahasa bali yang didalam penggunaannya tergolong tidak sopan dan tidak memiliki nilai etika moral, sehingga menimbulkan konotasi/ kesan yang buruk bagi penyimaknya. Bagi mereka yang terkena perkataan / bahasa ini bias mendapat ''“leteh”'' yang harus dibersihkan dengan melakukan penyucian diri (prayasita) bagi mereka yang termasuk '''''catur wangsa''.'''

Contoh :

-         ''“Cicing iba, ngenken iba mai ngleklek !”''

-         ''“Anjing kamu, mau apa kamu kesini !”''

-         ''“Iba bungut dogen, tegarang suud mapeta !”''

-         ''“kamu bicara saja, sudahi pembicaraan !”''

·         '''Pembahasan Basa Kasar Jabag'''

Basa Kasar Jabag adalah Bahasa Bali yang dalam penggunaannya tidak sesuai dengan situasi pembicaraan. Artinya, kata-kata dalam bahasa itu tidak mengindahkan tingkat-tingkatan yang ada dalam bahasa bali  yang kadang kala melampaui etika pembicaraan. Biasanya cenderung dipakai pada suatu konteks yang merujuk pada keadaan keakraban, kelebihan dan keangkuhan sang pembicara dengan lawan bicaranya.

Contoh  :

-         “I Bapa '''pules''' di bale asagane”

-         “Ayah tidur di tempat peristirahatan”

-         “Gusti ngurah '''mara teka''', suba ke '''ngabe gapgapan'''?”

-         “Gusti ngurah baru dating, sudahkah membawa oleh-oleh?”

·         '''Pembahasan Basa Andap'''

Basa Andap adalah tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam suasana bersahaja ( dalam pergaulan akrab dan memiliki nilai kesopanan). Sehingga sering disebut dengan istilah basa kasar sopan / basa lumrah dipakai dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat / kapara. Bahasa ini sering digunakan pada masyarakat hindu di bali yang memiliki ''wangsa jaba''. Disini, bahasa bali sebagai bahasa sopan, digunakan apabila konteks bergaulnya memiliki sikap keakraban / kekeluargaan yang terjalin erat, misalnya sesama wangsa. Sama kedudukannya , sama umur, sama pendidikan, sama jabatan, kawan sederajat dan merupakan bahasa kekeluargaan.

Contoh  :

-         Percakapan antar wangsa ksatriya       :

-         “Beli Gus De, dija kejang jajane tuni, Mbok Dayu be kenyel pisan ngalihin”

-         “Kak Gus De, dimana menaruh kue, Kak Dayu sudah letih sekali mencarinya”

·         '''Pembahasan Basa Madia'''

Basa Madia adalah tingkatan bahasa bali yang tergolong menengah, yang nilai rasa bahasanya berada diantara bahasa bali andap dan bahasa bali alus. Artinya bahwa konotasi bahasa madia tidak kasar, dan juga tidak halus, karena itulah sering juga disebut dengan bahasa antara ( tidak halus dan juga tidak kasar). Basa Madia itu digunakan apa bila wangsa atau status sosialnya dalam masyarakat lebih tinggi berbicara dengan wangsa yang status sosialnya lebih rendah, tetapi lebih tua atau lebih disegani yang mendududki suatu jabatan tertentu dalam masyarakat / adat misalnya “ klian banjar dinas/ adat” maupun pejabat / instansi pemerintahan atau swasta, dalam situasi percakapan tersebut tentunya akan menggunakan Basa Madia.

Contoh  :

-         “'''Ampunang''' irika negak, ten tepukin '''tiang'''”

“Jangan duduk disana, saya tidak melihatmu”

-         “Mara suud '''ngajeng''', suba nagih '''mepamit'''”

“Baru saja selesai makan, sudah mau pergi”.

·         '''Pembahasan Basa Alus'''

Basa Alus adalah sebagai tingkatan bahasa bali yang mempunyai nilai rasa bahasa yang tinggi atau sangat hormat, biasanya bahasa ini digunakan dalam situasi resmi ( seperti rapat , pertemuan, seminar, percakapan adat agama dll). Pembagian basa alus terdiri dari :

·         '''Basa Alus Sor'''

Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang mengenai diri sendiri atau digunakan untuk merendahkan diri sendiri dan juga untuk orang lain / objek yang dibicarakan yang patut direndahkan / bias juga karena status sosialnya yang dianggap lebih rendah dari orang yang diajak bicara.

Contoh :

-           '''''Titiang''''' ''jagi grereh '''pakaryan''' sane patut anggen '''pangupa jiwa'''''

''Saya ingin mencari pekerjaan yang    sesuai untuk pemenuhan hidup''

·         '''Basa Alus Mider'''

Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang memiliki nilai rasa tinggi atau sangat hormat yang dapat digunakan untuk golongan bawah dan juga untuk golongan atas. Basa alus mider adalah bahasa bali alus dwi fungsi, bias masuk dalam basa bali alus singgih dan juga bias masuk dalam basa bali alus sor. Contoh         :

-         “'''Ipun makta''' asiki, '''ida makta''' kekalih”

“Ia membawa satu, beliau membawa dua”

·         '''Basa Alus Singgih'''

Adalah tingkatan bahasa bali alus atau hormat yang hanya dapat digunakan oleh pembicara untuk menghormati atau memuliakan orang yang patut dihormati atau dimuliakan.

Contoh  :

-         '''“ I Ratu''' kayun '''ngrayunang ulam bawi?”'''

-         “'''Ratu''', yening wenten karya ring geria''', nikain''' titiang”

·         '''Pembahasan Basa Mider'''

Adalah kata-kata dalam bahasa bali yang tidak memiliki tingkatan-tingkatan rasa bahasa, sehingga bahasa ini dapat digunakan untuk dan kepada siapa saja. Selain itu dalam pemakaiannya tidak terikat dengan status social dalam masyarakat, situasi / kondisi pembicaraan. Contoh : (kata sifat) '''nyongkok, kija''', '''ke kantor''' (tempat), '''televisi/''' '''radio''' (kata benda),

Itulah tingkatan-tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat di bali pada umumnya.


== Fonologi ==
== Fonologi ==


=== Vokal ===
=== Vokal ===
Terdapat 6 [[vokal]] di dalam kotak fonem bahasa Bali

{| class="wikitable" style="text-align: center"
Ada 6 vokal di dalam bahasa bali

{| class="wikitable" class="wikitable IPA"
|+'''Vokal'''
|-
!
!
!Depan
! [[Vokal depan|Depan]]
!Madya
! [[Vokal madya|Madya]]
!Belakang
! [[Vokal belakang|Belakang]]
|-
|-
!Tertutup
! [[Vokal tertutup|Tertutup]]
| {{IPAslink|i}}
|align=center|i
|
|align=center|
| {{IPAslink|u}}
|align=center|u
|-
|-
!Tengah
! [[Vokal tengah|Tengah]]
| {{IPAslink|e}}
|align=center|e
|align=center
| {{IPAslink}}
| {{IPAslink|o}}
|align=center|o
|-
|-
!Terbuka
! [[Vokal terbuka|Terbuka]]
|
|
| {{IPAslink|a}}
|align=center|a
|
|
|}
|}

Ejaan formal dari bahasa Bali membuat fonem {{IPA|/a/}} dan {{IPA|/ə/}} ditulis sebagai {{Grapheme|a}}. Walaupun demikian, {{Grapheme|a}} seringkali dilafalkan sebagai {{IPA|[ə]}} hanya saat terletak pada akhir kata, serta pada [[awalan]] ''ma-'', ''pa-'', dan ''da-''.<ref name="Spitzing">{{cite book |title=Practical Balinese: Phrasebook and Dictionary|last=Spitzing |first=Günter |year=2002|publisher=Tuttle Publishing|location=Rutland VT|page=22}}</ref>


=== Konsonan ===
=== Konsonan ===
Ada 18 [[konsonan]] di dalam kotak fonem Bahasa Bali:

{| class="wikitable" style="text-align:center"
Ada 18 konsonan di dalam Bahasa Bali:
|+Balinese consonants

|- style="font-size: 90%;"
{| class="wikitable" class="wikitable"
|-
!
!
!colspan=2 align=center|Bibir
! colspan="2" | [[konsonan dwibibir|Dwibibir]]
! colspan="2" | [[Konsonan rongga-gigi|Rongga<br>gigi]]
!colspan=2 align=center|Gigi
!colspan=2 align=center|Langit<sup>2</sup>{{br}}Keras
! colspan="2" | [[konsonan langit-langit|Langit<br>langit]]
! colspan="2" | [[konsonan langit-langit belakang|Lang.<br>belakang]]
!colspan=2 align=center|Langit<sup>2</sup>{{br}}Lunak
!colspan=2 align=center|Celah{{br}}Suara
! colspan="2" | [[konsonan celah-suara|Celah<br>suara]]
|-
|-
! <small>[[konsonan sengau|Sengau]]</small>
!Letup
| width="20px" style="border-right: 0;" | || width="20px" style="border-left: 0;" |{{IPAlink|m}}
|align=center|p
| width="20px" style="border-right: 0;" | || width="20px" style="border-left: 0;" |{{IPAlink|n}}
|align=center|b
| width="20px" style="border-right: 0;" | || width="20px" style="border-left: 0;" |{{IPAlink|ɲ}}
|align=center|t
| width="20px" style="border-right: 0;" | || width="20px" style="border-left: 0;" |{{IPAlink|ŋ}}
|align=center|d
| colspan="2" |
|align=center|c
|align=center|ɟ
|align=center|k
|align=center|g
|
|-
|-
! <small>[[konsonan letup|Hentian]]/[[konsonan gesek|Gesek]]</small>
!Sengau
| style="border-right: 0;" |{{IPAlink|p}}|| style="border-left: 0;" |{{IPAlink|b}}
|colspan=2 align=center| m
| style="border-right: 0;" |{{IPAlink|t}}|| style="border-left: 0;" |{{IPAlink|d}}
|colspan=2 align=center| n
| style="border-right: 0;" |{{IPAlink|tʃ}}|| style="border-left: 0;" |{{IPAlink|dʒ}}
|colspan=2 align=center| ɲ
| style="border-right: 0;" |{{IPAlink|k}}|| style="border-left: 0;" |{{IPAlink|g}}
|colspan=2 align=center| ŋ
| colspan="2" |
|
|-
|-
! <small>[[konsonan geser|Geseran]]</small>
!Desis
|colspan=2 align=center|
| colspan="2" |
| style="border-right: 0;" |{{IPAlink|s}}|| style="border-left: 0;" |
|colspan=2 align=center| s
|colspan=2|
| colspan="2" |
|colspan=2|
| colspan="2" |
| style="border-right: 0;" |{{IPAlink|h}}|| style="border-left: 0;" |
|align=center|h
|-
|-
! <small>[[konsonan hampiran|Hampiran]]</small>
!Getar / Sisi
| style="border-right: 0;" | || style="border-left: 0;" |{{IPAlink|w}}
|colspan=2|
| style="border-right: 0;" | || style="border-left: 0;" |{{IPAlink|l}}
|colspan=2 align=center| r l
| style="border-right: 0;" | || style="border-left: 0;" |{{IPAlink|j}}
|colspan=2|
|colspan=2|
| colspan="2" |
| colspan="2" |
|
|-
!Hampiran
|colspan=2 align=center| w
|colspan=2|
|colspan=2 align=center| j
|colspan=2|
|
|-
|-
! <small>[[konsonan getar|Getar]]</small>
| colspan="2" |
| style="border-right: 0;" | || style="border-left: 0;" |{{IPAlink|r}}
| colspan="2" |
| colspan="2" |
| colspan="2" |
|}
|}
Tergantung dialeknya, fonem {{IPA|/t/}} dapat dilepaskan sebagai konsonan hentian [[konsonan rongga-gigi|rongga-gigi]] maupun [[konsonan tarik-belakang|tarik-belakang]]. Hal ini sangat berbeda ketimbang banyak [[bahasa di Indonesia]], termasuk [[bahasa Indonesia]], yang mempunyai konsonan dentalik {{IPA|/t/}} dengan alofoni rongga-gigi.<ref name="Clynes 1995" />


=== Alofon ===
=== Alofon ===


Sebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafazkan sebagai [t] pada posisi akhir, namun pada posisi awal dan tengah dilafazkan sebagai [ʈ] (t retrofleks).
Sebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafalkan sebagai [t] pada posisi akhir, tetapi pada posisi awal dan tengah dilafalkan sebagai [ʈ] (t retrofleks).


Vokal /a/ pada posisi akhir terbuka dilafazkan sebagai [ĕ]. Misalkan kata [[Kuta]], nama pantai termashyur di Bali, dilafazkan sebagai [k'uʈĕ].
Vokal /a/ pada posisi akhir terbuka dilafalkan sebagai [ĕ]. Misalkan kata [[Kuta]], nama pantai termashyur di Bali, dilafalkan sebagai [k'uʈĕ].


=== Sukukata ===
=== Sukukata ===
Baris 247: Baris 150:
|}
|}


== Kekerabatan dan kosakata ==
== Kekerabatan ==
Bahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling dekat berkerabat dengan [[bahasa Jawa]]. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau [[Pulau Sumbawa|Sumbawa]] bagian barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa karena aktivitas kolonisasi Jawa pada masa lampau, terutama pada [[abad ke-14]] Masehi. Bali ditaklukkan oleh [[Gajah Mada]] pada tahun [[1343]] Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi akhir dalam bahasa Melayu, seringkali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuna dan Jawa Baru:
Bahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling dekat berkerabat dengan [[bahasa Jawa]]. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau [[Pulau Sumbawa|Sumbawa]] bagian barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa karena aktivitas penaklukan Jawa pada masa lampau, terutama pada [[abad ke-14]] Masehi. Bali ditaklukkan oleh [[Gajah Mada]] pada tahun [[1343]] Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi akhir dalam bahasa Melayu, sering kali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuno dan Jawa Baru:


{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
|-
|-
!Melayu!!Bali!!Jawa Kuna!!Jawa Baru'''
!Melayu!!Bali!!Jawa Kuno!!Jawa Baru'''
|-
|-
|dua||dua||rwa||ro, loro
|dua||dua||rwa||ro, loro
Baris 274: Baris 177:
|hidup||idup||hurip||urip
|hidup||idup||hurip||urip
|-
|-
|air, ayer||yèh||wway||we, banyu
|air, ayer||yèh,toye||wway||we, banyu
|-
|-
|buah||buah, woh||wwah||woh
|buah||buah, woh||wwah||woh
|-
|-
|di||di||ri, ring||i, ing
|di||ring||ri, ring||i, ing
|-
|-
|telur||taluh||antiga||tigan, ĕndhog
|telur||taluh||antiga||tigan, ĕndhog
Baris 292: Baris 195:
|}
|}


* Perbandinagn Bahasa Bali dan [[Bahasa Banjar]]
* Perbandingan Bahasa Bali dan [[Bahasa Banjar]]
{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
|-
|-
Baris 317: Baris 220:
|hidup||idup||hidup
|hidup||idup||hidup
|-
|-
|dua||dua||dua
|dua||dua,kalih||dua
|}
|}


=== Pengaruh bahasa Jawa ===
=== Pengaruh bahasa Jawa ===
Bahasa Bali banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuna dan [[bahasa Sanskerta]]. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang disebut basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Banyak kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:
Bahasa Bali banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuno dan [[bahasa Sanskerta]]. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang disebut basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Banyak kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:


{| class="wikitable"
{| class="wikitable"
Baris 347: Baris 250:
|kau (kasar)||cai untuk laki-laki/nyai untuk wanita (kasar)||kowe
|kau (kasar)||cai untuk laki-laki/nyai untuk wanita (kasar)||kowe
|-
|-
|sungai||tukad||sungay (Jawa Kuna){{br}}kali{{br}}lepen
|sungai||tukad||sungay (Jawa Kuno){{br}}kali{{br}}lepen
|-
|-
|yang||sane||ingkang, sing
|yang||sane||ingkang, sing
Baris 355: Baris 258:


=== Konsep geografis ===
=== Konsep geografis ===
Berbeda dengan banyak suku bangsa di dunia, namun masih mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam menentukan arah berorientasi bukan pada arah [[mata angin]] yang pasti namun pada letak kawasan geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh karena itu arah mata angin bisa berubah-ubah sesuai tempatnya.
Berbeda dengan banyak suku bangsa di dunia, tetapi masih mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam menentukan arah berorientasi bukan pada arah [[mata angin]] yang pasti namun pada letak kawasan geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh karena itu arah mata angin bisa berubah-ubah sesuai tempatnya.


Kaja berarti arah menuju gunung. Oleh karena itu, terjemahan istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu adalah 'Utara' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Selatan'.
Kaja berarti arah menuju gunung. Oleh karena itu, terjemahan istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu adalah 'Utara' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Selatan'.
Kelod berarti arah menuju laut. Berbalik dengan istilah 'kaja' diatas, jadi stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu adalah 'Selatan' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Utara'.
Kelod berarti arah menuju laut. Berbalik dengan istilah 'kaja' di atas, jadi stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu adalah 'Selatan' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Utara'.
Kauh berarti Barat, dan kangin berarti Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara.
Kauh berarti Barat, dan kangin berarti Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara.
Perbedaan tata-cara menyebut utara dan selatan ini sering menyebabkan kesalahpahaman jika orang Bali Selatan bertanya dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, karena perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai adalah titik pusat pulau Bali yaitu bagian pegunungan Batur dan Gunung Agung.
Perbedaan tata-cara menyebut utara dan selatan ini sering menyebabkan kesalahpahaman jika orang Bali Selatan bertanya dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, karena perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai adalah titik pusat pulau Bali yaitu bagian pegunungan Batur dan Gunung Agung.
== Tata bahasa ==
Susunan kalimat dalam bahasa Bali mirip dengan yang ada dalam bahasa Indonesia, serta [[infleksi]] [[morfologi (linguistik)|morfologi]] yang terjadi pada [[verba]] dan [[nominanya]] sangat sedikit dan serupa. Meskipun demikian, morfologi [[derivasi]]nya cukup luas dan imbuhan dapat ditambahkan untuk menunjukan [[artikel (linguistik)|artikel]] terhingga maupun tak terhingga, serta menunjukkan [[genitivus|kasus posesiva]].<ref name="Spitzing" />


[[File:Tingkat-tingkatan_bahasa_Bali.png|thumb|upright=3|Tingkat-tingkatan bahasa Bali]]
== Jenis bahasa Bali ==
* Bahasa Bali Baku '''Pengertian Bahasa Bali''' Bahasa Bali berasal dari kata “Bal” dalam bahasa Sansekerta yang artinya “kekuatan”, jadi kata “Bali” berarti “pengorbanan” yang berarti supaya kita tidak melupakan kekuatan kita. Supaya kita selalu siap untuk berkorban. Sebagai bahasa, bahasa Bali merupakan bahasa warisan budaya Bali yang sangat penting yang harus dilestarian dan dikembangkan. Hal ini hendaknya menjdai kewajiban seluruh generasi manusia Bali untuk memahami makna yang terkandung di dalamnya, serta mentransformasikan  dalam  konteks tuntutan perkembangan zaman. Bahasa Bali adalah salah satu bahasa daerah di negara Indonesia yang dipeliahara dengan baik oleh masyarakat penuturnya, yaitu etnis Bali. Bahasa Bali  merupakan bahasa ibu atau bahasa pertama bagi sebagian besar masyarakat Bali, dipakai secara luas sebagai alat komunikasi dalam berbagai aktivitas kehidupan sosial masyarakat Bali. oleh karena itu, bahasa Bali merupakan pendukung kebudayaan Bali yang tetap hidup dan berkembang di Bali. Dilihat dari jumlah penuturnya, bahasa Bali didukung oleh lebih kurang setengah juta jiwa dan memiliki tradisi tulis sehingga bahasa Bali termasuk bahasa daerah besar diantara beberapa bahasa daerah di Indonesia. Bahasa bali merupakan suatu ilmu tata wicara / berbicara (bahasa daerah) yang memiliki systematika baik dari segi penlafalan dan aksara (mempunyai system syllabic) sebagai alat komunikasi bagi masyarakat bali pada khususnya. Dalam penerapannya, bahasa bali lebih sering digunakan dalam dibidang sosiolinguistik bahasa bali yang lebih menekankan pada penggunaan bahasa berdasarkan objek penelitian antara hubungan bahasa yang digunakan dengan faktor-faktor social dalam masyarakat hindu di bali yang mengenal system kasta (warna) / kelas penggolongan masyarakat itu sendiri. Pada bahasa bali atau keterampilan berbicara (kepewaraan) dengan menggunakan bahasa bali yang harus diperhatikan adalah kaidah-kaidah yang menyangkut aturan dalam berbicara dengan menggunakan bahasa bali tersebut. Dalam artian, tidak semena-mena dalam menggunakan bahasa bali sebagai sarana komunikasi baik dengan siapa yang menjadi lawan bicara pada konteksnya agar memiliki kaidah yang patut / baik, benar dan sesuai dengan penggunaannya dalam kehidupan. Peradaban masyarakat bali, sejak dari dulu hingga sekarang yang pada umumnya selalu menggunakan bahasa daerahnya sebagai sarana komunikasi yaitu bahasa bali. Jika ditinjau dari segi historis , bahasa bali mengenal tiga periodisasi yaitu : 1.      Bahasa Bali Kuna adalah bahasa bali yang dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman raja-raja Bali kuna sebagaimana ditemukannya prasasti-prasasti bali kuna baik itu lontar yang berisikan huruf / bahasa jawa kuna. 2.      Bahasa Bali tengahan , adalah bahasa bali yang dipakai untuk menuliskan karya-karya sastra seperti kidung-kidung, babad, wariga, usada, usana, niti dan sebagainya. 3.      Bahasa Bali Kepara atau Bahasa Bali Lumrah , adalah bahasa Bali yang masih hidup sampai sekarang yang dipakai sebagai alat komunikasi dalam kehidupan sehari-hari, untuk mengadakan suatu interaksi dengan lawan bicaranya. Bahasa bali periode yang terakhir, jika dilihat dalam pemakaiannya memiliki system tingkatan-tingkatan yang dalam bahasa itu disebut dengan '''''Sor-Singgih Basa Bali''''' . Masyarakat bali , dalam etika pergaulannya selalu dilandasi dengan sonpan santun, yang terpola dalam bingkai '''''“ manyama braya”''''' ini sebagai membentuk karakter dan pola pikir termasuk sikap mental orang bali, sehingga dalam berkomunikasi pun akan selalu memilih dan memilah ketika dihadapi suatu konteks / keadaan yang merujuk pada situasi saat memakai tingakatan-tingkatan Bahasa bali yang bertujuan untuk menyesuaikan dan ketepatan / kecakapan berbicara dengan identitas / status lawan bicaranya. Setiap komunikasi dalam pergaulan, tata karma dapat dipastikan ada didalamnya. Dalam hal ini tata karma dalam pergaulan sangat diperlukan dengan adanya etika dan kesopansantunan berbahsa. Antara tata karma dan bahasa dalam pergaulan hidup bermasyarakat, keduanya tidak dapat dipisahkan, ''ibarat benang yang dijalin menghasilakn suatu tenunan yang utuh.'' Dalam penggunaan Sor-Singgh Bahasa Bali dalam kehidupan bermasyarakat orang Bali, menurut kamus bahasa Indonesia yang dikeluarkan oleh Dinas Pendidikan Dasar Provinsi Bali menguraikan bahwa kata Sor berarti bawah, singgih berarti halus atau hormat. Sor-Singgih. '''''Jadi Sor-Singgih Basa Bali berarti aturan tentang tingkat-tingkatan atau tinggi rendah yang menyangkut rasa / perasaan yang merujuk pada rasa solidaritas dengan saling hormat menghormati dalam menggunakan bahasa Bali terhadap lawan bicara.''''' Berikut adalah pembagian terhadap tingkatan-tingkatan bahasa bali menurut Sor-Singgihnya yang terdiri dari : 1.        Basa Kasar ,Kasar Pisan/ Kasar Jabag 2.        Basa Andap 3.        Basa Madia 4.        Basa Alus, Alus Sor, Alus Mider, dan Alus Singgih 5.        Basa Mider ·         '''Pembahasan Basa Kasar''' Basa kasar adalah tingkatan bahasa bali yang memiliki rasa bahasa paling bawah. Basa kasar dibedakan menjadi 2 yaitu : basa kasar pisan dan basa kasar jabag. Basa kasar pisan adalah bahasa bali yang didalam penggunaannya tergolong tidak sopan dan tidak memiliki nilai etika moral, sehingga menimbulkan konotasi/ kesan yang buruk bagi penyimaknya. Bagi mereka yang terkena perkataan / bahasa ini bias mendapat ''“leteh”'' yang harus dibersihkan dengan melakukan penyucian diri (prayasita) bagi mereka yang termasuk '''''catur wangsa''.''' Contoh : -         ''“Cicing iba, ngenken iba mai ngleklek !”'' -         ''“Anjing kamu, mau apa kamu kesini !”'' -         ''“Iba bungut dogen, tegarang suud mapeta !”'' -         ''“kamu bicara saja, sudahi pembicaraan !”'' ·         '''Pembahasan Basa Kasar Jabag''' Basa Kasar Jabag adalah Bahasa Bali yang dalam penggunaannya tidak sesuai dengan situasi pembicaraan. Artinya, kata-kata dalam bahasa itu tidak mengindahkan tingkat-tingkatan yang ada dalam bahasa bali  yang kadang kala melampaui etika pembicaraan. Biasanya cenderung dipakai pada suatu konteks yang merujuk pada keadaan keakraban, kelebihan dan keangkuhan sang pembicara dengan lawan bicaranya. Contoh  : -         “I Bapa '''pules''' di bale asagane” -         “Ayah tidur di tempat peristirahatan” -         “Gusti ngurah '''mara teka''', suba ke '''ngabe gapgapan'''?” -         “Gusti ngurah baru dating, sudahkah membawa oleh-oleh?” ·         '''Pembahasan Basa Andap''' Basa Andap adalah tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam suasana bersahaja ( dalam pergaulan akrab dan memiliki nilai kesopanan). Sehingga sering disebut dengan istilah basa kasar sopan / basa lumrah dipakai dalam kehidupan sehari-hari bermasyarakat / kapara. Bahasa ini sering digunakan pada masyarakat hindu di bali yang memiliki ''wangsa jaba''. Disini, bahasa bali sebagai bahasa sopan, digunakan apabila konteks bergaulnya memiliki sikap keakraban / kekeluargaan yang terjalin erat, misalnya sesama wangsa. Sama kedudukannya , sama umur, sama pendidikan, sama jabatan, kawan sederajat dan merupakan bahasa kekeluargaan. Contoh  : -         Percakapan antar wangsa ksatriya       : -         “Beli Gus De, dija kejang jajane tuni, Mbok Dayu be kenyel pisan ngalihin” -         “Kak Gus De, dimana menaruh kue, Kak Dayu sudah letih sekali mencarinya” ·         '''Pembahasan Basa Madia''' Basa Madia adalah tingkatan bahasa bali yang tergolong menengah, yang nilai rasa bahasanya berada diantara bahasa bali andap dan bahasa bali alus. Artinya bahwa konotasi bahasa madia tidak kasar, dan juga tidak halus, karena itulah sering juga disebut dengan bahasa antara ( tidak halus dan juga tidak kasar). Basa Madia itu digunakan apa bila wangsa atau status sosialnya dalam masyarakat lebih tinggi berbicara dengan wangsa yang status sosialnya lebih rendah, tetapi lebih tua atau lebih disegani yang mendududki suatu jabatan tertentu dalam masyarakat / adat misalnya “ klian banjar dinas/ adat” maupun pejabat / instansi pemerintahan atau swasta, dalam situasi percakapan tersebut tentunya akan menggunakan Basa Madia. Contoh  : -         “'''Ampunang''' irika negak, ten tepukin '''tiang'''” “Jangan duduk disana, saya tidak melihatmu” -         “Mara suud '''ngajeng''', suba nagih '''mepamit'''” “Baru saja selesai makan, sudah mau pergi”. ·         '''Pembahasan Basa Alus''' Basa Alus adalah sebagai tingkatan bahasa bali yang mempunyai nilai rasa bahasa yang tinggi atau sangat hormat, biasanya bahasa ini digunakan dalam situasi resmi ( seperti rapat , pertemuan, seminar, percakapan adat agama dll). Pembagian basa alus terdiri dari : ·         '''Basa Alus Sor''' Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang mengenai diri sendiri atau digunakan untuk merendahkan diri sendiri dan juga untuk orang lain / objek yang dibicarakan yang patut direndahkan / bias juga karena status sosialnya yang dianggap lebih rendah dari orang yang diajak bicara. Contoh : -           '''''Titiang''''' ''jagi grereh '''pakaryan''' sane patut anggen '''pangupa jiwa''''' ''Saya ingin mencari pekerjaan yang    sesuai untuk pemenuhan hidup'' ·         '''Basa Alus Mider''' Adalah tingkatan bahasa Bali alus atau hormat yang memiliki nilai rasa tinggi atau sangat hormat yang dapat digunakan untuk golongan bawah dan juga untuk golongan atas. Basa alus mider adalah bahasa bali alus dwi fungsi, bias masuk dalam basa bali alus singgih dan juga bias masuk dalam basa bali alus sor. Contoh         : -         “'''Ipun makta''' asiki, '''ida makta''' kekalih” “Ia membawa satu, beliau membawa dua” ·         '''Basa Alus Singgih''' Adalah tingkatan bahasa bali alus atau hormat yang hanya dapat digunakan oleh pembicara untuk menghormati atau memuliakan orang yang patut dihormati atau dimuliakan. Contoh  : -         '''“ I Ratu''' kayun '''ngrayunang ulam bawi?”''' -         “'''Ratu''', yening wenten karya ring geria''', nikain''' titiang” ·         '''Pembahasan Basa Mider''' Adalah kata-kata dalam bahasa bali yang tidak memiliki tingkatan-tingkatan rasa bahasa, sehingga bahasa ini dapat digunakan untuk dan kepada siapa saja. Selain itu dalam pemakaiannya tidak terikat dengan status social dalam masyarakat, situasi / kondisi pembicaraan. Contoh : (kata sifat) '''nyongkok, kija''', '''ke kantor''' (tempat), '''televisi/''' '''radio''' (kata benda), Itulah tingkatan-tingkatan bahasa bali yang digunakan dalam kehidupan bermasyarakat di bali pada umumnya.
* Bahasa Bali Aga
* Bahasa Bali Jawa


== Variasi/dialek ==
{{Bahasa daerah di Indonesia}}
Bahasa Bali memiliki variasi sejarah (waktu) dan variasi geografis (ruang). Dari berbagai prasasti yang dikeluarkan pada masa sebelum pemerintahan Raja Anak Wungsu (abad ke-10) diketahui ada varian bahasa Bali yang biasa disebut sebagai [[bahasa Bali Kuno]]. Kajian mengenai bahasa Bali Kuno pertama kali dilakukan oleh [[Roelof Goris]] pada tahun 1950-an dan kemudian dilanjutkan pada tahun 1970-an. Kamus Bahasa Bali Kuno - bahasa Indonesia telah dirilis oleh Kemendikbud pada tahun 1975.<ref>{{Cite book|last=Granoka et al.|first=I.W.O|date=1975|title=Kamus Bali Kuno - Indonesia|location=Jakarta|publisher=Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa|url-status=live}}</ref>
{{DEFAULTSORT:Bali, Bahasa}}


Suatu dialek yang masih digunakan saat ini adalah bahasa [[suku Bali Aga]], dituturkan di beberapa desa di sekitar [[Danau Batur]] dan di wilayah lainnya.
[[Kategori:Bahasa Austronesia]]

Selain itu, bahasa masyarakat Bali umum (nonvariasi) adalah "bahasa Bali Kapara" atau Bali Lumbrah yang dipakai oleh mayoritas orang Bali sekarang.
==Sistem penulisan==
Bahasa Bali memiliki dua [[sistem penulisan]], yakni [[aksara Bali]] dan [[alfabet Latin]].
===Aksara Bali===
[[File:Hanacaraka-bali.svg|thumb|400px|Huruf-huruf dalam sistem penulisan aksara Bali<br><small>Catatan: huruf-huruf disini disusun sesuai dengan urutan [[Hanacaraka]].</small>]]{{Main|Aksara Bali}}
Aksara Bali ({{transl|ban|Aksara Bali}}, {{lang|ban|ᬅᬓ᭄ᬱᬭᬩᬮᬶ}}), yang juga disusun sesuai dengan {{transl|ban|[[aksara Bali|Hanacaraka]]}} ({{lang|ban|ᬳᬦᬘᬭᬓ}}), merupakan sistem penulisan sejenis [[abugida]] yang berasal dari [[aksara Brahmi]] di [[India]]. Bukti paling awal dari aksara ini berasal dari abad ke-9 Masehi.<ref>{{Cite thesis |last=Beratha |first=Ni Luh Sutjiati |title=Evolution of Verbal Morphology in Balinese |date=1992 |degree=PhD |publisher=Australian National University |doi=10.25911/5d7786429c1ff |doi-access=free |hdl=1885/109364 |hdl-access=free}}</ref> Pada masa sekarang, aksara Bali tidak digunakan secara massal dan hanya sedikit penutur bahasa Bali yang benar-benar paham cara menggunakannya.<ref>{{Cite web |title=Balinese (Basa Bali) |url=https://omniglot.com/writing/balinese.htm |access-date=2021-01-30 |website=Omniglot}}</ref>

===Alfabet bahasa Bali===
Sekolah-sekolah serta media komunikasi tertulis yang menggunakan bahasa Bali pada masa kini seringkali menggunakan sistem penulisan berbasis [[alfabet Latin]] yang disebut sebagai {{transl|ban|Tulisan Bali}}.<ref>{{Cite web |last=Eiseman | first=Fred B. Jr. |title=The Balinese Languages |url=http://www.balivision.com/Article_Resources/TheBaliniseLanguage.asp |url-status=dead |archive-url=https://web.archive.org/web/20100819174754/http://www.balivision.com/Article_Resources/TheBaliniseLanguage.asp |archive-date=2010-08-19 |website=Bali Vision}}</ref>
== Galeri ==
<gallery>
File:COLLECTIE TROPENMUSEUM Geschrift op lontarblad TMnr 1534-8b.jpg|Bahasa Bali yang ditulis dalam aksara Lontar
File:Pura Puseh 05153.jpg|Papan petunjuk di [[Pura Puseh]], [[Batuan, Bali]]
File:Bible printed with Balinese script.jpg|Salah satu halaman [[Injil]] yang ditulis dalam aksara Bali
File:JL DIPONEGORO 200507.jpg|Papan penunjuk jalan di wilayah [[Singaraja]] yang ditulis dalam [[aksara Bali]] dan [[alfabet Latin]]
File:Sign of Klungkung Regent's Office.JPG|Klungkung Regent's Office sign
File:Perawat bahasa ibu.jpg|Percobaan untuk menumbuhkan kembali aksara Lontar
</gallery>

== Rujukan ==
{{Reflist}}

== Pranala luar ==
{{Interwiki|code=ban}}
{{WikisourceWiki|Bahasa Bali|code=ban}}
* [http://gramatika.kemdikbud.go.id/index.php/gramatika/article/view/135/100 Relasi Kekerabatan Bahasa Banjar dan Bahasa Bali: Tinjaunan Linguistik Historis Komparatif]
* [https://www.youtube.com/watch?v=KTdkxiPnjY8&ab_channel=ILoveLanguages%21 Ucapan dan contoh perkataan dalam bahasa Bali] — kanal ''I Love Languages'' di Youtube

{{Bahasa daerah di Indonesia}}
{{DEFAULTSORT:Bali}}
[[Kategori:Rumpun bahasa Austronesia]]
[[Kategori:Bahasa di Indonesia]]
[[Kategori:Bahasa yang mempunyai aksara tersendiri]]

Revisi terkini sejak 30 September 2024 03.02

Bahasa Bali
BPS: 0096 0
Bhāṣā Bali
ᬪᬵᬱᬵᬩᬮᬶ
Dituturkan diIndonesia
WilayahBali, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur,
EtnisBali
Penutur
3,3 juta (2000)
Perincian data penutur

Jumlah penutur beserta (jika ada) metode pengambilan, jenis, tanggal, dan tempat.[1]

Lihat sumber templat}}
Dialek
Alfabet Latin, aksara Bali
Status resmi
Diatur olehBalai Bahasa Provinsi Bali
Kode bahasa
ISO 639-2ban
ISO 639-3ban
Glottologbali1278[2]
IETFban
BPS (2010)0096 0
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
ICHEL Red Book: Not Endangered

Bahasa Bali diklasifikasikan sebagai bahasa aman ataupun tidak terancam (NE) pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan

C10
Kategori 10
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa telah punah (Extinct)
C9
Kategori 9
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sudah ditinggalkan dan hanya segelintir yang menuturkannya (Dormant)
C8b
Kategori 8b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa hampir punah (Nearly extinct)
C8a
Kategori 8a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa sangat sedikit dituturkan dan terancam berat untuk punah (Moribund)
C7
Kategori 7
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai mengalami penurunan ataupun penutur mulai berpindah menggunakan bahasa lain (Shifting)
C6b
Kategori 6b
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mulai terancam (Threatened)
C6a
Kategori 6a
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa masih cukup banyak dituturkan (Vigorous)
C5
Kategori 5
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa mengalami pertumbuhan populasi penutur (Developing)
C4
Kategori 4
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan dalam institusi pendidikan (Educational)
C3
Kategori 3
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa digunakan cukup luas (Wider Communication)
C2
Kategori 2
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa yang digunakan di berbagai wilayah (Provincial)
C1
Kategori 1
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa nasional maupun bahasa resmi dari suatu negara (National)
C0
Kategori 0
Kategori ini menunjukkan bahwa bahasa merupakan bahasa pengantar internasional ataupun bahasa yang digunakan pada kancah antar bangsa (International)
10
9
8
7
6
5
4
3
2
1
0
EGIDS SIL EthnologueC5 Developing
Bahasa Bali dikategorikan sebagai C5 Developing menurut SIL Ethnologue, artinya bahasa ini mengalami peningkatan jumlah penutur dari waktu ke waktu
Referensi: [3][4][5]

Lokasi penuturan
Bahasa Bali merupakan bahasa pertama maupun bahasa mayoritas
Bahasa Bali merupakan bahasa minoritas
Bahasa Bali dituturkan dalam jumlah sedikit dan hanya berupa bahasa kedua
Penuturan bahasa Bali di Lombok bersama dengan bahasa Sasak
Peta
Peta
Peta interaktif yang menunjukkan persebaran penuturan bahasa Bali di wilayah Pulau Bali, Nusa Penida, Pulau Lombok dan sekitarnya. Tekan peta untuk mengakses peta interaktif.
Koordinat: 8°21′S 115°5′E / 8.350°S 115.083°E / -8.350; 115.083 Sunting ini di Wikidata
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Bali (Aksara Bali: ᬪᬵᬱᬵᬩᬮᬶ, Bhāṣā Bali) merupakan bahasa yang termasuk dalam kelompok Melayu-Polinesia yang dituturkan oleh sekitar 3.3 juta jiwa (hingga 2000) yang utamanya terkonsentrasi di pulau Bali dan juga tersebar di Nusa Penida, Lombok bagian barat, dan Jawa bagian timur,[6] hingga Sumatra bagian selatan dan Sulawesi.[7] Kebanyakan penutur bahasa Bali dapat menuturkan bahasa Indonesia. Diperkirakan bahwa pada tahun 2011, terdapat kurang dari 1 juta orang yang masih menggunakan bahasa Bali sebagai bahasa utama mereka di Bali. Bahasa ini digolongkan sebagai bahasa yang "tidak terancam" oleh Glottolog.[8]

Di Bali sendiri, bahasa Bali memiliki tingkatan penggunaannya, misalnya ada yang disebut Bali Alus, Bali Madya, dan Bali Kasar. Hal ini terjadi karena pengaruh bahasa Jawa menyebar ke Bali sejak zaman Majapahit, bahkan sampai zaman Mataram Islam, meskipun kerajaan Mataram Islam tidak pernah menaklukkan Bali. Yang halus dipergunakan untuk bertutur formal misalnya dalam pertemuan di tingkat desa adat, meminang wanita, atau antara orang berkasta rendah dengan berkasta lebih tinggi. Yang madya dipergunakan di tingkat masyarakat menengah misalnya pejabat dengan bawahannya, sedangkan yang kasar dipergunakan bertutur oleh orang kelas rendah misalnya kaum sudra atau antara bangsawan dengan abdi dalemnya.

Di Lombok, bahasa Bali terutama dipertuturkan di sekitar kota Mataram, sedangkan di pulau Jawa bahasa Bali terutama dipertuturkan di beberapa desa di kabupaten Banyuwangi. Selain itu bahasa Osing, yaitu bahasa asli orang Banyuwangi, juga menyerap banyak kata-kata Bali. Misalkan sebagai contoh kata osing yang berarti “tidak” diambil dari bahasa Bali tusing. Bahasa Bali dipertuturkan oleh kurang lebih 3,3 juta jiwa berdasarkan data sensus tahun 2000.

Klasifikasi

Bahasa Bali termasuk dalam cabang Melayu-Polinesia dari rumpun bahasa Austronesia. Dalam rumpun Melayu-Polinesia, bahasa Bali berada di subcabang Bali-Sasak-Sumbawa.[9] Terdapat tiga dialek utama dari bahasa Bali, yakni bahasa Bali yang dituturkan di pegunungan dan dataran tinggi, bahasa Bali dataran rendah, dan penuturan di Nusa Penida.[8]

Demografi

Menurut sensus tahun 2000, bahasa Bali dituturkan oleh sekitar 3,3 juta orang di Indonesia yang utamanya terkonsentrasi di pulau Bali dan area sekitarnya.

Pada 2011, diperkirakan hanya terdapat tidak lebih dari 1  juta orang yang menuturkan bahasa Bali. Hal ini dikarenakan masyarakat pada wilayah perkotaan hanya mengajarkan bahasa Indonesia, atau bahkan bahasa Inggris pada anak-anak mereka, serta penggunaan bahasa Bali dalam media massal terlah menghilang. Bentuk tertulis daribahasa Bali semakin asing bagi penutur bahasa itu sendiri dan sebagian besar masyarakat Bali menggunakan bahasa Bali hanya sebagai alat komunikasi lisan, seringkali mencampurkannya dengan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari. Namun di daerah transmigrasi di luar Pulau Bali, bahasa Bali banyak digunakan dan diyakini berperan penting dalam kelangsungan bahasa tersebut.[10]

Fonologi

Vokal

Terdapat 6 vokal di dalam kotak fonem bahasa Bali

Depan Madya Belakang
Tertutup /i/ /u/
Tengah /e/ /ə/ /o/
Terbuka /a/

Ejaan formal dari bahasa Bali membuat fonem /a/ dan /ə/ ditulis sebagai a. Walaupun demikian, a seringkali dilafalkan sebagai [ə] hanya saat terletak pada akhir kata, serta pada awalan ma-, pa-, dan da-.[11]

Konsonan

Ada 18 konsonan di dalam kotak fonem Bahasa Bali:

Balinese consonants
Dwibibir Rongga
gigi
Langit
langit
Lang.
belakang
Celah
suara
Sengau m n ɲ ŋ
Hentian/Gesek p b t d k g
Geseran s h
Hampiran w l j
Getar r

Tergantung dialeknya, fonem /t/ dapat dilepaskan sebagai konsonan hentian rongga-gigi maupun tarik-belakang. Hal ini sangat berbeda ketimbang banyak bahasa di Indonesia, termasuk bahasa Indonesia, yang mempunyai konsonan dentalik /t/ dengan alofoni rongga-gigi.[7]

Alofon

Sebuah ciri khas dan menjadi keistimewaan bahasa Bali ialah bahwa fonem eksplosif tak bersuara /t/ dilafalkan sebagai [t] pada posisi akhir, tetapi pada posisi awal dan tengah dilafalkan sebagai [ʈ] (t retrofleks).

Vokal /a/ pada posisi akhir terbuka dilafalkan sebagai [ĕ]. Misalkan kata Kuta, nama pantai termashyur di Bali, dilafalkan sebagai [k'uʈĕ].

Sukukata

Seperti bahasa Austronesia lainnya, bahasa Bali juga cenderung dengan kata-kata dwisukukata dan berbentuk KVKVK. Namun dalam mereduplikasi sebuah sukukata monosilabik berbentuk KVK, maka dalam bahasa Bali ini biasanya menjadi KVKKVK berbeda dengan bahasa Melayu dan Jawa:

Melayu Bali Jawa
kukus kuskus dang (bentuk berbeda)
ngengat ngetnget ngĕngĕt

Kekerabatan

Bahasa Bali dalam keluarga bahasa Austronesia sering ditengarai paling dekat berkerabat dengan bahasa Jawa. Namun hal ini tidaklah demikian. Bahasa Bali paling dekat dengan bahasa Sasak dan beberapa bahasa di pulau Sumbawa bagian barat. Kemiripannya dengan bahasa Jawa hanya karena pengaruh kosakata atas bahasa Jawa karena aktivitas penaklukan Jawa pada masa lampau, terutama pada abad ke-14 Masehi. Bali ditaklukkan oleh Gajah Mada pada tahun 1343 Masehi. Bahkan dalam keluarga Austronesia, secara fonologis bahasa Bali lebih mirip bahasa Melayu daripada bahasa Jawa. Namun fonem /r/ pada posisi akhir dalam bahasa Melayu, sering kali menjadi /h/ pada bahasa Bali. Hal ini bisa terbukti dengan senarai perbandingan kosakata dasar bahasa Melayu, Bali, Jawa Kuno dan Jawa Baru:

Melayu Bali Jawa Kuno Jawa Baru
dua dua rwa ro, loro
jalan jalan dalan dalan
dengar dingěh rĕngö rungu
jarum jaum dom dom
jauh joh adoh adoh
ada ada hana ana
beli běli wĕli, tuku tuku
jari, jeriji jriji (?) driji
betis, kaki batis, bais jöng, suku sikil
hidup idup hurip urip
air, ayer yèh,toye wway we, banyu
buah buah, woh wwah woh
di ring ri, ring i, ing
telur taluh antiga tigan, ĕndhog
jemur jěmuh (?) pepe
bunga bunga kambang
sĕkar
kĕmbang
sĕkar
nasi nasi sĕga
sĕkul
sĕga
sĕkul
hujan ujan hudan udan
Melayu Bali Banjar
telur taluh hintalu
kaki, betis batis, bais batis
perahu jukung jukung
bulus bedwang bidawang
hujan ujan ujan
jari jriji jariji
dengar dingěh dangar
jemur jěmuh jamur
jalan jalan jalan
hidup idup hidup
dua dua,kalih dua

Pengaruh bahasa Jawa

Bahasa Bali banyak terpengaruh bahasa Jawa, terutama bahasa Jawa Kuno dan bahasa Sanskerta. Kemiripan dengan bahasa Jawa terutama terlihat dari tingkat-tingkat bahasa yang terdapat dalam bahasa Bali yang mirip dengan bahasa Jawa. Maka tak mengherankanlah jika bahasa Bali halus yang disebut basa Bali Alus Mider mirip dengan bahasa Jawa Krama. Banyak kata-kata Bali yang halus diambil dari bahasa Jawa:

Melayu Bali Jawa
sudah sampun sampun
meninggal seda seda
datang rauh rawuh
dari saking saking
arti teges tĕgĕs

Kosakata khas Bali

Di atas sudah diapaparkan kosakata yang mirip dengan bahasa Melayu dan bahasa Jawa. Sekarang kosakata khas Bali dipaparkan:

Melayu Bali Jawa
kau (kasar) cai untuk laki-laki/nyai untuk wanita (kasar) kowe
sungai tukad sungay (Jawa Kuno)
kali
lepen
yang sane ingkang, sing
dukun, tabib balian dhukun

Konsep geografis

Berbeda dengan banyak suku bangsa di dunia, tetapi masih mirip dengan suku bangsa penutur bahasa Austronesia lainnya, orang Bali dalam menentukan arah berorientasi bukan pada arah mata angin yang pasti namun pada letak kawasan geografis, pada kasus Bali ini pada letak gunung dan laut. Oleh karena itu arah mata angin bisa berubah-ubah sesuai tempatnya.

Kaja berarti arah menuju gunung. Oleh karena itu, terjemahan istilah 'kaja' dalam Bahasa Melayu adalah 'Utara' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Selatan'. Kelod berarti arah menuju laut. Berbalik dengan istilah 'kaja' di atas, jadi stilah 'kelod' dalam Bahasa Melayu adalah 'Selatan' untuk masyarakat Bali Selatan, sementara terjemahannya untuk masyarakat Bali Utara, khususnya Buleleng, adalah 'Utara'. Kauh berarti Barat, dan kangin berarti Timur. Hal ini sama untuk masyarakat Bali Selatan dan Bali Utara. Perbedaan tata-cara menyebut utara dan selatan ini sering menyebabkan kesalahpahaman jika orang Bali Selatan bertanya dalam Bahasa Bali kepada orang Bali Utara, karena perbedaan acuan. Acuan 'gunung' yang sering dipakai adalah titik pusat pulau Bali yaitu bagian pegunungan Batur dan Gunung Agung.

Tata bahasa

Susunan kalimat dalam bahasa Bali mirip dengan yang ada dalam bahasa Indonesia, serta infleksi morfologi yang terjadi pada verba dan nominanya sangat sedikit dan serupa. Meskipun demikian, morfologi derivasinya cukup luas dan imbuhan dapat ditambahkan untuk menunjukan artikel terhingga maupun tak terhingga, serta menunjukkan kasus posesiva.[11]

Tingkat-tingkatan bahasa Bali

Variasi/dialek

Bahasa Bali memiliki variasi sejarah (waktu) dan variasi geografis (ruang). Dari berbagai prasasti yang dikeluarkan pada masa sebelum pemerintahan Raja Anak Wungsu (abad ke-10) diketahui ada varian bahasa Bali yang biasa disebut sebagai bahasa Bali Kuno. Kajian mengenai bahasa Bali Kuno pertama kali dilakukan oleh Roelof Goris pada tahun 1950-an dan kemudian dilanjutkan pada tahun 1970-an. Kamus Bahasa Bali Kuno - bahasa Indonesia telah dirilis oleh Kemendikbud pada tahun 1975.[12]

Suatu dialek yang masih digunakan saat ini adalah bahasa suku Bali Aga, dituturkan di beberapa desa di sekitar Danau Batur dan di wilayah lainnya.

Selain itu, bahasa masyarakat Bali umum (nonvariasi) adalah "bahasa Bali Kapara" atau Bali Lumbrah yang dipakai oleh mayoritas orang Bali sekarang.

Sistem penulisan

Bahasa Bali memiliki dua sistem penulisan, yakni aksara Bali dan alfabet Latin.

Aksara Bali

Huruf-huruf dalam sistem penulisan aksara Bali
Catatan: huruf-huruf disini disusun sesuai dengan urutan Hanacaraka.

Aksara Bali (Aksara Bali, ᬅᬓ᭄ᬱᬭᬩᬮᬶ), yang juga disusun sesuai dengan Hanacaraka (ᬳᬦᬘᬭᬓ), merupakan sistem penulisan sejenis abugida yang berasal dari aksara Brahmi di India. Bukti paling awal dari aksara ini berasal dari abad ke-9 Masehi.[13] Pada masa sekarang, aksara Bali tidak digunakan secara massal dan hanya sedikit penutur bahasa Bali yang benar-benar paham cara menggunakannya.[14]

Alfabet bahasa Bali

Sekolah-sekolah serta media komunikasi tertulis yang menggunakan bahasa Bali pada masa kini seringkali menggunakan sistem penulisan berbasis alfabet Latin yang disebut sebagai Tulisan Bali.[15]

Galeri

Rujukan

  1. ^ Ethnologue (dalam bahasa Inggris) (edisi ke-25, 19), Dallas: SIL International, ISSN 1946-9675, OCLC 43349556, Wikidata Q14790 
  2. ^ Hammarström, Harald; Forkel, Robert; Haspelmath, Martin, ed. (2023). "Bahasa Bali". Glottolog 4.8. Jena, Jerman: Max Planck Institute for the Science of Human History. 
  3. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  4. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  5. ^ "Bahasa Bali". www.ethnologue.com (dalam bahasa Inggris). SIL Ethnologue. 
  6. ^ Ethnologue.
  7. ^ a b Clynes, Adrian (1995). Topics in the Phonology and Morphosyntax of Balinese (Tesis PhD). Australian National University. doi:10.25911/5d77865d38e15. 
  8. ^ a b "Glottolog 4.3 - Balinese". glottolog.org. Diakses tanggal 2021-04-27. 
  9. ^ Adelaar, K. Alexander (2005). "The Austronesian languages of Asia and Madagascar: a historical perspective". Dalam Adelaar, K. Alexander; Himmelmann, Nikolaus. The Austronesian languages of Asia and Madagascar. London: Routledge. hlm. 1–42. 
  10. ^ Ni Komang Erviani (30 Maret 2012). "Balinese Language 'Will Never Die'". The Jakarta Post (dalam bahasa Inggris). 
  11. ^ a b Spitzing, Günter (2002). Practical Balinese: Phrasebook and Dictionary. Rutland VT: Tuttle Publishing. hlm. 22. 
  12. ^ Granoka, I.W.O; et al. (1975). Kamus Bali Kuno - Indonesia. Jakarta: Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa. 
  13. ^ Beratha, Ni Luh Sutjiati (1992). Evolution of Verbal Morphology in Balinese (Tesis PhD). Australian National University. doi:10.25911/5d7786429c1ff. 
  14. ^ "Balinese (Basa Bali)". Omniglot. Diakses tanggal 2021-01-30. 
  15. ^ Eiseman, Fred B. Jr. "The Balinese Languages". Bali Vision. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-08-19. 

Pranala luar